Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
1. Status generalis
1
dalam pemeriksaan ortopedi secara umum, saat penderita
datang pada kita sudah merupakan suatu pemeriksaan
awal menyeluruh secara sambil lalu dengan melihat postur
dan cara berjalan penderita.
Pemeriksaan fisik ortopedi yang dilakukan meliputi :
Pemeriksaan bagian dengan keluhan utama
Pemeriksaan bagian dengan keluhan utama yang
dikeluhkan dilakukan secar teliti. Tetapi harus diingat
bahwa keluhan pada satu tempat mungkin akibat dari
kelainan pada tempat lain, sehingga tidak cukup hanya
dengan memeriksa pada tempat dengan keluhan
utama.
Pemeriksaan kemungkinan nyeri kiriman dari sumber
ditempat lain ( reffered pain )
Untuk pemeriksaan muskuloskeletal diperlukan peralatan-
peralatan :
1. Stetoskop 5. Kapas
2. Refleks Hammer 6. Jarum kecil
3. Pensil untuk kulit (marker) 7. Senter saku
4. Meteran 8. Geniometer
Pemeriksaan fisik sebenarnya sudah dimulai ketika penderita
datang ke dokter dengan mengamati penampakan umum penderita,
raut muka, cara berjalan, cara duduk dan cara tidur, proporsi tinggi
badan terhadap anggota tubuh lainnya, keadaan simetris bagian
tubuh kiri dan kanan, cara berjalan dan tingkah laku, ekspresi
wajah, kecemasan serta reaksi emosional lainnya untuk melihat
aspek-aspek emosional dan somatis dari penderita.
Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang paling penting dalam
memperkuat penemuan-penemuan yang berhasil kita dapatkan dari
riwayat dan anamnesis yang telah kita buat dan menambah atau
mengurangi pilihan diagnosis yang dapat kita lakukan .
2
Bagian distal Bagian utama
Bagian lain
2. Pemeriksaan Lokalis
Pemeriksaan dilakukan secara sitematis dengan urutan-urutan
sebagai berikut:
Inspeksi (Look)
Palpasi (Feel)
Kekuatan otot (Power)
Penilaian gerakan sendi baik pergerakan aktif maupun pasif
(Move)
Auskultasi
Uji-uji fisik khusus
Inspeksi (Look)
Inspeksi sebenarnya telah dimulai ketika penderita memasuki
ruangan periksa. Pada inspeksi secara umum diperhatikan raut
muka penderita, apakah terlihat kesakitan. Cara berjalan sekurang-
kurangnya 20 langkah, cara duduk dan cara tidur.
Inspeksi dilakukan secara sistematik dan perhatian terutama
ditujukan pada :
a. Kulit, meliputi warna kulit dan tekstur kulit.
b. Jaringan lunak yaitu pembuluh darah, saraf, otot, tendo,
ligamen, jaringan lemak, fasia, kelenjar limfe.
c. Tulang dan Sendi
d. Sinus dan jaringan parut
Apakah sinus berasal dari permukaan saja, dari dalam
tulang atau dalam sendi.
Apakah jaringan parut berasal dari luka operasi, trauma
atau supurasi.
Palpasi (Feel)
Yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah:
a. Suhu kulit, apakah lebih panas/dingin dari biasanya, apakah
denyutan arteri dapat diraba atau tidak.
