BAB I Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui Finger Painting

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan anak usia dini yaitu anak usia 0 sampai 6 tahun. pada masa
ini kecerdasan anak mencapai 50% sehingga pada masa ini sering juga disebut
dengan masa golden age, selanjutnya dijelaskan para ahli sebagai berikut,
berkembangnya pola pendidikan dengan memberikan perhatian yang besar
bagi anak usia dini memang sangat diperlukan. Karena di usia emas tersebut
anak usia dini banyak mengkonstruk pengetahuan. Tidak salah jika penelitian
Keith Osborn, Benyamin S. Bloom (1993:50) tentang pertumbuhan otak
manusia yang mencapai 50 % di usia 0-4 tahun, kemudian akan bertambah 30
% di rentang umur 4-8 tahun.( Komaruddin Hidayat, 2015 :iv), ini berarti dari
usia 0-8 tahun perkembangan otak anak mencapai 80%. Jika hal tersebut
terabaikan dan moment emas ini tidak dimanfaatkan dengan tepat oleh orang
tua, guru maka perkembangan otak anak akan kurang berkembang secara
maksimal.
Anak adalah anugrah terindah yang diamanahkan Allah SWT kepada
manusia. Pengoptimalan masa golden age adalah hal yang perlu diperhatikan
agar anak menjadi pribadi yang utuh atau insan kamil. Sejak dalam kandungan
anak telah mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. Dalam diri anak
telah memiliki potensi yang akan menjadikannya sumber daya manusia yang
unggul. Namun untuk menjadi sumber daya manusia yang unggul maka
pengoptimalan perkembangan usia golden age tidak dapat dinomor duakan.
Pengembangan golden age anak dapat dimulai sejak di dalam
kandungan. Penemuan akan pemberian stimulus di dalam kandungan telah di
populerkan oleh Amerika Serikat.(Fathul Muin,2016:308)
Sumber daya yang nantinya akan menjadi pelaku dalam pembangunan
suatu negara.Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan. Pendidikan
merupakan proses kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi manusia.
Manusia yang mampu mengadakan interaksi dengan lingkungan sekitarnya.

1
2

Proses tersebut dilaksanakan secara sistematis, terorganisir, dan terencana


yang akan dikembangkan secara terus menerus.Pendidikan perlu dimulai sejak
dini. Pendidikan yang tepat sejak berusia dini akan mempengaruhi seseorang
untuk perkembangan selanjutnya.
Perkembangan yang memerlukan pendidikan sebagai upaya
pembentuka kepribadiaan seseorang dimasa yang akan datang.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 bahwa Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan
lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting
dalam menentukan sejarah perkembangan anak selanjutnya. Pendidikan yang
tepat sejak berusia dini akan membawa dampak bagi perkembangan anak baik
fisik, kognitif, sosial maupun emosi. Begitu pun sebaliknya, perlakuan yang
kurang tepat akan membawa kerugian bagi perkembangan mereka. Secara
umum, tujuan program pendidikan anak usia dini adalah memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai
dengan norma-norma dan nilai-nilai kehidupan yang dianut. Melalui program
pendidikan yang dirancang dengan baik, anak akan mampu mengembangkan
segenap potensi yang dimilikinya, baik dari aspek fisik, sosial, moral, emosi,
kepribadian dan kreativitasnya.
Kreativitas anak perlu dikembangkan sejak dini. Kesadaran akan
pentingnya kreativitas mendorong munculnya kritikan terhadap penyelenggara
pendidikan formal saat ini. Menurut Kemple dan Nissenberg (2000:7) bahwa
pendidikan saat ini lebih berfokus pada aspek kognitif, emosional, sosial
pengetahuan alam dan bahasa. Pendidikan sangat kurang dalam
mengembangkan kreativitas peserta didik.

