Farmasi Kedokteran Gigi
Farmasi Kedokteran Gigi
Farmasi Kedokteran Gigi
PENDAHULUAN
badanila dan rohaniah pada manusia.bahan aktif obat agar digunakan nyaman
,aman ,efisiendan optimal dikemas dalam bentuk sediaan obat (BSO) atau disebut
faramsi.
Bentuk sediaan obat (BSO) dapat mengandung satu atau lebih komponen
bahan aktif .Obat tersedia dalam berbagai bentuk atau preparat. Bentuik obat
menentukan rute obat. Misalnya, kapsul diberikan peroral dan larutan diberikan
1.2 Tujuan
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti tentang farmasi
kedokteran gigi berupa bentuk-bentuk sediaan obat,cara pemberian obat dan
bagaimana menulis resep yang baik
1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan ini ,terutama bagi mahasiswa kedokteran gigi saat
dilapangan dan memperaktekannya dengan baik penulisan resep
1|
BAB II
2.1 SKENARIO
Sisi belajar farmokologi dan farmasi kedokteran gigi dan sediaannya . Sisi
( 20 tahun ) merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi yang sedang
mempelajari mata kuliah Farmakologi dan farmasi mengenai obat – obatan yang
dipakai di kedkteran gigi . Sisi diajarkan mengenai bentuk – bentuk sediaan obat
dan dia baru mengetahui cara pemakaian obat itu berbeda masing – masingnya .
Dibuku dijelaskan bahwa obat harus diminum sesuai dengan dosis dan aturan
karena setiap obat mempunyai bioavailibilitas yang berbeda . Obat yang diberikan
kepada pasie pun harus mempertimbangkan interaksi suatu obat dengan obat
dengan obat lain . Hal lain yang juga penting adalah farmakokinetik dan
farmakodinamik oabt . Untuk itu seorang dokter gigi perlu memiliki pengetahuan
yang baik tentang obat dan mampu meresepkan obat secara rasional .
2.2 STEP 1
2|
Dosis : takaran obat yang diberikan kepada pasien dengan
jumlah obat diberikan sewaktu – waktu .
Interaksi Obat : perubahan efek obat akibat pemakaian obat dll
Obat : substansi yang berhubungan dengan fungsi
fisiologis dan mempengaruhi system tubuh tertentu .
2.3 STEP 2
Identifikasi Masalah
2.4 STEP 3
Analisis Masalah
1. A. Padat
a. Kapsul : sediaan yang diliputi cangkang yang berbahan gelatin /
pati. Cocok digunakan pada pasien yang tidak tahan terhadap bau
obat .
b. Tablet : sedian yang terdiri dari campuran berbagai bahan obat .
c. Pil : sediaan yang terdiri dari campuran berbagai jenis obat .
d. Serbuk : sediaan yang terdiri dari beberapa jenis obat . Cocok
digunakan pada pasien yang sukar menelan .
B. Setengah Padat
a. Pasta
b. Cream : berupa emulsi .
c. Salep : bentuknya emulsi dan campuran minyak .
d. Lotion : bentuknya emulsi dan campuran minyak .
C. Cair
3|
a. Intravena
b. Intramuskular
c. Sirup : cocok untuk pasien yang tidak tahan rasa pahit . Umumnya
untuk anak – anak .
2. A. Sistemik
Kerjanya langsung ke peredaran darah .No index entries found.
a. Oral : sublingual dan bukal .
b. Injeksi : intravena , intramuksular
B. Lokal
a. Inhalasi
b. Topical
n
n+2 x dosis dewasa
n
x dosis dewasa
20
4. A. Sediaan Obat
B. Enzim pencernaan
5. PR
4|
b. Distribusi : - aliran darah
- afinitas
7. PR
8.
KOP
( identitas pasien )
2.5 STEP 4
Kerangka Konsep
FARMAKOLOGI
METABOLISME
EKSKRESI
2.6STEP 5
6|
2.7 STEP 6
Belajar Mandiri
Pada step ini, kami melakukan pembelajaran mandiri secara individu dan
kelompok serta mencari jawaban learning objective dari berbagai referensi.
