Leukhemia Dan Gangguan Rhesus

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

LEUKHEMIA DAN GANGGUAN RHESUS

A. Pendahuluan

1. Leukhemia
Leukemia atau kanker darah adalah penyakit neoplastik yang beragam,
ditandai oleh produksi secara tak normal (transformasi maligna) dari sel-sel
pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam
sumsum tulang belakang digantikan oleh sel abnormal. Sel abnormal ini keluar dari
sumsum dan dapat dijumpai di dalam darah perifer atau sel darah tepi. Sel leukemia
sangat mempengaruhi pembentukan sel darah normal (hematopoiesis) dan imunitas
tubuh penderita (Yayan, 2010).

American Cancer Society (2014) menyebutkan bahwa angka kejadian


leukemia di Amerika Serikat 33.440 kasus, 19.020 kasus diantaranya pada laki-laki
(56,88%) dan 14.420 kasus pada perempuan (43,12%). Insiden Rate (IR) leukemia
pada laki-laki di Canada 14 per 100.000 penduduk dan pada perempuan 8 per
100.000 penduduk.

Kasus Leukemia banyak terjadi pada kelompok usia anak kurang dari 15
tahun. Jenis leukemia yang terjadi pada kelompok usia anak adalah Leukemia
Limfositik Akut (LLA), Leukemia Mielositik Akut (LMA), Leukemia Limfositik
Kronis (LLK), dan Leukemia Mielositik Kronis (LMK). Dimana kejadian LLA
pada kelompok usia anak 5 kali lebih sering terjadi dibanding dengan kejadian
LMA. (Belson et al, 2007). Proporsi besar kejadian kanker pada kelompok usia
anak adalah 32% dan 74% dari kelompok usia anak tersebut terdiagnosis leukemia.
Tahun 1994, insidensi kejadian Leukemia di Amerika adalah 31,8 per 1.000.000
kelahiran hidup (Ross et al, 1994).

1
2. Rhesus

Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena
berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk
menunjang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di
dunia ini sebenarnya dikenal sekitar kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang
dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jeniskarbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah.
Dua jenis penggolongan darah yang 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh,
hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak
kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia
hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.

Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan


jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:

Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan


antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap
antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-
negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif
atau O-negatif.

Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel


darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum
darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif

Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan


antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.
Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari
orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun,

2
orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali
pada sesama AB-positif.

Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebutdonor universal. Namun, orang dengan
golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.

Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di


dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah
A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena
golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah
ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.

B. Epidemiologi

Epidemiologi leukemia secara global prevalensi 13.7 per 100.000 populasi


dengan tingkat mortalitas 6.8 per 100.000 populasi per tahun. Di Indonesia, Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa leukemia merupakan salah satu
kanker yang paling banyak ditemui pada anak-anak.

Global :

Menurut data statistic kanker Surveillance, Epidemiology, and End Results


Program National Cancer Institute prevalensi leukemia sebesar 13.7 per 100.000
populasi per tahun, dan jumlah kematian leukemia sebesar 6.8 per 100.000
populasi per tahun. Pada tahun 2017 diperkirakan sebanyak 62.130 kasus baru
leukemia dan 24,500 orang akan meninggalan karena leukemia. Leukemia berada
di urutan ke-9 dilihat dari prevalensi kejadiannya, yaitu sebesar 3.7% dari seluruh
kanker di United States.

3
Prevalensi kasus leukemia pada kelompok usia 65-74 merupakan prevalensi
tertinggi yaitu sebesar 22.4% dengan median usia 66 tahun saat terdiagnosis
leukemia. Sedangkan jumlah kematian akibat leukemia paling tinggi ditemui pada
kelompok usia 75-84 tahun yaitu sebesar 30.2% dengan median usia 75 tahun saat
kematian.

Prevalensi kasus leukemia dilihat dari jenis kelamin didapatkan bahwa


kejadian pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan yaitu sebesar 17.6%, dan
perempuan sebesar 10.7%. Ras yang paling tinggi menderita leukemia adalah ras
kaukasian (18.5% laki-laki, 11,3% perempuan).

