Evapro TB
Evapro TB
Evapro TB
Disusun oleh:
Nuhaidah Anandra Putri
G1A015010
Pembimbing:
dr. Tulus Budi Purwanto
2019
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Nuhaidah Anandra Putri
G1A015010
Pembimbing Lapangan
ii
iii
DAFTAR ISI
iii
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis adalah penyakit menular disebabkan oleh infeksi bakteri
basil Mycobacterium tuberculosis yang sering menyerang paru-paru (TB paru),
tetapi bisa juga menginfeksi organ lain (TB luar paru). Penyakitnya ini
menyebar ketika orang yang menderita TB paru mengeluarkan bakteri ke udara,
misalnya dengan batuk (WHO, 2018). Pada waktu batuk atau bersin, pasien
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei /
percik renik). Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup udara yang
mengandung percikan dahak yang infeksius (Kemenkes, 2016).
Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan TB
telah dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995. TB adalah salah satu dari
10 penyebab utama kematian di seluruh dunia. Pada 2017, 10 juta orang
menderita TB dan 1,6 juta orang meninggal karena penyakit ini (termasuk 0,3
juta di antaranya orang dengan HIV). TB adalah pembunuh utama orang HIV-
positif. Pada tahun 2017, diperkirakan 1 juta anak menderita TB dan 230.000
anak meninggal karena TB (termasuk anak dengan HIV) (WHO, 2018).
TB yang resistan terhadap multi-obat (TB-MDR) tetap menjadi krisis
kesehatan masyarakat dan ancaman keamanan kesehatan. WHO
memperkirakan ada 558.000 kasus baru dengan resistansi terhadap rifampisin,
obat lini pertama yang paling efektif. WHO memperkirakan ada 23.000 kasus
MDR/RR di Indonesia. Pada tahun 2017 kasus TB yang tercatat di program ada
sejumlah 442.000 kasus yang mana dari kasus tersebut diperkirakan ada 8.600-
15.000 MDR/RR TB, (perkiraan 2,4% dari kasus baru dan 13% dari pasien TB
yang diobati sebelumnya), tetapi cakupan yang diobati baru sekitar 27,36%
(Kemenkes, 2019).
Secara global, kejadian TB menurun sekitar 2% per tahun. Hal ini perlu
dipercepat hingga penurunan tahunan 4-5% untuk mencapai target Program
Nasional Penaggulangan TB sesuai dengan target eliminasi global adalah
2
Eliminasi TB pada tahun 2035 dan Indonesia bebas TB tahun 2050 (Kemenkes,
2016).
WHO memperkirakan insiden TB di Indonesia tahun 2017 sebesar
842.000 atau 319 per 100.000 penduduk sedangkan TB-HIV sebesar 36.000
kasus per tahun atau 14 per 100.000 penduduk. Kematian karena TB
diperkirakan sebesar 107.000 atau 40 per 100.000 penduduk, dan kematian TB-
HIV sebesar 9.400 atau 3,6 per 100.000 penduduk. Jumlah kasus tertinggi yang
dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar, yaitu Jawa
Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah (Kemenkes, 2019).
Penemuan kasus baru TB BTA positif di Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2017 sebanyak 143 kasus per 100.000 penduduk dengan total 49.616
kasus baru. Penemuan kasus baru TB BTA positif ini meningkat dari tahun
sebelumnya yang sebanyak 60,91 kasus per 100.000 penduduk. Tahun 2017
Penemuan kasus baru TB BTA positif tertinggi adalah di Kota Magelang
sebanyak 284 kasus. Kabupaten Banyumas menempati urutan ke-16 dengan
penemuan jumlah kasus baru TB BTA positif sebanyak 64,6 kasus per 100.000
penduduk (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2017).
Wilayah Kecamatan Wangon dibagi menjadi 2 wilayah kerja puskesmas.
Jumlah Penduduk wilayah kerja Puskesmas Wangon I tahun 2018 cukup besar,
yaitu sebesar 71.133 jiwa (Profil Puskesmas Wangon I, 2018). Jumlah pasien
baru TB paru BTA positif yang ditemukan di Wilayah Puskesmas Wangon I
tahun 2018 adalah 41 kasus dengan perkiraan jumlah kasus baru BTA positif
sebanyak 108 kasus, sehingga persentase kasus baru BTA positif sebesar 38%.
