MEMAHAMI Ilmu Sosial
MEMAHAMI Ilmu Sosial
MEMAHAMI Ilmu Sosial
Bab 1
1
Memahami Ilmu Sosial
2
Memahami Ilmu Sosial
3
Memahami Ilmu Sosial
4
Memahami Ilmu Sosial
5
Memahami Ilmu Sosial
6
Memahami Ilmu Sosial
7
Memahami Ilmu Sosial
8
Memahami Ilmu Sosial
9
Memahami Ilmu Sosial
Menurut Gray (1964: 9), untuk menyusun suatu cerita dan eksplanasi sejarah
setidaknya ada enam langkah penelitian:
a) memilih satu topik yang sesuai;
b) mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik;
c) membuat catatan tentang itu, apa saja yang dianggap penting dan relevan
dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung
(misalnya dengan menggunakan system cards);
d) mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik
sumber);
e) menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola
yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan
sebelumnya;
f) menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan
mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti
sejelas mungkin.
Sejarah sebagai ilmu. Dalam pengertiannya kita mengenal definisi sejarah yang
bermacam-macam, baik yang menyangkut persoalan kedudukan sejarah
sebagai bagian dari ilmu sosial, atau sejarah sebagai bagian dari ilmu
humaniora, maupun yang berkembang di sekitar arti makna dan hakikat yang
terkandung dalam sejarah.
Bury (Teggart, 1960: 56) secara tegas menyatakan History is science; no
less, and no more. Sejarah itu adalah ilmu, tidak kurang dan tidak lebih.
Pernyataan ini mungkin tidak bermaksud untuk memberikan penjelasan
batasan tentang sesuatu konsep, melainkan hanya memberikan tingkat
pengkategorian sesuatu ilmu atau bukan. Penjelasan tersebut jelas tidak
memadai untuk untuk memperoleh sesuatu pengertian. Definisi yang cukup
simple dan mudah dipahami diperoleh dari Carr (1985: 30) yang menyatakan,
bahwa, “History is a continous process of interaction between the historian and
his facts, and unending dialogue between the present and the past.”
Pendapat Carr tersebut sejalan dengan pandangan Collingwood (1973: 9)
yang menegaskan bahwa, “Every historian would agree, I think that history is a
kind of research or inquiry.” Colingwood berpendapat bahwa sejarah itu
merupakan riset atau suatu inkuiri. Colingwood selanjutnya menegaskan
10
Memahami Ilmu Sosial
11
Memahami Ilmu Sosial
Karakteristik Sejarah
Sejarah merupakan kejadian atau peristiwa yang sudah pernah terjadi di
masa lampau. Oleh karena itu, yang menjadi konsep dasar dalam sejarah
adalah waktu, ruang, manusia, perubahan, dan berkesinambungan atau
berkelanjutan. Adapun karakteristik yang dimiliki sejarah menurut Ahmadi dan
Amri (2011: 67), sebagai berikut.
1. Unik, artinya peristiwa sejarah hanya sekali terjadi, tidak mungkin terulang
peristiwa yang sama kedua kalinya.
2. Penting, artinya peristiwa sejarah yang ditulis adalah yang dianggap
penting dan mempengaruhi perubahan dan perkembangan sepanjang
masa.
Lingkup Sejarah
Ruang lingkup ilmu sejarah secara tematik, memiliki cakupan yang luas.
Menurut Sjamsuddin (1996: 203-221), ilmu sejarah dapat dikelompokkan
menjadi dua belas jenis, yaitu sejarah sosial; sejarah ekonomi; sejarah
12
Memahami Ilmu Sosial
Sejarah sosial. Menurut Thame (2000: 983) sejarah sosial tidak hanya
menyediakan mata rantai yang dibutuhkan antara sejarah ekonomi dan politik.
Ruang lingkupnya dapat dapat mencakup kehidupan sehari-hari penghuni
sebuah kawasan di masa lampau: ini meliputi manusia dan juga hubungan
ekonomi dari berbagai kelas yang berbeda, ciri-ciri dari kehidupan keluarga
rumah tangga, kondisi ketenaga-kerjaan dan aktivitas waktu luang, sikap
manusia terhadap alam, budaya dari masing-masing zaman yang muncul dari
kondisi-kondisi umum ini serta mengambil bentuk dalam agama, literatur,
aksitektur, pembelajaran, dan pemikiran.
Bezucha (1972: x), mengartikan bahwa sejarah sosial itu sejarah budaya
yang mengkaji kehidupan sehari-hari anggota-anggota masyarakat dari lapisan
yang berbeda-beda dari periode yang berbeda-beda. Selain itu, sejarah sosial
merupakan sejarah dari masalah-masalah sosial; sejarah ekonomi lama.
Kemudian Hobsbawm (1972: 2) menyebutnya sejarah sosial mengkaji
sejarah dari orang-orang miskin atau kelas bawah; gerakan-gerakan sosial;
berbagai kegiatan manusia seperti tingkah laku, adat istiadat, kehidupan
sehari-hari; sejarah sosial dalam hubungannya dengan sejarah ekonomi.
13
Memahami Ilmu Sosial
Sejarah demograf. Sejarah demografi sudah ada sejak dahulu, yakni ketika
John Graunt mempublikasikan Natural and Political Observations Made Upon
the Bills Mortality (1662). Penulisan tulisan tersebut didasarkan atas data
kependudukan Inggris pada abad ke-16. Sebenarnya sejarah pelaksanaan
sensus kependudukan di dunia ini telah diadakan beberapa ribu tahun yang
lalu seusia dengan kerajaan Mesir kuno, Persia, Ibrani, Jepang kuno dan Yunani
kuno (Taeuber, 2000: 99).
Sejarah politik. Menurut Kartodirdjo (1992: 49) sejarah politik gaya baru dibuat
lebih menarik, mengingat dalam eksplanasinya lebih luas dan mendalam dan
tidak terjebak dalam determinisme historis. Dalam sejarah konvensional,
sejarah politik memiliki kedudukan yang dominan dalam historiografi Barat.
Akibatnya, timbul tradisi yang kokoh bahwa sejarah konvensional adalah
sejarah politik (Kartodirdjo, 1992: 46).
14
Memahami Ilmu Sosial
Sejarah etnis. Menurut Supardan (2009: 303) ruang lingkup sejarah etnis ini
mencakup kajian-kajian yang meliputi aspek-aspek sosial, ekonomi,
kebudayaan, kepercayaan-kepercayaan masyarakat, interaksi-interaksi dalam
lingkungan masyarakat atau kelompok, kekerabatan, perubahan-perubahan
sosial-budaya, migrasi, dan sebagainya. Untuk menyusun sejarah etnis yang
baik, diperlukan suatu pembahasan yang bersifat interdisipliner guna
mengungkap secara mendalam dari berbagai aspek kehidupan.
15
Memahami Ilmu Sosial
Kegunaan Sejarah. Menurut Ahmadi dan Amri (2011: 68), sejarah memiliki
kegunaan sebagai berikut.
1. Guna edukatif (memberikan pendidikan). Guna edukatif memberikan
kearifan dan kebijaksanaan bagi yang mempelajarinya karena semangat
sebenarnya dari kepentingan mempelajari sejarah adalah nilai
konstektualnya.
2. Guna instruktif (memberi pengajaran). Guna instruktif memberikan
pelajaran mengenal sesuatu, baik keterampilan maupun pengetahuan.
3. Guna inspiratif (memberi inspirasi). Guna inspiratif memberikan ilham, ide
atau inspirasi bagi manusia masa sekarang. Contoh: kebesaran kerajaan-
kerajaan Nusantara masa lalu memberikan ilham kepada pendiri bangsa
untuk membangun kembali kebesaran masa lampau.
16
Memahami Ilmu Sosial
Kata psikologi berasal dari bahasa Yunani Purba, yaitu dari kata Psyche
(jiwa) dan logos (kajian mengenai sesuatu). Jadi kata psikologi bisa diartikan
sebagai suatu kajian mengenai sesuati yang memberikan kesan kepada jiwa
seseorang. Dengan kata lain, psikologi adalah kajian mengenai jiwa atau aspek
17
Memahami Ilmu Sosial
rohani manusia dan hewan secara saintifik. Psikologi sendiri dibedakan menjadi
3 bentuk, yaitu: psikologi sebagai ilmu, psikologi sebagai sains, dan psikologi
sebagai profesi atau pekerjaan (Indah, 2012: 1).
Banyak definisi tentang psikologi dalam berbagai cara, bentuk, dan isi.
Para ahli psikologi terdahulu mendefinisikan psikologi sebagai studi kegiatan
mental (Atkinson, 1996: 18). Istilah mental menyimpang masalah pikiran, akal
dan ingatan. William James (1980), ahli psikologi Jerman, memberikan definisi
bahwa psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental, termasuk fenomena
dan kondisi-kondisinya. Fenomena di sini termasuk fenomena dan kondisi-
kondisinya. Fenomena disini termasuk apa yang kita sebut sebagai perasaan,
keinginan, kognisim berpikiran logis, keputusan, dan sebagainya (Supardan,
2009: 425).
Allport dalam Indah (2012: 1), mengartikan psikologi adalah satu upaya
untuk memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku
individu yang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain secara aktual,
dibayangkan, atau hadir secara tidak langsung.
Menurut Richard Mayer dalam Indah (2012: 1), psikologi merupakan
analisi mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk memahami
perilaku manusia. Menurut Wilhem Wundt & E.B Titchener dalam Indah (2012:
1), psikologi adalah pengalaman manusia yang dipelajari dari sudut pandang
pribadi yang mengalaminya. Sedangkan menurut Ishak Mad Shah dalam dalam
Indah (2012: 1), psikologi adalah suatu ilmu yang mengkaji tingkah laku dan
proses mental secara saintifik dan bersistematik. Psikologi ini bertujuan untuk
mengurai, menjelaskan, meramal, dan mengawasi tingkah laku dan proses
mental manusia ke arah peningkatan kualitas kehidupan
Perkataan psikologi sering di artikan atau di terjemahkan dengan ilmu
pengetahuan tentang jiwa atau di singkat dengan ilmu jiwa. Namun, menurut
Gerungan dalam El-Izzue I (2012: 4), berpendapat bahwa:
1. Ilmu Jiwa merupakan istilah bahasa Indonesia sehari-hari yang memiliki arti
luas, difahami banyak orang dan meliputi segala pemikiran, pengetahuan,
tanggapan, tetapi juga segala khayalan serta spekulasi mengenai jiwa.
18
Memahami Ilmu Sosial
19
Memahami Ilmu Sosial
20
Memahami Ilmu Sosial
21
Memahami Ilmu Sosial
Sekarang ini psikologi rekayasa berbeda dengan ketika disiplin ilmu ini
lahir. Bibliografi tentang bidang ini pada tahun 1970-an sudah mencapai ribuan
judul (Allusi dan Morgan, 1976).
22
Memahami Ilmu Sosial
Kegunaan Psikologi
Menurut El-Izzue I (2012: 4), manfaat mempelajari psikologi pendidikan:
a. Bisa memahami anak didiknya dan untuk sampai pada tahap ini kita perlu
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir.
b. Bisa mengetahui peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi dalam setiap fase
serta faktor yang menunjang dan menghambat potensi-potensi dasar yang
memiliki anak serta intelegensi dan bakat sifat-sifat serta cirri-ciri
kepribadian anak.
c. Bisa memahami hal-hal yang berhubungan dengan masalah belajar dan
mengejar serta vareasi serta modelnya.
23
Memahami Ilmu Sosial
Konsep diri. Konsep diri merupakan penilaian tentang dirinya oleh orang lain
yang menyangkut aspek physical, perceptual, dan attitudinal (fisik,persepsi,
dan kesikapan). Konsep diri pub merupakan penilaian tentang dirinya yang
sering diibaratkan sama dengan atau serupa dengan hasil penilaian orang lain.
Dalam kaitannya dengan penilaian tersebut, Cooley mengeluarkan teori
tentang Looking Glass Self. Artinya, setiap hubungan sosial di mana seseorang
itu terlibat merupakan suatu cerminan diri yang disatukan dalam identitas
orang itu sediri (Johnson, 1986).
Sikap. Konsep sikap merujuk pada masalah yang lebih banyak bersifat evaluatif
efektif terhadap suatu kecenderungan atas reaksi yang dipilihnya. Sikap pun
menunjukkan penilaian kita apakah itu bersifat positif ataupun negatif
terhadap bermacam-macam entitas, misalnya individu, kelompok, objek,
tindakan, dan lembaga (Manis, 2000: 49) dalam Supardan (2009: 471).
Presepsi. Istilah persepsi Kamus Lengkap Psikologi karya Chaplin (1999: 358)
memiliki arti:
a) proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan
bantuan indera;
b) kesadaran dari proses-proses organis;
c) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal
dari pengalaman di masa lalu;
d) variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari
kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan di antara perangsang-
perangsang;
e) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta
merta mengenai sesuatu.
24
Memahami Ilmu Sosial
Sugesti. Sugesti merupakan bagian dari bentuk interaksi sosial yang menerima
dengan mudah pengaruh orang lain tanpa diseleksi dengan peikiran yang kritis.
Tanpa penggunaan kekuatan fisik atau paksaan.Keaddan mental seseorang
menjadi mudah terkena sugesti orang lain, biasanya didahului oleh simpati,
rasa kagum, dan menyenangi sehingga sering mengikuti kehendak atau
pengaruh dari orang lain tersebut.
Prestasi. Prestasi merupakan pencapaian atau hasil yang telah dicapai yang
memerlukan sautu kecakapan atau keahlian dalam tugas akademis maupun
nonakademis (Chaplin, 1999: 310). Berkaitan dengan teori N’Ach (Need for
Achievement) McClelland, bahwa seseorang yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi, tidaklah semata-mata karena mengejar materi dan meningkatkan status
sosial, melainkan memiliki nilai dan kebanggan tersendiri secara batiniah (dari
dalam) yang akan menentukan maju mundurnya suatu bangsa.
25
Memahami Ilmu Sosial
Imitasi. Imitasi merupakan salah satu proses interaksi sosial yang banyak
terjadi dalam kehidupan sehari-hari dengan meniru perbuatan orang lain
secara disengaja. Pengaruhnya dapat positif dan negatif. Secara positif, imitasi
dapat menimbulkan pengaruh makin patuhnya terhadap norma-norma yang
berlaku, terutama dalam dengan maraknya penyiaran film-film kekerasan maka
di masyarakat dan sekolah pun kekerasan makin meningkat intensitasnya.
Kesadaran. Konsep kesadaran memiliki makna inti yang merujuk pada suatu
kondisi atau kontinum di mana kita mampu merasakan, berpikir, dan membuat
persepsi (Wright, 2000: 162). Kesadaran pun sangat dipengaruhi oleh sudut
pandang individual, dan kita mungkin dapat mengatakan bahwa aspek-aspek
subjektif dari kesadaran itu berada di luar penjelasan sistem ilmu pengetahuan
yang didasarkan pada pemahaman bersama, bahkan berada di luar semua
makna yang terkonstruksikan secara sosial.
