.Proposal Kti Salmaa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah

SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Proposal yang berjudul “GAMBARAN PENGADAAN DAN

PENGELOLAAN OBAT-OBAT LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE) DI

RS X KOTA TANGERANG PERIODE JANUARI – APRIL 2019”. Proposal

ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi

di Program Studi DIII Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)

Kharisma Persada Pamulang, Tangerang Selatan.

Dalam menyelesaikan masa perkuliahan sampai penulisan Proposal ini

tentu banyak mengalami berbagai kesulitan dan halangan yang menyertai,

sehingga peneliti tidak terlepas dari doa, bantuan, dan bimbingan dari banyak

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan

terimakasih kepada :

1) Dr. (H.C) H. Darsono, selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya yang telah

memberikan saya berkesempatan kuliah di STIKes Kharisma Persada

Pamulang.
2) Dr. H. M. Hasan, SKM., M.Kes, selaku Ketua STIKes Kharisma Persada.
3) Humaira Fadhilah, M.Farm., Apt, Selaku Ketua Program Studi DIII Farmasi

STIKes Kharisma Persada yang telah banyak memberikan bimbingan dan

arahan selama peneliti mengikuti pendidikan.


4) Seluruh staf RS X yang telah memberikan izini dan pengarahan selama

penelitian di RS X.
5) Seluruh dosen dan Farmasi STIKes Kharisma Persada yang telah

memberikan motivasi dan dorongan dalam penyusunan proposal.


6) Kedua orang tua yang saya cintai Bapak dan Ibu yang selalu ikhlas tanpa

pamrih memberikan doa, nasehat, dukungan, semangat yang tak terhingga

kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan Propsal ini.


7) Kepada kedua kakakku tersayang serta seluruh saudara-saudaraku yang

memberikan doa serta dukungan semangat kepada peneliti selama

menyelesaikan Proposal ini.


8) Kepada squad wanita subhanallahku yang aku cintai …. Yang selalu

memberikan dukungan dan semangat serta masukan-masukan selama

menyelesaikan Proposal ini.


9) Seluruh teman-teman satu angkatan prodi DIII Farmasi STIKes Kharisma

Persada Pamulang yang sudah berjuang besama dari masa perkuliahan hingga

akhirnya dapat menyusun Proposal ini.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah

memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan kepada peneliti untuk

menyelesaikan Proposal ini. Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan

dalam penyusuna Proposal ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan

kritik yang membangun dari pihak yang membaca.

Akhir kata, peneliti berharap semoga Proposal ini dapat bermanfaat

sebagai ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.


Pamulang, 31 Oktober 2019

Peneliti

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

LASA (Look Alike Sound Alike) merupakan kesalahan obat yang

terjadi karena kebingungan terhadap nama obat, kemasan dan etiket /

labeling. Cara yang paling efektif ntuk mengurangi atau mengeliminasi

kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat

yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari

unit pelayanan pasien ke farmasi. Obat-obat LASA (Look Alike Sound Alike)

ini dapat berbahaya, dikarenakan bentuknya yang mirip atau namanya yang

mirip jika dituliskan atau diucapkan. Dimana jika mirip dituliskan atau

diucapkan. jika mirip dituliskan (orthographic) maka interpretasi resep bisa

keliru. Jika bunyinya mirip (photenic) lalu obat dipesan melalui lisan maka

bisa menimbulkan kekeliruan, dan apalagi jika kemasannya mirip dan

kembar, jika keadaan emergensi bisa gawat (Permenkes, 2014).

Menurut Permenkes RI No. 58 Tahun 2014 tentang standar

pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. Maka Rumah Sakit perlu

mengembangkan kebijakan obat untuk meningkatkan keamanan, khususnya

obat yang perlu diwaspadai (high-alert mecications). Obat High Alert adalah

obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi kesalahan

serius (sentinel event), obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak

yang tidak diinginkan (adverse outcome). United States Pharmacopoeia


(USP) dan Center for the Advancement of Patient Safety (CAPS)

melaporkan bahwa antara tahun 2003 dan 2006, sekitar 3170 pasang obat

generik dan merk dagang membuat bingung penyedia layanan kesehatan di

US. Tahun 2008, USP merilis data mengenai detail evaluasi bahwa

kesalahan obat-obat LASA sekitar 1,4% menimbulkan efek yang

membahayakan pasien. sekitar 64,4% dikarenakan kesalahan dispensing

baik oleh tenaga teknis kefarmasian maupun farmasis (Permenkes, 2014).