Kejadian leukemia pada anak (0-19 tahun) menurut CDC pada tahun 2014
adalah sebesar 8.4 per 100.000 ditemukan pada kelompok usia 1-4 tahun dan
tingkat kematian akibat leukemia sebesar 0.8 per 100.000 anak ditemukan pada
kelompok usia 15-19 tahun.[6,7]

Indonesia :

Menurut data Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes


Kementerian Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, prevalensi kanker di
Indonesia berturut-turut adalah kanker serviks (0.8%), kanker payudara (0,5%), dan
kanker prostat (0,2%). Riset yang dilakukan di RS Kanker Dharmais pada tahun
2010-2013 menyebutkan bahwa leukemia tidak termasuk dalam 10 kanker
terbanyak di Indonesia.

Namun menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan


prevalensi kanker anak umur 0-14 tahun sebesar 16.291 kasus, dan jenis kanker
yang paling banyak diderita anak di Indonesia yaitu leukemia dan retinoblastoma.
Pada riset yang dilakukan pada pasien anak di RS Kanker Dharmais pada tahun
yang sama menyatakan bahwa leukemia adalah penyakit dengan jumlah kasus
baru dan jumlah kematian terbanyak di RS Kanker Dharmais.[8-10]

4
C. Pengertian
1. Pengertian Leukhemia

Leukemi berasal dari bahasa yunani leukos-putih dan haima-darah.


Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan
getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan
lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-
sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati
dan sel-sel baru akan menggantikannya.

Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, Sel-sel baru
ini terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati
seperti seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang
menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain.

Beberapa pengertian menurut para ahli yaitu sbb:

a) Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
b) Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal
(Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 )
c) Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya
kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan

5
adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk,
2002 : 495)
d) Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk
darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).

Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi


sel darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum
tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus,
dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal,
ginjal dan kulit.

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis


berpendapat bahwa leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya
kanker pada alat pembentuk darah.

2. Pengertian Rhesus

Rhesus adalah protein (antigen) yang terdapat pada permukaan sel darah
merah. Sistem penggolongan berdasarkan rhesus ini ditemukan
oleh Landsteiner dan Wiener tahun 1940. Disebut “rhesus” karena saat
itu Landsteiner-Wienermelakukan riset dengan menggunakan darah kera rhesus
(Macaca mulatta), salah satu spesies kera yang banyak dijumpai di India dan
Cina. Mereka yang mempunyai faktor protein ini disebut rhesus positif.
Sedangkan yang tidak memiliki faktor protein ini disebut rhesus negatif.

6
D. Etiologi

Penyebab leukemia yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :

a) Genetik
Adanya Penyimpangan Kromosom Insidensi leukemia meningkat pada
penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down,
sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich,
sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome,
sindroma von Reckinghausen, dan neurofibromatosis ( Wiernik, 1985;
Wilson, 1991 ) . Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan
adanya perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-
group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada
aneuploidy.
b) 2 Saudara kandung

Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar


identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama
kelahiran . Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia
yang sangat tinggi ( Wiernik,1985 ) .

c) Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan
kromosom dapatan, misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang
dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut,
khususnya ANLL ( Wiernik,1985; Wilson, 1991 )

d) Virus

Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus


menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada
manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel
leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal

7
dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia
pada hewan. ( Wiernik, 1985 ).Salah satu virus yang terbukti dapat
menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia .
Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia . Virus ini
ditemukan oleh Takatsuki dkk ( Kumala, 19990).

e) Bahan Kimia dan Obat-obatan

Paparan kromis dari bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan dengan


peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering
terpapar benzen. ( Wiernik,1985; Wilson, 1991 ) Selain benzen beberapa
bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain :
produk – produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan
ladang elektromagnetik ( Fauci, et. al, 1998 ) .

f) Obat-obatan

Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan inhibitor topoisomere


II ) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan
AML . Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan
menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML (
Fauci, et. al, 1998).