• Obat adalah zat aktif berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam
maupun sintesis dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan
untuk preventif (profilaksis), rehabilitasi, terapi, diagnosa terhadap
suatu keadaan penyakit pada manusia maupun hewan. Zat aktif
tersebut tidak dapat dipergunakan begitu saja, sebagai obat terlebih
dahulu harus dibuat dalam bentuk sediaan. Oleh karena itu muncul
sediaan pil, tablet, kapsul, sirup, suspensi, supositoria, salap dan lain-
lain.
• Obat jadi yaitu suatu obat yang telah melalui seluruh tahap proses
pembuatan.
• Bentuk sediaan obat adalah sediaan farmasi dalam bentuk tertentu
sesuai kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam
pembawa yang digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar.
• Obat paten atau specialite adalah obat milik perusahaan tertentu
dengan nama khas yang diberikan produsennya dan dilindungi
hukum, yaitu merek terdaftar (proprietary name).
• Obat generik (generic name) adalah obat dengan nama umum tanpa
melanggar hak paten obat bersangkutan.
• Obat generik berlogo yaitu obat yang diprogram oleh pemerintah
dengan nama generik yang dibuat secara CPOB (Cara Pembuatan Obat
7|
yang Baik). Harga obat disubsidi oleh pemerintah. Logo generik
menunjukkan persyaratan mutu yang ditetapkan oleh MenKes RI.
• Obat esensial adalah obat yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat
banyak dengan nama generik atau resmi untuk pelayanan kesehatan
masyarakat banyak, terutama di rumah sakit atau puskesmas,
tercantum dalam DOEN dan ditetapkan oleh MenKes RI.
(Raharjda.2015)
http://you-sehat.blogspot.co.id/2015/05/bentuk-sediaan-obat-
farmasi-lengkap.html
8|
Pulvis adalah serbuk yang tidak dibagi-bagi digunakan untuk
pemakaian luar, biasa digunakan untuk pasien yang mengalami
alergi dan gatal-gatal pada kuliat contohnya bedak salicyl.
Pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bungkus-bungkus
sebagai dosis pemakaiannya dan hanya digunakan untuk
pemakaian dalam. Serbuk terbagi dibungkus dengan kertas
perkamen, biasanya digunakan untuk anak-anak atau orang yang
sukar untuk menelan tetapi rasa dan baunya tidak dapat ditutupi.
b. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam
cangkang keras atau lunak bisanya terbuat dari campuran gelatin
(sejenis protein yang dapat larut didalam tubuh) dengan campuran
gula, air dan alcohol seperti sorbito dan polivalen yang tetap stabil
diudara bila dalam keadaan kering, tujuan penggunaan kapsul
sendiri adalah untuk menutupi bau dan rasa dari obat yang tidak
enak , juga agar dapat ditelan dengan mudah. Kapsul tidak
dianjurkan pemberiannya pada pasien yang punya refleks muntah
dan dalam keadaan tidak sadarkan diri
http://you-sehat.blogspot.co.id/2015/05/bentuk-sediaan-
obat-farmasi-lengkap.html
c. Tablet
Sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau
cembung rangkap. Dalam pembuatannya dosis obat diteliti dan
rasa dan iritasi pada lambung dapat dihindari juga praktis dalam
penggunaan dan penyimpanan. Contohnya adalah Tablet Kunyah
yang memberikan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut,
9|
mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.
Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak,
terutama formulasi multivitamin dan antasida. Tablet Berbuih
(Tablet Efervesen) adalah kombinasi antara senyawa asam yakni
asam sifrat atau asam tartat ataupun kombinasi dari keduanya
dengan senyawa basa yakni Natrium Bikarbonat. Tablet efervesen
sebelum ditelan dilarutkan dalam air, sehingga menghasilkan gas
karbondioksida (CO2) contohnya adalah Vitamin CDR.
d. Suppositoria
Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan
bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra.
Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat,
sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistematik
contohnya pada penyakit hemoroid yang obatnya dapat langsung
diserap oleh membran mukosa dalam rektum yang terdapat banyak
pembuluh kapiler dan dapat langsung masuk dalam saluran darah
dan berefek lebih cepat daripada penggunaan peroral. Keuntungan
penggunaan obat ini adalah dapat diberikan pada pasien muntah-
muntah dan tidak sadar, dapat menghindari kerusakan oleh enzim
pencernaan, dapat menghindari biotrasformasi dihepar juga lebih
sesuai untuk digunakan oleh pasien dewasa, anak-anak dan bayi
yang tidak dapat atau tidak mau menelan obat. Kerugian dapat
terjadi iritasi odidaerah tersebut.
10 |
http://apoteksejati24.blogspot.co.id/2010/11/pengenalan-
bentuk-bentuk-sediaan.html
2. BSO CAIR
a. Solutiones (Larutan)
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau
lebih bahan obat yang larut, terdapat zat kimia yang terlarut seperti
solud (zat yang terlarut) dan solvent (pelarut) biasanya dilarutkan
dalam air. Sediaan ini dapat digunakan untuk pemakaian dalam dan
pemakaian luar. Contoh larutan obat luar adalah Collutoria =
kolutorium = obat cuci mulut, dan Gargarisma = Gargle = Obat
kumur dan betadine. Contoh Obat dalam adalah Sirup yang
merupakan sediaan cair berupa Larutan yang mengandun sakarosa.
Kecuali dinyatakan lain kadar sakarosa tidak kurang dari 64% dan
tidak lebih dari 66%.
b. Suspensi
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat
padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan
pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat
mengendap, dan bila digojog perlahan-lahan, endapan harus segera
terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk
menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus
menjamin sediaan mudah digojog dan dituang Pada etiket harus
tertera “kocok dahulu” dan disimpan dalam wadah tertutup baik
dan disimpan di tempat sejuk.
Keuntungan suspensi adalah bentuk sediaan lebih mudah
ditelan dibandingkan dengan sediaan padat lainnya secara oral.
Mudah diberikan kepada bayi dan anak-anak serta dosisnya mudah
diatur. Kerugian suspensi adalah Beberapa zat aktif tidak stabil
11 |
dalam bentuk sediaan cair sehingga akan rusak bila disimpan lebih
lama juga bisa terjadi reaksi penggumpalan dalam penyimpanan
yang agak lama.
Sirup dan suspensi kering adalah sediaan obat yang dalam
perdagangan berada dalam keadaan kering (powder), bila hendak
diberikan kepada pasien harus ditambahkan aquadest sampai garis
tanda kalibrasi yang diinginkan.
Setelah menjadi sirup atau suspensi cair, waktu penggunaan
amat terbatas yaitu 7-10 hari. Kalau waktu pemakaian lebih lama
potensi obat menurun atau hilang.
3. BSO Semi-Padat
a. Salep
Sediaan dengan konsistensi kuat yang jika dioleskan diatas kulit
akan melunak dan membentuk suatu lapisan penutup pada
permukaan kulit.
b. Cream
Sediaan yang banyak mengandung air tidak kurang dari 60%,
mempunyai konsistensi lebih lembut dan halus dari salep asli,
mudah dicuci dengan air dan biasanya digunakan pada daerah yang
terangsang dan sensitif.
c. Pasta
Sediaan kental kaku, biasanya tidak meleleh pada suhu tubuh,
membentuk lapisan pelindung didaerah yang dioleskan dan
mengandung zat padat lebih besar dari 50%. Tujuan penggunaan
mengurangi atau menghilangkan rasa gatal pada kulit juga dapat
memberikan rasa sejuk karena mengandung air.
http://apoteksejati24.blogspot.co.id/2010/11/pengenalan-bentuk-
bentuk-sediaan.html
12 |
d. Gel
Berbentuk seperti jelly, mencair ketika terkena suhu tubuh,
dipergunakan terutama pada membran mukosa sebagai pelicin.
(Ansel,1989)
Gambar 1
Rute pemberian obat terutama ditentukan oleh sifat dan tujuan dari penggunaan
obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang tepat. Terdapat 2 rute pemberian
obat yang utama, enteral dan parenteral.
