Kti Linda Ayu Lestari
Kti Linda Ayu Lestari
Kti Linda Ayu Lestari
OLEH :
A. Identitas Diri
Nama : Linda Ayu Lestari
NIM : P00320013117
Tempat, Tanggal Lahir : Anduonohu, 04 Juni 1995
Suku / Bangsa : Sunda, Bugis / Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
B. Pendidikan
1. SD Negeri 07 Poasia, tamat tahun 2007
2. SMP Negeri 5 Kendari, tamat tahun 2010
3. SMK Tunas Husada Kendari, tamat tahun 2013
4. Sejak tahun 2013 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
v
MOTTO
vi
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan
judul “Gambaran Hasil Pemeriksaan Widal Slide Menggunakan Serum dan
Plasma EDTA pada Penderita Demam Tifoid Di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Kendari”. Penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma III (D III) pada Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
Proses penulisan karya tulis ini telah melewati perjalanan panjang, dan
penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis juga menghanturkan rasa terimakasih
kepada ibu Anita Rosanty, S.ST., M.Kes selaku pembimbing I dan ibu Supiati
STP.,MPH selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kesabaran
dalam membimbing dan atas segala pengorbanan waktu dan pikiran selama
menyusun karya tulis ini. Ucapan terima kasih penulis juga tujukan kepada:
1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
3. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Dr.Hj.Asridah
Mukaddimah, M.Kes dan Kepala Laboratorium Tuty Dwiyana Amd.Anakes,
SKM atas kesediaan tempat penelitian.
4. Ibu Ruth Mongan, B.Sc., S.Pd., M.Pd selaku Ketua Jurusan Analis
Kesehatan.
5. Kepada Bapak dan Ibu Dewan Penguji, Ibu Hj. St. Nurhayani,
S.Kep.,Ns.M.Kep, Bapak Muhaimin Saranani ,S.Kep.,Ns.,M.Sc., dan Ibu
Tuty Yuniarty, S.Si.,M.Kes yang telah memberikan arahan perbaikan demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik
yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.
viii
7. Teristimewa dan tak terhingga penulis ucapkan terima kasih kepada
Ayahanda Hermawan dan Ibunda Nurmawati yang selama ini telah banyak
berkorban baik materi maupun non materi demi kesuksesan penulis serta
terima kasih buat saudara-saudaraku tersayang Sherin Indra Yunita dan
Andhika Diningrat
8. Kepada sahabat-sahabatku tersayang “Dian, Nilu, Rezky, Istiqomah, Winda
Melya, Rani, Arni, Asirudin, Erwan, Ofar, Rita, Devy, Nuzul, Putri, Cindy
Niputu, Mita dan Mhar” terimakasih atas motivasi dan semangat kalian
selama ini.
9. Seluruh teman-teman seperjuanganku mahasiswa jurusan analis kesehatan
yang dari awal kita bersama hingga saat ini yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu. Terimakasih atas dukungan yang kalian berikan.
Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan keterbatasan
yang ada, sehingga bentuk dan isi Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat kekeliruan dan kekurangan. Oleh karena itu
dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Karya ini merupakan tugas akhir yang wajib dilewati dari masa studi yang telah
penulis tempuh, semoga menjadi awal yang baik bagi penulis. Aamiin.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
x
I. Pengolahan Data .......................................................................... 30
J. Analisa Data ................................................................................ 30
K. Penyajian Data ............................................................................. 30
L. Etika Penelitian ............................................................................ 30
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 32
B. Hasil Penelitian ............................................................................ 34
C. Pembahasan.................................................................................. 36
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 41
B. Saran............................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Demam tifoid merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting
disebagian besar negara berkembang di dunia. Penyakit ini termasuk penyakit
menular yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang
wabah (Irianto, 2014).
Di negara berkembang demam tifoid diperkirakan sekitar 150 kasus
perjuta populasi 1 tahun di Amerika Latin dan 1.000 kasus perjuta populasi
pertahun dibeberapa negara Asia. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi
menahun yang dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Anak merupakan
paling rentan terkena demam tifoid. Walaupun gejala yang dialami anak lebih
ringan dari dewasa. Di hampir semua daerah endemik, insiden demam tifoid
banyak terjadi pada anak usia 3-9 tahun. Morbilitas di seluruh dunia,
setidaknya 17 juta kasus baru dan hingga 600 ribu kematian dilaporkan tiap
tahunnya (WHO, 2013).