g) Radiasi

Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia ( ANLL ) ditemukan


pada pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan
pada kasus lain seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk
Jepang yang selamat dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia
ditemui juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi misal : pembesaran
thymic, para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis.

h) Leukemia Sekunder

8
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain
disebut Secondary Acute Leukemia ( SAL ) atau treatment related
leukemia. Termasuk diantaranya penyakit Hodgin, limphoma, myeloma,
dan kanker payudara . Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang
digunakan termasuk golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat
menyebabkan kerusakan DNA . Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah
putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui.
Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu
(misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko
terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu
(misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap
leukemia.

E. Patofisiologi

Leukemia disebabkan akibat dari adanya mutasi pada DNA somatik. Mutasi
tersebut disebabkan oleh terjadinya aktivasi onkogen atau deaktivasi gen tumor
supresor dan terganggunya pengaturan program kematian sel (apoptosis). Mutasi
tersebut bisa terjadi secara spontan atau karena pengaruh radiasi atau pemaparan
substansi karsinogen dan erat hubungannya dengan faktor genetik.

Beberapa penderita disebabkan oleh pengaruh radiasi ion, pemaparan bahan


kimia misalnya benzen dan agen kemoterapi alkyl untuk pengobatan malignan
sebelumnya, karakteristik kelahiran anak, kondisi reproduktif orang tua, pengaruh
kondisi lingkungan, faktor immunologi tubuh seseorang dan kebiasaan perilaku
yang tidak sehat seperti merokok. Beberapa faktor tersebut selanjutnya
mempengaruhi tubuh untuk melakukan mutasi DNA somatik.

Virus juga ada hubungannya dengan leukemia, paada hewan uji coba mencit
dan hewan uji coba lainnya dengan infeksi retrovirus ada hubungannya dengan
kejadian leukemia. Retrovirus yang teridentifikasi adalah Human T-lymphotropic
virus atau HTLV-1 yang selanjutnya diketahui sebagai penyebab T-cell Leukemia.

9
Penderita leukemia diduga mempunyai gen tunggal atau gen multipel penyebab
leukemia, jenis leukemia bisa sama atau juga bisa jenis leukemia yang lain. Pada
kelainan genetik tersebut individu mempunyai kromosom defek atau kelainan
genetik tertentu yang mempunyai risiko lebih besar terhadap leukemia. Misalnya,
seseorang dengan gejala down’s syndrome mempunyai risiko tinggi terhadap
kejadian leukemia (Darmono, 2012)

F. Manifestasi Klinis

Gejala Leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita,


namun demikian secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Demam

Penderita akan mengalami demam yang kadang suhu tubuh turun dengan
sendirinya namun setelah itu demam datang dengan suhu tubuh yang lebih tinggi
dari demam sebelumnya. Hal ini akibat dari aktivitas sel imun yang menyerang sel
kanker dalam tubuh sebagai bentuk pertahanan tubuh.

2. Sakit kepala

Penderita sering mengalami pusing yang datang tiba-tiba. Hal ini


dikarenakan aktivitas sel kanker yang menghimpit saraf kerja otak, dimana sel
kanker tersebut masuk ke dalam otak melalui sumsum tulang belakang.

3. Berat badan menurun

Berat badan merupakan salah satu gejala yang timbul akibat proses
penyerapan gizi yang tidak stabil karena adanya gangguan sel kanker yang
menyerang organ-organ pencernaan. Fungsi dari organ-organ tersebut terganggu
sehingga fungsinya kurang maksimal.

4. Anemia

10
Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel
darah merah dibawah normal menyebabkan oksigen dalam tubuh berkurang,
akibatnya penderita bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan
oksigen dalam tubuh).

5. Perdarahan

Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena
didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan
dijaringan kulit (banyaknya bintik merah lebar/kecil dijaringan kulit).

6. Terserang Infeksi

Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama
melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang
diterbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya.
Akibatnya tubuh penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan
sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, pilek dan batuk.