Di Indonesia kesalahan pemberian obat (Drug Administration)

memiliki presentase sebesar 59,3% dalam kejadin DRPs (Drug Related

Problems) hal ini disebabkan karena mayoritas jenis dan nama obat

termasuk dalam Look Alike and Sound Alike (LASA). Tingginya angka

kejadian medication error pada pasien di tempat pelayanan kesehatan

mendorong pemerintah untuk meningkatkan pengawasan terhadap faktor-

faktor yang memicu terjadinya medication error salah satunya yaitu

pengelolaan terhadap obat high alert. Pemerintah melalui Permenkes RI No.

1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit,

disebutkan Rumah Sakit harus berperan secara kritis untuk memastikan

keselamatan pasien dalam hal ini termasuk pengawasan terhadap obat high-

alert.

Pengelolaan obat high-alert seperti penyimpanan, pencatatan,

pendistribusian dan pelabelan perlu diperhatikan untuk meminimalkan dan

mencegah terjadinya kesalahan yang dapat membahayakan pasien. Pada

prosedur standar operasional yang telah ditentukan, setiap obat high-alert


yang masuk dan diterima di gudang farmasi sentral Rumah Sakit diberi

tanda “Obat High-Alert” pada kotak pembungkus (box obat). Sedangkan

penandaan pada setiap sediaan obat (ampul, vial, atau obat oral) dilakukan

di masing-masing depo farmasi sebelum obat diberikan (Menteri Kesehatan

RI, 2011).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka disusunlah penelitian

tentang LASA (Look Alike Sound Alike) untuk melihat kesesuaian dengan

peraturan Permenkes RI No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang

Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Oleh karena itu peneliti tertarik

melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Pengadaan dan Pengelolaan

Obat-Obat LASA (Look Alike Sound Alike) di RS X Kota Tangerang Selatan

Periode Januari – April 2019”

B. Rumusan Masalah

“Bagaimana Gambaran Pengadaan dan Pengelolaan Obat-Obat LASA

(Look Alike Sound Alike) di RS X Kota Tangerang Selatan Periode Januari –

April 2019?”

C. Tujuan Masalah

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengadaan dan pengelolaan obat-obat

LASA (Look Alike Sound Alike) di RS X Kota Tangerang Selatan Periode

Januari – April 2019.

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi gambaran pengadaan dan pengelolaan obat-

obat LASA (Look Alike Sound Alike) di RS X Kota Tangerang

Selatan Periode Januari – April 2019 berdasarkan kesesuaian item

obat yang tersedia dengan DOEN (Selection).


b. Untuk mengidentifikasi gambaran pengadaan dan pengelolaan obat-

obat LASA (Look Alike Sound Alike) di RS X Kota Tangerang

Selatan Periode Januari – April 2019 berdasarkan tahap Procurement

yang meliputi :
1) Frekuensi kelengkapan surat pesanan/kontrak
2) Frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun
3) Frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap

waktu yang disepakati.

D. Manfaat

1. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah didapat di

bangku kuliah serta mengamalkan secara nyata dalam bentuk proposal

dan dapat menambah ilmu serta mendapatkan teori yang diperoleh

selama menjalankan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Kharisma Persada.
2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi di perpustakaan

bagi mahasiswa farmasi dan bermanfaat juga dalam memperkaya teori-

teori khususnya mengenai gambaran pengadaan dan pengelolaan obat-

obat LASA (Look Alike Sound Alike).


3. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini menjadi bahan masukan dan bahan referensi

serta bahan evaluasi atau pertimbangan bagi panitia dan pengelolaan

obat-obat LASA yang efektif dan efisien.


4. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian dapat dijadikan masukan dan informasi bagi

seluruh praktisi kesehatan dalam pelayanan kefarmasian terhadap

masyarakat, khususnya dalam pengadaan dan pengelolaan obat LASA.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI

1. Rumah Sakit

a. Definisi Rumah Sakit

Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 4 Tahun

2018, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat serta instalasi farmasi

rumah sakit (IFRS).


