Walimah Dalam Budaya Minangkabau PDF
Walimah Dalam Budaya Minangkabau PDF
Walimah Dalam Budaya Minangkabau PDF
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh:
ALI IMRAN
NIM : 103044128021
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Ali Imran
NIM : 103044128021
Di Bawah Bimbingan :
Pembimbing
PANITIA UJIAN
Puji dan syukur ke hadirat-Mu ya Allah tuhan pemberi rahmat semesta alam,
berkat rahmat dan hidayah-Mu lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi pada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bimbingan dan petunjuk-Mu selalu penulis
umat, Nabi besar Muhammad saw, keluarganya, para sahabatnya, serta ulama-ulama
harus selesaikan bersamaan dengan penyelesaian skripsi ini. Semua itu dapat
diselesaikan karena bimbingan dan dorongan serta bantuan semua pihak yang pernah
penyusunan skripsi ini sangat layak mendapatkan bimbingan. Akhirnya selesai juga
skripsi ini dan penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MM., sebagai Dekan
Jakarta.
2. Bapak Drs. H. Basiq Jalil, M.Ag dan Bapak Kamarusdiana, S.Ag., M.H.,
4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri
memberikan kasih sayang kepada ananda, dan telah berkorban tanpa lelah
6. Uni Nelfiza dan Uda Refri Intan Nagari yang selalu memberi motivasi dan
support kepada penulis. Serta adinda Ahmad Firdaus yang telah membantu
untuk menjalankan bisnis selama penyusunan skripsi ini. Begitu juga semua
keluarga dan sanak famili di kampung yang selalu memberi motivasi kepada
penulis.
7. Mak Iyat, Da Can, Da Su, Da Nof, Da Alfiza, Da Ris, Wan Diak dan Ni Asni
yang telah banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan kepada penulis
selama.
Ciputat serta alumni/senior KMM, Rasul, Taufik, Arya, Zikra, Ami, Tungkil,
Khaliang, Dayat Elok. Tidak akan lupa Zul Ashfi yang ikut berpartisipasi
sebutkan satu persatu yang telah sudi berbagi suka dan duka mulai sejak
10. Fahmi, Taek dan kawan-kawan di UI Depok yang selalu menjadi sahabat baik
penulis.
11. Adiak uda Yonne, Lidya alias Chipuik dan Yelfi yang selalu berbagi
keceriaan dengan penuh canda dan tawa selama penulis menyelesaikan skripsi
ini.
12. Teman-teman Jurusan Peradilan Agama kelas A dan B angkatan 2003, yang
senasib dan seperjuangan dan telah banyak membantu serta bertukar pikiran
selama perkuliahan.
Akhirnya penulis hanya dapat mengembalikan semua kepada zat yang maha
kuasa, Allah Azza wa Jalla. Semoga amal baik mereka mendapat balasan yang
berlipatganda dari Allah swt. Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat
Penulis
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................ 10
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................... 11
D. Metode Penelitian...................................................................... 12
E. Pedoman Penulisan.................................................................... 13
F. Review Studi Terdahulu............................................................ 14
G. Sistematika Penulisan................................................................ 15
BAB II WALIMAH .................................................................................... 16
A. Pengertian dan Dasar Hukum Walimah .................................... 16
1. Pengertian Walimah ............................................................ 16
2. Dasar Hukum Walimah ....................................................... 18
B. Tujuan dan Hikmah Walimah ................................................... 21
C. Waktu dan Masa Pelaksanaan Walimah ................................... 22
1. Waktu Pelaksanaan Walimah .............................................. 22
2. Masa Pelaksanaan Walimah ................................................ 23
D. Bentuk Pelaksanaan Walimah ................................................... 25
E. Hukum Menghadiri Walimah.................................................... 30
BAB III KONDISI OBYEKTIF NAGARI TABEK PANJANG KECA-
MATAN BASO KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT 33
A. Sejarah Nagari di Minangkabau ................................................ 33
B. Kondisi Geografis...................................................................... 35
C. Kondisi Demografis .................................................................. 36
1. Penduduk ............................................................................. 36
2. Mata Pencarian .................................................................... 37
3. Pendidikan ........................................................................... 39
D. Kondisi Sosiologis..................................................................... 41
1. Sosial Agama....................................................................... 41
2. Sosial Kemasyarakatan........................................................ 43
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN
WALIMAH DI NAGARI TABEK PANJANG .......................... 45
A. Gambaran Pelaksanaan Walimah di Nagari Tabek Panjang ..... 45
1. Penentuan Undangan Walimah (Baralek)........................... 45
2. Baiyo-iyo ............................................................................. 47
3. Baralek ................................................................................ 49
B. Tinjauan Hukum Islam dan Analisa Penulis Terhadap Pelak-
sanaan Walimah ........................................................................ 53
1. Penyebaran Undangan ......................................................... 53
2. Masa Pelaksanaan Walimah ................................................ 55
3. Hidangan yang Disediakan Pada Acara Walimah............... 57
4. Pakaian yang Dikenakan Pengantin pada Acara Walimah . 63
5. Hiburan pada Pelaksanaan Walimah ................................... 68
C. Pandangan Ulama Setempat ...................................................... 71
BAB V PENUTUP....................................................................................... 74
A. Kesimpulan................................................................................ 74
B. Saran-saran ................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 77
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama samawi yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW melalui wahyu-Nya yaitu al-Qur’an dan selaras dengan itu
sebagai penjelas maksud al-Qur’an ada sabda-sabda Nabi yang dijadikan sebagai
timbal balik antar sesama manusia dan ada aturan dalam menjalankan hidup
sesamanya. Aturan yang disebutkan itu telah diturunkan oleh Allah SWT untuk
pun banyak mengajarkan tentang tata cara hidup sebagai makhluk sosial, sehingga
dengan berbagai macam cara. Ada yang membuka usaha pertanian, perdagangan,
industri, jasa dan sebagainya. Semua itu digeluti demi untuk dapat
mempertahankan hidup keluarga. Hidup dan bekerja mencari nafkah setiap hari
menjadikan manusia jemu, sehingga manusia sangat butuh kasih sayang dan
perhatian dari pasangan hidupnya. Sebagai tanda kebesaran Allah SWT manusia
diciptakan berpasangan, sehingga membuat ia senang dan ada rasa kasih sayang
penyaluran kebutuhan biologis. Di samping itu manusia diberikan akal agar dapat
hidup dan menyalurkan kebutuhan biologis yaitu dengan pernikahan. Ini satu-
satunya jalan keluar bagi manusia agar dapat menghalalkan yang telah
diharamkan oleh Allah SWT. Boleh melakukan apa-apa saja dengan pasangan
hidupnya, saling mencintai, mengasihi, berbagi rasa dalam suka dan duka serta
ﻞ
َ ﺟ َﻌ
َ ﺴ ُﻜﻨُﻮا إِﻟَ ْﻴﻬَﺎ َو
ْ ﺴ ُﻜ ْﻢ أَ ْزوَاﺟًﺎ ِﻟ َﺘِ ﻦ َأ ْﻧ ُﻔ
ْ ﻖ َﻟ ُﻜ ْﻢ ِﻣ
َ ﺧَﻠَ ن ْ ﻦ ءَاﻳَﺎ ِﺗ ِﻪ َأ ْ َو ِﻣ
30 / ن )اﻟﺮوم َ ت ِﻟ َﻘ ْﻮ ٍم َﻳ َﺘ َﻔ ﱠﻜﺮُو
ٍ ﻚ ﻟَﺂﻳَﺎ َ ن ﻓِﻲ َذِﻟ ﺣ َﻤ ًﺔ ِإ ﱠ
ْ َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻜ ْﻢ َﻣ َﻮ ﱠد ًة َو َر
(21 :
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.
