Makalah Evidance Base Practice PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 34

Evidence Based In Nursing Practice

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah


Metodologi Penelitian

Dosen :
Nur Intan Hayati Husnul Khotimah, S.Kep,.Ners.M.Kep

Disusun oleh :
Kelas A SGD Kelompok Satu

Agus R Azzaki AK.1.16.005 M. Wisnu S AK.1.16.038

Evi Siti Fatimah AK.1.16.018 Sandra Febriani AK.1.16.045

Ferdy Fatullah AK.1.16.020 Sri Nuryanti AK.1.16.050

Maryna Octavia S AK.1.16.035

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Evidence
Based In Nursing Practice” tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas pada mata kuliah Metedologi
Penelitian, selain itu untuk memahami dan mengetahui tentang bagaimana
pengaplikasian evidence based pada perawat.
Kami mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa
kritik dan saran yang bersifat membangun.

Bandung, 16 Maret 2019

Tim

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Metode Penulisan …………………………………………………………… 2
1.4 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Konsep Evidence Based Practice..............……………...……..……… ............ 3
2.2. PICO dalam Evidence Based Practice...……………… .....…………............. 11
2.3. Langkah-langkah dalam Evidence Based Practice............……………...….... 15
2.4. Strategi dalam Pencarian Bukti......................................................................... 26
2.5. Aplikasi Evidence Based Practice in Nursing............……....................…...... 28

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan...........… …...............……..............................……………..….... 30

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah evidence dimulai pada tahun 1970 ketika Archie Cochrane
menegaskan perlunya mengevaluasi pelayanan kesehatan berdasarkan bukti-bukti
ilmiah (scientific evidence). Sejak itu berbagai istilah digunakan terkait dengan
evidence base, diantaranya evidence base medicine (EBM), evidence base
nursing (EBN), dan evidence base practice (EBP). Evidence Based Practice (EBP)
merupakan upaya untuk mengambil keputusan klinis berdasarkan sumber yang
paling relevan dan valid. Oleh karena itu EBP merupakan jalan untuk
mentransformasikan hasil penelitian ke dalam praktek sehingga perawat dapat
meningkatkan “quality of care” terhadap pasien. Selain itu implementasi EBP
juga akan menurunkan biaya perawatan yang memberi dampak positif tidak
hanya bagi pasien, perawat, tapi juga bagi institusi pelayanan kesehatan.
Evidence-Based Practice (EBP), merupakan pendekatan yang dapat
digunakan dalam praktik perawatan kesehatan, yang berdasarkan evidence atau
fakta. Selama ini, khususnya dalam keperawatan, seringkali ditemui
praktik-praktik atau intervensi yang berdasarkan “biasanya juga begitu”. Sebagai
contoh, penerapan kompres dingin dan alkohol bath masih sering digunakan
tidak hanya oleh masyarakat awam tetapi juga oleh petugas kesehatan, dengan
asumsi dapat menurunkan suhu tubuh lebih cepat, sedangkan penelitian terbaru
mengungkapkan bahwa penggunaan kompres hangat dan teknik tapid sponge
meningkatkan efektifitas penggunaan kompres dalam menurunkan suhu tubuh.
Penggunaan evidence based dalam praktek akan menjadi dasar scientific
dalam pengambilan keputusan klinis sehingga intervensi yang diberikan dapat
dipertanggungjawabkan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Jelaskan Konsep Evidence Based Practice ?
2. Bagaimana PICO dalam Evidence Based Pratice ?
3. Apa Saja langkah-langkah dalam Evidence Based Practice ?
4. Bagaimana Strategi untuk mencari bukti ?
5. Bagaimana Aplikasi Evidence Based Practice in Nursing ?

1.3 Metode Penulisan


Metode yang kami digunakan dalam penyusunan makalah yang berjudul
“Evidence Based In Nursing Practice” ini adalah berdasarkan metode literature
(pustaka) dan informasi didapat dari jaringan internet.

1.4 Tujuan Penulisan


Tujuan dibuatnya makalah ini selain bertujuan untuk memenuhi tugas
makalah metodologi penelitian mengenai evidence based in nursing practice juga
agar mahasiswa mengetahui dan lebih memahami lagi mengenai aplikasi
evidence based yang dapat perawat terapkan dalam asuhan keperawatan.

