Aliran Deonstruksi Lengkap

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

V.1.

Latar Belakang

Dekonstruksi berlandaskan pada semangat konstruktivisme Rusia. Di mana di dalamnya


mencoba untuk mengoyak mimpi indah tersebut melalui penampilan bidang-bidang yang
simpang siur dan garis-garis yang merentang sehingga keseluruhan struktur seolah-olah akan
segera ‘ runtuh ‘. Banyak kritik dilontarkan terhadap usaha Johnson dan Wigley dalam
membeberkan paralelisme antara arsitektur dan dekonstruktivisme dengan kontruktivisme Rusia.
Alasannya karena mereka hanya mendasarkan pada kemiripan bentuk dan prinsip estetik, tapi
sama sekali mengabaikan konteks social, politik, dan ideologis di mana kedua gejala tersebut
tumbuh.

Bahkan Charles Jenks kemudian menyebutnya dengan istilah “ Neo


Constructivism “. Pada akhirnya, dekonstruksi yang lahir dari pengaruh filsafat
derrida disebut sebagai dekonstukdi derridian.

Yang lahir seke dar sebagai produk pragmatis dan formal disebut sebagai
dekonstruksi non derridian, lebih melihat segi estetiknya. Sebutan ini dipelopori oleh
Geoffrey Broadbent dalam bukunya.

Pertanyaan yang sulit terungkap dan sering muncul dalam pembahasan tentang
dekonstruksi dalam aristektur adalah : Apa relevansi filsafat dekonstruksi derrida
dengan arsitektur ? . Untuk memperjelas m asalah tersebut perlu pengertian singkat
pemahaman derrida tentang : bahasa ; metode dekontruksi ; phonosentrisme ;
logocentrisme.

Metode dekonstruksi menurut derrida adalah membaca teks secara teliti,


sehingga premis -prem is/argumen-argumen yang melandasinya dapat digunakan untuk
meruntuhkan argumentasi yang disusun atas premis tersebut. Contoh :

- Teks kemerdekaan AS.

- Atas nama rakyat disyahkan UU.

- Atas nama rakyat ? padahal saat itu belum ada pemilu.

- Kenapa jarak kolo m sama ? karena untuk efisiensi.


- Apakah efisiensi itu ?.

- Hirarki : dari kecil ke besar. Kenapa ?.

- Alasannya diteliti kemudian d ibalik untuk menyerang

Bagi orang tertentu yang menghendaki perubahan dalam cara berpikir dari arsitektur yang ada (
arsitektur modern ) filsafat derrida sangat relevan. Pemikiran tersebut didasarkan pada adanya
alasan filsafat tersebut menawarkan pemahaman dan perspektif baru tentang arsitektur. Sehingga
proses pemikiran kembali ( rethinking ) premis ( dalil-dalil ) dan kaidah tradisional arsitektur
dapat dilakukan.

V.2. Lahirnya Dekonstruksi

Lahirnya kira-kira pada musim semi 1977, ketika Peter Eisenman mempublikasikan
editorial ‘Post Functionlaism’-nya, dengan nama majalahnya ‘opposition’. Hadir sebagai reaksi
terhadap pameran arsitektur rasional dan Ecole des Beaux Arts, pada museum seni modern,
Eisenman mengkarakteristikkan kedua pameran tersebut sebagai post modern dan bahkan lebih
buruknya mengangkat segi-segi kemanusiaan ( humanism ) dari sebuah bangunan. Padahal
sebagaimana diketahui bahwa modernisme sangat anti-humanis. Pada dasarnya hal tersebut
merupakan pertanda lahirnya seni abad 19 dan 20 yang mana abstrak, atonal, dan atemporal.
Taktiknya adalah dengan membuat segalanya yang typical menjadi ‘tidak‘ atau ‘pemecahan‘
bentuk yang lain.

Menggunakan ide Michael Foucault dari new episteme yang memecahkan humanisme,
Eisenman mengedepankan bahwa modern arsitektur menjauhkan manusia dari pusat bumi ini,
memperkenalkan ide bahwa sesuatu kepemilikan dan fungsionalisme dapat diubah menjadi
atemporal dan mode dekomposisi. Suatu metode desain dengan bentukan yang diyakini berasal
dari seri bagian-bagian – tanda tanpa makna. Bila ini terdengar familiar, pastilah karena
dekonstruksi telah menjadi salah satu fakultas seni terkemuka di Ivy League, dan sekarang telah
menjadi suatu ortodoks / paham.

Ditekankan bahwa mereka bukan diibaratkan sebagai orang Ethuopia yang berharap
untuk mengubah lingkungan, melainkan lebih memainkan bentuk modern dengan memasukkan
unsure estetika; kesan esensial mereka bukanlah etik namun ber’gaya. Goldbenger mengklaim
bahwa bangunan yang dapat dikategorikan neo-modern saat itu adalah Bernard Tschumi- parc
de la Villette, karena rancangannya merupakan hasil fantasi tanpa adanya ideologi yang pasti.
Pendapat ini bisa benar dan salah ; benar-karena Tschumi membuat bentukan paviliun dengan
memainkan bentuk constructivistme yang melayang; salah-karena Mannerisme merupakan salah
satu karakteristik dari purna dan post modern arsitektur. Tschumi berkeras bahwa folies yang ada
mengilustrasikan teori dari dekonstruksi.
Pada ideologi ini, dihubungkan dengan Eisenman, yang benar-benar memperbarui new
modernism dengan bentukannya yang ‘ baru ‘ dalam arsitektur. Anti humanist, decentring,
penghilangan manusia dari dunia, menurut Eisenman akan eksis di filosofi modern, akan tetapi
dalam arsitektur hal itu tidak terjadi. Cukup beralasan sebab, arsitek hingga sekarang harus
menyesuaikan fungsi bangunan mereka dan menyocokkan dengan lingkungan yang ada.
Sekarang new modern tidak lagi mempercayai humanism; mereka lebih memilih untuk
mengerjakan rancangan mereka sebagai self justifying, yang bermain dengan ide metafisik.
Arsitek-arsitek yang mempelopori aliran ini adalah Peter Eisenman, Bernard Tschumi, Daniel
Libeskind, Fujii, Frank Gehry, Rem Koolhas, Zaha Hadid, Morphosis/ Thom Mayne dan Hejduk,
tapi bukan Foster, Rogers, Hopkins, Maki dan Pei. Merekalah pembentuk dekonstruksi dengan
melanjutkan gerakan modern dengan cara mengelaborasi dan menggabungkan bentukan yang
kompleks.