Selanjutnya firman Allah :
َﺟ ُﻜ ْﻢ ﺑَﻨِﻴﻦ
ِ ﻦ َأ ْزوَا ْ ﻞ َﻟ ُﻜ ْﻢ ِﻣَ ﺟ َﻌ
َ ﺴ ُﻜ ْﻢ َأ ْزوَاﺟًﺎ َو ِ ﻦ َأ ْﻧ ُﻔْ ﻞ َﻟ ُﻜ ْﻢ ِﻣ َ ﺟ َﻌ
َ ﷲ ُ وَا
ﷲ ُه ْﻢ ِ ن َو ِﺑ ِﻨ ْﻌ َﻤ ِﺔ اَ ﻞ ُﻳ ْﺆ ِﻣﻨُﻮ ِﻃ ِ ت َأ َﻓﺒِﺎ ْﻟﺒَﺎ
ِ ﻄ ﱢﻴﺒَﺎ
ﻦ اﻟ ﱠ َ ﺣ َﻔ َﺪ ًة َو َر َز َﻗ ُﻜ ْﻢ ِﻣ
َ َو
(16:72/ن )اﻟﻨﺤﻞ َ َﻳ ْﻜ ُﻔﺮُو
Artinya : “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak anak dan cucu-
cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah
mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah”.
lawan jenisnya untuk dijadikan suami atau isteri untuk menjalin keluarga sakinah,
mawaddah, wa rahmah. Agar tercipta impian keluarga sakinah itu tentunya akan
SAW :
1
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Beirut, Dar Ibnu
Katsir, 1987, Juz 5, h.1958
Yang dimaksud dengan keberagamaan di sini adalah komitmen
dijadikan pilihan utama karena itulah yang akan langgeng. Kekayaan suatu ketika
dapat lenyap dan kecantikan suatu ketika dapat pudar demikian pula kedudukan,
sesuai dengan keinginan atau sudah terdapat kriteria tertentu dalam diri pasangan,
kehendak untuk menikahi pasangan yang telah ditentukan itu tentu akan
terlebih dahulu pasangan yang akan dinikahi. Hikmah peminangan ini agar dapat
mendatangi pihak calon pengantin pria untuk dijapuik artinya diminta untuk
datang ke rumah mempelai wanita maka yang mendatangkan sirih atau manyiriah
itu adalah pihak wanita. Pihak calon mempelai laki-laki namanya kedatangan
2
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2006, h. 48
3
Sirih biasanya dalam masyarakat Minang digunakan untuk basa basi kepada seseorang /
menawarkan sesuatu. Artinya seseorang menawarkan / meminta seseorang untuk dijadikan menantu di
rumahnya.
Tabek Panjang pada khususnya, dalam hal peminangan inilah yang biasanya
dilakukan.
untuk mengikat hubungan kasih sayang manusia. Peristiwa ini akan dikenang
selalu dan diabadikan dalam kenangan foto atau video sehingga akan mudah
teringat masa yang menyenangkan itu dalam sejarah hidupnya. Sebagai wujud
rasa ke hadhirat Allah SWT syukur pada peristiwa ini, maka dikenanglah dengan
adalah sunnah. Hal ini dipahami dari sabda Nabi SAW dari Anas ibn Malik
4
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, h.1979
“Semoga Allah memberkatimu. Adakanlah perhelatan, walaupun hanya
dengan memotong seekor kambing”. (H.R Bukhari)
mengandung arti wajib, tetapi hanya sunnah menurut jumhur ulama karena yang
demikian hanya merupakan tradisi yang hidup melanjutkan tradisi yang berlaku di
kalangan Arab sebelum Islam datang. Pelaksanaan walimah masa lalu itu diakui
sebagaimana dibatasi oleh syari’at Islam. Tidak boleh diadakan secara berlebihan
yang suka berlebih-lebihan yang merupakan bentuk sifat mubazir. Allah SWT
.ن ِﻟ َﺮ ﱢﺑ ِﻪ َآﻔُﻮرًا
ُ ﺸ ْﻴﻄَﺎ
ن اﻟ ﱠ
َ ﻦ َوآَﺎ
ِ ﻃﻴ
ِ ﺸﻴَﺎ
ن اﻟ ﱠ
َ ﺧﻮَا
ْ ﻦ آَﺎﻧُﻮا ِإ
َ ن ا ْﻟ ُﻤ َﺒ ﱢﺬرِﻳ
ِإ ﱠ
(17:27 / )اﻹﺳﺮاء
Artinya : “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.
hari, walimah yang dilakukan lebih dari dua hari dipandang sebagai perbuatan
5
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2006, h. 156
sum’ah atau pamer diri. Walimah semacam ini dilarang sebagaimana terdapat
saja. Jika ingin dilakukan lebih lama maksimal diadakan dua hari. Tujuan
menikah dan masyarakat mengetahui dan mengerti bahwa kedua mempelai sudah
diadakan di rumah calon pengantin laki-laki dan wanita. Di rumah pihak laki-laki
biasanya diadakan selama dua sampai tiga hari. Sedangkan di rumah pihak wanita
6
Muhammad bin Isa abu Isa al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, Beirut, Dar Ihya al-Turats al-
Arabi, t.th, Juz 3, h. 403.
bisa memakan waktu lima belas hari termasuk acara baiyo-iyo,7 acara
walimahnya saja menghabisi waktu satu minggu. Jadi acara walimah terbagi dua
yaitu sebelum akad nikah disebut dengan baiyo-iyo dan sesudah akad nikah
disebut dengan baralek. Pada waktu diadakan baiyo-iyo di rumah calon mempelai
laki-laki juga dihadiri oleh beberapa orang dari pihak perempuan untuk timbang
dilakukan pada hari pertama baralek yaitu pada hari Jum’at. Mempelai laki-laki
turun dari rumahnya menuju rumah mempelai wanita pada sore hari dengan
diiringi musik rebana. Ini adalah salah satu bentuk adat dan tradisi masyarakat di
Minangkabau.
nan sabana adat, kedua: adat nan diadatkan, ketiga: adat nan taradat, keempat:
adat istiadat. Adapun adat nan sabana adat adalah aturan-aturan dan sifat-sifat
serta ketentuan-ketentuan yang terletak pada setiap jenis benda alam ini seperti:
api membakar, air membasahi, laut berombak. Adat nan diadatkan adalah adat
yang diadatkan oleh nenek moyang yang menciptakan adat Minangkabau itu yang
dikenal oleh orang Minangkabau secara turun temurun. Adat nan taradat adalah
aturan-aturan yang disusun dengan hasil musyawarah dan mufakat para penghulu
ninik mamak di setiap nagari. Peraturan itu berguna untuk melaksanakan aturan
7
Baiyo-iyo adalah musyawarah yang dilakukan untuk membicarakan persiapan menjelang
berlangsungnya walimah yang diadakan oleh sanak famili, ninik mamak, dan orang kampung.
8
Timbang tando adalah pemberian tanda dari pihak perempuan berupa kain kepada pihak
laki-laki sedangkan pihak laki-laki juga memberikan hal yang sama.
ataupun hukum-hukum dasar dari adat nan diadatkan. Konsekuensi logisnya
adalah berbedanya aturan pelaksanaan dari satu nagari dengan nagari lain
berdasarkan kepada masalah yang dihadapi, seperti yang dijelaskan oleh pepatah
Minangkabau: Lain lubuak lain ikannyo, lain padang lain ilalangnyo (setiap
tempat memiliki adat tersendiri yang berbeda dengan tempat lain). Adat istiadat
adalah aturan yang juga lahir dari kesepakatan dan musyawarah para penghulu
dan ninik mamak dan peraturan tersebut lebih banyak terfokus pada spesifikasi
wilayah dan nagari. Karena peraturan ini mencakup kepada segala kemauan dan
pihak keluarga dari kedua mempelai, karena memakan waktu yang lama yang
otomatis menghabiskan waktu kerabat dan tetangga. Di samping itu yang terlibat
dalam acara ini dan para tetangga yang akan tersita waktunya dalam pelaksanaan
walimah ini. Juga masalah biaya yang akan dikeluarkan cukup banyak yang
harus memaksakan diri untuk harus melaksanakannya. Karena ini termasuk dalam
kategori adat nan taradat maka tradisi tersebut tidak baku dan tidak mesti
dilaksanakan seperti ini selamanya maka kemungkinan untuk merobah tradisi ini
masih tetap terbuka dan hal ini tidak bertentangan dengan slogan adat basandi
Kecamatan Baso, penulis tertarik untuk membahasnya, untuk lebih terarah skripsi
1. Pembatasan Masalah
penulis membatasi :
2. Perumusan Masalah
Inti permasalahan yang harus dikaji pada penulisan skripsi ini adalah :
b. Kapan waktu dan berapa lama pelaksanaan walimah menurut adat istiadat
Kabupaten Agam
pelaksanaan walimah.