1.5 Manfaat Penulisan


Makalah ini sekiranya dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan serta
dapat menambah wawasan mahasiswa keperawatan secara lebih dalam tentang
evidence based practice yang dapat diaplikasikan dalam asuhan keperawatan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Evidence Based Practice


A. Definisi
Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan
membantu tenaga kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu
memperoleh informasi terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat
keputusan klinis yang efektif dan efisien sehingga dapat memberikan
perawatan terbaik kepada pasien (Macnee, 2011). Sedangkan menurut
(Bostwick, 2013) evidence based practice adalah starategi untuk
memperolah pengetahuan dan skill untuk bisa meningkatkan tingkah laku
yang positif sehingga bisa menerapakan EBP didalam praktik. Dari kedua
pengertian EBP tersebut dapat dipahami bahwa evidance based practice
merupakan suatu strategi untuk mendapatkan knowledge atau pengetahuan
terbaru berdasarkan evidence atau bukti yang jelas dan relevan untuk
membuat keputusan klinis yang efektif dan meningkatkan skill dalam praktik
klinis guna meningkatkan kualitas kesehatan pasien.Oleh karena itu
berdasarkan definisi tersebut, Komponen utama dalam institusi pendidikan
kesehatan yang bisa dijadikan prinsip adalah membuat keputusan
berdasarkan evidence based serta mengintegrasikan EBP kedalam kurikulum
merupakan hal yang sangat penting.
Namun demikian fakta lain dilapangan menyatakan bahwa pengetahuan,
sikap, dan kemampuan serta kemauan mahasiswa keperawatan dalam
mengaplikasikan evidence based practice masih dalam level moderate atau
menengah. Hal ini sangat bertolak belakang dengan konsep pendidikan
keperawatan yang bertujuan untuk mempersiapkan lulusan yang mempunyai
kompetensi dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang berkualitas.

3
Meskipun mahasiswa keperawatan atau perawat menunjukkan sikap yang
positif dalam mengaplikasikan evidence based namun kemampuan dalam
mencari literatur ilmiah masih sangat kurang. Beberapa literatur
menunjukkan bahwa evidence based practice masih merupakan hal baru bagi
perawat. oleh karena itu pengintegrasian evidence based kedalam kurikulum
sarjana keperawatan dan pembelajaran mengenai bagaimana
mengintegrasikan evidence based kedalam praktek sangatlah penting
(Ashktorab et al., 2015).
Pentingnya evidence based practice dalam kurikulum undergraduate
juga dijelaskan didalam (Sin&Bleques, 2017) menyatakan bahwa
pembelajaran evidence based practice pada undergraduate student
merupakan tahap awal dalam menyiapkan peran mereka sebagai registered
nurses (RN). Namun dalam penerapannya, ada beberapa konsep yang
memiliki kesamaan dan perbedaan dengan evidence based practice.
Evidence based practice atauevidence based nursing yang muncul dari
konsep evidence based medicinememiliki konsep yang sama dan memiliki
makna yang lebih luas dari RU atauresearch utilization(Levin & Feldman,
2012).
B. Tujuan
Tujuan utama di implementasikannya evidance based practice di dalam
praktek keperawatan adalah untuk meningkatkan kualitas perawatan dan
memberikan hasil yang terbaik dari asuhan keperawatan yang diberikan.
Selain itu juga, dengan dimaksimalkannya kualitas perawatan tingkat
kesembuhan pasien bisa lebih cepat dan lama perawatan bisa lebih pendek
serta biaya perawatan bisa ditekan (Madarshahian et al., 2012). Dalam
rutinititas sehari-hari para tenaga kesehatan profesional tidak hanya perawat
namun juga ahli farmasi, dokter, dan tenaga kesehatan profesional lainnya
sering kali mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul ketika