3
b. Jaringan lunak; palpasi jaringan lunak dilakukan untuk
mengetahui adanya spasme otot, atrofi otot, keadaan
membran sinovia, penebalan membran jaringan sinovia,
adanya tumor dan sifatnya, adanya cairan di dalam/ di luar
sendi atau adanya pembengkakan.
c. Nyeri tekan; perlu diketahui lokalisasi yang tepat dari nyeri,
apakah nyeri setempat atau nyeri yang bersifat kiriman dari
tempat lain (referred pain).
d. Tulang; diperhatikan bentuk, permukaan, ketebalan,
penonjolan dari tulang atau adanya gangguan di dalam
hubungan yang normal antara tulang yang satu dengan
lainnya.
e. Pengukuran panjang anggota gerak; terutama untuk anggota
gerak bawah dimana adanya perbedaan panjang merupakan
suatu hal yang penting untuk dicermati. Pengukuran juga
berguna untuk mengetahui adanya atrofi/pembengkakan otot
dengan membandingkan dengan anggota gerak yang sehat.
f. Penilaian deformitas yang menetap;pemeriksaan ini dilakukan
apabila sendi tidak dapat diletakkan pada posisi anatomis
yang normal.
Grade 1
Kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus otot
yang dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat
menggerakkan sendi.
Grade 2
Otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi kekuatannya
tidak dapat melawan pengaruh gravitasi.
Grade 3
Disamping dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat melawan
pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang
diberikan oleh pemeriksa.
Grade 4
4
Kekuatan otot seperti pada grade 3 disertai dengan kemampuan
otot terhadap tahanan yang ringan.
Grade 5
Kekuatan otot normal.
Pergerakan (Move)
Pada pergerakan sendi dikenal dua istilah pergerakan yang aktif
merupakan pergerakan sendi yang dilakukan oleh penderita sendiri
dan pergerakan pasif yaitu pergerakan sendi dengan bantuan
pemeriksa.
Pada pergerakan dapat diperoleh informasi mengenai:
a. Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif
Apakah gerakan ini menimbulkan rasa sakit
Apakah gerakan ini disertai dengan adanya krepitasi
b. Stabilitas sendi
Terutama ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi dan
keadaan ligamen yang mempertahankan sendi. Pemeriksaan
stabilitas sendi dapat dilakukan dengan memberikan tekanan
pada ligamen dan gerakan sendi diamati.
c. Pemeriksaan ROM (Range of Join Movement)
Pemeriksaan batas gerakan sendi harus dicatat pada setiap
pemeriksaan ortopedi yang meliputi batas gerakan aktif dan
batas gerakan pasif.
Setiap sendi mempunyai nilai batas gerakan normal yang
merupakan patokan untuk gerakan abnormal dari sendi. Dikenal
beberapa macam gerakan pada sendi, yaitu : abduksi, adduksi,
ekstensi, fleksi, rotasi eksterna, rotasi interna, pronasi, supinasi,
fleksi lateral, dorso fleksi, plantar fleksi, inversi dan eversi.
Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi pada bidang bedah ortopedi jarang
dilakukan dan biasanya dilakukan bila ada krepitasi misalnya pada
fraktur atau mendengar bising fistula arteriovenosa.
5
gerakan sendi aktif dan pasif sehingga penilaian ROM juga
terbagi dua yaitu ROM pada gerakan sendi aktif dan ROM pada
gerakan sendi pasif.
2. Terminologi klinik yang berpasangan dalam bedah ortopedi
Abduksi dan Adduksi
Gerakan abduksi dan adduksi dapat ditemukan pada sendi bahu,
panggul, sendi metakarpo-falangeal dan metatarso-falangeal.
Abduksi adalah gerakan yang menjauhi garis tengah tubuh.
Adduksi adalah gerakan yang mendekati garis tengah tubuh.
Pada tangan dan kaki, garis tengah terletak pada jari tengah
tangan dan kaki.
6
Inversi adalah gerakan berputar permukaan plantar kaki ke arah
dalam terhadap tungkai bawah.
7
Kalkaneus dan Ekuinus
Deformitas ini hanya terjadi pada pergelangan kaki. Kalkaneus
adalah deformitas pada kaki dimana telapak kaki dalam posisi
dorso fleksi sehingga beban tubuh (weight bearing) hanya
ditopang oleh tumit sewaktu menapak pada lantai. Sedangkan
ekuinus adalah deformitas pada kaki dalam keadaan fleksi
plantar sehingga beban tubuh hanya ditopang oleh kaki bagian
depan sewaktu menapak pada lantai.