2
3

Selanjutnya Lowenfeld & Brittain (dalam Suratno,2005:7) menyatakan


kreativitas itu penting sehingga perlu dikembangkan sejak usia dini sebagai
upaya untuk mengembangkan potensi kreatif anak. Hal itu karena anak usia
dini masih dalam taraf pembentukan baik dalam kemampuan otaknya maupun
kemampuan fisiknyaPendidikan dapat mengembangkan potensi diri
seseorang, salah satunya adalah pengembangan kemampuan motorik halus
anak. Dengan keterampilan motorik halus anak yang belum berkembang
dengan baik, dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam mengikuti
proses pendidikan dan harus mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan anak yang bersangkutan. Pendidikan formal atau
yang sering disebut dengan sekolah merupakan salah satu institusi yang besar
pengaruhnya untuk mengajarkan dan mengembangkan keterampilan motorik
halus anak.
Sejalan dengan Firman Allah dalam Al-Qur’an dijelaskan anak
adalah hiasan hidup di dunia bagi manusia oleh karena itu anak harus
diperhatikan perlindungan terutama lewat pendidikan dan pengembangan
potensinya. Sebagai firman Allah swt dalam surat Al-Kahfi ayat 46 berbunyi :

ّٰ ‫ا َ ۡل َما ُل َو ۡالبَـنُ ۡونَ ز ۡينَةُ ۡال َح ٰيوة الد ۡنيَا ۚ َو ۡال ٰبق ٰيتُ ال‬
﴾۴۶﴿ ‫صل ٰحتُ خ َۡير ع ۡندَ َربكَ ث َ َوابًا وخ َۡير ا َ َم ًل‬

Artinya :
“Harta dan anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan
yang kekal lagi soleh adalah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu serta lebih
baik untuk menjadi harapan”. (Q.S Al-Kahfi ayat 46)

Sejalan dengan firman Allah di atas maka kita berkewajiban untuk


mengarahkan berbagai potensi yang ada pada anak untuk bekal hidup anak
tersebut sehingga akan dapat beribadah kepada Allah.
Motorik halus adalah satu potensi tersebut (Bambang Sujiono, 2008 :
1.14) adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang
melibatkan otot kecil dan koordinasi mata dengan tangan sehingga seorang

3
4

anak mencapai kemampuan sesuai dengan perkembangannya. Masing-masing


perkembangan motorik halus anak akan berbeda sesuai dengan tingkat
kemampuan anak termasuk dalam kecerdasan dan keadaan fisik anak,
stimulus yang anak dapat dari lingkungan keluarganya termasuk dalam pola
asuh dan pola didik serta perkembangan kemampuan masing-masing anak.
Menurut (Richard Decaprio, 2013 : 41) unsur-unsur motorik meliputi
kekuatan, kecepatan, power, ketahanan, kelincahan, keseimbangan,
fleksibilitas, dan koordinasi. Akan tetapi dalam motorik halus hanya
diperlukan pada kekuatan jari-jari tangan, koordinasi antara mata dengan
tangan, dan fleksibilitas atau kelenturan jari-jari tangan serta telapak tangan.
Karena keterampilan motorik halus yang digunakan dalam penelitian ini hanya
motorik halus pada tangan saja, sehingga hanya difokuskan pada tiga unsur
tersebut.
(Desmita 2011 : 80) menjelaskan bahwa pada usia sekolah,
perkembangan motorik anak lebih halus, lebih sempurna, dan terkoordinasi
dengan baik seiring dengan pertambahannya berat dan kekuatan anak. Anak
sudah mampu mengontrol dan mengorganisasikan gerakan anggota tubuhnya
seperti tangan dan kaki dengan baik. Sejak usia 6 tahun, koordinasi antara
mata dan tangan yang dibutuhkan untuk aktivitas-aktivitas tertentu misalnya
menangkap, melempat, membidik juga sudah berkembang. Pada usia 7 tahun,
tangan anak semakin kuat dan anak lebih cenderung menyukai pensil daripada
krayon untuk menggambar ataupun melukis. Pada usia 8-10 tahun, tangan
anak sudah dapat digunakan dengan bebas.
Pada usia ini, motorik halus sudah berkembang secara sempurna yang
mana anak sudah dapat menulis dengan baik. Ukuran huruf yang anak tulis
pada usia ini menjadi lebih kecil dan lebih rata. Usia 10 hingga 12 tahun, anak
mulai memperlihatkan keterampilan-keterampilan manipulatif menyerupai
kemampuan-kemampuan orang dewasa. Mereka mulai memperlihatkan
gerakan-gerakan yang lebih kompleks, rumit, dan cepat.