Angka Penemuan Penderita TB Paru BTA positif (Case Detection Rate/CDR)
di Puskesmas Wangon I pada bulan Desember tahun 2018 sebesar 38%.
Dibandingkan tahun 2017, angka penemuan penderita pasien TB paru BTA
positif/Case Detection Rate (CDR) sebesar 43,29%, dengan demikian CDR
pada tahun 2018 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Data tersebut
menunjukan CDR penemuan kasus baru TB BTA positif Puskesmas Wangon
I masih belum mencapai target nasional sebesar 70% dan target Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas 100% (Standar Pelayanan Minimal
Puskemas Wangon I, 2018).
3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cakupan dan target program penemuan dan penanganan kasus
baru TB BTA positif di Puskesmas Wangon I?
2. Bagaimana permasalahan yang terjadi dalam program penemuan dan
penanganan kasus baru TB BTA positif di Puskesmas Wangon I ?
4
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui masalah-masalah yang terjadi di Puskesmas I Wangon terkait
pelaksanaan program penemuan dan penanganan kasus baru TB BTA
positif
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui cakupan dan target program penemuan dan penanganan
kasus baru TB BTA positif di Puskesmas Wangon I
b. Mengetahui permasalahan yang terjadi dalam program penemuan dan
penanganan kasus baru TB BTA positif di Puskesmas Wangon I
c. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan
penemuan dan penanganan kasus baru TB BTA positif di Puskesmas
Wangon I
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat praktis
a. Menjadi dasar ataupun masukan bagi Puskesmas dalam mengambil
kebijakan jangka panjang dalam upaya pemberantasan penyakit TB.
b. Sebagai bahan wacana bagi Puskesmas untuk meningkatkan upaya
kinerja dalam peningkatan 5 program esensial upaya kesehatan
masyarakat Puskesmas Wangon I khususnya pada bagian P2M TB.
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas dalam melakukan
evaluasi kinerja program P2M yaitu Penemuan Pasien Baru TB BTA
Positif di Puskesmas Wangon I.
d. Sebagai bahan untuk perbaikan salah satu program kerja P2M yaitu
Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif kearah yang lebih baik guna
mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat pada umumnya
dan individu pada khususnya di wilayah kerja Puskesmas Wangon I.
5
2. Manfaat teoritis
a. Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya bagi pihak yang
membutuhkan.
b. Sebagai bahan untuk pembelajaran dalam menganalisa suatu
permasalahan kesehatan dalam 5 program esensial upaya kesehatan
masyarakat Puskesmas.
c. Sebagai bahan untuk pembelajaran dalam menentukan pemecahan
permalahan kesehatan dalam 5 program esensial upaya kesehatan
masyarakat Puskesmas.
6
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas 1 Wangon Tahun
2015-2018 dari data statistik Kecamatan Wangon, Pada Tahun 2018
jumlah penduduk tertinggi terdapat di Desa Klapagading Kulon yaitu
11.899 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah ada pada Desa
Banteran yaitu sebanyak 5524 jiwa.
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon
Tahun 2018 Desa Klapagading Kulon memiliki kepadatan penduduk
tertinggi yakni 3390 jiwa per km², sedangkan kepadatan penduduk
terendah terdapat pada Desa Rawaheng sebesar 574 jiwa per km².
c. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Pada Tahun 2018 Desa Klapagading Kulon merupakan desa
dengan jumlah penduduk terbanyak di wilayah Puskesmas Wangon I
dengan jumlah laki-laki 5987 jiwa dan perempuan sebanyak 5912 jiwa.
d. Kelompok Usia
Di wilayah kerja Puskesmas Wangon I jumlah pertumbuhan
penduduk yang masih tinggi dan tingkat kelahiran yang meningkat setiap
tahunnya. Pada Tahun 2018 Kelompok usia 5-9 tahun merupakan
kategori dengan jumlah penduduk terbanyak sebesar 2483 jiwa laki-laki
dan 2.286 jiwa perempuan.