V.3. Pengertian Dekonstruksi

Apakah yang dimaksud dengan dekonstruksi itu ? Hampir semua orang memiliki
pemahaman yang berbeda-beda sejak konsep ini ada pada tahun 1971 dan telah menjadi focus
utama teori literature Amerika dan Perancis. Di luar itu, kita harus mewaspadai central paradox
yang mengatakan bahwa dekonstruksi telah menjadi akademik ortodoks dalam beberapa
universitas Amerika, kampus seni dan arsitektur, dll.

Dekonstruksi adalah sekolah filsafat di Perancis pada akhir 1960 dan memiliki pengaruh
yang kuat terhadap kritisme di Amerika. Penciptanya adalah Jacques Derrida. Lahir sebagai
respon komplek terhadap teori dan pergerakan filosofi abad 20 [First paragraph of a seven-page
explanation in the Encyclopedia of Contemporary Literary Theory (Toronto: University of
Toronto Press, 1993).]

Sedang dalam arsitektur dekonstruksi adalah suatu pendekatan terhadap perancangan


bangunan dengan mencoba melihat arsitektur dari segi bagian dan potongan. Bentuk dasar
arsitektur dirombak semua. Bangunannya tidak memiliki unsure logis : bentuknya tidak
berhubungan satu sama lain, tidak harmoni, abstrak.
(http://architecture.about.com/library/blgloss-deconstructivism.htm )

Dekonstruksi adalah post-strukturalism – yang merupakan reaksi pertama terhadap teori


dan praktek structural dari Claude Levi Strauss, Noam Chomsky dan semua yang mendapatkan
pengertian dan pertentangan dalam struktur. Akan tetapi post structuralism tidak memiliki sifat
dekonstruksi di dalamnya sebagaimana dimaksudkan adalah adanya proses dislocation, de-
composing, dan de-coding. (Charles Jencks, 1980)

Untuk singkatnya, bila diturutkan dalam dunia dan hubungan etymological dari Nietzche
dan Derrida, kita dapat mendengar bahwa kata ‘ de ‘ dan ‘ di ‘ terangkum dalam kata
dekonstruksi. Hal ini memusatkan, mengkomposisikan, dan memisahkan keseluruhan struktur
menjadi 3 bagian : yakni debunk ( menghilangkan ) ; derides ( mengejek ) ; dan deprecates (
mencela ) semua nilai dan norma yang mana telah ada dalam kehidupan.

Definisi dekonstruksi cenderung subjektif bila dilihat bagi tiap-tiap tokohnya. Hal ini
tampak jelas, di mana karya-karya arsitekturnya memiliki karakter yang berlainan satu sama lain,
tetapi seolah-olah memiliki persamaan pada bentuk ‘ luarnya ‘ yang kacau, abstrak, hanya
berupa imajinasi namun kenyataannya dapat dibangun. Contoh perbedaan tersebut :

- Menurut Peter Eisenman

o Wujud dari suatu bangunan tapi mencerminkan segi fungsional dari bangunan
tersebut, tetapi bukan sesuatu yang tematik. Misalnya : suatu dinding fungsinya
sebagai pembatas, tetapi bentuk atau penampilannya tidak selalu harus terbatas
seperti dinding umumnya ( Post functional ).

o Dekonstruksi adalah suatu bangunan dengan ide-ide yang tidak dapat dibangun.

- Menurut Bernard Tschumi

o Arsitektur suatu bangunan bukanlah merupakan suatu kesatuan dari susunan


massa ataupun keterpaduan dari fungsi, struktur, estetika yang melengkapi secara
nyata, tetapi bahkan merupakan anti sintesa yang berlawanan antara satu dengan
yang lainnya.

o Mencakup hal-hal yang bersifat konflik dari pada menggambarkan suatu objek
dengan perbandingan ukuran yang sebenarnya, dalam arti setiap karyanya tidak
berskala dan tidak dapat diukur dengan tepat.

- Menurut Zaha Hadid

o Setiap perancangan dari desain suatu karya Arsitektur adalah merupakan suatu
proyek percobaan yang harus menghasilkan sesuatu yang baru, belum pernah
diciptakan orang sebelumnya.

o Nilai dari setiap penciptaan harus abadi, dalam arti berlaku segala masa, terutama
masa akan datang.

- Menurut Frank Gehry

o Anti post modern; anti classicism-neoclassicism; anti denial; tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk mengembangkan post modern sebagai perbendaharaan
abstrak.

o Pemikiran suatu desain bukanlah merupakan pemikiran komplek, tapi hasil dari
pemikiran tidak serius. Hasil yang nampak akan memberi kesan terpecah-pecah.
Dari perbedaan-perbedaan karakter gaya dan aliran 4 tokoh dekonstruksi di atas akan
nampak bahwa makna dekonstruksi itu sendiri seolah-olah kabur karena tidak adanya kesamaan,
sedangkan adanya kesubjektifan yang nyata dari tiap karakter. Dekonstruksi merupakan suatu
kebangkitan kembali dan perkembangan lanjutan dari apa yang telah ada di era-era tahun
sebelumnya, suatu aliran yang popular dan berkembang pesat di Rusia, yaitu supprematism dan
constructivist.

Dekonstruksi memiliki arti yang berbeda-beda bagi tiap orang. Oleh karena itu untuk
mengerti artinya, maka harus mengerti perbedaan dari tiap tokoh dan karyanya masing-masing.

