Walimah Dalam Budaya Minangkabau PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 88

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN WALIMAH

PERKAWINAN ADAT MINANGKABAU DI NAGARI TABEK PANJANG


KECAMATAN BASO KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:
ALI IMRAN
NIM : 103044128021

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA


PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN WALIMAH
PERKAWINAN ADAT MINANGKABAU DI NAGARI TABEK PANJANG
KECAMATAN BASO KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Ali Imran
NIM : 103044128021

Di Bawah Bimbingan :

Pembimbing

Drs. H. Odjo Kusnara. N, M.Ag


NIP. 150 060 388

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA


PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul: “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP


PELAKSANAAN WALIMAH PERKAWINAN ADAT MINANGKABAU DI
NAGARI TABEK PANJANG KECAMATAN BASO KABUPATEN AGAM
SUMATERA BARAT” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syari’ah
dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal
28 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam pada Program Studi Ahwal Syakhshiyyah (Peradilan
Agama).

Jakarta, 31 Maret 2008


Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM


NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

Ketua : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA (.....………………...)


NIP. 150 169 102

Sekretaris : Kamarusdiana, S.Ag., MH (....……….………...)


NIP. 150 268 783

Pembimbing : Drs. H. Odjo Kusnara. N, M.Ag (....……….………...)


NIP. 150 060 388

Penguji I : Drs. Noryamin Aini, MA (...………..………...)


NIP. 150 247 330

Penguji II : Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si (...………..………...)


NIP. 150 326 914
KATA PENGANTAR

‫ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ‬

Puji dan syukur ke hadirat-Mu ya Allah tuhan pemberi rahmat semesta alam,

berkat rahmat dan hidayah-Mu lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi pada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bimbingan dan petunjuk-Mu selalu penulis

harapkan untuk menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.

Shalawat beriring salam semoga tetap dianugerahkan kepada suri tauladan

umat, Nabi besar Muhammad saw, keluarganya, para sahabatnya, serta ulama-ulama

yang berjuang untuk menuju Islam sebagai agama yang mulia.

Dalam menyelesaikan studi pada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, banyak pekerjaan-pekerjaan yang penulis

harus selesaikan bersamaan dengan penyelesaian skripsi ini. Semua itu dapat

diselesaikan karena bimbingan dan dorongan serta bantuan semua pihak yang pernah

berhubungan dengan penulis. Keterbatasan dan kekurangan penulis dalam

penyusunan skripsi ini sangat layak mendapatkan bimbingan. Akhirnya selesai juga

skripsi ini dan penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu secara langsung atau tidak langsung, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MM., sebagai Dekan

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.
2. Bapak Drs. H. Basiq Jalil, M.Ag dan Bapak Kamarusdiana, S.Ag., M.H.,

sebagai Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ahwal Syakhshiyyah.

3. Bapak Drs. H. Odjo Kusnara. N, M.Ag sebagai dosen pembimbing skripsi

yang telah memberikan waktu dan luang membimbing penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing dalam perkuliahan.

5. Ayahanda B. Sutan Pamenan dan Ibunda Yusra tercinta, yang telah

memberikan kasih sayang kepada ananda, dan telah berkorban tanpa lelah

demi kelangsungan studi kuliah ananda.

6. Uni Nelfiza dan Uda Refri Intan Nagari yang selalu memberi motivasi dan

support kepada penulis. Serta adinda Ahmad Firdaus yang telah membantu

untuk menjalankan bisnis selama penyusunan skripsi ini. Begitu juga semua

keluarga dan sanak famili di kampung yang selalu memberi motivasi kepada

penulis.

7. Mak Iyat, Da Can, Da Su, Da Nof, Da Alfiza, Da Ris, Wan Diak dan Ni Asni

yang telah banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan kepada penulis

selama.

8. Adnan Kasogi, Ricki Yaqob, Ihsan Buyuang (Staff YOBANA COMPUTER)

yang membantu penulis menjalankan bisnis selama penulis sibuk dengan

penyusunan skripsi. Juga teman-teman rekan bisnis yang ada di Pesanggrahan.


9. Kawan-kawan dan dunsanak-dunsanak pengurus dan anggota KMM Koorkom

Ciputat serta alumni/senior KMM, Rasul, Taufik, Arya, Zikra, Ami, Tungkil,

Khaliang, Dayat Elok. Tidak akan lupa Zul Ashfi yang ikut berpartisipasi

untuk kelengkapan data-data. Dan kawan-kawan yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu yang telah sudi berbagi suka dan duka mulai sejak

kuliah sampai selesai penulisan skripsi ini.

10. Fahmi, Taek dan kawan-kawan di UI Depok yang selalu menjadi sahabat baik

penulis.

11. Adiak uda Yonne, Lidya alias Chipuik dan Yelfi yang selalu berbagi

keceriaan dengan penuh canda dan tawa selama penulis menyelesaikan skripsi

ini.

12. Teman-teman Jurusan Peradilan Agama kelas A dan B angkatan 2003, yang

senasib dan seperjuangan dan telah banyak membantu serta bertukar pikiran

selama perkuliahan.

Akhirnya penulis hanya dapat mengembalikan semua kepada zat yang maha

kuasa, Allah Azza wa Jalla. Semoga amal baik mereka mendapat balasan yang

berlipatganda dari Allah swt. Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat

bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Jakarta, Maret 2008

Penulis
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................ 10
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................... 11
D. Metode Penelitian...................................................................... 12
E. Pedoman Penulisan.................................................................... 13
F. Review Studi Terdahulu............................................................ 14
G. Sistematika Penulisan................................................................ 15
BAB II WALIMAH .................................................................................... 16
A. Pengertian dan Dasar Hukum Walimah .................................... 16
1. Pengertian Walimah ............................................................ 16
2. Dasar Hukum Walimah ....................................................... 18
B. Tujuan dan Hikmah Walimah ................................................... 21
C. Waktu dan Masa Pelaksanaan Walimah ................................... 22
1. Waktu Pelaksanaan Walimah .............................................. 22
2. Masa Pelaksanaan Walimah ................................................ 23
D. Bentuk Pelaksanaan Walimah ................................................... 25
E. Hukum Menghadiri Walimah.................................................... 30
BAB III KONDISI OBYEKTIF NAGARI TABEK PANJANG KECA-
MATAN BASO KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT 33
A. Sejarah Nagari di Minangkabau ................................................ 33
B. Kondisi Geografis...................................................................... 35
C. Kondisi Demografis .................................................................. 36
1. Penduduk ............................................................................. 36
2. Mata Pencarian .................................................................... 37
3. Pendidikan ........................................................................... 39
D. Kondisi Sosiologis..................................................................... 41
1. Sosial Agama....................................................................... 41
2. Sosial Kemasyarakatan........................................................ 43
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN
WALIMAH DI NAGARI TABEK PANJANG .......................... 45
A. Gambaran Pelaksanaan Walimah di Nagari Tabek Panjang ..... 45
1. Penentuan Undangan Walimah (Baralek)........................... 45
2. Baiyo-iyo ............................................................................. 47
3. Baralek ................................................................................ 49
B. Tinjauan Hukum Islam dan Analisa Penulis Terhadap Pelak-
sanaan Walimah ........................................................................ 53
1. Penyebaran Undangan ......................................................... 53
2. Masa Pelaksanaan Walimah ................................................ 55
3. Hidangan yang Disediakan Pada Acara Walimah............... 57
4. Pakaian yang Dikenakan Pengantin pada Acara Walimah . 63
5. Hiburan pada Pelaksanaan Walimah ................................... 68
C. Pandangan Ulama Setempat ...................................................... 71
BAB V PENUTUP....................................................................................... 74
A. Kesimpulan................................................................................ 74
B. Saran-saran ................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 77
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama samawi yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

Muhammad SAW melalui wahyu-Nya yaitu al-Qur’an dan selaras dengan itu

sebagai penjelas maksud al-Qur’an ada sabda-sabda Nabi yang dijadikan sebagai

sumber hukum. Manusia sebagai makhluk sosial selalu melakukan hubungan

timbal balik antar sesama manusia dan ada aturan dalam menjalankan hidup

sesamanya. Aturan yang disebutkan itu telah diturunkan oleh Allah SWT untuk

dijadikan sebagai petunjuk jalan kebenaran bagi manusia. Kandungan al-Qur’an

pun banyak mengajarkan tentang tata cara hidup sebagai makhluk sosial, sehingga

kehidupan manusia pun dapat diberi petunjuk oleh al-Qur’an.

Manusia sebagai khalifah di muka bumi akan mempertahankan hidupnya

dengan berbagai macam cara. Ada yang membuka usaha pertanian, perdagangan,

industri, jasa dan sebagainya. Semua itu digeluti demi untuk dapat

mempertahankan hidup keluarga. Hidup dan bekerja mencari nafkah setiap hari

menjadikan manusia jemu, sehingga manusia sangat butuh kasih sayang dan

perhatian dari pasangan hidupnya. Sebagai tanda kebesaran Allah SWT manusia

diciptakan berpasangan, sehingga membuat ia senang dan ada rasa kasih sayang

terhadap pasangannya. Ia akan merasakan kesepian apabila pasangannya itu tidak


berada di sisinya. Seperti Adam merasakan kesepian sebelum diciptakan Hawa,

sebagai teman hidupnya.

Allah SWT menciptakan semua yang ada di alam ini berpasangan.

Pasangan laki-laki adalah wanita, sebaliknya pasangan wanita adalah laki-laki.

Untuk menambah seni berpasangan manusia diberi hawa nafsu kecenderungan

penyaluran kebutuhan biologis. Di samping itu manusia diberikan akal agar dapat

mengendalikan hawa nafsunya dan dapat membedakannya dari perilaku binatang.

Hukum Islam sudah memberikan aturan untuk mendapatkan kenyamanan

hidup dan menyalurkan kebutuhan biologis yaitu dengan pernikahan. Ini satu-

satunya jalan keluar bagi manusia agar dapat menghalalkan yang telah

diharamkan oleh Allah SWT. Boleh melakukan apa-apa saja dengan pasangan

hidupnya, saling mencintai, mengasihi, berbagi rasa dalam suka dan duka serta

dapat meneruskan keturunan. Allah SWT berfirman :

‫ﻞ‬
َ ‫ﺟ َﻌ‬
َ ‫ﺴ ُﻜﻨُﻮا إِﻟَ ْﻴﻬَﺎ َو‬
ْ ‫ﺴ ُﻜ ْﻢ أَ ْزوَاﺟًﺎ ِﻟ َﺘ‬ِ ‫ﻦ َأ ْﻧ ُﻔ‬
ْ ‫ﻖ َﻟ ُﻜ ْﻢ ِﻣ‬
َ ‫ﺧَﻠ‬َ ‫ن‬ ْ ‫ﻦ ءَاﻳَﺎ ِﺗ ِﻪ َأ‬ ْ ‫َو ِﻣ‬
30 / ‫ن )اﻟﺮوم‬ َ ‫ت ِﻟ َﻘ ْﻮ ٍم َﻳ َﺘ َﻔ ﱠﻜﺮُو‬
ٍ ‫ﻚ ﻟَﺂﻳَﺎ‬ َ ‫ن ﻓِﻲ َذِﻟ‬ ‫ﺣ َﻤ ًﺔ ِإ ﱠ‬
ْ ‫َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻜ ْﻢ َﻣ َﻮ ﱠد ًة َو َر‬
(21 :
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.
Selanjutnya firman Allah :

َ‫ﺟ ُﻜ ْﻢ ﺑَﻨِﻴﻦ‬
ِ ‫ﻦ َأ ْزوَا‬ ْ ‫ﻞ َﻟ ُﻜ ْﻢ ِﻣ‬َ ‫ﺟ َﻌ‬
َ ‫ﺴ ُﻜ ْﻢ َأ ْزوَاﺟًﺎ َو‬ ِ ‫ﻦ َأ ْﻧ ُﻔ‬ْ ‫ﻞ َﻟ ُﻜ ْﻢ ِﻣ‬ َ ‫ﺟ َﻌ‬
َ ‫ﷲ‬ ُ ‫وَا‬
‫ﷲ ُه ْﻢ‬ ِ ‫ن َو ِﺑ ِﻨ ْﻌ َﻤ ِﺔ ا‬َ ‫ﻞ ُﻳ ْﺆ ِﻣﻨُﻮ‬ ِ‫ﻃ‬ ِ ‫ت َأ َﻓﺒِﺎ ْﻟﺒَﺎ‬
ِ ‫ﻄ ﱢﻴﺒَﺎ‬
‫ﻦ اﻟ ﱠ‬ َ ‫ﺣ َﻔ َﺪ ًة َو َر َز َﻗ ُﻜ ْﻢ ِﻣ‬
َ ‫َو‬
(16:72/‫ن )اﻟﻨﺤﻞ‬ َ ‫َﻳ ْﻜ ُﻔﺮُو‬
Artinya : “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak anak dan cucu-
cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah
mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah”.

Sudah menjadi fitrah bagi manusia, bahwa setiap jenis menginginkan

lawan jenisnya untuk dijadikan suami atau isteri untuk menjalin keluarga sakinah,

mawaddah, wa rahmah. Agar tercipta impian keluarga sakinah itu tentunya akan

mempertimbangkan siapakah yang akan menjadi pasangan hidup. Islam

menganjurkan dalam mencari pasangan sebagaimana terdapat dalam hadis Nabi

SAW :

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺴﺪد ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻳﺤﻴﻰ ﻋﻦ ﻋﺒﻴﺪ اﷲ ﻗﺎل ﺣﺪﺛﻨﻲ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ أﺑﻲ‬


‫ﺳﻌﻴﺪ ﻋﻦ أﺑﻴﻪ ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮﻩ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ‬
‫ ﺗﻨﻜﺢ اﻟﻤﺮأة ﻷرﺑﻊ ﻟﻤﺎﻟﻬﺎ وﻟﺤﺴﺒﻬﺎ وﺟﻤﺎﻟﻬﺎ‬: ‫ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل‬
1
(‫وﻟﺪﻳﻨﻬﺎ ﻓﺎﻇﻔﺮ ﺑﺬات اﻟﺪﻳﻦ ﺗﺮﺑﺖ ﻳﺪاك )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري‬
Artinya : Dari Abu Hurairah R.A Dari Nabi SAW beliau bersabda “Perempuan
itu dikawini dengan empat motivasi, karena hartanya, karena
kedudukannya atau kebangsawannya, karena kecantikannya, dan
karena keberagamaannya. Pilihlah perempuan karena
keberagamaannya, kamu akan mendapat keberuntungan”. (H.R
Bukhari)

1
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Beirut, Dar Ibnu
Katsir, 1987, Juz 5, h.1958
Yang dimaksud dengan keberagamaan di sini adalah komitmen

keberagamaannya atau kesungguhannya dalam menjalankan ajaran agama. Ini

dijadikan pilihan utama karena itulah yang akan langgeng. Kekayaan suatu ketika

dapat lenyap dan kecantikan suatu ketika dapat pudar demikian pula kedudukan,

suatu ketika akan hilang.

Setelah dipertimbangkan dengan mantap dalam memilih jodoh yang sudah

sesuai dengan keinginan atau sudah terdapat kriteria tertentu dalam diri pasangan,

kehendak untuk menikahi pasangan yang telah ditentukan itu tentu akan

disampaikan. Penyampaian keinginan ini, syari’at Islam mengajarkan meminang

terlebih dahulu pasangan yang akan dinikahi. Hikmah peminangan ini agar dapat

menguatkan ikatan perkawinan yang diadakan sesudah itu, karena dengan

peminangan itu kedua belah pihak dapat saling mengenal.2

Istilah meminang/melamar dalam bahasa Minangkabau disebut manyiriah

(mendatangkan sirih)3. Manyiriah ini adalah pihak calon pengantin wanita

mendatangi pihak calon pengantin pria untuk dijapuik artinya diminta untuk

dijadikan suami anak perempuannya. Karena tradisi calon mempelai laki-laki

datang ke rumah mempelai wanita maka yang mendatangkan sirih atau manyiriah

itu adalah pihak wanita. Pihak calon mempelai laki-laki namanya kedatangan

sirih (yang dipinang). Tradisi di Minangkabau pada umumnya dan di Nagari

2
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2006, h. 48
3
Sirih biasanya dalam masyarakat Minang digunakan untuk basa basi kepada seseorang /
menawarkan sesuatu. Artinya seseorang menawarkan / meminta seseorang untuk dijadikan menantu di
rumahnya.
Tabek Panjang pada khususnya, dalam hal peminangan inilah yang biasanya

dilakukan.

Islam memandang bahwa perkawinan adalah sebagai wadah yang baik

untuk mengikat hubungan kasih sayang manusia. Peristiwa ini akan dikenang

selalu dan diabadikan dalam kenangan foto atau video sehingga akan mudah

teringat masa yang menyenangkan itu dalam sejarah hidupnya. Sebagai wujud

rasa ke hadhirat Allah SWT syukur pada peristiwa ini, maka dikenanglah dengan

mensosialisasikan akad nikah dengan pesta pernikahan, syari’at Islam

menyebutnya dengan Walimah.

