Proposal Penelitian (REVISIII)
Proposal Penelitian (REVISIII)
Proposal Penelitian (REVISIII)
USULAN PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan Penelitian
Pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Singaperbangsa Karawang
Disusun Oleh:
RANDY AKBAR
1510631090081
Menyetujui,
Mengetahui,
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi
kenikmatan kepada kami, mulai dari nikmat lahir dan nikmat hidup. Salawat dan
salam semoga terlimpah curahkan mengalir tanpa akhir mngucur tanpa tertutup
waktu kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun judul yang akan penulis bahas
dalam Usulan Penelitian ini yaitu “Pemanfaatan Data Citra Landsat 8 dan
1. Prof. Dr. H. Moh. Wahyudin Zarkasyi, SE., MS., Ak., CPA. Rektor
Karawang.
3. Darso Sugiono, SP., MP. Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas
Karawang.
8. Pimpinan dan Karyawan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
iii
9. Orang tua penulis Zachariyas Lambri dan Neneng Suwarni yang
menuntut ilmu.
10. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan Usulan Penelitian
Penulis sangat berharap Usulan Penelitian ini dapat berguna dalam rangka
bahwa di dalam Usulan Penelitian ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
Akhir kata kami berharap agar Usulan Penelitian ini dapat bermanfaat
Karawang, 2019
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah…............................................................. 3
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian................................................. 3
1.4 Kegunaan Penelitian................................................................ 3
1.5 Kerangka Pemikiran................................................................. 4
1.6 Hipotesis.................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
v
LAMPIRAN.................................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu jenis
pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya. Hal ini disebabkan karena
dari sekian banyak tananam yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit
2001).
komersial, kelapa sawit ditanam di blok usia seragam dan kepadatan yang sama.
Perusahaan perkebunan memiliki peta usia blok kelapa sawit, akan tetapi
informasi spasial ini tidak mudah diakses untuk tujuan penilaian dampak
informasi yang dapat memberikan informasi besar produksi yang akan dihasilkan
jauh optik dan radar telah berhasil digunakan dalam berbagai aplikasi yang
1
2
yang luas, dekat akuisisi data real-time dan kemampuan perekaman berulang
dengan waktu yang teratur (Carolita dkk, 2015). Penginderaan Jauh memiliki
potensi signifikan untuk membantu pemantauan kelapa sawit dan upaya prediksi.
dengan biaya yang efektif untuk untuk memetakan kelapa sawit serta memberikan
sawit.
Data satelit Landsat Thematic Mapper (Wahid, 1998) dan SPOT (Lukman
pertumbuhan kelapa sawit dan untuk memetakan perbedaan usia sawit pada tahap
sehingga akan dapat diprediksi umur kelapa sawit dengan menggunakan data
Data satelit Landsat Thematic Mapper (Wahid, 1998) dan SPOT (Lukman
pertumbuhan kelapa sawit dan untuk memetakan perbedaan usia sawit pada tahap
antara Landsat spektral band dan usia kelapa sawit adalah 69%. Band 5 dari
Landsat, IRI (indeks Red Infra), dan MIRII (Infra red Tengah) dari Landsat
memberikan korelasi terbesar dengan usia kelapa sawit. Oleh karena itu
3
SPOT dan Landsat yang diterima oleh LAPAN, dan dipantau pertumbuhannya.
kelapa sawit di Indonesia yang lebih baik, lebih akurat, dan tepat waktu.
1. Bagaimana klasifikasi penggunaan lahan kelapa sawit dan non kelapa sawit
melalui pemanfaatan data citra Landsat 8 dan SPOT-6 di PTPN VII Oil Palm
Landsat 8 dan SPOT-6 di PTPN VII Oil Palm Cikasungka Kabupaten Bogor?
tanaman Kelapa Sawit menggunakan data citra Landsat 8 dan SPOT-6 (Studi
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lahan kelapa sawit dan non
kelapa sawit dan mengidentifikasi umur kelapa sawit dengan menggunakan data
4
citra satelit Landsat 8 dan SPOT-6 (Studi Kasus PTPN VIII Oil Palm Cikasungka
Kabupaten Bogor).
oleh Pengguna (dalam hal ini Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit) dapat
hama penyakit, serta memprediksi panen yang akan dihasilkan. karena itu
dari sisi keilmuan yaitu berguna sebagai pengembangan ilmu remote sensing
secara umum.
