Analisa Bak Hidrant

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 94

Tugas Akhir

ANALISA PERENCANAAN POMPA DAN INSTALASI


HYDRANT PADA BANGUNAN GEDUNG X

Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Meraih Gelar
Sarjana Program Studi S1 Jurusan Teknik Mesin

Disusun Oleh :
AGI ERGIN
01301-004

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2008

i
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : AGI ERGIN

Nim : 01301-004

Jurusan : Teknik Mesin

Fakultas : Teknologi Industri

Judul Tugas Akhir : ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT

DAN INSTALASI PADA BANGUNAN GEDUNG X

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir ini Adalah benar

hasil karya saya sendiri bukan salinan atau duplikat dari karya orang lain, kecuali

kutipan-kutipan referensi yang telah disebutkan sumbernya

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya atas

perhatiannya saya ucapkan Terima Kasih.

Jakarta 04 Agustus 2008

Penulis

ii
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA PERENCANAAN POMPA DAN INSTALASI


HYDRANT PADA BANGUNAN GEDUNG X

Nama : AGI ERGIN


Nim : 01301-004
Jurusan : Teknik Mesin
Fakultas : Teknologi Industri

Tugas ini telah diperiksa dan disetujui oleh:


Mengetahui

Pembimbing 1 Koordinator Tugas Akhir

(Nanang Ruhyat. ST.MT) ( Nanang Ruhyat. ST.MT)

iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Syukur alhamdilillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya –Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Tugas Akhir ini, serta tidak lupa salawat dan salam pada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW, beserta Keluarga, Sahabat, para pengikut beliau
yang setia pada akhir jaman.
Tugas ini dibuat sebagai salah satu syarat bagi Mahasiswa untuk
menempuh Program Sarjana Strata Satu (S 1) pada Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercu Buana Jakarta. Tugas Akhir ini
disusun dengan judul ANALISA PERENCANAAN POMPA DAN
INSTALASI HYDRANT PADA BANGUNAN GEDUNG X.
Penulis menyadari tidak mungkin dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini
tanpa adanya petunjuk, pengarahan, bimbingan serta dorongan semangat dari
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan Terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:

1. Kedua Orang Tua tercinta saya yang telah memberikan moril maupun
material serta dorongan yang tak pernah pudar.
2. Istriku Yulyanti Handayani, SE, serta putriku Farah Mufidah Mayenti
tercinta yang selalu setia dan sabar menemaniku.
3. Untuk Kakak-kakak serta Adikku yang selalu memerikan dukungan
semangat serta doa.
4. Bapak Ir. Yuriadi Kusuma selaku dekan Fakultas Teknologi Industri.
5. Bapak Nanang Ruhyat. ST. MT Selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir,
sekaligus sebagai Koordinator Tugas Akhir ini.
6. Bapak Haji A. septo Wulung. ST, selaku Inspektur Pemadam Kebakaran
Kota Tangerang.
7. Semua Dosen Jurusan Teknik Mesin yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuannya.

iv
8. Rudi Tahyan. ST yang telah banyak membantu dalam penyusunan Tugas
Akhir ini.
9. Teman-temanku Zainuri Alfan. ST beserta istri Wida Novitasari. S Kom
Ade Firdianto. ST, Yan Ratianto beserta istri Bayu Rini. S Kom, Imam
Wijaya, Bimas, Budi Listiono. ST, Hendi Saryanto. ST, Achmad Samtari.
ST, Iwan Wahyudi. ST, Dwi Fajar. ST, M. Sholeh. ST.
10. Teman-teman Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Khususnya Angkatan 2001
Universitas Mercu Buana.
11. Kepada seluruh Instruktur Safety Riding Indonesia dan PUSDIKLANTAS
Serpong.
12. Kepada seluruh Pengurus Pusat, Daerah, Chapter Association Motor
Community Indonesia (AMCI) atas doa dan dukungannya selama ini.
13. Keluarga Besar Bike’s Owner’s Community (BIO-C).
14. Teman-teman di Front Indonesia Semesta (FIS).
Penulis menyadari dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak
terdapat kekurangan dan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, Oleh
karna itu Kritik dan Saran sangat di harapkan untuk Penyempurnaan Tugas akhir
ini dalam rangka mendapatkan hasil yang baik di masa-masa yang akan datang.

Jakarta 04 Agustus 2008

Penyusun

v
Abstrak

Hydrant merupakan suatu sistem untuk perlindungan dari kebakaran yang

terdapat pada gedung ataupun pada mobil dinas kebakaran.

Penempatan kotak hydrant pada bangunan gedung berdasarkan jangkauan,

karena pada bangunan gedung banyak terdapat blok-blok yang terhalang oleh

dinding. Menurut Standarisasi Nasional Indonesia, satu kotak hydrant untuk

luasan 930 m². Batas tekanan pada nozzle pada selang hydrant harus 12.1 bar,

apabila terjadi kelebihan tekanan, maka harus dipasang Pressure Reducing Valve

(PRV) supaya tekanan bisa diturunkan dan distabilkan kembali.

Kapasitas pompa diperhitungkan untuk Riser pertama adalah 1.893

liter/menit (550 gpm) dan 946 liter/menit (250 gpm) untuk setiap penambahan

pipa tegak atau Riser sampai batas maksimum 4.731 liter/menit (1.250 gpm).

Cadangan air untuk kebakaran diperhitungkan untuk pemompaan 45 menit.

Kata kunci : Hydrant, Riser, Nozzle, Sprinkler

vi
Daftar Isi

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. ii


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
Abstrak ...................................................................................................... vi
Daftar Isi ................................................................................................... vii
Daftar Gambar ........................................................................................... x
Daftar Tabel .............................................................................................. xii
Nomenklatur ............................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan............................................................................. 1
1I.3 Pembatasan Masalah....................................................................... 2
1.4 Metodologi Penulisan .................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan .................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................... 4
2.1 Definisi Tentang Pompa Hydrant................................................... 4
2.2 Jenis Pompa Untuk Sistem Hydrant……………….. .................... 4
2.2.1 Tinjauan Umum Mengenai Pompa …………….................... 5
2.2.2 Pemakaian Pompa …………………………….................... 5
2.2.3 Klasifikasi Pompa …………………………….................... 6
2.2.4 Alternatif Pemilihan Pompa ………………….................... 7
2.3 Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal…….. ......................................... 7
2.4 Klasifikasi Pompa Sentrifugal……………... ................................ 9
2.4.1 Klasifikasi Menurut Desain Rumah Pompa…….................... 10
2.4.2 Klasifikasi Menurut Bentuk Impeller…..…….................... 10
2.4.3 Klasifikasi Menurut Posisi Porosnya………….................... 10
2.4.4 Klasifikasi Menurut Aliran Cairan…………….................... 12

vii
2.4.5 Klasifikasi Menurut SusunanTingkat………….................... 12
2.4.6 Klasifikasi Menurut Cara Isapan Pompa……….................... 13
2.4.7 Konstruksi Pompa Sentrifugal………………….................... 14
2.5 Head Zat Cair………………..……………................................... 22
2.6 Hukum Kesebangunan …………………...... ................................ 24
2.7 Head Total Pompa……………………….... ................................ 24
2.8 Putaran Spesifik…………………………….................................. 27
2.9 Segitiga Kecepatan……………..................................................... 28
2.10 Performansi ……………............................. ................................ 29
2.11 Daya Pompa Dan Efisiensi……………...... ................................ 30
2.12 Kavitasi…………….................................... ................................ 31
2.13 NPSH (Net Positive Suction Head) yang tersedia…...................... 32
2.14 NPSH (Net Positive Suction Head) yang diperlukan …………... 33
2.15 Berbagai Pengaruh Pada NPSH yang tersedia………..………... 34
BAB III PERENCANAAN HYDRANT……………………….................... 35
3.1 Klasifikasi Bangunan Berdasarkan Tingkat Kebakaran.................... 35
3.1.1 Data Bangunan ………......................................................... 38
3.2 Sistem Pipa Tegak......................................................................... 39
3.3 Perancangan Pipa Tegak .............................................................. 40
3.3.1 Jumlah Pipa Tegak Yang Disyaratkan................................. 40
3.3.2 Ukuran Pipa Tegak.............................................................. 43
3.3.3 Penempatan Pipa Tegak....................................................... 44
3.3.4 Laju Aliran Pada Pipa Tegak................................................ 44
3.3.5 Batasan Tekanan.................................................................. 45
3.3.6 Cadangan Air…………………............................................. 45
3.4 Jenis-jenis dan Perencanaan Peralatan Hydrant............................. 46
3.4.1 Perencanaan Kotak Hydrant................................................. 46
3.4.2 Sistem Sprinkler………………............................................ 48
3.4.3 Sistem Halon………………................................................ 50
3.5 Pembagian Zoning........................................................................ 50

viii
BAB IV PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT................ 55
4.1 Data-data Perencanaan................................................................... 55
4.2 Perhitungan Head Total Pompa..................................................... 55
4.3 Head Statis Total .......................................................................... 56
4.4 Perbedaan Tekanan....................................................................... 56
4.5 Kerugian Tekanan Akibat Gesekan Pada Pipa.............................. 56
4.5.1 Kerugian Gesekan Pipa Pada Sisi Isap................................. 57
4.5.2 Kerugian Gesekan Pipa Pada Sisi Tekan.............................. 60
4.5.3 Hasil Perhitungan Faktor Gesekan Pada Pipa...................... 64
4.6 Putaran Spesifik Pompa................................................................ 65
4.7 Effisiensi Pompa........................................................................... 66
4.8 Daya Fluida................................................................................... 67
4.9 Daya Pompa.................................................................................. 67
4.9.1 Daya Pompa Untuk Electric Main Pump (Pompa Utama) /
Diesel Pump......................................................................... 68
4.9.2 Daya Pompa Untuk Jockey Pump ....................................... 68
4.10 Kapasitas Cadangan Air.............................................................. 70
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 71
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 71
5.2 Saran ........................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 73
LAMPIRAN ................................................................................................ 74

ix
Daftar Gambar

Halaman

Gambar 2.1 Aliran Fluida Di Dalam Pompa Sentrifugal................................ 8

Gambar 2.2 Volute Centrifugal Pump........................................................... 9

Gambar 2.3 Difuser Centrifugal Pump.......................................................... 9

Gambar 2.4 Pompa Vertikal.......................................................................... 11

Gambar 2.5 Pompa Horizontal .................................................................... 11

Gambar 2.6 Pompa Satu Tingkat…………................................................... 12

Gambar 2.7 Pompa Bertingkat Banyak........................................................... 13

Gambar 2.8 Pompa Isapan Tunggal dan Pompa Isapan Ganda...................... 14

Gambar 2.9 Konstruksi Pompa senterifugal.................................................... 14

Gambar 2.10 Saluran Isapan samping............................................................. 15

Gambar 2.11 Saluran Isapan Ujung............................................................... 15

Gambar 2.12 Saluran Isapan Bawah.............................................................. 16

Gambar 2.13 Saluran Isapan Atas................................................................... 16

Gambar 2.14 Mechanikal Seal......................................................................... 20

Gambar 2.15 Aliran Melalui Pipa................................................................... 22

Gambar 2.16 Head Total Pompa…................................................................. 25

Gambar 2.17 Head Pompa……….................................................................. 26

Gambar 2.18 Segitiga Kecepatan…………..................................................... 28

Gambar 2.19 Kurva Karakteristik Pompa Volut............................................. 29