3. Deskripsi Situasi dan Kondisi Puskesmas
a. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di Puskesmas Wangon I,
diantaranya:
1) Puskesmas 1
2) Puskesmas Keliling 1
3) PKD 13
4) Posyandu 80
5) Rumah bersalin 3
6) Balai Pengobatan 2
8
7) Klinik Pratama 2
8) Apotek 3
9) Praktik Dokter 8
b. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas I Wangon
Jenis dan jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Wangon I sesuai
Permenkes No 75 tahun 2014 sebagai berikut :
1. Tenaga Dokter
Puskesmas Wangon I memiliki 5 orang dokter umum (1 PNS,
3 Pegawai Non PNS BLUD). Rasio tenaga medis puskesmas
terhadap penduduk sebesar 6,6 per 100.000 penduduk.
2. Tenaga Dokter Gigi
Puskesmas Wangon I memiliki 1 orang dokter gigi (Pegawai
PNS BLUD).
3. Tenaga Perawat
Saat ini jumlah perawat di Puskesmas Wangon I sebanyak 15
orang Perawat Umum (10 PNS dan 5 Non PNS BLUD), dan 2 orang
perawat gigi (1 PNS dan Non PNS BLUD).
4. Tenaga Bidan
Jumlah tenaga bidan di Puskesmas Wangon I sebanyak 20
orang terdiri, dari 18 orang PNS, 1 orang Pegawai Non PNS BLUD
dan 1 orang PTT Kemenkes RI.
5. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Puskesmas Wangon I memiliki 2 orang tenaga Sarjana
Kesehatan Masyarakat (S.KM).
6. Tenaga Kesehatan Lingkungan
Tahun 2018 jumlah tenaga sanitaria di Puskesmas Wangon I
sebanyak 2 orang PNS.
7. Tenaga Ahli Laboratorium Medik
Tenaga teknisi medis di Puskesmas Wangon I sebanyak 1
orang analis laboratorium PNS.
9
8. Tenaga Gizi
Jumlah tenaga gizi di Puskesmas Wangon I sebanyak 2 orang
nutrisionis, terdiri dari 1 orang PNS dan 1 orang Non PNS. Hal ini
sesuai dengan standar Puskesmas Rawat Inap dengan pelayanan gizi
klinik dan gizi masyarakat.
9. Tenaga Kefarmasian
Tenaga farmasi di Puskesmas Wangon I terdiri dari 1 orang
apoteker (Non PNS) dan 1 assisten apoteker (PNS).
c. Sumber Daya Kesahatan Lainnya
Berdasarkan data tahun 2018 diwilayah kerja Puskesmas 1
Wangon terdapat 80 posyandu. Adapun menurut strata posyandu adalah
sebagai berikut:
a. Posyandu Madya : 19 atau sekitar 23,75% dari seluruh Posyandu.
b. Posyandu Purnama : 60 atau skeitar 75% dari seluruh Posyandu.
c. Posyandu Mandiri : 1 atau 1,25% dari seluruh Posyandu.
Jumlah posyandu aktif di wilayah Puskesmas 1 Wangon adalah
76,25% yang menunjukkan sudah terpenuhinya target presentase
Posyandu Aktif (Purnama dan Mandiri) pada tahun 2017 sebesar 40%
dari jumlah posyandu yang ada.
B. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat
Untuk memberikan gambaran derajat kesehatan masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon pada tahun 2018 terdapat beberapa
indikator yang dapat digunakan. Indikator yang disajikan yaitu situasi angka
kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas) dan status gizi.
1. Mortalitas
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat
dilihat dari kejadian kematian di masyarakat. Di samping itu kejadian
kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian
keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan
kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung
dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan
10
f. Hepatitis B
Kasus hepatitis B di wilayah kerja puskesmas Wangon I
mengalami peningkatan di tahun 2018 yaitu 13 kasus dibandingkan
tahun 2017 yaitu 0 kasus.
g. DBD
Jumlah kasus DBD pada tahun 2018 mengalami peningkatan
yaitu 3 kasus dibandingkan pada tahun 2017 jumlha kasus DBD di
wilayah kerja puskesmas Wangon I tidak ada.
h. Malaria
Jumlah kasus malaria pada tahun 2018 mengalami
peningkatan yaitu 1 kasus dibandingkan pada tahun 2017 jumlah
kasus malaria di wilayah kerja puskesmas Wangon I tidak ada.
i. Deteksi Kanker leher rahim dan kanker payudara
Persentase pemeriksaan leher rahim dan payudara pada tahun
2018 mengalami penurunan yaitu 0.3% dibandingkan pada tahun
2017 (1%) dan 2016 (2%).