4
memilih atau membandingkan treatment terbaik yang akan diberikan kepada
pasien/klien, misalnya saja pada pasien post operasi bedah akan muncul
pertanyaan apakah teknik pernapasan relaksasi itu lebih baik untuk
menurunkan kecemasan dibandingkan dengan cognitive behaviour theraphy,
apakah teknik relaksasi lebih efektif jika dibandingkan dengan teknik
distraksi untuk mengurangi nyeri pasien ibu partum kala 1 (Mooney, 2012).
Pendekatan yang dilakukan berdasarkan pada evidance based bertujuan
untuk menemukan bukti-bukti terbaik sebagai jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan klinis yang muncul dan kemudian mengaplikasikan
bukti tersebut ke dalam praktek keperawatan guna meningkatkan kualitas
perawatan pasien tanpa menggunakan bukti-bukti terbaik, praktek
keperawatan akan sangat tertinggal dan seringkali berdampak kerugian untuk
pasien. Contohnya saja education kepada ibu untuk menempatkan bayinya
pada saat tidur dengan posisi pronasi dengan asumsi posisi tersebut
merupakan posisi terbaik untuk mencegah aspirasi pada bayi ketika tidur.
Namun berdasarkan evidence based menyatakan bahwa posisi pronasi pada
bayi akan dapat mengakibatkan resiko kematian bayi secara tibatiba SIDS
(Melnyk & Fineout, 2011).
Oleh karena itu, pengintegrasian evidence based practice kedalam
kurikulum pendidikan keperawatan sangatlah penting. Tujuan utama
mengajarkan EBP dalam pendidikan keperawatan pada level undergraduate
student adalah menyiapkan perawat profesional yang mempunyai
kemampuan dalam memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas
berdasarkan evidence based (Ashktorab, 2015). Pentingnya pelaksanaan EBP
pada institusi pendidikan yang merupakan cikal bakal atau pondasi utama
dibentuknya perawat profesional membutuhkan banyak strategi untuk bisa
meningkatkan knowledge dan skill serta pemahaman terhadap kasus real
dilapangan. Diantaranya adalah pengguanaan virtual based patients scenario

5
dalam kegiatan problem based learning tutorial yang akan bisa memberikan
gambaran real terhadap kondisi pasien dengan teknologi virtual guna
meningkatkan knowledge dan critical thinking mahasiswa.
Namun demikian untuk mengintegrasikan dan mengimplementasikan
evidence based kedalam praktik ada banyak hal yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan oleh seorang tenaga kesehatan yang profesional yaitu
apakah evidence terbaru mempunyai konsep yang relevan dengan kondisi
dilapangan dan apakah faktor yang mungkin menjadi hambatan dalam
pelaksanaan evidence based tersebut dan berapa biaya yang mungkin perlu
disiapkan seperti misalnya kebijakan pimpinan, pendidikan perawat dan
sumberdaya yang ahli dalam menerapkan dan mengajarkan EBP, sehingga
tidak semua evidence bisa diterapkan dalam membuat keputusan atau
mengubah praktek (Salminen et al., 2014).
C. Komponen
Evidence atau bukti adalah kumpulan fakta yang diyakini kebenarannya.
Evidence atau bukti dibagi menjadi 2 yaitu eksternal evidence dan internal
evidence. Bukti eksternal didapatkan dari penelitian yang sangat ketat dan
dengan proses atau metode penelitian ilmiah. Pertanyaan yang sangat penting
dalam mengimplementasikan bukti eksternal yang didapatkan dari penelitian
adalah apakah temuan atau hasil yang didapatkan didalam penelitian tersebut
dapat diimplementasikan kedalam dunia nyata atau dunia praktek dan apakah
seorang dokter atau klinisi akan mampu mencapai hasil yang sama dengan
yang dihasilkan dalam penelitian tersebut. Berbeda dengan bukti eksternal
bukti internal merupakan hasil dari insiatif praktek seperti manajemen hasil
dan proyek perbaikan kualitas (Melnyk & Fineout, 2011).
Dalam (Grove et al., 2012) EBP dijelaskan bahwa clinical expertise
yang merupakan komponen dari bukti internal adalah merupakan
pengetahuan dan skill tenaga kesehatan yang profesional dan ahli dalam

6
memberikan pelayanan. Hal atau kriteria yang paling menunjukkan seorang
perawat ahli klinis atau clinical expertise adalah pengalaman kerja yang
sudah cukup lama, tingkat pendidikan, literatur klinis yang dimiliki serta
pemahamannnya terhadap research. Sedangkan, patient preference adalah
pilihan pasien, kebutuhan pasien harapan, nilai, hubungan atau ikatan, dan
tingkat keyakinannya terhadap budaya. Melalui proses EBP, pasien dan
keluarganya akan ikut aktif berperan dalam mengatur dan memilih pelayanan
kesehatan yang akan diberikan. Kebutuhan pasien bisa dilakukan dalam
bentuk tindakan pencegahan, health promotion, pengobatan penyakit kronis
ataupun akut, serta proses rehabilitasi. Beberapa komponen dari EBP dan
dijadikan alat yang akan menerjemahkan bukti kedalam praktek dan
berintegrasi dengan bukti internal untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