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun

2009 tentang rumah sakit yaitu dimaksud rumah sakit umum adalah

rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua

bidang dan jenis penyakit.


Menurut World Health Organization (WHO) rumah sakit

adalah bagian integral dari suatu organisasi social dan kesehatan

dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),

penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit

(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat

pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medic (WHO,

2009).

b. Tujuan dan Fungsi


Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalma rangka


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit

umum adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara

berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan

penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan

terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan

upaya rujukan. Sedangkan menurut undang-undang RI No. 44

Tahun 2010 tentang rumah sakit. Fungsi rumah sakit, yaitu :


1) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan tingkat

sesuai kebutuhan medis.


2) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan

kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.


3) Penyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sumber daya

manusia dalam rangka pengingkatan kemampuan dalam

pemberian pelayanan kesehatan.


4) Penyelenggaraan penelitian dn pengembangan serta

penapiasan teknologi bidang kesehatan dalam rangka

peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika

ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

a. Definisi Instalasi Farmasi RS

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bahan /

unit / divis atau fasilitas dirumah sakit, tempat penyelenggaraan

semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk


keperluan rumah sakit itu sendiri. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa apoteker

yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, dan merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang

bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan

kefarmasian (Siregar dan Amalia, 2004).


b. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/2004

tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok

farmasi Rumah Sakit adalah sebagai berikut :


1) Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
2) Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional

berdasarkan prosedur kefarmasian dan etika profesi.


3) Melaksanakan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
4) Memberikan pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi

untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi.


5) Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang

berlaku.
6) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang

farmasi.
7) Mengadakan penelitian dan mengembangkan di bidang

farmasi.
8) Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan

dan formularium rumah sakit.

3. Obat LASA (Look Alike Sound Alike)

a. Definisi Obat Lasa (Look Alike Sound Alike)

LASA (Look Alike Sound Alike) merupakan kesalahan obat

yang terjadi karena kebingungan terhadap nama obat, kemasan dan


etiket / labeling (Permenkes, 2014). LASA (Look Alike Sound

Alike) berhubungan dengan obat-obatan yang secara visual

mempunyai kemiripan dalam bentuk fisik atau kemasan dan nama

obat dengan kesamaan ejaan serta cara pengucapan (pelafalan) atau

dalam istilah bahasa Indonesia disebut dengan NORUM (Nama

Obat Rupa dan Ucapan Mirip). Kesalahan pengambilan dan

penyerahan obat akibat kemiripan pada nama obat merupakan salah

satu penyebab utama terjadinya Medication Error (Lambert, et al.,

1999).

Menurut Permenkes RI No. 1691/MENKES/PER/VII/2011

Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, LASA masuk ke dalam

obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medication), yaitu

obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan serius (sentimel

event), obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak

diinginkan (adverse outcome) (Menteri Kesehatan RI, 2011).

Beberapa factor yang menyebabkan terjadinya kesalahan, yaitu :

1) Tulisan tangan yang tidak jelas

2) Nama obat tidak lengkap

3) Produk baru

4) Kemasan atau label yang mirip

5) Penggunaan klinis yang sama

6) Kekuatan obat, dosis, dan frekuensi pemberian sama

7) Order tidak jelas


8) Order lisan yang tidak tepat

9) Kurangnya pemeriksaan / verifikasi kembali

10) Banyaknya jumlah obat

11) Lingkungan kerja yang buruk

Menurut ISMP (Institute for Safe Medication Practices)

tahun 2014, high-alert medication adalah obat yang memiliki

resiko tinggi yang menyebabkan kerugian pada pasien secara

signifikan ketika penggunaannya salah.

Tatalaksana pengelolaan high-alert medication untuk

meningkatkan keselamatan pasien adalah sebagai berikut :

1) Membuat daftar obat-obatan baik yang aman maupun yang

harus diwaspadai (high-alert).

2) Memberi label yang jelas pada obat-obat high-alert

3) Membatasi akses masuk dimana hanya orang tertentu yang

boleh masuk ke tempat penyimpanan obat high-alert untuk

mencegah pemberian yang tidak di sengaja atau kurang hati-

hati

4) Obat / konsentrat tinggi tidak boleh diletakkan di dalam ruang

pelayanan

5) Tempat pelayanan obat-obat yang terlihat mirip dan

kedengarannya mirip tidak boleh diletakkan dalam suatu rak

atau disandingkan (Salmon, 2012)

b. Kriteria Obat LASA (Look Alike Sound Alike)


Kelompok obat high-alert diantaranya :

1) Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat

Rupa dan Ucapan Mirip / NORUM, atau Look Alike Sound

Alike / LASA).

2) Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2

meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida

lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat 50% atau lebih

pekat).

3) Obat-obat sitostatika (Permenkes, 2014).

Kelompok obat high-alert diantarnya obat yang terlihat mirip

dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip /

NORUM, atau Look Alike Sound Alike / LASA). Obat LASA

tergolong obat yang rentan terhadap medication error sehingga

perlu penanganan dan penandaan khusus.

c. Pengadaan Obat LASA (Look Alike Sound Alike)

Suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun

daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas

dasar konsep kegiatan yang sistematis dengan urutan yang logis

dalam mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Proses

pengadaan terdiri dari perkiraan kebutuhan menetapkan sasaran

dan menentukan strategi tanggung jawab dan sumber yang

dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pengadaan dilakukan secara

optimal sehingga perbekalan farmasi dapat digunakan secara


efektif dan efisien. Adapun tujuan untuk menyusun kebutuhan

perbekalan farmasi yang tepat sesuai kebutuhan, mencegah

terjadinya kekosongan / kekurangan barang farmasi mendukung

atau meningkatkan penggunaan perbekalan farmasi yang efektif

dan efisien.

Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen

rumah sakit yang sangat penting dalam penyediaan pelayanan

kefarmasian secara keseluruhan, karena ketidakefisienan dan

ketidakefektifan pengelolaan obat akan memberi dampak negative

terhadap rumah sakit, baik secara medik, social maupun secara

ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah salah satu unit di

rumah sakit yang bertugas dan bertanggung jawab sepenuhnya

pada pengelolaan semua aspek yang berkaitan dengan obat /

perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit

(Siregar dan Amalia, 2003). Tahapan pengadaan kebutuhan

perbekalan farmasi meliputi :

1) Perencanaan

Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan

dalam rangka menyusun daftar kebutuhan obat ynag berkaitan

dengan suatu pedoman atas dasar konsep kegiatan yang

sistematis dengan urutan yang logis dalam mencapai sasaran

atau tujuan yang telah ditetapkan (Depkes, 2008).


Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu

fungsi yang menentukan damam proses pengadaan perbekalan

farmasi di rumah sakit. Tujuan perencanaan perbekalan farmasi

adalah untuk mendapatkan jenis dan jumlah perbekalan

farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit. Perencanaan pengadaan perbekalan

farmasi untuk obat-obat high-alert dilakukan oleh Kepala

Instalasi Famasi berupa kegiatan dalam pemilihan jenis,

jumlah, harga perbekalan farmasi disesuaikan dengan anggaran

dan hasil evaluasi dengan metode yang digunakan (Depkes,

2008)

Tahapan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi

(Depkes, 2008) meliputi :

a) Pemilihan

Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah

perbekalan farmasi benar-benar diperlukan sesuai dengan

jumlah pasien / kunjungan dan pola penyakit di rumah

sakit. Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada

Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) sesuai dengan

kelas rumah sakit masing-masing, Formularium RS,

Formularium Jaminan Kesehatan abgi masyarakat miskin,

Daftar Plafon Harga Obat (DPHO), Alkes dan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) (Depkes, 2008).


b) Kompilasi Penggunaan

Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi

untuk mengetahui penggunaan bulanan masing-masing

jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan selama setahun

dan sebagai data pembanding bagi stok optimum.

Informasi yang didapat dari kompilasi penggunaan

perbekalan farmasi adalah :

1) Jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi

pada masing-masing unit pelayanan.

2) Persentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi

terhadap total penggunaan setahun seluruh unit

pelayanan. Penggunaan rata-rata untuk setiap jenis

perbekalan farmasi (Depkes, 2008).

c) Perhitungan Kebutuhan

Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi

merupakan hal yang dilakukan oleh tenaga farmasi yang

bekerja di rumah skait. Adanya msalah kekosongan atau

kelebihan perbekalan farmasi dapat terjadi, apabila

informasi yang digunakan semata-mata hanya berdasarkan

kebutuhan teoritis saja. Dengan koordinasi dan proses

perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi secara

terpadu serta melalui tahapan yang sesuai, maka

diharapkan perbekalan farmasi yang direncanakan dapat


tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, dan tersedia pada

saat dibutuhkan (Depkes, 2008).