Unsur alam dan unsur buatan yang ada di permukaan bumi dapat direkam
dalam bentuk pantulan panjang gelombang atau dalam bentuk citra yang relatif
lebih mendekati gambaran fisik objek objek yang ada di permukaan bumi. Objek
tersebut terekam pada citra landsat 8 maupun SPOT-6 dengan image yang
berbeda. Kedua image tersebut dapat dipakai sebagai pendefinisian suatu objek
Pada kelapa sawit terdapat pola khusus sebagai tanaman perkebunan yang
dapat dikenali dari data penginderaan jauh. dimana bentuk area atau blok
perkebunannya terlihat petak persegi dengan pola teratur pada citra hingga dengan
tekstur yang halus pada citra resolusi menengah. Pada resolusi tinggi tekstur
5
terlihat sangat berbeda dari objek lainnya, karena daun-daunya membentuk pola
Pada usia muda, batang kelapa sawit masih pendek dan daun-daun belum banyak,
sehingga jarak antar tanaman masih nampak jelas (Lapan, 2014). Semakin
Adanya bentuk, warna, dan pola serta tekstur yang khas dari perkebunan
kelapa sawit menyebabkan kelapa sawit dapat dikenali dengan mudah dan baik
pada citra resolusi menengah dan tinggi. Berbagai manfaat dari aplikasi
umur kelapa sawit, sehingga akan dapat diprediksi umur kelapa sawit dengan
1.6. Hipotesis
1. Terdapat perbedaan nyata identifikasi kelas lahan kelapa sawit dan non kelapa
sawit.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat.
Tetapi ada sebagian berpendapat justru menyatakan bahwa kelapa sawit berasal
dari kawasan Amerika Selatan yaitu Brazil. Hal ini karena spesies kelapa sawit
kenyatannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti
hasil produksi perhektar yang lebih tinggi (Fauzi et al,. 2012). Kelapa sawit
tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari
Maritius dan Amsterdam untuk ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa
sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911.
Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Haller, seorang
berkebangsaan Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika.
perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di
Pantai Timur Sumatra (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunannya saat itu sebesar
5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576
6
7
ton ke negara-negara Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti
Kelapa sawit di Indonesia diintroduksi pertama kali oleh Kebun Raya pada
tahun 1884 dari Mauritius (Afrika). Saat itu Johannes Elyas Teysmann yang
menjabat sebagai Direktur Kebun Raya. Hasil introduksi ini berkembang dan
merupakan induk dari perkebunan kelapa sawit di Asia Tenggara. Pohon induk ini
telah mati pada 15 Oktober 1989, tapi anakannya bisa dilihat di Kebun Raya
pusat penanaman kelapa sawit yang pertama kali terbentuk di Indonesia, namun
demikian sentra penanaman ini berkembang ke Jawa Barat (Garut selatan, Banten
Selatan), Kalimantan Barat dan Timur, Riau, Jambi, Irian Jaya. Pada tahun 1995
luas perkebunan kelapa sawit adalah 2.025 juta, dan diperkirakan pada tahun 2005
luas perkebunan menjadi 2.7 juta hektar dengan produksi minyak sebesar 9.9
ton/tahun.
sebagai berikut :
a. Akar
tunggang. Radikula (bakal akar) pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah
bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 meter.
Akar primer kelapa sawit terus berkembang. Susunan akar kelapa sawit terdiri
dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke
samping. Serabut primer ini akan bercabang menjadi akar sekunder ke atas dan
ke bawah. Akhirnya, cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar
b. Batang
Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang
yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang
kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk
seperti kubis dan enak dimakan. Pada batang tanaman kelapa sawit terdapat
pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun
daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang
masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak
c. Daun
9
burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang
sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun
berbaris dua sampai ke ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk
Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan
mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk
lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit
pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan
perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk. Buah kelapa sawit tersusun dari
kulit buah yang licin dan keras (epicarp), daging buah (mesocrap) dari susunan
serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocrap) atau cangkang atau
tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang
(embryo) yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah, yaitu:
dalam tanah. Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua
warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan
setelah matang menjadi merah kuning (orange). Jika sudah berwarna orange, buah
e. Biji
Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda.