Gambar 3.1 Contoh Penempatan Pipa Tegak dan Jarak Jangkauan............... 42

Gambar 3.2 Sistem Pipa Tegak 100 mm (4”)……………………................ 43

x
Gambar 3.2 Sistem Pipa Tegak 150 mm (6”)……………………........... 43

Gambar 3.3 Sistem Pipa Tegak 100 mm (4”)…………………............... 43

Gambar 3.4 (a) Metode ½ S dan ½ D …………………………….......... 48

Gambar 3.4 (b) Metode ¼ S dan ½ D …………………………........... 48

Gambar 3.5 Sistem Satu Zona ………..………………………............... 52

Gambar 3.6 Sistem dua Zona ………..…………………….…............... 53

Gambar 3.7 Sistem Banyak Zona ……………………………................ 52

xi
Daftar Tabel

Halaman

Tabel 3.1 Kapasitas Pompa dan Jumlah Cadangan Air…………………. 45


Tabel 3.2 Rata-rata Temperatur dan warna Cairan Bola (Bulb)............... 49

xii
NOMENKLATUR

Simbol Keterangan Satuan


A Luasan penampang pipa m²
D Diameter pipa m
f Koefisien -
g Percepatan grafitasi m/s²
GWR Ground Water Tank m³
H Head zat cair / head total m
H’ Tinggi angkat total m
h Head tekanan m
h’ Tinggi kolom zat cair m
ha Head statis m
hc Head kerugian reducer pada pipa m
hd Tinggi tekan m
he Head kerugian pada jalur pipa m
hf Kerugian gesek m
Hlosses Head kerugian total pada pipa m
Hs Tinggi hisap m
K Koefisien kerugian tinggi tekan -
L Panjang total pipa m
LEK Bilangan ekivalen -
m Massa kg
n Putaran pompa rpm
np Efisiensi pompa -
ns Putaran spesifik pompa °C
P’ Tekanan Hidrostatika N/m²
P Daya pompa kW
p Tekanan N/m²
T Temperatur °C
Q Kapasitas aliran fluida m/s³
Re Bilangan Reynolds -
V Volume m³
v Kecepatan aliran fluida m/s
Z Head potensial m
γ berat jenis N/m
∆hp Perbedaan tekanan N/m²
µ Viskositas kinematik air m²/s

xiii
Tugas Akhir

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini perkembangan bangunan semakin pesat diseluruh dunia

diantaranya bangunan gedung-gedung bertingkat, pabrik-pabrik di area kawasan

industri, kawasan perumahan serta apartemen untuk kehidupan manusia dalam

menjalankan aktifitasnya.

Dalam hal ini seluruh bangunan tersebut harus memperhatikan atau

mempertimbangkan faktor-faktor kejadian yang tidak diinginkan seperti musibah

yang disebabkan oleh faktor alam atau faktor manusia diantaranya gempa bumi,

kebakaran, banjir, pemanasan global dan lain-lain sehingga kita mengetahui

pencegahan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Melihat permasalahan diatas penulis menitik beratkan kepada masalah

kebakaran bangunan yaitu Analisa Perencanaan Pompa Hydrant Pada Bangunan

Gedung yang berhubungan dengan pemilihan dan pemasangan pompa yang

mengalirkan air untuk perlindungan kebakaran.

1.2 Maksud dan Tujuan

Mengetahui sistem pompa hydrant untuk perlindungan kebakaran pada

bangunan gedung.

Universitas Mercu Buana


1
Teknik Mesin
Tugas Akhir

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk mencegah penyimpangan di luar permasalahan, maka perlu

dilakukan pembatasan masalah, diantaranya yaitu :

• Perencanaan instalasi hydrant untuk gedung

• Perencanaan pemipaan pada instalasi hydrant

• Perhitungan kerugian faktor gesekan pada pipa hydrant

• Perhitungan pompa

1.4 Metode Penulisan

• Metode kepustakaan, penulis mempelajari buku-buku untuk mendukung

penulisan dan mencari referensi dari berbagai macam perpustakaan di

Jakarta.

• Mempergunakan metode-metode yang dipergunakan dalam menganalisa

system pompa hydrant.

• Melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang dapat membantu dalam

penyusunan tugas akhir ini.

• Melalui internet, agar mendapatkan informasi terbaru mengenai analisis

sistem pompa.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini membahas tentang latar belakang permasalahan,

tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

Universitas Mercu Buana


2
Teknik Mesin
Tugas Akhir

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini membahas mengenai definisi umum, motor,

pompa, kecepatan, klep, persyaratan system pompa hydrant.

BAB III PERENCANAAN HYDRANT

Bab ini membahas tentang spesifikasi standarisasi pemasangan

sistem hydrant pada gedung, instalasi pemipaan, penempatan kotak –

kotak hydrant, cadangan air yang diperlukan, jenis – jenis

perlengkapan hydrant dan pembagian zoning.

BAB IV PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT

Bab ini berisikan mengenai perhitungan kerugian gesekan pada

pipa, performa dan effisiensi pompa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan saran yang didapat

dari hasil pembahasan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Mercu Buana


3
Teknik Mesin
Tugas Akhir

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Tentang Pompa Hydrant

Hydrant merupakan suatu sistem keamanan untuk perlindungan kebakaran

yang mekanisme kerjanya menggunakan sistem pompa air dengan tekanan cukup

tinggi yang dapat bekerja secara otomatis apabila terjadi kebakaran pada ruang

atau bagian utama dari suatu bangunan. Pompa yang dipakai untuk sistem hydrant

ini adalah sebuah rangkaian pompa yang terpasang secara bersamaan yang dimana

terdiri dari pompa utama (Main Electric Pump), Jockey Pump dan Diesel Pump.

Material peralatan hydrant terbuat dari bahan tahan korosi seperti kuningan,

tembaga, monel, stainless steel, atau material bahan korosi lainnya.

2.2 Jenis Pompa Untuk Sistem Hydrant

Pipa pemadam adalah pipa tertutup yang bertekanan tertentu. Untuk

menjaga tekanan dalam pipa dan mengalirkan air pada saat terjadi kebakaran,

digunakan pompa untuk sprinkler dan hydrant dari tiga macam pompa yang

dipasang pararel.

1. Main Electric Pump

Disebut juga sebagai pompa utama, yang berfungsi memadamkan api

bila terjadi kebakaran dan bekerja secara otomatis apabila hydrant atau

sprinkler digunakan.

Universitas Mercu Buana


4
Teknik Mesin
Tugas Akhir

2. Jockey Pump

Pompa ini berfungsi untuk menjaga atau mempertahankan tekanan

dalam pipa agar tetap berada pada batas yang ditentukan. Penurunan tekanan

bisa diakibatkan oleh kebocoran pada instalasi pipa, seperti pada sambungan

pipa. Pompa ini mempunyai head yang tinggi dengan kapasitas kecil.

Pengaturan tekanan dilakukan dengan manometer tekanan, yang dipasang

pada tiap rangkaian pada masing-masing lantai.

3. Diesel Pump
Pompa ini digunakan apabila terjadi kebakaran dalam keadaan seluruh

aliran listrik mati dan juga sebagai cadangan apabila keadaan pompa utama

rusak, pompa ini memiliki kapasitas yang sama besar dengan kapasitas Main

Electric Pump.

2.2.1 Tinjauan Umum Mengenai Pompa

Pompa adalah suatu mesin fluida yang digerakkan oleh suatu penggerak

mula dengan maksud untuk memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat yang

diinginkan, misalnya ke tempat yang lebih tinggi atau jauh jaraknya.

2.2.2 Pemakaian Pompa

Pada zaman modern ini, telah dikembangkan berbagai macam pompa yang

sesuai denga fungsinya masing-masing, seperti berfungsi sebagai berikut :

• Untuk sirkulasi air.

• Untuk perpindahan tenaga dengan cara memompakan cairan tersebut.

Universitas Mercu Buana


5
Teknik Mesin
Tugas Akhir

• Untuk meningkatkan kecepatan air sehingga air tersebut dapat digunakan

untuk memotong, menggali atau mengupas.

• Untuk memompa cairan atau bahan kimia yang akan diproses.

Untuk dalam memilih pompa yang dimaksudkan, haruslah diketahui

kapasitas aliran (Q) dan head (H) yang akan diperlukan tergantung dari kebutuhan

perencanaan pompa tersebut.

2.2.3 Klasifikasi Pompa

Pada dasarnya pompa terbagi atas dua golongan besar, yaitu :

1. Displacement pump / pompa pemindahan / pompa pendesak pemindahan zat

cairnya didapat dengan mendesak zat cair keluar. Yang termasuk jenis pompa

ini adalah ;

• Pompa torak / Pluyer.

• Pompa diafragma.

• Pompa berputar.

• Pompa roda gigi.

• Pompa ulir.

• Pompa kerja ganda (double acting pump).

Kategori pompa pendesak mempunyai effisiensi yang tinggi yaitu 85 %

sampai 90%.

2. Dynamic Pump / pompa tekanan dinamis pemindah zat cairnya dengan

memberi kerja mekanis pada fluida yang menggunakan kipas/sudu/impeller.

Energi mekanis yang dihasilkan dari putaran impller diubah ke dalam bentuk

Universitas Mercu Buana


6
Teknik Mesin
Tugas Akhir

kerja poros menjadi energi fluida. Energi inilah yang mengakibatkan

pertambahan head tekan, head kecepatan dan head potensial pada zat cair.

Yang termasuk pompa jenis ini adalah :

• Pompa sentrifugal, yang terdiri dari pompa volut dan pompa difuser.

• Pompa tumbukan.

• Pompa jet.

• Pompa aliran campur.

• Pompa aliran aksial.

Kategori pompa tekan dinamis ini mempunyai efisiensi lebih rendah dari

pompa pendesak.

2.2.4 Alternatif Pemilahan Pompa

Secara garis besar, pompa terdiri dari pompa sentrifugal dan pompa torak.

Pompa sentrifugal termasuk jenis pompa yang paling sering dan banyak

digunakan. Pemilihan pompa untuk mengalirkan fluida ini didasarkan pada sifat

itu sendiri dan kondisi yang diinginkan. Alternatif pemilahan pompa berdasarkan

dari hasil analisa lapangan, maka pompa sentrifugal lebih banyak mempunyai

keuntungan dari pada pompa torak.

2.3 Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal

Suatu pompa sentrifugal pada dasarnya terdiri dari satu impeller atau lebih

yang dilengkapi dengan sudu-sudu, yang dipasangkan pada poros dan diselubungi

oleh sebuah rumah (casing) yang berbentuk volute. Fluida memasuki impeller

secara aksial didekat poros dan mempunyai energi, baik energi kinetik maupun

Universitas Mercu Buana


7
Teknik Mesin
Tugas Akhir

energi potensial, yang diberikan padanya oleh sudu-sudu. Begitu fluida

meninggalkan impeller pada kecepatan yang relatif tinggi, fluida dikumpulkan

didalam volute yang mentrasformasikan energi kinetik menjadi tekanan disertai

dengan pengurangan kecepatan.

Dengan cara demikian, pompa sentrifugal akan dapat memindahkan atau

memompakan fluida ketempat-tempat yang lebih jauh atau lebih tinggi, jadi dalam

hal ini pompa menambahkan energi pada fluida sehingga energi yang terkandung

menjadi lebih besar.

Gambar 2.1 Aliran fluida di dalam pompa sentrifugal

Menurut caranya merubah tenaga kinetik menjadi tenaga tekan, maka

pompa sentrifugal ini dapat dibagi menjadi dua macam cara, yaitu :

1. Volute Centifugal Pump

Pada jenis ini, kecepatan fluida yang keluar dari impeller diperkecil dan

tekanannya diperbesar pada saluran spiral di dalam casing. Saluran yang

berbentuk spiral disebut volute.

Universitas Mercu Buana


8
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Gambar 2.2 Volute Centrifugal Pump

2. Difuser Centrifugal Pump


Pompa jenis ini digunakan difuser yang dipasang mengelilingi impeller,

guna dari difuser ini adalah untuk menurunkan kecepatan aliran yang keluar dari

impeller sehingga energi kinetik aliran dapat diubah menjadi energi tekan secara

efisien. Difuser ini digunakan pada pompa yang bertingkat, sehingga difuserini

juga berfungsi sebagai pengarah aliran dari dischange impeller sebelum ke

suctioan impeller berikutnya.