A. Enteral
1. Oral : memberikan suatu obat melalui mulut adalah cara pemberian obat
yang paling umum tetapi paling bervariasi dan memerlukan jalan yang
paling rumit untuk mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorbsi di
lambung; namun, duodenum sering merupakan jalan masuk utama ke
sirkulasi sistemik karena permukaan absorbsinya yang lebih besar.
Kebanyakan obat diabsorbsi dari saluran cerna dan masuk ke hati sebelum
disebarkan ke sirkulasi umum. Metabolisme langkah pertama oleh usus atau
13 |
hati membatasi efikasi banyak obat ketika diminum per oral. Minum obat
bersamaan dengan makanan dapat mempengaruhi absorbsi. Keberadaan
makanan dalam lambung memperlambat waktu pengosongan lambung
sehingga obat yang tidak tahan asam, misalnya penisilin menjadi rusak atau
tidak diabsorbsi. Oleh karena itu, penisilin atau obat yang tidak tahan asam
lainnya dapat dibuat sebagai salut enterik yang dapat melindungi obat dari
lingkungan asam dan bisa mencegah iritasi lambung. Hal ini tergantung
pada formulasi, pelepasan obat bisa diperpanjang, sehingga menghasilkan
preparat lepas lambat.
2. Sublingual : penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut
berdifusi kedalam anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk ke
dalam sirkulasi sistemik. Pemberian suatu obat dengan rute ini mempunyai
keuntungan obat melakukan bypass melewati usus dan hati dan obat tidak
diinaktivasi oleh metabolisme.
(Harvey . 2009)
B. Parenteral
Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui
saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran cerna.
Pemberian parenteral juga digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar
dan dalam keadaan yang memerlukan kerja obat yang cepat.
14 |
emesis atau pengikatan dengan activated charcoal. Suntikan intravena
beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui kontaminasi,
menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat
obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena
itu, kecepatan masuk harus dikontrol dengan hati-hati. Perhatian yang sama
juga harus berlaku untuk obat-obat yang disuntikkan secara intra-arteri.
15 |
keluhan pernafasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis karena
obat diberikan langsung ke tempat kerja dan efek samping sistemis minimal.
2. Intranasal : ini merupakan rute pemberian obat secara langsung ke dalam
hidung.
3. Topikal : Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat
diinginkan untuk pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan dalam
bentuk krem secara langsung pada kulit dalam pengobatan dermatofitosis
dan atropin atropin diteteskan langsung ke dalam mata untuk mendilatasi
pupil dan memudahkan pengukuran kelainan refraksi.
4. Transdermal : Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan
pemakaian obat pada kulit, biasanya melalui suatu “transdermal patch”.
Kecepatan absorbsi sangat bervariasi tergantun pada sifat-sifat fisik kulit
pada tempat pemberian. Cara pemberian obat ini paling sering digunakan
untuk pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina,nitrogliserin.
5. Rektal : 50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal;
jadi, biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal
mempunyai keuntungan tambahan, yaitu mencegah penghancuran obat oleh
enzim usus atau pH rendah di dalam lambung. Rute rektal tersebut juga
berguna jika obat menginduksi muntah ketika diberikan secara oral atau jika
penderita sering muntah-muntah.
(Harvey . 2009)
Dosis obat adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang
memberikan efek tertentu terhadap suatu penyakit. Jika dosis terlalu rendah, maka
efek terapi tidak tercapai. Sebaliknya jika berlebih, bisa menimbulkan efek toksik
atau keracunan bahkan kematian.
16 |
a. Umur
b. Berat badan
c. Status Patologi
17 |
Efek-efek suatu obat dapat dimodifikasikan dengan pemberian obat
lainnya secara bersamaan atau sebelumnya. Keterlibatan semacam ini antara
obat-obatan dihubungkan atau dirujuk pada interaksi obat-obatan dan
merupakan akibat interaksi obat-obatan secara fisik, kimiawi, atau karena
terjadinya perubahan pada pola absorpsi, distribusi, metabolisme atau
eksresi salah satu obat tersebut.. Efek dari interaksi
obat dapat bermanfaat dan menggangguterapi.