4
5

Hambatan belajar yang sering dijumpai pada anak dalam proses


pembelajaran di sekolah sering kali terkait dengan masalah-masalah yakni
pemusatan perhatian, menyelesaikan tugas-tugas, mengatur tindakan
(perilaku), kesulitan dalam mengikuti perintah, mengajukan pertanyaan, dalam
memelihara barang-barang, dan kesulitan dalam mengatur waktu. Dengan
adanya masalah dalam pemusatan perhatian, anak susah fokus dalam
pembelajaran yang diberikan oleh guru, selain itu tugas yang diberikan
seringkali tidak selesai tepat waktu dikarenakan perhatian dia yang tidak bisa
fokus terhadap salah satu hal. Seharusnya hal tersebut dijadikan bahan
pertimbangan guru untuk membuat media ataupun metode yang dapatmenarik
perhatian anak dan dapat membantu anak menjadi lebih fokus Hambatan
belajar yang sering dijumpai pada anak dalam proses pembelajaran di Sekolah
seringkali terkait dengan masalah-masalah yakni pemusatan perhatian,
menyelesaikan tugas-tugas, mengatur tindakan (perilaku), kesulitan dalam
mengikuti perintah, mengajukan pertanyaan, dalam memelihara barang-
barang, dan kesulitan dalam mengatur waktu. Dengan adanya masalah dalam
pemusatan perhatian, anak susah fokus dalam pembelajaran yang diberikan
oleh guru, selain itu tugas yang diberikan seringkali tidak selesai tepat waktu
dikarenakan perhatian dia yang tidak bisa fokus terhadap salah satu hal.
Seharusnya hal tersebut dijadikan bahan pertimbangan guru untuk membuat
media ataupun metode yang dapat menarik perhatian anak dan dapat
membantu anak menjadi lebih fokus perhatiannya dalam pembelajaran.
Hasil observasi kondisi awal menunjukkan bahwa kemampuan
motorik halus anak masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1
yaitu pada aspek persiapan terdapat 10 anak sekitar 33,33% yang memperoleh
skor maksimal (3), pada aspek melakukan aktivitas Finger Painting terdapat 8
anak sekitar 26,67% yang memperoleh skor maksimal (3), dan pada aspek
pasca kegiatan Finger Painting hanya ada 6 anak sekitar 20%
yangmemperoleh skor maksimal (3). Dari hasil observasi kondisi awal
tersebut di atas telah menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus anak
masih rendah belum dapat berkembang secara optimal. Untuk lebih jelas lagi

5
6

dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini:

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Observasi


Kondisi Awal
Kelompok Kriteria
Jumlah Anak Persentase (%)
BB 14 60%
B6 MB 9 40%
BSH

Adapun (60%) dari 23 anak belum berkembang dalam mengerjakan


mengoleskan tinta pada kertas dan (40%) dari 23 anak yang sudah mulai
berkembang sesuai harapan dari jumlah 23 anak.
Solusinya supaya anak minat terhadap motorik halus anak dengan cara
memotivasi dari luar diri anak dengan mengembangkan imajinasi anak
kemudian anak akan termotivasi dari dalam diri anak.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas B di RA Yashuda
ditemukan berbagai fakta tentang kemampuan motorik halus anak sebagai
berikut : motorik halus anak yang belum dikembangkan dengan optimal, hal
ini terlihat saat anak belum dapat membuat garis dengan benar dan belum bisa
membuat garis secara mandiri, tangan anak masih terlihat kaku dalam
membuat garis yang berkaitan dengan pembelajaran motorik halusnya.
Koordinasi mata dengan tangan belum bagus, hal tersebut terlihat ketika anak
sedang belajar, pandangan anak tidak tertuju pada kegiatan yang sedang
dilakukan tetapi anak sering melihat disekelilingnya. Pembelajaran yang
diberikan baru sebatas mencoret-coret semaunya sendiri tanpa dengan
diberikan sedikit arahan. Anak juga terlihat tidak tertarik dengan pembelajaran
yang sedang berlangsung, hal ini terlihat ketika anak tidak fokus dalam proses
pembelajaran yang sedang berlangsung, fokus anak dalam pembelajaran yang
sedang berlangsung beberapa detik saja. Ketika anak diberikan tugas
mencoret, guru hanya memberikan contoh beberapa kali dan seterusnya anak
dibiarkan saja, dan dibiarkan untuk bereksplorasi sendiri.