Gambar 2.3 Difuser Centrifugal Pump

2.4 Klasifikasi Pompa Sentrifugal

Pompa sentrifugal dapat diklasifikasikan menurut :

• Bentuk rumah pompanya

• Bentuk sudu impellernya

Universitas Mercu Buana


9
Teknik Mesin
Tugas Akhir

• Aliran cairannya

• Jumlah tingkatnya

• Cara isapannya

2.4.1 Klasifikasi Menurut Desain Rumah Pompa

Dibedakan atas tiga tipe yaitu :

• Pompa Volute, dimana rumah pompanya berbentuk spiral volute.

• Pompa Difuser, dimana rumah pompa terdapat difuser yang mengelilingi


impeller.

• Pompa Volute Ganda, dimaksudkan agar beban radial pada poros pompa

tidak terlalu besar.

2.4.2 Klasifikasi Menurut Bentuk Impeller

Dibedakan atas :

• Impeller terbuka (Open Type Impeller)

• Impeller sebagian (Semi Open Type Impeller)

• Impeller tertutup (Closed Type Impeller)

2.4.3 Klasifikasi Menurut Posisi Porosnya

Klasifikasi menurut posisi porosnya maka pompa dapat dibedakan atas :

• Pompa Vertikal

Pompa ini mempunyai poros dengan posisi tegak.

Universitas Mercu Buana


10
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Gambar 2.4 Pompa Vertikal

• Pompa Horizontal

Pompa ini mempunyai poros dengan posisi mendatar, untuk lebih jelasnya

lihat gambar 2.5.

Gambar 2.5 Pompa Horizontal

Universitas Mercu Buana


11
Teknik Mesin
Tugas Akhir

2.4.4 Klasifikasi Menurut Aliran Cairan

Dibedakan atas :

• Pompa Aliran Aksial, dimana arah aliran cairan sejajar sumbu poros.

• Pompa Aliran Radial, dimana arah aliran cairan tegak lurus sumbu poros.

• Pompa Aliran Campuran, dimana arah aliran tidak aksial maupun radial.

2.4.5 Klasifikasi Menurut Susunan Tingkat

Dibedakan atas :

• Pompa Satu Tingkat (Single Stage)

Pompa ini hanya mempunyai satu impeller. Head total yang ditimbulkan

hanya berasal dari satu impeller, sehingga relatif rendah.

Gambar 2.6 Pompa Satu Tingkat

• Pompa Bertingkat Banyak (Multi Stage)

Pompa ini menggunakan beberapa impeller yang dipasang secara

seri pada satu poros. Zat cair yang keluar dari impeller pertama

dimasukkan ke impeller berikutnya dan seterusnya hingga impeller yang

terakhir. Panas (Head) total pompa merupakan penjumlahan dari head

yang ditimbulkan oleh masing-masing impeller sehingga relatif tinggi.

Universitas Mercu Buana


12
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Gambar 2.7 Pompa Bertingkat Banyak

2.4.6 Klasifikasi Menurut Cara Isapan Pompa

Dibadakan atas :

• Pompa Isapan Tunggal


Pada pompa jenis ini, zat cair masuk dari satu sisi impeller.

Konstruksi yang sangat sederhana, sehingga umumnya banyak dipakai.

Namun tekanan yang bekerja pada masing sisi isap tidak sama sehingga

akan timbul gaya aksial yang arahnya menuju ke sisi isap menuju ke sisi

ganda.

• Pompa Isapan Ganda


Pada pompa jenis ini zat cair masuk melalui kedua sisi impeller

tersebut dipasang saling bertolak belakang sehingga gaya aksial yang

timbul akibat tekanan yang bekerja pada masing-masing sisi impeller akan

saling membagi. Laju aliran total sama dengan dua kali laju aliran yang

masuk mulai masing-masing impaller. Dibandingkan dengan pompa

isapan tunggal yang sama kapasitasnya, pompa isapan ganda mempunyai

kemampuan isapan yang lebih baik.

Universitas Mercu Buana


13
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Gambar 2.8 Pompa Isapan Tunggal dan Pompa Isapan Ganda

2.4.7 Konstruksi Pompa Sentrifugal

Komponen - komponen utama pompa sentrifugal :

Gambar 2.9 Konstruksi Pompa Sentrifugal

1. Rumah Pompa
Rumah pompa pada pompa sentrifugal berfungsi untuk menampung fluida

yang keluar dari impeller. Selain itu, rumah pompa berfungsi untuk memudahkan

dan mengarahkan fluida yang akan disalurkan keluar pompa. Rumah pompa

Universitas Mercu Buana


14
Teknik Mesin
Tugas Akhir

biasanya berbentuk volute (spiral) seperti bentuk pada rumah keong. Untuk air

dingin yang mempunyai tekanan relatif rendah, rumah pompa biasanya terbuat

dari bahan besi cor. Untuk tekanan yang melebihi 0,0689 bar (100 Psi) digunakan

dari bahan semi baja, yaitu besi cor berkualitas tinggi. Untuk cairan yang sifatnya

korosif yang dapat memberikan reaksi asam seperti air garam, bahan rumah

pompa terbuat dari brons atau baja tahan karat.

Pompa dengan poros horizontal, menurut letak saluran isapnya maka

rumah pompa dapat dibagi menjadi empat macam yaitu :

• Saluran isap samping (Side Suction)

Gambar 2.10 Saluran Isapan Samping

• Sluran isap ijung (End Suction)

Gambar 2.11 Saluran isap Ujung

Universitas Mercu Buana


15
Teknik Mesin
Tugas Akhir

• Saluran isap bawah (Bottom Suction)

Gambar 2.12 Saluran Isap Bawah

• Saluran isap atas (Top Suction)

Gambar 2.13 Saluran Isap Atas

2. Impeller
Impeller, dalam pembuatannya, biasanya dicor dalam satu kesatuan.

Impeller berfungsi untuk mengarahkan air dan memutar fluida agar timbul gaya

sentrifugal. Agar dapat diperoleh efisiensi yang tinggi, permukaan impeller harus

dibuat sehalus mungkin, baik dalam saluran pada sudu-sudu maupun pada bagian

luar impeller.

Sudu-sudu dari impeller yang berputar memberikan energi kecepatan

kepada fluida. Energi kecepatan ini dalam pompa diubah menjadi tekanan. Bentuk

impeller dan sudu-sudu harus disesuaikan dengan jenis fluida, tekanan naik yang

Universitas Mercu Buana


16
Teknik Mesin
Tugas Akhir

dibutuhkan, volume aliran, jumlah putaran dan sebagainya. Bentuk, ukuran dan

jumlah sudu mempunyai pengaruh besar terhadap tekanan naik dan volume aliran.

Impeller disebut "terbuka" jika tidak mempunyai dinding (tameng),

"setengah terbuka" atau "tertutup" jika dilengkapi dengan dinding pada sisi

sebelah masuk atau keluar, "tertutup" jika kedua sisinya diberi dinding. Dari

ketiga impeller di atas, impeller tertutup adalah impeller yang paling banyak

digunakan, karena impeller ini mempunyai efisiensi yang lebih besar untuk jangka

waktu lebih lama.

Menurut bentuknya impeller dibagi menjadi :

a. Radial Impeller

b. Francis vane atau Screw vane Impeller

c. Propeler atau Axial flow Impeller

d. Mixed flow Impeller

Menurut jenis mekaniknya dibagi menjadi :

a. Open Impeller
Jenis Open Impeller biasanya dipakai pada pompa yang kecil, mudah

mengalirkan cairan yang bersifat mengkikis. Bentuknya sama dengan

radial impeller.

b. Semi-Open Impeller
Semi-Open Impeller mempunyai dinding pada bagian belakang atau salah

satu sisi impellernya. Kadang-kadang dinding itu diberi kipas untuk

mengurangi tekanan bagian hub impeller.

Universitas Mercu Buana


17
Teknik Mesin
Tugas Akhir

c. Closed Impellerer
Closed Impellerer sering dipakai pada pompa sentrifugal tingkat tunggal

saluran isap ujung untuk cairan yang jernih. Jenis ini mencegah

kemungkinan terjadinya slip yang biasanya timbul pada open-impeller

dan semi—open impeller.

3. Ring penahan Aus

Wear ring atau cincin penahan aus digunakan untuk mencegah kebocoran

pada celah antara impeller dan rumah pompa. Cincin penahan aus ini mempunyai

celah yang sangat kecil, yang satu dipasang pada impeller dan yang satu lagi

dipasang pada rumah pompa. Cincin penahan aus pada impeller biasanya

diulirkan ke impeller dengan ulir yang arah putarnya berlawanan arah dengan arah

putaran impeller. Cincin panahan aus untuk rumah pompa dapat dibuat tidak

berputar pada kedudukannya. Pemilahan wear ring tergantung dari jenis cairan

yang dialirkan, perbedaan tekanan dan kecepatan putaran. Jenis yang paling

banyak digunakan adalah flat type dan L type.

4. Poros
Fungsi poros adalah untuk mentransmisikan momen torsi dar motor

penggerak ke impeller pada saat mulai strat maupun selama pompa bekerja. Letak

poros pada pompa dapat horizontal maupun vertikal.

5. Seal / Paking
Fungsi seal / paking adalah untuk mencegah fluida keluar melalui poros

dan menahan udara mengalir masuk ke dalam pompa. Paking untuk poros dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu :

Universitas Mercu Buana


18
Teknik Mesin
Tugas Akhir

a. Stuffing box (gland paking)

Stuffing box terdiri dari suatu ruangan yang diisi oleh cincin-cincin

paking dari katun, benang asbes atau bahan buatan biasanya PTFE (Polyetra

Floucthyleen) atau teflon yang tahan terhadap segala macam cairan dan

temperatur. Untuk paking yang terbuat dari metal ( metal putih, kuningan,

alumunium ) harus dilumasi gemuk yang dililitkan dengan teras asbes.

Untuk mendapatkan paking yang terdiri dari cincin-cincin ditekan dari

luar dengan penekanan paking (gland). Untuk tekanan sampai 50 N/cm² cukup

4 cincin paking. Penampang cincin suffing box berbentuk bujur sangkar

dengan sisi sebesar 0,25 kali diameter poros.

b. Seal Mekanik

Seal mekanik membentuk permukaan datar dua buah cincin

bersinggungan saling meluncur, terjadi suatu penurunan pada tekanan pada

lapisan cairan antara kedua cincin tersebut disebabkan oleh gesekan cairan.

Seal mekanik dipakai untuk :

• Tekanan tinggi dan kecpatan keliling tinggi.

• Tidak boleh ada kebocoran.

• Sifat fluida yang dipompa melarutkan paking seperti bensin,


petroleum propan.

Universitas Mercu Buana


19
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Gambar 2.14 Mechanical Seal

Komponen seal mekanik terdiri dari :

• Suatu permukaan seal yang tidak berputar.

• Suatu cincin seal yang berputar bersama poros.

• Pegas ulir dilandasi diafragma yang menekan kedua cincin tersebut.

Ada 2 macam seal mekanik yaitu:

• Internal seal

Bagian yang berputar terletak di dalam box dan berhubungan langsung

dengan fluida yang dipompa.

• External seal

Bagian yang berputar terletak di luar box dan berhubungan langsung

dengan udara.

6. Bantalan (bearing)

Fungsi bantalan pada pompa sentrifugal adalah untuk menjaga poros tetap

lurus akibat adanya gaya radial dan aksial ketika pompa bekerja. Jenis bantalan

yang sering dipakai :

Universitas Mercu Buana


20
Teknik Mesin
Tugas Akhir

a. Single row deep groove ball bearing

Paling banyak dipakai pada pompa sentrifugal kecuali untuk ukuran besar.