n
Da= × Dd ( mg ) (untuk anak <8 tah un)
n+12
- Rumus Dilling
n
Da= × Dd ( mg ) (untuk anak >8 ta h un)
20
Keterangan :
Da : Dosis obat untuk anak
Dd : Dosis obat untuk dewasa
n : umur anak dalam tahun
18 |
2
×dosis dewasa
Usia 80-90 tahun : 3
1
×dosis dewasa
Usia > 90 tahun : 2
a. Absorbsi
b. Distribusi
19 |
dan penurunan kadar zat aktif. Pengertian akumulasi dan penimbunan
terutama penimbunan bahan toksik, harus dijajaki dari sudut pandang
dinamik, maksudnya melihat perbedaan antara kecepatan masuk dan
kecepatan keluar. Sebenarnya penimbunan bahan toksik merupakan efek
racun dan hasil fatal sebagai akibat lambat atau sangat lambatnya laju
pengeluaran dibandingkan laju penyerapan (Aiache,1993).
c. Metabolisme
20 |
Obat yang digunakan secara oral akan melalui lever (hepar)
sebelum masuk ke dalam darah menuju ke daerah lain dari tubuh
(misalnya otak, jantung, paru-paru dan jaringan lainnya). Di dalam lever
terdapat enzim khusus yaitu sitokrom P-450 yang akan mengubah obat
menjadi bentuk metabolitnya. Metabolit umumnya menjadi lebih larut
dalam air (polar) dan akan dengan cepat diekskresi ke luar tubuh melalui
urin, feses, keringat dan lain-lain. Hal ini akan secara dramatik
mempengaruhi kadar obat dalam plasma dimana obat yang mengalami
first pass metabolism akan kurang bioavailabilitasnya sehingga efek yang
di hasilkan juga berkurang (Hinz, 2005).
d. Ekskresi
21 |
kecepatan eliminasi obat yang dinyatakan dengan pengertian plasma half-
life eliminasi (waktu paruh) yaitu rentang waktu dimana kadar obat dalam
plasma pada fase eliminasi menurun sampai separuhnya. Kecepatan
eliminasi obat dan plasma t ½ -nya tergantung dari kecepatan
biotransformasi dan ekskresi. Obat dengan metabolisme cepat half life-
nya juga pendek. Sebaliknya zat yang tidak mengalami biotransformasi
atau yang resorpsi kembali oleh tubuli ginjal, dengan sendirinya t ½ -nya
panjang (Waldon, 2008).
B.Farmakodinamik
Reseptor Obat
Protein merupakan reseptor obat yang paling penting. Asam nukleat juga dapat
merupakan reseptor obat yang penting, misalnya untuk sitotastik. Ikatan obat-
reseptor dapat berupa ikatan ion, hydrogen, hidrofobik, vanderwalls, atau kovalen.
22 |
Penghantaran sinyal biologis adalah proses yang menyebabkan suatu substansi
ekstraseluler yang menimbulkan respon seluler fisiologis yang spesifik. Reseptor
yang terdapat di permukaan sel terdiri atas reseptor dalam bentuk enzim. Reseptor
tidak hanya berfungsi dalam pengaturan fisiologis dan biokimia, tetapi juga diatur
atau dipengaruhi oleh mekanisme homeostatik lain. Bila suatu sel dirangsang oleh
agonisnya secara terus-menerus maka akan menyebabkan efek perangsangan.
Interaksi Obat-Reseptor
Ikatan antara obat dengan reseptor biasanya terdiri dari berbagai ikatan lemah
(ikatan ion, hydrogen, hidrofilik, van der Waals), mirip ikatan antara subtract
dengan enzim, jarang terjadi ikatan kovalen.
C. Interaksi Obat
Interaksi obat adalah sebagai kerja atau efek obat yang berubah, atau
mengalami modifikasisebagai akibat interaksi dengan satu obat atau lebih.
Interaksi obat:
1. Interaksi farmakodinamik
Interaaksi farmakodinamik adalah perubahan yang terjadi pada absorpsi,
distribusi, metabolisme, atau biotransformasi, atau ekskresi dari satu obat
atau lebih.
I. Interaksi dalam absorbsi obat
Ketika seseorang memakai dua obat atau lebih pada waktu yang
bersamaan , maka laju absorbsi dari salah satu atau kedua obat itu
23 |
dapat berubah. Obat yang satu dapat menghambat, menurunkan,
atau meningkatkan laju absorpsi obat lain.