Adapun pendekatan perencanaan kebutuhan yang

dapat dilakukan melalui beberapa metode :

1) Metode Konsumsi

Perhitungan kebutuhan dengan metode

konsumsi didasarkan pada data riil konsumsi

perbekalan farmasi periode yang lalu. Dengan

berbagai penyesuaian dan koreksi (Depkes, 2008).

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka

menghitung jumlah perbekalan farmasi yang

dibutuhkan adalah :

a) Pengumpulan dan pengolahan data

b) Analisa data untuk informasi dan evaluasi

c) Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan

farmasi

d) Penyesuaian jumlah kebutuhan farmasi dengan

alokasi dana.

2) Metode Morbiditas / Epidemiologi

Dinamakan metode morbiditas karena dasar

perhitungan adalah jumlah kebutuhan perbekalan

farmasi yang digunakan untuk beban kesakitan

(morbidity load) yang harus dilayani.


Metode morbiditas adalah perhitungan

kebuuthan perbekalan farmasi berdasarkan pola

penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan, dan waktu

tunggu (lead time) (Depkes, 2008).

Langkah-langkah dalam metode ini adalah :

1) Menentukan jumlah pasien yang dilayani

2) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan

prevelansi penyakit

3) Pedoman pengelolaan dan perbekalan farmasi di

rumah sakit

4) Menyediakan formularium / standar / pedoman

perbekalan farmasi

5) Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.

Kombinasi metode konsumsi dan morbiditas

disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Acuan

yang digunakan adalah :

a) DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi

rumah sakit (standard streatment guidelines /

STG), dan kebijakan setempat yang berlaku

b) Data catatan medik / rekam medik

c) Anggaran yang tersedia

d) Penetapan prioritas

e) Pola penyakit
f) Sisa persediaan

g) Data penggunaan periode yang lalu

h) Rencana pengembangan

d) Evaluasi Perencanaan

Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan perbekalan

farmasi untuk tahun yang akan dating. Biasanya akan

diperoleh jumlah kebutuhan, dan idealnya dengan evaluasi

(Depkes, 2008).

1) Analisis ABC

Berdasarkan berbagai pengamatan pengelolaan

obat, yang paling banyak ditemukan adalah tingkat

konsumsi pertahun hanya diwakili oleh relative

sejumlah kecil item. Sebagai contoh, dari pengamatan

terhadap pengadaan obat dijumpai bahwa sebagian

besar dana obat (70%) digunakan untuk pengadaan,

10% dari jenis / item obat menggunakan dana besar

30%.

Analisa ABC mengelompokkan item obat

berdasarkan kebutuhan dananya, yaitu :

 Kelompok A

Kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana

pengadaannya menunjukkan penerapan dana

sekitar 70% dari jumlah dan obat keseluruhan.


 Kelompok B

Kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana

pengadaannya menunjukkan penyerapan dana

sekitar 20%.

 Kelompok C

Kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana

pengadaannya menunjukkan penyerapan dana

sekitar 10% dari jumlah dana obat keseluruhan.

Langkah-langkah menentukan kelompok ABC :

a) Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk

masing-masing obat dengan cara mengalikan

kuantum obat dengan harga obat

b) Tentukan rankingnya mulai dari yang terbesar

dananya sampai yang terkecil

c) Hitung presentasenya terhadap total dana yang

dibutuhkan

d) Hitung kumulasi persennya

e) Obat kelompok A termasuk dalam kumulasi 70%

f) Obat kelompok B termasuk dalam kumulasi >

70% s/d 90%

g) Obat kelompok C termasuk dalam kumulasi >

90% s/d 100% (Menkes, 2008).

2) Analisis VEN
VEN adalah singkatan dari V = Vital , E =

Esensial, N = Non-Esensial. Jadi melakukan analisis

VEN artinya menentukan prioritas kebutuhan suatu

perbekalan farmasi. Dengan kata lain, menentukan

apakah suatu jenis perbekalan farmasi termasuk vital

(harus tersedia), esensial (perlu tersedia), atau non-

esensial (tidak prioritas utnuk di sediakan)

Anda mungkin juga menyukai