Persentase IVA positif mengalami peningkatan di tahun 2018
yaitu 3.6% dibandingkan tahun 2017 dan 2016 yaitu 0%,
sedangkan tumor/benjolan juga mengalami peningkatan dari
2.35% di tahun 2017 menjadi pada tahun 2018.
3. Status Gizi
a. Angka Balita Bawah Garis Merah (BGM)
Angka Kasus Balita Bawah Garis Merah di Wilayah Kerja
Puskesmas 1 Wangon Tahun 2018 sebesar 0,76% meningkat
dari tahun sebelumnya di Tahun 2017 yaitu 0,6%.
b. Angka Balita Gizi Buruk
Angka Kasus Balita Gizi Buruk yang ditemukan di
Wilayah Kerja Puskesmas 1 Wangon Tahun 2018 sebesar 2
balita meningkat sama dengan dtahun sebelumnya yaitu 2 balita
di taun 2017.
12
1. Input
a. Man (Tenaga Kesehatan)
Jumlah tenaga kesehatan dalam program penemuan kasus TB paru
di Puskesmas Wangon I tahun 2018 saat ini berjumlah 7 orang yang
terdiri dari 1 dokter penanggung jawab, 4 perawat, 1 apoteker, dan 1
petugas laboratorium.
b. Money (Sumber Dana)
Sumber anggaran kesehatan Puskesmas I Wangon terdiri atas
APBD Kabupaten Banyumas, APBN dan Dana BOK (Bantuan
Operasional Kesehatan). APBD terdiri atas Dana Belanja Langsung dan
Dana Belanja Tidak Langsung.APBN terdisi atas Dana Alokasi Umum
(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dana konsentrasi dan Dana Tugas
Pembantuan Kabupaten/Kota.
Dana untuk kegiatan program penemuan kasus TB paru
Puskesmas Wangon I berasal dari Dinas Kesehatan berupa BOK
(Bantuan Operasional Kesehatan), dan Bantuan Layanan Umum Daerah
(BLUD)
c. Material (Sarana Kesehatan).
Sarana di wilayah kerja Puskesmas Wangon I untuk menunjang
pelaksanaan program penemuan kasus baru TB BTA positif yaitu
terdiri dari pot sputum, masker, transportasi, alat tulis, dan obat-obatan.
Puskesmas Wangon I menyediakan tempat pelayanan TB tersendiri
yang buka setiap hari Jum’at dan Sabtu.
Program penemuan kasus baru TB BTA positif ditunjang dengan
memanfaatkan berbagai media seperti banner TB yang dipasang di
depan puskesmas, poster TB yang ditempel di tempat umum atau
bahkan pembagian leaflet kepada masyarakat wilayah kerja Puskesmas
Wangon I serta kader TB.
d. Metode
Metode pelaksanaan program penemuan dan penanganan pasien
TB BTA positif dilakukan oleh dokter - dokter puskesmas, bidan desa,
17
perawat, dan kader TB. Petugas TB juga melakukan kegiatan home visit
dengan memeriksa dahak pada anggota keluarga penderita TB, tetangga
penderita TB, serta pada orang dengan suspek TB. Penemuan kasus baru
TB utamanya dilaksanakan di Puskesmas Wangon I pada saat pasien
memeriksakan diri ke Balai Pengobatan.
Saat pasien dicurigai menderita TB, dokter menganjurkan
pemeriksaan dahak SPS kepada pasien di laboratorium. Spesimen dahak
dikemas dengan benar, kemudian petugas TB menjalankan da mengisi
aplikasi SITRUST dengan lengkap. Spesimen dahak diambil kurir dari
pegawai kantor pos untuk dikirim ke RS Margono. Hasil pemeriksaan
dahak akan diinformasikan melalui whatsapp.