Walimah dianjurkan dalam syari’at Islam. Ulama berbeda pendapat

tentang hukum mengadakan walimah. Menurut jumhur ulama hukum walimah

adalah sunnah. Hal ini dipahami dari sabda Nabi SAW dari Anas ibn Malik

menurut riwayat yang muttafaq ‘alaih :

‫ ﻋﻦ‬: ‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻠﻴﻤﺎن ﺑﻦ ﺣﺮب ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺣﻤﺎد هﻮ اﺑﻦ زﻳﺪ ﻋﻦ ﺛﺎﺑﺖ‬


‫أﻧﺲ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ رأى ﻋﺒﺪ‬
‫ ﻗﺎل إﻧﻲ ﺗﺰوج اﻣﺮأة‬. ‫ ﻣﺎ هﺬا‬: ‫اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﻋﻮف أﺛﺮ ﺻﻔﺮة ﻗﺎل‬
‫ ﺑﺎرك ﻟﻚ اﷲ أوﻟﻢ وﻟﻮ ﺑﺸﺎة )رواﻩ‬: ‫ﻋﻠﻰ وزن ﻧﻮاة ﻣﻦ ذهﺐ ﻗﺎل‬
4
(‫اﻟﺒﺨﺎري‬
Artinya : “Dari Anas R.A Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW melihat ke muka
Abdul Rahman bin ‘Auf yang masih ada bekas kuning. Berkata Nabi :
Ada apa ini?”. Abdul Rahman berkata : “Saya baru mengawini
seorang perempuan dengan maharnya lima dirham”. Nabi bersabda :

4
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, h.1979
“Semoga Allah memberkatimu. Adakanlah perhelatan, walaupun hanya
dengan memotong seekor kambing”. (H.R Bukhari)

Perintah Nabi untuk mengadakan walimah dalam hadis ini tidak

mengandung arti wajib, tetapi hanya sunnah menurut jumhur ulama karena yang

demikian hanya merupakan tradisi yang hidup melanjutkan tradisi yang berlaku di

kalangan Arab sebelum Islam datang. Pelaksanaan walimah masa lalu itu diakui

oleh Nabi untuk dilanjutkan dengan sedikit perubahan dengan menyesuaikannya

dengan tuntutan Islam. 5

Pelaksanaan walimah hendaknya diadakan sesederhana mungkin

sebagaimana dibatasi oleh syari’at Islam. Tidak boleh diadakan secara berlebihan

apalagi bertujuan untuk memamerkan kekayaan (riya). Islam melarang orang

yang suka berlebih-lebihan yang merupakan bentuk sifat mubazir. Allah SWT

menyebut orang-orang yang mubazir adalah sebagai saudara syaitan.

Sebagaimana firman Allah SWT :

.‫ن ِﻟ َﺮ ﱢﺑ ِﻪ َآﻔُﻮرًا‬
ُ ‫ﺸ ْﻴﻄَﺎ‬
‫ن اﻟ ﱠ‬
َ ‫ﻦ َوآَﺎ‬
ِ ‫ﻃﻴ‬
ِ ‫ﺸﻴَﺎ‬
‫ن اﻟ ﱠ‬
َ ‫ﺧﻮَا‬
ْ ‫ﻦ آَﺎﻧُﻮا ِإ‬
َ ‫ن ا ْﻟ ُﻤ َﺒ ﱢﺬرِﻳ‬
‫ِإ ﱠ‬
(17:27 / ‫)اﻹﺳﺮاء‬
Artinya : “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.

Adapun lama pelaksanaan walimah boleh diadakan hanya sampai dua

hari, walimah yang dilakukan lebih dari dua hari dipandang sebagai perbuatan

5
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2006, h. 156
sum’ah atau pamer diri. Walimah semacam ini dilarang sebagaimana terdapat

dalam hadis Rasulullah SAW :

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﻮﺳﻰ اﻟﺒﺼﺮي ﺣﺪﺛﻨﺎ زﻳﺎد ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺣﺪﺛﻨﺎ‬


‫ ﻗﺎل‬: ‫ﻋﻄﺎء ﺑﻦ اﻟﺴﺎﺋﺐ ﻋﻦ أﺑﻲ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد ﻗﺎل‬
‫رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻃﻌﺎم أول ﻳﻮم ﺣﻖ وﻃﻌﺎم ﻳﻮم‬
‫اﻟﺜﺎﻧﻲ ﺳﻨﺔ وﻃﻌﺎم ﻳﻮم اﻟﺜﺎﻟﺚ ﺳﻤﻌﺔ وﻣﻦ ﺳﻤﻊ ﺳﻤﻊ اﷲ ﺑﻪ )رواﻩ‬
6
(‫اﻟﺘﺮﻣﺬى‬
Artinya : Dari Ibnu Mas’ud R.A beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“Makanan pada hari pertama itu benar (wajib atau sunat), makanan
pada hari kedua adalah sunat dan makanan pada hari ketiga adalah
sum’ah. Barangsiapa yang memperdengarkan (pada orang kebaikan
dan kemampuannya) niscaya Allah memperdengarkannya. (H.R
Turmudzi).

Menurut hadis Rasulullah bahwa walimah cukup dilaksanakan satu hari

saja. Jika ingin dilakukan lebih lama maksimal diadakan dua hari. Tujuan

walimah secara umum untuk memperkenalkan bahwa kedua mempelai sudah

menikah dan masyarakat mengetahui dan mengerti bahwa kedua mempelai sudah

sah menjadi suami isteri.

Walimah disebut dalam bahasa Minangkabau baralek. Acara baralek ini

diadakan di rumah calon pengantin laki-laki dan wanita. Di rumah pihak laki-laki

biasanya diadakan selama dua sampai tiga hari. Sedangkan di rumah pihak wanita

6
Muhammad bin Isa abu Isa al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, Beirut, Dar Ihya al-Turats al-
Arabi, t.th, Juz 3, h. 403.
bisa memakan waktu lima belas hari termasuk acara baiyo-iyo,7 acara

walimahnya saja menghabisi waktu satu minggu. Jadi acara walimah terbagi dua

yaitu sebelum akad nikah disebut dengan baiyo-iyo dan sesudah akad nikah

disebut dengan baralek. Pada waktu diadakan baiyo-iyo di rumah calon mempelai

laki-laki juga dihadiri oleh beberapa orang dari pihak perempuan untuk timbang

tando.8 Beberapa hari setelah baiyo-iyo dilangsungkanlah akad nikah, biasanya

dilakukan pada hari pertama baralek yaitu pada hari Jum’at. Mempelai laki-laki

turun dari rumahnya menuju rumah mempelai wanita pada sore hari dengan

diiringi musik rebana. Ini adalah salah satu bentuk adat dan tradisi masyarakat di

Minangkabau.

Di Minangkabau adat terbagi dalam beberapa macam yaitu: Pertama: adat

nan sabana adat, kedua: adat nan diadatkan, ketiga: adat nan taradat, keempat:

adat istiadat. Adapun adat nan sabana adat adalah aturan-aturan dan sifat-sifat

serta ketentuan-ketentuan yang terletak pada setiap jenis benda alam ini seperti:

api membakar, air membasahi, laut berombak. Adat nan diadatkan adalah adat

yang diadatkan oleh nenek moyang yang menciptakan adat Minangkabau itu yang

dikenal oleh orang Minangkabau secara turun temurun. Adat nan taradat adalah

aturan-aturan yang disusun dengan hasil musyawarah dan mufakat para penghulu

ninik mamak di setiap nagari. Peraturan itu berguna untuk melaksanakan aturan

7
Baiyo-iyo adalah musyawarah yang dilakukan untuk membicarakan persiapan menjelang
berlangsungnya walimah yang diadakan oleh sanak famili, ninik mamak, dan orang kampung.
8
Timbang tando adalah pemberian tanda dari pihak perempuan berupa kain kepada pihak
laki-laki sedangkan pihak laki-laki juga memberikan hal yang sama.
ataupun hukum-hukum dasar dari adat nan diadatkan. Konsekuensi logisnya

adalah berbedanya aturan pelaksanaan dari satu nagari dengan nagari lain

berdasarkan kepada masalah yang dihadapi, seperti yang dijelaskan oleh pepatah

Minangkabau: Lain lubuak lain ikannyo, lain padang lain ilalangnyo (setiap

tempat memiliki adat tersendiri yang berbeda dengan tempat lain). Adat istiadat

adalah aturan yang juga lahir dari kesepakatan dan musyawarah para penghulu

dan ninik mamak dan peraturan tersebut lebih banyak terfokus pada spesifikasi

wilayah dan nagari. Karena peraturan ini mencakup kepada segala kemauan dan

kesukaan anak nagari yang sesuai dengan alua jo patuik.

Yang menjadi topik permasalahan pada pelaksanaan walimah ini adalah

waktu yang digunakan untuk pelaksanaan walimah. Apakah tidak memberatkan

pihak keluarga dari kedua mempelai, karena memakan waktu yang lama yang

otomatis menghabiskan waktu kerabat dan tetangga. Di samping itu yang terlibat

dalam acara ini dan para tetangga yang akan tersita waktunya dalam pelaksanaan

walimah ini. Juga masalah biaya yang akan dikeluarkan cukup banyak yang

menyebabkan orang-orang yang tidak mampu untuk mengadakan walimah ini

harus memaksakan diri untuk harus melaksanakannya. Karena ini termasuk dalam

kategori adat nan taradat maka tradisi tersebut tidak baku dan tidak mesti

dilaksanakan seperti ini selamanya maka kemungkinan untuk merobah tradisi ini

masih tetap terbuka dan hal ini tidak bertentangan dengan slogan adat basandi

syarak, syarak basandi kitabullah.


Dari beberapa permasalahan yang terjadi di Nagari Tabek Panjang

Kecamatan Baso, penulis tertarik untuk membahasnya, untuk lebih terarah skripsi

ini, maka penulis memberi judul: “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Pelaksanaan Walimah Perkawinan Adat Minangkabau Di Nagari Tabek

Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam Sumatera Barat”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar tidak terdapat penyimpangan pada pembahasan skripsi ini maka

penulis membatasi :

a. Lokasi pembahasan di Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten

Agam Sumatera Barat.

b. Menerangkan pelaksanaan walimah di Nagari Tabek Panjang.

2. Perumusan Masalah

Inti permasalahan yang harus dikaji pada penulisan skripsi ini adalah :

a. Bagaimana metode pelaksanaan walimah di Nagari Tabek Panjang ?

b. Kapan waktu dan berapa lama pelaksanaan walimah menurut adat istiadat

Nagari Tabek Panjang ?

c. Tinjauan Hukum Islam terhadap pelaksanaan walimah di Nagari Tabek

Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam.


C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui secara jelas metode pelaksanaan walimah perkawinan

dalam adat Minangkabau di Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso

Kabupaten Agam

2. Untuk mengetahui waktu dan berapa lama pelaksanaan walimah di Nagari

Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam.

3. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan walimah di

Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam.

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Untuk menambah khasanah keilmuan tentang walimah, khususnya walimah di

Nagari Tabek Panjang. Dan menyumbangkan pengetahuan tentang adat

Minangkabau di nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam.

2. Untuk menambah bahan kepustakaan di Fakultas Syari’ah dan Hukum tentang

pelaksanaan walimah.

3. Untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang pandangan hukum Islam

terhadap pelaksanaan walimah di Tabek Panjang.

4. Memenuhi tugas dan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum Islam pada

Program Studi Peradilan Agama Jurusan Ahwal al-Syakhsiyyah Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


D. Metode Penelitian

1. Pengumpulan Data

a. Library Research adalah pengambilan data dari bahan-bahan pustaka yang

berhubungan dengan judul penelitian yang diperoleh dari buku-buku

tentang hukum, jurnal, majalah, artikel, internet, dan lain-lain.

b. Field Research adalah penelitian lapangan, penulis menyaksikan dan

mengamati secara langsung pelaksanaan walimah dan melakukan

wawancara langsung dengan tokoh adat setempat, masyarakat yang

melaksanakan walimah dan mengumpulkan data-data berupa arsip-arsip

yang bisa dijadikan penunjang penelitian dari pemerintahan setempat.

2. Sumber Data

a. Tokoh-tokoh adat atau tokoh masyarakat yaitu Ninik Mamak atau

penghulu daerah setempat.

b. Pemerintahan Nagari.

c. Warga yang akan atau sedang melaksanakan walimah.

d. Sumber lain yang dianggap perlu untuk bahan penelitian.

3. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data pada penelitian ini adalah:

a. Observasi yaitu pengamatan langsung ke lokasi penelitian pada masalah

yang diteliti.

b. Wawancara-wawancara yang dilakukan dengan sumber data yaitu ninik

mamak atau tokoh masyarakat, ahli walimah di Nagari Tabek Panjang.


4. Teknik Analisa Data

Data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan pendekatan:

a. Metode deduktif yaitu menjelaskan pengertian yang bersifat umum

menuju khusus dengan mengemukakan dalil dan contoh.

b. Metode induktif yaitu persoalan yang dimulai dari persoalan yang khusus

dan kongkrit menuju kepada pengertian yang umum. Maksudnya

mengemukakan terlebih dahulu pendapat para ahli, kemudian disimpulkan

pada suatu pendapat.

c. Metode komperatif yaitu mengadakan perbandingan dengan meneliti

faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan masalah.

E. Pedoman Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengacu dan berpedoman pada

buku Pedoman Penulisan Skripsi terbitan Fakultas Syari’ah dan Hukum tahun

2007. Pada penulisan skripsi ini terdapat pengecualian pada penulisan, yaitu

sebagai berikut:

1. Penulisan terjemahan al-Qur’an atau al-Hadits menggunakan satu spasi

walaupun tidak sampai enam baris.

2. Dalam daftar pustaka al-Qur’an al-Karim ditempatkan pada awal daftar

pustaka mengingat kitab suci.


F. Review Studi Terdahulu

Pada penulisan skripsi ini penulis juga melakukan studi kepustakaan

dengan cara mengamati karya ilmiah orang lain yang membahas tentang walimah

dalam bentuk skripsi. Skripsi yang ditulis oleh saudari Mimin Sutarsih, NIM.

102044125049 Peradilan Agama Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi Prosesi Pernikahan Adat Minangkabau

Ditinjau dari Sudut Pandang Islam (Studi Kasus Di Kabupaten Agam). Skripsi ini

membahas prosesi-prosesi adat Minangkabau pada pelaksanaan walimah secara

teknis dengan menerangkan secara terperinci, dan ruang lingkupnya lebih luas

yaitu di kabupaten Agam. Penulis melihat masih ada ruang untuk melakukan

penelitian tentang masalah ini dengan memfokuskan penelitian tentang waktu dan

masa pelaksanaan walimah khususnya di Nagari Tabek Panjang.

Tidak semua adat di Minangkabau itu sama, karena ada pepatah yang

mengatakan: “lain lubuk lain ikannya, lain padang lain ilalangnya”. Tradisi yang

ada di Nagari Tabek Panjang ada perbedaan dengan tradisi yang ada di nagari-

nagari lain. Perbedaan ini lah yang membuat penulis tertarik untuk membahasnya.

Penulis membahas tentang penentuan undangan untuk baralek, masa pelaksanaan

baralek, hidangan pada acara baralek, pakaian yang dikenakan pengantin dan

hiburan untuk memeriahkan acara.


G. Sistematika Penulisan

Adapun dalam pembahasan skripsi ini penulis membagi beberapa bab,

masing-masing bab mempunyai sub-sub bab sebagai berikut :

Bab Pertama Pendahuluan, dalam bab ini dinjelaskan tentang latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, metode penulisan, pedoman penulisan,

review studi terdahulu dan sistematika penelitian.

Bab Kedua Walimah, dalam bab ini dijelaskan pengertian dan dasar hukum

walimah, tujuan dan hikmah walimah, waktu dan masa

pelaksanaan walimah, bentuk pelaksanaan walimah dan hukum

menghadiri walimah.

Bab Ketiga Kondisi Obyektif Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso

Kabupaten Agam Sumatera Barat. Memberikan gambaran tentang

sejarah nagari di Minangkabau, kondisi geografis, kondisi

demografis dan kondisi sosiologis.

Bab Keempat Tinjauan hukum Islam terhadap palaksanaan walimah di Nagari

Tabek Panjang. Menjelaskan gambaran pelaksanaan walimah di

Nagari Tabek Panjang, tinjauan hukum Islam dan analisa penulis

terhadap pelaksanaan walimah dan pandangan ulama setempat.