Di Indonesia demam tifoid menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit
terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit. Pada tahun 2009 yaitu sebanyak
80.850 kasus dan yang meninggal sebanyak 1.747 orang. Sedangkan pada
tahun 2010 kasus demam tifoid yaitu sebanyak 41.081 kasus dan yang
meninggal sebanyak 274 orang (Kemenkes RI, 2011).
Di Sulawesi Tenggara kasus demam tifoid masih cukup tinggi
khususnya pada tahun 2012 mencapai 3.701 kasus, sedangkan pada tahun
2014 yaitu tercatat sebanyak 2.476 kasus. Meskipun terjadi penurunan tapi
masih merupakan masalah kesehatan nasional karena tercatat dalam 10
penyakit terbanyak di Provinsi Sulawesi Tenggara
(Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2013 dan 2015).
Demam tifoid disebut juga dengan typus abdominalis atau typoid.
Demam typoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan (usus halus) (Astuti, 2013).
1
2
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi (S. typhi) suatu basil
gram negatif, dapat bergerak, memiliki tiga antigen yaitu antigen O (somatik
terdiri dari lopopolisakarida), antigen H (flagel) dan antigen Vi (pili). S. typhi
yang biasanya terdapat dalam feses dan urin dari penderita demam tifoid,
masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar. Di
dalam usus halus, S. typhi akan masuk ke dalam sirkulasi darah menuju organ
sistem retikuloendotelial untuk bereplikasi dan terjadi bakteremia primer.
Masa inkubasi 10-14 hari diawali dengan gejala prodromal, kemudian timbul
demam, lemah, sakit kepala, konstipasi, bradikardia, dan mialgia
(Hardjoeno, 2007).
Diagnosa demam tifoid dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan widal. Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan aglutinasi
yang menggunakan suspensi bakteri Salmonella typhi dan Salmonella
paratyphi sebagai antigen untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap kedua
bakteri salmonella tersebut dalam serum penderita. Indikasi pemeriksaan
widal yaitu untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit demam tifoid
(Handojo, 2004).
Berdasarkan data dari RSUD Kota Kendari pada tahun 2014 pasien
yang menderita demam tifoid yaitu sebanyak 293 pasien. Pada tahun 2015
yaitu sebanyak 206 pasien. (RSUD Kota Kendari, 2014 dan 2015) dan pada
pemeriksaan widal slide selalu menggunakan plasma EDTA.
Pada pemeriksaan widal beberapa rumah sakit menggunakan serum,
Namun ada yang menggunakan plasma EDTA sebagai pengganti serum.
Menurut guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin bidang
molekuler mikrobiologi Prof. Hatta untuk akurasi penelitian harus
menggunakan serum. Hal ini karena pemeriksaan widal sangat peka terhadap
kondisi spesimen. Pemeriksaan Widal menggunakan plasma EDTA dapat
mempengaruhi hasil titernya, dengan menggunakan Plasma memberikan hasil
titer yang lebih rendah dibandingkan menggunakan serum
(Tusianawati, 2013). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya dengan jumlah 16 pasien menyatakan bahwa tidak terdapat
3
5
6
xantin, kreatinin, asam alkohol), lemak netral, fosfot lipid, dan glukosa,
dan unsur organik berupa natrium, flourida, bikarbonat, kalsium, kalium,
magnesium, fosfor, besi dan iodium (Price & Wilson, 2005).
Fungsi protein plasma adalah sebagai berikut :
a. Mempertahankan tekanan osmotik plasma yang diperlukan untuk
pembentukan dan penyerapan cairan jaringan;
b. Bergabung bersam asam dan alkali protein plasma, bertindk sebagai
penyangga dalam mempertahankan pH normal tubuh;
c. Fibrinogen dan protrombin merupakan faktor penting untuk
pembekuan darah;
d. Immunoglobulin merupakan hal yang esensial dalam pertahanan
tubuh melawan infeksi (Syaifuddin, 2011).
Plasma adalah bagian cair darah yang diberi antikoagulan (anti
pembekuan darah). Jika darah ditambah antikoagulan, maka tidak akan
terjadi pembekuan dan darah tetap cair. Darah yang ditambah
antikoagulan tersebut setelah didiamkan beberapa menit atau setelah
dicentriguge pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. akan terpisah
menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Plasma, yang berada di lapisan atas, berupa cairan berwarna kuning.
b. Buffy coat, yang berada di lapisan tengah yang tipis, merupakan
lapisan sel leukosit dan trombosit, dan
c. Eritrosit, yang berada di lapisan bawah.