4. Memenuhi tugas dan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum Islam pada
1. Pengumpulan Data
2. Sumber Data
b. Pemerintahan Nagari.
yang diteliti.
b. Metode induktif yaitu persoalan yang dimulai dari persoalan yang khusus
E. Pedoman Penulisan
buku Pedoman Penulisan Skripsi terbitan Fakultas Syari’ah dan Hukum tahun
2007. Pada penulisan skripsi ini terdapat pengecualian pada penulisan, yaitu
sebagai berikut:
dengan cara mengamati karya ilmiah orang lain yang membahas tentang walimah
dalam bentuk skripsi. Skripsi yang ditulis oleh saudari Mimin Sutarsih, NIM.
Ditinjau dari Sudut Pandang Islam (Studi Kasus Di Kabupaten Agam). Skripsi ini
teknis dengan menerangkan secara terperinci, dan ruang lingkupnya lebih luas
yaitu di kabupaten Agam. Penulis melihat masih ada ruang untuk melakukan
penelitian tentang masalah ini dengan memfokuskan penelitian tentang waktu dan
Tidak semua adat di Minangkabau itu sama, karena ada pepatah yang
mengatakan: “lain lubuk lain ikannya, lain padang lain ilalangnya”. Tradisi yang
ada di Nagari Tabek Panjang ada perbedaan dengan tradisi yang ada di nagari-
nagari lain. Perbedaan ini lah yang membuat penulis tertarik untuk membahasnya.
baralek, hidangan pada acara baralek, pakaian yang dikenakan pengantin dan
Bab Pertama Pendahuluan, dalam bab ini dinjelaskan tentang latar belakang
Bab Kedua Walimah, dalam bab ini dijelaskan pengertian dan dasar hukum
menghadiri walimah.
Bab Kelima Penutup, pada bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
WALIMAH
1. Pengertian Walimah
dimaksudkan memberi do’a restu agar kedua mempelai mau bertemu dengan
menjadi “walimah” dalam fikih Islam mengandung makna yang umum dan
makna yang khusus. Makna umumnya adalah seluruh bentuk perayaan yang
telah resmi menjadi suami istri, sekaligus sebagai rasa syukur keluarga kedua
9
Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqih Wanita (Terj Anshori Umar), Semarang, CV. Asy-
Syifa’, 1986, h. 382
10
Abdul Azis Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996,
h. 1917
Walimah adalah istilah yang terdapat dalam literatur Arab yang
secara arti kata berarti jamuan yang khusus untuk perkawinan dan tidak
menggunakan kata walimah itu untuk setiap jamuan makan, untuk setiap
disebut اﻟﺨﺮﺳﺔ, untuk jamuan kembalinya orang yang hilang disebut: اﻟﻨﻘﻴﻌﺔ,
kata اﻟﻌﻘﻴﻘﺔdigunakan untuk sembelihan bagi anak yang telah lahir.11 Walimah
berarti penyajian makanan untuk acara pesta. Ada juga yang mengatakan,
walimah berarti segala macam makanan yang dihidangkan untuk acara pesta
atau lainnya.12
yang diadakan dalam perayaan pesta perkawinan atau setiap jamuan untuk
kesimpulan bahwa walimah adalah upacara sebagai tanda rasa syukur atas
11
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2006, h. 155
12
M. Abdul Ghoffar E.M, Fiqih Wanita (terj), Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2000, hal. 487
13
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah 7 (terj. Moh. Thalib), Bandung, PT. Alma’arif, h.184
telah dilaksanakan akad pernikahan dengan mengadakan jamuan dan dalam
rangka bergembira.
walaupun hanya dengan makan kurma dan roti serta seekor kambing,
mengadakan walimah.
14
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Beirut, Dar Ibnu
Katsir, 1987, Juz 5, h.1979
Ulama Mazhab Zhahiri, salah satu pendapat Imam Malik dan salah
adalah wajib, karena Rasulullah SAW menggunakan fiil amar dalam hadis
tersebut. Antara lain yang mereka kemukakan adalah kisah perkawinan Ali
bin Abi Thalib dengan Fatimah anak Nabi Muhammad SAW. Dalam hadis
15
Abdul Azis Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996.
h. 1918
16
Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Kairo, Muassasah Qurtubah,
1978, Juz 5, h.359
dengan cara bagaimanapun harus diadakan, demikian pendapat yang
Bagi yang mampu agar tidak mengurangi dari seekor kambing. Al-
Qadhy sepakat bahwa tidak ada batasan minimal, boleh dilaksanakan menurut
atau selain kambing dan boleh juga tidak menyembelih apa-apa. Hal ini
berbunyi:
17
M. Abdul Ghaffar, Fiqh Keluarga (terj.), h.99
18
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 4, h.1543
kemudian meletakkan kurma, keju dan minyak samin di atas
hamparan itu. (H.R Bukhari).
walimah ini yang sesuai dengan kemampuan atau kesanggupan keluarga yang
mempunyai hajat.
masyarakat bahwa telah dilangsungkan pernikahan secara resmi dan sah salah
seorang anggota masyarakat dalam keluarga tertentu. Jadi antara laki-laki dan
sebagai warga baru dalam masyarakat tersebut. Menurut Sayyid Sabiq tujuan
dan hikmah walimah adalah agar terhindar dari nikah sirri yang terlarang dan
untuk menyatakan rasa gembira yang dihalalkan oleh Allah SWT dalam
menikmati kebaikan. Karena perkawinan perbuatan yang haq untuk
yaitu antara pihak suami dengan pihak istri. Adanya saling mengundang
tujuan dan hikmah walimah adalah agar terhindar dari nikah sirri karena
mengungkapkan rasa gembira karena hal ini dibolehkan oleh Allah. Walimah
juga menyiarkan kepada khalayak ramai baik itu yang terdekat maupun yang
19
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 7 (terj. Moh. Thalib), Bandung, PT. Alma’arif, hal.177
20
Muhammad Thalib, Perkawinan Menurut Islam, Surabaya, al-Ikhlas, 1993, hal. 16-17
ketika hari perkawinan atau sesudahnya. Hal ini leluasa tergantung pada adat
orang untuk walimah setelah beliau bercampur dengan Zainab. Ulama mazhab
menentukan waktu yang jelas, karena menurut mereka diserahkan kepada adat
kebiasaan setempat.22
disunnahkan ketika akad nikah atau sesudahnya atau ketika hari perkawinan
atau sesudahnya. Ini dapat diserahkan pada kebiasaan atau tradisi suatu
daerah.