Bab Kelima Penutup, pada bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II

WALIMAH

A. Pengertian dan Dasar Hukum Walimah

1. Pengertian Walimah

Pesta perkawinan atau yang disebut juga “walimah” adalah pecahan

dari kata dari : ‫وَﻟ َﻢ‬


َ , artinya mengumpulkan. Karena dengan pesta tersebut

dimaksudkan memberi do’a restu agar kedua mempelai mau bertemu dengan

rukun.9 Dalam Ensiklopedi Hukum Islam menerangkan bahwa al-Walimah

adalah berkumpul, karena kedua mempelai pada waktu itu dipersandingkan,

dan al-‘urs adalah perkawinan. Walimah diserap dalam bahasa Indonesia

menjadi “walimah” dalam fikih Islam mengandung makna yang umum dan

makna yang khusus. Makna umumnya adalah seluruh bentuk perayaan yang

melibatkan orang banyak. Sedangkan walimah dalam pengertian khusus

disebut walimah al-’urs mengandung pengertian peresmian perkawinan, yang

tujuannya untuk memberitahukan khalayak ramai bahwa kedua pengantin

telah resmi menjadi suami istri, sekaligus sebagai rasa syukur keluarga kedua

belah pihak telah atas berlangsung perkawinan tersebut10

9
Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqih Wanita (Terj Anshori Umar), Semarang, CV. Asy-
Syifa’, 1986, h. 382
10
Abdul Azis Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996,
h. 1917
Walimah adalah istilah yang terdapat dalam literatur Arab yang

secara arti kata berarti jamuan yang khusus untuk perkawinan dan tidak

digunakan untuk perhelatan di luar perkawinan. Sebagian ulama

menggunakan kata walimah itu untuk setiap jamuan makan, untuk setiap

kesempatan mendapatkan kesenangan, hanya penggunaannya untuk

kesempatan perkawinan lebih banyak. Berdasarkan pendapat ahli bahasa di

atas untuk selain kesempatan perkawinan tidak digunakan kata walimah

meskipun juga menghidangkan makanan, untuk acara jamuan makan untuk

khitanan disebut ‫ اﻟﻌﺬرة‬, sedangkan untuk jamuan waktu kelahiran anak

disebut ‫ اﻟﺨﺮﺳﺔ‬, untuk jamuan kembalinya orang yang hilang disebut: ‫ اﻟﻨﻘﻴﻌﺔ‬,

kata ‫ اﻟﻌﻘﻴﻘﺔ‬digunakan untuk sembelihan bagi anak yang telah lahir.11 Walimah

berarti penyajian makanan untuk acara pesta. Ada juga yang mengatakan,

walimah berarti segala macam makanan yang dihidangkan untuk acara pesta

atau lainnya.12

Sedangkan menurut Sayid Sabiq walimah itu berarti jamuan khusus

yang diadakan dalam perayaan pesta perkawinan atau setiap jamuan untuk

pesta lainnya. Tetapi biasanya kalau menyebut walimah al-’urs artinya

perayaan pernikahan.13 Dari beberapa kutipan di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa walimah adalah upacara sebagai tanda rasa syukur atas

11
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2006, h. 155
12
M. Abdul Ghoffar E.M, Fiqih Wanita (terj), Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2000, hal. 487
13
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah 7 (terj. Moh. Thalib), Bandung, PT. Alma’arif, h.184
telah dilaksanakan akad pernikahan dengan mengadakan jamuan dan dalam

rangka bergembira.

2. Dasar Hukum Walimah

Pelaksanaan walimah memiliki kedudukan tersendiri dalam

munakahat. Rasulullah SAW sendiri melaksanakan walimah untuk dirinya

dan memerintahkan kepada para sahabat untuk mengadakan walimah

walaupun hanya dengan makan kurma dan roti serta seekor kambing,

sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

: ‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻠﻴﻤﺎن ﺑﻦ ﺣﺮب ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺣﻤﺎد هﻮ اﺑﻦ زﻳﺪ ﻋﻦ ﺛﺎﺑﺖ‬


‫ﻋﻦ أﻧﺲ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ رأى‬
‫ ﻗﺎل إﻧﻲ‬. ‫ ﻣﺎ هﺬا‬: ‫ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﻋﻮف أﺛﺮ ﺻﻔﺮة ﻗﺎل‬
‫ ﺑﺎرك ﻟﻚ اﷲ أوﻟﻢ‬: ‫ﺗﺰوج اﻣﺮأة ﻋﻠﻰ وزن ﻧﻮاة ﻣﻦ ذهﺐ ﻗﺎل‬
14
(‫وﻟﻮ ﺑﺸﺎة )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري‬
Artinya : “Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW telah melihat bekas
kekuning-kuningan pada Abdurrahman bin Auf, Rasulullah SAW.
bertanya, apa ini? Abdurrahman menjawab : Sesungguhnya saya
telah menikah dengan seorang perempuan dengan maskawin
seberat satu biji emas. Kemudian Rasulullah bersabda: semoga
Allah memberkatimu, adakanlah walimah sekalipun dengan seekor
kambing.” (HR. Turmudzi)

Dalam sabda Rasulullah SAW “adakanlah walimah meski hanya

dengan seekor kambing”. Terdapat dalil yang menunjukkan keharusan

mengadakan walimah.

14
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Beirut, Dar Ibnu
Katsir, 1987, Juz 5, h.1979
Ulama Mazhab Zhahiri, salah satu pendapat Imam Malik dan salah

satu pendapat Imam Syafi’i menyatakan bahwa hukum mengadakan walimah

adalah wajib, karena Rasulullah SAW menggunakan fiil amar dalam hadis

tersebut. Antara lain yang mereka kemukakan adalah kisah perkawinan Ali

bin Abi Thalib dengan Fatimah anak Nabi Muhammad SAW. Dalam hadis

tersebut juga mengandung kemestian untuk mengadakan walimah.15

Selanjutnya hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari hadis

Buraidah, yaitu ketika Ali melamar Fatimah Rasulullah SAW bersabda :

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺣﺪﺛﻨﻲ أﺑﻲ ﺛﻨﺎ ﺣﻤﻴﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮؤاﺳﻲ‬


: ‫ﺛﻨﺎ أﺑﻲ ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻜﺮﻳﻢ ﺑﻦ ﺳﻠﻴﻂ ﻋﻦ ﺑﻦ ﺑﺮﻳﺪة ﻋﻦ أﺑﻴﻪ ﻗﺎل‬
‫ﻟﻤﺎ ﺧﻄﺐ ﻋﻠﻰ ﻓﺎﻃﻤﺔ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ‬
(‫ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ اﻧﻪ ﻻ ﺑﺪ ﻟﻠﻌﺮس ﻣﻦ وﻟﻴﻤﺔ )رواﻩ أﺣﻤﺪ‬
16

Artinya : “Dari Buraidah dari bapaknya ia berkata : Ketika Ali melamar


Fatimah, Rasulullah SAW, bersabda : “sesungguhnya untuk pesta
perkawinan harus ada walimahnya.” (HR. Ahmad)

Dalam hadis tersebut di atas Nabi Muhammad SAW mengharuskan

kepada Ali untuk mengadakan walimah ketika mengawini Fatimah. Dalam

hadis tersebut anjuran untuk mengadakan walimah mengandung unsur

keharusan atau kewajiban, karena adanya kata ‫ﻻ ُﺑﺪﱠ‬


َ yang berarti sesuatu yang

15
Abdul Azis Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996.
h. 1918
16
Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Kairo, Muassasah Qurtubah,
1978, Juz 5, h.359
dengan cara bagaimanapun harus diadakan, demikian pendapat yang

dikemukakan oleh golongan Dzahiri.17

Bagi yang mampu agar tidak mengurangi dari seekor kambing. Al-

Qadhy sepakat bahwa tidak ada batasan minimal, boleh dilaksanakan menurut

kemampuan. Menyembelih kambing pada upacara perkawinan itu tidak

merupakan ukuran, tetapi berarti boleh dengan menyembelih seekor kambing

atau selain kambing dan boleh juga tidak menyembelih apa-apa. Hal ini

diserahkan kepada orang yang mengadakan walimah sesuai dengan

kemampuan dan kewajaran.

Mengenai hal ini dikemukakan Nabi SAW dalam hadisnya yang

berbunyi:

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ أﺑﻲ ﻣﺮﻳﻢ أﺧﺒﺮﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺟﻌﻔﺮ ﺑﻦ أﺑﻲ آﺜﻴﺮ‬


‫ أﻗﺎم‬: ‫ﻗﺎل أﺧﺒﺮﻧﻲ ﺣﻤﻴﺪ أﻧﻪ ﺳﻤﻊ أﻧﺴﺎ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻳﻘﻮل‬
‫اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﺑﻴﻦ ﺧﻴﺒﺮ واﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﺛﻼث ﻟﻴﺎل ﻳﺒﻨﻰ‬
‫ﻋﻠﻴﻪ ﺑﺼﻔﻴﻪ ﻓﺪﻋﻮت اﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ إﻟﻰ وﻟﻴﻤﺘﻪ وﻣﺎ آﺎن ﻓﻴﻬﺎ ﻣﻦ‬
‫ﺧﺒﺰ وﻻ ﻟﺤﻢ وﻣﺎ آﺎن ﻓﻴﻬﺎ إﻻ أن أﻣﺮ ﺑﻼﻻ ﺑﺎﻷﻧﻄﺎع ﻓﺒﺴﻄﺖ‬
18
(‫ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري‬.‫ﻓﺄﻟﻘﻰ ﻋﻠﻴﻬﺎ اﻟﺘﻤﺮ واﻷﻗﻂ واﻟﺴﻤﻦ‬
Artinya : “Dari Anas ia berkata : Sesungguhnya Nabi SAW pernah menginap
tiga malam di antara Khaibar dan Madinah, kemudian beliau
menikahi seorang wanita yang beliau beri nama Shafiyah.
Kemudian saya mengundang kaum muslimin untuk mengadakan
walimah. Tidak ada roti dan tidak ada daging. Tetapi pada waktu
itu beliau menyuruh kami menghamparkan kulit untuk alas,

17
M. Abdul Ghaffar, Fiqh Keluarga (terj.), h.99
18
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 4, h.1543
kemudian meletakkan kurma, keju dan minyak samin di atas
hamparan itu. (H.R Bukhari).

Dari beberapa hadis yang telah dikemukan di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya untuk

mengadakan walimah pada upacara pernikahan. Walimah tidaklah harus

sampai menyembelih seekor kambing tetapi juga cukup hanya dengan

hidangan buah kurma (sederhana). Syari’at Islam membenarkan pelaksanaan

walimah ini yang sesuai dengan kemampuan atau kesanggupan keluarga yang

mempunyai hajat.

B. Tujuan dan Hikmah Walimah

Tujuan dan hikmah walimah dalam perkawinan sangatlah besar, dilihat

dari satu segi, upacara walimah bertujuan untuk memberitahukan kepada

masyarakat bahwa telah dilangsungkan pernikahan secara resmi dan sah salah

seorang anggota masyarakat dalam keluarga tertentu. Jadi antara laki-laki dan

perempuan yang telah menikah tersebut tidak membawa fitnah dalam

masyarakat. Diharapkan kepada masyarakat agar dapat menerima orang baru

sebagai warga baru dalam masyarakat tersebut. Menurut Sayyid Sabiq tujuan

dan hikmah walimah adalah agar terhindar dari nikah sirri yang terlarang dan

untuk menyatakan rasa gembira yang dihalalkan oleh Allah SWT dalam
menikmati kebaikan. Karena perkawinan perbuatan yang haq untuk

dipopulerkan agar dapat diketahui oleh orang banyak.19

Walimah dapat mempererat hubungan silaturrahmi antara sesama ahli

famili, kaum kerabat, sesama masyarakat, serta keluarga masing-masing pihak

yaitu antara pihak suami dengan pihak istri. Adanya saling mengundang

antara pihak suami dengan pihak istri dapat mempererat hubungan

persaudaraan dan dapat mengenal lebih jauh saudara-saudara dekat dan

saudara-saudara jauh dari masing-masing pihak. Menurut Muhammad Thalib,

tujuan dan hikmah walimah adalah agar terhindar dari nikah sirri karena

perbuatan tersebut dilarang oleh ajaran Islam. Walimah juga untuk

mengungkapkan rasa gembira karena hal ini dibolehkan oleh Allah. Walimah

juga menyiarkan kepada khalayak ramai baik itu yang terdekat maupun yang

terjauh dari mereka. Berfungsi juga mempengaruhi orang-orang yang lebih

suka membujang dan tidak berkeinginan untuk kawin.20

C. Waktu dan Masa Pelaksanaan Walimah

1. Waktu Pelaksanaan Walimah

Waktu walimah adalah waktu kapan dilaksanakan walimah atau saat-

saat melaksanakan walimah, sebelum akad nikah atau sesudahnya. Atau

19
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 7 (terj. Moh. Thalib), Bandung, PT. Alma’arif, hal.177
20
Muhammad Thalib, Perkawinan Menurut Islam, Surabaya, al-Ikhlas, 1993, hal. 16-17
ketika hari perkawinan atau sesudahnya. Hal ini leluasa tergantung pada adat

dan kebiasaan.21 Mengenai hal ini ulama fiqih berbeda pendapat.

Ulama mazhab Maliki menyatakan bahwa penyelenggaraan dianjurkan

(sunnah) setelah terjadi hubungan antara kedua mempelai. Alasan mereka

adalah riwayat Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah mengundang orang-

orang untuk walimah setelah beliau bercampur dengan Zainab. Ulama mazhab

Hanbali bahwa waktu pelaksanaan walimah tersebut disunnahkan setelah akad

nikah berlangsung. Sedangkan menurut ulama mazhab Hanafi tidak

menentukan waktu yang jelas, karena menurut mereka diserahkan kepada adat

kebiasaan setempat.22

Dari beberapa pendapat ulama fiqih, waktu pelaksanaan walimah

disunnahkan ketika akad nikah atau sesudahnya atau ketika hari perkawinan

atau sesudahnya. Ini dapat diserahkan pada kebiasaan atau tradisi suatu

daerah.

2. Masa Pelaksanaan Walimah

Masa pelaksanaan walimah adalah lamanya mengadakan walimah.

Berbeda dengan waktu pelaksanaan yaitu kapan dilaksanakan walimah.

Mengenai masa pelaksanaan walimah terdapat hadis Nabi SAW :

21
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 7 (terj. Moh. Thalib), 185-186
22
Abdul Azis Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, h. 1918
‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﻮﺳﻰ اﻟﺒﺼﺮي ﺣﺪﺛﻨﺎ زﻳﺎد ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺣﺪﺛﻨﺎ‬
: ‫ﻋﻄﺎء ﺑﻦ اﻟﺴﺎﺋﺐ ﻋﻦ أﺑﻲ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد ﻗﺎل‬
‫ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻃﻌﺎم أول ﻳﻮم ﺣﻖ وﻃﻌﺎم‬
‫ﻳﻮم اﻟﺜﺎﻧﻲ ﺳﻨﺔ وﻃﻌﺎم ﻳﻮم اﻟﺜﺎﻟﺚ ﺳﻤﻌﺔ وﻣﻦ ﺳﻤﻊ ﺳﻤﻊ اﷲ ﺑﻪ‬
23
(‫)رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺬى‬
Artinya : “Dari Ibnu Mas’ud r.a ia berkata : Bersabda Rasulullah SAW :
Menghidangkan makanan pada hari pertama itu hak
(wajib/sunnat), pada hari kedua adalah sunnah dan pada hari yang
ketiga adalah sum’ah (melakukan sesuatu agar didengar orang
banyak). Barangsiapa yang melakukan sum’ah, maka Allah akan
memperdengarkannya”. (H.R. Turmudzi)

Hadis di atas mengandung dalil yang menunjukkan atas disyari’atkan

walimah pada hari pertama, dan inilah salah satu pegangan oleh orang-orang

yang mengatakan bahwa walimah itu wajib sebagaimana yang telah

dibicarakan sebelumnya. Walimah yang diselenggarakan pada hari kedua ini

bukan makruh hukumnya mengingat ia masih bisa dikenal. Dan sesuatu yang

bisa dikenal itu hukumnya adalah makruh apabila mungkar. Adapun yang

hukumnya makruh ialah kalau walimah tersebut diselenggarakan pada hari

ketiga.

Mengenai hal di atas sesuai dengan pendapat mayoritas ulama yang

mengatakan bahwa walimah pada hari pertama adalah wajib, pada hari kedua

adalah sunat sedangkan pada hari ketiga adalah termasuk riya dan sum’ah

oleh karena itu perbuatannya menjadi haram, memenuhi undangannya pun

Muhammad bin Isa abu Isa al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, Beirut, Dar Ihya al-Turats al- 23
Arabi, t.th, Juz 3, h. 403.
menjadi haram juga. Menurut Imam Nawawi mengatakan bahwa apabila

diadakan walimah tiga hari, maka pemenuhan undangan pada hari ketiga

adalah makruh, tidak wajib secara mutlak. Sekelompok ulama yang lain

mengatakan bahwa sesungguhnya tidak makruh pemenuhan pada hari yang

ketiga itu bagi orang yang tidak diundang pada hari pertama dan kedua. Imam

al-Bukhari sependapat dengan kelompok ulama ini, menurutnya tidak

mengapa menjamu tamu walaupun hingga tujuh hari.24

Dari hadis dan pendapat ulama di atas maka dapat dipahami bahwa

masa pelaksanaan walimah sebaiknya dilakukan dua hari berturut-turut, jika

terpaksa lebih dari masa tersebut, maka tidak boleh berniat pamer karena hal

tersebut merupakan perbuatan yang dilarang.

D. Bentuk Pelaksanaan Walimah

Walaupun mengadakan walimah itu sesuatu yang dianjurkan agama,

namun mengenai bentuk walimah itu tidak dijelaskan secara terperinci. Hal ini

dapat diartikan bahwa mengadakan walimah itu bentuknya bebas, asal

pelaksanaannya tidak bertentangan dengan ajaran agama, dan boleh juga

tergantung adat istiadat masyarakatnya. Hal yang penting dalam melaksanakan

walimah itu disesuaikan dengan kemampuan dan tidak sampai terjadi pemborosan

atau mubazir, serta tidak ada maksud-maksud lain yang dilarang agama seperti

24
Muhammad bin Ismail Al-Kahlani, Subul as-Salam, Bandung, Maktabah Dahlan, t.th,
hal.157
membanggakan diri, memamerkan kekayaan (riya) dan hal-hal lain yang

bertentangan dengan ajaran agama.

Rasulullah sendiri melaksanakan walimah untuk sebagian istri beliau

hanya dengan gandum, sebagaimana hadis Nabi SAW :

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻳﻮﺳﻒ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻔﻴﺎن ﻋﻦ ﻣﻨﺼﻮر ﺑﻦ ﺻﻔﻴﺔ ﻋﻦ‬


‫ أوﻟﻢ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻋﻠﻰ‬:‫أﻣﻪ ﺻﻔﻴﺔ ﺑﻨﺖ ﺷﻴﺒﺔ ﻗﺎﻟﺖ‬
25
(‫ﺑﻌﺾ ﻧﺴﺎﺋﻪ ﺑﻤﺪﻳﻦ ﻣﻦ ﺷﻌﻴﺮ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري‬
Artinya : Dari Shafiyah binti Syaibah bahwa ia berkata : Rasulullah SAW
mengadakan walimah untuk sebagian isterinya dengan dua mud
gandum.” (HR. Bukhari)

Rasulullah juga pernah mengadakan walimah untuk Shafiyah hanya

dengan tepung dan kurma.