Sejumlah darah di masukkan dalam tabung dengan penambahan
antikoagulan lalu di biarkan, selang beberapa lama kemudian terjadi
retraksi dengan akibat cairan mengalami perubahan di mana terjadi dua
lapisan. Cairan atas yang berwarna kuning adalah plasma. Plasma masih
mengandung fibrinogen, oleh karena dalam memperoleh cairan ini darah
di campur dengan anti koagulan untuk mencegah terjadinya pembekuan
darah tersebut sehingga tetap menjadi cairan dimana antikoagulan
tersebut adalah EDTA Ethylene Diamine Tetra-Acetat [ CH2N
(CH2CO2H)2]2).
19
Serum adalah komponen yang bukan berupa sel darah, juga bukan
faktor koagulasi; serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen. Serum
terdiri dari semua protein (yang tidak digunakan untuk pembekuan darah)
termasuk cairan elektrolit, antibodi, antigen, hormon, dan semua
substansi exogenous.
Sejumlah volume darah, di masukkan dalam sebuah wadah
(tabung) lalu di biarkan, maka selang beberapa lama kemudian darah
tersebut membeku dan selanjutnya mengalami retraksi dengan akibat
terperasnya cairan dalam bekuan. Cairan yang terperas dari dalam
bekuan tersebut yang berwarna kuning muda inilah yang di sebut serum.
Oleh karna itu dalam proses pembekuan darah, fibrinogen di ubah
menjadi fibrin, maka serum tidak mengandung fibrinogen lagi tetapi zat-
zat lainnya masih terdapat di dalamnya.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau
Salmonella paratyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini dapat mencemari
makanan dan minuman. Kemudian makanan dan minuman yang
terkontaminasi oleh bakteri masuk kedalam tubuh, Sebagian bakteri
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan
berkembang biak di dalam tubuh dan merangsang pembentukan antibodi
yang bersifat spesifik terhadap antigen yang merangsang pembentukannya.
Diagnosa laboratorium untuk demam tifoid dapat dilakukan dengan
pemeriksaan widal. Pemeriksaan Widal merupakan pemeriksaan serologis
untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi dan
Salmonella paratyphi, berdasarkan aglutinasi yang terjadi antara antigen yang
terdapat pada reagen dan antibodi yang terdapat di dalam tubuh.
Dalam pemeriksaan widal sampel yang digunakan adalah serum dan
plasma EDTA. Serum merupakan cairan darah yang tidak mengandung
antikoagulan. Sedangkan plasma EDTA merupakan cairan darah yang
mengandung antikoagulan EDTA. Dari kedua sampel tersebut dilakukan
pemeriksaan widal metode slide dan terjadinya aglutinasi merupakan hasil
reaksi antara antigen dan antibodi.
21
22
B. Kerangka Pikir
Pemeriksaan Widal
Hasil Pemeriksaan
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu hasil pemeriksaan widal slide
menggunakan serum dan plasma EDTA pada penderita demam tifoid.
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Serum adalah cairan darah yang berwarna kuning, yang tidak
mengandung antikoagulan.
Kriteria Objektif :
Dikatakan positif (+) jika terjadi aglutinasi pada pengenceran 1/80.
Dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi aglutinasi pada pengenceran 1/80.
2. Plasma EDTA adalah cairan darah yang berwarna kuning yang
mengandung antikoagulan.
Kriteria Objektif :
Dikatakan positif (+) jika terjadi aglutinasi pada pengenceran 1/80.
Dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi aglutinasi pada pengenceran 1/80.
3. Hasil pemeriksaan widal adalah nilai yang diperoleh dari pemeriksaan
widal yang menggunakan serum dan plasma EDTA.
23
Kriteria Objektif :
Jika terjadi aglutinasi pada volume serum atau plasma 20 μl maka
positif 1 80. Jika tidak terjadi aglutinasi pada volume serum atau plasma
20 μl pada pengenceran 1/80.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
yaitu untuk memperoleh gambaran hasil pemeriksaan widal slide menggunakan
serum dan plasma EDTA pada penderita demam tifoid di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari dengan waktu penelitian 20 Juni – 11 Juli 2016.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan atau totalitas objek yang diteliti yang
ciri-cirinya akan diduga atau ditaksir (estimated) (Nasir, 2011). Populasi
dalam penelitian ini adalah semua pasien penderita demam tifoid yang
melakukan pemeriksaan widal di Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Kendari.