Biji dura afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gam, sehingga
dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13 gam per biji, dan
biji tenera afrika rata-rata memiliki bobot 2 gam per biji. Biji kelapa sawit
1. Varietas Dura, dengan ciri-ciri yaitu ketebalan cangkangnya 2-8 mm, dibagian
luar cangkang tidak terdapat lingkaran serabut, daging buahnya relatif tipis,
dan daging biji besar dengan kandungan minyak yang rendah. Varietas ini
2. Varietas Pisifera, dengan ciri-ciri yaitu ketebalan cangkang yang sangat tipis
(bahkan hampir tidak ada). Daging buah pissifera tebal dan daging biji sangat
tipis. Pisifera tidak dapat digunakan sebagai bahan baku untuk tanaman
komersial, tetapi digunakan sebagai induk jantan oleh para pemulia tanaman
3. Varietas Tenera merupakan hasil persilangan antara dura dan pisifera. Varietas
ini memiliki ciri-ciri yaitu cangkang yang yang tipis dengan ketebalan 1,5 –
4mm, terdapat serabut melingkar disekeliling tempurung dan daging buah yang
Berdasarkan warna buah, tanaman kelapa sawit terbagi menjadi 3 jenis yaitu:
buah yang telah masak berwarna jingga kemerah-merahan dengan ujung buah
lingkungan yang baik agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal.
Keadaan iklim dan tanah merupakan faktor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit,
di samping faktor – faktor lainnya seperti sifat genetika, perlakuan budidaya, dan
Kelapa sawit dapat tumbuh pada bermacam jenis tanah. Ciri tanah yang
baik untuk kelapa sawit diantaranya gembur, aerasi dan drainase baik, kaya akan
humus, dan tidak memiliki lapisan padas. Tanaman kelapa sawit cocok
dibudidayakan pada pH 5,5 – 7,0. Curah hujan dibawah 1250 mm/th sudah
merupakan pembatas pertumbuhan, karena dapat terjadi defisit air, namun jika
sehingga kemungkinan terjadi aborsi bunga jantan maupun bunga jantan maupun
bunga betina menjadi lebih tinggi. Ketinggian tempat yang baik untuk ditanam
tanaman kelapa sawit yaitu antara 0 – 500 m dpl dengan kemiringan lereng
a. Pengendalian Gulma
gulma menjadi pesaing tanaman kelapa sawit dalam menyerap unsur hara
dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau
mendeteksi hama dan penyakit pada waktu yang lebih dini mutlak harus
ledakan serangan yang tak terkendali atau terduga. Hama yang sering
ulat kantong, tikus, rayap, Adoretus, dan Apogonia, serta babi hutan.
Penyakit utama kelapa sawit adalah penyakit busuk pangkal batang kelapa
atau Racumin. Penyakit pada tanaman kelapa sawit hingga saat ini, belum
kelapa sawit yang terserang penyakit ini, pangkal batang dan sisa-sisa akar
c. Pemupukan
yang sangat luas dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk yang
dihasilkan.
tahap pembibitan dan TBM yang mengacu pada dosis baku, tahap TM
informasi tentang objek, daerah atau gejala, melalui data yang diperoleh dengan
menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang
akan dikaji (Lillesand and Kiefer, 1990). Penginderaan jauh dilakukan dengan
pancaran (emission) dari objek yang diamati. Obyek di permukaan bumi akan
ditangkap dan direkam oleh sensor (Bakara, 2014). Sistem penginderaan jauh
memiliki empat komponen dasar yaitu; objek, sumber energi, alur transmisi, serta
untuk kemudian diproses menjadi format yang siap dipakai berupa citra. Citra
mengenai objek yang diamati. Terdapat tiga kelompok utama objek permukaan
16
bumi yang dapat dideteksi oleh sensor yaitu: air, tanah, serta vegetasi. Masing-
(Gunawan, 2014).
objek tersebut dapat dikenali. Menurut Lillesand and Kiefer (1990), unsur-unsur
1. Rona dan warna, merupakan unsur pengenal utama objek pada citra
3. Ukuran, merupakan ciri objek berupa jarak, luas, tinggi dan volume.
5. Pola atau susunan keruangan yang menandai objek bentukan manusia dan
umumnya ditanam dengan pola dan jarak tanam yang seragam, serta lahan
6. Asosiasi, merupakan keterkaitan antara objek satu dengan objek yang lain.
Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu objek pada citra
dari atas, objek tersebut tersebut tidak dapat diindefikasi secara langsung,
menyusul ERTS-2 pada tahun 1975, satelit ini membawa sensor Retore Beam
Vidcin (RBV) dan Multi Spectral Scanner (MSS) yang mempunyai resolusi
Landsat Data Continuity Mission (LDCM). Satelit ini mulai menyediakan produk
18
citra open access sejak tanggal 30 Mei 2013, menandai perkembangan baru dunia
Satelit ini kemudian lebih dikenal sebagai Landsat 8. Pengelolaan arsip data citra
masih ditangani oleh Earth Resources Observation and Science (EROS) Center.