Fantasi. Konsep fantasi merujuk pada kapasitas manusia yang luar biasa dalam
memberikan sosok pada sesuatu yang sesungguhnya tidak ada, kemudian
melengkapinya dengan aneka pengandaian, baik itu secara spontan maupun
sengaja (Jaynes, 1977). Pemanfaatan fantasi dalam dunia seni sudah lama
merupakan sumber lahirnya puisi, drama, dan lukisan. Akan tetapi, baru pada
abad ke-20 fenomena tersebut menjadi kajian ilmiah formal dalam psikologi.
Penelitian James dalam The Primciples of Psychology (1980) tentang
fantasi yang sering diremehkan orang, dikemukaakan bahwa fantasi merupakan
suatu respons terhadap suatu rangsangan melalui proses asosiatif yang
26
Memahami Ilmu Sosial
kompleks. Dalam studi yang lebih komprehensif, fantasi dapat dikaji melalui
berbagai pendekatan dan metode psikologi, yaitu psikoanalitik, metode
proyektif, dan metode rist pertimbangan teoritis mutakhir (Singer, 2000: 344-
345).
Personalitas. Personalitas berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata persona
yaitu artinya topeng aktor. Merupakan sebuah konsep samar yang mencakup
seluruh karakteristik psikologi yang membedakan seseorang dengan yang
lainnya (Colman, 2000: 754). Menurut Gordon W. Allport, ada 50 definisi
personalitas yang berbeda-beda sejak ia melakukan penelitian (Allport, 1954).
Namun, secara garis besar personalitas pada hakikatnya merupakan organisasi
dinamis dalam individu yang terdiri dari sistem-sistem psikofisik yang
menentukan tingkah laku dan pikiran yang dimiliki secara karakteristik (Chaplin,
1999: 362).
Penelitian personalitas modern dilakukan oleh Francis Galton (1884) di
Inggris, kemudian disusul Alfred Binet dan Theodore Simontahun 1905 dengan
penelitian inteligensi. Penelitian itu terus berkembang, kendati tisak pernah
diakui secara akademis bahwa inteligensi sebagai bagian teori kepribadian
(Supardan, 2009: 481).
Pikiran. Istilah mind atau pikiran berasal dari bahasaTeutonic kuno, yaitu
gamundi yang artinya berpikir, mengingat, bermaksud, atau intend (Valentine,
2000: 667). Berbagai pengertian ini tampak sekali sebagai frase seperti
mengingat kembali (remind), memerhatikan (give one’s mind), dan mengubah
pikiran orang (to make up or change one’s mind).
Insting atau Naluri. Istilah insting atau naluri merujuk pada macam-macam
aktivitas yang luas. Ada yang mengartikan naluri sebagai suatu kecendrungan,
sikap atau int uisi yang dibawa sejak lahir. Begitu luasnya tentang pengertian
insting atau naluri, oleh karena itu menyulikan pembahasan secara ilmiah
(Beer, 2000).
Mimpi. Mimpi secara psikologi merujuk pada suatu aktifitas sederatan tamsil
simbolik, ide, gagasan, hasrat terpendam, kebutuhan , dan konflik yang saling
27
Memahami Ilmu Sosial
Bab 2
28
Memahami Ilmu Sosial
29
Memahami Ilmu Sosial
psikologi yang merupakan pesaing dari sosiologi yang paling nyata dalam tugas
menjelaskan keteraturan di dalam tindakan manusia yang dapat diamati.
Pada saat yang hampir sama, Max Weber (1864-1920) tokoh pendiri
akademik lainnya yang berusaha membentuk disiplin baru. Sosiologi dibedakan
oleh pendekatan dan pandaangan interpretatifnya daripada oleh pernyataan
bahwa seperangkat “fakta” terpisah merupakan wilayah eksklusif untuk
studinya. Bagi Weber, sosiologi dibedakan oleh usahanya untuk verstehen
(memahami) tingkah laku manusia. Untuk fokus kajiannya itu ia berbeda
dengan Durkheim yang menekankan fakta sosial tersebut. Bagi Weber
kenyataan sosial itu sebagai sesuatu yang didasarkan motivasi individu dan
tindakan sosial yang berarti. Dalam arti bahwa tinjauan Weber tersebut
berhubungan dengan posisi nominalis, yang berpendirian bahwa hanya
individu-lah yang riil secara obyektif.
Di Indonesia, walaupun secara formal sebelum kemerdekaan belum
berkembang sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, namun menurut Soemardjan
(1965) banyak di antara para pujangga dan pemimpin-pemimpin kita yang telah
memasukkan unsur-unsur sosiologi dalam ajaran-ajarannya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ilmu sosiologi
berkembang sangat pesat, yang semula pokok bahasannya fokus mengenai
masyarakat secara umum. Namun, saat ini sudah terbagi-bagi menjadi
beberapa disiplin ilmu sosiologi. Dengan demikian, jelas menunjukkan bahwa
unsur-unsur sosiologi tidak digunakan dalam teori murni sosiologis, akan tetapi
sebagai landasan untuk tujuan tertentu, terutama sebagai tata hubungan antar
manusia dan pendidikan.
2. Pengertian sosiologi
30
Memahami Ilmu Sosial
suatu ilmu tentang: (a) hubungan dan pengaruh timbal-balik antara aneka
macam gejala- gejala sosial, contohnya antara gejala ekonomi dengan non-
ekonomi seperti agama, gejala keluarga dengan moral, hukum dengan
ekonomi, dan sebagainya.
2. William Ogburn dan Meyer F Nimkoff (1959: 12-13) berpendapat bahwa
sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan
hasilnya, yaitu organisasi sosial.
3. Roucek dan Warren (1962: 3) berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu
tentang hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompoknya.
4. J.A.A. van Doorn dan C.J. Lammers (1964: 24) mengemukakan bahwa
sosiologi ilmu tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan
yang bersifat stabil.
5. Meta Spencer dan Alex Inkeles (1982: 4) mengemukakan bahwa sosiologi
ilmu tentang kelompok hidup manusia.
6. David Popenoe (1983: 107-108) berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu
tentang interaksi manusia dalam masyarakat sebagai suatu keseluruhan.
7. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1982: 14) menyatakan bahwa
sosiologi adalah ilmu tentang struktur sosial dan proses-proses sosial,
termasuk perubahan-perubahan sosial. Selanjutnya menurut mereka bahwa
struktur sosial keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok
yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial,
kelompok-kelompok serta lapisan sosial. Sedangkan proses sosial adalah
pengaruh timbal-balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, umpamanya
pengaruh timbal-balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi
kehidupan politik, kehidupan hukum dengan agama, dan sebagainya
(Supardan 2009: 69-70).
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individu dengan individu,
individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat. Selain itu,
sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini,
khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari
pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum.
Menurut Horton dan Hunt (1991: 4) obyek kajian sosiologi adalah
masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok-
31
Memahami Ilmu Sosial
32
Memahami Ilmu Sosial
3. Karakteristik sosiologi
33
Memahami Ilmu Sosial
34
Memahami Ilmu Sosial
35
Memahami Ilmu Sosial
pada prinsipnya bertentangan satu sama lain dalam aplikasi praktis, serta
konsekuensinya. Di satu pihak, ia ada kepentingan untuk memanipulasi
kondisi sosial sedemikian rupa guna mendapatkan perilaku yang lebih
seragam, seperti yang dinginkan oleh pihak yang berkuasa. Persoalan utama
di sini adalah masalah disiplin, yaitu memaksa agar berperilaku dalam cara
tertentu meskipun mereka tidak sepakat, atau bahkan menolak terhadap
pihak-pihak pemegang kendali. Di pihak lain, ia ada kepentingan untuk
memahami mekanaisme regulasi sosial sehingga secara ideal, kapasitas
pemberdayaan mereka dapat digunakan maupun ditolak dalam upaya
penyeragaman tersebut.
Berdasarkan uraian mengenai karakteristik sosiologi di atas, berarti
sosiologi merupakan bagian dari ilmu sosial, bukan merupakan disiplin yang
normatif, melainkan suatu disiplin yang bersifat kategoris. Sosiologi mengkaji
bentuk-bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat, dan mempelajari
gejala umum yang ada pada interaksi manusia, wujudnya bukan tentang
masyarakat yang konkret.
36
Memahami Ilmu Sosial
yang membuat lokasi-lokasi itu mempunyai perbedaan dalam hal sosial dan
budaya dibandingkan dengan bentuk-bentuk kehidupan sosial perkotaan.
Akhirnya, semakin banyak peneliti yang berpandangan bahwa lokasi pedesaan
hanya sekedar entitas empiris atau geografis tempat seseorang bekerja.
Keadaan desa tidak mensyaratkan teori atau implikasi metodologis khusus
untuk penelitian, tetapi sangat tergantung pada jenis masalah teoretis dan
metodologis yang dikandungnya, dan tidak semata-mata didasarkan pada
kenyataan yang sama-sama memiliki pengalaman pedesaan (Long, 2000: 942).
Sosiologi industri
Sosiologi industri sejak awal mendapat inspirasi dari pemikiran-
pemikaran Marx, Durkheim, dan Weber, walaupun secara formal siologi
industri lahir pada kurun waktu antara Perang Dunia-I dan II, serta secara
matang tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an (Grint, 2000: 488). Dari
pemikiran Marx setidaknya teori revolusi proletariat dari tumbuhnya alienasi
serta eksploitasi ekonomi, pengaruhnya sanga dirasakan pada periode antara
Perang Dunia I dan II, manakala terjadi lonjakan pengangguran dan krisis
ekonomi dunia, walaupun realitanya pengaruh ini kurang dominan. Sedangkan
dari pemikiran Weber, merupakan jantung dalam pembentukan sosiologi
industri. Namun, yang paling banyak dibicarakan analisis Weber tersebut
adalah tentang birokrasi, dan signifikansi dari dominannya bentuk-bentuk
otoritas ”legal-formal”, yakni otoritas yang legitimasinya berakar pada aturan-
atauran dan prosedur formal (Grint, 2000: 488).
37
Memahami Ilmu Sosial
38
Memahami Ilmu Sosial
39
Memahami Ilmu Sosial
Sosiologi Agama
Sosiologi agama merupakan studi sosiologis yang mempelajari studi ilmu
budaya secara empiris, profane, dan positif yang menuju kepada praktek,
struktur sosial, latar belakang historis, pengembangan, tema universal, dan
peran agama dalam masyarakat (Goddijn, 1996: 36). Para ahli sosiologi agama
mencoba untuk menjelaskan efek masyarakat itu pada pada agama dan efek
agama terhadap masyarakat.
B. Kegunaan Sosiologi
40
Memahami Ilmu Sosial
1. Pengertian Antropologi
Perkembangan lahirnya antropologi melalui suatu tahapan yang panjang.
Koenjtaraningrat (1987: 27-28) memaparkan bahwa lembaga-lembaga
antropologi etnologi merupakan awal lahirnya antropologi. Lembaga Societe
41
Memahami Ilmu Sosial
42
Memahami Ilmu Sosial
(cara-cara perilaku, tradisi, dan nilai) yang dihasilkan, sehingga setiap manusia
satu dengan yang lainnya berbeda.
Menurut Kapplan dan Manners (1999: xiii) “Antropologi pada hakikatnya
mendokumentasikan kondisi manusia pada masa lampau dan masa kini.
Perhatian utamanya adalah pada masyarakat-masyarakat eksotis, masa
prasejarah, bahasa tak tertulis, dan adat kebiasaan yang aneh. Akan tetapi, itu
semata-mata adalah cara antropolog mengungkapkan perhatian terhadap
tempat-tempat dan saat ini. Cara yang ditempuh antropolog ini memberikan
sumbangan unik kepada pengetahuan kita tentang apa yang sedang terjadi di
dunia. Kita tidak dapat memahami diri-sendiri lepas dari pemahaman kita
tentang budaya. Tak peduli betapa primitive, betapa kuno, atau betapapun
remeh kelihatannya.”
Berdasarkan uraian di atas, antropologi merupakan ilmu yang mengkaji
kondisi manusia yang berbeda-beda pada masa lampau dan masa kini dengan
mengkaji masyarakat eksotis, masa prasejarah, bahasa tak tertulis, dan adat
kebiasaan dengan tujuan memahami tentang budaya.
43
Memahami Ilmu Sosial
Gambaran yang muncul dari catatan itu ialah suatu komunitas yang harmonis,
egaliter, tentram dan damai.
44
Memahami Ilmu Sosial
45
Memahami Ilmu Sosial
jasa material (Gudeman, 2000: 259). Masyarakat sekarang dan masa lampau,
termasuk masyarakat non-Barat, yang fokusnya terarah pada bentuk dan
pengatuan kehidupan ekonomi, dalam kaitannya dengan perbedaan gaya
kekuasaan dan ideologi. Dengan demikian, ruang-lingkup antropologi ekonomi
tersebut mencakup; riset tentang teknologi, produksi, perdagangan, dan
konsumsi, serta tinjauan tentang berbagai bentuk pengaturan sosisl dan
ideologis manusia untuk mendukung kehidupan materi manusia.
46
Memahami Ilmu Sosial
47
Memahami Ilmu Sosial
48
Memahami Ilmu Sosial
49
Memahami Ilmu Sosial
50
Memahami Ilmu Sosial
51
Memahami Ilmu Sosial
52
Memahami Ilmu Sosial
Menurut Syarbaini (2002: 13), tumpuan kajian ilmu politik adalah upaya-
upaya memperoleh kekuasaan, mempertahankan kekuasaan, penggunaan
kekuasaan, dan bagaimana menghambat penggunaan kekuasaan. Dengan
demikian maka:
1. Dilihat dari aspek kenegaraan, ilmu politik
mempelajari negara, tujuan negara, dan lembaga negara, serta hubungan
kekuasaan baik sesama warga negara, hubungan negara dengan warga
negara, dan hubungan antar negara.
2. Dilihat dari aspek kekuasaan ilmu politik
mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat, hakikat, dasar,
proses, ruang lingkup, dan hasil dari kekuasaan itu.
3. Dilihat dari aspek kelakuan, ilmu politik
mempelajari kelakuan politik dalam sistem politik yang meliputi budaya
politik, kekuasaan, kepentingan, dan kebijakan.
Budiharjo (2000: 8) dikatakan bahwa ilmu politik adalah bermacam-
macam kegiatan dalam suatu sistem politik yang menyangkut proses
menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.
Pengambilan keputusan mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem
politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala
prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu.
53
Memahami Ilmu Sosial
Oposisi. Tidak semua partai oposisi itu jelek, karena oposisi pun dapat menjadi
penyeimbang dan kontrol atas mekanisme pemerintahan yang ada. Sebaliknya,
pun tidak semua partai oposisi baik, karena tidak sedikit partai oposisi
terlahir hanya didasarkan pertimbangan emosional atas kekalahannya dalam
pemilihan umum yang telah lalu.