2. Sampel
Sampel adalah wakil dari populasi yang ciri-cirinya diungkapkan
dan akan digunakan untuk menaksir ciri-ciri populasi (Nasir, 2011). Besar
sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu 15% karena jumlah populasi
>100.
Besar sampel = Total Populasi x 15%
15
206 𝑥 = 31 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
100
Maka besar sampel dalam penelitian ini yaitu 31 sampel dan teknik
pengambilan sampel yaitu Accidental Sampling yaitu peneliti mengambil
subjek yang ditemui saat itu.
24
25
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku, jurnal penelitian atau
media lain yang terkait dengan penelitian.
I. Pengolahan Data
1. Editing, yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul.
2. Coding, yaitu memberikan kode pada data untuk memudahkan dalam
memasukkan data ke program computer
3. Scoring, yaitu setelah melakukan pengkodean, maka dilanjutkan dengan
tahap pemberian skor pada masing-masing sampel yang digunakan dalam
bentuk angka.
4. Tabulating, yaitu setelah data tersebut masuk kemudian direkap dan
disusun dalam bentuk tabel agar dapat dibaca dengan mudah.
J. Analisa Data
Data yang telah diolah kemudian dianalisa dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
𝑓
𝑋= ×𝑘
𝑛
Keterangan :
X : Jumlah presentase variabel yang diteliti
f : Jumlah responden berdasarkan variable
n : Jumlah sampel penelitian
k : Konstanta (100%)
K. Penyajian Data
Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk dan kemudian
dijelaskan dalam bentuk narasi.
L. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subyek. Dalam
penelitian ini menekankan masalah etika yang meliputi antara lain :
1. Ananomity (Tanpa nama)
Dilakukan dengan cara tidak memberikan nama responden pada
lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
31
2. Informed consent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan
diteliti yang memenuhi kriteria inklusi, bila subjek menolak, maka
peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subyek.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Yaitu menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya. Informasi yang dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil penelitian.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
RSUD Kota Kendari terletak di Jl. Brigjen Z.A Sugianto No : 39
Kel. Kambu Kec. Kambu Kota Kendari. Pada tahun 2008, oleh
pemerintah Kota Kendari telah mempunyai lahan seluas 13.000 ha.
Batas wilayah RSUD Kota Kendari
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Mandonga.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Poasia.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Mokoau.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wua-Wua.
2. Sejarah Berdirinya RSUD Kota Kendari
RSUD Kota Kendari merupakan bangunan atau gedung
peninggalan pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1927
dan telah mengalami beberapa kali perubahan yaitu Dibangun oleh
Pemerintah Belanda pada tahun 1927, Dilakukan rehabilitasi oleh
Pemerintah Jepang pada tahun 1942-1945, Menjadi Rumah Sakit Tentara
pada tahun 1945-1960, Menjadi RSU Kabupaten Kendari pada tahun
1960-1989, Menjadi Puskesmas Gunung Jati pada tahun 1989-2001,
Menjadi RSU Kota Kendari pada tahun 2001 berdasarkan Perda Kota
Kendari No. 17 Tahun 2001.
Diresmikan penggunaannya sebagai RSUD Abunawas Kota
Kendari oleh bapak Walikota Kendari pada tanggal 23 Januari 2003.
Pada tanggal 9 Desember 2011 Rumah Sakit Umum Daerah Abunawas
Kota Kendari resmi menempati Gedung baru yang terletak di Jl. Brigjen
Z.A Sugianto No : 39 Kel. Kambu Kec. Kambu Kota Kendari. Pada
tanggal 12-14 Desember 2012 telah divisitasi oleh TIM Komite
Akreditasi Rumah Sakit ( KARS ), dan berhasil terakreditasi penuh
sebanyak 5 pelayanan ( Administrasi dan Manajemen, Rekam Medik,
Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Medik dan IGD ).
32
33
C. Pembahasan
1. Pemeriksaan widal slide menggunakan serum pada penderita demam
tifoid.
Dari hasil penelitian 31 pasien yang telah melakukan pemeriksaan
widal menggunakan serum diperoleh hasil positif sebanyak 31 orang
dengan presentase 100%. Reaksi widal positif berarti serum orang
tersebut mempunyai antibodi terhadap Salmonella typhi maupun
Salmonella paratyphi. Reaksi widal negatif artinya tidak memiliki
antibodi terhadap Salmonella typhi maupun Salmonella paratyphi.
Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan aglutinasi yang
menggunakan suspensi bakteri Salmonella typhi dan Salmonella
paratyphi sebagai antigen untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
kedua bakteri salmonella tersebut dalam serum penderita tersangka
demam tifoid yaitu aglutinin O, H, AH dan BH. Semakin tinggi titer
aglutinin maka kemungkinan infeksi bakteri Salmonella makin tinggi
(Irianto, 2014).
Serum adalah bagian cair darah yang tidak diberi antikoagulan.
Serum merupakan cairan darah yang tidak mengandung fibrinogen
(Komponen pembeku darah), sel dan faktor koagulasi lainnya. Pada
dasarnya serum mempunyai komposisi yang sama dengan plasma kecuali
kandungan fibrinogen dan faktor pembekuan ІІ (Protrombin), V
37
(Proakselerin), dan VІІІ (AHF dan AHG) tidak dimiliki oleh serum.
Serum juga memiliki kandungan serotonin yang lebih tinggi dibanding
plasma, karena terjadi pemecahan trombosit selama proses
penggumpalan (Ganong, 2002).
Serum lebih baik digunakan untuk beberapa pemeriksaan karena
serum tidak mengandung bahan-bahan dari luar seperti adanya
penambahan antikoagulan sehingga komponen-komponen yang
terkandung di dalam serum tidak terganggu aktifitas atau reaksinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan
menggunakan serum yaitu penundaan pemeriksaan dalam waktu yang
lama pada suhu yang tidak sesuai sehingga membuat serum rusak. Jika
dilakukan penundaan maka disimpan pada suhu 18-30oC selama 3 hari.
Dan pada suhu 4 oC selama 1 minggu. Darah yang belum membeku
dengan baik kemudian dicentrifuge menyebabkan darah lisis sehingga
menyulitkan pembacaan karena sampel akan menjadi keruh
(Sardini, 2007).
2. Pemeriksaan Widal Menggunakan Plasma EDTA pada Penderita Demam
Tifoid.
Dari hasil penelitian 31 pasien yang melakukan pemeriksaan widal
menggunakan plasma EDTA diperoleh hasil positif sebanyak 31 orang
(100%). Plasma adalah bagian cair darah yang diberi antikoagulan (anti
pembekuan darah). Plasma terdiri dari 91 sampai 92% air yang berperan
sebagai medium transpor, dan 8 sampai 9% zat padat. Zat padat tersebut
antara lain protein-protein seperti albumin, globulin, faktor-faktor
pembekuan dan enzim; unsur organik seperti nitrogen non protein (urea,
asam urat, xantin, kreatinin, asam alkohol), lemak netral, fosfot lipid, dan
glukosa, dan unsur organik berupa natrium, flourida, bikarbonat, kalsium,
kalium, magnesium, fosfor, besi dan iodium (Price & Wilson, 2005).
EDTA adalah antikoagulan yaitu zat yang mencegah pembekuan
darah dengan cara mengikat (khelasi) atau mengendapkan (presipitasi)
kalsium, atau dengan cara menghambat pembentukan trombin yang
38
demam tifoid tidak ada perbedaan, tetapi pria lebih banyak terpapar
dengan bakteri S.typhi dibandingkan dengan wanita, karena aktivitas di
luar rumah lebih banyak. Hal ini memungkinkan pria mendapat risiko
lebih besar untuk menderita penyakit demam tifoid dibandingkan dengan
wanita.
Kebiasaan makan diluar rumah dapat menjadi salah satu faktor hal
ini dikarenakan apabila makanan dan minuman yang dikonsumsi kurang
bersih. Dapat juga disebabkan karena makanan tersebut disajikan oleh
seorang penderita tifus laten (tersembunyi) yang kurang menjaga
kebersihan saat memasak. Seseorang dapat membawa bakteri tifus dalam
saluran pencernaannya tanpa sakit, ini yang disebut dengan penderita
laten. Penderita ini dapat menularkan penyakit tifus ini ke banyak orang,
apalagi jika dia bekerja dalam menyajikan makanan bagi banyak orang
seperti tukang masak di restoran (Siska, 2009).