Kavus dan Planus
Deformitas ini hanya terjadi pada kaki yang disebut sebagai pes
kavus dan pes planus. Pes kavus adalah lengkung telapak kaki
meninggi dibandingkan dengan yang normal. Kombinasi antara
kalkaneus dan kavus disebut kalkaneokavus. Pes planus adalah
hilangnya arkus kaki menjadi rata sehingga membentuk kaki
yang disebut kaki ceper.
8
Istilah varus dan valgus dipergunakan untuk angulasi abnormal
dari anggota gerak. Deformitas ini biasanya terjadi pada sendi
atau tulang dekat sendi.
Varus
Varus adalah angulasi secara imajiner yang menunjukkan
lingkaran imajiner dimana penderita berada.
Koksa vara adalah berkurangnya sudut leher femur dan
batang femur dari normal misalnya sudutnya 90° (normal
= 130°).
Kubitus varus adalah berkurangnya sudut normal dari sendi
siku.
Genu varum (bow legs) adalah lutut berjauhan apabila kaki
berdekatan
Talipes ekuinovarus, deformitas ini terjadi bersama dengan
deformitas plantar plantar fleksi dari pergelangan kaki.
Kombinasi ini misalnya pada ekuinus varus bawaan.
Metatarsus varus (metatarsus adduktus), deformitas
adduksi dari kaki depan terhadap kaki belakang .
Haluks varus, adalah deformitas adduksi dari ibu jari kaki
terhadap sendi metatarsofalangeal.
Valgus
Valgus adalah angulasi secara imajiner yang tidak ada
hubungannya dengan lingkaran imajiner dimana penderita
ditempatkan.
Kubitus valgus, adalah bertambahnya carrying angle dari
sendi siku.
Koksa valga, adalah bertambahnya sudut leher dan batang
femur melebihi normal (130°) misalnya 170°.
Genu valgum (knock knees), adalah bila lutut didekatkan
maka kaki akan berjauhan .
9
Metatarsus abduktus, adalah deformitas adduksi dari kaki
depan terhadap kaki belakang.
Hip valgus, adalah bertambahnya sudut antara aksis dari
tungkai dan tumit dalam posisi eversi.
Talipes kalkaneovalgus, adalah deformitas eversi pada kaki
disertai dengan kalkaneus atau deformitas dorsofleksi dari
pergelangan kaki.
Haluks valgus, adalah deformitas abduksi dari ibu jari kaki
terhadap metarsofalangeal.
PEMERIKSAAN REGIONAL
Pemeriksaan ortopedi regional terdiri atas :
Pemeriksaaan Tulang Belakang
PEMERIKSAAN LEHER DAN VERTEBRA SERVIKALIS
Kelainan yang paling sering ditemukan pada leher ditemukan
pada leher adalah degenerasi vertebra servikalis dan osteoartritis
sekunder pada diskus intervertera servikalis yang dapat
mengakibatkan prolapsus dari diskus dan spondilosis servikal.
Kelainan pada vertebra servikalis sering disertai dengan kelainan
pada pangkal pleksus brakialis yang menyebabkan nyeri,
kelemahan otot atau gangguan sensibilitas pada anggota gerak
yang bersangkutan.
Pemeriksaan klinik rutin pada kelainan di daerah leher
1. Pemeriksaan lokal leher disertai pemeriksaan neurologik dan
survei vaskuler dari anggota gerak atas.