Sistem politik. Bagi pemerintahan yang menganut sistem politik yang komunis
maupun otoritarian, maka jelas kebebasan rakyat itu terkekang. Hal ini akan
54
Memahami Ilmu Sosial
55
Memahami Ilmu Sosial
Teori politik. Para ahli biasanya memiliki gaya sendiri-sendiri, kendati memiliki
ciri umum yang bersifat normatif dalam orientasi teori politiknya yang telah
lama berevolusi. Mereka menyampaikan secara akurat dengan pendekatan
logika matematika dari tema-tema dalam karya klasik.
Sejarah politik. Banyak para ilmuwan politik yang menjelaskan tentang sejarah
politik walaupun sering bias terhadap sejarah kontemporer. Pada umumnya
mereka percaya bahwa tugas ilmuwan politik menawarkan penjelasan-
penjelasan retrodiktif bukannya prediksi-prediksi yang kritis dan sangat
deskriptif. Mereka yakin bahwa kebenaran terletak pada arsip-arsip
pemerintah. (O’Leary, 2000: 790).
56
Memahami Ilmu Sosial
Ekonomi politik. Subbidang ini bertolak dari suatu pemikiran bahwa teori-teori
perilaku politik sebagaimana teori perilaku ekonomi, harus bermula dari premis
sederhana tentang manusia yang suka membangun prediksi-prediksi dari
perilaku mereka. Di sinilah letak hubungan ilmu politik dan ekonomi, di mana
manusia tidak pernah puas menggapai kepentingan diri yang rakus tersebut,
misalnya tentang ekonomi politik lingkaran bisnis, di mana para ahli teori
mencoba memprediksi bagaimana para politisi memanipulasi alat-alt ekonomi
untuk membangun atau menciptakan dukungan politik (Tufte, 1978).
Teori kenegaraan. Teori kenegaraan merupakan teori politik yang paling padu
dalam memberikan perhatian bagi teri politik kontemporer, pemikiran politik,
administrasi publik, kebijakan publik, sosiologi politik, dan hubungan
internasional (O’Leary, 2000: 794). Hal ini dapat dipahami mengingat
kebanyakan ilmu politik kontemporer memfokuskan pada organisasi negara
dalam sistem demokrasi liberal.
57
Memahami Ilmu Sosial
Perspektif ilmu politik. Tujuan ini dipandang sebagai ilmu. Ia menilai politik
dari sisi intelektual dengan pertimbangan kritis serta memiliki kriteria yang
58
Memahami Ilmu Sosial
Bab 3
A. Konsep Kepemimpinan
59
Memahami Ilmu Sosial
60
Memahami Ilmu Sosial
61
Memahami Ilmu Sosial
62
Memahami Ilmu Sosial
2. Pendekatan Situasional
Pendekatan ini mempunyai empat model, yaitu:
1) the contingency model dari Fred E. Fiedler (model kepemimpinan
kontingensi),
2) path goal model (model kepemimpinan pencapaian tujuan secara
bertahap) dari Robert House, dan
63
Memahami Ilmu Sosial
64
Memahami Ilmu Sosial
65
Memahami Ilmu Sosial
66
Memahami Ilmu Sosial
menimbulkan banyak interpretasi. Dengan kata lain, perintah yang jelas adalah
kunci keberhasilan pengikut dalam mengerjakan perintah.
Selling didefinisikan sebagai aturan yang diperlukan untuk mengerjakan
pekerjaan dan menceritakan kepada pegikut tentang apa, di mana, siapa,
kapan, dan bagaimana, pekerjaan harus dikerjakan. Selling menyangkut
langkah pemimpin memerintah bawahan dengan perintah terstruktur dan
harus dilakukan secara suportif, dengan harapan tugas tersebut dapat
terlakasana dengan baik tanpa ada sesuatu yang kurang.
Participating, pemimpin dan yang dipimpin bekerja sama di dalam
membuat keputusan tentang cara mencapai kualitas kerja yang paling baik.
Dengan partisipasi semua pihak yang berkaitan, maka pekerjaan akan menjadi
lebih baik. Tapi harus diingat bahwa dua kepala belum tentu lebih baik
daripada satu kepala. Dua kepala seorang pelaksana atau office boy, tentu
tidak akan lebih baik daripada satu kepala seorang sarjana yang kuliah dengan
sungguh-sungguh dalam membuat keputusan organisasi.
Delegating, pemimpin memberikan arahan tentang sesuatu secara
spesifik, dan mendelegasikan kepada direksi atau personal pendukung untuk
melaksanakan tugas sesuai arahan. Tanpa pendelegasian yang baik, maka
pemimpin akan kehabisan tenaga dan energinya dalam mencapai tujuan
organsiasi.
Keempat, teori Leader-Member Exchange (MLE) dari Engle dan Lord.
Teori mengatakan bahwa pemimpin membina ikatan dan hubungan pribadi
terhadap masing-masing bawahannya. Pendekatan ini mencoba memberikan
recognition (pengakuan) bahwa pemimpin tidak selalu terus menerus secara
konsisten menjadi pemimpin yang mensubordinat bawahan. Ia sesekalai harus
turun tangan sendiri bahkan memberi pengawasan atau perintah langsung,
saat melakukan supervise. Ia tidak hanya memberi pengakuan, tetapi juga
memberikan emphasizes (tekanan dan penegasan) bahwa bawahan tidak
menutup kemungkinan akan menjadi pemimpin dan sebaliknya. Dalam arti,
pemimpin yang baik, akan mampu melaksanakan tugas-tugas bawahan, dan
bawahan sesekali apabila diberi tugas kepemimpinan harus mampu
melaksanakan dengan baik, sehingga pemimpin yang memberikan delegasi
akan merasa puas.
67
Memahami Ilmu Sosial
68
Memahami Ilmu Sosial
lainnya pun harus tercukupi, sehingga ia bisa bekerja dengan tenang, rajin,
tekun, dan menghasilkan output sesuai harapan.
Begitu juga pengikut, ketika sudah dijelaskan perannya, maka harus
mempunyai rasa percaya diri untuk mencapai kesuksesan. Kepercayaan disi
sebagai sebuah keyakinan dari dalam diri yang menyatakan bahwa ia mampu
untuk mengerjakan hal itu dengan baik, tanpa ada rasa atau perasaan minder
sedikit pun, akan membawa sesorang merasa yakin bahwa dirinya mampu, dan
tidak kalah dibandingkan dengan orang lain. Dirinya harus lebih baik dari orang
lain, dan dirinya harus lebih mampu daripada orang lain.
Selain itu, mereka harus mempertimbangkan nilai dalam mendesain
produk yang akan dihasilkan. Pada akhirnya, pengikut mengembangkan
motivasinya untuk mewujudkan outcome (pengharapan akan keberhasilan).
Bahkan bukan hanya motivasi yang ia kembangkan, bisa jadi kreativitasnya pun
akan berkembang, sesuai dengan kapasitas yang ia miliki.
Ivancevich, Konopaske, dan Matteson, (2002:469) menjelaskan bahwa,
dalam kepempimpinan transaksional pemimpin akan membantu bawahan
mengidentifikasi hal-hal yang harus dikerjakan mulai dari perencanaan,
pengukuran input, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, hingga pengukuran
output, untuk mencapai hasil yang diharapkan, seperti: kualitas input yang
lebih baik, kualitas pekerjaan yang lebih baik, kualitas output yang lebih baik,
penjualan yang lebih luas dan banyak, atau pelayanan yang lebih baik dalam
proses penjualan dan purna jual, penghematan biaya di segala lini produksi.
Bass (1985, dalam Ivancevich, Konopaske, dan Matteson, 2002:471)
menjelaskan sejauhmana seorang pemimpin disebut transformasional
terutama diukur dalam hubunganya dengan efek pemimpin tersebut
terhadap para pengikut. Para pengikut seorang pemimpin transformasional
merasa adanya kepercayaan, kesetiaan dan rasa hormat terhadap pemimpin
tersebut dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih dari pada apayang
awalnya diharapkan dari mereka.
Kepemimpinan transformasional lebih kuat dalam penggunaan visi dan
inspirasi dalam pendekatanya, cenderung untuk mengkomunikasikan visi dan
tujuan secara jelas dan mudah diterima. Dengan demikian, anggota dapat
69
Memahami Ilmu Sosial
70
Memahami Ilmu Sosial
71
Memahami Ilmu Sosial
72
Memahami Ilmu Sosial
D. Efektivitas Kepemimpinan
73
Memahami Ilmu Sosial
74
Memahami Ilmu Sosial
Bab 4
TEORI KONFLIK
Suatu Tinjauan dari Perspektif Kepemimpinan
dan Politik
75
Memahami Ilmu Sosial
76
Memahami Ilmu Sosial
77
Memahami Ilmu Sosial
78
Memahami Ilmu Sosial
maka perlu juga dibuat konflik yang bisa membangun dalam arti mampu
membangkitkan motivasi untuk maju. Misalnya saja, dalam bidang sales
penjualan, dalam setiap akhir bulan dibuat konflik dengan mengumumkan
nama sales yang paling berhasil memasarkan jasa atau produk. Dengan
demikian, pada bulan berikutnya ada konflik yang menyebakan
antarkaryawan sales berlomba-lomba menjadi terbaik, dalam rangka
meningkatkan omset penjualan.
Dahrendorf (1986) berasumsi bahwa setiap masyarakat berada dalam
keadaan konflik. Mengapa demikian, karena sesungguhnya konflik itu tidak
selalu tampak, dalam arti keberadaannya sangat tersimpan di dalam hati setiap
masyarakat. Manakala konflik itu muncul ke permukaan, baru konflik itu dapat
terlihat.
Dalam memahami konflik pada masyarakat yang sedang berpolitik
sebagaimana tema buku ini yaitu kepemimpinan dan politik, dapat dilihat
dengan menggunakan konflik antarkelompok sebagaimana di kemukakan
Robert Kritner dan Angelo Kinicki, yang menjelaskan bahwa konflik antar
kelompok dapat terjadi apabila:
1. Anggota-anggota kelompok in-group memandang diri mereka sendiri
sebagai kumpulan individu unik, sementara mereka memandang anggota-
anggota kelompok lain sebagai ‘sejenis.’ Ketika masing-masing kelompok
memandang orang lain berbeda tidak sejenis tentu akan menyebabkan
terjadinya konflik.
2. Anggota-anggota kelompok in-group memandang diri mereka sendiri benar
secara positif dan bermoral, sementara mereka memandang anggota-
anggota kelompok lain secara negatif dan tidak bermoral. Ketika orang lain
dianggap salah, maka akan menganggap diri sendiri sebagai kelompok yang
benar, bersih, bermoral, bermartabat, unggul, dan mumpuni.
3. Anggota-anggota kelompok in-group memandang orang-orang di luar
sebagai ancaman, tentu akan menyebkan terjadinya konflik. ketika orang
lain mempersenjatai diri maka dirinya harus mempersentai diri dan
kelompoknya agar lebih kuat, lebih aman, lebih terjamin, lebih tenteram.
Bila hal itu dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan konflik
yang berkepanjangan.
79
Memahami Ilmu Sosial
B. Sumber Konflik
80
Memahami Ilmu Sosial
81
Memahami Ilmu Sosial
82
Memahami Ilmu Sosial
83
Memahami Ilmu Sosial
84
Memahami Ilmu Sosial
C. Jenis-jenis Konflik
85
Memahami Ilmu Sosial
86
Memahami Ilmu Sosial
87
Memahami Ilmu Sosial
(5) semakin tinggi intensitas konflik antar kelompok sosial maka semakin
besar usaha kelompok yang bersangkutan untuk meningkatan
penyesuaian yang berdimensi internal;
(6) semakin banyak kelompok dalam suatu sistem diancam oleh koalisi
kelompok-kelompok lain maka semakin besar dorongan mereka untuk
membentuk koalisi dengan kelompok lainnya; dan
(7) semakin hebat konflik maka semakin besar pula kemungkinan mereka
untuk membentuk kelompok koalisi secara permanen.
E. Tahapan Konflik
88
Memahami Ilmu Sosial
89
Memahami Ilmu Sosial
Tingkat Tindakan
Tindakan yang
yang direkomendasikan:
direkomendasikan:
Tingkat konflik
konflik antarkelompok
antarkelompok yang
yang
diterima
diterima cenderung
cenderung naik
naik ketika:
ketika: Bekerja
Bekerja untuk
untuk menghapuskan
menghapuskan interaksi
interaksi negatif
negatif
khusus
khusus
Membangun
Membangun tim tim untuk
untuk mengurangi
mengurangi konflik
konflik
antarkelompok
antarkelompok dan dan mempersiapkan
mempersiapkan tim tim
konflik
konflik di
di dalam
dalam kelompok
kelompok tinggi,
tinggi, lintas
lintas fungsional
fungsional untuk
untuk kelompok
kelompok
ada
ada interaksi
interaksi negatif
negatif antar
antar kelompok
kelompok Mendorong
Mendorong persahabatan
persahabatan pribadi
pribadi dan
dan
Gosip
Gosip pihak
pihak ketiga
ketiga tentang
tentang kelompok
kelompok hubungan
hubungan kerja
kerja yang
yang bagus
bagus keke seluruh
seluruh
lain
lain yang
yang memberikan
memberikan pengaruh
pengaruh kelompok
kelompok
negaif
negaif Membantu
Membantu perkembangan
perkembangan sikap-sikap
sikap-sikap positif
positif
terhadap
terhadap kelompok
kelompok lain
lain (empati,
(empati, belas
belas
kasih,
kasih, simpati)
simpati)
Menghindari
Menghindari atauatau menetralisasikan
menetralisasikan gossip
gossip ke
ke
seluruh
seluruh kelompok
kelompok
Gambar 4.1
Model kontak untuk memperkecil konflik antarkelompok
Sumber: Robert Kritner dan Angelo Kinicki, 2000: 167
90
Memahami Ilmu Sosial
Tinggi Mengakomodasi
Mengakomodasi Menyelesaikan
Menyelesaikan
atau
atau memperlancar
memperlancar masalah
masalah dan
dan
berkolaborasi
berkolaborasi
External Berkompromi
Berkompromi
External Focus
Focus
Menghindar
Menghindar Mendominasi
Mendominasi
Berupaya
Berupaya
Menghindari
Menghindari atau
atau
mengabaikan mendominasi
mendominasi dan
dan
mengabaikan
Rendah kelompok
kelompok lain
lain mengontrol
mengontrol
Rendah
Rendah
Rendah Tinggi
Tinggi
Internal focus
Menghindar Mendominasi
Mendominasi
Menghindar
Gambar 4.2 Berupaya
Berupaya
Matrik penyelesaikan
Menghindari
Menghindari atau
atau konflik
mendominasi
mendominasi dan
dan
Sumber: Ivancevich
mengabaikan
mengabaikan et.al, 2008: 52
mengontrol
mengontrol
kelompok
kelompok lain
lain
Untuk menyelesaikan konflik, maka fokus eksternal harus tinggi,
sementara itu fokus internal harus tinggi sehingga terjadi penyelesaian konflik
yang paling baik. Bila fokus eksternal harus tinggi, sementara itu fokus internal
rendah maka hanya terjadi akomodasi. Hal ini sudah lebih baik, karena suatu
permasalahan akan menjadi lancar. Dengan kata lain, usaha tersebut akan
memperlacar terjadinya penyelesaian konflik.