V.4. Aliran-aliran dalam Arsitektur Dekonstruksi

Ada beberapa perbedaan aliran dalam dekonstruksi, yang mana dipengaruhi


oleh pergerakan masing -masing arsitek. Pada dasarnya ada kecenderungan 4 bagian
dekonstruksi yang mana nantinya tiap arsitek akan memiliki cirri khas aliran sendiri
yang akan dibahas pada contoh kasus berikutnya. Bagian dekonstruksi :

1. Fragmentation and Discontinuity

Pecahan dan diskontinu. Aliran ini dianut oleh Frank Gehry – yang mana memecahkan
keseluruhan bentukan menjadi berbagai bagian pecahan dan menjajarkan pecahan-pecahan tadi
dengan filsafat seni.

2. Neo Constructivist yang dipelopori Rem Koolhas dan OMA

Inversional rotasi dari potongan-potongan besar menjadi dekomposisi perspektif yang


distorsinya colourful. Atau pula sebagaimana dapat dilihat pada Parc de La Villette, Tschumi
yang mana dapat terlihat permainan sirkulasi, grid, strip, dan confetti. Dalam Neo constructivist,
Zaha Hadid juga terkenal dengan flying beam dan cocktail stick, dan proyek lain yang membuat
dekonstruksi jadi begitu indah, dislocated – mengutip kata-katanya dan Leonidov – biasa disebut
anti gravitational. Neo constructivist ini terkenal optimis dan realistic sehubungan dengan mass
culture.

3. Folies, Bernard Tschumi


Persilangan antara late constructivist Chernikov, estetik dari Kandinsky dan dekonstruksi
Perancis ( Foucault dan Derrida ). Mereka ini terkenal dan diperhitungkan sebagai titik
pergerakan kemajuan constructivist, akan tetapi ide dan bentuk yang sama disintesis dan diambil
sebagai titik ekstrim oleh Daniel Libeskind. Ia telah menyerap ‘paham‘ dari beberapa sumber
antara lain : fragmentation milik Gehry ; flying beams dan cocktail milik Koolhas ; representasi
hermetic milik Eisenman. Kemudian kesemuanya itu dikombinasikan dengan suatu bentuk dan
bahasa yang lain, yang mana keduanya sangat bersifat personal dan anti architectural.

4. Positive Nihilism, Peter Eisenman

yang mana menemukan bahwa representasi itu sendiri merupakan tujuan akhir dari arsitektur.
Adalah benar adanya bahwa Eisenman telah pasti dengan kehilangan pusat, perbedaan yang
tidak dapat dipisahkan dengan modernism, massa yang uprooted, akhir dari identitas etnik – akan
tetapi tema ini selalu menomor duakan figure retorisnya dan disublimasi menjadi satu set
perubahan : catachresis, arabesque, grotesques atau pada masa lampau disebut : scaling, self
similarity, dan transformation. Hampir seluruh bagian arsitekturnya bersifat sangat abstrak
(meskipun sekarang beberapa representasi konvensional telah masuk), ia tetap konsisten.
Kebanyakan orang sulit untuk memahami karyanya, karena konsep yang ia terapkan sangat sulit
dipahami. Satu-satunya cara agar dapat menghargai karya Eisenman adalah dengan membaca
dan melihat karyanya, maka akan ditemukan estetika, keindahan dan sedikit pergerakan, namun
tetap privat.

V. 4. Prinsip Arsitektur Dekonstruksi

Ideologi dekonstruksi antara lain :

- Pentingnya perbedaan, ke’terbedaan’ dari yang lain.

- Bentuk asemantik.

- Memperlihat ke’dekonstruksiannya’ dengan kesan “ tulisan “ yang didapat dari bangunan.

- Tiap arsiteknya memiliki hak penuh atas desain bangunannya.

- “ Menaklukkan “ suatu kasus perancangan.

- Terpecah-pecah, terbagi-bagi (fragmented), tidak jelas bentuknya (destructive).

- Arsitek adalah metafisika.


Gaya yang dianut :

- Kontradiksi antar elemen bangunan, ada irama.

- Kompleksitas disjungsi, kecenderungan kaku ; kacau ; bengkok dan berbeda dari. yang lain.

- Ruang eksplosif dengan lantai mirin ( tilted floors ) ; cocktail sticks ;


penyimpangan/pembengkokan ( warps ) ; distorsi ; anamorfisme.

- Bentuk abstrak yang ekstrim.

- Frenzled cacophony ; violated perfection ; random noise.

- Tidak adanya keterikatan antara bentuk dan ruang yang ada di dalamnya.

- Estetika nol derajat ( degree zero ), kekosongan erotik mesin ( machine eroticism ).

- Ornamen pokoknya : pemecahan / fractal ; skala ; self similiarity ; catachresis ; apocalypse.

- Memperlihatkan kode pribadi.

- Pro restricted metaphors : planetary arch ; flying beam/ balok melayang ; knife blades ; fish
bananas.

- Memunculkan kembali sejarah yang ada.

- Kehancuran semu.

- Simbolik pribadi.

Ide desainnya antara lain :

- Non place sprawl ; grid point ; teori chaos/kehancuran.

- Fungsi indeterminan.

- Ahistorikal dan neo constructivist.

- Mengandung banyak kata-kata yang halus ( rhetorically redundant).

- Ruang dan massa yang saling berpenetrasi – ‘ chora ‘.

- Objek skulptur yang tidak berkesinambungan.

- Patahan, ruang yang terjadi karena ‘ ketidaksengajaan ‘.


- Dekomposisi, pemusatan ulang.

- Ketidakharmonisan, ‘random noise ‘.

Tanpa disadari dekonstruksi telah menggariskan prinsip-prinsip penting sebagai berikut:

- Tidak ada yang absolut dalam arsitektur. Tidak ada satu cara atau gaya yang
terbaik. Gaya klasik, tradisional, modern, dan lainnya m empunyai posisi dan
kesempatan yang sama untuk berkembang.