Inspeksi
Kontur tulang apakah
terjadi deformitas
Kontur jaringan lunak
Warna dan tekstur kulit
Ada jaringan parut atau
sinus Pergerakan
Palpasi Fleksi-ekstensi 130°
Suhu kulit Fleksi lateral 45°
Kontur tulang Rotasi 80°
Kontur jaringan lunak -Apakah ada rasa nyeri
pada saat digerakkan
Status vaskuler anggota -Apakah ada krepitasi
gerak atas bila digerakkan
Warna Status neurologik
Suhu anggota gerak atas
Nadi Sistem muskuler
Sistem sensoris
10
Keringat Refleks
2. Pemeriksaan gejala yang bersifat simptomatik pada leher
Gangguan pada leher dapat berasal dari kelainan pada telinga
atau tenggorokan. Gejala pada anggota gerak atas melibatkan
pleksus brakialis berupa gangguan pada bahu, siku atau saraf
torakal bagian perifer.
3. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan daerah bagian tubuh lainnya juga perlu dilakukan.
Gangguan pada leher bisa akibat manifestasi klinis dari suatu
penyakit sistemik.
Anamnesis
Yang perlu diltanyakan pada anamnesis adalah :
Adakah hubungan antara gejala sekarang dengan keluhan pada
leher sebelumnya
Apakah ada trauma pada leher
Apakah ada gejala kekakuan pada leher yang merupakan gejala
awal prolapsus diskus intervertebra servikalis
Nyeri pada anggota gerak atas harus diketahui sumbernya.
Tekanan saraf pada daerah servikal memberikan gambaran klinis
sesuai dengan distribusi sarafnya. Nyeri ini menjalar ke lengan
atas dan bawah pada satu jari atau lebih. Gejala saraf bisa
berupa parestesia, rasa kram atau rasa seperti tertusuk jarum di
tangan.
Pemeriksaan
Pada pemeriksaan leher, baju harus dibuka dan harus terlihat jelas
bagian leher secara keseluruhan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
dalam keadaan penderita berdiri ataupun duduk.
Deformitas
Kolumna vertebra servikalis biasanya sedikit lordosis ke depan.
Perubahan kurva ini menjadi lurus atau melengkung ke belakang
(kifosis) merupakan tanda adanya kelainan yang mencurigakan.
Juga diperhatikan deformitas vertebra ke lateral atau rotasi.
Pergerakan
Gerakan pada leher yang diperiksa meliputi rotasi, fleksi lateral ke
kanan/ ke kiri, fleksi ekstensi. Gerakan fleksi dan ekstensi maksimal
terjadi pada sendi oksipito-atlantoid.
Pemeriksaan neurologik anggota gerak atas
11
Pemeriksaan neurologik perlu dilakukan pada kelainan di daerah
leher karena lesi pada daerah servikal sering menyebabkan
gangguan pada pleksus brakialis.
Sistem muskuler. Otot bahu, lengan atas, lengan bawah dan
tangan harus diperiksa apakah ada kelemahan atau fasikulasi
otot. Pemeriksaan meliputi tonus dan kekuatan dari setiap otot
dan membandingkannya dengan anggota gerak yang
berlawanan.
Sistem sensoris. Pemeriksaan sensibiltas penderita meliputi rasa
raba dan tusuk. Pada kasus tertentu juga dilakukan uji
sensibilitas stimulus yang dalam, posisi sendi, vibrasi, rasa panas
dan dingin. Daerah lesi sesuai dengan distribusi saraf yang
mengalami gangguan sehingga bila terdapat gangguan sensori
pada daerah tertentu, maka kita dapat memperkirakan lesi
terjadi pada saraf yang mana sesuai dengan percabangan /
distribusi dari saraf yang mengalami gangguan.
Kelenjar keringat. Keringat timbul bila terjadi hubungan serabut
saraf sudomotor.
Refleks. Pemeriksaan refleks otot dilakukan dengan
membandingkan refleks biseps (C6), triseps (C7) dan
brakioradialis (C6) dari lengan kiri dan kanan. Refleks yang
ditemukan menentukan apakah ada gangguan neurologis dan
jika ada apakah jenis upper motor neuron atau lower motor
neuron dan asal dari akar atau cabang saraf.