91
Memahami Ilmu Sosial
Sebaliknya, jiga fokus eksternal rendah dan fokus internal juga rendah,
maka yang terjadi adalah menghindar dari konflik dengan harapan tidak terjadi
konflik. Bila fokus eksternal rendah dan fokus internal tinggi, maka akan
mendominasi.
Keempat kuadran itulah yang perlu diperhatikan, yakni kuadran mana
yang perlu dicapai agar konflik dapat diselesaikan dengan baik, tanpa
mengurangi makna peran penting organisasi di kemudian hari.
Bab 5
NEGOSIASI
Suatu Tinjauan dari Perspektif Kepemimpinan dan Politik
92
Memahami Ilmu Sosial
Proses tawar-menawar yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih
tentang sesuatu untuk mendapatkan kesepakatan maka dapat disebut
negosiasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Ivancevich et.al (2008) yang
menyatakan bahwa negosiasi merupakan sebuah proses di mana dua pihak
atau lebih yang berbeda pendapat berusaha mencapai kesepakatan. Menurut
Ivancevich et.al negosiasi juga diartikan sebagai sebuah proses di mana dua
pihak atau lebih yang berbeda pendapat berusaha mencapai kesepakatan.
Negosiasi juga merupakan sebuah proses di mana dua belah pihak atau
lebih melakukan tawar-menawar tentang sesuatu untuk mendapatkan
kesepakatan yang bisa diterima oleh kedua belah pihak tanpa ada paksaan
sedikit pun. Hal ini sesuai dengan pendapat Robbins dan Judge (2008: 59).
Menurutnya, negosiasi merupakan sebuah proses di mana dua belah pihak
atau lebih melakukan tawar-menawar tentang sesuatu untuk mendapatkan
kesepakatan.
Sementara itu, Nawawi (2012: 30) dalam menjelaskan negosiasi agak
lebih detail. Ia menjelaskan bahwa negosiasi merupakan:
1) perilaku atau proses penetapan keputusan mengenai sesuatu kepentingan
yang sama antar dua belah pihak yang memiliki referensi yang berbeda,
2) sebagai suatu cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan
diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang
akan dilakukan di masa mendatang,
3) suatu bentuk pertemuan antara dua pihak yang bertujuan untuk
menghasilkan suatu persetujuan bersama,
93
Memahami Ilmu Sosial
4) proses antara dua belah pihak untuk mencapai persetujuan yang dapat
memenuhi kepuasan semua pihak yang berkepentingan dengan elemen-
elemen kerjasama dan kompetisi,
5) proses tawar menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau
menerima, guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak dengan
pihak yang lain,
6) sebagai salah satu cara penyelesaian sengketa secara damai melalui
perundingan antar pihak-pihak yang bersengketa (Kasinu, 2012).
B. Jenis-Jenis Negosiasi
94
Memahami Ilmu Sosial
Menurut Robert Kritner dan Angelo Kinicki (2000; dalam Kasinu, 2012)
negosiasi dibedakan menjadi dua, yatu negosiasi distributive dan integrative.
1. Negosiasi distributive biasanya melibatkan satu masalah tunggal, dengan
demikian, konflik yang terjadi sebelum ada negosiasi tidak terlalu besar.
Perbedaan pendapat yang diperselisihkan pun tidak terlalu lebar.
2. negosiasi integrative masalah yang dipertaruhkan lebih dari satu. Negosiasi
jenis ini lebih sulit dibandingkan negosiasi jenis pertama karena melibatkan
lebih banyak permasalahan yang harus diselesaikan dengan negosiasi.
Menurut Hadari Nawawi (2012: 32) ada dua jenis negosiasi.
1. Pertama, negosiasi kooperatif merupakan negosiasi yang dilakukan untuk
meminimalkan konflik dengan mencari solusi di mana semua pihak
mendapat manfaat. Karakteristik negosiasi kooperatif adalah: a)
membuka perundingan dengan mengutarakan sebanyak mungkin informasi
yang memberi peluang untuk diterima kedua belah pihak, b)
mempertimbangkan semua aspek dari permasalahan yg dihadapi, c) kedua
belah pihak bersikap fleksibel, d) lakukan usaha membantu pihak lawan
memahami solusi yang mungkin, dan e) berusaha menemukan persetujuan
yang saling menguntungkan (win-win solution) yang memuaskan semua
pihak yang bernegosiasi.
2. Kedua, negosiasi kompetitif adalah perundingan dengan suasana yang tidak
ramah dan masing-masing pihak berusaha mendapatkan tawaran terbaik
bagi diri atau pihaknya. Karakteristiknya adalah: a) mengambil kesempatan
pertama melakukan penawaran, b) memiliki kemampuan mendinginkan
suasana konflik, dan c) memiliki kemampuan bersikap tegas untuk menjaga
posisi pengendali.
95
Memahami Ilmu Sosial
Sementara itu Robbins dan Judge (2008: 193), menambahkan satu lagi
jenis negosiasi yaitu negosiasi integratif, yaitu sebuah proses negosiasi yang
berusaha mencari satu penyelesainan atau lebih yang dapat menciptakan
solusi menang-menang atau saling menguntungkan.
Melihat tipologi negosiasi di atas, negosiasi yang terjadi pada masyarakat
politik, secara hipotetik, kedua tipologi tersebut dapat terjadi semuanya.
Artinya, negosiasi antara untuk partai politik untuk hal-hal tertentu bisa bersifat
kooperatif, bisa juga kompetitif.
C. Karakteristik Negosiasi
96
Memahami Ilmu Sosial
6. memiliki integritas,
7. memiliki kemampuan persuasif terhadap orang lain,
8. memiliki kesabaran (patience),
9. kemampuan meyakinkan,
10. kemampuan untuk mendapatkan rasa hormat dan kepercayaan dari pihak
lain,
11. keterampilan memecahkan masalah secara umum dan kemampuan
melakukan analisis,
12. kemampuan mengontrol emosi,
13. pemahaman terhadap perasaan orang lain, ulet dan teguh pendirian,
14. kemampuan melihat potensi dan mengeksploitasi power, yang dimiliki
untuk mencapai tujuan, pemahaman terhadap kebutuhan tersembunyi
lawan,
15. kemampuan untuk memimpin dan menguasai anggota kelompok,
16. memiliki pengalaman negosiasi yang memadai,
Selain itu, karakteristik lain negosiator yang sukses bercirikan:
1. memiliki keyakinan akan adanya rasa aman,
2. keterbukaan dan toleransi terhadap pandangan oranglain,
3. kemampuan bersaing untuk menang,
4. keterampilan berkomunikasi dan mengkoordinasikan berbagai tujuan
dalam organisasi,
5. kemampuan berdebat, keberanian mengambil resiko untuk tidak disukai
orang lain,
6. kemampuan untuk secara cerdas mengambil peran dalam negosiasi,
7. mempunyai status atau kedudukan dalam organisasi,
8. toleransi terhadap ketidak jelasan dan ketidak pastian,
9. kemampuan berkomunikasi dengan bahasa tubuh,
10. mampu berkompromi dengan berbagai karakter orang,
11. memiliki kepribadian yang menarik dan rasa humor,
12. memiliki karakter yang bisa dipercaya,
13. memiliki keberanian mengambil resiko untuk mencapai hasil yang luar
biasa,
14. memiliki keberanian menggunakan paksaan, ancaman, dan gertakan
apabila diperlukan.
Negosiasi bisa melibatkan dua pihak dengan perwakilan masing-masing
satu orang, bisa juga masing-masing kelompok membawa beberapa orang yang
97
Memahami Ilmu Sosial
disepakati bersama, bisa juga melibatkan banyak orang. Lebih lanjut Hadari
Nawawi menjelaskan bahwa karakteristik negosiasi meliputi:
a) negosiasi melibatkan orang, baik secara individual maupun perwakilan
kelompok secara perseorangan atau bersama-sama,
b) negosiasi berpeluang menjadi konflik selama negosiasi berlangsung,
c) negosiasi berlangsung sebagai cara pertukaran, baik tawar menawar
(bergain) maupun tukar menukar (barter),
d) negosiasi pada umumnya berlangsung secara tatap muka, dengan bahasa
lisan, gerak tubuh atau ekspresi wajah tanpa mengabaikan kemungkinan
dilakukan secara tertulis,
e) negosiasi pada umumnya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu
yang belum terjadi atau yang diinginkan terjadi,
f) akhir dari negosiasi adalah dihasilkannya kesepakatan yang disetujui kedua
belah pihak, meskipun hasilnya kedua belah pihak sepakat utuk tidak
sepakat.
D. Tujuan Negosiasi
98
Memahami Ilmu Sosial
Begitu juga negosiasi yang dilakukan antar partai politik ada yang
bertujuan memenangkan pengaruh, memperoleh kesepakatan yang saling
menguntungkan, memperoleh hasil yang terhindar dari sesuatu yang bersifat
negatif.
Dalam konteks peperangan, tujuan negosiasi juga bisa berupa tujuan
jangka pendek, sekedar genjatan senjata, ada juga tujuan jangka panjang
dalam arti perdamaian selamanya.
E. Langkah-langkah Negosiasi
99
Memahami Ilmu Sosial
Persiapan
Persiapan dan
dan Perencanaan
Perencanaan
Penentuan
Penentuan aturan
aturan dasar
dasar
Klarifikasi
Klarifikasi dan
dan jastifikasi
jastifikasi
Tawar
Tawar menawar
menawar dan
dan pemecahan
pemecahan
masalah
masalah
Penutupan
Penutupan dan
dan implementasi
implementasi
Gambar 5.1
Tahapan Proses Negosiasi
Sumber: Robbins dan Judge, 2008: 195
100
Memahami Ilmu Sosial
101
Memahami Ilmu Sosial
Bab 6
MOTIVASI SOSIAL
Suatu Tinjauan dari Perspektif Kepemimpinan dan Politik
A. Konsep Motivasi
102
Memahami Ilmu Sosial
103
Memahami Ilmu Sosial
erat dengan variasi kerja dan berhubungan pula dengan sikap kerja dan hasil
yang diperoleh.
Motif adalah segala kebutuhan atau keinginan yang menyebabkan
seseorang melakukan sesuatu di dalam organisasi atau pertain politik. Hal ini
sesuai dengan definisi yang ditulis dalam Webster’s New Collegiate Dictionary
(dalam Manzoor, 2012), “Motive is something a need or desire that causes a
person to act.” Motif adalah segala kebutuhan atau keinginan yang
menyebabkan seseorang melakukan sesuatu. Motivasi, “As a power that
strengthens behavior, gives route to behavior, and triggers the tendency to
continue (Bartol dan Martin, 1989; dalam Manzoor, 2012:2). Motivasi sebagai
sebuah kekuatan yang menguatkan perilaku, memberikan arah bertindak,
dan pemicu untuk tetap terus berusaha. Bila diartikan dari perspetif ilmu politik,
motivasi merupakan sebuah kekuatan yang menguatkan perilaku anggota partai
politik dalam memberikan arah bertindak dan merupakan pemicu untuk tetap
terus berusaha memenangkan Pemilu..
Farhat et.al (2011 dalam Manzoor, 2012:2-3) menjelaskan bahwa motivasi
adalah sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke
arah tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu
untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Secara politik, motivasi
merupakan kesediaan anggota partai politik untuk mengeluarkan seluruh
upaya yang tinggi ke arah tujuan-tujuan partai politik, yang dikondisikan oleh
kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual seperti
menjadi anggota legislative dan eksekutif.
Robbins dan Judge (2008:221) mendefinisikan motivasi sebagai proses
yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seseorang individu untuk
mencapai tujuannya. Jadi secara politik, motivasi sebagai proses yang
menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seseorang individu untuk mencapai
tujuan partai politik menjapai kemenangan dalam Pemilu maupun Pilkada.
104
Memahami Ilmu Sosial
I.I. Need
Need
Deficiencies
Deficiencies
VI.
VI. Need
Need Deficiencies II.
Deficiencies
reassessed
II. serch
serch for
for way
way
reassessed by
by the
the to satisfy needs
employee
employee
to satisfy needs
III.
III. Goal
Goal directed
directed
V.
V. Reward
Reward Employe
behavior
behavior
punishments
punishments e
IV.
IV. performance
performance
(evaluation
(evaluation ofof goals
goals
accomplished)
accomplished)
Gambar 2.3
The motivational Process: A General model
Sumber: Ivancevich dan Matteson (2002: 150)
Karaktersitik dasar dari isi dan teori proses motivasi dari perspektif yang
berlaku umum, sebagaimana digambarkan oleh Ivancevich dan Matteson
(2002: 150) dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) dimulai madanya defisiensi
kebutuhan, 2) perlunya jalan untuk memenuhi kebutuhan, 3) menentukan
tujuan yang akan dicapai, 4) kinerja dengan mengevaluasi sampai dimana
tujuan telah tercapai, 5) pemberian hadiah dan hukuman/sanksi, 6) penetapan
kembali defisiensi kebutuhan (Busro, 2012).
105
Memahami Ilmu Sosial
106
Memahami Ilmu Sosial
107
Memahami Ilmu Sosial
Office parties
OfficeGeneral and
and social
partiessalarysocial gatherings
gatherings
increases
General salary increases
BELONGINGNESS, SOCIAL,
BELONGINGNESS,
Pension
Pension plans AND
SOCIAL,
plans AND LOVE
LOVE
Hospital
Hospital and
and medical
medical plans
Salary plans
Salary
Disability
Disability
Heating and insurance
insurance
Heating and air
air conditioning
conditioning
SAFETY
SAFETY AND SECURITY
ANDcafetaria
Company SECURITY
Company cafetaria
PHYSIOLOGICAL
PHYSIOLOGICAL
108
Memahami Ilmu Sosial
Gambar 2.4
Teori motivasi Maslow
Sumber: Ivancevich dan Matteson (2002: 152; dalam Busro, 2012)
1. Kebutuhan fisik/fisologi (physiological needs), sebagai kebutuhan utama
individu dalam mempertahankan hidupnya yang meliputi kebutuhanakan
makan, dan minum, pakaian, serta tempat tinggal.
2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (safety and security needs),
kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman akan bertindak sebagai
potivator, apabila kebutuhan fisiologi stelah terpuaskan secara minimal.
Kebutuhan ini antara lain, kebutuhan akan perlindugan dari ancaman,
pertentangan, dan lainnya.