- Tidak ada antologi dan teologi dalam artsitektur. Tidak ada tokoh atau figure
yang perlu didewakan.

- Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam arsitektur harus segera diakhiri.
Perkembangan arsitektur selanjutnya harus mengarah pada keragaman
pandangan dan tata nilai.

- Visiocentrism atau pengutamaan indera penglihatan dalam arsitektur harus


diakhiri. Potensi indera lain harus dimanfaatkan pula secara seimbang.

- Arsitektur tidak lagi identik dengan produk bangunan. Arsitektur terkandung


dalam ide, gambar, model, dan fisik bangunan dengan jangkauan dan
aksentuasi yang berbeda. Prioritas yang diberikan pada ide, gambar, model, ke
bangunan harus setara karena ide, gambar, dan model tidak hanya berfungsi
sebagai simulasi atau representasi gedung, tetapi bisa menjadi produk atau
tujuan akhir arsitektur.

V.5. Contoh Studi Kas us


Peak Club (Neo constructivist – anti gravitational space)

Hongkong

Arsitektur : Zaha Hadid

Kompetisi ini dimenangkan oleh Zaha Hadid dengan kekhususan desainnya yang
terdiri dari ‘ balok -balok ‘ memanjang yang disusun bertumpangan, seperti lapisan -
lapisan horizontal. Ko nsep perancangan tersebut terutama karena bentuk dari situasi
geologi Ho ngkong, y ang terdiri dari lapisan -lapisan yang tersusun dengan tidak
teratur sampai ke puncak pegunungannya. Karena itulah, maka bentuk keseluruhan
dari Peak Club Building ini seolah seperti susunan pegunungan buatan manusia, yang
tersusun seperti suatu “ ke satuan “ yang tidak merata.

Hal inilah yang kemudian menjadikan bangunan ini termasuk sebagai objek
post modern, karena bangunan ini seolah -olah hidup dan berirama.Tidak ada kesan
kaku dan terikat. Semuanya terlihat sangat lugas. Berbeda dengan arsitektur modern
yang kaku dan tidak ‘ hidup ‘ sama sekali. Akan tetapi kesinambungannya dengan
arsitektur modern terlihat dari pemakaian material modern dan ide bentukan massa
asal yang berasal dari bentuk geometri.

Bentuk yang tersusun horizontal namun brutal dan dinamis, sesuai dengan
situasi Hongkong sendiri. Peak Club Building direncanakan sebagai suatu fasilitas
untuk bersenang -senang semata. Penam pilannya mewah, dan digunakan untuk
masyarakat kelas atas. Sistem struktur yang unik me rupakan bentuk keseluruhan dari
bangunan ini, yang terdiri dari 3 balok berbentuk linear, yang disusun secara tidak
beraturan, membentuk sudut yang berbeda. Dan disatukan dengan permainan ruang -
ruang kosong yang bervariasi dan terletak di antara balok -balok tersebut.

Balok pertama terdiri dari ruang -ruang koso ng yang terletak di antara balok -
balok massa, difungsikan sebagai ‘ club ‘ itu sendiri yang terdiri dari kolam renang,
perpustakaan dan fasilitas olah raga. Bagian massa -massa balok itu sendiri berfung si
sebagai apartemen dan studio (2 lantai ). Sedangkan bagian paling atas berfungsi
sebagai penthouse. Fasilitas club yang terletak pada ruang -ruang kosong di antara
massa-massa tersebut benar -benar terbuka dan disituasikan sebagai suatu “
pegunungan “, dengan cara membedakan ketinggian lantai. Seolah -olah seperti
lapisan -lapisan, mulai dari kolam renang sampai bagian paling bawah. Mengalir datar
dan melalui sesuatu ramp sebagai area sirkulasi, bar -bar, perpustakaan, dan tempat -
tempat latihan.

Konsep Zaha mengenai “ penyatuan “ antara bangunan dan lingkungannya


telah tampak jelas di sini. Demikian juga dengan penghubung elemen -elemen
bangunan yang berbeda -beda sesuai aktivitasnya melalui system sirkulasi yang ada.

Dari bentuk bangunannya tersebut, maka tak heran bila Zaha dimasukkan ke dalam dekonstruksi
aliran neo constructivist, di mana system konstruksi bangunan dibuat seefisien mungkin sebagai
dasar perancangannya. Dapat berarti menciptakan suatu system struktur yang tidak pernah
terpikir sebelumnya, dan ternyata mampu mendukung seluruh bangunan tersebut. Sehingga dapat
disimpulkan, menurut Zaha, suatu bangunan haruslah dirancang dengan bertolak dari pemikiran-
pemikiran sebagai berikut :

- Bangunan adalah suatu proyek/percobaan yang tidak pernah s elesai, sehingga


akan selalu menghasilkan sesuatu yang sama sekali baru yang belum pernah
ada. Bahkan dimungkinkan suatu bentuk dari masa yang akan datang ( future
). Zaha Hadid menganut aliran Russian Suprematism, suatu aliran yang
mengawali dekonstruksi pada umumnya.

- Supprematism m enggambarkan “ sesuatu yang melawan masa lampau “,


seperti seorang senim an yang melawan hal -hal yang natural. Bagi Zaha Hadid,
berarsitektur adalah bereksperimen tentang seni arsitektur yang bebas dengan
ide-ide yang bar u sam a sekali.

- Dari bentuk bangunannya, dapat dilihat bahwa Zaha termasuk seorang ‘


Constructivist ‘. Bangunannya harus dapat menampilkan ide/cerita yang masih
berupa fantasi/ seuatu bentuk abstrak dari pengarangnya, ke dalam suatu
bentuk nyata ata u m odel dari cerita itu sendiri yaitu bentuk bangunan itu
sendiri. Pada bangunan ini terlihat bahwa bentukannya merupakan suatu
bentuk abstrak dari pegunungan.