21
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 7 (terj. Moh. Thalib), 185-186
22
Abdul Azis Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, h. 1918
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﻮﺳﻰ اﻟﺒﺼﺮي ﺣﺪﺛﻨﺎ زﻳﺎد ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺣﺪﺛﻨﺎ
: ﻋﻄﺎء ﺑﻦ اﻟﺴﺎﺋﺐ ﻋﻦ أﺑﻲ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد ﻗﺎل
ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻃﻌﺎم أول ﻳﻮم ﺣﻖ وﻃﻌﺎم
ﻳﻮم اﻟﺜﺎﻧﻲ ﺳﻨﺔ وﻃﻌﺎم ﻳﻮم اﻟﺜﺎﻟﺚ ﺳﻤﻌﺔ وﻣﻦ ﺳﻤﻊ ﺳﻤﻊ اﷲ ﺑﻪ
23
()رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺬى
Artinya : “Dari Ibnu Mas’ud r.a ia berkata : Bersabda Rasulullah SAW :
Menghidangkan makanan pada hari pertama itu hak
(wajib/sunnat), pada hari kedua adalah sunnah dan pada hari yang
ketiga adalah sum’ah (melakukan sesuatu agar didengar orang
banyak). Barangsiapa yang melakukan sum’ah, maka Allah akan
memperdengarkannya”. (H.R. Turmudzi)
walimah pada hari pertama, dan inilah salah satu pegangan oleh orang-orang
bukan makruh hukumnya mengingat ia masih bisa dikenal. Dan sesuatu yang
bisa dikenal itu hukumnya adalah makruh apabila mungkar. Adapun yang
ketiga.
mengatakan bahwa walimah pada hari pertama adalah wajib, pada hari kedua
adalah sunat sedangkan pada hari ketiga adalah termasuk riya dan sum’ah
Muhammad bin Isa abu Isa al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, Beirut, Dar Ihya al-Turats al- 23
Arabi, t.th, Juz 3, h. 403.
menjadi haram juga. Menurut Imam Nawawi mengatakan bahwa apabila
diadakan walimah tiga hari, maka pemenuhan undangan pada hari ketiga
adalah makruh, tidak wajib secara mutlak. Sekelompok ulama yang lain
ketiga itu bagi orang yang tidak diundang pada hari pertama dan kedua. Imam
Dari hadis dan pendapat ulama di atas maka dapat dipahami bahwa
terpaksa lebih dari masa tersebut, maka tidak boleh berniat pamer karena hal
namun mengenai bentuk walimah itu tidak dijelaskan secara terperinci. Hal ini
walimah itu disesuaikan dengan kemampuan dan tidak sampai terjadi pemborosan
atau mubazir, serta tidak ada maksud-maksud lain yang dilarang agama seperti
24
Muhammad bin Ismail Al-Kahlani, Subul as-Salam, Bandung, Maktabah Dahlan, t.th,
hal.157
membanggakan diri, memamerkan kekayaan (riya) dan hal-hal lain yang
SAW dengan Shafiyah, adalah ketika Nabi SAW masih dalam perjalanan. Ummu
25
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 5, h.1983
26
Muhammad bin Yazid Abu Abdullah, Sunan Ibnu Majah, Beirut, Dar al-Fikri, t.th, juz 1
h.615
Sulaim menyiapkan walimah bagi beliau, sebagai hadiah darinya untuk
menyambut kedatangan beliau pada malam harinya. Pada esok harinya Nabi
SAW juga mengadakan walimah, dimana beliau juga berkata kepada sahabat
kulit dan para sahabat datang dengan membawa sejenis keju, mentega serta
kurma. Lalu para sahabat wanita membuat hidangan dari bahan-bahan tersebut
Rasulullah melakukan walimah itu dengan cara jamuan biasa dan sederhana,
walimah itu memang harus dilaksanakan menurut kemampuan dan tidak boleh
dipaksakan.
adalah suatu hal yang diperbolehkan dalam Islam, selama tidak disertai dengan
dalam situasi gembira, guna melahirkan perasaan senang dan menghibur hati
seperti hari raya dan kedatangan orang yang sudah lama ditunggu. Rasulullah
Muhammad SAW pernah datang dan masuk ke rumahku ketika aku sedang
dinikahkan. Kemudian beliau masuk dan duduk di lantai. Lalu beberapa orang
budak wanita kami menabuh rebana seraya meratapi orang tua kami yang telah
gugur pada perang badar. Ketika salah seorang di antara mereka sedang
bernyanyi padahal ada di antara kami Nabi SAW yang mengetahui apa yang
28
Muhammad bin Yazid Abu Abdullah, Sunan Ibnu Majah, h.612
terjadi hari esok. Maka Nabi SAW bersabda “tinggalkan hal itu dan ucapkanlah
nyanyian wanita yang mengundang nafsu. Pesta perkawinan wajib dijauhkan dari
acara yang tidak sopan, campur gaul antara laki-laki dan perempuan, begitu pula
seorang budak wanita berkulit hitam berkata “Ya Rasulullah SAW sesungguhnya
aku pernah bernazar, jika engkau kembali dalam keadaan selamat maka aku akan
menabuh rebana sambil bernyanyi dihadapanmu”. Mendengar hal itu beliau pun
29
M. Abdul Ghaffar, Fiqh Keluarga (terj.), h.88
30
Ahmad bin Syuaib Abu Abdurrahman an-Nasai, Sunan al-Nasai, Halb, Maktab al-
Mathbuat al-Islamiyyah, 1986, Juz 6, h.127
bersabda :”jika kamu telah bernazar, maka tabuhkanlah dan jika tidak bernazar
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻳﺤﻴﻰ ﺑﻦ ﻳﺤﻴﻰ ﻗﺎل ﻗﺮأت ﻋﻠﻰ ﻣﺎﻟﻚ ﻋﻦ ﻧﺎﻓﻊ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ
إذا دﻋﻰ أﺣﺪآﻢ إﻟﻰ اﻟﻮﻟﻴﻤﺔ: ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ
32
( )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ.ﻓﻠﻴﺄﺗﻬﺎ
Artimya : “Dari Ibnu Umar ia berkata : Bersabda Rasulullah SAW : Apabila
diundang salah satu di antara kamu kepada walimah, maka
hendaklah datang menghadirinya”. (H.R Muslim)
وﺣﺪﺛﻨﺎ اﺑﻦ أﺑﻲ ﻋﻤﺮ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻔﻴﺎن ﻗﺎل ﺳﻤﻌﺖ زﻳﺎد ﺑﻦ ﺳﻌﺪ ﻗﺎل
ﺳﻤﻌﺖ ﺛﺎﺑﺘﺎ اﻷﻋﺮج ﻳﺤﺪث ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ
ﺷﺮ اﻟﻄﻌﺎم ﻃﻌﺎم اﻟﻮﻟﻴﻤﺔ ﻳﻤﻨﻌﻬﺎ ﻣﻦ ﻳﺄﺗﻴﻬﺎ: ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل
وﻳﺪﻋﻰ إﻟﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﻳﺄﺑﺎهﺎ وﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ اﻟﺪﻋﻮة ﻓﻘﺪ ﻋﺼﻰ اﷲ
33
( )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ.ورﺳﻮﻟﻪ
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW bersabda : sejelek-jelek
makanan adalah makanan walimah, karena orang-orang yang layak
diundang tidak diundang (orang miskin) dan orang-orang yang
seharusnya tidak diundang malah diundang (orang kaya). Barang
31
M. Abdul Ghaffar, Fiqh Keluarga (terj.), h.93
32
Muslim bin Hujaj Abu Husain al-Qusyairi, Shahih Muslim, Beirut, Dar Ihya al-Turas al-
Arabi, t.th, Juz 2, hal. 1052
33
Muslim bin Hujaj Abu Husain al-Qusyairi, Shahih Muslim, h. 1054
siapa yang tidak memenuhi undangan (tanpa uzur), maka ia telah
durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.” (H.R. Muslim)
merasa terhormat dengan kehadiran dan dihargai karena telah ikut berpartisipasi
mengecewakan dan terjadi negative thinking (buruk sangka) pada yang diundang.
berikut:
lain, umpamanya yang diundang hanya yang kaya-kaya saja, sedang yang
miskin-miskin tidak.