3. Kebutuhan sosial (social needs), yaitu kebutuhan setelah dua kebutuhan
sebelumnya terpenuhi. Seperti persahabatan, afiliasi, serta berinteraksi
dengan orang lain
4. Kebutuhan akan ego/kehormatan (ego or self esteem needs). Kebutuhan
ego, status, dan penghargaan merupakan kebutuhan tingkat berikutnya
yang meliputi kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs), merupakan kebutuhan
yang paling tinggi dalam hirarki kebutuhan, yang meliputi kebutuhan untuk
memanfaatkan kemampuan, keterampilan, dan potensi yang dimiliki secara
maksimal
109
Memahami Ilmu Sosial
b) keamanan pekerjaan,
c) kondisi kerja,
d) status,
e) prosedur perusahaan,
Artinya, bila faktor hygiene (faktor di luar pekerjaan seperti kondisi kerja,
gaji, dan insentif) tidak seimbang, anggota organisasi akan merasa tidak puas.
Menambah faktor higiene (seperti insentif) pada pekerjaan (memberikan apa
110
Memahami Ilmu Sosial
yang disebut Herzberg motivasi ekstrinsik) adalah cara paling rendah untuk
memotivasi seseorang karena kebutuhan tingkat rendah lebih mudah
terpenuhi.
1. Faktor Motivator
Faktor motivator ini dapat memacu seseorang untuk bekerja lebih baik dan
bergairan. Yang termasuk kategori ini antara lain: pengakuan dari orang
lain, peluang untuk berprestasi, tantangan dan tanggungjawab.
Terpenuhinya faktor ini, menyebabkan orang merasa puas, tetapi bila tidak
terpenuhi, tidak akan mengakibatkan ketidakpuasan.
2. Faktor Hygiene
Keberadaan faktor ini tidak akan meningkatkan motivasi kerja, namum
faktor ini kalau tidak ada akan menimbulkan ketidakpuasa. Yang termasuk
111
Memahami Ilmu Sosial
dalam fakator ini antara lain: gaji, cara pengawasan, hubungan antar
pekerja, kondisi kerja.
Teori Herzberg mengidentifikasi dua faktor penting yang terkait dengan
perilaku manusia dalam hubungannya dengan tugas pekerjaannya
(Sastrodiningrat, 1999).
1. Pertama, faktor hygiene, yang menyentuh manusia melalui rasa puas
dan tidak puas dalam pekerjaan, karena itu menyangkut lingkungan
kerjanya. Selain itu juga berkaitan dengan kebijakan dan administrasi
pekerjaan, pengawasan, kondisi kerja, hubungan antar-personel, uang,
status, dan keamanan.
2. Kedua, faktor motivator, yang menyentuh manusia melalui rasa
senang/cinta dan tidak senang/cinta bekerja dan dapat meningkatkan/
menurunkan produktivitas kerja. Selain itu juga menyangkut pekerjaan
itu sendiri, keberhasilan, prestasi kerja, pengakuan, tantangan kerja,
peningkatan tanggungjawab, pertumbuhan dan pengembangan.
112
Memahami Ilmu Sosial
113
Memahami Ilmu Sosial
114
Memahami Ilmu Sosial
orang lain.
115
Memahami Ilmu Sosial
hasil, tertentu akan menyebabkan dicapainya satu atau lebih hasil tingkat
kedua seseorang.
c) Valensi, merujuk pada preferensi hasil dari sisi individu. sebagai contoh,
seseorang akan lebih menyukai kenaikan gaji sebesar 10 persen daripada
relokasi ke suatu fasilitas yang baru.
d) Ekspektansi, merujuk pada keyakinan individu berkenaan dengan
kemungkinan atau probabilitas subjektif, bahwa suatu perilaku tertentu
akan diikuti dengan hasil tertentu, dan paling mudah dipahami sebagai
pernyataan probabilitas tunggal. Ekspektansi memberikan persepsi
kepada individu mengenai seberapa keras usaha yang diperlukan untuk
mencapai suatu perilaku tertentu dan probabilitas dari mencapai perilaku
tersebut.
EKSPEKTASNSI
EKSPEKTASNSI USAHA
USAHA KINERJA
KINERJA EKSPEKTASNSI KINERJA HASIL
EKSPEKTASNSI KINERJA HASIL
Probabilitas
Probabilitas yang
yang dipersepsikan
dipersepsikan ProbabilitasHasil
yangtingkat
dipersepsikan Hasil tingkat kedua
Hasil tingkat pertama
pertama Hasil tingkat kedua
dari Probabilitas yang dipersepsikan
dari kinerja
kinerja tang
tang berhasil
berhasil dengan
dengan dari hasil dengan adanya kinerja
dari hasil dengan adanya kinerja Hasil tingkat kedua
adanya
adanya Usaha
Usaha Hasil tingkat kedua
Kinerja
Kinerja Kinerja
Kinerja Hasil
Hasil tingkat
tingkat pertama
pertama Hasil tingkat kedua
Hasil tingkat kedua
Hasil tingkat kedua
Hasil tingkat kedua
Hasil
Hasil tingkat
tingkat pertama
pertama Hasil tingkat kedua
Hasil tingkat kedua
Hasil tingkat kedua
Hasil tingkat kedua
Gambar 2.8
Teori Ekspektasi
Sumber Ivancevich, Konopaske, dan Matteson (2007:158, Busro, 2012)
116
Memahami Ilmu Sosial
117
Memahami Ilmu Sosial
Orang OP ORP
Membandingk tersebut (P)
Seseroang (P) an rasio input ---- = -------- (adil)
kemudian Memp
dan output melihat
Dengan input ersepsi IP IRP
dirinya dengan input (I) dan
tertentu (I) kan
orang lain yang hasil (O)
danmenerima atau
dijadikan orang yang
hasil tertentu
referensi dijadikan OP ORP
referensi
---- < -------- (tdk adil)
Keterangan: IP IRP
IP = input orang tersebut
atau
OP = hasil orang tersebut
IRP = Input orang yang menjadi referensi OP ORP
ORP = hasil orang yang menjadi referensi
---- > -------- (tdk adil)
IP IRP
Gambar 2.9
Teori Keadilan dari Motivasi
Sumber Ivancevich, Konopaske, dan Matteson, (2007:159; Suryaman, 2012)
118
Memahami Ilmu Sosial
- Kemampuan
- Komitmen
Gambar 2.10
Penerapan Penetapan Tujuan dalam Organisasi
Sumber Ivancevich, Konopaske, dan Matteson, (2007:162; Busro, 2012)
Berikut diberikan contoh membuat dimensi dan indikator dari dua teori.
Pertama, bila mengacu pada Teori motivasi McClelland, maka motivasi
memiliki dimensi:
1. Kebutuhan untuk berprestasi yang mencakup indikator upaya untuk
berprestasi baik, upaya untuk tidak ketinggalan oleh yang lain, upaya
mengembangkan diri, upaya untuk mendapatkan pengakuan dari hasil
kerja, semangat untuk mendapatkan informasi terkini.
2. Kebutuhan untuk berafiliasi memiliki indikator kemampuan menghadapi
119
Memahami Ilmu Sosial
120
Memahami Ilmu Sosial
Bab 7
KOMITMEN SOSIAL
Suatu Tinjauan dari Perspektif Kepemimpinan dan Politik
B. Konsep Komitmen
121
Memahami Ilmu Sosial
122
Memahami Ilmu Sosial
karakteristik adanya keyakinan yang kuat dan penerimaan atas nilai dan tujuan
partai politik; adanya kesediaan untuk mengusahakan yang terbaik bagi partai
politik; dan adanya keinginan yang pasti untuk bertahan dalam partai politik.
Sementara itu, Meyer dan Allen (2001:64) dalam mengambil pendapat
Mowday et.al (1979:226) berpendapat bahwa komitment sebagai kekuatan
relatif pada diri individu dalam mengidentifikasi dan melibatkan diri pada
partai politik .
Sementara itu menurut Becker (1960, dalam Meyer dan Allen, 2001:64)
berpendapat bahwa komitmen sebagai bentuk tindakan secara kontinyu dan
konsisten pada garis aktivitas yang telah ditentukan oleh partai politik . Hal-hal
yang dipertaruhkan (side-bets) seperti tunjangan hari tua dan senioritas akan
hilang manakala tidak ada komitmen.
Dengan kata lain, bila dikaitkan dengan partai politik, amaka
keberlanjutan komitmen terhadap partai politik sangat ditentukan pada:
besarnya keuntungan bila terus menjadi bagian dari anggota partai politik, dan
biaya/kerugian bila meninggalkan partai politik.
Berkaitan dengan moral, komitmen sebagai bentuk totalitas keyakinan
normatif untuk melakukan aksi di mana ada titik temu antara tujuan partai
politik dan interest, dan individu memutuskan untuk berperilaku karena
mereka percaya bahwa partai politik benar-benar sesuai dengan nilai-nilai,
moral, kaidah, dan aturan yang berlaku.
Wieneer (1982, dalam Meyer dan Allen, 2001:66) mendefinisikan
komitmen sebagai bentuk totalitas keyakinan normatif untuk melakukan aksi di
mana ada titik temu antara tujuan partai politik dan interest, dan individu
memutuskan untuk berperilaku karena mereka percaya bahwa hal itu benar
dan sesuai dengan moral.
Berdasarkan beberapa konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa
komitmen terhadap partai politik merupakan perwujudan dari kerelaan
seseorang dalam bentuk pengikatan diri dengan diri sendiri (individu) dan
dengan partai politik yang digambarkan oleh besarnya usaha (tenaga, waktu,
dan pikiran) untuk mencapai tujuan pribadi dan visi partai politik.
123
Memahami Ilmu Sosial
124
Memahami Ilmu Sosial
125
Memahami Ilmu Sosial
E. Kompenen Komitmen
126
Memahami Ilmu Sosial
127
Memahami Ilmu Sosial
Komponen Afektif
Dimensi afektif adalah sikap keyakinan yang kuat dari individu terhadap
partai politik, menerima tujuan-tujuan partai politik, kerelaan menggunakan
upaya (effort) untuk kepentingan partai politik dan keinginan yang kuat
untuk memelihara keanggotaan di dalam partai politik. Komitmen afektif
mengimplikasikan ikatan yang kuat di antara individu yang terikat dalam
keanggotaan partai politik berdasarkan pada: (1) kepercayaan yang kuat dan
menerima nilai dan tujuan partai politik, (2) kerelaan menggunakan upaya
demi kepentingan partai politik, dan (3) keinginan yang kuat untuk menjaga
keanggotaan dalam partai politik.
Komitmen afektif adalah tingkat individu terikat secara psikologi
terhadap partai politik melalui perasaan, seperti loyalitas, kasih sayang, dan
memiliki. Komitmen afektif sebagai perasaan cinta terhadap partai politik,
termasuk mendukung bagi tujuan dan aktivitas partai politik.
128
Memahami Ilmu Sosial
Komponen Kontinyu
Komponen kontinyu merupakan perasaan cinta pada partai politik
karena anggota dan simpatisan dapat menghargai besarnya biaya yang
dikorbankan seandainya ia meninggalkan partai politik. Komponen kontinyu
merupakan perasaan cinta terhadap partai politik karena investasi yang
dirasakan tidak akan merugikan, baik secara psikologi maupun ekonomi
dapat menguntungkan jika dibandingkan dengan biaya yang dirasakan untuk
keluar dari partai politik atau berpindah ke partai politik yang lain. Komponen
kontinyu menggambarkan suatu perspektif yang bermanfaat berdasarkan
pertukaran pada partai politik dengan asumsi bahwa individu melakukan
investasi pada partai politik dengan mempertaruhkan sesuatu yang
menurutnya bernilai.
Hal ini menunjukkan bahwa komponen kontinyu berhubungan dengan
biaya-biaya bila anggota, pengurus, dan simpatisan berkenan meninggalkan
partai politik. Oleh karena itu, komponen kontinyu sangat penting untuk retensi
modal intelektual.
Komponen Normatif
Komponen normatif merupakan refleksi dari perasaan wajib pekerja
untuk tinggal dengan partai politik. Kewajiban ini terhimpun melalui
keberpihakannya pada nilai dan budaya yang dikembangkan oleh partai politik.
Komponen pada tahap normatif ini berhubungan dengan elemen modal
struktural, yaitu kedudukan struktural pada organisasi partai politik. Komponen
normatif termasuk komponen moral karena berhubungan dengan rasa
kewajiban dan tanggung jawab pengurus untuk tinggal dalam partai politik.
Aspek normatif ini mengindikasikan bahwa pengurus partai politik akan
129
Memahami Ilmu Sosial
130
Memahami Ilmu Sosial
Bab 8
DRAMATURGI
Suatu Tinjauan dari Perspektif Kepemipinan
dan Politik
A. Pendahuluan
131
Memahami Ilmu Sosial
132
Memahami Ilmu Sosial
Para tokoh politik lebih senang membangun panggung depan dari pada
panggung belakang. Dengan panggung depan yang bagus diharapkan orang
lain, akan memberikan penilaian yang bagus kepada pemimpin tersebut.
Panggung belakang biasanya dipenuhi oleh kantong-kantong
perkampungan kumuh, rumah liar, pedagang illegal/tanpa ijin, dan sebagainya.
Lingkungannya ditandai suatu keadaan yang tidak tertata, semrawut, kotor,
kumuh, dipenuhi masyarakat kelompok bawah, sehingga yang muncul pada
saat ada pandangan pertama adalah kemiskinan dan kekumuhan.
Ketika ada subyek atau pihak yang seharusnya berada pada panggung
belakang, akan tetapi ia ingin menempati panggung utama, seperti seorang
pedagang kaki lima yang ingin menempati jalur utama, sudah dapat dipastikan,
akan berhadapan dengan negara. Mereka akan digusur, diusir, atau disita
barang dagangannya, atau diangkut truk barang dagangannya oleh petugas
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) ke tempat penampungan yang berada di
tempat tersembunyi, sehingga tidak mengganggu pemandangan. Seandainya
mereka di tata, maka akan direlokasi ke tempat yang paling sepi, jauh dari
konsumen. Akibatnya, dagangan mereka tidak laku dan mereka kembali lagi ke
panggung depan, meskipun harus bersembunyi-sembunyi, mencuri
kesempatan, menghindari penertiban, menyogok petugas, membuat asosiasi
untuk menghadapi penggusuran, dan sebagainya.
Banyak sekali sekolah, rumah sakit, kantor pemerintah, di mana
panggung depannya sangat bersih, tertata rapih, dan tidak ada satu pun
sampah yang berserakan. Akan tetapi di panggung belakang, kamar mandinya
sangat kotor, berbau tidak sedap, gayung dan bak mandinya berlumut, airnya
tidak mengalir, gotnya penuh jentik, bak sampahnya menumpuk, halaman
belakangnya penuh rumput, lorongnya penuh barang rusak, gudangnya penuh
barang tidak terpakai, dan pemandangan tidak sedap lainnya.