Penularan bakteri Salmonella thypi dapat ditularkan melalui
minuman terkontaminasi dan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap di makanan yang akan dikonsumsi oleh orang sehat. Apabila
orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci
tangan dan makanan yang tercemar bakteri Salmonella thypi masuk ke
tubuh orang yang sehat melalui mulut, selanjutnya orang sehat akan
menjadi sakit (Addin, 2009).
Beberapa kondisi kehidupan manusia yang sangat berperan pada
penularan demam tifoid yaitu higiene perorangan yang rendah, seperti
budaya cuci tangan yang tidak terbiasa. Hal ini jelas pada anak-anak,
penyaji makanan serta pengasuh anak, higiene makanan dan minuman
yang rendah. Faktor ini paling berperan pada penularan tifoid. Beberapa
contoh untuk ini diantaranya: makanan yang dicuci dengan air yang
terkontaminasi (seperti sayur-sayuran dan buah-buahan), sayuran yang
dipupuk dengan tinja manusia, makanan yang tercemar dengan debu,
sampah, dihinggapi lalat, air minum yang tidak masak, dan sebagainya.
Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air limbah,
40
41
DAFTAR PUSTAKA
Kepada
Yth, Responden
di
Tempat
Hormat Saya,
(Nama Lengkap)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI
LABORATORIUM
l.Z.A. Sugianto No.39 Kota Kendari Telp. (0401) 33359171
Hasil Pemeriksaan
Jenis
Kode
Umur Kelamin Serum
No Sampel Plasma EDTA
L P O H AH BH O H AH BH
1 A1 20 1/320 1/320 1/160 Neg(-) 1/320 1/320 1/160 Neg(-)
2 A2 19 1/320 1/160 Neg(-) Neg(-) 1/320 1/160 Neg(-) Neg(-)
3 A3 22 1/160 1/160 1/80 Neg(-) 1/160 1/160 1/80 Neg(-)
4 A4 20 1/320 1/160 Neg(-) 1/80 1/320 1/160 Neg(-) 1/80
5 A5 21 1/160 1/160 1/80 Neg(-) 1/160 1/160 1/80 Neg(-)
6 A6 21 1/320 1/320 1/80 Neg(-) 1/320 1/320 1/80 Neg(-)
7 A7 26 1/160 1/160 1/160 Neg(-) 1/160 1/160 1/160 Neg(-)
8 A8 16 1/320 1/320 Neg(-) 1/160 1/320 1/320 Neg(-) 1/160
9 A9 18 1/320 1/160 Neg(-) Neg(-) 1/320 1/160 Neg(-) Neg(-)
10 A10 26 1/320 1/160 Neg(-) Neg(-) 1/320 1/160 Neg(-) Neg(-)
11 A11 20 1/320 1/160 1/80 Neg(-) 1/320 1/160 1/80 Neg(-)
12 A12 27 1/320 1/320 Neg(-) Neg(-) 1/320 1/320 Neg(-) Neg(-)
13 A13 19 1/160 1/160 1/80 Neg(-) 1/160 1/160 1/80 Neg(-)
14 A14 29 1/160 1/160 Neg(-) 1/80 1/160 1/160 Neg(-) 1/80
15 A15 22 1/320 1/160 1/160 Neg(-) 1/320 1/160 1/160 Neg(-)
16 A16 17 1/320 1/160 1/160 Neg(-) 1/320 1/160 1/160 Neg(-)
17 A17 18 1/320 1/160 1/80 Neg(-) 1/320 1/160 1/80 Neg(-)
18 A18 38 1/160 1/160 1/160 Neg(-) 1/160 1/160 1/160 Neg(-)
19 A19 35 1/160 1/160 Neg(-) Neg(-) 1/160 1/160 Neg(-) Neg(-)
20 A20 21 1/320 1/160 Neg(-) Neg(-) 1/320 1/160 Neg(-) Neg(-)
21 A21 36 1/160 1/160 1/80 Neg(-) 1/160 1/320 1/80 Neg(-)
22 A22 28 1/160 1/160 1/160 1/80 1/160 1/160 1/160 1/80
23 A23 35 1/320 1/320 Neg(-) 1/160 1/320 1/320 Neg(-) 1/160
24 A24 30 1/320 1/320 1/160 Neg(-) 1/320 1/320 1/160 Neg(-)
25 A25 17 1/160 1/160 1/80 Neg(-) 1/160 1/160 1/80 Neg(-)
26 A26 20 1/160 1/160 Neg(-) 1/80 1/160 1/160 Neg(-) 1/80
27 A27 19 1/160 1/160 Neg(-) Neg(-) 1/160 1/160 Neg(-) Neg(-)