‫ ﻗﺎﻻ‬. ‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ أﺑﻲ ﻋﻤﺮ اﻟﻌﺪﻧﻲ وﻏﻴﺎث ﺑﻦ ﺟﻌﻔﺮ اﻟﺮﺣﺒﻲ‬


‫ ﺣﺪﺛﻨﺎ واﺋﻞ ﺑﻦ داود ﻋﻦ أﺑﻴﻪ ﻋﻦ اﻟﺰهﺮي‬. ‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻔﻴﺎن ﺑﻦ ﻋﻴﻴﻨﺔ‬
‫ أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ أوﻟﻢ ﻋﻠﻰ‬: ‫ﻋﻦ أﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ‬
26
(‫ﺻﻔﻴﺔ ﺑﺴﻮﻳﻖ وﺗﻤﺮ )رواﻩ إﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ‬
Artinya : Dari Anas Bahwa sesungguhnya Nabi SAW mengadakan walimah pada
perkawinan beliau dengan shafiah dengan sajian tepung dan kurma.”
(HR. Ibnu Majah)

Selanjutnya Anas ra. meriwayatkan bahwa proses walimah antara Nabi

SAW dengan Shafiyah, adalah ketika Nabi SAW masih dalam perjalanan. Ummu

25
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 5, h.1983
26
Muhammad bin Yazid Abu Abdullah, Sunan Ibnu Majah, Beirut, Dar al-Fikri, t.th, juz 1
h.615
Sulaim menyiapkan walimah bagi beliau, sebagai hadiah darinya untuk

menyambut kedatangan beliau pada malam harinya. Pada esok harinya Nabi

SAW juga mengadakan walimah, dimana beliau juga berkata kepada sahabat

“siapa di antara kalian yang mempunyai kelebihan sesuatu di sisinya, maka

datanglah kepada kami”. Beliaupun menghamparkan hambal yang terbuat dari

kulit dan para sahabat datang dengan membawa sejenis keju, mentega serta

kurma. Lalu para sahabat wanita membuat hidangan dari bahan-bahan tersebut

untuk kemudian dihidangkan sebagai makanan27.

Demikianlah beberapa sajian walimah yang dilaksanakan oleh Rasulullah

SAW. Melihat kepada pelaksanaan walimah Rasulullah SAW. Jelas bahwa

Rasulullah melakukan walimah itu dengan cara jamuan biasa dan sederhana,

tanpa menghidangkan beberapa macam masakan / makanan yang nantinya akan

sampai mendekati perbutan mubazir / pemborosan. Hal ini menunjukkan bahwa

walimah itu memang harus dilaksanakan menurut kemampuan dan tidak boleh

dipaksakan.

Selanjutnya memperindah pelaksanaan walimah dengan musik nyanyian

adalah suatu hal yang diperbolehkan dalam Islam, selama tidak disertai dengan

hal-hal yang mengarah kepada perbuatan yang diharamkan. Bahkan disunatkan

dalam situasi gembira, guna melahirkan perasaan senang dan menghibur hati

seperti hari raya dan kedatangan orang yang sudah lama ditunggu. Rasulullah

sendiri pernah memerintahkan Aisyah, ketika Aisyah mengantar seorang


27
Ibnu Ibrahim, Kado Perkawinan, Jakarta, Pustaka Azzam, 2000, h.237
pengantin wanita agar iringan pengantin tersebut diiringi dengan nyanyian.

Sebagaimana dalam hadis Nabi SAW :

‫ أﻧﺒﺄﻧﺎ اﻷﺟﻠﺢ‬. ‫ أﻧﺒﺄﻧﺎ ﺟﻌﻔﺮ ﺑﻦ ﻋﻮن‬. ‫ﺣﺪﺛﻨﺎ إﺳﺤﺎق ﺑﻦ ﻣﻨﺼﻮر‬


‫ أﻧﻜﺤﺖ ﻋﺎﺋﺸﺔ ذات ﻗﺮاﺑﺔ ﻟﻬﺎ‬: ‫ﻋﻦ أﺑﻲ اﻟﺰﺑﻴﺮ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻗﺎل‬
‫ أهﺪﻳﺘﻢ‬:‫ ﻓﺠﺎء رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎل‬. ‫ﻣﻦ اﻷﻧﺼﺎر‬
‫ ﻓﻘﺎل‬. ‫ أرﺳﻠﺘﻢ ﻣﻌﻬﺎ ﻣﻦ ﻳﻐﻨﻲ ؟ ﻗﺎﻟﺖ ﻻ‬:‫ ﻗﺎل‬. ‫اﻟﻔﺘﺎة ؟ ﻗﺎﻟﻮا ﻧﻌﻢ‬
. ‫ إن اﻷﻧﺼﺎر ﻗﻮم ﻓﻴﻬﻢ ﻏﺰل‬: ‫رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬
‫ﻓﻠﻮ ﺑﻌﺜﺘﻢ ﻣﻌﻬﺎ ﻣﻦ ﻳﻘﻮل أﺗﻴﻨﺎآﻢ أﺗﻴﻨﺎآﻢ ﻓﺤﻴﺎﻧﺎ وﺣﻴﺎآﻢ )رواﻩ إﺑﻦ‬
28
(‫ﻣﺎﺟﻪ‬
Artinya : “Dari Ibnu Abbas berkata : Aisyah pernah mengawinkan salah seorang
kerabatnya dengan orang Anshar, kemudian Rasulullah SAW. datang
dan bertanya : Apakah kamu telah memberikan gadis itu kepada
suaminya? Para sahabat menjawab : betul. Rasulullah SAW. bertanya
lagi apakah kamu kirim bersama gadis itu orang yang akan bernyanyi?
Aisyah menjawab tidak. Kemudian Rasulullah SAW bersabda :
sesungguhnya orang Anshar adalah suatu kaum yang suka kepada
nyanyian. Alangkah baiknya kalau kamu kirim bersama dia seorang
yang mengatakan : kami telah datang kepadamu, kami telah datang
kepadamu, maka dia memberi hormat kepada kami dan kami memberi
hormat pula kepada kamu.” (HR. Ibnu Majah)

Selanjutnya Rubayyi’ binti Mu’awwidz bin Afra pernah bercerita, Nabi

Muhammad SAW pernah datang dan masuk ke rumahku ketika aku sedang

dinikahkan. Kemudian beliau masuk dan duduk di lantai. Lalu beberapa orang

budak wanita kami menabuh rebana seraya meratapi orang tua kami yang telah

gugur pada perang badar. Ketika salah seorang di antara mereka sedang

bernyanyi padahal ada di antara kami Nabi SAW yang mengetahui apa yang

28
Muhammad bin Yazid Abu Abdullah, Sunan Ibnu Majah, h.612
terjadi hari esok. Maka Nabi SAW bersabda “tinggalkan hal itu dan ucapkanlah

apa yang bisa diucapkan (dinyanyikan)”.29

Hadis di atas menunjukkan bahwa memeriahkan suatu pesta perkawinan

dengan musik dan nyanyian diperbolehkan, bahkan disunatkan dengan syarat

tidak dibarengi dengan hal-hal yang diharamkan, misalnya dibarengi dengan

nyanyian wanita yang mengundang nafsu. Pesta perkawinan wajib dijauhkan dari

acara yang tidak sopan, campur gaul antara laki-laki dan perempuan, begitu pula

perkataan yang keji dan tidak pantas didengarkan.

Berkenaan dengan masalah alat musik Rasulullah SAW telah bersabda

melalui beberapa hadisnya, di antaranya :

‫أﺧﺒﺮﻧﺎ ﻣﺠﺎهﺪ ﺑﻦ ﻣﻮﺳﻰ ﻗﺎل ﺣﺪﺛﻨﺎ هﺸﻴﻢ ﻋﻦ أﺑﻲ ﺑﻠﺞ ﻋﻦ ﻣﺤﻤﺪ‬


‫ ﻓﺼﻞ ﻣﺎ‬: ‫ﺑﻦ ﺣﺎﻃﺐ ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬
30
(‫ﺑﻴﻦ اﻟﺤﻼل واﻟﺤﺮام اﻟﺪف واﻟﺼﻮت ﻓﻲ اﻟﻨﻜﺎح )رواﻩ اﻟﻨﺴﺎﺋﻲ‬
Artinya : “Dari Muhammad bin Hatib ia berkata : Rasulullah SAW telah
bersabda: perbedaan antara pesta halal dan haram yaitu bernyanyi
dan pukul rebana (dalam perkawinan).” (HR. Khamsah kecuali Abu
Dawud)

Buraidah, menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah pergi dalam

beberapa peperangan. Ketika beliau kembali dalam suatu peperangan, ada

seorang budak wanita berkulit hitam berkata “Ya Rasulullah SAW sesungguhnya

aku pernah bernazar, jika engkau kembali dalam keadaan selamat maka aku akan

menabuh rebana sambil bernyanyi dihadapanmu”. Mendengar hal itu beliau pun

29
M. Abdul Ghaffar, Fiqh Keluarga (terj.), h.88
30
Ahmad bin Syuaib Abu Abdurrahman an-Nasai, Sunan al-Nasai, Halb, Maktab al-
Mathbuat al-Islamiyyah, 1986, Juz 6, h.127
bersabda :”jika kamu telah bernazar, maka tabuhkanlah dan jika tidak bernazar

maka tidak perlu kamu menabuhnya”. Maka ia pun menabuhnya31.

E. Hukum Menghadiri Walimah

Menghadiri undangan merupakan suatu yang diperintahkan Rasulullah

SAW, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis sebagai berikut :

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻳﺤﻴﻰ ﺑﻦ ﻳﺤﻴﻰ ﻗﺎل ﻗﺮأت ﻋﻠﻰ ﻣﺎﻟﻚ ﻋﻦ ﻧﺎﻓﻊ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ‬
‫ إذا دﻋﻰ أﺣﺪآﻢ إﻟﻰ اﻟﻮﻟﻴﻤﺔ‬: ‫ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬
32
(‫ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬.‫ﻓﻠﻴﺄﺗﻬﺎ‬
Artimya : “Dari Ibnu Umar ia berkata : Bersabda Rasulullah SAW : Apabila
diundang salah satu di antara kamu kepada walimah, maka
hendaklah datang menghadirinya”. (H.R Muslim)

Kemudian hadis lain menyatakan :

‫وﺣﺪﺛﻨﺎ اﺑﻦ أﺑﻲ ﻋﻤﺮ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻔﻴﺎن ﻗﺎل ﺳﻤﻌﺖ زﻳﺎد ﺑﻦ ﺳﻌﺪ ﻗﺎل‬
‫ﺳﻤﻌﺖ ﺛﺎﺑﺘﺎ اﻷﻋﺮج ﻳﺤﺪث ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ‬
‫ ﺷﺮ اﻟﻄﻌﺎم ﻃﻌﺎم اﻟﻮﻟﻴﻤﺔ ﻳﻤﻨﻌﻬﺎ ﻣﻦ ﻳﺄﺗﻴﻬﺎ‬: ‫ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل‬
‫وﻳﺪﻋﻰ إﻟﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﻳﺄﺑﺎهﺎ وﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ اﻟﺪﻋﻮة ﻓﻘﺪ ﻋﺼﻰ اﷲ‬
33
(‫ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬.‫ورﺳﻮﻟﻪ‬
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW bersabda : sejelek-jelek
makanan adalah makanan walimah, karena orang-orang yang layak
diundang tidak diundang (orang miskin) dan orang-orang yang
seharusnya tidak diundang malah diundang (orang kaya). Barang

31
M. Abdul Ghaffar, Fiqh Keluarga (terj.), h.93
32
Muslim bin Hujaj Abu Husain al-Qusyairi, Shahih Muslim, Beirut, Dar Ihya al-Turas al-
Arabi, t.th, Juz 2, hal. 1052
33
Muslim bin Hujaj Abu Husain al-Qusyairi, Shahih Muslim, h. 1054
siapa yang tidak memenuhi undangan (tanpa uzur), maka ia telah
durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.” (H.R. Muslim)

Tujuan walimah adalah mengucapkan selamat dan do’a kepada kedua

mempelai bukan mencicipi hidangan yang disediakan. Inti dari menghadiri

walimah itu adalah menyenangkan hati orang yang mengundang hingga ia

merasa terhormat dengan kehadiran dan dihargai karena telah ikut berpartisipasi

dalam kegembiraannya. Kalau seandainya yang diundang tidak hadir akan

mengecewakan dan terjadi negative thinking (buruk sangka) pada yang diundang.

Memenuhi undangan walimah itu dihukumi wajib atau mustahab

sebagaimana tersebut di atas, adalah apabila terdapat syarat-syarat sebagai

berikut:

1. Undangan itu disampaikan kepada kaum keluarga, tetangga-tetangga,

kenalan-kenalan atau kawan-kawan sekerja, yang kaya maupun yang miskin,

dengan tidak mengutamakan salah satu kelompok dan meninggalkan yang

lain, umpamanya yang diundang hanya yang kaya-kaya saja, sedang yang

miskin-miskin tidak.

2. Undangan itu disampaikan sendiri oleh si pengundang atau seorang

utusannya. Adapun kalau undangan itu disampai dengan membuka pintu lalu

berkata, “Mari, silakan masuk siapa saja yang mau”, itu tidak wajib dipenuhi

dan juga tidak mustahab.


3. Tidak ada kemungkaran di sana, seperti minuman-minuman yang terlarang

atau menari. Kalau itu ada, maka undangan pun tak wajib dan tidak mustahab

dipenuhi.

4. Undangan disampaikan untuk hadir pada hari pertama perkawinan. Jadi

undangan yang disampaikan untuk hari kedua, tidak wajib dipenuhi, bahkan

makruh untuk hari ketiga.

5. Yang memberi undangan itu orang Islam. Maka tidak wajiblah memenuhi

undangan orang kafir. Karena dengan memenuhi undangannya berarti

mencintainya, padahal mencintai orang kafir itu haram.34

34
Anshori Umar, Fiqih Wanita (terj), Semarang, Asy-Syifa’, 1986, h. 383
BAB III

KONDISI OBYEKTIF NAGARI TABEK PANJANG

KECAMATAN BASO KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT

E. Sejarah Nagari di Minangkabau

Unit terkecil dalam sistem kekerabatan Minang adalah orang-orang yang

sesuku. Sebaliknya, unit yang terbesar adalah kumpulan orang-orang senagari.

Adat Minang pun hanya salingkuang nagari itu. Jadi, suku dan nagari mempunyai

arti yang amat penting bagi orang Minang.

Struktur masyarakat adat Minangkabau susunannya sangatlah sederhana.


Mudah sekali dipahami tujuan yang ingin dicapai dengan struktur
semacam itu. Tujuan itu adalah mewujudkan masyarakat yang teratur,
aman, damai, makmur, dan berkah. Masyarakat itu disusun sesuai dengan
ketentuan undang-undang pembentukan nagari yang berbunyi: Nagari ba
kaampek suku, dalam suku babuah paruik, rumah batunganai, tiok suku
bapangulu, basasok bajurami, balabuah batapian, barumah batanggo,
bakorong bakampuang, basawah baladang, babalai bamusajik. (Nagari
paling kurang terdiri dari empat suku, dalam suku ada keluarga-keluarga,
dalam rumah ada orang yang dituakan, tiap suku ada penghulu,
mempunyai daerah pertanian, mempunyai sarana jalan yang memadai,
dalam kampung terdiri dari beberapa keluarga, beberapa keluarga itu
membentuk kampung, mempunyai mesjid sebagai tempat ibadah).35

Dari ungkapan di atas dapat dilihat masyarakat adat Minangkabau telah

memiliki unsur negara modern, yaitu adanya rakyat yang hidup berkelompok,

bersuku-suku, mempunyai wilayah yang jelas batas-batasnya dan mengambarkan

pola pemerintahan suku. Kemudian untuk mengatur hidup dan kehidupan

35
Amir M.S, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, Jakarta, PT. Mutiara
Sumber Widya, hal.47
masyarakat, maka Penghulu menduduki posisi selaku pemimpin suku dan

sekaligus sebagai kepala Pemerintahan adat.

Nagari di Sumatera Barat sudah ada sejak nenek moyang orang Minang

mendirikan pemerintahan adat. Namun pada zaman Orde Baru dengan lahirnya

undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa sangat

mewarnai kehidupan masyarakat Minangkabau. Peralihan kedudukan

pemerintahan terendah dari nagari ke desa yang berarti bahwa nagari tidak lagi

merupakan suatu organisasi pemerintahan terendah di bawah kecamatan dalam

susunan ketatanegaraan.

Setelah tumbangnya Orde Baru lahirlah Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1999 yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, undang-undang memberikan peluang

bagi pemerintah daerah Sumatera Barat untuk mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri termasuk penyesuaian bentuk dan susunan pemerintahnya.

Respon Pemerintah Sumatera Barat adalah dengan mengeluarkan Peraturan

Daerah nomor 9 Tahun 2000 tentang Ketentuan Pemerintah Nagari di mana

dalam hal ini menata kembali Pemerintah Nagari demi kemajuan masyarakat

berdasarkan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mangato

adat mamakai (adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah, syarak berfatwa

adat yang melaksanakan). Kembalinya pemerintahan terkecil kepada nagari

dipandang efektif guna menciptakan ketahanan agama dan budaya berdasarkan

tradisi dan sosial budaya masyarakat Minangkabau yang dikenal demokratis,


aspiratif, egaliter, dan kooperatif dan dalam rangka mencapai kemandirian yang

selama ini terabaikan.