Banyak juga perusahaan yang panggung depannya sangat indah,
penampilan kantornya sangat megah, tamannya sangat rapih, spanduk nya
sangat meyakinkan, website nya sangat bagus, iklannya juga sangat bagus, akan
tetapi manajemen internalnya sangat buruk, terutama dalam menggaji
pegawai, sangat rendah, memberikan tunjangan atau insentif yang kurang
133
Memahami Ilmu Sosial
B. Konsep Dramaturgi
134
Memahami Ilmu Sosial
135
Memahami Ilmu Sosial
Salah satu karya terkenal dari Goffman adalah membangun teori Type
Humanistis Interpretatif yakni teori dramaturgi. Interpretasi yang dibangun
harus berdasarkan realitas di panggung dan realitas sesungguhnya yang besar
kemungkinan berbeda. Aspek yang ada di panggung depan jauh lebih baik
dibandingkan apa yang ada di panggung belakang. Jarang sekali panggung
belakang justru lebih baik dari pada panggung depan.
Melihat hal ini, untuk mengecek apakahpanggung belakang baik atau
tidak, sering tamu langsung berkunjung ke kamar mandi kantor, sekolah, atau
rumah tangga, sehingga di sana semuanya tergambar, apakah keindahan,
kebaikan, dan kerapihan panggung depan sejalan dengan realitas seadanya.
Goffman mencetuskan konsep ini sebagai kritik terhadap model teoritis
dominan di kalangan Sosiolog Amerika saat itu yang sangat mengagungkan
fungsionalisme struktural. Sesuatu yang fungsional di panggung depan, belum
tentu fungsional di panggung belakang. Dalam aliran fungsional struktural,
136
Memahami Ilmu Sosial
langsung percaya bahwa apa yang terjadi secara fungsional pada panggung
depan dimaknai sama dengan realitas yang terjadi pada panggung belakang.
Dalam hal ini, struktur memaksa pelaku memainkan berbagai peran yang
dibutuhkan atau dituntut oleh struktur. Ketika subyek tidak mampu memainkan
berbagai peran yang diharapkan oleh struktur, maka individu tersebut dianggap
tidak mampu menjalankan perannya.
Dramatrugi mencoba mempertanyakan mengapa individu harus
diperlakukan sebagai pelakon yang harus memainkan semua peran yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh struktur. Struktur berusaha memberi tupoksi
(tugas pokok dan fungsi) yang lebih dari satu, bahkan seandainya individu
tersebut mewakili pimpinan dalam suatu acara resmi, terlihat sekali bahwa
individu tersebut akan memainkan dirinya sebagai wakil dari seorang atasan
yang sedang diwakili.
Mengapa peran yang dimainkan oleh individu ketika di panggung depan
berlainan dengan apa yang dimainkan di panggung belakang. Mengapa mesti
harus ada dua panggung dalam kehidupan.
Dalam berhubungan dengan orang lain, orang selalu menginginkan
keadaan yang fungsional. Dengan kondisi seperti itu, memaksa orang orang
memainkan perannya dalam dua panggung yang berbeda, bahkan antagonis.
Gofman dalam menemukan teori didasarkan pada studi perilaku
interaksi face to face yang saling mempengaruhi tindakan manusia satu sama
lain. Dalam perspektif tatap muka, seorang akan berusaha memainkan peran
yang lebih baik di hadapan orang lain, dibandingkan tidak berada di hadapan
orang tersebut.
Dalam pengamatannya, Goffman mengikuti konsep Homans
bahwasannya bukan struktur yang menentukan perilaku individu melainkan
tindakan individu yang membentuk struktur sosial. Kedua pangangannya dapat
dipahami semua. Individu dibentuk oleh lingkungan, lingkungan juga dibentuk
oleh individu. individu dalam berperilaku sosial banyak dipengaruhi oleh
struktur karena dipaksa oleh struktur. Sebaliknya, struktur akan di bentuk oleh
individu yang selalu membuat peraturan, petunjuk teknis, tuntunan, tata tertib,
dan berbagai panduan yang diakui bersama sehingga membentuk strutur.
137
Memahami Ilmu Sosial
1
Buku ini diterbitkan di Philadelphia oleh University of Pennsylvania Press tahun 1969.
2
Buku ini diterbitkan di Gardens City New York oleh penerbit Doubelday Anchor Books, tahun
1967.
138
Memahami Ilmu Sosial
139
Memahami Ilmu Sosial
E. Dramaturgi Institusional
140
Memahami Ilmu Sosial
(4) Orang yang melaksanakan tugas khusus (barak tentara), mereka pada
saat berada di panggung depan pada dasarnya mempunyai tugas mulia
sebagai alat negara, yang siap membela negaranya hingga tetes darah yang
penghabisan. Setelah selesai dari barak pun, mereka pun mampu menampilkan
pada panggung depan sebagai orang yang mempunyai tingkat disiplin yang
sangat tinggi dibandingkan orang yang belum pernah masuk barak dalam
waktu yang lama.
(5) Orang yang mengasingkan diri untuk latihan keagamaan. Dalam
panggung depan, setelah ia selesai mengikuti kegiatan itu, ia akan
memperankan diri sebagai seorang yang ahli di bidang keagamaan, lebih ikhlas
membantu orang lain, lebih giat melakukan kegiatan sosial, lebih mudah
mendermakan hartanya di jalan agama, lebih mudah memberi contoh
pengamalan keagamaan kepada orang lain.
Dalam essainya yang berjudul Role Distance, yang diterbitkan pada tahun
1961 Goffman memfokuskan pada suatu pernyataan otonomi individu yang
berkaitan dengan peranan yang dia mainkan; yakni ia menggali batasan-
batasan pengertian peranan secara tradisional.
Individu yang otonom laksana sebatang lidi yang bisa berdiri tegak. Ia
mandiri, tidak tergantung orang lain, bebas dalam menentukan sesuatu, tidak
terintervensi orang lain. Ia mampu menentukan mana yang baik dan buruk,
mana yang indah dan tidak indah, mana yang melanggar hukum dan tidak,
mana yang sesuai dengan ajaran agama dan tidak, mana yang sesuai dengan
adat dan tidak, mana yang sesuai moral dan tidak.
Peranan yang dimainkan oleh individu yang otonom merupan tugas
individu yang harus dimainkan manakala ia bekerja dalam suatu kantor,
perusahaan, masyarakat, atau bidang garapan lainnya, yang harus
berpenampilan sesuai dengan perannya. Tidak boleh melawan atau berbeda
dengan apa yang harus diperankan.
Ia bisa menjadi individu yang otonom, manakala atasanya secara
demokratis memberikan keleluasaan dalam mencurahkan ide, pendapat,
141
Memahami Ilmu Sosial
gagasan, dan perasaannya. Ia tidak akan dapat menjadi individu yang otonom
manakala segala sesuatunya diatur oleh atasan.
Atasan yang demokratis, tentu akan memberikan otonomi kepada setiap
individu sepanjang masih berada pada koridor aturan perusahaan. Individu
yang benar-benar otonom yaitu orang yang kerja mandiri, pengusaha,
wiraswasta, wira usaha.
Banyak anak muda yang ingin menjadi benar-benar otonom dengan
menjadi Funky. Ia melepaskan diri dari keluarga dan teman-teman sekolahnya.
Namun, usaha itu gagal, ketika ia menjadi anggota kelompok itu, ia harus
mengikuti berbagai aturan yang telah dibuat oleh kelompoknya. Kebebasan
yang didapat akhirnya hanya semu.
Otonomi individu yang sangat dibatasi misalnya pada diri seorang
tentara. Ia sebagai alat negara harus selau mengikuti satu komando atasan. Ia
harus selalu berpenampilan tegap, selalu tampak gagah pemberani,
mempunyai semapta yang bagus, tahan banting, tidak boleh cepat menyerah,
dan berani menghadapi resiko. Ia harus hormat kepada seorang anak
perempuannya yang kebetulan menjadi komando wanita yang pangkatnya
lebih tinggi. Ia juga harus hormat meskipun dengan anak muda yang
berpangkat lebih tinggi. Dengan anaknya laki-laki nya sendiri pun, kalau
pangkat ayah lebih rendah, dan dalam jam dinas, ia harus hormat kepada
anaknya. Itulah yang harus diperankan ketika dalam pangung depan yang
penuh dengan ketidakotonomian.
Otonomi orang tua di panggung belakang, bisa berlindung pada aturan
norma masyarakat yakni harus dihormati oleh anak muda. Anak harus hormat
pada ayah. Bentuk hormat nya pun, berbeda antara di rumah dan dikantor.
Saat di kantor harus mengangkat tangan dengan posisi tegak, tumit kaki
merapat. Lain lagi cara menghormati orang tua di rumah, tidak harus
mengangkat tangan dengan posisi tegak.
Pelaku peran (pemeran) memulai dengan membedakan antarperanan
yang bersifat khas, yaitu antara aspek peran normatif dengan penampilan
peran aktual individu secara khusus. Kemudian dia mengarah pada apa yang
disebut dengan “sistem-sistem aktivitas yang disituasikan”. Penghormatan
142
Memahami Ilmu Sosial
143
Memahami Ilmu Sosial
norma sangsi yang negatif pada saat kita gagal untuk bertindak sesuai dengan
norma-norma tersebut.
Menurut Goffman kita mampu menghadirkan beberapa wajah dalam
berbagai suasana. Bisa wajah pesta, wajah mayat, dan berbagai wajah
kelembagaan lainnya. Dalam buku ini, Goffman berusaha menggali pentingnya
idiom-idiom tubuh yakni gaya berpakaian, gerakan dan posisi tubuh suara,
isyarat-isyarat tubuh, termasuk perhiasan formal, dan ungkapan-ungkapan
emosional. Semua itu menurut Goffman sebagai perilaku nonverbal.
Dalam buku Strategic Interaction, Goffman menjelaskan lingkungan yang
sempurna. Ia menggali ungkapan-ungkapan yang semarak dalam informasi
yang diungkapkan, tetapi ia lebih memperhatikan secara eksplisit kapasitas
individu yang membutuhkan, menunjukkan, dan menyembunyikan informasi.
Fokus dalam buku ini pada komunikasi tatap muka yang secara khusus
berasal dari kata-kata linguistik misalnya, intonasi, gerak, mimik, dan
sejenisnya. Kata-kata tersebut merupakan ungkapan dan bukan merupakan
karakter semantik.
Jadi, dalam buku ini, Goffman menambahkan ungkapan kosa kata
dengan ungkapan games kosa kata. Di sini terdapat suatu (1) gerak sepontan
(witing move) yakni suatu tindakan yang tidak ditujukan untuk penilaian
pengamat; (2) gerak naïve (naïve move) yaitu tindakan subyek yang teramati
pada saat ia muncul; (3) gerakan kontrol atau tertutupi (control and covring
move) yaitu suatu tindakan subyektif yang bebas dari tindakan untuk
melahirkan ungkapan-ungkapan yang ia pikir akan mengembangkan situasi jika
gerak tersebut lepas dari pengamat.
144
Memahami Ilmu Sosial
Bab 9
INTERAKSI SIMBOLIK
Suatu tinjauan dari Perspektif Kepemimpinan dan Politik
A. Pendahuluan
145
Memahami Ilmu Sosial
Karakteristik dasar ide ini adalah suatu hubungan yang terjadi secara
alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan
146
Memahami Ilmu Sosial
147
Memahami Ilmu Sosial
riil, tidak bisa ditutup-tutupi, dan apa adanya. Hal inilah yang ditentang habis
oleh teori interaksi simbolik.
Teori interaksi simbolik sering disebut juga sebagai teori sosiologi
interpretatif. Selain itu, teori ini ternyata amat dipengaruhi oleh ilmu psikologi,
khususnya psikologi sosial. Teori ini juga didasarkan pada persoalan konsep diri.
Dipengaruhi psikologi sosial karena, sangat terkait dengan mind dan perasaan.
Dalam psikologi sosial, orang yang murah senyum kepada orang lain, disebut
sebagai orang yang ramah, orang yang temperamen, meskipun tidak pernah
mengungkapkan kata-kata keras atau kata-kata kasar disebut orang yang
pemarah, dan sebagainya.
148
Memahami Ilmu Sosial
sekolah dasar. Pekerjaan itu cuma berlangsung empat bulan karena ia dipecat
gara-gara terlalu sering mengusir keluar anak-anak yang suka ribut di sekolah.
Pada tahun 1887, George Herbert Mead masuk Universitas Harvard
mengambil filsafat dan psikologi. Lewat gurunya, Josiah Royce, ia menaruh
minat besar pada filsafat Hegel. Pada masa-masa itu, Mead bertemu sejumlah
orang-orang berpengaruh, ataupun sekedar membaca karya mereka, sebutlah
misalnya Willian James, Helen Castle (wanita yang kelak disuntingnya di Berlin),
Whilhelm Wundt--dengan konsep gerak isyaratnya--dan juga G. Stanley Hall,
psikolog sosial Amerika. Menjelang akhir hayatnya Mead sempat berhubungan
dengan John Dewey dan Charles Horton untuk suatu alasan akademis.
Mead sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin, bahwasanya
organisme secara berkelanjutan terlibat dalam usaha penyesuaian diri dengan
lingkungannya sehingga organisme itu mengalami perubahan yang terus-
menerus, sehingga dia melihat pikiran manusia sebagai sesuatu yang muncul
dalam proses evolusi alamiah. Pemunculannya itu memungkinkan manusia
untuk menyesuaikan diri secara lebih efektif dengan alam.
Pengaruh Hegel tampak pada Mead lewat tiga perspektif filosofis yang ia
ajukan, salah satunya adalah idealisme dialektis Jerman. Perspektif ini sifatnya
melengkapi apa yang dikemukakan oleh Watson yaitu adaptasi individu
terhadap dunia luar dihubungkan melalui proses komunikasi.
Menurut Mead, bentuk interaksi sosial paling sederhana dan paling
pokok dalam komunikasi dilakukan melalui isyarat. Hal ini disebabkan karena
manusia mampu menjadi obyek untuk dirinya sendiri dan melihat tindakan-
tindakannya seperti orang lain dapat melihatnya.
Sebagai contoh, untuk bilang bahwa orang itu gila tidak perlu
mengatakan Gila, cukup membuat garis miring imajinatif dengan telunjuk
tangan di kening dahi kepala. Untuk mengatakan orang itu sedang tidur, cukup
menempelkan kedua tangan yang tertutup di pipi sambil memiringkan kepala.
Lebih khususnya lagi komunikasi simbol manusia itu tidak terbatas pada
isyarat-isyarat fisik. Sebaliknya, ia menggunakan kata-kata, yakni simbol suara
yang mengandung arti-arti bersama dan bersifat standar.
149
Memahami Ilmu Sosial
150
Memahami Ilmu Sosial
151
Memahami Ilmu Sosial
152
Memahami Ilmu Sosial
153
Memahami Ilmu Sosial
154
Memahami Ilmu Sosial
Secara umum, ada enam proporsi yang dipakai dalam konsep interaksi
simbolik yaitu:
(1) Perilaku manusia mempunyai makna dibalik yang menggejala; tidak ada
tindakan manusia yang tidak bermakna semuanya pasti ada maknanya. Di
hari yang panas, ada seorang yang pucat penggigil, dengan mengenakan
jaket tebal, secara simbolik sudah dapat ditebak, pasti ia sedang tidak enak
badan.