Bantalan ini baik untuk menahan beban aksial dan radial.

b. Double row deep groove ball bearing

Digunakan jika beban lebih besar dari pada yang diijinkan pada single row

deep groove ball bearing.

c. Seal aligning ball bearing

Dipakai untuk beban besar dan putaran tinggi, tetapi hanya dapat menahan

gaya aksial yang tidak terlalu besar.

d. Angular contact ball bearing

Digunakan menahan gaya aksial yang besar. Untuk gaya dari satu arah

dipakai single row type dan untuk dua arah dipakai double row type.

7. Kopling

Kopling digunakan untuk memindahkan gerak putar dan torsi dari motor

penggerak ke motor pompa yang akan digerakkan. Dengan adanya kopling

ketidak lurusan poros pompa dan poros motor listrik dapat diatur.

Ada dua macam jenis kopling :

− Rigid coupings

− Flexible couplings

Universitas Mercu Buana


21
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Yang paling sering dipakai untuk pompa sentrifugal adalah dengan bushing dari

karet kopling fleksibel.

8. Pelat Pondasi dan Penumpu

Pelat pondasi berfungsi untuk menyatukan kaki pompa dengan pondasi

sehingga tidak bergeser, penumpu berguna untuk meluruskan pompa penggerak

dan tidak bergeser. Penumpu juga berguna untuk meluruskan poros pompa motor

penggerak dan poros serta menyerap, getaran-getaran yang terjadi ketika pompa

bekerja.

2.5 Head Zat Cair

Gambar 2.15 Aliran Melalui Pipa

Head adalah tinggi atau permukaan zai cair terhadap suatu bidang tertentu.

Dalam pembahasan ini telah dilakukan pengujian terhadap total head pada pompa

pendingin sekunder, dimana perhitungan head total sendiri merupakan selisih

antara discharge head dan suction head.

Universitas Mercu Buana


22
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Aliran suatu zat cair (misalnya air) melalui suatu penampang saluran. Pada

penampang tersebut zat cair mempunyai tekanan statis p (N/m²), kecepatan rata-

rata v (m/s) dan ketinggian z (m) diukur dari bidang referensi.

Maka zat cair tersebut pada penampang yang bersangkutan mempunyai

Head Total (H) :

v2
p
H= + +Z
γ 2⋅ g

Dimana :

p/γ : Head tekanan

v² / 2g : Head kecepatan

Z : Head potensial

Ketika head tersebut diatas tidak lain adalah energi mekanik yang

dikandung oleh satuan berat (1 kg/m³) zat cair yang mengalir pada penampang

yang bersangkutan. Head total tersebut dinyatakan dengan satuan tinggi kolom

cairan zat cair dalam meter. Dalam satuan SI, head (H) dinyatakan sebagai energi

spesifik Y, yaitu energi mekanik yang dikandung oleh cairan persatuan massa

(1kg) zat cair. Satuan Y adalah J/kg, maka energi spesifik tekanan p/ρ, kecepatan

v²/2 dan potensial gZ.

Makan persamaan energi spesifik total sebagai berikut :

p v2
Y = g⋅H = + + g⋅Z
ρ 2

Universitas Mercu Buana


23
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Dimana, ρ = massa zat cair per satuan volume (kg/m³)

2.6 Hukum Kesebangunan

Jika dua buah pompa sentrifugal yang geometris sebangun satu sama lain,

maka kondisi aliran sebangun pula, berlaku hubungan sebagai berikut :

Q1 n1 ⋅ D13 H 1 n1 ⋅ D13 P1 n1 ⋅ D13


= ; = ; =
Q2 n 2 ⋅ D23 H 2 n 2 ⋅ D23 P2 n 2 ⋅ D23

Dimana ;

D : Diameter impeller (m)

Q : Kapasitas aliran (m³/s)

H : Head pompa (m)

P : Daya poros pompa (W)

n : Putaran pompa (rpm)

Hubungan yang dinyatakan diatas tersebut "Hukum Kesebangunan

Pompa". Hukum ini sangat penting untuk menaksir perubahan performansi pompa

bila putaran dirubah. Hukum ini juga berguna untuk memperkirakan performansi

pompa yang direncanakan apabila pompa tersebut geometris sebangun dengan

pompa yang sudah diketahui performansinya.

2.7 Head Total Pompa

Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air

seperti direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani

oleh pompa. Seperti pada gambar berikut :

Universitas Mercu Buana


24
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Gambar 2.16 Head Total Pompa

Head total yang dapat ditulis sebagai berikut :

v d2
H = ha + ∆h p + h1 +
2⋅ g

Dimana :

H : Head total pompa (m)

ha : Head statis pompa (m)

Head ini adalah perbedaan tinggi antara muka air sisi keluar dan
sisi isap, tanda psitif (+) dipakai apabila muka air di sisi keluar
lebih tinggi dari pada sisi isap.

∆hp : Perbedaan head tekanan yang bekerja pada kedua permukaan

Air (m), ∆hp = hp2 - hp1

h1 : Berbagai kerugian head di pipa, katup, belokan, sambungan, dll

(m), h1 = h1d + h1s

Vd²/2.g : Head kecepatan (m)

g : percepatan gravitasi (m/s²)

Universitas Mercu Buana


25
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Dalam hal pompa menerima energi dari aliran yang masuk ke sisi

isapannya, seperti pada pompa penguat (pompa booster), maka head total pompa

dapat dihitung dengan rumus berikut :

H = ha + ∆ h p + h1 +
1
2⋅ g
(
⋅ vd2 − v s2 )
Dimana :

ha : Perbedaan tinggi antara sembarang (A) di pipa keluar, dan


sembarang titik (B) di titik isap (m) (lihat gambar di bawah).

∆hp : Perbedaan head tekanan (A) dan titik (B) (m).

h1 : Berbagai kerugian head di pipa, katup, belokan dan lain-lain, antara


titik (A) dan titik (B) (m).

Vd : Kecepatan aliran rata-rata di titik (A) (m/s).

Vs : Kecepatan aliran rata-rata di titik (B) (m/s).

Gambar 2.17 Head Pompa

Apabila permukaan air berubah-ubah dengan perbedaan besar, Head Statis

total harus ditentukan dengan mempertimbangkan karakteristik pompa, besarnya

selisih perubahan permukaan air dan dasar yang dipakai untuk menentukan

jumlah air yang harus di pompa.

Universitas Mercu Buana


26
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Adapun hubungan antara tekanan dan Head tekanan dapat diperoleh dari

rumus berikut :

P
h p = 10 x
γ
Dimana,

hp : Head tekanan (m)

P : Tekanan (N/m²)

γ : Berat persatuan volume zat cair yang dipompa (N/m³)

Menurut ISO, energi spesifik Y (J/kg) kadang-kadang dipakai sebagai

pengganti sebagai pengganti head H (m). adapun hubungannya adalah sebagai

berikut :
Y = g⋅H

Sebagaimana diutarakan sebelumnya, untuk menentukan head total yang

harus disediakan pompa, perlu dihitung dahulu head kerugian h1.

2.8 Putaran Spesifik

Putaran spesifik adalah untuk 1 tingkat dimana impeller dapat

memindahkan cairan sebanyak 1 m³/s dengan head 1 m atau dapat dituliskan

sebagai berikut :

Q1 / 2
ns = n ⋅
H 3/ 4

Dimana :

ns : Putaran spesifik pompa (rpm)

Universitas Mercu Buana


27
Teknik Mesin
Tugas Akhir

n : Putaran poros pompa (rpm)

Q : kapasitas pompa (m³/s)

H : Head total pmpa (m)

Putaran spesifik ini menentukan bentuk sudu-sudu yang dipakai sebagai

impeller pada pompa sentrifugal. Bentuk sudu-sudu impeller tersebut adalah :

a. ns = 12 – 35 impeller jenis radial

b. ns = 35 – 80 impeller Francis

c. ns = 80 – 160 impeller jenis mixed flow

d. ns = 160 – 400 impeller jenis propeler

2.9 Segitiga Kecepatan

Untuk setiap titik pada garis aliran, dapat digambarkan segitiga kecepatan.

Segitiga kecepatan digunakan untuk mengetahui besaran-besaran kecepatan pada

titik tersebut atau sudut yang dibentuk oleh kecepatan-kecepatan tersebut. Hal ini

dalam rangka perencanaan dimensi pompa sentrifugal.

C3 W3
W2
C2 C 2m = C 3m

a3 a2 ß3
ß2
µ2
C3µ = k .C2µ

C2µ

µ2

Gambar 2.18 Segitiga Kecepatan

Dimana :

C3 : Kecepatan absolut air masuk sudu

C2 : Kecepatan radial air

Universitas Mercu Buana


28
Teknik Mesin
Tugas Akhir

U : Kecepatan tangensial

α : Sudut antara kecepatan absolut dengan kecepatan tangensial

β : Sudut antara kecepatan relatif dengan kecepatan tangensial

W : Kecepatan relatif air

Dalam memilih pompa yang tepat bagi keperluan tertentu, karakteristik

pompa seperti diuraikan di atas sangat penting untuk diperhatikan dan

dipertimbangkan.

2.10 Performansi

Bentuk pompa pada umumnya tergantung pada ns, jadi dapat dimengerti

bila karakteristiknya juga akan tergantung pada ns. karakteristik sebuah pompa

dapat digambarkan dalam kurva-kurva karakteristik yang menyatakan besarnya

head total pompa, daya poros, efisiensi pompa terhadap kapasitas. Kurva

performansi tersebut pada umumnya digambarkan pada putaran yang tetap.

Gambar 2.19 Kurva Karakteristik Pompa Volut

Universitas Mercu Buana


29
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Dari gambar terlihat bahwa kurva head-kapasitas menjadi curam pada

pompa dengan harga ns yang semakin besar. Kurva daya terhadap kapasitas

mempunyai harga minimum bila kapasitas aliran sama dengan nol pada pompa

sentrifugal dengan ns kecil. Kurva efisiensi terhadap kapasitas dari pompa

sentrifugal umumnya berbentuk mendekati busur lingkaran. Harga efisiensinya

hanya sedikit menurun bila kapasitas berubah menjahui harga optimunnya. Dalam

memilih pompa yang tepat bagi keperluan tertentu, karakteristik pompa seperti

diuraikan di atas sangat penting untuk diperhatikan dan dipertimbangkan.

2.11 Daya pompa dan Efisiensi

Parameter-parameter lain yang juga perlu diperhatikan dalam kurva

karakteristik pompa adalah daya yang diperlukan pompa tingkat efisiensi.

Rumusan secara garis besar untuk daya pompa yang diperlukan adalah :

Pw
Pp =
ηP
Dimana :

Pp : Daya pompa (kW)

Pw : Daya air

ηp : Efisiensi pompa (berasal dari grafik efisiensi pompa)

Rumusan untuk daya air adalah :

Pw = ρ x g x Q x H

Dimana :

ρ : Massa jenis fluida (kg/m³)

Universitas Mercu Buana


30
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Q : Kapasitas pompa (m³/detik)

H : Head pompa (m)

g : Percepatan gravitasi (m/s²)

Sedangkan untuk rumusan daya motor penggerak adalah :

(1 + α )
Pm = Pp
ηt

Dimana :

Pm : Daya motor (kW)

Pp : Daya pompa (kW)

α : Faktor cadangan (tabel faktor cadangan)

ηt : Efisiensi transmisi (tabel efisiensi transmisi)

2.12 Kavitasi

Kavitasi adalah gejala menguapnya zat cair yang sedang mengalir, karena

tekanan berkurang sampai di bawah tekanan uap jenuhnya atau tekanan sisi isap

pompa lebih rendah dari tekanan uap jenuh fluida pada temperatur fluida tersebur.

Akibat zat cair mendidih dan akan berbentuk gelembung-gelembung uap zat cair,

yang terjadi pada zat cair yang mengalirkan di dalam pompa. Gelembung-

gelembung tersebut akan terbentuk terus-menerus dan kemudian pecah,. Sehingga

pada dinding saluran disekitar aliran yang berkavitasi akan mengalami kerusakan.