7. Nyeri Tulang dan Persendian

Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow)
mendesak padat oleh sel darah putih. Sehingga penderita merasakan nyeri pada
tulang dan persendiannya.

8. Nyeri Perut

Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel
leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan
pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat
berdampak hilangnya nafsu makan penderita leukemia.

9. Pembengkakan Kelenjar Limpha

Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar


lympa, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa

11
bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan
pembengkakan.

10. Kesulitan Bernafas (Dispnea)

Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada,


apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis. Pada
leukemia akut, gejala-gejala nampak dan memburuk secara cepat. Orang-orang
dengan penyakit ini pergi ke dokter karena mereka merasa sakit. Gejala-gejala lain
dari leukemia akut adalah muntah, bingung, kehilangan kontrol otot, dan serangan-
serangan (epilepsi). Sel-sel leukemia juga dapat berkumpul pada buah-buah pelir
(testikel) dan menyebabkan pembengkakan. Juga, beberapa pasien-pasien
mengembangkan luka-luka pada mata-mata atau pada kulit. Leukemia juga dapat
mempengaruhi saluran pencernaan, ginjal, paru-paru, atau bagian lain dari tubuh
(Chandrayani, 2010).

G. Pemeriksaan Laboratorium
1. Hitung darah lengkap : Menunjukkan normositik, anemia normositik
2. Hemoglobulin : Dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : Jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : Sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : Mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan
SDP immature
6. PTT : Memanjang
7. LDH : Mungkin meningkat
8. Asam urat serum : Mungkin meningkat
9. Muramidase serum : Pengikatan pada leukemia monositik akut dan
mielomonositik
10. Copper serum : Meningkat
11. Zink serum : Menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : Dapat mengindikasikan derajat keterlibatan.

12
H. Penatalaksanaan / Pengobatan

Penanganan dan pengobatan Leukemia biasanya dimulai dari gejala yang


muncul, seperti anemia, perdarahan dan infeksi. Secara garis besar penanganan dan
pengobatan Leukemia bisa dilakukan dengan cara salah satu ataupun gabungan dari
beberapa metode, seperti:

1. Kemoterapi
2. Terapi radiasi
3. Transplantasi sumsum tulang

Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan total dengan


menghancurkan sel-sel leukemia sehingga sel normal bias tumbuh kembali di
dalam sumsum tulang. Penderita yang menjalani kemoterapi perlu dirawat di
rumah sakit selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada respon
yang ditunjukkan oleh sumsum tulang belakang. Sebelum sumsum tulang kembali
berfungsi normal, penderita mungkin memerlukan :

a) Transfusi sel darah merahuntuk mengatasi anemia


b) Transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan
c) Antibiotik untuk mengatasi infeksi

Beberapa kombinasi dari obat kemoterapi sering digunakan dan dosisnya


diulang elama beberpa hari atau beberapa minggu. Suatu kombinasi terdiri dari
prednisone per-oral dan dosis mingguan dari vinkristin dengan antrasiklin atau
asparaginase intravena. Untuk mengatasi sel leukemia di otak, biasanya diberikan
suntikan metotreksat langsung ke dalam cairan spinal dan terapi penyinaran ke
otak. Beberapa minggu atau beberapa bulan setelah pengobatan awal yang intensif
untuk menghancurkan sel leukemia, diberikan kemoterapi konsolidasi dan
kemoterapi rehabilitasi untuk menghancurkan sisa-sisa sel leukemik dalam tubuh
penderita. Proses pengobatan bisa berlangsung selama 2-3 tahun (Yayan, 2010).

13
REFERENSI

M. Aidil, 2013. Hubungan Kejadian Kanker Anak dengan Riwayat Kanker pada
Keluarga. Skripsi: Univesitas Diponegoro.

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC; 2001.

Brtunner, Sudadarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Price A.Sylvia dan Wilson M.Lrroaine, Patofisiologi Konsep Klinis proses-proses


Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran. Edisi 6

14

Anda mungkin juga menyukai