(2) Pemaknaan kemanusiaan perlu dicari sumbernya pada interaksi sosial
manusia; seorang yang menangis sangat keras jangan hanya bilang
kepadanya cup-cup, diam ya jangan menangis, tetapi perlu dicari
penyebanya. Bisa jadi, kakinya tertindas kursi yang sedang kiti duduki.
(3) Masyarakat merupakan proses yang berkembang holistik, tak terpisah,
tidak linier dan tidak terduga; siapa yang menyangka kalau sekedar gambar
burung sebelum tahun 1945 akan menjadi simbol negara Indonesia, yang
tidak boleh sembarangan digambar atau diletakkan. Ia harus digambar
dengan baik, diletakkan di tempat yang baik, dan dihormati dengan baik.
(4) Perilaku manusia itu berlaku berdasar penafsiran fenomenologik, yaitu
berlangsung atas maksud, pemaknaan, dan tujuan, bukan didasarkan atas
proses mekanik dan otomatik; dalam pemaknaan fenomenologi, setiap
pemahaman masyarakat pasti dapat dipahami oleh orang lain. Hasil
pemahaman atas pemahaman orang lain terhadap sesuatu tindakan,
gerakan, simbol, dan penanda lainnya menjadi wahana untuk pemaknaan.
(5) Konsep mental manusia itu berkembang dialektik; artinya, setiap ada aksi
pasti ada reaksi, ada tesa pasti ada antitesa, yang kemudian muncul
sintesa;
(6) perilaku manusia itu wajar dan konstruktif reaktif. Perilaku yang tidak wajar
tentu tidak akan bisa bertahan lama, sehingga perilaku yang tidak wajar
tidak akan mampu bertahan lama.
155
Memahami Ilmu Sosial
156
Memahami Ilmu Sosial
157
Memahami Ilmu Sosial
158
Memahami Ilmu Sosial
159
Memahami Ilmu Sosial
160
Memahami Ilmu Sosial
161
Memahami Ilmu Sosial
Bab 10
ANALISIS WACANA
Suatu tinjauan dari Perspektif Kepimimpinan dan politik
A. Pendahuluan
Banyak orang yang bertanya, apa itu analisis wacana, secara singkat
dapat dijawab dengan contoh berikut.
1. Segala sesuatu (apa-apa) yang diwacanakan oleh media, dimaknai,
sehingga memperoleh pemahaman yang mendalam tentang aspek yang
diwacanakan tersebut. Misalnya media masih gencar mewacanakan
moratorium pendaftaran haji, karena orang yang mendaftar saat ini, baru
bisa berangkat haji 15 tahun lagi. Seluruh wacana itu dimaknai sehinga
mendapatkan makna yang mendalam
2. Segala sesuatu yang diwacanakan oleh masyarakat umum, dimaknai.
Masyarakat umum mewacanakan penanggulangan banjir. Banjir sebagai
sebuah kekerasan Negara, karena Negara gagal melindungi daerah resapan
dari pembangunan gedung, Negara gagal melindungi hutan dari proses
penggundulan, Negara gagal dalam membangun waduk yang handal,
Negara juga gagal dalam menjaga kedalaman sungai dari pendangkalan.
Seluruhnya dimaknai secara mendalam dengan memperhatikan seluruh
fenomena yang ada.
162
Memahami Ilmu Sosial
4. Segala sesuatu yang diwacanakan oleh partai politik dimaknai. Partai politik
mewacanakan pemilihan presiden bersamaan dengan pemilu legislatif,
dengan harapan energi rakyat tidak terbuang berkali-kali. Semua itu harus
dimaknai secara mendalam sehingga tidak hanya memaknai riyaknya
gelombang, tetapi mampu mengukur dalamnya lautan.
5. Segala sesuatu yang diwacanakan oleh mayoritas tokoh agama dimaknai.
Misalnya saja, tokoh agama mewacanakan pengharaman nikah siri, kawin
cerai, nikah dengan gadis di bawah umur, mengharamkan bunga bank, dan
wacana lainnya. Maka, seluruh wacana tersebut harus dibawa ke garis
pemaknaan yang jernih, lepas dari pandangan subyektif, sehingga
diperoleh pemahaman atas pemahaman para Kiyai dalam memberikan
wacana tersebut.
Teori wacana dalam tradisi filsafat dapat dikatakan sudah sangat tua.
Aristoteles pernah membahasnya secara teliti dalam karyanya De
interpretatione (Kleden, 1997:34; Sobur, 2001: 47). Teori wacana menjadi
aktual lagi dalam diskusi filsafat kontemporer dengan munculnya
strukturalisme yang berpendapat bahwa arti bahasa tidak bergantung pada
maksud pembicara atau pendengar ataupun dari referensi pada kenyataan
tertentu; arti bergantung pada struktur bahasa itu sendiri. Pembicara atau
pendengar boleh saja mempunyai maksud tertentu, akan tetapi, orang lain
yang memaknai bahasa mempunyai juga mempunyai otonomi untuk
memberikan makna.
Struktur di sini berarti jaringan hubungan intern elemen-elemen terkecil
bahasa yang membentuk satu kesatuan otonom yang tertutup (Kleden, 1997;
Sobur, 2001:47). Ada keterkaitan internal antara elemen bahasa yang satu
dengan lainnya. Keterkaitan itu membentuk suatu makna baru yang hanya
dapat dimaknai secara mendalam melalui pemahaman yang sungguh-sungguh.
Sparringa menjelaskan analisis wacana sebagai model analisis yang
paling kontemporer dibandingkan model analisis lainnya. Keberadaannya
sebagai generasi yang berperspektif posmodernisme. Dengan kata lain, analisis
163
Memahami Ilmu Sosial
164
Memahami Ilmu Sosial
165
Memahami Ilmu Sosial
166
Memahami Ilmu Sosial
167
Memahami Ilmu Sosial
168
Memahami Ilmu Sosial
169
Memahami Ilmu Sosial
5. sorot mata.
Seluruh piranti para bahasa di atas dianalisis oleh analisis wacana.
Sehingga, analisis wacana yang hanya menganalisis teks pidato atua sejenisnya,
tanpa melihat bahasa tubuh, atau tanpa mendengar intonasi saat
mengucapkan pidato itu, maka analisis wacana belum lengkap, masih timpang,
dan tidak akan mendapatkan pemahaman yang hakiki.
Dengan demikian, wacana lisan sering pendek-pendek dan terdiri atas
unit-unit yang yang juga pendek-pendek dan sering kurang lengkap dan kurang
gramatikal. Namun, ada juga yang panjang kalau bentuknya adalah teks pidato,
catatan atau rekaman hasil diskusi, sambutan, arahan tertulis, prakata, dan
makalah.
Sebaliknya, wacana tulis biasanya lengkap dan lebih gramatikal, penuh
informasi penjelas agar tidak disalahtafsirkan oleh pembaca. Apabila wacana
lisan penuh dengan bentuk-bentuk informal, wacana tulis lebih banyak
menggunakan bentuk-bentuk baku, kecuali wacana yang memang disengaja
oleh penulisnya untuk menonjolkan bentuk-bentuk yang informal untuk efek
tertentu, seperti dialog di dalam cerita pendek atau novel, surat kepada
keluarga dekat atau teman akrab, wacana yang mengungkapkan kelucuan dan
sebagainya.
Walaupun demikian, terdapat pula wacana tulis yang bentuknya sangat
mirip dengan bentuk wacana lisan, seperti label advertensi, label berbagai hasil
produksi pabrik obat-obatan dan makanan, manual, pemberitahuan atau
peringatan yang dipasang di tempat tertentu dan lain sebagainya. Namun,
karena sifatnya tertulis, maka seluruhnya masih dikategorikan sebagai bahasa
tulis.
170
Memahami Ilmu Sosial
171
Memahami Ilmu Sosial
172
Memahami Ilmu Sosial
173
Memahami Ilmu Sosial
174
Memahami Ilmu Sosial
175
Memahami Ilmu Sosial
176
Memahami Ilmu Sosial
177
Memahami Ilmu Sosial
Bab 11
KONSTRUKSI SOSIAL
Suatu tinjauan dari Perspektif Kepimimpinan dan politik
A. Pendahuluan
178
Memahami Ilmu Sosial
179
Memahami Ilmu Sosial
konstruksi sosial masyarakat yang tinggal di pesisir tidak perlu selalu atau terus
menerus mengalami trauma ketakutan. Dengan demikian, konstruksi sosial atas
kenyataan banyaknya dan seringnya terjadi Tsunami dipengaruhi oleh keadaan
alam yang tidak dapat dihindari, tetapi juga dipengaruhi oleh kreativitas
individu dalam menghadapi realitas sosial itu, sehingga mampu
mengkonstruksi realitas sosial baru.
Dalam perspektif teori konstruksi sosial, realitas sosial sedikit banyak
telah menuntun individu dalam melakukan sesuatu. Relaitas sosial yang
mampu menuntun individu disebut sebagai realitas sosial yang sejatinya,
karena sesuai dengan norma yang berlaku. Sementara realitas sosial yang tidak
mampu menuntun individu masih dapat dikategorikan sebagai realitas sosial
semu, karena tidak sesuai dengan norma, nilai, adat, dan keyakinan individu.
Berger dan Luckmann (1990)3 berpendirian bahwa realitas merupakan
hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia
sosial di sekelilingnya. Ketika banyak orang berkelahi memperebutkan
kekuasaan tanpa ada aturan, individu secara kreatif membentuk sistem
demokrasi, sehingga realitas sosial atas perebutan kekuasan tidak dilakukan
dengan cara barbarian. Pada tahap selanjutnya, tingkat demokratisasi individu
generasi berikutnya dikonstrusi oleh lingkungan. Dengan demikian, kekuatan
lingkungan mengkonstruksi individu, hanya berlaku, manakala lingkungannya
telah terbentuk oleh konstruksi sosial sebelumnya.
Manusia mengkonstruksi dunia sosialnya, baik fisik maupun non fisik.
Kemampuan membangunan realitas sosial nonfisik secara sempurna tidak
artivisial, hanya dapat dilakukan oleh manusia, sementara hewan hanya
mampu membangun realitas nya dalam arti sesuai dengan kehidupannya yang
secara insting berkelompok, melawan musuh bersama, saling kanibal, dan
sebagainya.
Max Weber melihat realitas sosial sebagai perilaku sosial yang memiliki
makna subyektif. Oleh karena itu, perilaku memiliki tujuan dan motivasi.
3
Tulisan ini banyak sekali mendapat masukan dari Drs. Putra Manuaba, M.Hum; dan I Nyoman
Budiana, S.H, M.Si., terutama dalam meletakkan landasan konsep.
180
Memahami Ilmu Sosial
1. Setiap tindakan manusis pasti bertujuan, kecuali dilakukan oleh orang yang
kurang normal. Ketika kita melempar batu ke sungai ada dua tujuan, jika di
sana tidak ada orang yang sedang buang hajat di sungai maka tujuan kita
hanya sekedar untuk mendaptkan gelombang yang bagus dipandang.
Tetapi, ketika kita melempar batu di belakang orang yang sedang buang
hajat, tentu mempunyai makna mengganggu agar baju orang tersebut
basah, biar orang tersebut terkejut, atau biar lucu. Tentu saja, tujuan yang
ingin dicapai bukan untuk mendapatkan pemandangan gelombang yang
bagus.
2. Motivasi seseorang melakukan konstruksi sosial, merupakan latar belakang
yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan kreatif membangun
realitas sosial yang baru. Sebagai contoh, motivasi individu yang ingin
mendapatkan suatu tatanan sosial yang bersih dari asap rokok. Motivasinya,
tentu dilatarbelakangi oleh adanya ulah perokok yang tidak mengenal waktu
dan tempat. Dengan membangun konstruksi sosial yang sadar akan bahaya
rokok, tentu dengan membudayakan rokok di tempat-tempat dimana
seseorang boleh merokok. Dengan demikian konstruksi sosial yang
dibangun termotivasi dalam rangka mendapatkan kesehatan yang prima.
Berger dan Luckmann mengatakan bahwa realitas sosial terdiri atas tiga
macam, yaitu:
1. realitas subyektif,
2. realitas obyektif, dan
3. realitas simbolik.
Pertama, realitas subyektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses
penyerapan kembali realitas obyketif dan simbolik ke dalam individu melalui
proses internalisasi. Realitas ini kadang mempunyai makna yang saling berbeda
antara subyek yang satu dengan subyek yang lainnya.
Kedua, realitas obyektif terbentuk dari pengalaman di dunia obyektif
yang berada di luar diri individu, dan realitas itu dianggap sebagai suatu
kenyataan. Realitas inilah yang paling mudah dikenali, karena benar-benar riil,
tanpa ada simbol, atau kode, atau tanda. Realitas subyektif yang dialami sehari-
hari dijadikan landasan dalam membangun realitas berikutnya. Realitas sosial
di negara orang lain yang kebetulan sering dialami, dan meresa cocok atau
181
Memahami Ilmu Sosial
182
Memahami Ilmu Sosial
sekarang ini, konstruksi sosial yang terbangun akan sangat dipengaruhi era
ciber dan era digital tersebut. Saat teori konstruksi sosial lahir, era seperti ini
belum ada, yang ada mungkin era pabrikasi, industrialisasi, atau bahkan era
pertanian.
Sejarah kelahiran teori konstruksi sosial diawali ketika situasi sosiologi
Amerika pada masa itu didominasi oleh pendekatan positivistis yang
menekankan kuantitatif. Hampir tidak berkembang sosiologi alternatif (seperti
sosiologi interpretatif dan humanistis) dengan pendekatan post positivisme
yang berhaluan kualitatif.
Dengan kata lain, munculnya teori konstruksi sosial Berger dan
Luckmann di Amerika memiliki arti penting, sebagai akibat adanya pertikaian
metodologis dalam bidang ilmu-ilmu sosial, baik dari kubu kuantitative
approach dan kualitative approach.
Dalam konteks ini, Berger berusaha mereposisi status otonomi sosiologi
dari dominasi ilmu-ilmu alam dan sosiologi politik (yang keduanya condong ke
orientasi positivistis). Dengan berbagai pengaruh pemikiran di atas, terutama
fenomenologi Schutz, Berger berpendirian bahwa bersosiologi itu harus
mengikuti proses berpikir seperti yang dituntut fenomenologi, yakni dimulai
dari kenyataaan kehidupan sehari-hari sebagai realitas utama gejala
masyarakat. Selanjutnya, upaya inilah yang kemudian melahirkan teori
konstruksi sosial
183
Memahami Ilmu Sosial
184
Memahami Ilmu Sosial
185
Memahami Ilmu Sosial
internalisasi, dan eksternalisasi yang terus menerus tanpa henti, dalam rangka
memberikan makna atas realitas sosial dan realitas individual.
Manusia memandang konteks sosial dalam bentuk obyektivasi. Melalui
kegiatan obyektivasi itu, seluruh realitas sosial diamati, dimonitor, dan difoto.
Proses obyektivasi sebagai awal proses pembentukan teori konstruksi sosial.