Pada pompa bagian yang mudah mengalami kavitasi adalah pada sisi isap pompa,

karena tempat-tempat yang bertekanan rendah dengan fluida yang berkecepatan

tinggi sangat rawan terhadap terjadi kavitasi. Kavitasi akan timbul apabila tekanan

Universitas Mercu Buana


31
Teknik Mesin
Tugas Akhir

neto sisi isap pompa turun menjadi lebih rendah dari tekanan uap pada temperatur

cairnya maka dapat timbul gelembung udara yang menyebabkan kavitasi tersebut.

Akibat-akibat yang dapat ditimbulkan oleh kavitasi antara lain :

• Sudu-sudu impeller dapat termakan karena erosi kavitasi.

• Menimbulkan suara yang berisik.

• Menimbulkan kejutan-kejuatan dan vibrasi.

• Permukaan dinding akan termakan sehingga berlubang-lubang.

Agar tidak terjadi kavitasi harus diusahakan agar tidak ada satu bagianpun

dari aliran di dalam pompa yang mempunyai tekanan statis lebih rendah dari

tekanan uap jenuh cairan pada temperatur yang bersangkutan.

Agar pompa dapat bekerja tanpa mengalami kavitasi, maka harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

NPSH yang tersedia > NPSH yang diperlukan

2.13 NPSH (Net Positive Suction Head) Yang Tersedia

NPSH yang tersedia adalah head yang dimiliki zat cair pada sisi isap

pompa (ekivalen dengan tekanan mutlak pada sisi pompa), dikurangi dengan

tekanan uap jenuh zat cair tersebut. Oleh karena itu besarnya NPSH yang tersedia

dapat dibuat dengan persamaan :

Pa P
hsv = − v − hs − his
ρ ⋅ g ρ .g

Universitas Mercu Buana


32
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Dimana :

hsv : NPSH yang tersedia (m)

Pa : Tekanan atmosfer (N/m³)

Pv : Tekanan uap jenuh pada temperatur yang besangkutan (N/m³)

ρ : Massa jenis fluida (kg/m³)

g : Percepatan gravitasi (m/s²)

hs : Head isap statis (m)

his : Kerugian head pada posisi isap (m)

Dengan demikian NPSH yang tersedia adalah merupakan tekanan absolut

yang masih tersedia atau tersisa pada sisi isap pompa setelah dikurangi dengan

tekanan uap air pada suhu yang bersangkutan.

2.14 NPSH Yang Diperlukan

Tekanan terendah di dalam pompa bisanya terletak disuatu titik dekat

setelah sisi masuk sudu impeller. Di bagian ini tekanan adalah lebih rendah dari

pada tekanan pada bagian sisi isap atau lubang isap pompa. Hal ini dapat

disebabkan oleh karena adanya kerugian head di nosel isap, kenaikan kecepatan

aliran karena luas penampang yang menyempit dan kenaikan kecepatan aliran

karena tebal sudu setempat.

Jadi agar tidak terjadi penguapan zat cair, maka tekanan pada lubang isap

pompa dikurangi dengan penurunan tekanan di dalam pompa, harus lebih tinggi

Universitas Mercu Buana


33
Teknik Mesin
Tugas Akhir

dari pada tekanan uap jenuh zat cair. Head tekanan besarnya sama dengan

penurunan tekanan ini disebut dengan NPSH yang diperlukan. Agar pompa dapat

beroperasi dengan tidak mengalami kavitasi maka NPSH yang tersedia harus lebih

besar dari pada NPSH yang diperlukan.

Jika head total pompa pada titik efisien maksimum dinyatakan sebagai H

dan NPSH yang diperlukan untuk titik ini adalah NPSHr, maka didefinisikan

sebagai :

NPSHr = σ . H

Dimana :

σ : Koefisien kavitasi thoma

NPSHr : NPSH yang diperlukan

H : Head pompa

2.15 Berbagai Pengaruh Pada NPSH Yang Tersedia

NPSH yang tersedia tergantung pada berbagai faktor, seperti tekanan

atmosfer atau tekanan yang bekerja pada permukaan zat cair tekanan uap air pada

temperatur yang bersangkutan dan head isap statis. Adapun besarnya NPSH yang

tersedia dapat dihitung dari kondisi instalasi pompa terpasang, dalam hal ini

NPSH yang tersedia harus lebih besar dari pada NPSH yang diperlukan.

Universitas Mercu Buana


34
Teknik Mesin
Tugas Akhir

BAB III
PERENCANAAN HYDRANT

Dalam perencanaan hydrant, terlebih dahulu harus diketahui spesifikasi

dan jenis bangunan yang akan digunakan. Hal ini untuk mencegah terjadinya

kesalahan dalam pemasangan instalasi hydrant dan pemilihan jenis pompa juga

factor-faktor yang dapat menimbulkan bahaya terjadinya kebakaran yang

disebabkan oleh kontruksi dari bangunan tersebut.

Standarisasi pemasangan hydrant pada gedung, harus mengacu pada

Peraturan Daerah (PERDA) dan Dinas Kebakaran Daerah untuk memenuhi

persyaratan klasifikasi bangunan berdasarkan tingkat kebakaran.

3.1 Klasifikasi Bangunan Berdasarkan Tingkat Kebakaran

Klasifikasi bangunan berdasarkan tingkat kebakaran dibedakan menjadi :

a. Hunian dengan Bahaya Kebakaran Ringan (Ligth hazard Occupancies)

diantaranya adalah :

• Rumah Ibadah

• Bangunan Pendidikan

• Rumah Sakit

• Perpustakaan

• Musium

• Perumahan

Universitas Mercu Buana


35
Teknik Mesin
Tugas Akhir

b. Hunian dengan Bahaya Kebakaran Sedang (Ordinary hazard Occupancies)

kelompok 1 diantaranya adalah :

• Parkir untuk mobil dan ruang pamer

• Pabrik pembuat minum

• Pabrik pengalengan

• Pabrik pembuat dan pemproses susu

• Pabrik elektronik

• Pabrik gelas

c. Hunian dengan Bahaya Kebakaran Sedang (Ordinary hazard Occupancies)

Kelompok 2 meliputi bangunan-bangunan :

• Penggilingan produk biji-bijian

• Pabrik kimia sedang

• Pabrik gula

• Pabrik destilasi

• Pencucian dengan sistem kering / kimia

• Penggilingan makanan ternak

• Pabrik pengolahan bahan kulit

• Pabrik Permesinan

• Pabrik pekerjaan metal

• Pusat perdagangan

• Pabrik pemproses kertas

• Penerbitan dan percetakan

Universitas Mercu Buana


36
Teknik Mesin
Tugas Akhir

• Bengkel reparasi mobil

• Pabrik ban

• Pabrik pembuat tembakau

• Pabrik pengerjaan kayu dengan mesin

d. Hunian dengan Bahaya Kebakaran Besar (Extra hazard Occupancies)

Kelompok 1 yang meliputi :

• Hanggar pesawat terbang

• Ruang fluida hidrolik yang mudah terbakar

• Pengecoran

• Ekstrusi metal

• Pabrik plywood dan papan partikel

• Pabrik daur ulang karet

• Bangunan pemroses textile

• Bengkel dimana dilakukan pekerjaan melapis dengan foam plastik

e. Hunian dengan Bahaya kebakaran Besar (Extra hazard Occupancies)

Kelompok 2 yang terdiri dari :

• Pabrik Asphalt Saturating

• Pabrik yang mempunyai kegiatan penyemprotan dengan bahan cair yang

mudah terbakar

• Pabrik pemproses plastik

• Solvent cleaning

Universitas Mercu Buana


37
Teknik Mesin
Tugas Akhir

• Pabrik / bengkel dimana dilakukan pekerjaan varnis dan pengecatan dan

pencelupan.

Pada perencanaan hydrant ini penulis menganalisa dasar perancangan pada

bagunan gedung apartement dengan ketinggian 18 lantai.

3.1.1 Data Bangunan

No Lantai Fungsi Luas (m²) Elevasi


1 Lt. Basement 2 R. Pompa, R. Genset, R. Panel,
± 4.729 m² - 8,40
Gudang, Lobby Lift, Parkir
2 Lt. Basement 1 R. Kontrol, R. Gardu PLN, R.
STO, R.Trafo/PTM, R. PUTR,
± 4.821 m² - 3,70
R. Kerja STP, Gudang, Lobby
Lift.
3 - Lt. Dasar Apartement unit, Tangga
± 892,8 m² + 0,00
kebakaran, Lobby lift, Lobby
Entrance, Apartement Koridor,
Toilet Umum.
- Main Lobby Entrance Gedung.
± 68 m² + 0,00
- Fasilitas Locker, R. Penitipan Anak, Staff,
± 364,5 m² + 0,00
Bangunan Check Point, Koridor, Lobby.
4 - Lantai 1 Apartement Unit, Tangga ± 942,4 m²
+ 3,30
Kebakaran, Lobby Lift.
- R. Fasilitas Finess Center, Aerobic, Koridor. ± 306 m²
+ 3,30
5 - Lantai 2 Apartement Unit, Tangga ± 942,4 m²
+ 6,60
Kebakaran, Lobby Lift.
- Fasiltas Kitchen, Outdoor, Dinning, ± 306 m²
+ 6,60
Gedung Koridor.
6 -Lantai 3 s/d 11 Apartement Unit, Tangga ± 942,4 m²
+ 9,90
Kebakaran, Lobby Lift.
7 - Lantai 12 Apartement Unit, Tangga
± 793,6 m² + 12,20
Kebakaran, Lobby Lift, Mesin
Lift.
8 - Lantai 13 Apartement Unit, Tangga ± 472 m²
+ 47,00
Kebakaran, Lobby Lift.
9 Lantai 14 Apartement Unit, Tangga ± 669 m² + 50,50
Kebakaran, Lobby Lift.
10 Lantai 15 Apartement Unit, Tangga ± 472m² + 54,00
Kebakaran, Lobby Lift.

Universitas Mercu Buana


38
Teknik Mesin
Tugas Akhir

11 Lantai 16 Apartement Unit, Tangga ± 472 m² + 57,50


Kebakaran, Lobby Lift.
12 Lantai 17 Apartement Unit, Tangga ± 472 m² + 61,00
Kebakaran, Lobby Lift.
13 Lantai 18 R. Mesin Lift, R. Pressurized ± 372 m² + 84,50
Fan, R. Exhaust/Intake Fan, R.
Roof Tank.

3.2 Sistem Pipa Tegak

Dalam sistem pipa tegak, hydrant dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Sistem pipa tegak kering (Dry Stand Pipe)

Pada sistem pipa tegak kering, semua instalasi dalam keadaan kosong

tanpa ada kandungan air. Apabila terjadi musibah kebakaran, sumber air

berasal dari pompa mobil pemadam kebakaran yang disambungkan ke

Siamesse Connection. Pemasangan Siamesse Connection harus pada pinggir

jalan yang mudah dijangkau dan tidak tersembunyi. Sistem pipa tegak kering

hanya boleh dipasang pada daerah-daerah atau Negara-negara yang air dapat

membeku dalam pipa. Sehingga sistem pipa tegak kering tidak dianjurkan

dipasang di Indonesia.

b. Sistem pipa tegak basah (Wet Stand Pipe).

Sebaliknya pada sistem pipa tegak basah, semua instalasi terisi air

yang bertekanan, sehingga apabila terjadi kebakaran dapat langsung

digunakan. Untuk sistem pipa tegak basah harus dicadangkan air yang cukup

yang biasanya disimpan pada Ground Water Tank (GWT) atau Water

Reservoir. Pompa dengan laju aliran dan head yang cukup harus disediakan

pada sistem ini.

Universitas Mercu Buana


39
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Pada sistem pipa tegak basah juga harus dipasang Siamesse

Connection seperti halnya pada sistem pipa tegak kering. Siamesse

Connection ini dimaksudkan untuk menambah pasokan air dari mobil

pemadam kebakaran setelah persediaan air pada Ground Water Tank habis.

