KTI Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas Terbatas Dengan Swamedikasi Di Dayah Andeue
KTI Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas Terbatas Dengan Swamedikasi Di Dayah Andeue
KTI Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas Terbatas Dengan Swamedikasi Di Dayah Andeue
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi
dan diperhatikan oleh pemerintah. Selain itu kesehatan juga
merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat di dalam
suatu negara, disamping ekonomi dan sosial.
Masyarakat saat ini sudah tidak pasif lagi dalam menanggapi
situasi sakit maupun gangguan ringan kesehatannya. Mereka sudah
tidak lagi segan minum obat pilihan sendiri untuk menangkal gangguan
tersebut.
Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan
sendiri. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan dan
penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat seperti : demam,
nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit
kulit dan lain-lain. Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil
masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Pada
pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya
kesalahan pengobatan (medication error) karena keterbatasan
pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya (Depkes,
2006) .
Obat yang paling banyak digunakan untuk menyembuhkan atau
mengurangi demam, sakit kepala dan nyeri adalah golongan analgetik-
antipiretik. Sebagian besar analgetik-antipiretik yang beredar adalah
merupakan obat bebas dan obat bebas terbatas yang banyak
dipasarkan dan mudah didapat baik di toko,apotek bahkan di warung
(Supardi, 2002) .
Tindakan swamedikasi menggunakan obat bebas dan bebas
terbatas yang dilakukan biasanya didasari atas beberapa
pertimbangan antara lain mudah dilakukan, mudah dicapai, tidak
mahal, dan sebagai tindakan alternatif dari konsultasi kepada tenaga
medis, meskipun disadari bahwa obat-obat tersebut hanya sebatas
mengatasi gejala dari suatu penyakit.
Swamedikasi dengan obat bebas dan bebas terbatas yang
dilakukan dapat menjadi beresiko apabila dilakukan secara terus
menerus untuk mengobati penyakit yang tidak kunjung sembuh.
Masyarakat terkadang tidak mengetahui bahwa obat bebas dan obat
bebas terbatas yang dikonsumsinya dapat menimbulkan efek samping
yang merugikan bagi tubuh. Dosis dari beberapa obat yang dapat
digunakan secara bebas terkadang tidak seaman obat dengan resep
dokter, sehingga ketika seseorang menggunakan obat bebas dan obat
bebas terbatas lebih dari dosis yang direkomendasikan, maka akan
menimbulkan efek samping, reaksi merugikan lainnya, dan keracunan.
Swamedikasi hendaknya dilaksanakan berdasarkan tingkat
pengetahuan yang cukup untuk menghindari penyalahgunaan obat,
serta kegagalan terapi akibat penggunaan obat yang tidak sesuai.
Menurut WHO (2012) pengetahuan yang cukup akan mempengaruhi
seseorang untuk berperilaku atau melakukan sesuatu.
Diperkirakan sekitar 80 % masyarakat Desa Dayah Andeue
pernah melakukan swamedikasi yaitu pengobatan dengan sendiri.
Swamedikasi dilakukan dengan menggunakan obat bebas dan obat
bebas terbatas yang diperoleh di warung, toko obat maupun Apotek.
Kondisi ini sangat menarik untuk diketahui lebih lanjut mengenai
tingkat pengetahuan penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas
di Desa Dayah Andeue Kabupaten Pidie.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti
tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan obat bebas dan
bebas terbatas dengan swamedikasi di masyarakat Desa Dayah
Andeue Kabupaten Pidie, dengan mengangkat judul “ Tingkat
Pengetahuan Penggunaan Obat Bebas Dan Obat Bebas Terbatas
Dengan Swamedikasi Pada Masyarakat Desa Dayah Andeue
Kabupaten Pidie ’’.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Tingkat Pengetahuan Penggunaan Obat Bebas Dan
Bebas Terbatas Untuk Swamedikasi Pada Masyarakat Desa Dayah
Andeue Kabupaten Pidie ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk Mengetahui Tingkat Pengetahuan Penggunaan Obat
Bebas Dan Bebas Terbatas Untuk Swamedikasi Pada Masyarakat
Desa Dayah Andeue Kabupaten Pidie
D. Manfaat Penelitan
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam memahami dan
menganalisa suatu masalah dalam hal yang berkaitan dengan
penggunaan obat bebas dan bebas terbatas untuk swamedikasi di
masyarakat.
2. Bagi Akademisi
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi
mahasiswa farmasi dan untuk kalangan umum, serta sebagai bahan
bacaan di perpustakaan khususnya di Akademi Farmasi Pemerintah
Aceh.
3. Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang penggunaan obat
bebas dan bebas terbatas untuk swamedikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Penggolongan Obat
Penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan
dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusinya.
Penggolongan obat menurut Permenkes No. 917/1993 adalah :
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan
dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan
etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna
hitam. Contoh : Parasetamol
b. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk
obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep
dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada
kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru
dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM
c. Obat Keras dan Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek
dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan
etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis
tepi berwarna hitam. Contoh : Asam Mefenamat
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital
d. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.