Bukti eksternal berasal dari penelitian,


bukti berdasarkan teori, opini pemimpin,
dan diskusi ahli
Membuat
Bukti internal dapat berupa keahlian keputusan
klinis yang didapatkan dari manajemen klinis
hasil dan peningkatan kualitas,
berdasarkan
pengkajian pasien dan evaluasi, dan evidence
penggunaan sumber yang tersedia
based

Pilihan pasien dan nilai

(Grove et al, 2012)


Meskipun evidence atau bukti yang dianggap paling kuat adalah
penelitian systematic riview’s dari penelitian-penelitian RCT namun
penelitian deskriptif ataupun kualitatif yang berasal dari opini leader juga
bisa dijadikan landasan untuk membuat keputusan klinis jikamemang

7
penelitian sejenis RCT tidak tersedia. Begitu juga dengan teori-teori, pilihan
atau nilai pasien untuk membuat keputusan klinis guna meningkatkan
kualitas pelayanan kepada pasien. Klinisi sering kali bertanya bagaimana
bukti dan jenis bukti yang bisa dibutuhkan sampai bisa merubah praktek.
Level dan kualitas evidenceatau bukti bisa dijadikan dasar dan meningkatkan
kepercayaan diri seorang klinisi untuk merubah praktek (Dicenso et al.,
2014).
D. Model
Dalam memindahkan evidence kedalam praktek guna meningkatkan
kualitas kesehatan dan keselamatan (patient safety) dibutuhkan
langkahlangkah yang sistematis dan berbagai model EBP dapat membantu
perawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam mengembangkan konsep
melalui pendekatan yang sistematis dan jelas, alokasi waktu dan sumber
yang jelas, sumber daya yang terlibat, serta mencegah impelementasi yang
tidak runut dan lengkap dalam sebuah organisasi (Gawlinski & Rutledge,
2008). Namun demikian, beberapa model memiliki keunggulannya
masingmasing sehingga setiap institusi dapat memilih model yang sesuai
dengan kondisi organisasi. Beberapa model yang sering digunakan dalam
mengimplementasikan evidence based practiceadalah Iowa model (2001),
stetler model (2001), ACE STAR model (2004), john hopkinsevidence-based
practice model(2007), rosswurm dan larrabee’s model, serta evidence based
practice model for stuff nurse (2008).
Beberapa karakteristik tiap-tiap model yang dapat dijadikan landasan
dalam menerapkan EBP yang sering digunakan yaitu IOWA model dalam
EBP digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan,
digunakan dalam berbagai akademik dan setting klinis. Ciri khas dari model
ini adalah adanya konsep “triggers” dalam pelaksanaan EBP. Trigers adalah
masalah klinis ataupun informasi yang berasal dari luar organisasi. Ada 3

8
kunci dalam membuat keputusan yaitu adanya penyebab mendasar timbulnya
masalah atau pengetahuan terkait dengan kebijakan institusi atau organisasi,
penelitian yang cukup kuat, dan pertimbangan mengenai kemungkinan
diterapkannya perubahan kedalam praktek sehingga dalam model tidak
semua jenis masalah dapat diangkat dan menjadi topik prioritas
organisasi(Melnyk & Fineout, 2011).
Sedangkan john hopkin’s model mempunyai 3 domain prioritas masalah
yaitu praktek keperawatan, penelitian, dan pendidikan. Dalam
pelaksanaannya model ini terdapat beberapa tahapan yaitu menyusun
practice question yang menggunakan pico approach, menentukan evidence
dengan penjelasan mengenai tiap level yang jelas dan translation yang lebih
sistematis dengan model lainnya serta memiliki lingkup yang lebih luas.
Sedangkan ACE star model merupakan model transformasi pengetahuan
berdasarkan research. Evidence non research tidak digunakan dalam model
ini. Untuk stetler’s model merupakan model yang tidak berorientasi pada
perubahan formal tetapi pada perubahan oleh individu perawat. Model ini
menyusun masalah berdasarkan data internal (quality improvement dan
operasional) dan data eksternal yang berasal dari penelitian. Model ini
menjadi panduan preseptor dalam mendidik perawat baru. Dalam
pelaksanaanya, untuk mahasiswa sarjana dan master sangat disarankan
menggunakan model jhon hopkin, sedangkan untuk mahasiswa
undergraduate disarankan menggunkan ACE star model dengan proses yang
lebih sederhana dan sama dengan proses keperawatan (Schneider&
Whitehead, 2013).
E. Tingkatan
Tingkatan evidence disebut juga dengan hierarchy evidence yang
digunakan untuk mengukur kekuatan suatu evidence dari rentang bukti
terbaik sampai dengan bukti yang paling rendah. Tingkatan evidence ini