3.3 Perancangan Pipa Tegak

3.3.1 Jumlah pipa tegak yang disyaratkan

Setiap pipa tegak harus melayani tiap luas ruangan tidak lebih dari 930 m²

dari setiap lantainya dan dalam jangkauan 38 m dari katup landing yang dipasang

pada setiap pipa tegak. Pada gambar H – 01 dibawah ini adalah contoh

perencanaan jumlah pipa tegak dan jarak jangkaunya.

Pada perencanaan ini jumlah pipa tegak di lantai basement 2 dan basement

1 yang digunakan sebagai tempat parkir mobil, jumlah pipa tegak dan box hydrant

dihitung berdasarkan luas bangunan yaitu 1 (satu) kotak hydrant untuk luas 930

m². Tetapi pada bangunan di atasnya, dimana hunian apartemen ini dibatasi oleh

dinding pemisah setiap 2 unit apartementnya, sehingga jangkauan pipa hydrant

terhalang, dengan demikian jumlah pipa tegak akan lebih banyak, karena 2 unit

apartement terdapat 1 (satu) buah pipa tegak, walaupun luasnya kurang dari 930

m².

Berikut ini adalah jumlah kotak hydrant pada masing lantai berdasarkan

luas lantai maupun batasan kelompok apartement.

Universitas Mercu Buana


40
Teknik Mesin
Tugas Akhir

a. Bangunan Parkir

No Lantai Luas (m²) Jumlah Pipa Tegak Jumlah Kotak


(buah) Hydrant (buah)
1 Basement 2 4729 7 6
2 Basement 1 4822 7 6

b. Bangunan Apartement

No Lantai Luas Jumlah Pipa Tegak Jumlah Kotak


(m²) (buah) Hydrant (buah)
1 Dasar 1256 4 2
2 Lantai 1 1250 4 4
3 Lantai 2 1250 4 4
4 Lantai 3 s/d 11 @ 942 @4 @4
5 Lantai 12 794 3 3
6 Lantai 13 669 3 3
7 Lantai 14 s/d 17 @ 472 2 2

Diameter pipa tegak masing-masing adalah 150 mm (6”), pada lantai

basement 2, basement 1 dan lantai dasar, satu pipa tegak ada yang melayani lebih

dari satu kotak hydrant.

Universitas Mercu Buana


41
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Gambar 3.1 Contoh Penempatan Pipa tegak dan Jarak


jangkauan

Universitas Mercu Buana


42
Teknik Mesin
Tugas Akhir

3.3.2 Ukuran pipa tegak


Diameter nominal pipa tegak yang dipasang harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

a. Diameter 100 mm (4”)

Pipa tegak diameter 100 mm (4”) digunakan apabila ketinggian

bangunan tidak lebih dari 40 m dan hanya ada satu katup landing disetiap

lantainya. Atap

< 40 m

Lantai dasar

Gambar 3.2 Sistem Pipa Tegak 100 mm (4”)

b. Diameter 150 mm (6”)

Diameter 150 mm (6”) digunakan pada bangunan yang memiliki

ketinggian lebih dari 40 m dan diperbolehkan menggunakan dua katup

landing untuk setiap lantainya.


Atap
Atap

Luas lantai
>930 m²

< 40 m < 40 m
> 24 m

Lantai dasar Lantai dasar

Gambar 3.3 Sistem Pipa Tegak 150 mm (6”)

Universitas Mercu Buana


43
Teknik Mesin
Tugas Akhir

3.3.3 Penempatan pipa tegak

Penempatan pipa tegak harus sesuai dengan ketentuan di bawah ini :

a. Di dalam suatu loby yang diventilasi dan mendekati tangga (bila

tersedia).

b. Pipa tegak harus dipasang dan diproteksi terhadap kerusakan mekanis

dan api.

c. Pipa tegak tidak boleh dipasang di dalam shaft yang di dalamnya

terdapat pipa gas, pipa uap, pipa bahan baker atau kabel listrik.

d. Apabila tidak terpasang pada daerah yang terlindung, maka pipa harus

dibungkus atau dilindungi dengan bahan yang mempunyai tingkat

ketahanan terhadap kebakaran selama 2 jam.

3.3.4 Laju aliran pada pipa tegak

Untuk sistem kelas I dan kelas III laju aliran minimum dari pipa tegak

hidroulik terjauh harus sebesar 1.893 liter/menit (550 gpm). Laju aliran untuk pipa

tegak tambahan harus sebesar 946 liter/menit (250 gpm) untuk setiap pipa tegak,

tetapi jumlah total laju aliran tidak boleh melebihi 4.731 liter/menit (1.250 gpm).

Pada sistem kombinasi dimana pasokan air disamping untuk hydrant juga

digunakan untuk sistem sprinkler otomatis, maka laju aliran yang digunakan

adalah yang terbesar dari hydrant atau sprinkler dan tetap tidak melebihi 4.731

liter/menit (1.250 gpm).

Untuk sistem kelas II, laju aliran minimum untuk pipa tegak terjauh adalah

379 liter/menit (100 gpm). Aliran tambahan tidak dipersyaratkan bila terdapat

lebih dari 1(satu) pipa tegak.

Universitas Mercu Buana


44
Teknik Mesin
Tugas Akhir

3.3.5 Batasan tekanan

Tekanan sisa pada titik terjauh dihitung secara hidroulik adalah 4,5 bar.

Sedangkan tekanan maksimum pada setiap box hydrant tidak melampaui 12.1 bar

(175 psi), apabila tekanan melebihi 12,1 bar karena bangunan cukup tinggi, maka

pada zona bawah perlu dipasang Pressure Reducing Valve, sebuah katup untuk

mengurangi tekanan sehingga tekanan statik tidak melebihi 12,1 bar.

3.3.6 Cadangan air

Cadangan air pada Ground Water Tank harus tersedia setiap saat dan tidak

boleh digunakan untuk keperluan lainnya. Cadangan air yang disediakan harus

mencukupi kebutuhan selama pemompaan tidak kurang dari 45 menit.

Volume air yang harus tersedia untuk cadangan air kebakaran adalah :

V=Qxt

V : Volume air

Q : Kapasitas pompa = 4.731 liter/menit (1.250 gpm)

t : Waktu pemompaan = 45 menit

V = 4.731 x 45

Sehingga volume cadangan air adalah 212.895 liter.

Berikut perkiraan cadangan air selama 45 menit pada kapasitas pompa dari

250 – 1250 US gpm.

Tabel 3.1 Kapsitas Pompa dan Jumlah Cadangan Air

No Kapasitas Pompa ( US gpm ) Jumlah cadangan air (liter)

1 250 42,581

Universitas Mercu Buana


45
Teknik Mesin
Tugas Akhir

2 500 85,162
3 750 127,744
4 1000 170,325

5 1250 212,895

3.4 Jenis – jenis dan Perencanaan Peralatan Hydrant

Peralatan hydrant merupakan suatu komponen utama yang fungsinya

sangat berpengaruhya besar pada sistem hydrant yang digunakan. Peralatan

hydrant harus memenuhi standarisasi yang ada dan jumlahnya harus sesuai

dengan kebutuhan dari bangunan gedung jika terjadi kebakaran.

3.4.1 Perencanaan Kotak Hydrant

a. Kotak hydrant dalam (Indoor Hydrant Box / IHB )


Kotak hydrant ini ditempatkan di dalam bangunan dengan batasan

luas lantai 930 m² untuk satu kotak hydrant.

• Jumlah : 45 buah

• Tekanan min : 4,42 x 105 N/m²

• Tekanan mak : 8,5 x 105 N/m²

• Debit air : 0,082 m/s

b. Kotak hydrant luar (Out Door Hydrant Box)


Sedangkan kotak hydrant luar ditempatkan di luar bangunan atau

halaman yang mudah terjangkau oleh petugas dan biasanya ditempatkan

dekat dengan pillar hydrant.

Universitas Mercu Buana


46
Teknik Mesin
Tugas Akhir

• Jumlah : 8 buah

• Tekanan min : 5,9 x 105 N/m²

• Tekanan mak : 8,1 x 105 N/m²

• Debit air : 0,082 m³/s

c. Pillar hydrant
Pillar hydrant adalah salah satu perlengkapan dari sistem yang

ditempatkan di luar bangunan dekat dengan kotak hydrant luar. Pillar

hydrant ini berfungsi untuk memadamkan api dari luar bangunan dan

biasanya hanya petugas tertentu yang dapat menggunakannya yaitu

petugas pemadam kebakaran atau petugas keamanan yang sudah terlatih.

Hal ini dikarenakan tekanan pada pillar hydrant dan laju aliran air cukup

besar.

• Jumlah : 8 buah

• Tekanan min : 5,9 x 105 N/m²

• Tekanan mak : 8,1 x 105 N/m²

• Debit air : 0,038 m³/s

d. Siamesse Connection
Alat ini digunakan untuk menyambungkan pasokan air dari mobil

dinas pemadam kebakaran ke jaringan instalasi untuk menambah pasokan

air saat cadangan pada Ground Water Tank semakin berkurang.

Penempatan Siamesse Connection harus dekat dengan jalan masuk

atau jalan keluar dari jalan raya.

• Jumlah : 2 buah

Universitas Mercu Buana


47
Teknik Mesin
Tugas Akhir

3.4.2 Sistem Sprinkler

Sistem ini merupakan sistem pencegahan pertama yang sangat baik.

Dalam sistem sprinkler,kepala sprinkler dihubungkan langsung dengan sistem

pemipaan yang berisi air bertekanan. Dengan demikian air dapat segera

dipancarkan melalui kepala sprinkler pada saat kebakaran dan sistem ini sangat

handal karena tidak ada sistem lain yang harus diaktifkan selain kepala sprinkler

itu sendiri. Sistem ini juga dilengkapi dengan Head Detector atau Smoke Detector.

• Kepekaan temperatur : 68 ºC

• Warna fluida : merah

• Tekanan min : 1,37 x 105 N/m²

• Tekanan mak : 3,4 x 105 N/m²

• Debit air : 0,01 m³/s per lantai

Untuk penempatan Sprinkler Head, terdapat dua jenis pengaturan

penempatan, yaitu :

Gambar 3.4 Metode ½ S dan ½ D Gambar 3.4 Metode ¼ dan ½ D

S = Jarak antara dua Sprinkler Head yang terletak pada suatu jalur pipa
D = Jarak antara dua pipa cabang di dalam suatu ruang

Universitas Mercu Buana


48
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Berikut adalah beberapa jenis Sprinkler Head dan Drencher yang umum

digunakan :

• Tipe Quartzoid Bulb

Pada tipe ini berisi sebuah bola (bulb) yang terbuat dari kaca spesial

(special glass) yang digunakan untuk menahan katup air pada tempatnya.

Bola (bulb) tersebut berisi cairan kimia berwarna dimana bila dipanaskan

(terkena panas) sampai suhu tertentu, maka cairan kimia akan

mengembang yang akhirnya gelas akan pecah sehingga katup terbuka dan

air akan mengalir menuju deflektor dan air akan memancar keluar untuk

memadamkan api. Dalam pengunaan sprinkler heat ada berbagai jenis

yang kaitannya dengan temperatur ruang yang terjadi kebakaran seperti

pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.2 Rata – rata Temperatur dan Warna cairan Bola (Bulb)

Rata – rata Temperatur (ºC) Warna dan Cairan Bola


55 Orange
68 Merah
79 Kuning
93 Hijau
141 Biru
182 Ungu (Mauve)
227 - 288 Hitam

Universitas Mercu Buana


49
Teknik Mesin
Tugas Akhir

• Tipe Side – Wall


Jenis ini untuk digunakan pada sisi samping ruangan atau koridor,

sehingga air akan terpancar pada bagian tengah dari ruangan atau koridor.

Jenis ini banyak digunakan pada terowongan – terowongan.