Pemeriksaan vaskuler anggota gerak atas
Kadang-kadang kelainan pada leher terjadi akibat gangguan pada
arteri subklavia. Sistem sirkulasi yang efisien dari tiap anggota
gerak atas diperhatikan, dibandingkan warna dan rasa hangat pada
kedua sisi lengan, tangan dan jari, denyut radialis kiri dan kanan
dimana pemeriksaan pertama-tama pada saat anggota gerak dalam
keadaan diam, kemudian bahu ditekan dan dilakukan rotasi pada
kaput anggota gerak yang diperiksa.
12
Nyeri pada punggung terutama punggung bawah merupakan
kelainan yang sering ditemukan dalam praktek bedah ortopedi
sehari-hari. Sebagian dari kelainan ini gambarannya jelas sehingga
penyebab diagnosis dan pengobatan yang tepat dapat dilakukan.
Sebagian lagi tidak dapat diketahui dengan jelas penyebabnya baik
melalui pemeriksaan fisik maupun radiologis sehingga hasil
pemeriksaan tidak jelas. Dalam kelompok ini termasuk chronic
ligamentous strain atau postural back pain. Nyeri punggung bawah
sering disertai penjalaran nyeri ke bokong, tungkai atas dan tungkai
bawah baik unilateral maupun bilateral. Nyeri yang bersifat menjalar
ini disebut skiatika.
Anamnesis
Perhatian terutama harus ditujukan pad perlangsungan/onset
penyakit, apakah bersifat periodik atau menetap, bertambah buruk
atau bertambah baik dan hal-hal apa yang dapat menyebabkan
nyeri bertambah/berkurang. Lokalisasi dari nyeri punggung serta
sifat-sifatnya juga harus ditentukan secara jelas.
Pemeriksaan klinik rutin gangguan pada punggung
1. Pemeriksaan lokal punggung dan survei neurologis anggota
gerak bawah
Penderita berdiri:
Inspeksi Pergerakan
Kontur tulang Sendi spinal :
Kontur jaringan lunak Fleksi 80°
Warna dan tekstur Ekstensi 30°
kulit Fleksi lateral 35°
Adanya jaringan parut Rotasi 45° :
atau sinus 1. Nyeri pada
pergerakan
2. Spasme otot
Sendi kostovertebral
Palpasi -Jarak indikasi
Suhu kulit ekspansi dada
Kontur tulang Sendi sakroiliaka
Kontur jaringan lunak -Nyeri pada
Nyeri lokal pergerakan
Penderita berbaring
Palpasi fossa iliaka
- Pemeriksaan khusus abses atau adanya massa
Status neurologis anggota gerak bawah
Uji Straight Leg Raising Pemeriksaan sistem
(SLR) muskuler
13
Pemeriksaan sistem Pemeriksaan refleks
sensoris
2. Pemeriksaan ekstrinsik punggung dan skiatika
Hal ini perlu bila tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan
lokal.
Pemeriksaan meliputi :
Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan pelvis
Pemeriksaan anggota gerak bawah
Pemeriksaan sistem vaskuler perifer
3. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum bagian-bagian tubuh yang lain. Gejala lokal
dapat merupakan salah satu manifestasi klinis dari suatu
penyakit sistemik.
Tanda-tanda skiatika
Nyeri skiatika ditandai dengan penjalaran nyeri sepanjang
persarafan nervus skiatika pada tungkai bawah. Ada dua jenis
skiatika yang diketahui. Apabila nyerinya hebat dan menjalar
dengan arah dan lokalisasi yang jelas pada kulit, apalagi bila disertai
kelainan motoris, sensoris dan refleks, maka hampir pasti ini
merupakan kelainan mekanik yang memberikan gangguan dari
serabut saraf pleksus lumvalis atau sakralis. Jenis skiatika lain
berupa rasa nyeri yang samar-samar disertai distribusi nyeri yang
tidak jelas dan lebih menyerupai suatu nyeri kiriman akibat kelainan
sendi/ligamen.