- Bangunan harus dapat memancing emosi dan imajinasi dari tiap -tiap orang
yang melihatnya. Untuk memancing emosi dan imajinasi, pada bangunan ini,
Zaha menggunakan warna -warna ‘ berani ‘, terutama pada bagian
penyajiannya.

- Bangunan menggambarkan sesuatu yang abstrak dan liar, bahkan mungkin


menjadi brutal.

- Bangunan adalah pemersat u ruang dalam dan ruang luar . Antara bangunan
dan lingkungan sekitar, merupakan kesatuan yang utuh dan saling melengkapi.

- Bangunan adalah tempat untuk melaksanakan aktifitas yang berbeda -beda.


Karena itu, maka bangunan juga terdiri dari elemen -elemen atau bentuk yang
berbeda dan disatukan oleh system sirkulasi dengan peno njolan system
konstruksi.
- Pembedaan aktifitas dilakukan dengan pembedaan elemen -elemen
bangunannya. Selain itu, juga berfungsi untuk menghindari kesan monoton.
Sebagaimana b anyak ditemui pada arsitektur modern.

- Banyaknya bangunan Zaha yang menggunakan flying beam membuatnya


dijuluki sebagai arsitek dekonstruksi aliran anti -gravitatio nal space. Banyaknya
balok yang melayang menciptakan bangunan seolah -olah tidak ada yan g
menopang semakin m enambah cirri khas dekonstruksi bangunannya.
Hysolar Building (Abstracting the open end)

Arsitek : Gunther Beni sch

Yang menandai obyek ini sebagai o byek postmodern adalah :

- Tidak ditemukannya bentukan-bentukan monoton dan fungsional dari


bangunan ini, yang ada justru bentukan -bentukan baru yang sebelumnya belum
ada dalam arsitektur modern.

- Bangunan ini cenderung memiliki ko mposisi yang bebas. Tampak bukan

merupakan proyeksi dari denah 2 d -nya, akan tetapi merupakan suatu bentukan
yang didapat dari bentukan geometri yang diolah.

- Tidak adanya ruang yang terjadi karena fungsional seperti pada bangunan

arsitektur modern. Pada tampak terlihat cocktail sticks yang menopang


bangunannya den gan ‘ tidak pasti ‘.

- Bentuk bangunan miringnya diekstrimkan sebagai ciri utama arsitektur

dekonstruksi, sehingga nampak sekali massa bangunan bukan didapat dari hasil
proyeksi denah.

- Banyaknya sudut bangunan yang muncul tanpa adanya penjelasa n dari segi

fungsinya. Hal itu semata -mata dimunculkan untuk segi estetikanya.

Tingkat keterkaitannya dengan arsitektur modern :

Bangunan ini berawal dari bentuk geometris. Sama dengan arsitektur modern yang
menggunakan bentuk geometris sebagai dasar perancangannya, di mana bentuk bangunan
terjadi karena fungsi bangunan dan besaran ruang yang membatasinya. Akan halnya pada
bangunan dekonstruksi ini, memang dari bentuk geometris, tapi bentuk geometris tadi
diolah lagi sedemikian rupa. Bentuknya diurai-uraikan dan kemudian dihadirkan kembali.
Tidak hanya dalam bentuk sebuah bidang, namun juga bentukan massa yang baru yang
mengandung unsur sudut dan garis. Sehingga bentukan yang terjadi pun jadi jauh lebih
kompleks dari bentukan awal geometri. Massanya sarat dengan unsure sudut yang
miring, baik itu dari dindingnya, jendela, atap, dll.

Hal inilah yang membuatnya berbeda dengan bangunan arsitektur modern. Pada arsitektur
modern, setelah bentukan awal denah geometris terjadi, maka akan langsung diproyeksikan
menjadi tampak dan potongan. Arsitektur dekonstruksi sebaliknya sebagaimana telah diuraikan
di atas.

Kesamaan lain yang mungkin dapat ditemukan adalah penggunaan bahan bangunan yang bersifat
modern, seperti baja, kaca, aluminium, dll. Pada bangunan modern, kebanyakan dapat kita temui
di Amerika, Chicago, penggunaan baja dan kaca dengan denah typical dianggap sebagai
bentukan arsitektur yang sangat menarik. Sedangkan bagi para arsitek dekonstruksi khususnya
dan post modern pada umumnya, penggunaan material modern tidak hanya sekedar
menerapkannya pada bangunan sebagai hasil dari kemajuan teknologi yang ada. Akan tetapi,
mereka menerapkannya ke bangunan berdasarkan imajinasi mereka, berdasarkan kebutuhan
mereka akan estetika yang kerap dilupakan dalam arsitektur modern. Sehingga dapat terlihat
berbagai alternatif pengaplikasian material ke bangunan dalam berbagai bentuk yang baru. Kaca
tidak lagi terbatas persegi, namun bila diolah sesuai tampak bangunan, dimungkinkan saja untuk
menggunakannya dalam bentuk trapezium. Kolom-kolom baja yang awalnya lurus dari lantai
dasar sampai atas, dapat dibuat lain dengan memiringkannya. Sistem strukturnya pun masih kuat.

Jadi, arsitektur dekonstruksi sebenarnya merupakan bentuk pengembangan dari arsitektur


modern. Berawal dari bentuk geometri dan penggunaan bahan modern. Arsitektur dekonstruksi
melanjutkan pengembangannya dengan menghadirkan alternatif desain baru di mana di
dalamnya menghadirkan unsur estetika dan filsafat baru tentang bangunan.

Dengan adanya unsur estetika, bangunan post modern menjadi lebih dinamis dan lugas dalam
penyampainnya ke masyarakat. Bangunannya seakan-akan hidup dan tidak hanya sekedar
bangunan yang mati dan hadir sebagai suatu produk hasil produksi.