• Tipe Window Drencher

Tipe ini digunakan untuk memancarkan air pada (di atas) ruangan

tertutup atau perkantoran. Untuk satu ruangan biasanya terdapat tiga atau

lebih agar dapat menjangkau seluruh ruangan.

• Tipe Roof Drencher

Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe window drencher tetapi

pemasangannya, tipe ini diletakkan pada atap (roof) untuk mencegah

luasnya api.

3.4.3 Sistem Halon

Sistem ini pada peletakkannya dan instalasinya tidak begitu jauh berbeda

dengan Sprinkler System, hanya saja sistem ini fluida yang digunakan hanya

berupa gas atau serbuk. Sistem ini biasa digunakan pada ruang perpustakaan,

ruang komputer atau ruang kontrol listrik yang mana pada ruangan tersebut tidak

memungkinkan digunakannya air.

3.5 Pembagian Zoning

Pembagian zoning sangat tergantung pada ketinggian bangunan dan batas

tekanan maksimum yang diijinkan pada nozzle hydrant yaitu 12.1 bar. Pembagian

zoning pada sietem hydrant dapat dibedakan dibagi 3 yaitu :

Universitas Mercu Buana


50
Teknik Mesin
Tugas Akhir

a. Sistem satu zona

b. Sistem dua zona

c. Sistem banyak zona

Pada sistem satu zona pipa tegak dari pompa ke titik hydrant yang

tertinggi cukup dilayani dengan satu pipa tegak. Sedangkan pada sistem dua zona

perlu adanya pembagian dua zona yaitu zona rendah dan zona tinggi. Pada zona

rendah perlu dipasang Pressure Reducing Valve (PRV) untuk mengurangi

tekanan, karena tekanan pada pompa cukup tinggi agar sampai pada zona tinggi.

Zona banyak biasanya diperlukan tangki penampungan air di tengah

elevasi bangunan dan perlengkapan pompanya, karena keterbatasan tekanan

maksimum yang diijinkan dan kemampuan pompa. Sedang pada zona rendah dan

sedang berlaku sama seperti sistem dua zona yaitu perlu dipasang Pressure

Reducing Valve (PRV) pada zona rendah.

Di bawah ini adalah contoh gambar sistem satu zona, dua zona dan banyak

zona berdasarkan SNI 03-1745-2000.

Universitas Mercu Buana


51
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Gambar 3.4 Sistem Satu Zona

Universitas Mercu Buana


52
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Gambar 3.5 Sistem Dua Zona

Universitas Mercu Buana


53
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Gambar 3.6 Sistem Banyak Zona

Universitas Mercu Buana


54
Teknik Mesin
Tugas Akhir

BAB IV

PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT

4.1 Data – data Perencanaan

• Jenis cairan : Air

• Massa jenis cairan : 1 kg/liter

• Temperatur cairan : 25ºC

• Kapasitas : 4.731 liter/menit = (1250 gpm)

• Kondisi kerja : Tidak kontinyu

• Penggerak : Motor listrik

• Putaran : 3800 rpm

4.2 Perhitungan Head Total Pompa

Dalam merencanakan head total pompa, maka diasumsikan bahwa pompa

harus mampu mensuplai air sampai ke titik terjauh dengan tekanan yang

diharapkan. Untuk mendapatkan head total pompa digunakan rumus sebagai

berikut :

H = ha + ∆hP + h1 +
1
2g
(
Vd2 − Vs2 )

Dimana :

H : Head total pompa (m)

ha : Head statis total (m)

∆hp : Perbedaan head tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air (m)

Universitas Mercu Buana


55
Teknik Mesin
Tugas Akhir

h1 : Berbagai kerugian head di pipa, katup, belokan, sambungan dan lain-lain.

g : Percepatan gravitasi (m/s²)

(V d
2
)
− Vs2
= Selisih head kecepatan keluar antara sisi tekan dan isap (m)
2g

Harga head total pompa yang digunakan harus lebih besar dari head total

pompa yang harus dihitung, karena jika nilai total pompa yang akan dihitung lebih

besar maka pompa yang akan direncanakan tidak dapat dipakai.

4.3 Head Statis Total (ha)

Beda ketinggian dari level air pada Ground Water Tank

• Kotak hydrant :102 meter

• Massa jenis cairan :1kg/liter

• Grafitasi : 9,8

Maka ha = 1 x 9,8 x 102 = 99,96 m

4.4 Perbedaan Tekanan (∆hp)

Perbedaan head tekanan pada kotak hydrant terjauh dan tertinggi yaitu 45

meter (4,5 bar).

4.5 Kerugian Tekanan Akibat Gesekan pada Pipa

Kerugian tekanan akibat gesekan sangat tergantung pada :

• Diameter dan panjang pipa

• Laju aliran

• Fitting-fitting

• Valve-valve

Universitas Mercu Buana


56
Teknik Mesin
Tugas Akhir

4.5.1 Kerugian gesekan pipa pada sisi isap

Data –data pada pipa :

• Panjang pipa (L) : 20 m

• Diameter (D) : 200 mm (0,2 m)

• Laju aliran (Q) :4.731 liter/menit (1250 gpm) → 0,07885 m²/s

a. Kecepatan cairan pada sisi isap

Q = v⋅A

Q
v=
π 2
⋅D
4

0,07885
=
3,14
⋅ (0,2) 2
4

= 2,511 m/s

b. Kerugian gesekan pada sisi isap

L v2
hf = f ⋅
D 2⋅g

Dimana, f : faktor gesekan

L : panjang pipa (m)

D : diameter dalam pipa (m)

v : kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s)

g : percepatan gravitasi (m/s²)

Faktor gesekan dapat dicari dengan rumus :

v⋅D
Re =
υ

Universitas Mercu Buana


57
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Dimana, Re : Bilangan Reynold

v : kecepatan rata-rata dalam pipa

υ : Viskositas kinematik zat cair pada temperatur 25ºC

Viskositas dari air pada temperatur 25ºC = 0,542 x 10-6

2,511 ⋅ 0,2
Maka, Re =
0,542 × 10 −6

= 926568,2

Untuk nilai Re > 4000 maka aliran yang terjadi adalah aliran turbulen.

Maka dapat digunakan rumus Darcy atau diagram Moody untuk mendapatkan

faktor gesekan ( f ) dalam pipa pada aliran turbulen. Dengan menggunakan rumus

Darcy yaitu :

0,0005
λ = 0,020 +
D

0,0005
= 0,020 +
0,2

= 0,0225

Dimana λ = faktor gesekan (ƒ)

20 2,5112
Maka, h f = 0.0225 ⋅
0,2 2 ⋅ 9.8

= 0,723 m

c. Kerugian gesekan pada Elbow (90º) /sambungan L

v = 2,511 m/s

f = 0,75

Universitas Mercu Buana


58
Teknik Mesin
Tugas Akhir

v2
hf = f
2⋅g

2,5112
h f = 0.75
2 ⋅ 9,8

= 0,2412 m

d. Kerugian gesekan pada Tee / sambungan T

v = 2,511 m/s

f = 0,9

v2
hf = f
2⋅g

2,5112
h f = 0.9
2 ⋅ 9,8

= 0,2895 m

e. Kerugian gesekan pada Flexible Joint

v = 2,511 m/s

f = 0,8

v2
hf = f
2⋅g

2,5112
h f = 0.8
2 ⋅ 9,8

= 0,2573 m

f. Kerugian gesekan pada Gate Valve

v= 2,511 m/s

f = 0,10

Universitas Mercu Buana


59
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Jumlah katup k = 2 buah

v2
hf = f
2⋅g

2,5112
h f = 0.10 ⋅ 2
2 ⋅ 9,8

= 0,064 m

4.5.2 Kerugian gesekan pipa pada sisi tekan

Data –data pada pipa :

• Panjang pipa (L) : 16 m

• Diameter (D) : 150 mm (0,15 m)

• Laju aliran (Q) :4.731 liter/menit (1250 gpm) → 0,07885 m²/s

a. Kecepatan cairan pada sisi tekan

Q = v⋅A

Q
v=
π 2
⋅D
4

0,07885
=
3,14
⋅ (0,15) 2
4

= 4,464 m/s

b. Kerugian gesekan pada sisi tekan

L v2
hf = f ⋅
D 2⋅g

Dimana, f : faktor gesekan

Universitas Mercu Buana


60
Teknik Mesin
Tugas Akhir

L : panjang pipa (m)

D : diameter dalam pipa (m)

v : kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s)

g : percepatan gravitasi (m/s²)

Faktor gesekan dapat dicari dengan rumus :

v⋅D
Re =
υ

Dimana, Re : Bilangan Reynold

v : kecepatan rata-rata dalam pipa

υ : Viskositas kinematik zat cair pada temperatur 25ºC

Viskositas dari air pada temperatur 25ºC = 0,542 x 10-6

4,464 ⋅ 0,15
Maka, Re =
0,542 × 10 −6

= 1235424,3

Untuk nilai Re > 4000 maka aliran yang terjadi adalah aliran turbulen.

Maka dapat digunakan rumus Darcy atau diagram Moody untuk mendapatkan

faktor gesekan ( f ) dalam pipa pada aliran turbulen. Dengan menggunakan rumus

Darcy yaitu :

0,0005
λ = 0,020 +
D

0,0005
= 0,020 +
0,15

= 0,0233

Dimana λ = faktor gesekan (ƒ)

Universitas Mercu Buana


61
Teknik Mesin
Tugas Akhir

16 4,464 2
Maka, h f = 0.0233 ⋅
0,15 2 ⋅ 9.8

= 2,50 m

c. Kerugian gesekan pada Elbow (90º) /sambungan L

v = 4,464 m/s

f = 0,85

v2
hf = f
2⋅g

4,464 2
h f = 0.85
2 ⋅ 9,8

= 0,8641 m

d. Kerugian gesekan pada Tee / sambungan T

v = 4,464 m/s

f = 0,9

v2
hf = f
2⋅g

4,464 2
h f = 0.9
2 ⋅ 9,8

= 0,9150 m

e. Kerugian gesekan pada Flexible Joint

v = 4,464 m/s

f = 0,8

v2
hf = f
2⋅g

Universitas Mercu Buana


62
Teknik Mesin
Tugas Akhir

4,464 2
h f = 0.8
2 ⋅ 9,8

= 0,8133 m

f. Kerugian gesekan pada Gate Valve

v = 4,464 m/s

f = 0,10

Jumlah katup k = 1 buah

v2
h f = f ⋅k
2⋅g

4,464 2
h f = 0.10 ⋅ 1
2 ⋅ 9,8

= 0,1016 m

g. Kerugian gesekan pada Check Valve

v = 4,464 m/s

f = 0,2

v2
hf = f
2⋅g

4,464 2
h f = 0.2
2 ⋅ 9,8

= 0,2033m

Universitas Mercu Buana


63
Teknik Mesin
Tugas Akhir

4.5.3 Hasil perhitungan faktor gesekan pada pipa

a. Faktor gesekan pada pipa utama

No Item D (mm) L (m) f k LEk Hf


1 Sisi isap 200 20 0,723 14,46
2 Elbow 200 0.02412 2 6,5 3,13
3 Tee 200 0,02895 2 14,0 8,10
4 Gate Valve 200 0,064 2 1,4 0,17
5 Flexible joint 200 0,2573 1 33,0 8,50
6 Sisi tekan 150 16 2,50 40
7 Elbow 150 0,8641 1 6,0 5,1846
8 Tee 150 0,9150 2 9,0 16,47
9 Gate valve 150 0.1016 1 1,2 0,121
10 Check valve 150 0,2033 1 12,0 2,439
11 Flexible joint 150 0,8133 1 24,0 19,51
Total H1 = 118,08

b. Faktor gesekan pada pipa tegak

No Item D (mm) L (m) f k LEk Hf


1 Pipa 150 102 0,43 43,86
2 Elbow 150 0.08 1 6,0 0,48
3 Tee 150 0,06 9 9,0 4,86
Total H2 = 49,2

c. Faktor gesekan pada pipa cabang

No Item D (mm) L (m) f k LEk Hf


1 Pipa 65 2 0,156 0,312
2 Elbow 65 0.13 1 2,4 0,312
3 Tee 65 0,16 1 0,48 0,076
Total H3 = 0,7

Universitas Mercu Buana


64
Teknik Mesin
Tugas Akhir

HK pipa =Lxf

HK fitting/valve = f x LEK x k

Dimana :

Hf : Head akibat kerugian gesekan

L : Panjang pipa

LEK : Panjang ekuivalent

f : Koefisien kerugian gesekan

k : Jumlah fitting/valve

Total gesekan pada pipa : H1 + H2 +H3

= 118,08 + 49,2 + 0,7

= 167,98 m

Jadi Head total pompa adalah :

Vd2 − Vs2
H = h a + ∆h P + h 1 +
2g

(4,464 − 2,511)
= 99,96 + 45 + 167,98
2 ⋅ 9,8

= 161.69 ≈ 162 meter

4.6 Putaran Spesifik Pompa (ns)

Data –data pompa :

• Head total pompa (H) : 162 m


• Kapasitas pompa (Q) : 4.731 liter/menit = 0,07885 m³/s
• Putaran poros (n) : 3800 rpm
• Cairan : Air
• Temperatur cairan : 25ºC

Universitas Mercu Buana


65
Teknik Mesin
Tugas Akhir

n Q
ns =
H3/ 4
3800 0,07885
ns =
162 3 / 4
= 23,50 rpm

Dari putaran didapat, maka bentuk impeller adalah :

ns = (12 – 35), adalah impeller jenis radial.

