Lapsus Konservasi
Lapsus Konservasi
Lapsus Konservasi
Disusun Oleh:
Anggi Anggraeni Ratu Gumelar 160112160105
Pembimbing:
Drg. Yolanda, Sp.KG
Umur : 42 tahun
Elemen gigi : 38
Seorang perempuan usia 42 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Padjajaran dengan keluhan gigi belakang kiri rahang bawah terasa sakit
sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu. Pasien mengeluhkan saat makan yang manis
giginya semakin terasa sakit dan saat minum air dingin,juga sakit, tetapi rasa sakit
menghilang saat berhenti makan dan minum. Pasien menyangkal adanya penyakit
sistemik dan riwayat keluarga. Pasien belum pernah mengobati gigi tersebut ke
bibir tidak ada kelainan, kelenjar limfe tidak teraba dan tidak sakit.
oklusal. Tes vital menunjukkan respon positif, perkusi, dan tekan menunjukkan
respon negatif, tidak terdapat kegoyangan, jaringan sekitar dalam kondisi normal
(Gambar 1).
Gambar 1.Gambaran klinis gigi 38 sebelum dilakukan perawatan.
IV. ODONTOGRAM
X X O O
----------------------------
----------------------------
X X X X O
V. DIAGNOSIS
Pulpitis reversible gigi 38
VII. PROGNOSIS
Prognosis pada kasus ini adalah baik, karena posisi gigi tidak menyulitkan
untuk dilakukan perawatan, pasien kooperatif dan tidak ada kelainan sistemik.
VIII. TATA LAKSANA KASUS
Kunjungan I
Pada kunjungan pertama, operator membuat outline form pada gigi yang
akan di preparasi (Gambar 2), dengan meletakkan margin preparasi pada posisi gigi
cotton roll pada bukal dan lingual. Operator memulai preparasi dengan initial depth
0,2-0,8 mm ke arah pulpa pada DEJ, dengan prinsip semua enamel yang lemah dan
jaringan yang rusak harus dibuang, lalu, perdalam kavitas dengan menggunakan
bur fissure, membuang seluruh karies dengan kedalaman 1,5 mm dari central fissure
dan 2 mm pada eksternal wall hingga menyisakan selapis tipis dentin dan istmus
yang mengecil ke arah oklusal (konvergen) dan membuat undercut pada pertemuan
dinding kavitas dengan lantai pulpa menggunakan bur inverted cone. Lalu,
membuat resistance form, preparasi marginal dengan sudut 90 derajat atau lebih,
box like preparation form dengan dasar yang rata, sudut interline yang dibuat
membulat, dan memastikan ketebalan unuk bahan restorasi yang cukup (1,5- 2 mm
gigi yang terinfeksi dan membuang enamel pit dan fissure. (Gambar 3).
Gambar 3. Preparasi
saliva), inspecting (memastikan preparasi sudah baik). aplikasi semen Zinc fosfat
(Gambar 4).
Gambar 5. Penambalan
Kunjungan II
dilakukan menggunakan bur low speed batu merah lalu dilanjutkan batu hijau dan
pemolesan dilakukan menggunakan bur low speed karet merah dilanjutkan karet
Kunjungan IV
Pasien menyanggkal adanya keluhan yang menyertai. Operator memeriksa tes vital
(+), perkusi, dan tekan (-) , tidak terdapat kegoyangan, jaringan sekitar dalam
Gambar 8. Kontrol
IX. PEMBAHASAN
gig molar ketiga rahang bawah. Pemilihan amalgam sebagai bahan tambal pada
kasus ini berdasarkan pertimbangan gigi yang masih vital dan mengalami karies
yang luas yang meliputi bagian pit dan fisur pada permukaan oklusal gigi 38. Selain
itu, pemilihan amalgam sebagai bahan tambal pada kasus ini karena gigi 38
mempunyai fungsi oklusal yang berat serta tidak membutuhkn estetik, sesuai
diindikasikan untuk kasus restorasi kelas I dan II pada gigi yang mengalami karies
sedang hingga besar yang membutuhkan fungsi oklusi yang berat serta untuk gigi
posterior karena tidak membutuhkan dan tidak diindikasikan untuk restorasi gigi
anterior, premolar, dan beberapa molar yang memiliki karies yang minimal dan
karena letak gigi pada rahang bawah paling posterior menyebabkan operator sulit
dalam mengisolasi secara maksimal pada daerah kerja terhadap kontaminasi cairan
saliva. Jika daerah kerja tidak dapat sepenuhnya dilindungi dari kontaminasi, maka
amalgam merupakan bahan yang sesuai untuk digunakan karena kehadiran cairan
paduan dari merkuri, perak, timah dan tembaga serta hasil restorasinya berwarna
baik, dimana zink phosphate melindungi pulpa dari tekanan mekanis dan konduksi
termal amalgam yang cukup besar.5 Amalgam merupakan restorasi yang salah satu
sifat fisiknya memiliki konduktifitas termal yang dapat menghantarkan perubahan
kekuatan tekanan sebesar 104 MPa serta mempunyai modulus elastis akibat tekanan
pengunyahan yang besar. Secara umum, ketebalan semen sekitar 1-2 mm antara
ketika compressive strength amalgam telah maksimal. Hal ini dilakukan untuk
restorasi amalgamnya halus dan mengkilat sehingga tidak terjadi retensi plak dan
X. KESIMPULAN
Perawatan karies yang luas dengan keluhan sakit saat makan tanpa adanya
keluhan sakit spontan dan masih vital pada gigi molar satu rahang bawah (posterior)
adalah restorasi amalgam dengan zinc phosphate cement sebagai base yang dapat
meliputi pit dan fissure dan gigi ini merupakan gigi posterior yang tidak terlalu
kunyah.
DAFTAR PUSTAKA