14
Penilaian deformitas
Setiap kelainan bentuk yang ditemukan baik pada inspeksi maupun
palpasi harus dicatat dengan baik. Deformitas tulang belakang
dapat berbentuk kifosis, lordosis atau skoliosis.
Pemeriksaan Sendi Bahu
Sendi bahu merupakan suatu sendi yang secara mekanik
sangat kompleks dan terdiri atas tiga komponen persendian yaitu
sendi glenohumeral, sendi akromioklavikular, sendi sternoklavikular.
Sendi glenohumeral memungkinkan untuk gerakan abduksi, fleksi
dan rotasi di bawah kontrol otot skapulohumeral. Kedua sendi
lainnya bersama-sama memberikan pergerakan 90° berupa rotasi
skapula terhadap toraks dan sedikit perputaran anteroposterior
skapula. Nyeri pada bahu dan lengan harus dibedakan dengan
seksama apakah kelainan ini berasal dari bahu sendiri atau nyeri
yang berasal dari vertebra servikalis atau toraks.
Pemeriksaan klinik rutin gangguan pada sendi bahu
1. Pemeriksaan lokal sendi bahu
Inspeksi Palpasi
Kontur tulang Suhu kulit
Kontur jaringan lunak Kontur tulang
Warna dan tekstur kulit Kontur jaringan lunak
Adanya jaringan parut atau Nyeri lokal
sinus
Pergerakan
Membedakan pergerakan antara sendi glenohumeral dan sendi
skapula pada gerakan abduksi, fleksi, ekstensi, rotasi lateral dan
rotasi medial.
Nyeri pada saat pergerakan
Spasme otot
Krepitasi pada saat pergerakan
Kekuatan
15
Kekuatan otot servikoskapula dan otot torakoskapula
Uji elevasi skapula, retraksi skapula, abduksi-rotasi skapula
Otot skapulo-humeral (mengontrol pergerakan sendi
glenohumeral) yaitu pergerakan abduksi 180°, adduksi 75°, fleksi
180°, ekstensi 60°, rotasi lateral 80°, rotasi medial 80°.
Sendi akromioklavikular
Pemeriksaaan pembengkakan, rasa panas, nyeri, nyeri bila
digerakkan dan stabilitas.
Sendi sternoklavikula
Pemerikasaan pembengkakan, rasa panas, nyeri, nyeri bila
digerakkan dan stabilitas.
2. Pemeriksaan gejala yang kemungkinan merupakan faktor
ekstrinsik pada sendi bahu.
Pemeriksaan ini penting untuk menerangkan gejala yang tidak
ditemukan pada pemeriksaan lokal.
Pemeriksaan meliputi :
Pemeriksaan leher dengan pleksus brakialis
Toraks, jantung dan pleura
Abdomen dan lesi subdiafragma
3. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum bagian tubuh lainnya.
Anamnesis
Pada nyeri bahu harus ditentukan dengan jelas lokasi dan distribusi
nyeri. Nyeri biasanya berasal dari ujung akromion menjalar ke
bawah pada lengan atas sampai pada insersi otot deltoid. Jarang
sekali nyeri pada bahu yang menjalar melewati sendi siku.
Nyeri kiriman pada daerah bahu
Nyeri kiriman biasanya berupa iritasi dari pleksus brakialis, menjalar
dari leher pada bagian atas dari bahu kemudian ke lengan.
Gerakan sendi bahu
Pada pemerikasaan sendi bahu sangat penting diketahui berapa
besar gerakan yang terjadi pada sendi glenohumeral dan berapa
besar gerakan rotasi skapula. Untuk membedakannya maka
pemeriksa perlu memegang atau memfiksasi bagian bawah skapula.