9
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam EBP. Hirarki untuk tingkatan
evidence yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Penelitian dan Kualitas
(AHRQ), sering digunakan dalam keperawatan (Titler, 2010). Adapun level
of evidence tersebut adalah sebagai berikut :
Hierarki dalam penelitian ilmiah terdapat hieraraki dari tingkat
kepercayaannya yang paling rendah hingga yang paling tingi. Dibawah ini
mulai dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi :
1. Laporan fenomena atau kejadian-kejadian yang kita temui sehari-hari
2. Studi kasus
3. Studi lapangan atau laporan deskriptif
4. Studi percobaan tanpa penggunaan tekhnik pengambilan sampel secara
acak (random)
5. Studi percobaan yang menggunakan setidaknya ada satu kelompok
pembanding, dan menggunakan sampel secara acak
6. Systemic reviews untuk kelompok bijak bestari atau meta-analisa yaitu
pengkajian berbagai penelitian yang ada dengan tingkat kepercayaan
yang tinggi.
F. Faktor yang Mempengaruhi
Dalam (Ashktorab et all., 2015) menyatakan bahwa ada beberapa
faktor yang akan mendukung penerapan evidence based practice oleh
mahasiswa kepearawatan, diantaranya adalah intention (niat), pengetahuan,
sikap, dan perilaku mahasiswa keperawatan. Dari ketiga faktor tersebut sikap
mahasiswa dalam menerapkan EBP merupakan faktor yang sangat
menunjang penerapan EBP. Untuk mewujudkan hal tersebut pendidikan
tentang EBP merupakan upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan
pengetahuan mahasiswa ataupun sikap mahasiswa yang akan menjadi
penunjang dalam penerapannya pada praktik klinis. Sedangkan didalam
(Ryan, 2016) dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan

10
EBP dalam mahasiswa keperawatan berkaitan dengan faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik terkait erat dengan intention atau sikap
serta pengetahuan mahasiswa sedangkan faktor ekstrinsik erat kaitannya
dengan organizational atau institutional support seperti kemampuan
fasilitator atau mentorship dalam memberikan arahan guna mentransformasi
evidence kedalam praktek, ketersedian fasilitias yang mendukung serta
dukungan lingkungan.

2.2 PICO dalam Evidence Based Pratice


Kerangka PICO
Tanpa pertanyaan yang terfokus dengan baik, akan sangat sulit dan memakan
waktu untuk mengidentifikasi sumber daya yang tepat dan mencari bukti yang
relevan. Praktisi Praktek Berbasis Bukti (EBP) sering menggunakan kerangka
kerja khusus, yang disebut PICO, untuk membentuk pertanyaan dan
memfasilitasi pencarian literatur, PICO singkatan:
P : Patient Problem, (or Population)→Masalah Pasien, (atau Populasi)
I : Intervention→Intervensi,
C : Comparison or Control, and→Perbandingan atau Kontrol, dan
0 : Outcome→Hasil
Item Kerangka Kerja Mengenai Contoh
P : Masalah Pasien Apa data demografi pasien seperti usia, Nyeri otot leher
(atau Populasi) jenis kelamin dan etnis? Atau apa atau terkait pekerjaan
jenis masalah?
I : Intervensi Apa jenis intervensi yang Latihan kekuatan
dipertimbangkan? Sebagai contoh, otot yang
apakah ini obat untuk beberapa jenis, menyakitkan
atau olahraga, atau istirahat?

11
C : Perbandingan atau Apakah ada perlakuan pembandingan Beristirahat
Kontrol yang harus dipertimbangkan?
Perbandingannya mungkin dengan
obat lain, bentuk pengobatan lain
seperti olahraga, atau tanpa pengobatan
sama sekali.
O : Hasil Apa efek yang diinginkan yang ingin Nyeri reda
Anda lihat? Efek apa yang tidak
diinginkan? Apakah ada efek samping
yang terlibat dengan bentuk pengujian
atau perawatan ini?