melakukan liputan pada area yang sama setiap 16 hari sekali. Resolusi
ketinggian 705 km dari permukaan bumi dan memiliki area scan seluas 170 km
satelit landsat versi terbarunya ini mengemban misi selama 5 tahun beroperasi
sensor Operational Land Imager (OLI) dirancang 5 tahun dan sensor Thermal
landsat 8 dapat lebih panjang dari umur yang dicanangkan sebagaimana terjadi
pada landsat 5 (TM) yang awalnya ditargetkan hanya beroperasi 3 tahun namun
sebanyak 11 buah. Diantara kanal-kanal tersebut, 9 kanal (band 1-9) berada pada
OLI dan 2 lainnya (band 10 dan 11) pada TIRS. Sebagian besar kanal memiliki
Satish Dhawan, India. Satelit SPOT6 membawa sensor NAOMI (New AstroSat
ini dari seri satelit SPOT. Sensor NAOMI bekerja pada panjang gelombang kanal
spektral lebih lebar daripada kanal Pankromatik SPOT-4 dan SPOT-5, yakni 0,450
spektral warna biru. Kanal spektral biru berpotensi mempertegas batas tepi pantai,
sedimentasi laut dan mendeteksi terumbu karang yang sulit dideteksi oleh kanal
20
satelit yang mengsinkronkan pergerakan satelit dalam orbit, presisi bidang orbit
tersebut akan selalu melewati lokasi tertentu di permukaan bumi pada waktu lokal
yang sama setiap hari. Modus nominal pencitraan berada pada 60 km dan
berorientasi sepanjang sumbu utara ke selatan sampai 600 km. (wirandha dkk,
2015)
penginderaan jauh karena tanaman kelapa sawit memiliki pola penanaman yang
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara yang disajikan dalam bentuk
tulisan, tabel, dan peta. Tulisan disini berupa informasi umum mengenai
penjelasan Provinsi Sumatera Utara dan informasi tentang kelapa sawit sehingga
menyajikan data luas lahan dan produksi perkebunan pada tahun 2009 dan 2010,
kabupaten.
Dalam aplikasi data penginderaan jauh Landsat 7 ETM Tahun 2005 dan
Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Dapat diperoleh data kesesuaian lahan,
tanaman komoditas kelapa sawit di Kabupaten Rokan Hilir (Haryani et al, 2005).
bekerja sama dengan Sucofindo, P4W, dan LPPM IPB juga melakukan pemetaan
untuk komoditas tanaman perkebunan lain selain kelapa sawit yaitu karet dan
yang digunakan untuk menganalisa keadaan vegetasi dari suatu luasan wilayah.
Indeks tersebut memiliki berbagai macam variasi algoritma. Indeks vegetasi juga
merupakan suatu metode transformasi citra berbasis data spektral yang banyak
yang saat ini terus berkembang. Vegetasi memiliki ciri khas spektral yang unik
22
sehingga dapat dianalisis dengan berbagai cara untuk mendapatkan indeks yang
jauh (remote sensing) dan sistem informasi geografis (SIG). Metode pengukuran
(lufilah, 2017)
wilayah, dan metode ini cukup berguna dan sudah sering digunakan dalam
jauh. Secara definisi matematis, dengan menggunakan NDVI, maka suatu wilayah
dengan kondisi vegetasi yang rapat akan memiliki nilai NDVI yang positif.
koreksi terhadap satu atau beberapa faktor yang menjadi kekurangan NDVI
Rentang nilai NDVI adalah antara -1,0 hingga +1,0. Nilai yang lebih besar
dari 0,1 biasanya menandakan peningkatan derajat kehijauan dan intensitas dari
vegetasi. Nilai diantara 0 dan 0,1 umumnya merupakan karakteristik dari bebatuan
23
dan lahan kosong, dan nilai yang kurang dari 0 kemungkinan mengindikasikan
awan es, awan air dan salju. Permukaan vegetasi memiliki rentang nilai NDVI 0,1
untuk lahan savanna (padang rumput) hingga 0,8 untuk daerah hutan hujan tropis
(Tinambunan, 2006).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Data Satelit
2. Data Sekunder
Palm Cikasungka.