6
7

Keterangan di atas dijadikan bahan pertimbangan peneliti untuk


mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul; “ Upaya Meningkatkan
Keterampilan Motorik Halus pada Anak melalui kegaiatan FingerPainting
pada Kelompok B RA Yashuda 2 Cikupa Kec. darma Kab. Kuningan Tahun
Pelajaran 2017/2018”
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas B RA Yashuda 2
Cikupa Kec. darma Kab. Kuningan ditemukan berbagai fakta tentang
kemampuan motorik halus anak B RA Yashuda 2 Cikupa Kec. darma Kab.
Kuningan sebagai berikut : motorik halus anak yang belum dikembangkan
dengan optimal, hal ini terlihat saat anak belum dapat membuat garis dengan
benar dan belum bisa membuat garis secara mandiri, tangan anak masih
terlihat kaku dalam membuat garis yang berkaitan dengan pembelajaran
motorik halusnya. Koordinasi mata dengan tangan belum bagus, hal tersebut
terlihat ketika anak sedang belajar, pandangan anak tidak tertuju pada kegiatan
yang sedang dilakukan tetapi anak sering melihat disekelilingnya.
Pembelajaran yang diberikan baru sebatas mencoret-coret semaunya
sendiri tanpa dengan diberikan sedikit arahan. Anak juga terlihat tidak tertarik
dengan pembelajaran yang sedang berlangsung, hal ini terlihat ketika anak
tidak fokus dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung, fokus anak
dalam pembelajaran yang sedang berlangsung beberapa detik saja. Ketika
anak diberikan tugas mencoret, guru hanya memberikan contoh beberapa kali
dan seterusnya anak dibiarkan saja, dan dibiarkan untuk bereksplorasi sendiri.
Metode yang digunakan untuk mengembangkan motorik halus anak
juga belum bervariasi. Hal tersebut terbukti ketika di kelas, anak hanya
mendapat pembelajaan mencoret saja. Selain itu dari hasil wawancara, guru
juga menjelaskan bahwa pembelajaran untuk saat ini hanya yang bersifat non
akademik, yaitu untuk bina diri serta kemampuan motoriknya.
Anak juga terlihat kurang aktif dalam mengerjakan tugas yang
diberikan guru kelas. Kurang aktifnya anak kelompok B RA Yashuda 2
Cikupa Kec. Darma Kab. Kuningan disebabkan karena metode I yang
digunakan guru kurang bervariasi sehingga menyebabkan proses pembelajaran

7
8

menjadi membosankan. Guru belum pernah menggunakan metode finger


painting untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak kelompok B di
RA Yashuda 2 Cikupa Kec. Darma Kab. Kuningan Metode yang sering
digunakan guru saat pembelajaran yaitu mencoret dengan pewarna. Dengan
metode mencoret, anak hanya melakukannya saat tertarik dengan hal itu saja.
Selain itu ada juga faktor lain yang membuat anak merasa malas
mengikuti pembelajaran yaitu kurangnya motivasi dan inisiatif dalam diri
anak untuk mengikuti pembelajaran yang berlangsung. Hal ini disebabkan
ketika anak mengalami kekecewaan terhadap orang tuanya yang tidak
memenuhi keinginannya, anak membawa perasaan kecewa tersebut ke sekolah
sehingga mempengaruhi proses pembelajaran anak disekolah. Kurangnya
motivasi dan inisiatif dari dalam diri anak ditampakkan dalam proses
pembelajaran, seperti anak dengan malas- malasan mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru sehingga tugas yang dikerjakannya tidak selesai hingga
waktu istirahat tiba. Selain itu juga perilaku anak yang mendadak agresif.
Hasil observasi dan wawancara yang telah didiskusikan antara peneliti
dengan guru kelas memperoleh kesepakatan. Kesepakatan tersebut adalah
perlu adanya kerja sama untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak
. Apabila tidak ditingkatkan maka siswa akan mengalami beberapa kesulitan.
Jika tidak ditingkatkan, akan berdampak pada prestasi belajar siswa khususnya
pada aspek menulis dan mengikuti pembelajaran selanjutnya. Selain itu jika
tidak ditingkatkan kemampuan motorik halus siswa tersebut akan berdampak
pada bina diri dan kemandirian siswa.
Meningkatkan kemampuan motorik halus serta ketertarikan anak
kelompok B RA Yashuda 2 Cikupa Kec. Darma Kab. Kuningan terhadap
tugas (motorik halus), digunakan finger painting yang dapat menarik perhatian
anak dan juga dapat mengembangkan keterampilan motorik halus anak
karena dalam penerapan menggunakan kekuatan, kelenturan otot-otot yang
ada pada jari- jari, serta koordinasi antara mata dengan tangan. Hal tersebut
diambil karena anak yang suka dengan warna, selain itu pembelajaran yang
diajarkan dikelas juga masih berhubungan dengan warna. Finger painting