utusannya. Adapun kalau undangan itu disampai dengan membuka pintu lalu
berkata, “Mari, silakan masuk siapa saja yang mau”, itu tidak wajib dipenuhi
atau menari. Kalau itu ada, maka undangan pun tak wajib dan tidak mustahab
dipenuhi.
undangan yang disampaikan untuk hari kedua, tidak wajib dipenuhi, bahkan
5. Yang memberi undangan itu orang Islam. Maka tidak wajiblah memenuhi
34
Anshori Umar, Fiqih Wanita (terj), Semarang, Asy-Syifa’, 1986, h. 383
BAB III
Adat Minang pun hanya salingkuang nagari itu. Jadi, suku dan nagari mempunyai
memiliki unsur negara modern, yaitu adanya rakyat yang hidup berkelompok,
35
Amir M.S, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, Jakarta, PT. Mutiara
Sumber Widya, hal.47
masyarakat, maka Penghulu menduduki posisi selaku pemimpin suku dan
Nagari di Sumatera Barat sudah ada sejak nenek moyang orang Minang
mendirikan pemerintahan adat. Namun pada zaman Orde Baru dengan lahirnya
pemerintahan terendah dari nagari ke desa yang berarti bahwa nagari tidak lagi
susunan ketatanegaraan.
bagi pemerintah daerah Sumatera Barat untuk mengatur dan mengurus rumah
dalam hal ini menata kembali Pemerintah Nagari demi kemajuan masyarakat
adat mamakai (adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah, syarak berfatwa
F. Kondisi Geografis
Nagari Tabek Panjang berada pada 0-30 Lintang Selatan dan 100,280
Bujur Timur dengan luas lebih kurang 17,8 Km dengan ketinggian 909 Km dari
permukaan laut. Nagari Tabek Panjang terletak di ibu kota Kecamatan Baso Kab.
Agam.36 Nagari Tabek Panjang ini terdiri dari empat jorong, yaitu :
2. Jorong Baso
36
Dokumen Perencanaan Bersama Masyarakat (PBM) Nagari Tabek Panjang Kec. Baso
Kab. Agam. h.3
Dilewati jalan negara / lintas poros tengah Sumatera Barat-Riau dengan akses
Untuk lebih jelas tentang keadaan Nagari Tabek Panjang dapat dilihat
G. Kondisi Demografis
1. Penduduk
tercatat sebanyak 9.151 jiwa dengan rincian 4.484 jiwa laki-laki dan 4.667
percampuran dengan penduduk lain baik dalam daerah maupun luar daerah
seperti Maninjau, Batu Sangkar, Pesisir, Pulau Jawa dan lain-lain. Sehingga
2. Mata Pencarian
mengandalkan pertanian.
Nagari Tabek Panjang. Lahan pertanian yang mereka olah berupa dataran
37
Data Profil Nagari Tabek Panjang Tahun 2005-2006
perkebunan di Nagari Tabek Panjang ini banyak ditanami dengan pohon
pisang. Tetapi belakangan ini pohon-pohon pisang banyak yang sakit, maka
pertanian penduduk banyak yang rusak. Tetapi penduduk tidak begitu kecewa
dengan hal ini karena bisa memanfaatkannya dengan menanam tanaman lain
seperti: menanam cabe, tomat, ubi, dan tanaman lainnya. Kemudian hasil dari
pertanian tersebut langsung dibawa ke pasar Baso yang merupakan pusat jual
beli.38
lebih intensif, contohnya ternak sapi atau kerbau, sekarang tidak lagi
maksimal. Sedangkan untuk memperoleh anak sapi yang baik tidak lagi
menggunakan sapi jantan untuk dikawinkan dengan sapi betina, tetapi dapat
38
Khairul Malin Marajo,Tokoh Masyarakat, Wawancara Pribadi, Baso, tanggal 07 Oktober
2007.
memperoleh bibit sapi dengan cara disuntikkan yang dilakukan oleh
kerajinan rumah tangga atau perabot, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan
mereka.
3. Pendidikan
suatu daerah hanya bisa dibina dan dikembangkan melalui bangku pendidikan
empat buah, SD enam buah, SLTP satu buah, SLTA satu buah dan Diklat satu
buah. Selain itu telah dibuka pula SMP Terbuka sebanyak dua buah. Untuk
lebih jelasnya sarana pendidikan yang ada di Nagari Tabek Panjang dapat
MDA/TPQ/TPSQ.
H. Kondisi Sosiologis
1. Sosial Agama
beragama berjalan dengan lancar karena dari 9151 jiwa penduduk seluruhnya
dilaksanakan secara kaffah (menyeluruh), hal ini dapat terlihat dari kegiatan
seremonial.
dapat dilihat dalam bidang sosial keagamaan didukung oleh sarana dan
prasarana yang cukup baik untuk tempat ibadah dan tempat pendidikan dan
TPQ/TPSQ.
Panjang semakin semarak hal ini terlihat dari identitas kegiatan yang
dilaksanakan yaitu berupa Wirid Yasin, BKMT, Didikan Subuh, Dialog Islam,
Pesantren Kilat dan Salawat. Sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan
Jum’at dan shalat dua hari raya. Selain itu digunakan untuk kegiatan-kegiatan
kehidupan beragama.
2. Sosial Kemasyarakatan
kematian atau acara walimah perkawinan atau syukuran. Warga nagari Tabek
Panjang akan ikut andil dan saling merasakan suka dan duka, saling
mayat dan sebagian lagi mengurus penggalian kubur. Malam harinya setelah
suku. Persetujuan ini dilakukan pada acara baiyo-iyo semua keluarga baik dari
bapak dan ibu diundang untuk menghadiri acara ini. Setelah mendapatkan
41
Mamak dalam bahasa Minangkabau artinya paman dari keluarga ibu/saudara laki-laki ibu.
42
Niniak mamak atau Datuk artinya penghulu adat dari sebuah suku
mengundang orang-orang kampung serta sanak famili untuk menghadiri
walimah dan bersama-sama ikut merasakan suka cita sebuah keluarga yang
sedang berbahagia.
BAB IV
mempunyai adat istiadat yang hampir sama dalam tata cara pelaksanaan
lain-lain.
adalah dalam hal lamanya pelaksanaan walimah tersebut. Pada tiga jorong
dari empat jorong yang ada di Nagari Tabek Panjang, pelaksanaan walimah
hanya dilakukan beberapa hari saja. Tetapi di salah satu jorong yang lain,
yaitu Jorong Baso, pelaksanaan walimah memakan waktu lebih kurang 8 hari.
khususnya Jorong Baso masih mengikuti tradisi adat yang dilakukan orang-
43
Wilayah terkecil setelah nagari/desa
orang terdahulu. Di samping itu pelaksanaan walimah tersebut ada yang
sesuai dengan syari’at Islam dan ada pula yang tidak sesuai.
telah diundang oleh ahli walimah. Demikian juga halnya di Nagari Tabek
untuk cara baiyo-iyo maupun untuk cara baralek. Orang yang maimbau
urang untuk acara baiyo-iyo adalah perempuan yang sudah dewasa (yang
tanda basa-basi. Orang yang diundang adalah sanak famili yang terdekat,
lima belas tahun. Mereka membawa daun sirih lengkap dengan daun
laki-laki membawa rokok, daun nipah dan tembakau sebagai tanda basa-
Babarito ini dilakukan mulai dari acara baiyo-iyo sampai hari acara
baralek.