Dalam keadaan normal gerakan sendi bahu berupa abduksi yang
terjadi dari sebagian sendi glenohumeral dan sebagian dari rotasi
sendi skapula sendiri. Kelainan pada sendi bahu akan memberikan
hambatan pada gerakan sendi glenohumeral tetapi tidak pada
gerakan skapula.
16
Estimasi kekuatan otot
Untuk memperkirakan besarnya kekuatan ada dua kelompok otot
pada daerah bahu yang harus dibedakan yaitu:
1. Otot servikoskapula dan otot torakoskapula
Otot servikoskapula dan otot torakoskapula mengontrol gerakan
skapula. Fungsi otot ini untuk gerakan elevasi skapula yaitu
levator skapula dan bagian atas dari otot trapezius.
Retraktor dari skapula yaitu otot rhomboid dan bagian tengah
dari otot trapezius. Abduktor rotator dari skapula yaitu otot
seratus anterior, bagian tengah dan bagian bawah dari otot
trapezius. Untuk menguji perlu dilakukan pemeriksaan fungsi dan
kekuatan otot dengan pemeriksaan khusus.
2. Otot skapulohumeral
Kelompok otot ini mengontrol sendi glenohumeral yaitu gerakan
yang berfungsi untuk abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, rotasi
lateral, rotasi medial.
Anamnesis
Harus diketahui dengan tepat lokasilisasi, distribusi dan asal dari
nyeri. Nyeri pada lengan atas mungkin merupakan nyeri yang
berasal dari bahu. Pada sendi siku sebaiknya ditanyakan adanya
riwayat trauma sebelumnya misalnya trauma masih kanak-kanak.
17
Gerakan sendi siku
Pada sendi siku terdapat dua komponen persendian yaitu antara
humerus dengan ulna dan antara ulna dengan radius yang
memberikan kemungkinan gerakan fleksi dan ekstensi serta rotasi
pada lengan bawah. Gerakan fleksi dan ekstensi bervariasi antara 0-
150 serta pronasi dan supinasi masing-masing sebesar 0-90 .
gambar 4.23
Tahap-tahap pemeriksaan rutin kelainan lengan atas dan
sendi siku
Pemeriksaan lokal dan sendi siku
Inspeksi
kontur tulang Palpasi
kontur jaringan suhu kulit
lunak kontur tulang
warna dan kontur jaringan
tekstur kulit lunak
adanya jaringan nyeri lokal
atau sinus
Pergerakan ( aktif dan pasif )
sendi humero- - pronasi 90
ulnar nyeri pada
- fleksi 150 pergerakan
- ekstensi 0
sendi radio- krepitasi
ulnar pada
- supinasi pergerakan
80
Kekuatan Stabilitas
fleksi 150 ligamentum
ekstensi 0 lateral
supinasi 80 ligamentum
pronasi 90 medial
Nervus medianus
funfsi sensoris
fungsi motoris
( gerakan oponen )
kelenjar keringat
Nervus radialis
fungsi sensoris
fungsi motoris
(ekstensi pergelangan tangan, ibu jari, dan jari-jari)
Nervus ulnaris
fungsi sensoris
fungsi motoris
kelenjar keringat.
Pemeriksaan Lutut
Stabilitas lutut sangat ditentukan oleh ligamentum dan otot
kuadrisep. Otot kuadrisep yang kuat dapat mengontrol stabilitas
lutut walupun terdapat keregangan dari ligamen.
Lutut sangat mudah mengalami trauma dan berbagai jenis
artritis. Daerah lutut juga termasuk daerah dimana terjadi
pertumbuhan anggota gerak bawah (daerah yang aktif) dan ini
mungkin sebagai salah satu sebab daerah metafisis dari lutut sering
mengalami infeksi osteomielitis atau tumor-tumor ganas primer.