F. Kondisi Geografis

Nagari Tabek Panjang berada pada 0-30 Lintang Selatan dan 100,280

Bujur Timur dengan luas lebih kurang 17,8 Km dengan ketinggian 909 Km dari

permukaan laut. Nagari Tabek Panjang terletak di ibu kota Kecamatan Baso Kab.

Agam.36 Nagari Tabek Panjang ini terdiri dari empat jorong, yaitu :

1. Jorong Sungai Cubadak

2. Jorong Baso

3. Jorong Tabek Panjang

4. Jorong Sungai Jernih

Secara administratif batas wilayah Nagari Tabek panjang, yaitu :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kanagarian Bungo Koto Tuo

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Nagari Simarasok dan Padang Tarok

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagari Koto Tinggi

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Nagari IV Angkat Candung

Secara geografis Nagari Tabek Panjang merupakan gerbang Agam Timur,

terletak di segitiga emas yang menghubungkan Kabupaten Lima Puluh Kota /

Payakumbuh - Kabupaten Tanah Datar - Kodya Bukittinggi / Kabupaten Agam.

36
Dokumen Perencanaan Bersama Masyarakat (PBM) Nagari Tabek Panjang Kec. Baso
Kab. Agam. h.3
Dilewati jalan negara / lintas poros tengah Sumatera Barat-Riau dengan akses

Malaysia - Singapura melalui Kepulauan Riau.

Untuk lebih jelas tentang keadaan Nagari Tabek Panjang dapat dilihat

pada peta di bawah ini :

Peta Nagari Tabek Panjang

Sumber: Data Profil Nagari Tabek Panjang Tahun 2005-2006

G. Kondisi Demografis

1. Penduduk

Jumlah penduduk Kanagarian Tabek Panjang pada akhir tahun 2006

tercatat sebanyak 9.151 jiwa dengan rincian 4.484 jiwa laki-laki dan 4.667

jiwa wanita dengan kepadatan penduduk 477/Ha. Terdapat jumlah kepala


keluarga sebanyak 2.094 KK. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :37

Jenis Kelamin Jumlah


Tahun Total
No. Laki-laki Perempuan KK

1. 2005 4470 4679 2032 9149

2. 2006 4484 4667 2094 9151

Sumber: Data Profil Nagari Tabek Panjang Tahun 2005-2006

Penduduk Nagari Tabek Panjang telah banyak melakukan

percampuran dengan penduduk lain baik dalam daerah maupun luar daerah

seperti Maninjau, Batu Sangkar, Pesisir, Pulau Jawa dan lain-lain. Sehingga

penduduk Nagari Tabek Panjang dari tahun ke tahun makin bertambah.

2. Mata Pencarian

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Nagari Tabek Panjang hidup

dengan mengandalkan kondisi alamnya yang sangat menguntungkan.

Masyarakat hidup dengan bertani, seperti : sawah, perkebunan, perikanan dan

perternakan. Boleh dikatakan lebih dari 75 % masyarakat hidup dengan

mengandalkan pertanian.

Lahan pertanian yang mereka kerjakan tersebar di setiap jorong di

Nagari Tabek Panjang. Lahan pertanian yang mereka olah berupa dataran

tinggi dijadikan tempat perkebunan yang ditanami tanaman palawija, seperti :

cabe, tomat, ubi, kacang-kacangan, pisang, jeruk dan sebagainya. Dulu

37
Data Profil Nagari Tabek Panjang Tahun 2005-2006
perkebunan di Nagari Tabek Panjang ini banyak ditanami dengan pohon

pisang. Tetapi belakangan ini pohon-pohon pisang banyak yang sakit, maka

diganti dengan tanaman lainnya.

Lahan pertanian yang berupa dataran rendah dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk bercocok tanam. Sebagian besar lahannya dijadikan untuk

areal persawahan. Karena sawah-sawah ini kebanyakan sawah tadah hujan,

maka pada musim panas terjadi kekeringan, sehingga mengakibatkan

pertanian penduduk banyak yang rusak. Tetapi penduduk tidak begitu kecewa

dengan hal ini karena bisa memanfaatkannya dengan menanam tanaman lain

seperti: menanam cabe, tomat, ubi, dan tanaman lainnya. Kemudian hasil dari

pertanian tersebut langsung dibawa ke pasar Baso yang merupakan pusat jual

beli.38

Masyarakat Nagari Tabek Panjang pada umumnya sudah banyak

mengenal sistim peternakan dengan menggunakan sistem perawatan yang

lebih intensif, contohnya ternak sapi atau kerbau, sekarang tidak lagi

menggunakan tenaga ternak untuk membajak atau lainnya, tetapi hanya

meliharanya untuk digemukkan saja dengan cara memberi makan secara

maksimal. Sedangkan untuk memperoleh anak sapi yang baik tidak lagi

menggunakan sapi jantan untuk dikawinkan dengan sapi betina, tetapi dapat

38
Khairul Malin Marajo,Tokoh Masyarakat, Wawancara Pribadi, Baso, tanggal 07 Oktober
2007.
memperoleh bibit sapi dengan cara disuntikkan yang dilakukan oleh

inseminator peternakan yang berada di daerah tersebut.

Selain bertani mata pencaharian masyarakat Tabek Panjang adalah

berdagang, buruh angkutan di pasar-pasar, buruh bangunan, membuat alat-alat

kerajinan rumah tangga atau perabot, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan

sebagainya. Dengan usaha ini mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup

mereka.

3. Pendidikan

Maju mundurnya suatu masyarakat sangat tergantung pada lembaga

pendidikan yang ada dalam masyarakat tersebut. Bila sarana pendidikannya

terpenuhi dan dimanfaatkan dengan baik maka masyarakat tersebut cepat

mencapai kemajuan. Tetapi sebaliknya suatu masyarakat akan tetap tertinggal

apabila sarana pendidikan dalam lingkungannya kurang terpenuhi menurut

semestinya. Karena sumber daya manusia yang dapat dimanfaatkan untuk

suatu daerah hanya bisa dibina dan dikembangkan melalui bangku pendidikan

baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal.

Kalau ditinjau mengenai pendidikan di Nagari Tabek Panjang tidak

kalah bila dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya. Hal ini dapat

dibuktikan banyaknya putra-putri Nagari Tabek Panjang yang duduk di

bangku sekolah dan berkuliah di perguruan tinggi, baik umum maupun

agama, di dalam daerah dan di luar daerah.


Fasilitas pendidikan yang ada di Nagari Tabek Panjang terdiri dari: TK

empat buah, SD enam buah, SLTP satu buah, SLTA satu buah dan Diklat satu

buah. Selain itu telah dibuka pula SMP Terbuka sebanyak dua buah. Untuk

lebih jelasnya sarana pendidikan yang ada di Nagari Tabek Panjang dapat

dilihat pada tabel (2) berikut ini :39

No. Nama Fasilitas Lokasi Jumlah

1. SD Negeri 01 Baso 1 buah

2. SD Negeri 22 Tabek Panjang 1 buah

3. SD Negeri 9 Tabek Panjang 1 buah

4. SD Negeri 5 Sungai Cubadak 1 buah

5. SD Negeri 28 Sungai Cubadak 1 buah

6. SD Negeri 20 Sungai Janiah 1 buah

7. SMP Negeri Baso Baso 1 buah

8. SMA Negeri 1 Baso Baso 1 buah

9. Diklat IPDN Regional Bukittinggi Sungai Cubadak 1 buah

10. SMP Terbuka Sungai Cubadak 1 buah

11. SMP Terbuka Baso 1 buag

Sumber: Data Profil Nagari Tabek Panjang Tahun 2005-2006

Selain lembaga pendidikan formal, pendidikan non formal juga

berjalan seperti adanya Madarasah Diniyah Awaliyah (MDA), Taman

Pendidikan Seni al-Qur’an (TPSQ) dan lain-lain. Bahkan semenjak ada


39
Dokumen Perencanaan Bersama Masyarakat (PBM) Nagari Tabek Panjang Kec. Baso, h. 6
undang-undang otonomi daerah Pemerintah Daerah mengatur bahwa siswa

yang akan menamatkan pendidikan Sekolah Dasar harus mempunyai ijazah

dari MDA/TPQ/TPSQ. Lembaga pendidikan ini tersebar di setiap jorong,

masing-masing jorong yang mempunyai mesjid memiliki satu

MDA/TPQ/TPSQ.

H. Kondisi Sosiologis

1. Sosial Agama

Kehidupan manusia diatur sepenuhnya oleh agama. Agama mengatur

hubungan manusia dengan Allah dan dengan sesama manusia. Agama

merupakan sandaran hidup manusia. Di Nagari Tabek Panjang kehidupan

beragama berjalan dengan lancar karena dari 9151 jiwa penduduk seluruhnya

beragama Islam. Namun pemahaman dan pengamalan agama Islam belum

dilaksanakan secara kaffah (menyeluruh), hal ini dapat terlihat dari kegiatan

keagamaan yang diadakan masih sebatas kegiatan ritual (ibadah) dan

seremonial.

Tingkat partisipasi generasi muda dalam kegiatan keagamaan masih

terbatas pada acara seremonial, dan belum ditindaklanjuti dengan pembinaan

yang intensif. Berbeda dengan kelompok-kelompok majlis taklim para ibu-ibu


yang tumbuh dengan semarak guna mengadakan pengkajian yang mendalam

tentang ajaran Islam.40

Nagari Tabek Panjang merupakan daerah yang sudah maju. Kemajuan

dapat dilihat dalam bidang sosial keagamaan didukung oleh sarana dan

prasarana yang cukup baik untuk tempat ibadah dan tempat pendidikan dan

pengembangan anak dengan menggunakan mesjid dan mushalla sebagai

TPQ/TPSQ.

Beberapa tahun terakhir ini kegiatan keagamaan di Nagari Tabek

Panjang semakin semarak hal ini terlihat dari identitas kegiatan yang

dilaksanakan yaitu berupa Wirid Yasin, BKMT, Didikan Subuh, Dialog Islam,

Pesantren Kilat dan Salawat. Sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan

tersebut antara lain :

a. Mesjid sebanyak : 5 buah

b. Mushalla sebanyak : 19 buah

c. Surau sebanyak : 4 buah

d. MDA sebanyak : 4 buah

e. TPQ sebanyak : 10 buah

f. TPSQ sebanyak : 2 buah

Mesjid digunakan untuk pelaksanaan shalat jama’ah lima waktu, shalat

Jum’at dan shalat dua hari raya. Selain itu digunakan untuk kegiatan-kegiatan

keagamaan. Di samping itu mushalla dipergunakan untuk shalat lima waktu


40
RPJM Nagari Tabek Panjang Th. 2006-2010. h. 61
dan kegiatan-kegiatan agama serta kegiatan masyarakat lainnya. Hal ini

memperlihatkan bahwa warga nagari Tabek Panjang mengutamakan

kehidupan beragama.

2. Sosial Kemasyarakatan

Bila di dalam masyarakat nagari Tabek Panjang terjadi musibah

kematian atau acara walimah perkawinan atau syukuran. Warga nagari Tabek

Panjang akan ikut andil dan saling merasakan suka dan duka, saling

meringankan beban warga yang sedang berkepentingan. Seperti kematian, jika

sebuah keluarga mendapatkan musibah maka masyarakat akan berdatangan

untuk ikut berkabung. Dan bersama-sama melaksanakan pengurusan mayat

mulai dari memandikan, mengafani, menshalatkan hingga menguburkan

mayat dan sebagian lagi mengurus penggalian kubur. Malam harinya setelah

shalat maghrib masyarakat berdatangan untuk bertakziah dan membacakan al-

Qur’an, bertahlil dan berdo’a sampai tiga hari berturut-turut.

Begitu juga dengan acara walimah atau syukuran lainnya. Calon

mempelai harus mendapatkan persetujuan dari orangtuanya, kemudian

mamak41 sebagai kepala kaum, kemudian niniak mamak42 sebagai kepala

suku. Persetujuan ini dilakukan pada acara baiyo-iyo semua keluarga baik dari

bapak dan ibu diundang untuk menghadiri acara ini. Setelah mendapatkan

persetujuan dari semua keluarga maka dipersiapkanlah acara walimah dengan

41
Mamak dalam bahasa Minangkabau artinya paman dari keluarga ibu/saudara laki-laki ibu.
42
Niniak mamak atau Datuk artinya penghulu adat dari sebuah suku
mengundang orang-orang kampung serta sanak famili untuk menghadiri

walimah dan bersama-sama ikut merasakan suka cita sebuah keluarga yang

sedang berbahagia.
BAB IV

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN

WALIMAH DI NAGARI TABEK PANJANG

I. Gambaran Pelaksanaan Walimah di Nagari Tabek Panjang

1. Penentuan Undangan Walimah (Baralek)

Kenagarian Tabek Panjang yang terdiri dari empat jorong43

mempunyai adat istiadat yang hampir sama dalam tata cara pelaksanaan

walimah. Persamaan tersebut dapat dilihat dari segi penentuan undangan,

suguhan yang dihidangkan, pakaian yang dikenakan pengantin, hiburan, dan

lain-lain.

Berdasarkan pengamatan penulis dan wawancara-wawancara dengan

masyarakat Nagari Tabek Panjang terdapat perbedaan dalam tata cara

pelaksanaan walimah dari tiap-tiap jorong. Di antara perbedaan tersebut

adalah dalam hal lamanya pelaksanaan walimah tersebut. Pada tiga jorong

dari empat jorong yang ada di Nagari Tabek Panjang, pelaksanaan walimah

hanya dilakukan beberapa hari saja. Tetapi di salah satu jorong yang lain,

yaitu Jorong Baso, pelaksanaan walimah memakan waktu lebih kurang 8 hari.

Pelaksanaan walimah yang diadakan di Nagari Tabek Panjang

khususnya Jorong Baso masih mengikuti tradisi adat yang dilakukan orang-

43
Wilayah terkecil setelah nagari/desa
orang terdahulu. Di samping itu pelaksanaan walimah tersebut ada yang

sesuai dengan syari’at Islam dan ada pula yang tidak sesuai.

Setiap ada walimah selalu dihadiri oleh undangan yang sebelumnya

telah diundang oleh ahli walimah. Demikian juga halnya di Nagari Tabek

Panjang, setiap dilaksanakan walimah dihadiri oleh sanak famili, handaitolan,

sahabat, dan umumnya masyarakat terdekat, dengan cara ahli walimah

menyebarkan undangan terlebih dahulu. Biasanya penyampaian undangan di

Nagari Tabek Panjang dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a. Mengundang dengan cara adat (secara lisan)

Mengundang orang dengan cara adat ini di Nagari Tabek Panjang

disebut juga dengan maimbau urang. Maimbau urang dilakukan baik

untuk cara baiyo-iyo maupun untuk cara baralek. Orang yang maimbau

urang untuk acara baiyo-iyo adalah perempuan yang sudah dewasa (yang

sudah menikah) dengan membawa daun nipah dan tembakau sebagai

tanda basa-basi. Orang yang diundang adalah sanak famili yang terdekat,

masyarakat kampung yang terdekat dan ninik mamak.

Adapun orang yang menyebarkan mengundang untuk acara

baralek adalah anak-anak perempuan yang berumur kira-kira tujuh sampai

lima belas tahun. Mereka membawa daun sirih lengkap dengan daun

pinang, gambir dan kapur sirih. Orang yang diundangnya adalah

masyarakat kampung saja. Di samping anak-anak perempuan yang

mengundang untuk acara baralek ini adalah calon penganten laki-laki


sendiri yang disebut dengan babarito. Dalam babarito calon penganten

laki-laki membawa rokok, daun nipah dan tembakau sebagai tanda basa-

basi. Sedangkan orang yang diundang adalah orang-orang kampung,

orang-orang yang sama besar (teman-teman), sanak famili dan lain-lain.

Babarito ini dilakukan mulai dari acara baiyo-iyo sampai hari acara

baralek.

b. Mengundang dengan cara tulisan

Mengundang dengan cara tulisan yaitu menyebarkan kertas

undangan yang dilakukan oleh keluarga yang mengadakan walimah.

Biasanya orang yang diundang dcngan cara ini adalah sanak famili atau

teman-teman yang tempat tinggalnya yang jauh dari tempat pelaksanaan

walimah. Setelah disebarkan undangan baik disampaikan dengan cara

lisan maupun tulisan, maka orang-orang yang diundang berdatangan pada

hari-hari yang telah ditentukan.

2. Baiyo-iyo

Acara baiyo-iyo ini dilakukan bagi kedua mempelai, baik mempelai

laki-laki maupun mempelai perempuan. Acara baiyo-iyo ialah musyawarah

yang dilaksanakan oleh calon kedua mempelai yang dihadiri oleh sanak

famili, orang kampung, ninik mamak, urang sumando dan lain-lain. Tujuan

dari acara ini ialah untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwasanya

akan diadakannya baralek dan untuk membicarakan hal-hal yang perlu

dipersiapkan menjelang hari dilaksanakannya pesta perkawinan tersebut yang


dipimpin oleh ninik mamak. Apabila ninik mamak tidak hadir, maka boleh

diwakilkan dan putusannya diserahkan kepada para undangan yang hadir.