Biasanya orang yang diundang dcngan cara ini adalah sanak famili atau
2. Baiyo-iyo
yang dilaksanakan oleh calon kedua mempelai yang dihadiri oleh sanak
famili, orang kampung, ninik mamak, urang sumando dan lain-lain. Tujuan
yang akan menyemput anak daro dan menentukan orang yang akan
juga dilaksanakan acara timbang tando. Acara timbang tando ini dihadiri pula
oleh orang-orang yang diutus oleh pihak keluarga mempelai wanita dengan
diutus datang ke rumah mempelai pria dengan membawa daun sirih lengkap
44
Anak daro adalah sebutan untuk mempelai perempuan
dengan buah pinang, gambir, kapur sirih dan pinyaram. Selain itu yang
dibawa adalah selembar kain lama seperti kain songket, yang mana kain ini
ditukar dengan kain yang juga telah disediakan oleh keluarga mempelai pria
dan timbang tando berarti telah terjadinya kesepakatan antara kedua belah
3. Baralek
memakan waktu yang lama yaitu selama delapan hari. Para undangan yang
akan hadir dalam acara baralek ini boleh datang kapan saja asalkan masih di
dalam delapan hari tersebut. Biasanya baralek yang delapan hari ini dimulai
dari hari Jum’at sampai hari Jum’atnya lagi. Untuk lebih jelasnya tentang
acara baralek yang delapan hari ini akan penulis uraikan satu persatu sebagai
berikut :
45
Yusra, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, 26 Oktober 2007
a. Hari pertama adalah hari jum’at yang disebut dengan pulangnya
perempuan, maka pada hari ini juga biasanya dilakukan akad nikah.
musik rebana atau musik tabuik disepanjang jalan hingga sampai di rumah
b. Hari kedua yaitu hari sabtu yang disebut dengan dipanggia mintuo
Pada hari kedua ini kedua mempelai dipanggia oleh orang tua
diarak menuju rumah orang tua mempelai pria. Sedangkan para undangan
46
Marapulai adalah sebutan untuk mempelai laki-laki
47
Observasi penulis, Acara Walimah, 19 Oktober 2007 dan 26 Oktober 2007
sudah banyak yang hadir menyaksikan kedua mempelai bersanding. Sore
c. Hari ketiga yaitu hari minggu yang disebut dengan dipanggia keluarga
pria yang dekat. Biasanya keluarga mempelai pria yang mamanggia pada
hari ini ada dua rumah sampai empat rumah. Mereka memakai pakaian
Biasanya, pada hari Minggu juga ada dilakukan undangan baralek secara
tertulis.
d. Hari keempat yaitu hari senin disebut dengan makan pinang mudo untuk
hari ini pagi-pagi hari mempelai pria menyerahkan sejumlah uang kepada
yang sebelumnya sudah diundang oleh mempelai pria tersebut. Dan pada
saat ini juga keluarga mempelai laki-laki mengutus dua orang laki-laki
e. Hari kelima yaitu hari Selasa disebut makan pinang mudo untuk para
undangan perempuan
menghadiri undangan baralek untuk makan pinang mudo. Dan pada hari
ini juga kedua mempelai dipanggia oleh keluarga mempelai pria yang
jauh.
f. Hari keenam dan ketujuh yaitu hari Rabu dan Kamis disebut dengan
pinang mudo juga pada hari ini keluarga mempelai pria datang ke rumah
mempelai wanita untuk melihat keberadaan anaknya. Pada waktu itu juga
g. Hari kedelapan yaitu hari jum’at disebut dengan makan pinang mudo
undangan yang datang adalah orang tua laki-laki untuk makan pinang
48
B. St. Pamenan, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, Oktober 2007
Dari tata cara penentuan undangan di atas dapat dipahmi bahwa
ini tidak termasuk dengan baiyo-iyo. Dalam waktu selama delapan hari
tersebut para undangan boleh datang kapan saja, ini tergantung kepada orang
yang diundang.
Lebih lanjut hari-hari setelah baralek ini maka masih ada juga acara
adat yang harus diikuti oleh kedua keluarga yang mengadakan walimah yaitu
Mempelai wanita ini memakai baju tulak pakan yang dibawa oleh keluarga
mempelai pria pada hari Senin makan pinang mudo. Mereka membawa
1. Penyebaran Undangan
kepada masyarakat umum. Anjuran ini dilaksanakan agar terhindar dari fitnah.
yang memang patut untuk ikut serta menikmati hari-hari bahagia yang dialami
yang berprediket tertentu, seperti para tetangga, para famili, teman-teman atau
وﺣﺪﺛﻨﺎ اﺑﻦ أﺑﻲ ﻋﻤﺮ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻔﻴﺎن ﻗﺎل ﺳﻤﻌﺖ زﻳﺎد ﺑﻦ ﺳﻌﺪ
ﻗﺎل ﺳﻤﻌﺖ ﺛﺎﺑﺘﺎ اﻷﻋﺮج ﻳﺤﺪث ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ
ﺷﺮ اﻟﻄﻌﺎم ﻃﻌﺎم اﻟﻮﻟﻴﻤﺔ ﻳﻤﻨﻌﻬﺎ ﻣﻦ ﻳﺄﺗﻴﻬﺎ: اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل
وﻳﺪﻋﻰ إﻟﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﻳﺄﺑﺎهﺎ وﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ اﻟﺪﻋﻮة ﻓﻘﺪ ﻋﺼﻰ اﷲ
50
( )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ.ورﺳﻮﻟﻪ
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi saw bersabda : sejelek-jelek
makanan adalah makanan walimah, karena orang-orang yang
layak diundang tidak diundang (orang miskin) dan orang-orang
yang seharusnya tidak diundang malah diundang (orang kaya).
Barang siapa yang tidak memenuhi undangan (tanpa uzur), maka
ia telah durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.” (H.R. Muslim)
49
Zinuddin bin Abdul Aziz al-Malibari al-Fannani, (terj. Moch. Anwar), Terjemahan Fathul
Mu’in, Bandung, Sinar Baru Al-Gesindo, 1994, jilid 2, h. 1299
50
Muslim bin Hujaj Abu Husain al-Qusyairi, Shahih Muslim, Beirut, Dar Ihya al-Turas al-
Arabi, t.th, Juz 2, h. 1054
Berdasarkan pengamatan penulis tentang tata cara penyebaran
Muhammad bin Isa abu Isa al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, Beirut, Dar Ihya al-Turats al- 51
Arabi, t.th, Juz 3, h. 403.
Dari hadis yang disebutkan di atas dapat dilihat bahwa lama
pelaksanaan walimah hanya boleh dilaksanakan dua hari saja. Karena pada
hari yang ketiga adalah perbuatan riya, yaitu hanya ingin didengarkan orang
perbuatan setan dan Allah pun benci terhadap orang-orang yang sombong.
ﷲ ﻟَﺎ
َ نا
ض َﻣ َﺮﺣًﺎ ِإ ﱠ
ِ ﺶ ﻓِﻲ ا ْﻟَﺄ ْر
ِ س وَﻟَﺎ َﺗ ْﻤ
ِ ك ﻟِﻠﻨﱠﺎ
َ ﺧ ﱠﺪ
َ ﺼ ﱢﻌ ْﺮ
َ َوﻟَﺎ ُﺗ
(18 : 31/ )ﻟﻘﻤﺎن.ل َﻓﺨُﻮ ٍر ٍ ﺨﺘَﺎ
ْ ﺤﺐﱡ ُآﻞﱠ ُﻣ
ِ ُﻳ
Artinya : “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri”.
sekitar 15 hari. Hal seperti ini dapat menimbulkan kemudaratan dan dapat
cukup. Menurut pengamatan penulis boleh saja lebih dari dua hari.