Arsitek obyek ini melakukan olahan hingga menjadi obyek post modern :

- Gunther tidak memulai perancangan bangunannya dengan denah,


melainkan massa geometri yang diolah – diuraikan dan dikomposisi ulang
hingga mendapatkan bentukan baru yang kiranya sesuai dengan
filosofisnya.
- Gunther memiringkan dengan ekstrim dinding bangunannya sebagai salah satu

bentuk ‘ protes/menentang ‘ arsitektur modern yang mengenal dinding itu


haruslah tegak lurus bentuknya.

- Dari tampak terlihat bentukan -bentukan baru bernuansa abstrak dengan garis -

garis miring dan bentuk bangunan yang seakan -akan mau runtuh.

- Gunther menggunakan banyak bentuk abstrak yang tidak beraturan dan tidak
beralasan. Ia dijuluki arsitek dekonstruksi dengan aliran abstracting the open -
end.
Attic Convention (Continous experimentation)

Vienna

Arsitek : Coop Himmelblau

Yang menandai objek ini sebagai bangunan post modern adalah :

- Tidak ditemukannya unsure monoton dalam bangunan , terlihat dari


kedinamisan bangunan, bentuk atap dan jen dela yang lengkung dan miring.

- Bangunan berkesan ringan, menggunakan material yang didominasi oleh


aluminium dan kaca, bentukan tersebut seolah -olah hanya berupa tempelan
terhadap bangunan yang ada di bawahnya.
- Bentukannya terdiri dari bentuk lengkung pada bagian atapnya menerus, lalu
menyudut, kemudian lurus lagi. Terlihat permainan bidang -bidang miring pada
tampaknya. Selain berfungsi sebagai ov erstek, hal ini termasuk unsure
arsitektur dekonstruksi yang penting. Karena cirri -ciri deko nstruk si salah
satuny a adalah dengan memiringkan dinding agar tidak menjadi proyeksi
denah.

- Bentukan-bentukan yang miring dan lengkung difungsikan sebagai ruangan,


bukannya terbuang percuma.

Bagaimana arsitek mengolahnya hingga menjadi o bjek post modern

Coop menggunakan unsure estetika explosive space, frenzied cacopho ny, skews,
cocktail sticks, warps/penyimpangan dan pembengkokan, dan distorsi. Semuanya itu
terlihat dari bentuk atap yang dih asilkannya. Melengkung, menyimpang dengan
sudut tertentu, diikuti dengan cocktail sticks yang ada pada sisi bangunan. Dari
interior terlihat ruangan yang disebutnya sebagai explosive space, di mana ruangan
tersebut terjadi karena bentukan luarnya. Dan sem akin terasa karena Coop
membingkai dindingny a dengan bahan kaca.

Bangunan-bangunan karya ciptaannya selalu dikatakan mengganggu dan


tidak menarik. Coop menentang terhadap kompromi, kepuasan, accomodatory,
contextual, dari aliran post modern. Arsitektur it u dikatakannya sebagai suatu
comotan, buangan, kebingungan, dan keterpisahan.

Karena itulah ia kerap disebut arsitek yang menganut aliran continous


experimentation. Dalam setiap karyanya ia selalu memasukkan unsure -unsur baru
yang sama sekali tidak membua tnya terikat dengan konsep perancangan. Bangunan
yang dihasilkannya seperti suatu pemberontakan terhadap bentukan bangunan yang
telah ada selama ini.
Blades House (Dialogic imagin ation)

Arsitek : Thom Mayne

Hampir sama dengan bangunannya yang lain, karya Morphosis in sarat dengan unsure tilted
walls and floors. Dari depan tampak bangunan jelas terlihat adanya permainan bentuk geometri
dan kemiringan-kemiringan pada bagian dinding serta atapnya. Bahkan flying beams
dimanfaatkan sebagai atap untuk teras dengan tilted walls sebagai penahannya. Penggabungan 2
jenis material yang tidak lazim-menjadi cirri Morphosis dapat ditemukan pula di sini. Kaca
transparent pada sudut bangunan dan penggunaan material beton massif pada bagian bawah
bangunan. Pendominasian beton menambah kesan berat dari bangunan tersebut. Sedangkan kaca
sepertinya hanyalah aksen dari keseluruhan bentuk geometris bangunan yang pada dasarnya
telah menjadi nilai estetika sendiri.

Morphosis mencoba menyampaikan sesuatu di balik bangunan karyanya yang menyiratkan


sejuta imajinasi yang dimilikinya dalam berkarya. Karena itulah ia dijuluki arsitek aliran dialogic
imagination.

San Antonio Botanical Conservatory

Texas

Arsitek : Emilio Ambasz

Proyek ini merupakan suatu pemecahan Arsitektural yang unik terhadap


desain mengenai Green house di iklim panas kering, dengan organisasi bangunan
yang ‘ regional vernacular ‘. Pengolahan lahan sebagai container dan glazing berupa
kurva dengan puncak -puncak yang mengurangi jumlah panas matahari, dengan
mengharmoniskan keseluruhan komplek dan sekelilingnya serta memperkuatnya
dengan objek-objek sculptural.

Pemecahan meliputi penggunaan tanah sebagai pengisi dan pelindung dari


lapisan pada atap. Cagar alam itu dibuat harmonis dengan bukit -bukit yang
mengelilingi daerah itu, yang beradaptasi dengan budaya dan alam. Bentuk -bentuk
atap yang berlainan tersebut dibuat dengan pertimbangan beban angin dan orientasi
matahari. Bentuk yang berbeda, akan tetapi materi al yang digunakan adalah modern
yaitu aluminium dan butt jointed glass. Sehingga kesinambungannya dengan
arsitektur modern terlihat lewat bahan yang digunakannya.

Akan tetapi bentuk bangunannya yang baru, membuatnya berbeda dengan


bangunan arsitektur moder n. Karya ini memiliki kemiripan dengan Hysolar karya
Gunther Benisch, karena memiliki alasan menghadirkan bentukan seperti itu,
berkaitan dengan sinar dan cahaya matahari. Sehingga bentukan yang terjadi
bukannya tak beralasan.