4.7 Effisiensi Pompa

Gambar 4.1 Grafik efisiensi Pompa

Berdasarkan grafik di atas dengan Q = 0,07885 m³/s dan putaran spesifik

(ns) = 23,50 rpm maka diperoleh effisiensi pompa (ηp) = 80 %.

Universitas Mercu Buana


66
Teknik Mesin
Tugas Akhir

4.8 Daya Fluida (PW)

Daya fluida adalah energi yang secara effektif diterima air akibat dari

bekerjanya pompa. Daya fluida dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

PW = ρ x g x Q x H

Dimana, ρ : Massa jenis fluida = 1000 kg/m³

Q : Kapasitas pompa = 0,07885 m³/detik

H : Head total pompa = 162 m

g : Percepatan gravitasi = 9,81 m/s²

Maka,

PW = 1000 x 9,81 x 0,07885 x 162

= 125309,9 N.m/s

= 125309,9 W

= 125,3099 kW

4. 9 Daya Pompa (P)

Daya pompa adalah daya yang harus tersedia dan digunakan oleh fluida.

Daya ini merupakan daya yang harus digerakkan oleh motor penggerak pompa.

Daya pompa yang diperlukan untuk menggerakkan sebuah pompa adalah sama

dengan daya air dibagi dengan effisiensi pompa.

Besarnya daya poros dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

ρ ×g×Q×H
P=
ηP

Universitas Mercu Buana


67
Teknik Mesin
Tugas Akhir

4.9.1 Daya pompa untuk Elektric Main Pump (Pompa Utama) / Diesel Pump

Karena kapasitas Elektrik Main Pump (Pompa Utama) dan Diesel Pump

mempunyai kapasitas yang sama maka :

Data –data pompa :

• Head total pompa (H) : 162 m


• Kapasitas pompa (Q) : 1250gpm= 4.731liter/menit = 0,07885 m³/s
• Putaran poros (n) : 3800 rpm
• Cairan : Air
• Massa jenis Cairan (ρ) : 1000 kg/m³
• Temperatur cairan : 25ºC
• Efisiensi pompa (np) : 80 %
• Grafitasi (g) : 9,81 m/s²

ρ ×g×Q×H
P=
ηP
1000 × 9,81 × 0,07885 × 162
=
0,80

125309,9
=
0,80

= 156637,37 W

= 156,63737 kW

4.9.2 Daya pompa untuk Jockey Pump

Data –data pompa :

• Head total pompa (H) : 162 m


• Kapasitas pompa (Q) : 550gpm = 1.892 liter/menit = 0,03153 m³/s
• Putaran poros (n) : 3800 rpm

Universitas Mercu Buana


68
Teknik Mesin
Tugas Akhir

• Cairan : Air
• Massa jenis Cairan (ρ) : 1000 kg/m³
• Temperatur cairan : 25ºC
• Efisiensi pompa (np) : 80 %
• Grafitasi (g) : 9,81 m/s²

a. Putaran spesifik pompa (ns)


n Q
ns =
H3/ 4
3800 0,03153
ns =
162 3 / 4
= 14,85 rpm

b. Efisiensi pompa (np)

Berdasarkan grafik efisiensi pompa dengan Q = 0,03153 m³/s dan

putaran spesifik (ns) = 14,85 rpm maka diperoleh effisiensi pompa (ηp) =

55 %.

c. Daya pompa (P)

ρ ×g×Q×H
P=
ηP
1000 × 9,81 × 0,03153 × 162
=
0,55

50108,10
=
0,55

= 91105,64 W

= 91,10564 kW

Universitas Mercu Buana


69
Teknik Mesin
Tugas Akhir

4.10 Kapasitas Cadangan Air

Volume air yang harus tersedia untuk cadangan air kebakaran adalah :

v=Qxt

Dimana, v :Volume air cadangan

Q : Kapasitas pompa = 4.731 liter/menit (1.250 gpm)

T : Waktu pemompaan = 45 menit

Sehingga cadangan air adalah = 4.731 x 45

= 212,895 liter

Universitas Mercu Buana


70
Teknik Mesin
Tugas Akhir

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan dari standarisasi untuk perlindungan kebakaran, jumlah kotak

hydrant untuk bangunan gedung dihitung sesuai dengan luas bangunan

atau jarak jangkauan dari selang hydrant yaitu radius 38 meter.

2. Jumlah kotak hydrant pada umumnya disesuaikan dengan Standar

Nasional Indonesia (SNI) yaitu satu kotak hydrant untuk luasan 930 m².

3. Penempatan kotak hydrant ditempatkan berdasarkan jangkauan, karena

bangunan gedung terdiri dari blok-blok sehingga terhalang oleh dinding

pemisah antar blok.

4. Kapasitas pompa diperhitungkan untuk Riser pertama adalah 1.893

liter/menit (550 gpm) dan 946 liter/menit (250 gpm) untuk setiap

penambahan pipa tegak atau Riser sampai batas maksimum 4.731

liter/menit (1.250 gpm).

5. Karena pipa tegak / Riser pada bangunan gedung melebihi kapasitas

maksimum flow rate yang dipersyaratkan, maka kapasitas pompa hydrant

ini menggunakan 4.731 liter/menit (1.250 gpm).

6. Batas maksimum tekanan yang diijinkan pada nozzle hydrant yaitu 12,1

bar.

Universitas Mercu Buana


71
Teknik Mesin
Tugas Akhir

7. Cadangan air untuk kebakaran diperhitungkan untuk pemompaan 45

menit, sehingga kapasitas cadangan air pada Ground Water Tank adalah

213 m³.

5.2 Saran

1. Pemasangan sistem hydrant harus disesuaikan dengan peraturan daerah

dan dinas kebakaran untuk dilakukan standarisasi pemasangan.

2. Pengoperasian sistem hydrant harus dilakukan oleh orang yang terlatih,

karena hydrant mempunyai tekanan air yang cukup tinggi.

3. Sistem hydrant harus selalu dilakukan perawatan dan pengecekan berkala

pada setiap tiga bulan sekali untuk memastikan sistem dan peralatan

hydrant dapat selalu berfungsi dengan baik.

4. Apabila terjadi kelebihan tekanan pada nozzle hydrant perlu dipasang

Pressure Reducing Valve (PRV) supaya tekanan bisa diturunkan dan

distabilkan kembali.

5. Air cadangan pada Ground Water Tank hanya dipakai apabila kebakaran

terjadi, oleh kerena itu tidak boleh dipakai untuk keperluan lain.

Universitas Mercu Buana


72
Teknik Mesin
Tugas Akhir

DAFTAR PUSTAKA

1. Adyana, Sifat Mekanik Material Dan Analisis Kerusakan NDT, ISTN,

Jakarta, 2000.

2. Chruch Austin h, Pompa Dan Blower Sentrifugal, Erlangga, Jakarta, 2000.

3. Departemen Pekerjaan Umum, Panduan Pemasangan Sistem Hydrant Untuk

Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah & Gedung, Yayasan

Badan penerbit Pekerjaan Umum, 1987.

4. Fritz Dietzel, Turbin Pompa dan Kompresor, Erlangga, Jakarta, 1990.

5. Khurmi R.S. Gupta dan Gupta J.K, A Teksbook Of Machine Design,

Eurasia Publishing House LTD, Ram Nagar, New Delhi, 1982.

6. Nouwen. A, Pompa 2, PT. Bharata Karya Aksara, Jakarta, 1981.

7. Raswari, Perencanaan Dan Penggambaran Sistem Pemipaan, Universitas

Indonesia, Jakarta, 1990.

8. Sularso dan Tahara Haruo, Pompa Dan Kompresor, PT. Pradnya Paramita,

Jakarta, 1987.

9. Sularso dan Suga Kiyokatsu, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen

Mesin , PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1987.

Universitas Mercu Buana


73
Teknik Mesin
Tugas Akhir

LAMPIRAN

Universitas Mercu Buana


74
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Tabel Kapasitas Pompa

No Kapasitas Pompa ( US gpm ) Jumlah cadangan air (liter)

1 25 95

2 50 189

3 100 379

4 150 568

5 200 757

6 250 946

7 300 1136

8 400 1514

9 450 1703

10 500 1892

11 750 2839

12 1000 3785

13 1250 4731

14 1500 5677

15 2000 7570

16 2500 9462

17 3000 11355

18 3500 13247

19 4000 15140

20 4500 17032

21 5000 18925

Universitas Mercu Buana


75
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Tabel Panjang Ekivalen

Diameter Panjang Ekivalen (m)


Nominal
(mm) Belokan Belokan T-90º T-90º Katup Katup Katup Katup
90º 45º Aliran Aliran Sorong Bola Sudut Satu
Cabang Lurus Arah
15 0,60 0,36 0,90 0,18 0,12 4,5 2,4 1,2

20 0,75 0,45 1,2 0,24 0,15 6,0 3,6 1,6

25 0,90 0,54 1,5 0,27 0,18 7,5 4,5 2,0

32 1,2 0,72 1,8 0,36 0,24 10,5 5,4 2,5

40 1,5 0,90 2,1 0,45 0,30 13,5 6,6 3,1

50 2,1 1,2 3,0 0,60 0,39 16,5 8,4 4,0

65 2,4 1,5 3,6 0,75 0,48 19,5 10,2 4,6

80 3,0 1,8 4,5 0,90 0,63 24,0 12,0 5,7

100 4,2 2,4 6,3 1,2 0,81 37,5 16,5 7,6

125 5.1 3,0 7,5 1,5 0,99 42,0 21,0 10,0

150 6,0 3,6 9,0 1,8 1,2 49,5 24,0 12,0

200 6,5 3,7 14,0 4,0 1,4 70,0 33,0 15,0

250 8,0 4,2 20,0 5,0 1,7 90,0 43,0 19,0

Universitas Mercu Buana


76
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Gambar Diagarm Hazen – Williams

Universitas Mercu Buana


77
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Gambar Kurva Karakteristik Pompa

Gambar Grafik Putaran Spesifik Pompa

Universitas Mercu Buana


78
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Gambar Sistem Peralatan Kebakaran

Universitas Mercu Buana


79
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Gambar Instalasi Pompa Kebakaran

Universitas Mercu Buana


80
Teknik Mesin
Tugas Akhir

Gambar Pompa Hydrant Untuk Gedung

Universitas Mercu Buana


81
Teknik Mesin

Anda mungkin juga menyukai