Apalagi tamu-tamu yang diundang datang memberikan rasa suka citanya dan
untuk para undangan ada yang wajib dipenuhi menurut adat dan ada pula yang
tidak wajib dipenuhi. Agar lebih jelasnya penulis akan menguraikan secara
hidangan untuk baiyo-iyo dengan acara baralek saja berbeda. Dalam acara
pada hari pertama dan hari kedua adalah sama. Hidangan tersebut yaitu
lauk untuk makan nasi seperti kalio daging yang dicampur dengan
kentang, gulai rebung ditambah dengan kerupuk dan sayur lainnya, untuk
ditambah dengan kalamai. Apabila salah satu di antara makanan ini tidak
52
Zakiah, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, 27 Oktober 2007
53
Yusra, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, 26 Oktober 2007
pisang goreng. Semua ini wajib dipenuhi oleh ahli walimah. Biasanya
dalam acara walimah adalah hidangan yang hanya terserah kepada ahli
acara makan pinang mudo yang terdiri dari beberapa jenis seperti lauk
sama dengan parabungan pada hari pertama dan kedua ditambah dengan
54
Yusra, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, 26 Oktober 2007
55
Zakiah, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, 27 Oktober 2007
56
Khairul Malin Marajo, Tokoh Masyarakat, Wawancara Pribadi, Baso, tanggal 20 Oktober
2007.
Sebelum hidangan dicicipi para undangan, hidangan tersebut sudah
untuk empat orang sampai enam orang undangan. Untuk undangan laki-
a b c
Gambar. 01. Cara penyajian hidangan.
a. Hidangan kaum ibu,
b. Jamuan kaum bapak disajikan oleh juaro laki-laki,
c. Hidangan kaum bapak.
hidangan seprah ini caranya lebih praktis, karena hidangan ini sudah
hanya mengambil nasi dan air minum saja sedangkan lauknya sudah
dihidangkan, hanya apabila menu yang telah dihidangkan sudah habis atau
57
Yusra, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, 26 Oktober 2007
Gambar. 02. Hidangan undangan menggunakan seprah (hidangan seperti ini
pada hari undangan tulisan)
memuliakan tamu hukumnya adalah sunnah. Mengenai hal ini Allah swt
berfirman :
ق
َ ﻦ ﻳُﻮ
ْ ن ِﺑ ِﻬ ْﻢ ﺧَﺼَﺎﺻَ ٌﺔ َو َﻣ
َ ﺴ ِﻬ ْﻢ َوَﻟ ْﻮ آَﺎ
ِ ﻋﻠَﻰ َأ ْﻧ ُﻔ
َ ن َ َو ُﻳ ْﺆ ِﺛﺮُو...
(9 : 59 / )اﻟﺤﺸﺮ.ن َ ﻚ ُه ُﻢ ا ْﻟ ُﻤ ْﻔِﻠﺤُﻮ
َ ﺴ ِﻪ َﻓﺄُوَﻟ ِﺌ
ِ ﺷﺢﱠ َﻧ ْﻔ
ُ
Artinya : “... Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri
mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka
berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang-orang yang beruntung”
58
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Beirut, Dar Ibnu
Katsir, 1987, Juz 5, h.1983
Dapat kita ketahui dari ayat dan hadis di atas bahwa setiap muslim
yang memuaskan dan menyuguhkan makanan dan minuman apa yang kita
miliki.
lama dan mengikuti adat yang bervariasi. Dan setiap acara tersebut ahli
dan minuman untuk para tamu dibolehkan bahkan dianjurkan oleh syari’at
Islam. Tetapi syari’at Islam tidak membatasi jamuan yang disediakan oleh ahli
walimah untuk melayani tamu yang datang. Namun batasan jamuan tersebut
berdasarkan kesanggupan dan ahli walimah itu sendiri, asalkan jamuan yang
ﺷﺮَﺑُﻮا َوﻟَﺎ
ْ ﺠ ٍﺪ َو ُآﻠُﻮا وَا
ِﺴ
ْ ﻋ ْﻨ َﺪ ُآﻞﱢ َﻣ
ِ ﺧﺬُوا زِﻳ َﻨ َﺘ ُﻜ ْﻢُ ﻳَﺎ َﺑﻨِﻲ ءَا َد َم
(31 : 7/ )اﻷﻋﺮاف.ﻦ َ ﺴ ِﺮﻓِﻴ
ْ ﺤﺐﱡ ا ْﻟ ُﻤ ِ ﺴ ِﺮﻓُﻮا ِإﻧﱠ ُﻪ ﻟَﺎ ُﻳ
ْ ُﺗ
Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-
lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan”.
ini dapat dibuktikan dengan adanya jamuan yang wajib dipenuhi menurut adat
dan adapula jamuan yang tidak wajib dipenuhi menurut adat yang harus
disediakan oleh ahli walimah, yang mana apabila jamuan ini tidak dipenuhi,
maka ahli walimah akan merasa malu, dan ia berusaha untuk memenuhinya
walimah di Nagari Tabek Panjang pada dasarnya sesuai dengan syari’at Islam.
Karena adanya rasa kebersamaan antara ahli walimah dengan para undangan.
menjadi tradisi adat bagi kedua pengantin tersebut menggunakan pakaian adat
dan pakaian pengantin. Pakaian adat dipakai oleh kedua pengantin yaitu
tikuluak tanduak untuk pengantin perempuan dan saluak untuk pengantin laki-
dalam acara walimah di Nagari Tabek Panjang. Pakaian adat ini digunakan
ini.
Busana atau pakaian adat ini berupa tikuluak landuak untuk pengantin
yang digunakan dibuat seperti tanduk kerbau atau sapi. Biasanya warnanya
adalah merah, sama seperti baju dan sarungnya. Sedangkan pakaian adat
uantuk pengantin laki-laki adalah saluak, Saluak ini berupa topi yang dibuat
khusus untuk pengantin laki-laki. Baju yang digunakan adalah baju kemeja
berwarna putih dilapisi dengan jas berwama hitam dan celananya berwarna
hitam pula.59 Dahulu pakaian adat ini digunakan oleh kedua pengantin untuk
Panjang berangsur-angsur pudar dan hilang terutama dalam hal pakaian adat
59
Iskandar Zulkarnain Sutan Parmato, Penghulu Adat, Wawancara Pribadi, Baso, tanggal 11
Oktober 2007
60
Khairul Malin Marajo, Tokoh Masyarakat, Wawancara Pribadi, Baso, tanggal 20 Oktober
2007.
ini. Sehingga pada zaman sekarang pengantin yang mau bersanding dalam
acara walimah hanya memakai suntiang tanpa harus memotong seekor sapi
digunakan yaitu suntiang bagi pengantin wanita dan deta merah bagi
pengantin laki-laki.
Dilapisi oleh logam yang berwarna kekuning-kuningan dan anting yang dibuat
suntiang yang terbuat dari logam yang berwarna kuning pula. Tetapi pada saat
wanita seperti baju, celana dan topi atau saluaknya disesuaikan dengan warna
61
Martini, Penata Rias Pengantin, Wawancara Pribadi, Baso, tanggal 20 Oktober 2007.
Gambar. 03. Pakaian pengantin yang digunakan di Nagari Tabek Panjang
Pakaian pengantin ini dipakai ketika hari kedua atau ketiga acara
baralek yaitu ketika kedua pengantin dipanggia untuk datang ke rumah orang
tertulis, maka pada hari itu kedua pengantin memakai pakaian pengantin ini.
pengantin dalam acara walimah pada umumnya sesuai dengan syari’at Islam,
(suntiang) biasanya melapisinya dengan jilbab atau kerudung. Hal ini tidak
1. Pakaian itu harus menutup aurat. Aurat bagi perempuan adalah seluruh
tubuh kecuali muka dan telapak tangan dan aurat bagi laki-Iaki adalah
62
Abdul Azis Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996,
h. 1367
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara yang dilakukan serta
dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa busana atau
walimah sesuai dengan syari’at Islam sekalipun ada sebagian kecil dari
ini. Adat persandingan ini sangat penting artinya dalam pesta perkawinan
karena para undangan yang datang dapat melihat dan mengetahui mereka
itulah para undangan dapat memberikan ucapan selamat dan doa kepada
kedua mempelai.
walimah, ada juga yang mengadakan hiburan. Hiburan ini biasanya diadakan
pada hari pertama pada waktu pengantin laki-laki datang ke rumah pengantin
perempuan dengan iringan musik rebana, ada juga dengan musik tabuik.