Setelah terdiagnosis TB, pasien diberikan pengobatan TB dan
diedukasi mengenai penyakit TB, penularan, pencegahan dan proses
pengobatannya, serta menentukan PMO (Pengawas Minum Obat) yang
biasanya merupakan keluarga pasien, tugas ini dilakukan oleh petugas
pemegang program P2M TB. Petugas TB di Puskesmas juga bertugas
memantau pasien tiap bulannya agar pasien tidak putus obat. Apabila
diperlukan, petugas TB melaksanakan kegiatan deteksi dini terduga TB,
dan kunjungan rumah untuk monitoring.
e. Minute
Pelaksanaan program penemuan dan penanganan kasus baru TB
dengan menjaring penderita TB dilakukan setiap hari pada saat
pengobatan di Balai Pengobatan Puskesmas. Selain itu juga melibatkan
pelaporan kasus dari bidan desa, kader TB, tenaga kesehatan, serta dari
masyarakat. Pemantauan pengobatan TB dilaksanakan setiap bulannya
pada saat pasien mengambil obat.
f. Market
18
3. Output
Output program penemuan dan penanganan kasus baru TB BTA
positif di Puskesmas Wangon I yaitu tercapainya penemuan kasus baru TB
paru (BTA positif) yang ditemukan paling sedikit 70% dari perkiraan dan
menyembuhkan 85% dari semua pasien TB serta mempertahankannya.
Berdasarkan Rekapan Data di Puskesmas Wangon I, pada tahun
2018 jumlah penemuan kasus baru TB BTA (+) adalah 41 pasien dari yang
seharusnya 108 orang terduga (suspek). Angka Penemuan Penderita TB
Paru BTA positif (Case Detection Rate/CDR) di Puskesmas Wangon I pada
21
tahun 2018 sebesar 38% dari target target strategi Indonesia bebas TB
sebesar 70% dan target Kabupaten Banyumas 100%. Belum tercapainya
jumlah case finding penderita TB secara menyeluruh pada tahun 2018
merupakan hal yang menjadi perhatian utama.
4. Impact
Diharapkan peningkatan angka temuan pasien baru TB BTA positif
di Puskesmas Wangon I mencapai target nasional dan target dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas
5. Outcome
Dampak program yang diharapkan adalah menurunnya angka
morbiditas dan mortalitas akibat penyakit menular khususnya TB di
Puskesmas Wangon I.
Setelah tercapainya angka penemuan dan angka kesembuhan, maka
TB tidak akan menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Selain itu, diharapkan masyarakat sekitar ikut berperan aktif dalam penemuan
kasus TB.
Strategi alternatif yang mungkin dapat dilakukan adalah dapat dilakukan
upaya-upaya sebagai berikut:
1. Meningkatkan frekuensi penyuluhan pada kader TB agar lebih fokus dalam
mengawasi pemberantasan penyakit TB, edukasi terhadap masyarakat
terkait penyakit TB, serta melakukan kegiatan home visit dalam pelacakan
kasus TB dan pengawasan pengobatan.
2. Menambah jumlah kader TB pada masing-masing desa serta tidak
merangakap sebagai kader lainnya sehingga lebih fokus terhadap penemuan
kasus baru TB.
3. Meningkatkan frekuensi penyuluhan mengenai penyakit TB kepada
masyarakat, dan pentingnya pencegahan serta pengendalian TB sebagai
upaya pemberdayaan masyarakat dan pasien TB, sehingga masyarakat juga
dapat berperan aktif dalam penemuan TB kasus baru.
4. Mempersiapkan calon pemegang program dengan baik, seperti mengikuti
pelatihan DOTS, melakukan supervisi terhadap petugas, dan rutin
melakukan evaluasi program untuk memaksimalkan kerja di setiap aspek
pengelolaan TB.
5. Meningkatkan pencatatan dan pendataan penemuan dan pengobatan kasus
TB melalui kerja sama dengan layanan kesehatan lain seperti praktek dokter
mandiri dan klinik-klinik swasta di wilayah kerja Puskesmas Wangon I.
27
A. Kesimpulan
Target nasional penemuan kasus baru TB BTA positif tahun 2018 sebesar
70% dan target Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 100%. Jumlah pasien
baru TB paru BTA positif yang ditemukan di Wilayah Puskesmas Wangon I
tahun 2018 sebesar 38%. Dengan demikian CDR pada tahun 2018 masih belum
mencapai target.
Program penemuan dan penanganan kasus baru TB BTA positif di
Puskesmas Wangon I masih memeliki masalah-masalah diantaranya adalah
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB, kurangnya jumlah kader TB
pada masing-masing desa, belum adanya pelatihan resmi pada pemegang
program, serta pencatatan penemuan kasus TB yang masih kurang efektif.
Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan penemuan dan penanganan
kasus baru TB BTA positif di Puskesmas Wangon I adalah dengan
meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang penyakit TB pada kader TB dan
28
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.