Dengan proses ini, seluruh realitas sosial dimasukkan dalam alam pikiran
manusia.
Proses memasukkan segala sesuatu yang dilihat dan diamati tersebut
disebut sebagai proses internalisasi. Melalui proses internalisasi, fenomena
yang sudah berhasil dilihat dan diamati mulai dipahami dengan proses
pemahaman yang hakiki. Tingkat pemahaman dalam proses internalisasi akan
mempengaaruhi kualitas hasil eksternalisasi. Sebagaimana manusia yang telah
melakukan proses obyektivasi dan melakukan internalisasi, maka dakan
tercermin realitas subjektif) yang akan dieksternalisasikan dalam bentuk
realitas obyektif.
Dengan demikian, manusia merupakan instrumen yang mampu
menciptakan realitas objektif melalui suatu proses eksternalisasi. Proses
berfikir dialektis, dari objektivasi, internalisasi dan eksternalisasi yang
berlangsung secara simultan. Simultan di sini dapat dimaknai sebagai proses
yang bersiklus secara terus menerus tanpa henti sebelum dunia ini berhenti
berputar.
Dengan perkembangan yang terus menerus tersebut, perkembangan
tatanan sosial sebagai hasil proses konstruksi sosial yang berjalan secara
simultan tidak akan berhenti. Perkembangan ilmu sosial khusunya tentang
fenomena sosial juga tidak akan pernah berhenti.
Dengan kemampuan berfikir dialektis, Berger memandang masyarakat
sebagai produk manusia; masyarakat merupakan kenyataan objektif dan
manusia sebagai produk sosial (Berger dan Luckmann, 1966:75; Berger,
1994:11-14).
Penekanan pada salah satu momen dialektis dapat mengakibatkan
kemandegan dari perkembangan sosiologi selama ini. Karena itu dalam
kerangka strategi pengembangan sosiologi di masa depan harus diupayakan
186
Memahami Ilmu Sosial
187
Memahami Ilmu Sosial
188
Memahami Ilmu Sosial
189
Memahami Ilmu Sosial
190
Memahami Ilmu Sosial
191
Memahami Ilmu Sosial
dianggap baik, dan hanya sedikit sekali yang mampu membawa ke arah
perubahan.
Selain itu, Berger berhutang budi kepada Alfred Schutz, karena dalam
karyanya Schutz memusatkan perhatian pada struktur dunia akal sehat
(commonsence world) dari kehidupan sehari-hari.
Dengan menggunakan pendekatan fenomenologi yang dikembangkan
oleh Husserl, Schutz ingin mendeskripsikan kenyataan seperti apa adanya. Di
samping analisis deskriptif juga dilakukan introspektif mengenai kedalaman
semua bentuk kesadaran dan pengalaman-pengalaman langsung seperti:
religius, moral, estetis, konseptual serta inderawi.
Secara keseluruhan diadakan penyelidikan pada dunia kehidupan atau
kehidupan subjektif dan bathiniah dengan menekan watak intensional
kesadaran, tanpa mengandaikan praduga konseptual ilmu empiris yang mapan.
Struktur objektif masyarakat dalam pandangan sosiologi pengetahuan
Berger dan Luckmann tidak pernah menjadi produk akhir dari suatu interaksi
sosial, karena struktur berada dalam suatu proses objektivasi menuju suatu
bentuk baru internalisasi yang akan melahirkan suatu proses eksternalisasi
yang baru lagi.
Itulah perjalanan sejarah perkembangan kehidupan sosial. Perubahan itu
tidak akan cepat terjadi apabila ada rasa aman yang dialami individu
berhadapan dengan struktur objektif. Rasa aman di sini bukan dalam arti aman
secara material, tetapi aman secara bathiniah, antara lain karena makna
kehidupannya dijamin dalam struktur objektif itu (Berger dan Luckmann, 1966:
61).
Ada beberapa tradisi pemikiran yang mempengaruhi dan menjadi acuan
Berger dalam memunculkan suatu konstruksi kenyataan sosial yaitu tradisi
Durkheimian dan tradisi fungsionalisme struktural Parsonian, yang mengakui
adanya eksistensi kenyataan sosial objektif yang ditemukan dalam hubungan
individu dengan lembaga sosial, menjadi pijakan Berger untuk mengabadikan
konstruksi sosial sebagai kenyataan objektif pada dirinya (Berger dan
Luckmann, 1966: 52). Semua itu, pada dasarnya telah terakomodasi hingga
menjadi teori konstruksi sosial yang kokoh seperti saat ini.
192
Memahami Ilmu Sosial
DAFTAR PUSTAKA
193
Memahami Ilmu Sosial
194
Memahami Ilmu Sosial
195
Memahami Ilmu Sosial
196
Memahami Ilmu Sosial
Engerman, Stanley L. 2000. Sejarah Ekonomi dalam Adam Kuper dan Jessica
Kuper. Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Haris Munandar,
dkk. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Fairchild, H.P., et al. 1964. Dictionary of Sociology and Related Sciences. New
Jersey:Littlefield, Adam & Co.
Fisher, et.al., Mengelola Konflik: Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak,
(diterjemahkan oleh Kartikasari, dkk.) Jakarta: Grafika Desa Putra, 2001
Fisher, et.al., Mengelola Konflik: Keterampilan dan Strategi untuk Berindak,
(diterjemahkan oleh Kartikasari, dkk.,) Jakarta: Grafika Desa Putra, 2001.
Foster dan Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan. Diterjemahkan oleh
Priyanti Pakan Suryadarma dan Mutia F. Hatta Swasono. Jakarta: UI
Press.
Freud S. 1962. Creative Writers and Daydreaming dalam Standard Edition of
the Complete Psychological Works of Sigmund Freud. ed. Strachey. Vol. 9.
London.
Geertz, Clifford , After The Fact, Alih Bahasa ,Landung Simatupang, Yogyakarta:
LKIS, 1998.
Geertz, Clifford, Abangan, Santri, Priyayi: dalam Masyarakat Jawa, Hasil
Penelitian di Mojokunto Kediri, Jakarta: Pustaka Jaya, 1983.
Geertz, Clifford, Agama dan Kebudayaan, Refleksi Budaya, Yogyakarta:
Kanisius, 1992.
Geertz, Clifford, Religion As a Cultural System dalam The Interpretation of
Cultures: Selected Essays, London: Basic Books Inc,1974.
Gemmell, Norman. 1994. Ilmu Ekonomi Pembangunan: Beberapa survei.
Diterjemahkan oleh Nirwono. Jakarta: LP3ES.
George Ritzer, Sociology: A Multiple Paradigm Science, Revised Edition, Boston,
London, Sydney, Toronto: Ally and Bacon, Inc., 1980
Gie, The Liang. 1999. Pengantar Filsafat Ilmu. Edisi Kedua. Yogyakarta: Liberty.
Goddijn, H. dan W. Goddijn. 1996. Sociologie Van Kerk en Godsdienst.
Antwerrpen: Aula Boeken.
Goffman, Erving, 1967, Mental Symptoms and Public Order, Gardens City New
York: Double day Anchor Books
Goffman, Erving, 1969 The Presentation of Self in Everyday Life yaitu
Encounters Two Studies Interaction, Asylums, Strategic Interaction,
Philadelphia: University of Pennsylvania Press.
Goode, Willian J. 2002. Sosiologi Keluarga. Diterjemahkan oleh Lailahanoum
Hasyim. Jakarta: Bumi Aksara.
197
Memahami Ilmu Sosial
198
Memahami Ilmu Sosial
Hughes, Gordon. 2000. Ekonomi Matematik dalam Adam Kuper dan Jessica
Kuper. Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Haris Munandar,
dkk. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Indah. 2012. Pengertian dan Definisi Psikologi. (Online), (Error! Hyperlink
reference not valid., diakses tanggal 26 Desember 2012).
Ismaun. 1993. Modul Ilmu Pengetahuan Sosial 9: Pengatur ilmu sejarah.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Ivancevich, et.al., Organizational Behavior and management, (seventh Ed)
McGraw Hill Co. 2005
Ivancevich, John M., 2002, Organizational Behavior and Management, seventh
edition, Houston: McGraw Hill
Jacoby, J. 1976. Consumer and Industrial Psychology: Prospect for theory
Corroboration and Mutual Contribution dalam M.D. Dunnete. Handbook
of Industrial and Organizational Psychology. Chicago: Rand McNally.
Jaynes, J. 1977. The Origin of Consciousness in the Breakdown of the Bicameral
Mind. New York: Academic Press, Inc.
Jhingan, M.L. 1994. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Diterjemahkan
oleh D. Guritno. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi: Klasik dan Modern. Jilid 2.
Diterjemahkan oleh Robert Lawang. Jakarta: Gramedia.
Johnston, R. J. 2000. Geografi dalam Adam Kuper dan Jessica Kuper.
Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Haris Munandar, dkk.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Jonathan H. Turner, The Structure of Sociological Theory, Revised Edition,
Homewood, Illinois, Irwin-Dorsey Limited Georgetown, Ontario: The
Dorsey Press, 1978
Jones, E. 2000. Psikologi Sosial dalam Adam Kuper dan Jessica Kuper.
Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Haris Munandar, dkk.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kapplan, D. dan A.A. Manners. 1999. Teori Budaya. Diterjemahkan oleh
Landung Simatupang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.
Jakarta: Gramedia.
Kasinu, Akhmad, 2012, Asimilasi Agama Islam dan budaya: Keyakinan dan
Sistem Religi yang Berubah Pada Masyarakat Pesisir Selatan Purworejo
Jawa Tengah, Draft Disertasi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijogo.
199
Memahami Ilmu Sosial
200
Memahami Ilmu Sosial
Miller, David. 2002. Political Theory dalam Adam Kuper dan Jessica Kuper.
Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh Haris
Munandar, dkk. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
O’Leary, Brendan. 2000. Ilmu Politik dalam Adam Kuper dan Jessica Kuper.
Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Haris Munandar, dkk.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Oetomo, Dede, 1999, “Hermeneutika”, Makalah pada Pelatihan Metodologi
Penelitian Ilmu Komunikasi Departemen Pelatihan Surabaya Media
School, Surabya, 30 November—1 Desember.
Ollenburger, Jane C. dan Helen A. M0ore. 1996. Sosiologi Wanita.
Diterjemahkan oleh Budi Sucahyono dan Yan Sumaryana. Jakarta: Rineka
Cipta.
Pearce, David W. 2000. Ekonomi Lingkungan dalam Adam Kuper dan Jessica
Kuper. Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Haris Munandar,
dkk. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Poloma, Margaret M., 1990, Sosiologi Kontemporer, Jakarta: Rajawali
Pope, Harison G. 2000. Psikofarmakologi dalam Adam Kuper dan Jessica Kuper.
Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Haris Munandar, dkk.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Popkin, Samuel L, “Memahami Petani Secara Rasional,” dalam Prisma Nomer 9,
Jakarta: 1989
Popkin, Samuel L, Memahami Petani Secara Rasional, Prisma Nomer 9, Jakarta:
1989.
R. Wayne Face dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan, diterjemahkan oleh Dedy Mulyana
dkk. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010
Ralf Dahrendorf, Class and Class Conflict in Industrial Society, London: Oxford
University Press, 1986
Randall Collins, Conflict Sociology: Toward an Explanatory Science, New York:
Academic Press, 1973
Renshon, Stanley. 2000. Psikologi Politik dalam Adam Kuper dan Jessica Kuper.
Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Haris Munandar, dkk.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Revertz, Jerome T. 2004. Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan.
Diterjemahkan oleh Saut Pasaribu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ritzer George, 1992, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda,
Jakarta: Rajawali Pers.
201
Memahami Ilmu Sosial
202
Memahami Ilmu Sosial
Siebert, S. 2000. Ekonomi Sisi-Penawaran dalam Adam Kuper dan Jessica Kuper.
Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Haris Munandar, dkk.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Singer, Jerome L. 2000. Fantasi dalam Adam Kuper dan Jessica Kuper.
Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Haris Munandar, dkk.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sjamsuddin, Helius. 1996. Metodologi Sejarah. Depdikbud. Jakarta: Proyek
Pendidikan Tenaga Akademik.
Soekanto, Soerjono. 1986. Sosiologi: suatu pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Soekanto, Soerjono. 1993. Kamus Sosiologi. Edisi Baru. Jakarta: Raja Grafindo.
Soemardjan, Selo. 1965. Perkembangan Ilmu Sosiologi di Indonesia dari 1945
sampai 1965 dalam Research di Indonesia 1945-1965. Jilid IV. Bidang
Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Departemen Urusan Research Nasional
Republik Indonesia.
Soeprapto, Sri. 2003. Metode Ilmiah dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas
Filsafat UGM. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty.
Sparringa, Daniel T, 2000, “Analisis Wacana”, Makalah di sampaikan dalam
Program Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Kader Bangsa, Jakarta:
Direktorat Kemahasiswaan, Dikti, Depdiknas.
Sparringa, Daniel T., 2000, “Metode Penelitan Kualitatif” Kumpulan Bahan
Kuliah Buku I-Ver: 1.02, Surabaya: Fisip Unair
Sparringa, Daniel, 2000b, Kumpulan Bahan Mata Ajaran: Metode Penelitian
Kualitatif, Surabaya: Fisip Unair.
Stephen Headley, The Islamization of Central Java; The Role of Muslim Lineage
in Kalioso, dalam Studia Islamika Vol 3 No. 2 tahun 1977.
Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi (edisi terjemahan
Anggelita dkk), Jakarta: Salemba Empat, 2008
Sukidin, dkk. 2002, Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro, Surabaya: SIC
Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi: Suatu pendekatan dan analisa
keruangan. Bandung: Alumni.
Sumber dari Internet
Sunal, C.S. dan M.E. haas. 1993. Social Studies and the Elementary/Middle
School Student. Harcourt Brace Jovanovich, Orlando: Holt, Rinehart and
Winston.
Supardan, Dadang. 2009. Pengantar Ilmu Sosial: sebuah kajian pendekatan
struktural. Jakarta: Bumi Aksara
203
Memahami Ilmu Sosial
204
Memahami Ilmu Sosial
White, Geoffrey. 2000. Antropologi Psikologi dalam Adam Kuper dan Jessica
Kuper. Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Haris Munandar,
dkk. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
William R Garrett, Cultural Revolution and Character Formation, News World
Communication, http//web2.infotrac.galegroup.com/itw/.6/172000 6.23
pm, (1998),
Wolff, Janet. 2000. Sosiologi Seni dalam Adam Kuper dan Jessica Kuper.
Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Jilid I. Diterjemahkan oleh Haris Munandar,
dkk. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wright, Michael. 2000. Kesadaran dalam Adam Kuper dan Jessica Kuper.
Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Haris Munandar, dkk.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Yulius, Yopi, 2008, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kompetensi Kerja
terhadap motivsi kerja dan implikasinya terhadap kinerja pegawai
operasional pada obyek wisata taman rekreasi di DKI Jakarta, Disertasi,
Jakarta: PPs UPI Y.A.I
205