(sejenis pantun). Ada juga hiburan diadakan pada waktu acara undangan
setempat yaitu berpakaian yang sopan, tidak membuka aurat besar. Hanya saja
dan perempuan.
walimah wajib dijauhkan dari acara yang tidak sopan, bercampur gaul antara
laki-laki dan perempuan, begitu pula perkataan yang keji dan tidak pantas
didengarkan.
baik seperti kata-kata yang seronok dan tidak senonoh tentu saja melanggar
ketentuan agama Islam karena di dalam Islam hal-hal seperti itu tidaklah
dengan kata-kata cinta dan kemesraan adalah kata-kata yang tidak bermanfaat
kesimpulan bahwa, hiburan musik dan nyanyian yang dapat bermanfaat boleh
undangan. Hanya saja ditentukan siapa yang berhak diundang dengan tulisan dan
belum cakap hukum. Karena menurut kesepakatan adat anak-anak sudah cukup
menyampaikan pesan. Maka undangan yang disampaikan oleh anak yang belum
dan kedua sesuai yang dianjurkan Nabi, tetapi hari-hari selanjutnya dilanjutkan
dengan prosesi adat seperti makan pinang mudo, cimilang, dan lain-lain. Di hari
ketiga sampai selesai ini memang banyak prosesi lain tetapi bukanlah berarti
sum’ah seperti yang diterangkan Nabi, karena pada hari-hari ini terdapat hikmah
dengan keluarga mempelai perempuan. Ada juga yang berpendapat bahwa prosesi
adat pada hari ketiga sampai terakhir bukan bermaksud untuk menampakkan
diisikan ke dalam piring oleh tuan rumah. Kadangkala nasi yang telah
dipersiapkan itu tidak dihabiskan oleh tamu. Maka yang harus dirubah adalah
cara penyajiannya. Tradisi ini tidak harus dipertahankan dan hendaklah dirubah
karena adat seperti ini tidak babuhua mati artinya dapat diganti. Begitu juga
dengan hidangan kaum ibu, dengan makan berjama’ah ada sisi positifnya yaitu
menjaga kebersamaan. Tetapi ada juga sisi negatifnya, yaitu seperti nasi yang
diisikan ke piring besar itu tidak habis karena ada yang meninggalkannya.
Menurut tokoh ulama setempat yang harus diubah cara penyajiannya, tuan rumah
harus memperkirakan takaran porsi atau mencari solusi yang lain dengan
memberikan satu piring saja dan tamu mengambil sendiri seberapa keinginannya.
Sebagian ulama setempat mengatakan bahwa; Kita jangan menilai pada satu sisi
saja, tetapi kita harus lihat makna filosofi yang ada pada prosesi tersebut.
Memang dari sisi negatifnya mubazir tetapi ada hikmah-hikmah yang harus kita
perhatikan.
modelnya sudah dapat dikategorikan islami. Model baju yang longgar sehingga
tidak membentuk tubuh dan panjang sampai ke atas lutut, tetapi bagian leher dan
rambut tetap terlihat. Pada zaman sekarang model jilbab lebih disenangi orang
sehingga kalau dipandang dengan kacamata Islam sudah memenuhi syarat. Pada
dasarnya selagi pakaian itu menampakkan aurat tetap saja hukumnya haram.
Maka semua ini tergantung pada individu yang memakainya. Penata busana telah
tidak begitu menarik lagi bagi mereka. Untuk membuat suasana walimah lebih
Alat musik apapun bentuknya adalah boleh, kalau tujuannya untuk hura-
hura tidak boleh. Alat musik kalau didengarkan sehingga membuat orang
berevoria, lupa pada dirinya dan lupa pada Allah maka hukumnya haram. Organ
tunggal kalau tidak membuat orang lupa diri dan hanya untuk berbahagia saja
tidak apa-apa. Tetapi kalau menjadi hura-hura, memancing orang untuk
membatasi tentang hiburan ini seperti di nagari-nagari lain. Atau melarang secara
PENUTUP
A. Kesimpulan
kurang delapan hari. Yaitu dimulai dari hari jum’at dan ditutup pada hari
maaniang.
3. Syari’at Islam memberikan tuntunan melaksanakan walimah perkawinan
cukup satu sampai dua hari saja. Fenomena ini mempunyai dampak positif
hadir pada hari-hari pertama untuk menghadiri undangan pada hari yang lain.
sanak saudara yang lain dan membutuhkan biaya yang besar untuk
Hidangan walimah terdiri dari hidangan wajib dan tidak wajib menurut adat.
Penyajian hidangan terbagi dua : pertama, hidangan ala seprah. Dan yang
untuk laki-laki disajikan oleh laki-laki pula. Hidangan walimah yang terbiasa
serta setiap hari ada menu yang diganti. Sedangkan untuk biaya konsumsi itu
pakaian pengantin yaitu suntiang untuk pengantin perempuan dan deta merah
dengan syari’at Islam. Seluruh badan tertutup dan modelnya longgar, ini
3. Kepada para penerus atau penyambung lidah Nabi di Nagari Tabek Panjang
agar memperhatikan dan ikut membantu para tokoh adat Nagari untuk
Al-Qur’an al-Karim
Abdul Aziz, Zinuddin bin. al-Malibari al-Fannani, (terj. Moch. Anwar), Terjemahan
Fathul Mu’in, Bandung: Sinar Baru Al-Gesindo, jilid 2, 1994
Abu Abdillah al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih al-Bukhari, Beirut: Dar
Ibnu Katsir, Juz 5, 1987
Abu Abdullah, Muhammad bin Yazid. Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar al-Fikri, t.th.
Abu Isa al-Tirmidzi, Muhammad bin Isa, Sunan al-Tirmidzi, Beirut: Dar Ihya al-
Turats al-Arabi, t.th, Juz 3
Ahmad bin Hanbal, Imam, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Kairo: Muassasah
Qurtubah, 1978, Juz 5
al-Asqalani, Al-Hafidz Ibnu Hajar, Bulugh al-Maram, Indonesia: Ihya’ al-Kitab al-
‘Arabiyyah, t.th.
Al-Kahlani, Muhammad bin Ismail. Subul as-Salam, Bandung: Maktabah Dahlan, t.th
Al-Qusyairi, Muslim bin Hujaj Abu Husain, Shahih Muslim, Beirut: Dar Ihya al-
Turas al-Arabi, t.th
An-Nasai, Ahmad bin Syuaib Abu Abdurrahman. Sunan al-Nasai, Halb: Maktab al-
Mathbuat al-Islamiyyah, 1986
Ash-Shiddieqy, Hasbi. Falsafah Hukum Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001,
cet. Ke-l, Edisi ke-2.
Dahlan, Abdul Azis (ed.). Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1996.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. Penerbit J-Art,
2005.
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan RI, Adat dan Upacara Perkawinan Daerah
Sumatra Barat, Jakarta: CV. Eka Darma, 1997.
Khalaf, Abdul Wahab. Ilmu Ushul Fiqih, Jakarta: Majelis Al-ala, 1972, Cet. Ke-3.
Majah, Ibnu. Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar al-Fikri, t.th, juz 1.
MS, Amir. Adat Minangkabau; Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, Jakarta, PT
Mutiara Sumber Widya, 2003, cet.3
_______. Tonggak Tuo Budaya Minang, Payakumbuh: CV Karya Indah, 1987, cet. 1
Nafis, A.A. Alam Terkembang Jadi Guru; Adat dan Kebudayaan Minangkabau,
Jakarta: Grafiti Pers, 1984, cet.1
Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah (terj Moh. Thalib), Bandung: PT. Alma’arif, Cet. 14,
1997