Dalam baiyo-iyo ini yang dibicarakan di rumah mempelai perempuan

berbeda dengan yang dibicarakan di rumah mempelai laki-laki. Di rumah

mempelai perempuan yang perlu dibicarakan adalah menentukan orang yang

akan mengantar sirih ke rumah mempelai pria, menentukan samo gadang

(pendamping) anak daro,44 menentukan orang yang akan menjemput talam

pamanggia, dan menentukan anak-anak yang akan maimbau urang dengan

minta izin kepada para undangan untuk mengizinkan anak keponakannya

untuk mengundang orang kampung. Sedangkan yang dibicarakan dalam

baiyo-iyo di rumah mempelai laki-laki adalah menentukan samo gadang

(pandamping), menentukan orang yang akan mamanggia, maksudnya orang

yang akan menyemput anak daro dan menentukan orang yang akan

mengundang orang kampung. Baiyo-iyo ini memakan waktu dari selesai

shalat Zuhur sampai waktu Maghrib tiba.

Dalam acara baiyo-iyo di rumah pengantin laki-laki, selain

membicarakan hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk acara pesta perkawinan

juga dilaksanakan acara timbang tando. Acara timbang tando ini dihadiri pula

oleh orang-orang yang diutus oleh pihak keluarga mempelai wanita dengan

membawa adat, maksudnya adalah pihak keluarga mempelai wanita yang

diutus datang ke rumah mempelai pria dengan membawa daun sirih lengkap
44
Anak daro adalah sebutan untuk mempelai perempuan
dengan buah pinang, gambir, kapur sirih dan pinyaram. Selain itu yang

dibawa adalah selembar kain lama seperti kain songket, yang mana kain ini

ditukar dengan kain yang juga telah disediakan oleh keluarga mempelai pria

yang disebut dengan timbang tando Dengan telah dilaksanakannya baiyo-iyo

dan timbang tando berarti telah terjadinya kesepakatan antara kedua belah

pihak baik keluarga laki-laki maupun keluarga perempuan untuk mengikat

anaknya dengan melaksanakan akad nikah dan melaksanakannya pesta

perkawinan. Setelah dilaksanakannya acara baiyo-iyo, maka kedua belah

pihak yang akan mengadakan pesta perkawinan disibukkan dengan pekerjaan-

pekerjaan untuk persiapan walimah. Sanak famili dan tetangga-tetangga yang

terdekat ikut membantu demi lancarnya dan meriahnya acara tesebut.

Seminggu setelah acara baiyo-iyo maka dilaksanakanlah acara baralek.45

3. Baralek

Pelaksanaan baralek di Nagari Tabek Panjang khususnya Jorong Baso

memakan waktu yang lama yaitu selama delapan hari. Para undangan yang

akan hadir dalam acara baralek ini boleh datang kapan saja asalkan masih di

dalam delapan hari tersebut. Biasanya baralek yang delapan hari ini dimulai

dari hari Jum’at sampai hari Jum’atnya lagi. Untuk lebih jelasnya tentang

acara baralek yang delapan hari ini akan penulis uraikan satu persatu sebagai

berikut :

45
Yusra, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, 26 Oktober 2007
a. Hari pertama adalah hari jum’at yang disebut dengan pulangnya

marapulai.46 Sebelum marapulai dijemput oleh keluarga pihak

perempuan, maka pada hari ini juga biasanya dilakukan akad nikah.

Biasanya akad nikah ini dilaksanakan di mesjid, atau langsung di rumah

mempelai perempuan pada saat marapulai datang.

Untuk meriahnya kedatangan marapulai biasanya diiringi oleh

musik rebana atau musik tabuik disepanjang jalan hingga sampai di rumah

mempelai perempuan. Setibanya di sana langsung disambut oleh keluarga

perempuan dan undangan yang hadir. Setelah itu ada perundingan

kemudian menyantap hidangan yang telah disediakan. Setelah itu keluarga

mempelai laki-laki yang mengantarkan pulang ke rumah masing-masing.

Ketika itu mempelai laki-laki tinggal di rumah mempelai perempuan.47

b. Hari kedua yaitu hari sabtu yang disebut dengan dipanggia mintuo

Pada hari kedua ini kedua mempelai dipanggia oleh orang tua

mempelai pria atau mertua dari mempelai wanita untuk bersanding di

rumahnya. Waktu mamanggia ini biasanya adalah siang hari yang

dilakukan oleh orang yang telah ditentukan sewaktu dilaksanakan baiyo-

iyo sebelumnya dan diiringgi oleh beberapa orang lainnya.

Dalam acara ini kedua mempelai memakai baju pengantin dan

diarak menuju rumah orang tua mempelai pria. Sedangkan para undangan

46
Marapulai adalah sebutan untuk mempelai laki-laki
47
Observasi penulis, Acara Walimah, 19 Oktober 2007 dan 26 Oktober 2007
sudah banyak yang hadir menyaksikan kedua mempelai bersanding. Sore

harinya kedua mempelai kembali pulang ke rumah mempelai wanita.

Hari pertama dan hari kedua baralek dilaksanakan di rumah kedua

mempelai. Sedangkan hari ketiga sampai hari kedelapan baralek hanya

dilaksanakan di rumah mempelai wanita saja.

c. Hari ketiga yaitu hari minggu yang disebut dengan dipanggia keluarga

mintuo yang dekat.

Pada hari ini kedua mempelai dipanggia oleh keluarga mempelai

pria yang dekat. Biasanya keluarga mempelai pria yang mamanggia pada

hari ini ada dua rumah sampai empat rumah. Mereka memakai pakaian

adat ke sana. Sewaktu pulang mereka membawa talam yang berisikan

makanan ringan yang diberikan oleh orang yang memanggia tersebut.

Biasanya, pada hari Minggu juga ada dilakukan undangan baralek secara

tertulis.

d. Hari keempat yaitu hari senin disebut dengan makan pinang mudo untuk

anak muda-muda atau makan pambalian Maksudnya di sini adalah pada

hari ini pagi-pagi hari mempelai pria menyerahkan sejumlah uang kepada

mertuanya untuk dibelikan makanan dan minuman, karena pada sore

harinya teman-temannya akan datang untuk menghadiri acara baralek

yang sebelumnya sudah diundang oleh mempelai pria tersebut. Dan pada

saat ini juga keluarga mempelai laki-laki mengutus dua orang laki-laki

datang mengantar tulak pakan yaitu sebuah selimut, pakaian sapatagak


dan lain-lain. Tujuannya adalah sebagai tanda bahwa mempelai laki-laki

telah memperlihatkan tanggung jawabnya sebagai suami.

e. Hari kelima yaitu hari Selasa disebut makan pinang mudo untuk para

undangan perempuan

Maksudnya adalah pada hari ini para undangan perempuan datang

menghadiri undangan baralek untuk makan pinang mudo. Dan pada hari

ini juga kedua mempelai dipanggia oleh keluarga mempelai pria yang

jauh.

f. Hari keenam dan ketujuh yaitu hari Rabu dan Kamis disebut dengan

makan pinang mudo dan mancari ayam hilang (manantui kandang)

Maksudnya adalah selain orang yang diundang datang untuk makan

pinang mudo juga pada hari ini keluarga mempelai pria datang ke rumah

mempelai wanita untuk melihat keberadaan anaknya. Pada waktu itu juga

kain yang ditukar sewaktu baiyo-iyo ditukar kembali.

g. Hari kedelapan yaitu hari jum’at disebut dengan makan pinang mudo

untuk para undangan laki-laki yang sudah tua.

Pada hari ini pelaksanaan baralek terakhir dilaksanakan, para

undangan yang datang adalah orang tua laki-laki untuk makan pinang

mudo. Waktunya setelah shalat Jum’at. 48

48
B. St. Pamenan, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, Oktober 2007
Dari tata cara penentuan undangan di atas dapat dipahmi bahwa

pelaksanaan walimah di Nagari Tabek Panjang dilaksanakan selama dua hari

di rumah mempelai laki-laki dan delapan hari di rumah mempelai perempuan,

ini tidak termasuk dengan baiyo-iyo. Dalam waktu selama delapan hari

tersebut para undangan boleh datang kapan saja, ini tergantung kepada orang

yang diundang.

Lebih lanjut hari-hari setelah baralek ini maka masih ada juga acara

adat yang harus diikuti oleh kedua keluarga yang mengadakan walimah yaitu

maaniang. Maksudnya mempelai perempuan beserta keluarganya datang ke

rumah sanak keluarga mempelai laki-laki yang mamanggia sewaktu baralek.

Mempelai wanita ini memakai baju tulak pakan yang dibawa oleh keluarga

mempelai pria pada hari Senin makan pinang mudo. Mereka membawa

bungkusan yang berisikan makanan yang dibagi-bagi tiap-tiap rumah.

Kamudian beberapa hari setelah itu sanak keluarga mempelai laki-laki

membalas aniang dari mempelai wanita tersebut.

J. Tinjauan Hukum Islam dan Analisa Penulis terhadap Pelaksanaan Walimah

1. Penyebaran Undangan

Syari’at Islam menganjurkan pada setiap muslim yang akan atau

sedang melangsungkan perkawinan agar memberitahukan perkawinannya

kepada masyarakat umum. Anjuran ini dilaksanakan agar terhindar dari fitnah.

Maka Islam menganjurkan untuk melaksanakan walimatul ‘urs.


Dalam mengadakan walimah ini hendaknya diundang orang-orang

yang memang patut untuk ikut serta menikmati hari-hari bahagia yang dialami

pengantin laki-laki, pengantin perempuan dan keluarganya. Disyaratkan

hendaknya orang yang diundang bersifat merata, menyangkut semua orang

yang berprediket tertentu, seperti para tetangga, para famili, teman-teman atau

teman-teman yang seprofesi. Seandainya orang yang mengadakan walimah

mempunyai famili dan handai tolan yang banyak jumlahnya sedangkan ia

tidak mampu menampungnya karena ia miskin, maka tidak disyaratkan

undangan bersifat merata. Di samping itu undangan yang diadakan tidak

menonjolkan adanya niat mengkhususkan orang-orang kaya saja atau orang-

orang tertentu lainnya.49

Berdasarkan hadis Nabi saw yang berbunyi :

‫وﺣﺪﺛﻨﺎ اﺑﻦ أﺑﻲ ﻋﻤﺮ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻔﻴﺎن ﻗﺎل ﺳﻤﻌﺖ زﻳﺎد ﺑﻦ ﺳﻌﺪ‬
‫ﻗﺎل ﺳﻤﻌﺖ ﺛﺎﺑﺘﺎ اﻷﻋﺮج ﻳﺤﺪث ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ‬
‫ ﺷﺮ اﻟﻄﻌﺎم ﻃﻌﺎم اﻟﻮﻟﻴﻤﺔ ﻳﻤﻨﻌﻬﺎ ﻣﻦ ﻳﺄﺗﻴﻬﺎ‬: ‫اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل‬
‫وﻳﺪﻋﻰ إﻟﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﻳﺄﺑﺎهﺎ وﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ اﻟﺪﻋﻮة ﻓﻘﺪ ﻋﺼﻰ اﷲ‬
50
(‫ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬.‫ورﺳﻮﻟﻪ‬
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi saw bersabda : sejelek-jelek
makanan adalah makanan walimah, karena orang-orang yang
layak diundang tidak diundang (orang miskin) dan orang-orang
yang seharusnya tidak diundang malah diundang (orang kaya).
Barang siapa yang tidak memenuhi undangan (tanpa uzur), maka
ia telah durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.” (H.R. Muslim)

49
Zinuddin bin Abdul Aziz al-Malibari al-Fannani, (terj. Moch. Anwar), Terjemahan Fathul
Mu’in, Bandung, Sinar Baru Al-Gesindo, 1994, jilid 2, h. 1299
50
Muslim bin Hujaj Abu Husain al-Qusyairi, Shahih Muslim, Beirut, Dar Ihya al-Turas al-
Arabi, t.th, Juz 2, h. 1054
Berdasarkan pengamatan penulis tentang tata cara penyebaran

undangan di Nagari Tabek Panjang tidak bertentangan dengan hukum Islam.

Karena penyebaran undangan dilaksanakan secara merata mulai dari sanak

kerabat, tetangga sampai orang sekampung tanpa memandang golongan

seseorang atau tingkat kekayaan seseorang.

2. Masa Pelaksanaan Walimah

Masa pelaksanaan walimah adalah lamanya mengadakan walimah.

Berbeda dengan waktu pelaksanaan walimah. Masalah waktu pelaksanaan

walimah adalah sebelum atau sesudah akad nikah.

Mengenai masa pelaksanaan walimah terdapat hadis Nabi saw :

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﻮﺳﻰ اﻟﺒﺼﺮي ﺣﺪﺛﻨﺎ زﻳﺎد ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺣﺪﺛﻨﺎ‬


: ‫ﻋﻄﺎء ﺑﻦ اﻟﺴﺎﺋﺐ ﻋﻦ أﺑﻲ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد ﻗﺎل‬
‫ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻃﻌﺎم أول ﻳﻮم ﺣﻖ وﻃﻌﺎم‬
‫ﻳﻮم اﻟﺜﺎﻧﻲ ﺳﻨﺔ وﻃﻌﺎم ﻳﻮم اﻟﺜﺎﻟﺚ ﺳﻤﻌﺔ وﻣﻦ ﺳﻤﻊ ﺳﻤﻊ اﷲ ﺑﻪ‬
51
(‫)رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺬى‬
Artinya : “Dari Ibnu Mas’ud r.a ia berkata : Bersabda Rasulullah saw :
Menghidangkan makanan pada hari pertama itu hak
(wajib/sunnat), pada hari kedua adalah sunnah dan pada hari yang
ketiga adalah sum’ah (melakukan sesuatu agar didengar orang
banyak). Barangsiapa yang melakukan sum’ah, maka Allah akan
memperdengarkannya”. (H.R. at-Tirmidzi)

Muhammad bin Isa abu Isa al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, Beirut, Dar Ihya al-Turats al- 51
Arabi, t.th, Juz 3, h. 403.
Dari hadis yang disebutkan di atas dapat dilihat bahwa lama

pelaksanaan walimah hanya boleh dilaksanakan dua hari saja. Karena pada

hari yang ketiga adalah perbuatan riya, yaitu hanya ingin didengarkan orang

saja. Sedangkan perbuatan riya adalah lambang kesombongan dan mengikuti

perbuatan setan dan Allah pun benci terhadap orang-orang yang sombong.

Allah swt berfirman;

‫ﷲ ﻟَﺎ‬
َ ‫نا‬
‫ض َﻣ َﺮﺣًﺎ ِإ ﱠ‬
ِ ‫ﺶ ﻓِﻲ ا ْﻟَﺄ ْر‬
ِ ‫س وَﻟَﺎ َﺗ ْﻤ‬
ِ ‫ك ﻟِﻠﻨﱠﺎ‬
َ ‫ﺧ ﱠﺪ‬
َ ‫ﺼ ﱢﻌ ْﺮ‬
َ ‫َوﻟَﺎ ُﺗ‬
(18 : 31/‫ )ﻟﻘﻤﺎن‬.‫ل َﻓﺨُﻮ ٍر‬ ٍ ‫ﺨﺘَﺎ‬
ْ ‫ﺤﺐﱡ ُآﻞﱠ ُﻣ‬
ِ ‫ُﻳ‬
Artinya : “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri”.

Kasus yang terjadi di Nagari Tabek Panjang, dimana masa

pelaksanaan walimah bisa menghabiskan waktu selama delapan hari,

ditambah waktu acara baiyo-iyo seminggu sebelum walimah. Kalau dihitung

secara keseluruhan, persiapan walimah sampai selesai membutuhkan waktu

sekitar 15 hari. Hal seperti ini dapat menimbulkan kemudaratan dan dapat

memberatkan orang yang mengadakan walimah dan masyarakat yang berada

di lingkungan pelaksanaan walimah tersebut. Apalagi ahli walimah dituntut

harus memenuhi kebutuhan keperluan baralek, padahal untuk memperoleh

kebutuhan itu dia tidak bisa menyanggupinya.

Dari permasalahan yang penulis sebutkan di atas dan pada

pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat diambil kesimpulan


bahwa kasus yang terjadi di Nagari Tabek Panjang bertentangan dengan hadis

Nabi. Bahkan sangat berlebih-lebihan dalam pelaksanaannya, sehingga orang

yang tidak sanggup harus berusaha melaksanakannya. Bagi orang yang

sanggup melaksanakannya, dan orang yang banyak kenalannya yang harus

menghadiri undangan tersebut, sehingga waktu yang dipersiapkan tidak

cukup. Menurut pengamatan penulis boleh saja lebih dari dua hari.

3. Hidangan yang Disediakan Pada Acara Walimah

Kehadiran undangan tentulah sangat diharapkan oleh ahli walimah.

Apalagi tamu-tamu yang diundang datang memberikan rasa suka citanya dan

ikut berbahagia bersama ahli walimah. Untuk memuliakan undangan tersebut

ahli walimah sudah mempersiapkan aneka hidangan yang akan disuguhkan

kepada undangan. Di Nagari Tabek Panjang hidangan yang dipersiapkan

untuk para undangan ada yang wajib dipenuhi menurut adat dan ada pula yang

tidak wajib dipenuhi. Agar lebih jelasnya penulis akan menguraikan secara

rinci di bawah ini.

a. Hidangan yang wajib dipenuhi menurut adat

Dalam acara walimah di Nagari Tabek Panjang hidangan yang

disediakan untuk para undangan berbeda setiap harinya. Misalnya

hidangan untuk baiyo-iyo dengan acara baralek saja berbeda. Dalam acara

baiyo-iyo jamuan yang disuguhkan wajib dipenuhi secara keseluruhan.