Pemeriksaan artroskopi belakangan ini memegang peranan dan
merupakan pemeriksaan rutin yang sering dilakukan dalam
menegakkan diagnosis kelainan-kelainan lutut. Pembedahan dengan
teknik artroskopi digunakan sebagai prosedur rutin pada robekan
meniskus dan adanya benda asing dalam sendi. Keuntungan
pembedahan dengan teknik ini adalah tidak dilakukan operasi
terbuka pada lutut, penyembuhan lebih baik dan masa pemulihan
serta perawatan diperpendek.
Anamnesis
Anamnesis sangat penting dalam menegakkan diagnosis sendi lutut
misalnya pada robekan meniskus. Dalam anamnesis harus
ditanyakan kapan terjadinya trauma, hal-hal yang terjadi
sesudahnya serta mekanisme dari trauma. Keadaan yang perlu
ditanyakan yaitu apakah dapat menyelesaikan pertandingan waktu
itu, apakah dapat berjalan, dapat meluruskan atan membengkokkan
lutut. Beberapa penderita dapat dengan jelas mengutarakan
lututnya menjadi terkunci(locking).
Menentukan kausa pembengkakan pada sendi
Pembengkakan yang difus pada lutut dapat diketahui dengan
mudah dengan jalan membandingkan kedua lutut.
Pembengkakan pada lutut terutama disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
1. Penebalan tulang; penebalan tulang dapat diketahui dengan
palpasi pada daerah yang sakit lalu dibandingkan dengan yang
normal. Penebalan dapat disebabkan oleh infeksi, tumor atau
kista tulang.
2. Efusi sendi; Efusi sendi bisa karena penimbunan cairan serosa,
pus atau darah. Cairan dalam sendi diketahui dengan melakukan
pemeriksaan yang disebut uji fluktuasi. Pada pemeriksaan ini
telapak tangan diletakkan di atas femur distal di bagian atas dari
patela pada daerah kantung supra-patelar sementara tangan
lainnya diletakkan pada sisi sebaliknya dimana ibu jari dan jari
telunjuk pada pinggir patela. Tekanan dilakukan oleh tangan yang
di proksimal kantung supra-patelar sehingga cairan terdorong ke
dalam kantung persendian. Efusi yang terjadi dapat dengan
mudah dideteksi karena adanya impuls hidraulik pada jari-jari
dan ibu jari yang distal. Cairan di dalam sendi dapat pula
dideteksi dengan cara aspirasi.
3. Penebalan membran sinovia; Penebalan membran sinovia
merupakan suatu gambaran artritis inflamasi kronik. Penebalan
membran umumnya terjadi di atas patela dan dapat diraba pada
palpasi dan biasanya lutut juga terasa hangat oleh karena proses
inflamasi yang ada.
Pemeriksaan rutin kelainan pada lutut
1. Pemeriksaan lokal pada lutut
Inspeksi Palpasi
Kontur tulang suhu kulit
Kontur jaringan lunak Kontur tulang
Warna dan tekstur Kontur jaringan lunak
kulit Nyeri lokal
Adanya jaringan parut
atau sinus
Pergerakan (aktif dan pasif dan dibandingkan dengan lutut
yang normal)
Fleksi Nyeri bila digerakkan
Ekstensi Krepitasi bila
digerakkan
Kekuatan (membandingkan dengan tahanan dari pemeriksa)
Fleksi Uji rotasi Mc Murray
Ekstensi Cara berjalan (gait)
Stabilitas
Ligamentum medial Ligamentum
Ligamentum lateral krusiatum anterior
Uji drawer; uji Ligamentum
Lachman; uji pivot krusiatum posterior
shift lateral
2. Pemeriksaan gejala yang mungkin merupakan akibat faktor
ekstrinsik.
Pemeriksaan ini penting bila tidak ditemukan kelainan lokal pada
pemeriksaan. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan tulang
belakang dan panggul.
3. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum pada setiap anggota tubuh. Gejala lokal
pada lutut dapat ditimbulkan oleh adanya penyakit sistemik.