IV. Ekskresi
Obat-obat dapat meningkatkan atau menurunkan ekskresi ginjal
dan mempunyai efek terhadap ekskresi dari obat- obat lain.
Perubahan pH urin mempengaruhi ekresi obat.
2. Interaksi farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah hal- hal yang menimbulkan efek- efek
obat yang aditif, sinergis (potensiasi), atau anatagonis. Jika 2 obat yang
mempunyai kerja yang serupa atau tidak serupa diberikan, maka efek
kombinasi dari kedua obat itu dapat menjadi aditif (efek dua kali lipat),
24 |
sinergis ( lebih besar dari dua kali lipat), atau ( antagonis (efek dari salah
satu atau kedua oabat itu menurun).
Contoh antagonis, bila perangsang adrenergik beta isoproterenol dan
penghambatreseptor beta, propranolor deberikan bersama- sama.
3. Interaksi farmasetik
Interaksi farmasetik adalah interaksi fisika-kimia yang terjadi pada saat
obat diformulasikan atau disiapkan sebelum obat digunakan oleh
penderita.
Ketentuan resep:
- Apabila resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak lengkap, apoteker
wajib menanyakan kepada penulis resep.
25 |
- Dokter gigi diberi izin untuk menulis segala macam obat dengan cara
parenteral (injeksi) atau cara-cara pemakaian lain, khusus untuk mengobati
penyakit gigi dan mulut.
- Resep p.p /pro paupere (resep untuk orang miskin), dimaksud agar apotek
dapat meringankan harga obat atau bila dapat diberi gratis.
- Pada resep asli yang diberi tanda ”n.i”/ne iteratur (tidak boleh diulang),
maka apotek tidak boleh mengulangi penyerahan obat atas resep yang
sama
harus ditulis tersendiri, tidak boleh ada iterasi (ulangan), dituliskan nama
pasien, alamat pasien ditulis dengan jelas, aturan pakai (signa) ditulis
dengan jelas, tidak boleh ditulis s.u.c /signa usus cognitus (sudah tahu
aturan pakai).
1. Inscriptio
Terdiri dari nama dokter, alamat dokter, nomor SIP, nama kota, tanggal
resep ditulis oleh dokter, serta R/ (recipe).
26 |
R/
2. Presciptio
Terdiri dari nama obat, bentuk sediaan obat, jumlah obat, cara
pembuatan (kalau racikan).
3. Signatura
Terdiri dari cara pemakaian obat, jumlah obat, serta waktu minum
obat.
5. Subscriptio
Terdiri dari paraf atau tanda tangan (kalau obatnya mengandung
narkotika)
Untuk setiap resep ditutup dengan garis dan kemudian dibubuhi paraf atau tanda
tangan kemudian baru dilanjutkan ke resep kedua.
27 |
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat adalah zat aktif berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam
maupun sintesis dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan untuk
preventif,rehabilitasi, terapi, diagnosa terhadap suatu keadaan penyakit pada
manusia maupun hewan. Zat aktif tersebut tidak dapat dipergunakan
begitu saja, sebagai obat terlebih dahulu harus dibuat dalam bentuk sediaan.
Dan terakhir dpenulisn resep terdiri dari bebrapa bagian inscriptio, presciptio,
28 |
3.2 Saran
Agar mahasiswa lebih mempelajari lagi tentang farmasi kedokteran agar tidak
melakukan kesalahan saat dipraktiknya
DAFTAR PUSTAKA
Aiache, J.M. (1993). Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi ke-2. Penerjemah: Dr.
Widji Soeratri. Surabaya: Penerbit Airlangga University Press.
Raharjda, K & Tjay. Tan Hoan. 2015. Obat-Obatan Penting Khasiat, Penggunaan
dan Efek Sampingnya Edisi Ketujuh. Penerbit PT Gramedia : Jakarta.
29 |
Tjay, T.H. dan K. Rahardja. 2002.Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek Sampingnya Edisi Kelima Cetakan Pertama. Penerbit PT Elex Media :
Jakarta
30 |