Apabila hidangan tersebut tidak dipenuhi oleh ahli walimah, maka


pelaksanaan baiyo-iyo tidak berjalan dengan lancar. Sebagaimana hasil

wawancara penulis dengan Ibu Zakiah yang mengatakan bahwa :

Dalam baiyo-iyo makanan dan minuman wajib dipenuhi secara


keseluruhan. Makanan yang wajib tersebut adalah lauk untuk
makan seperti: rendang, gulai ayam dicampur dengan kentang,
pangek bada (ikan), kerupuk ubi dicampur dengan ikan asin
(maco) dan telur dadar yang diletakkan di atas kerupuk tersebut.
Sedangkan perabungannya (makanan ringan) yaitu: ketan (nasi
lamak), ajik, paniaram yang diletakan dalam satu piring dan
pisang yang terdiri dari dua macam yaitu pisang gadang dan
pisang batu. Apabila salah satu dari makanan ini tidak terpenuhi
ketika baiyo-iyo maka bakato adat, maksudnya bahwa hidangan
yang disediakan tidak cukup dan pada waktu itu sipangka (tuan
rumah) harus mencari makanan tersebut.52

Adapun hidangan yang wajib menurut adat dalam acara baralek

pada hari pertama dan hari kedua adalah sama. Hidangan tersebut yaitu

lauk untuk makan nasi seperti kalio daging yang dicampur dengan

kentang, gulai rebung ditambah dengan kerupuk dan sayur lainnya, untuk

makanan ringan (parabungan) sama dengan sewaktu baiyo-iyo tetapi

ditambah dengan kalamai. Apabila salah satu di antara makanan ini tidak

ada, maka bisa diganti dengan makanan lain.53

Demikian juga halnya dengan hidangan yang disediakan untuk

acara mancari ayam hilang (manantui kandang). Hidangan yang

disuguhkan ketika itu sama dengan hidangan yang disuguhkan ketika

baiyo-iyo. Sedangkan untuk acara makan pinang mudo bagi anak-anak

muda pada hari senin parabuangannya ditambah dengan lamang dan

52
Zakiah, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, 27 Oktober 2007
53
Yusra, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, 26 Oktober 2007
pisang goreng. Semua ini wajib dipenuhi oleh ahli walimah. Biasanya

setiap orang yang akan mengadakan walimah di Nagari Tabek Panjang

selalu memenuhi hidangan menurut adat ini.54

b. Hidangan yang tidak wajib dipenuhi menurut adat

Maksud dari hidangan yang tidak wajib dipenuhi menurut adat

dalam acara walimah adalah hidangan yang hanya terserah kepada ahli

walimah untuk menyediakannya. Biasanya hidangan ini disajikan pada

acara makan pinang mudo yang terdiri dari beberapa jenis seperti lauk

untuk makan. Orang yang mengadakan walimah menyediakan 8 sampai

12 jenis lauk. Sedangkan untuk makanan ringannya (parabungan), selain

sama dengan parabungan pada hari pertama dan kedua ditambah dengan

bermacam-macam jenis kue.55

Adapun tata cara penyuguhan hidangan dalam acara walimah di

Nagari Tabek Panjang ada beberapa cara. Hidangan tersebut dihidangkan

untuk para undangan baik untuk undangan laki-laki maupun undangan

perempuan. Khairul Malin Marajo mengatakan bahwa dalam penyuguhan

hidangan untuk undangan laki-laki yang menyuguhkan adalah juaro laki-

laki. Sedangkan pihak yang menyuguhkan hidangan untuk undangan

perempuan adalah perempuan pula.56

54
Yusra, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, 26 Oktober 2007
55
Zakiah, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, 27 Oktober 2007
56
Khairul Malin Marajo, Tokoh Masyarakat, Wawancara Pribadi, Baso, tanggal 20 Oktober
2007.
Sebelum hidangan dicicipi para undangan, hidangan tersebut sudah

disiapkan perjamba (porsi) yang mana dalam satu jamba disuguhkan

untuk empat orang sampai enam orang undangan. Untuk undangan laki-

laki cara makannya adalah sendiri-sendiri dengan nasi sudah langsung

dimasukkan ke dalam piring. Sedangkan untuk undangan perempuan cara

makannya bersama-sama dalam satu talam (napan).57

a b c
Gambar. 01. Cara penyajian hidangan.
a. Hidangan kaum ibu,
b. Jamuan kaum bapak disajikan oleh juaro laki-laki,
c. Hidangan kaum bapak.

Apabila tuan rumah mengundang orang dengan cara tulisan biasanya

cara penyuguhannya memakai hidangan seprah. Penyuguhan dengan

hidangan seprah ini caranya lebih praktis, karena hidangan ini sudah

dihidangkan terlebih dahulu sebelum para undangan datang. Tuan rumah

hanya mengambil nasi dan air minum saja sedangkan lauknya sudah

dihidangkan, hanya apabila menu yang telah dihidangkan sudah habis atau

berkurang barulah kemudian ditambah. Begitu juga dengan parabungannya

semua sudah dihidangkan terlebih dahulu.

57
Yusra, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, 26 Oktober 2007
Gambar. 02. Hidangan undangan menggunakan seprah (hidangan seperti ini
pada hari undangan tulisan)

Menyediakan berbagai macam hidangan dan makanan untuk

memuliakan tamu hukumnya adalah sunnah. Mengenai hal ini Allah swt

berfirman :

‫ق‬
َ ‫ﻦ ﻳُﻮ‬
ْ ‫ن ِﺑ ِﻬ ْﻢ ﺧَﺼَﺎﺻَ ٌﺔ َو َﻣ‬
َ ‫ﺴ ِﻬ ْﻢ َوَﻟ ْﻮ آَﺎ‬
ِ ‫ﻋﻠَﻰ َأ ْﻧ ُﻔ‬
َ ‫ن‬ َ ‫ َو ُﻳ ْﺆ ِﺛﺮُو‬...
(9 : 59 / ‫ )اﻟﺤﺸﺮ‬.‫ن‬ َ ‫ﻚ ُه ُﻢ ا ْﻟ ُﻤ ْﻔِﻠﺤُﻮ‬
َ ‫ﺴ ِﻪ َﻓﺄُوَﻟ ِﺌ‬
ِ ‫ﺷﺢﱠ َﻧ ْﻔ‬
ُ
Artinya : “... Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri
mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka
berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang-orang yang beruntung”

Dan juga terdapat dalam hadis Nabi saw :

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻳﻮﺳﻒ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻔﻴﺎن ﻋﻦ ﻣﻨﺼﻮر ﺑﻦ ﺻﻔﻴﺔ‬


‫ أوﻟﻢ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬:‫ﻋﻦ أﻣﻪ ﺻﻔﻴﺔ ﺑﻨﺖ ﺷﻴﺒﺔ ﻗﺎﻟﺖ‬
58
(‫ﻋﻠﻰ ﺑﻌﺾ ﻧﺴﺎﺋﻪ ﺑﻤﺪﻳﻦ ﻣﻦ ﺷﻌﻴﺮ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري‬
Artinya : “Dari Shafiyah binti Syaibah r.a beliau berkata: Nabi saw
mengadakan walimah untuk sebagian istrinya dengan dua mud
gandum”. (H.R. Bukhari)

58
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Beirut, Dar Ibnu
Katsir, 1987, Juz 5, h.1983
Dapat kita ketahui dari ayat dan hadis di atas bahwa setiap muslim

hendaklah memuliakan tamunya dalam acara walimah ataupun acara lainnya.

Memuliakan tamu tidak berarti harus memberikan secara berlebih-lebihan

suguhan makanan dan minuman kepada mereka, tetapi memberikan sambutan

yang memuaskan dan menyuguhkan makanan dan minuman apa yang kita

miliki.

Pelaksanaan walimah di Nagari Tabek Panjang memakan waktu yang

lama dan mengikuti adat yang bervariasi. Dan setiap acara tersebut ahli

walimah harus menyediakan makanan dan minuman. Penyediaan makanan

dan minuman untuk para tamu dibolehkan bahkan dianjurkan oleh syari’at

Islam. Tetapi syari’at Islam tidak membatasi jamuan yang disediakan oleh ahli

walimah untuk melayani tamu yang datang. Namun batasan jamuan tersebut

berdasarkan kesanggupan dan ahli walimah itu sendiri, asalkan jamuan yang

disediakan itu tidak berlebih-lebihan dan kikir, karena perbuatan tersebut

tidak sesuai dengan firman Allah swt :

‫ﺷﺮَﺑُﻮا َوﻟَﺎ‬
ْ ‫ﺠ ٍﺪ َو ُآﻠُﻮا وَا‬
ِ‫ﺴ‬
ْ ‫ﻋ ْﻨ َﺪ ُآﻞﱢ َﻣ‬
ِ ‫ﺧﺬُوا زِﻳ َﻨ َﺘ ُﻜ ْﻢ‬ُ ‫ﻳَﺎ َﺑﻨِﻲ ءَا َد َم‬
(31 : 7/‫ )اﻷﻋﺮاف‬.‫ﻦ‬ َ ‫ﺴ ِﺮﻓِﻴ‬
ْ ‫ﺤﺐﱡ ا ْﻟ ُﻤ‬ ِ ‫ﺴ ِﺮﻓُﻮا ِإﻧﱠ ُﻪ ﻟَﺎ ُﻳ‬
ْ ‫ُﺗ‬
Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-
lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan”.

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara yang penulis lakukan,

maka menurut penulis hidangan yang disediakan dalam pelaksanaan walimah


di Nagari Tabek Panjang termasuk kepada jamuan yang berlebih-lebihan. Hal

ini dapat dibuktikan dengan adanya jamuan yang wajib dipenuhi menurut adat

dan adapula jamuan yang tidak wajib dipenuhi menurut adat yang harus

disediakan oleh ahli walimah, yang mana apabila jamuan ini tidak dipenuhi,

maka ahli walimah akan merasa malu, dan ia berusaha untuk memenuhinya

agar walimahnya berjalan dengan lancar. Sedangkan syari’at Islam tidak

membatasi jamuan hidangan yang disediakan oleh ahli walimah dan

menganjurkan ahli walimah dalam menyediakan jamuan hidangan tersebut

sesuai dengan kemampuan. Mengenai tata cara penyuguhan hidangan dalam

walimah di Nagari Tabek Panjang pada dasarnya sesuai dengan syari’at Islam.

Karena adanya rasa kebersamaan antara ahli walimah dengan para undangan.

4. Pakaian yang dikenakan pengantin pada acara walimah

Di Nagari Tabek Panjang dalam acara walimah pengantin laki-laki dan

pengantin perempuan menggunakan pakaian yang telah ditentukan. Sudah

menjadi tradisi adat bagi kedua pengantin tersebut menggunakan pakaian adat

dan pakaian pengantin. Pakaian adat dipakai oleh kedua pengantin yaitu

tikuluak tanduak untuk pengantin perempuan dan saluak untuk pengantin laki-

laki. Sedang pakaian pengantin yaitu suntiang untuk pengantin perempuan

dan deta merah untuk pengantin laki-laki.

Pakaian adat merupakan salah satu pakaian yang digunakan pengantin

dalam acara walimah di Nagari Tabek Panjang. Pakaian adat ini digunakan

berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Misalnya pada waktu keluarga


pengantin laki-laki mamanggia, kedua pengantin menggunakan pakaian adat

ini.

Busana atau pakaian adat ini berupa tikuluak landuak untuk pengantin

perempuan. Dinamakan tikuluak tanduak karena selendang atau tutup kepala

yang digunakan dibuat seperti tanduk kerbau atau sapi. Biasanya warnanya

adalah merah, sama seperti baju dan sarungnya. Sedangkan pakaian adat

uantuk pengantin laki-laki adalah saluak, Saluak ini berupa topi yang dibuat

khusus untuk pengantin laki-laki. Baju yang digunakan adalah baju kemeja

berwarna putih dilapisi dengan jas berwama hitam dan celananya berwarna

hitam pula.59 Dahulu pakaian adat ini digunakan oleh kedua pengantin untuk

bersanding di pelaminan. Karena semakin majunya zaman, maka pakaian adat

ini diganti dengan pakaian pengantin. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Bapak Khairul Malin Marajo :

Pada masa dahulu di Nagari Tabek Panjang khususnya Baso


masyarakat menggunakan pakaian adat seperti tikuluak tanduak dan
saluak untuk bersanding. Karena semakin majunya zaman, maka
tikuluak tanduak diganti dengan suntiang. Tetapi bagi orang yang akan
memakai suntiang ini diharuskan untuk memotong seekor sapi terlebih
dahulu. Bagi orang yang tidak mampu untuk memotong sapi, maka ia
hanya dibolehkan memakai tikuluak landuak untuk bersanding.60

Ketentuan adat yang telah menyatu dalam masyarakat Nagari Tabek

Panjang berangsur-angsur pudar dan hilang terutama dalam hal pakaian adat

59
Iskandar Zulkarnain Sutan Parmato, Penghulu Adat, Wawancara Pribadi, Baso, tanggal 11
Oktober 2007
60
Khairul Malin Marajo, Tokoh Masyarakat, Wawancara Pribadi, Baso, tanggal 20 Oktober
2007.
ini. Sehingga pada zaman sekarang pengantin yang mau bersanding dalam

acara walimah hanya memakai suntiang tanpa harus memotong seekor sapi

terlebih dahulu. Mengenai pakaian pengantin ini akan penulis uraikan.

Kebiasaan yang sudah menyatu pada masyarakat Nagari Tabek

Panjang bahwa pengantin wanita dan pengantin laki-laki dipersandingkan

dihadapan orang ramai. Sewaktu acara persandingan tersebut pakaian yang

digunakan yaitu suntiang bagi pengantin wanita dan deta merah bagi

pengantin laki-laki.

Pakaian yang dipakai oleh pengantin wanita biasanya berwarna merah.

Dilapisi oleh logam yang berwarna kekuning-kuningan dan anting yang dibuat

dari perak yang berwarna kuning. Untuk menutup kepalanya digunakan

suntiang yang terbuat dari logam yang berwarna kuning pula. Tetapi pada saat

sekarang pakaian pengantin ini bermacam-macam warnanya. Sedangkan

pakaian bagi pangantin laki-laki disesuaikan dengan pakaian bagi pengantin

wanita seperti baju, celana dan topi atau saluaknya disesuaikan dengan warna

pakaian penganten wanita.61

61
Martini, Penata Rias Pengantin, Wawancara Pribadi, Baso, tanggal 20 Oktober 2007.
Gambar. 03. Pakaian pengantin yang digunakan di Nagari Tabek Panjang

Pakaian pengantin ini dipakai ketika hari kedua atau ketiga acara

baralek yaitu ketika kedua pengantin dipanggia untuk datang ke rumah orang

tua pengantin laki-laki. Namun apabila ahli walimah mengundang secara

tertulis, maka pada hari itu kedua pengantin memakai pakaian pengantin ini.

Di Nagari Tabek Panjang busana atau pakaian yang digunakan

pengantin dalam acara walimah pada umumnya sesuai dengan syari’at Islam,

sebab pakaian tersebut ada menutup aurat secara keseluruhan. Dalam

berpakaian baik pakaian adat (tikuluak tanduak) maupun pakaian pengantin

(suntiang) biasanya melapisinya dengan jilbab atau kerudung. Hal ini tidak

menyalahi dengan prinsip-prinsip berpakaian yang ada dalam ajaran Islam,

yang mana prinsip-priansip tersebut adalah :

1. Pakaian itu harus menutup aurat. Aurat bagi perempuan adalah seluruh

tubuh kecuali muka dan telapak tangan dan aurat bagi laki-Iaki adalah

antara pusat dan lutut. Ini adalah pendapat Jumhur Ulama.

2. Pakaian harus bersih dan suci.

3. Pakaian harus terbuat dari bahan-bahan yang diperbolehkan menurut

syara’ dan diperoleh dengan cara halal.

4. Pakaian harus melahirkan kerapian dan keindahan bagi pemakainya.62

62
Abdul Azis Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996,
h. 1367
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara yang dilakukan serta

dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa busana atau

pakaian yang digunakan pengantin di Nagari Tabek Panjang dalam acara

walimah sesuai dengan syari’at Islam sekalipun ada sebagian kecil dari

masyarakat tersebut yang menyimpang dari ajaran Islam.

Tetapi dalam bersanding kedua pengantin memakai pakaian pengantin

ini. Adat persandingan ini sangat penting artinya dalam pesta perkawinan

karena para undangan yang datang dapat melihat dan mengetahui mereka

yang melangsungkan ikatan perkawinan tersebut. Pada saat persandingan

itulah para undangan dapat memberikan ucapan selamat dan doa kepada

kedua mempelai.

5. Hiburan pada pelaksanaan walimah

Sebagian penduduk Nagari Tabek Panjang dalam memeriahkan acara

walimah, ada juga yang mengadakan hiburan. Hiburan ini biasanya diadakan

pada hari pertama pada waktu pengantin laki-laki datang ke rumah pengantin

perempuan dengan iringan musik rebana, ada juga dengan musik tabuik.

Setelah sampai di rumah pengantin wanita, pukulan rebana dilanjutkan

dengan shalawat yang dinyanyikan oleh para pengiring rebana secara

bersama-sama. Hiburan musik rebana ini biasanya untuk selingan dari

penyampaian pesan-pesan keluarga pengantin laki-laki terhadap keluarga


pengantin perempuan. Pesan-pesan itu disampaikan dengan pasambahan

(sejenis pantun). Ada juga hiburan diadakan pada waktu acara undangan

tulisan, biasanya ahli walimah mengundang organ tunggal, orkes gambus,

saluang, rabab dan lain-lain.