The Netherlands Dance Theatre The Hague ( Neo Constructivist )

The Netherlands 1980 – 1987


Arsitek : Rem Koolhas

Pada bangunan ini, geometri yang bertabrakan dari sudut dinding concert
hall dan kerucut emas Dance theatre disebut neoconstructivist dari r encana awal
Theatre Office Metropolitan Building. Komposisi yang fantastic dibuat oleh kotak
plesteran semen concert hall dan tabir dinding kaca dan restaurant kerucut dana
theatre dan atap bergelombang. Koolhas mengatakan fungsi -fungsi dengan ilham
slab-slab, dinding bergambar penari -penari didesain oleh istrinya, Madelon
Vriosendrorp, memeriahkan tampak, di mana besi berombak mengatapi tempat main
bagian belakang. Koolhas justru membuat unsure eksterior sederhana, bahkan ham pir
melupakan energi estetiknya .

Apabila bagian eksterior buatan Koolhas m embuat damai dengan concern


hall di tengah buatan Van morik, interiornya seakan -akan mengumumkan ‘ perang ‘.
Dihiasi dengan dinding -dinding warna merah, lo bby theatre meledakkan batas -batas
dari sebuah lubang empa t persegi panjang antara dua bangunan dengan tegas
membentuk kurva. Pada entrance, kerucut emas membentuk ruang bagi restauran,
membiakkan hingga dinding kaca eksterior terhadap sebuah pintu yang membimbing
ke studio dansa ( tampak menuju ke jendela di das ar ). Untuk lebih mendramatisir
saat memasuki teater, disisipkan sebuah kurva dinamik pada ketinggian yang
bervariasi sampai ke paling tinggi, dekat serambi, dimulai dengan cemerlang, kerucut
menjulang dengan tidak mau memihak ke dalam dan keluar. Ko olhas menyediakan
skybar sebuah plat oval mengapung, di mana champagne dilayani namun seakan sulit
seimbang pada sebuah balok merah. Untuk atap bar, Koolhas membohongi publik
dengan membuat kem iringan membentuk sebuah balkon yang dicapai melalui tangga
rumah ya ng berliku -liku.

Seperti biasa, bangunan Koolhas yang menganut paham neo constructivist


ini cukup membingungkan karena menghadirkan bentuk dan suatu imajinasi baru dari
bangunannya. Dari segi struktur yang tidak jelas namun efisien. Dan dari pengolahan
bentuk yang saling bertabrakan, semuanya itu merupakan cirri -ciri dekonstruksi yang
dimilikinya.

The New national Theatre (Folies – Strategies of disjunction)

Arsitek : Bernard Tschumi

Hipotesa -hipotesa yang timbul pada mulanya :

- Bagaimana dekonstruksi opera dan arsitektur, sekaligus juga memikirkan


konsepsinya dalam langkah -langkah nyata dan seksama, serta
mengamatinya secara simultan dari point of viem eksternal dan terpisah (
detached ).

- Bagaimana memikirkan suatu konfigurasi dari konsep -konsep yang sistematis


dan optimal ( irreducible ), di mana masing -masing konsep berpengaruh pada
beberapa momen yang menentukan dari suatu karya.

- Bagaimana mempertanyakan keutuhan / unity dari su atu bangunan atau suatu


momen tanpa bantuan baik pengkomposisian elemen -elemen yang berkaitan
dan yang tersusun. Ataupun suatu pengumpulan secara tak sengaja dari
bagian -bagian pragmatis tertentu.
- Bagaimana berm ain dalam batasan -batasan tanpa menj adi terbatasi di
dalamny a.

- Bagaimana menghubungkan dengan opera lain sambil menunjuk hanya pada


satu saja.

- Oleh karena itu, aturan konposisi dan harmoni tradisional yang sudah usang
dipakai kembali oleh Tschumi dengan suatu pola dasar organisai yang tak
mengikuti form follow punction, dan form follows form, ataupun form follows
fiction. Cenderung memilah kompo nen-komponen tradisio nal dari teater serta
opera tersebut dan mengembangkannya menjadi suatu “ tonality/saound “
yang baru. Tanpa banyak “ artful articulation “ antara auditorium, panggung
foyer, tangga utama, malahan kesenangan yang baru akan diperoleh dalam
penjajaran parralel dari makna -makna cultural yang tak menentu sebagai
lawan dari praktisasi -praktisasi histori tertentu.

- Di dalam proyek ini, tuntutan -tuntutan fungsional tidak ditranslasikan kepada


suatu komposisi unit -unit simbolik. Tapi l ebih memikirkan
kemungkinan/memperhitungkan nilai landasan -landasan pragm atis, di mana
salah satunya memuat aktifitas -aktifitas utama dan hubungan -hubungan
ruangnya. Urutannya :

1. “ The glass avenue “ mengarahkan sirkulasi pengunjung dari subway,


parkir mobil/bus langsung ke arah pintu masuk. Ini merupakan mezanin
yang ramai dan berfungsi sebagai lo bby teater dan merupakan suat u
verticak spectacle. Sedangkan di lantai bawahnya ( ground floor )
melayani kebutuhan publik, dengan adanya loket penjualan ka rcis, toko -
toko, bar-bar, office press, dll.

2. Foyer vertical terletak di atas / overlook elemen yang


dideko nstruksikan. Berupa kamar ganti, loket penjualan karcis, dan
taman gantung. Sebagai batas antara the glass avenue dan foyer v ertical
diberi efek lighting bagi avenue pada tangga, handrails, dsb.
3. Auditorium berfungsi sebagai suatu acoustical strip yang berfungsi
sebagai pusat seluruh bangunan.

4. The state strip memiliki areal belakang panggung, meliputi : ruang


pertemuan, ruang latihan, b engkel dekor, dll.