28 A28 14 1/80 1/80 1/80 Neg(-) 1/80 1/80 1/80 Neg(-)
29 A29 16 1/320 1/320 Neg(-) 1/80 1/320 1/320 Neg(-) 1/80
30 A30 26 1/160 1/160 Neg(-) 1/80 1/160 1/160 Neg(-) 1/80
31 A31 15 1/80 1/80 Neg(-) Neg(-) 1/80 1/80 Neg(-) Neg(-)
Lampiran 4
TABULASI DATA
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN WIDAL SLIDE MENGGUNAKAN SERUM DAN PLASMA EDTA PADA
PENDERITA DEMAM TIFOID DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI
TAHUN 2016
No Kode Umur Jenis Hasil Pemeriksaan
Sampel Kelamin Serum Plasma EDTA
O H AH BH % Kategori O H AH BH % Kategori
1 A1 20 Thn L 1 1 1 0 75 Positif 1 1 1 0 75 Positif
2 A2 19 Thn L 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
3 A3 22 Thn L 1 1 1 0 75 Positif 1 1 1 0 75 Positif
4 A4 20 Thn P 1 1 0 1 75 Positif 1 1 0 1 75 Positif
5 A5 21 Thn P 1 1 1 0 75 Positif 1 1 1 0 75 Positif
6 A6 21 Thn L 1 1 1 0 75 Positif 1 1 1 0 75 Positif
7 A7 21 Thn L 1 1 1 0 75 Positif 1 1 1 0 75 Positif
8 A8 16 Thn P 1 1 0 1 75 Positif 1 1 0 1 75 Positif
9 A9 18 Thn P 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
10 A10 26 Thn P 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
11 A11 20 Thn L 1 1 1 0 75 Positif 1 1 1 0 75 Positif
12 A12 25 Thn L 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
13 A13 19 Thn L 1 1 1 1 100 Positif 1 1 1 1 100 Positif
14 A14 29 Thn L 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
15 A15 22 Thn L 1 1 1 0 75 Positif 1 1 1 0 75 Positif
16 A16 17 Thn L 1 1 1 0 75 Positif 1 1 1 0 75 Positif
17 A17 18 Thn P 1 1 1 0 75 Positif 1 1 1 0 75 Positif
18 A18 24 Thn P 1 1 1 0 75 Positif 1 1 1 0 75 Positif
19 A19 35 Thn L 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
20 A20 21 Thn L 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
21 A21 20 Thn L 1 1 1 1 100 Positif 1 1 1 1 100 Positif
22 A22 28 Thn P 1 1 1 1 100 Positif 1 1 1 1 100 Positif
23 A23 35 Thn P 1 1 0 1 75 Positif 1 1 0 1 75 Positif
24 A24 30 Thn P 1 1 1 0 75 Positif 1 1 1 0 75 Positif
25 A25 17 Thn L 1 1 1 0 75 Positif 1 1 1 0 75 Positif
26 A26 20 Thn P 1 1 0 1 75 Positif 1 1 0 1 75 Positif
27 A27 19 Thn L 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
28 A28 19 Thn L 1 1 1 0 75 Positif 1 1 1 0 75 Positif
29 A29 16 Thn P 1 1 0 1 75 Positif 1 1 0 1 75 Positif
30 A30 29 Thn P 1 1 0 1 75 Positif 1 1 0 1 75 Positif
31 A31 16 Thn P 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
Lampiran 5
MASTER TABEL
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN WIDAL SLIDE MENGGUNAKAN SERUM DAN PLASMA EDTA PADA PENDERITA
DEMAM TIFOID DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI
TAHUN 2016
No Kode Umur Jenis Kelamin Hasil Pemeriksaan
Sampel 12-16 17-25 26-35 36-45 L P Serum Plasma EDTA
Positif Negatif Positif Negatif
1 A1
2 A2
3 A3
4 A4
5 A5
6 A6
7 A7
8 A8
9 A9
10 A10
11 A11
12 A12
13 A13
14 A14
15 A15
16 A16
17 A17
18 A18
19 A19
20 A20
21 A21
22 A22
23 A23
24 A24
25 A25
26 A26
27 A27
28 A28
29 A29
30 A30
31 A31
Frekuensi 6 15 8 2 17 14 31 31
Jumlah 31 31 31 31
DOKUMENTASI PENELITIAN