Hiburan organ tunggal yang diadakan di Nagari Tabek Panjang

berdasarkan pengamatan penulis terdiri dari nyanyian daerah, dangdut dan

pop Indonesia. Mengenai penampilan penyanyi sudah diatur oleh pemerintah

setempat yaitu berpakaian yang sopan, tidak membuka aurat besar. Hanya saja

nyanyian yang dilantunkan mengandung kata-kata yang tidak bermanfaat

seperti ungkapan-ungkapan cinta, dan kemesraan antara pasangan laki-laki

dan perempuan.

Rasulullah saw bersabda :

‫ أﻧﺒﺄﻧﺎ‬. ‫ أﻧﺒﺄﻧﺎ ﺟﻌﻔﺮ ﺑﻦ ﻋﻮن‬. ‫ﺣﺪﺛﻨﺎ إﺳﺤﺎق ﺑﻦ ﻣﻨﺼﻮر‬


‫ أﻧﻜﺤﺖ ﻋﺎﺋﺸﺔ‬:‫اﻷﺟﻠﺢ ﻋﻦ أﺑﻲ اﻟﺰﺑﻴﺮ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻗﺎل‬
‫ ﻓﺠﺎء رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ‬. ‫ذات ﻗﺮاﺑﺔ ﻟﻬﺎ ﻣﻦ اﻷﻧﺼﺎر‬
‫ أرﺳﻠﺘﻢ ﻣﻌﻬﺎ ﻣﻦ‬:‫ ﻗﺎل‬. ‫ أهﺪﻳﺘﻢ اﻟﻔﺘﺎة ؟ ﻗﺎﻟﻮا ﻧﻌﻢ‬:‫وﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎل‬
‫ إن‬: ‫ ﻓﻘﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬. ‫ﻳﻐﻨﻲ ؟ ﻗﺎﻟﺖ ﻻ‬
‫ ﻓﻠﻮ ﺑﻌﺜﺘﻢ ﻣﻌﻬﺎ ﻣﻦ ﻳﻘﻮل أﺗﻴﻨﺎآﻢ‬. ‫اﻷﻧﺼﺎر ﻗﻮم ﻓﻴﻬﻢ ﻏﺰل‬
63
(‫ )رواﻩ اﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ‬.‫أﺗﻴﻨﺎآﻢ ﻓﺤﻴﺎﻧﺎ وﺣﻴﺎآﻢ‬
63
Muhammad bin Yazid Abu Abdullah, Sunan Ibnu Majah, Beirut, Dar al-Fikri, t.th, juz 1.,
h.612
Artinya : “Dari Ibnu Abbas berkata : Aisyah pernah mengawinkan salah
seorang kerabatnya dengan orang Anshar, kemudian Rasulullah
saw. datang dan bertanya : Apakah kamu telah memberikan gadis
itu kepada suaminya? Para sahabat menjawab : betul. Rasulullah
saw. bertanya lagi apakah kamu kirim bersama gadis itu orang
yang akan bernyanyi? Aisyah menjawab tidak. Kemudian
Rasulullah saw bersabda : sesungguhnya orang Anshar adalah
suatu kaum yang suka kepada nyanyian. Alangkah baiknya kalau
kamu kirim bersama dia seorang yang mengatakan : kami telah
datang kepadamu, kami telah datang kepadamu, maka dia memberi
hormat kepada kami dan kami memberi hormat pula kepada
kamu.” (HR. Ibnu Majah)

Memeriahkan walimah dengan musik dan nyanyian dibolehkan,

dengan syarat tidak dibarengi dengan hal-hal yang diharamkan, misalnya

dibarengi dengan nyanyian wanita yang suaranya mengundang nafsu. Proses

walimah wajib dijauhkan dari acara yang tidak sopan, bercampur gaul antara

laki-laki dan perempuan, begitu pula perkataan yang keji dan tidak pantas

didengarkan.

Adapun lagu-lagu yang nyanyiannya mengandung hal-hal yang tidak

baik seperti kata-kata yang seronok dan tidak senonoh tentu saja melanggar

ketentuan agama Islam karena di dalam Islam hal-hal seperti itu tidaklah

dibenarkan apalagi nyanyian yang mengandung atau mengundang maksiat.

Maka jelas hukumnya adalah haram.

Adapun hiburan musik rebana, tabuik, saluang, rabab menurut

pengamatan penulis tidak bertentangan dengan hukum Islam. Karena pada

hiburan ini berisi pesan-pesan atau nasehat-nasehat yang bermanfaat bagi

yang mendengarkannya. Adapun orkes gambus memang adalah nyanyian


musik Islam, di samping itu juga sebagai sarana dakwah Islam dan

mengagungkan kebesaran Allah. Maka jenis hiburan ini jelas tidak

bertentangan dengan syari’at Islam.

Tentang hiburan organ tunggal yang menjadi masalah adalah nyanyian

dengan kata-kata cinta dan kemesraan adalah kata-kata yang tidak bermanfaat

dan hendaklah ditinggalkan. Tetapi nyanyian yang berisi kata-kata yang

bermanfaat pada hakikatnya adalah boleh.

Dari pengamatan dan analisa yang penulis lakukan dapat diambil

kesimpulan bahwa, hiburan musik dan nyanyian yang dapat bermanfaat boleh

dilakukan. Dan sebaliknya jika nyanyian dengan kata-kata tidak bermanfaat

atau sia-sia hendaklah ditinggalkan.

K. Pandangan Ulama Setempat

Tidak ada pada masyarakat Nagari Tabek Panjang yang membedakan

undangan. Hanya saja ditentukan siapa yang berhak diundang dengan tulisan dan

yang diundang dengan lisan. Ulama setempat membolehkan anak-anak yang

belum baligh menyampaikan undangan walaupun menurut hukum anak-anak

belum cakap hukum. Karena menurut kesepakatan adat anak-anak sudah cukup

menyampaikan pesan. Maka undangan yang disampaikan oleh anak yang belum

baligh adalah sah.


Tokoh ulama Nagari Tabek Panjang pada umumnya tidak

mempermasalahkan lama pelaksanaan walimah. Menurut mereka hari pertama

dan kedua sesuai yang dianjurkan Nabi, tetapi hari-hari selanjutnya dilanjutkan

dengan prosesi adat seperti makan pinang mudo, cimilang, dan lain-lain. Di hari

ketiga sampai selesai ini memang banyak prosesi lain tetapi bukanlah berarti

sum’ah seperti yang diterangkan Nabi, karena pada hari-hari ini terdapat hikmah

silaturrahim. Dilihat dari makna filosofinya, terdapat unsur pengikat hubungan

silaturrahim antara kedua keluarga, yaitu antara keluarga mempelai laki-laki

dengan keluarga mempelai perempuan. Ada juga yang berpendapat bahwa prosesi

adat pada hari ketiga sampai terakhir bukan bermaksud untuk menampakkan

kelebihan seseorang. Tetapi bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan dan

keakraban kedua keluarga yang baru saja disatukan.

Cara menyajikan hidangan berjamba yaitu dengan nasi yang telah

diisikan ke dalam piring oleh tuan rumah. Kadangkala nasi yang telah

dipersiapkan itu tidak dihabiskan oleh tamu. Maka yang harus dirubah adalah

cara penyajiannya. Tradisi ini tidak harus dipertahankan dan hendaklah dirubah

karena adat seperti ini tidak babuhua mati artinya dapat diganti. Begitu juga

dengan hidangan kaum ibu, dengan makan berjama’ah ada sisi positifnya yaitu

menjaga kebersamaan. Tetapi ada juga sisi negatifnya, yaitu seperti nasi yang

diisikan ke piring besar itu tidak habis karena ada yang meninggalkannya.

Menurut tokoh ulama setempat yang harus diubah cara penyajiannya, tuan rumah

harus memperkirakan takaran porsi atau mencari solusi yang lain dengan
memberikan satu piring saja dan tamu mengambil sendiri seberapa keinginannya.

Sebagian ulama setempat mengatakan bahwa; Kita jangan menilai pada satu sisi

saja, tetapi kita harus lihat makna filosofi yang ada pada prosesi tersebut.

Memang dari sisi negatifnya mubazir tetapi ada hikmah-hikmah yang harus kita

perhatikan.

Pakaian pengantin adat Minangkabau kalau dilihat dari desain dan

modelnya sudah dapat dikategorikan islami. Model baju yang longgar sehingga

tidak membentuk tubuh dan panjang sampai ke atas lutut, tetapi bagian leher dan

rambut tetap terlihat. Pada zaman sekarang model jilbab lebih disenangi orang

sehingga kalau dipandang dengan kacamata Islam sudah memenuhi syarat. Pada

dasarnya selagi pakaian itu menampakkan aurat tetap saja hukumnya haram.

Maka semua ini tergantung pada individu yang memakainya. Penata busana telah

memberikan fasilitas, masing-masing individulah yang memutuskan pilihan.

Dahulu hiburan dalam acara walimah biasanya dengan alat musik

tradisional seperti rebana, saluang, rabab dan lain-lain. Berkembangnya zaman

membuat perubahan pada gaya hidup masyarakat. Hiburan-hiburan tradisional

tidak begitu menarik lagi bagi mereka. Untuk membuat suasana walimah lebih

hidup, ahli walimah mengundang organ tunggal.

Alat musik apapun bentuknya adalah boleh, kalau tujuannya untuk hura-

hura tidak boleh. Alat musik kalau didengarkan sehingga membuat orang

berevoria, lupa pada dirinya dan lupa pada Allah maka hukumnya haram. Organ

tunggal kalau tidak membuat orang lupa diri dan hanya untuk berbahagia saja
tidak apa-apa. Tetapi kalau menjadi hura-hura, memancing orang untuk

bergoyang, mabuk-mabukan itulah yang haram. Hendaknya pemerintahan nagari

membatasi tentang hiburan ini seperti di nagari-nagari lain. Atau melarang secara

mutlak agar tercipta kondisi yang aman dan nyaman.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang penulis kemukakan pada bab-bab

sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Metode pelaksanaan walimah dimulai dengan acara baiyo-iyo,

pelaksanaannya dilakukan satu minggu sebelum acara baralek. Pada waktu

baiyo-iyo kedua keluarga membicarakan hal-hal yang berhubungan pada

acara baralek. Kemudian ahli walimah menentukan orang yang akan

mengundang dan kepada siapa saja undangan akan disebarkan. Undangan

terbagi dua; undangan secara tulisan (undangan menggunakan kertas) dan

undangan secara lisan (disampaikan langsung) disebut juga maimbau

urang/mamanggia. Setelah undangan tersebar dilaksanakanlah baralek.

2. Pelaksanaan walimah di Nagari Tabek Panjang menghabiskan waktu lebih

kurang delapan hari. Yaitu dimulai dari hari jum’at dan ditutup pada hari

jum’at selanjutnya. Pada waktu itu dimulai marapulai datang ke rumah

pengantin perempuan yang diantar keluarganya, kemudian akan nikah,

dipanggian mintuo, makan pinang mudo, cimilang (manantui kandang) dan

maaniang.
3. Syari’at Islam memberikan tuntunan melaksanakan walimah perkawinan

cukup satu sampai dua hari saja. Fenomena ini mempunyai dampak positif

yaitu memberikan kesempatan kepada para undangan yang tidak sempat

hadir pada hari-hari pertama untuk menghadiri undangan pada hari yang lain.

Dan mempunyai dampak negatif yaitu menghabiskan waktu serta merepotkan

sanak saudara yang lain dan membutuhkan biaya yang besar untuk

mencukupi perhelatan ini.

Hidangan walimah terdiri dari hidangan wajib dan tidak wajib menurut adat.

Penyajian hidangan terbagi dua : pertama, hidangan ala seprah. Dan yang

kedua, hidangan yang langsung disajikan di depan para tamu undangan.

Hidangan untuk kaum perempuan disajikan oleh perempuan dan hidangan

untuk laki-laki disajikan oleh laki-laki pula. Hidangan walimah yang terbiasa

di kalangan masyarakat Tabek Panjang terlalu berlebihan dan beraneka ragam

serta setiap hari ada menu yang diganti. Sedangkan untuk biaya konsumsi itu

membutuhkan biaya yang besar.

Pakaian adat dipakai oleh kedua pengantin yaitu tikuluak tanduak

untuk pengantin perempuan dan saluak untuk pengantin laki-laki. Sedangkan

pakaian pengantin yaitu suntiang untuk pengantin perempuan dan deta merah

untuk pengantin laki-laki. Pakaian adat Minangkabau tidak bertentangan

dengan syari’at Islam. Seluruh badan tertutup dan modelnya longgar, ini

sesuai dengan kriteria berpakaian menurut Islam.


B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan yang penulis paparkan tentang pelaksanaan

walimah perkawinan ini. Penulis memberikan saran-saran atau rekomendasi

kepada seluruh lapisan masyarakat Nagari Tabek Panjang sebagai berikut :

1. Bagi masyarakat Nagari Tabek Panjang sebaiknya mulai meninggalkan

tradisi-tradisi adat yang bertolak belakang dengan ajaran Islam pada

pelaksanaan walimah perkawinan.

2. Kepada pemuka adat dan instansi pemerintahan nagari agar memperhatikan

tradisi-tradisi yang kiranya tidak bertentangan dengan ajaran Islam terutama

pada acara walimah perkawinan. Dan dapat membicarakannya dengan para

penghulu-penghulu atau datuak-datuak dengan melibatkan para tokoh ulama.

3. Kepada para penerus atau penyambung lidah Nabi di Nagari Tabek Panjang

agar memperhatikan dan ikut membantu para tokoh adat Nagari untuk

memperbaiki unsur-unsur adat yang bertentangan dengan syari’at Islam

terutama pada pelaksanaan walimah perkawinan.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim

Abdul Aziz, Zinuddin bin. al-Malibari al-Fannani, (terj. Moch. Anwar), Terjemahan
Fathul Mu’in, Bandung: Sinar Baru Al-Gesindo, jilid 2, 1994

Abu Abdillah al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih al-Bukhari, Beirut: Dar
Ibnu Katsir, Juz 5, 1987

Abu Abdullah, Muhammad bin Yazid. Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar al-Fikri, t.th.

Abu Isa al-Tirmidzi, Muhammad bin Isa, Sunan al-Tirmidzi, Beirut: Dar Ihya al-
Turats al-Arabi, t.th, Juz 3

Ahmad bin Hanbal, Imam, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Kairo: Muassasah
Qurtubah, 1978, Juz 5

al-Asqalani, Al-Hafidz Ibnu Hajar, Bulugh al-Maram, Indonesia: Ihya’ al-Kitab al-
‘Arabiyyah, t.th.

Al-Kahlani, Muhammad bin Ismail. Subul as-Salam, Bandung: Maktabah Dahlan, t.th

Al-Qusyairi, Muslim bin Hujaj Abu Husain, Shahih Muslim, Beirut: Dar Ihya al-
Turas al-Arabi, t.th

An-Nasai, Ahmad bin Syuaib Abu Abdurrahman. Sunan al-Nasai, Halb: Maktab al-
Mathbuat al-Islamiyyah, 1986

Ash-Shiddieqy, Hasbi. Falsafah Hukum Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001,
cet. Ke-l, Edisi ke-2.

Dahlan, Abdul Azis (ed.). Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1996.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. Penerbit J-Art,
2005.

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan RI, Adat dan Upacara Perkawinan Daerah
Sumatra Barat, Jakarta: CV. Eka Darma, 1997.

Dokumen Perencanaan Bersama Masyarakat (PBM) Nagari Tabek Panjang Kec.


Baso Kab. Agam.
Ghoffar E.M, M Abdul. Fiqih Wanita (terj), Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000.

Hakimy, Idrus. Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau, Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya, 1997, cet. 7.

Ibrahim, Ibnu. Kado Perkawinan, (terj.) Jakarta: Pustaka Azzam, 2000.

Khalaf, Abdul Wahab. Ilmu Ushul Fiqih, Jakarta: Majelis Al-ala, 1972, Cet. Ke-3.

Majah, Ibnu. Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar al-Fikri, t.th, juz 1.

MS, Amir. Adat Minangkabau; Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, Jakarta, PT
Mutiara Sumber Widya, 2003, cet.3

_______. Tonggak Tuo Budaya Minang, Payakumbuh: CV Karya Indah, 1987, cet. 1

Muchtar, Muchsis St. Bandaro Putiah. Pelaksanaan Upacara Perkawinan Menurut


Adat Nagari Di Minangkabau, Jakarta, Yayasan Citra Pendidikan Indonesia,
Cet 1, 2004.

Nafis, A.A. Alam Terkembang Jadi Guru; Adat dan Kebudayaan Minangkabau,
Jakarta: Grafiti Pers, 1984, cet.1

Qardhawi, Yusuf. Dr., Fatwa-Fatwa Kontemporer 2 (Terj), Jakarta: Gema Insani


Press, 1999.

RPJM Nagari Tabek Panjang Th. 2006-2010

Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah (terj Moh. Thalib), Bandung: PT. Alma’arif, Cet. 14,
1997

Sukmasari, Fiony. Perkawinan Adat Minangkabau, Jakarta: Karya Indah, 1983

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006.

Thalib, Muhammad. Perkawinan Menurut Islam, Surabaya, al-Ikhlas: 1993.

Umar, Anshori. Fiqih Wanita (Terj), Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1986


Kantor Wali Nagari Tabek Panjang

Jorong Baso, suasana salah satu lokasi penelitian

Anda mungkin juga menyukai