24
25
Alat :
penyusunan laporan.
b. Hardisk Seagate 2 TB, digunakan untuk menyimpan data selama
penelitian.
c. Handphone (Samsung J8), digunakan untuk komunikasi, penelusuran
koordinat di lapangan.
d. Microsoft Word, digunakan untuk penyusunan laporan penelitian.
e. Microsoft Excel, digunakan untuk perhitungan analisis regresi linear.
karakteristik citra satelit, ciri khas kenampakan kelapa sawit dari citra satelit serta
hasil penelitian yang telah dilakukan, serta untuk memperoleh metode yang tepat
Data primer yaitu data citra Landsat 8 dan SPOT-6 yang digunakan dalam
penelitian ini berdasarkan time series yang diperlukan. Data citra Landsat 8 dapat
diperoleh dari situs resmi United State Geological Survey (USGS) yaitu,
pegumpulan data terkait (peta rupa bumi, peta jenis tanah dari lokasi penelitian).
tanam (kalendar tanam, data produksi, data pengelolaan, dan data curah hujan)
dari lokasi blok untuk peneltian. Pengamatan daerah sekitar lokasi pengambilan
radiometrik dan geometrik. Lalu pengolahan lanjut seperti cropping area Kelapa
dengan akurasi < 0.5 pixels yang bertujuan untuk mendapatkan citra yang telah
bebas dari kesalahan kesalahan radiometrik dan geometrik sehingga citra siap
klasifikasi untuk memisahkan lahan kelapa sawit dari lahan lainnya (non sawit).
usia kelapa sawit. Dari citra NDVI terlihat adanya perbedaan tingkat nilai NDVI
Dilakukan dengan cara menyusun data - data yang diperoleh di lapangan lalu
diinput menjadi bentuk file shp agar mudah ketika melakukan validasi data.
29
kelapa sawit. Selanjutnya model estimasi dibuat dengan metode statistik regresi,
dimana variable dependen adalah umur, dan variable independen adalah nilai
spektral untuk kanal-kanal SPOT-6, Landsat 8 dan parameter lainnya (indeks yang
diturunkan dari nilai spectral kanal-kanal Landsat 8). Model estimasi juga dibuat
dengan variable dependen adalah luas dan variable independennya nilai spektral
dengan cara, menerapkan model yang telah diperoleh di area atau blok lain yang
ingin diprediksi umurnya. Blok tersebut belum digunakan untuk modeling serta
memiliki informasi umur dari data lapangan, kemudian data yang dihasilkan
yang besar antara hasil prediksi dengan data dari lapangan, maka perlu dilakukan
perbaikan model.
besar dari model yang dihasilkan. Sehingga perlu adanya perbaikan hasil, yang
30
blok area atau dengan menambahkan data time series atau multiwaktunya.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, P. 2011. Kaya dengan bertani kelapa sawit. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. 146
hlm.
Bakara, J., (2014), Sistem Menejemen Data Citra Satelit Penginderaan Jauh Resolusi
Tinggi Untuk Kebutuhan Nasional, Deteksi Parameter Geobiofisik dan
Diseminasi Penginderaan Jauh, Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014.
Barus, B., Moentoha, S., Iskandar, L., Sapta, R., Hari, A., Hermanu, W., Supijatno, LS
Iman, Bambang, H., dan Diar S. Pemetaan Komoditas Perkebunan Kelapa
Sawit, Karet dan Kakao dan Industrinya di Indonesia (Mapping of Oil Palm,
Rubber and Cacao Plantation and It’s Industry in Indonesia). 2011.
http://bbarus.staff.ipb.ac.id (diakses 21 Maret 2012).
Haryani, N., Herny, R dan Adhitya, K. 2005. Kajian Potensi dan Pengembangan
Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Rokan Hilir – Riau. Pertemuan Ilmiah
Tahunan MAPIN XIV. 14 – 15 September 2005, Surabaya.
Huda N. 2014 Analisis Debit Maksimum untuk Pembuatan Peta Alokasi Penggunaan
Air Permukaan (Studi Kasus : Das Kupang, Jawa Tengah). [Skripsi].
Universitas Diponegoro. Semarang. [Terhubung Berkala]
http://eprints.undip.ac.id/42806/3/BAB_II.pdf [07/04/2019]
Khaswarina, S., 2001. Keragaman Bibit Kelapa Sawit Terhadap Pemberian Berbagai
Kombinasi Pupuk di Pembibitan Utama. Jurnal Natur Indonesia. Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara. 23-25 hal.
Lillesand, T.M and R.W. Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Dulbahri, Prapto S, Hartono, Suharyadi, penerjemah; Fakultas Geografi,
32
Pahan, I. 2012 . Kelapa Sawit:Manajemen dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya.
Jakarta. 411 hlm.
PTPN VII (Persero). 2006. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Wineka Media. Bandar
Lampung. 167 hlm.
Sinaga, H. 2011. Making Geographic Information System (GIS) Area of Oil Palm
Plantations In North Sumatra Province. Gunadarma University Library
Sitorus, Jansen. Develoment of Model for Prediction of Oil Palm Age using Satellite
data. Journal Penginderaan Jauh Vol 1 No 1, than 2004.
Tim Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Kelapa Sawit. Yrama Widya.
Bandung. 128 hlm.
LAMPIRAN
34