5. The strip yang terakhir adalah ruang khusus bagi para artis dan staf.

Penempatan events pragmatis dalam arsitektur adalah berarti mematahkan /


break down atau deconstructing komponen -komponen tradisionalnya. Events
tersebut diatur dalam the parallel strips, sesuai dengan nilai landasan pragmatis,
sehingga elemen -elemen yang di -dekonstruksi kan ( berupa teater, lobby, stage, dll )
dapat dimanipulasikan secara bebas sesuai ko nsepsi, narasi, atau tentunya
pragmatisny a ( seperti biola d apat beridiri sendiri di samping piano dalam suatu
konser ). Pola organisasi atau pengertian ini memberikan kesan bahwa penjajaran (
juxtaposition ) masing -masing kelompok dapat memberikan arah untuk meningkatkan
efek-efek operatic : the layering of multip le facts as well as their interpretation.
Extension totte Denver art museum the eye and the wing

(Folies- Between the lines)

Arsitek : Daniel Libeskind

Daniel Libeskind merupakan salah satu penganut gaya anti modern yang selalu dapat terlihat
dalam setiap proyek yang ditanganinya. Ia menyebut bangunannya sebagai “ bukan teori “, dan “
bukan arsitektur “. Seperti Leon Krier yang mempengaruhi lewat membangun tidak berdaar
visinya. Libeskind memiliki pengaruh yang mana proyeknya benar-benar murni dan tidak
terkontaminasi dengan kenyataan. Model rancangannya kebanyakan mengambil bentuk estetika
neo modern ke arah ekstrim dengan menampilkan frenzied cacophony dari ‘ cocktail sticks ‘, ‘
flying beams ‘, ‘ excavations/ penggalian ‘, ‘tilted floor and walls/ lantai dan dinding yang
miring ‘, dan ‘ self contradictory inscription/inskripsi diri yang kontradiksi ‘. Semuanya ini
dipusatkan pada akhir yang apocalypstik. Hasilnya, Libeskind memperkenalkan bentukan gaya
baru dari bangunan, di mana menghapuskan pendominasian arsitektur modern setelah sekian
lama.

Pada salah satu bangunan hasil rancangannya ini terlihat pemakaian fly ing
beams, karena dari tampak bangunannya sendiri sudah miring dan tidak beraturan.
Dasar bentuk bangunannya tidak jelas, seakan -akan berasal dari persegi untuk bentuk
2dnya, namun kemudian digabungkan dengan bentuk segitiga dalam bentuk 3dnya.
Tilted floors and walls/ lantai dan dinding yang miring jelas terlihat dari tampak.
Terlebih karena ba ngunan memang seakan -akan segera rubuh dengan adanya
kemiringan -kemiringan tersebut. Namun Libeskind berhasil menggabungkan
semuanya itu dan menghasilkan bentukan yang memang dinamis dan sebelumnya
tidak dapat ditemukan dalam aliran arsitektur modern.
Daniel kerap dijuluki sebagai arsitek dekonstruksi yang beraliran between the
lines, karena ia berada di antara modern dan neo modern serta berupaya
menggabungkan keduanya hingga mendapatkan suatu desain baru.

Sallick Medical Building 98 ( Dialogic imagination )

Arsitek : Thom Mayne

Pada bangunan ini terlihat bahwa Mayne/ Morphosis menggunakan ide yang
bertolak belakang dengan arsitektur modern. Meskipun bentuk dasarnya sama ,
geometri seperti arsitektur modern, nam un Morphosis mengolah tampaknya dengan
menggunakan prinsip dekonstruksi yaitu tilted walls and floors. Unsur -unsur miring
pada bangunan ini menambah estetikanya. Detail jendelanya yang berbeda -beda dan
asimetris sem akin menambah unsure post modern yang dimiliki bangunan ini.
Penggunaan material gabungan dari beton dan kaca sebenarnya kurang
menyatu. Namun sepertinya memang itulah yang diharapkan arsiteknya. Penggunaan
material yang bertabrakan dan tidak lazim dalam dunia arsitektural membuatnya
menjadi nilai lebih y ang patut diperhatikan . Sebelumnya bangunan modern sendiri
identik dengan baja dan kaca (bangunan The Chicago School). Material yang berbeda
menjadikan bangunan ini memiliki 2 kesan. Ringan pada bagian at as lewat
penggunaan kaca dan berat pada bagian bawah dengan penggunaan beton yang
massif.

Ciri dekonstruksi juga dapat dilihat dari flying beams yang digunakan
Morphosis pada bangunan ini. Di bagian atap, seolah -olah ada balok yang melayang
tanpa adanya a lasan structural yang jelas. L ebih menonjolkan pada segi estetikany a.
Komposisi massa yang asimetris, bentuk tidak beraturan, dinding miring, dan
penggunaan material beton serta kaca menjadikan cirri tersendiri bagi Morphosis.
Karena kebany akan bangunan ya ng dihasilkan berciri seperti itu. Meskipun tidak
semuanya, namun menjadi style tersendiri. Berbeda dengan Zaha Hadid yang lebih
lugas dalam menyampaikan bangunannya. Bangunannya seakan -akan hidup dan
dinamis. Akan halny a Morphosis, kedinamisan itu ada na mun tidak se’hidup’
bangunan yang dirancang oleh Zaha. Inilah perbedaan tersendiri dalam dunia
dekonstruksi.

Fungsi bangunan sebagai unit kesehatan masyarakat patut diperhatikan,


karena materialnya yang massif berkesan kokoh dan menolak pengunjung. Bangun an
ini lebih menyerupai benteng yang besar dan kokoh bila dilihat dari depan.
Untungnya dari tampak samping, Morphosis memvariasikan material bangunannya
dengan menggunakan kaca, sehingga bangunan sebaliknya berkesan ringan.

Sekali lagi Morphosis seolah -olah inging menampilkan imajinasi tertentu dari
bangunannya, sesuai julukannya, arsitek dialogic imagination. Namun sayangnya tidak
semua orang mengerti apa maksudnya.

Anda mungkin juga menyukai