8
9

(Sumanto 2005:53) adalah jenis kegiatan membuat gambar yang dilakukan


dengan cara menggoreskan adonan warna (bubur warna) secara langsung
dengan jari tangan secara bebas di atas kertas gambar. Jari di sini adalah
semua jari tangan, telapak tangan, bahkan sampai pergelangan tangan.
Keterangan di atas dijadikan bahan pertimbangan peneliti untuk
mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul; “Meningkatkan
Keterampilan Motorik Halus Menggunakan Metode Finger painting pada
Anak Kelas B di RA Yashuda 2 Cikupa Kec. Darma Kab. Kuningan Kab.
Kuningan Tahun Pelajaran 2017/2018”.
Berdasarkan pengalaman sendiri terdapat masalah pada anak di
kelompok B di RA Yashuda 2 Cikupa dalam aspek fisik motorik yaitu motorik
halus, dari masalah tersebut penulis akan melakukan penelitian yang berjudul,
“ UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK
MELALUI KEGIATAN FINGER PAINTING PADA KELOMPOK B DI RA
YASHUDA 2 CIKUPA. KEC. DARMA KAB. KUNINGAN KAB.
KUNINGAN TAHUN PELAJARAN 2017/2018”

B. Perumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah, dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak
melalui kegiatan finger painting pada kelompok B di RA Yashuda 2 Cikupa
Desa Cikupa Kec. darma Kab. Kuningan Kuningan Tahun Pelajaran
2017/2018?
2. Bagaimana proses meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui
kegiatan finger painting pada kelompok B di RA Yashuda 2 Cikupa Desa
Cikupa Kec. darma Kab. Kuningan Kuningan Tahun Pelajaran 2017/2018?
3. Bagaimana Hasil dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak
melalui kegiatan finger painting pada kelompok B di RA Yashuda 2 Cikupa
Desa Cikupa Kec. darma Kab. Kuningan Kuningan Tahun Pelajaran
2017/2018?

9
10

C. Tujuan Penilitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak
melalui kegiatan finger painting pada kelompok B di RA Yashuda 2
Cikupa Kec. darma Kab. Kuningan Kuningan Tahun Pelajaran
2017/2018
2. Untuk mengetahui proses meningkatkan kemampuan motorik halus anak
melalui kegiatan finger painting pada kelompok B di RA Yashuda 2
Cikupa Kec. darma Kab. Kuningan Kuningan Tahun Pelajaran
2017/2018
3. Untuk mengetahui Hasil dalam meningkatkan kemampuan motorik halus
anak melalui kegiatan finger painting pada kelompok B di RA Yashuda 2
Cikupa Kec. darma Kab. Kuningan Kuningan Tahun Pelajaran 2017/2018

D. Manfaat Peneletian
Dalam proses penelitian ini semoga memberi tambahan ilmu
pengetahuan pembelajaran di pendidikan anak usia dini, dan diharapkan dapat
memberi manfaat bagi semua pihak, seperti guru, lembaga pendidikan, orang
tua, dan bagi peneliti selanjutnya. Untuk lebih spesifik penelitian ini
mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Bagi guru
Guru lebih mudah mengajarkan perkembangan motorik halus anak,
karena mengunakan kegiatan finger painting, menyenangkan, dan
bermakna bagi anak. Memotivasi peranan guru dalam meningkatkan
perkembanagan motorik halus anak untuk menciptakan media atau
permainan yang menarik, menyenangkan, dan bermakna agar anak
banyak terlibat dalam kegiatan aktivitas motorik halus.
2. Bagi lembaga pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan
pembelajaran terutama pada perkembangan motorik halusr anak di
lembaga pendidikan.

10
11

3. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perkembangan
motorik halus anak.
4. Bagi peneliti
Dapat diajukan acuan untuk kajian pendidikan selanjutnya dan
menginspirasi serta motivasi bagi kemajuan pengembangan pendidikan
bagi anak usia dini.

11

Anda mungkin juga menyukai