Saat membentuk pertanyaan menggunakan PICO, perlu diperhatikan


hal-hal berikut:
a. Pasien adalah anggota suatu populasi serta orang dengan (atau berisiko)
masalah kesehatan. Jadi, selain usia dan jenis kelamin, mungkin juga perlu
mempertimbangkan etnis, status sosial ekonomi atau demografis lainnya.
b. Perbandingan tidak selalu hadir dalam analisis PICO.
c. Hasil harus dapat diukur karena bukti terbaik berasal dari studi yang ketat
dengan temuan yang signifikan secara statistik.
d. Hasil idealnya mengukur kesejahteraan klinis atau kualitas hidup, dan tidak
bergantian seperti hasil tes laboratorium.

Elemen PICO Berubah Menurut Jenis Pertanyaan (Domain)


Ketika membentuk pertanyaan menggunakan kerangka kerja PICO, penting
untuk memikirkan jenis pertanyaan apa yang akan ditanyakan, (terapi,
pencegahan, diagnosis, prognosis, etiologi). Tabel di bawah menggambarkan cara

12
di mana Masalah, Intervensi, Perbandingan dan Hasil bervariasi sesuai dengan
jenis (domain) pertanyaan.

Masalah Pasien Intervensi atau Paparan atau


Jenis Pertanyaan Contoh Hasil
atau Populasi Perbandingan Kontrol

Tindakan
terapeutik, mis., Tingkat
Perawatan
Pengobatan, kematian,
Terapi Penyakit atau standar,
intervensi jumlah hari libur
(Pengobatan) kondisi pasien intervensi lain,
bedah, atau kerja, sakit,
atau plasebo
perubahan gaya cacat.
hidup.
Faktor risiko Tindakan Tingkat
Tindakan
pasien dan pencegahan, kematian,
pencegahan lain
Pencegahan kondisi mis., Perubahan jumlah hari libur
ATAU mungkin
kesehatan gaya hidup atau kerja, insiden
tidak berlaku.
umum. pengobatan. penyakit.
Ukuran
Tes "standar
utilitas
rujukan" atau
Tes atau pengujian,
Penyakit atau "standar emas"
Diagnosis prosedur yaitu
kondisi spesifik. saat ini untuk
diagnostik. sensitivitas,
penyakit atau
spesifisitas,
kondisi tersebut.
rasio odds.
Durasi dan Tingkat
Prognosis keparahan faktor Biasanya waktu kelangsungan
Biasanya tidak
(Prakiraan) prognostik atau "menunggu hidup, tingkat
berlaku.
utama atau waspada". kematian,
masalah klinis. tingkat

13
perkembangan
penyakit.
Intervensi atau
Faktor risiko Tingkat
paparan
pasien, kelangsungan
kepentingan.
gangguan hidup, tingkat
Etiologi Termasuk Biasanya tidak
kesehatan saat kematian,
(Penyebab) indikasi berlaku.
ini, atau kondisi tingkat
kekuatan / dosis
kesehatan perkembangan
faktor risiko dan
umum. penyakit.
durasi paparan.

Setelah mengidentifikasi elemen utama pertanyaan menggunakan kerangka


kerja PICO, mudah untuk menulis pernyataan pertanyaan. Tabel berikut
memberikan beberapa contoh :

Masalah Pasien Intervensi atau Paparan atau


Jenis Pertanyaan Hasil
atau Populasi Perbandingan Kontrol

Pada
apakah dalam
pasien-pasien daripada
Terapi hidroterapi lebih menghilangkan
dengan fisioterapi
(Pengobatan) efektif rasa sakit?
osteoarthritis tradisional
lutut
dibandingkan
Untuk melakukan dengan program mengurangi
anak-anak yang penggunaan pendidikan risiko diabetes
Pencegahan
obesitas kegiatan rekreasi tentang mellitus?
masyarakat perubahan gaya
hidup

14
Untuk deep vein apakah tes Lebih akurat
Diagnosis ultrasound
thrombosis, D-dimer atau untuk diagnosis?
Pada wanita tua
Prognosis
yang sehat yang dalam setahun apa risiko relatif
(Prakiraan)
menderita patah setelah cedera, kematian?
tulang pinggul
dibandingkan memiliki angka
Apakah orang
Etiologi yang pesta dengan mereka kematian yang
dewasa
(Penyebab) minuman keras yang tidak pesta lebih tinggi?
.
minuman keras

2.3 Langkah-langkah dalam Evidence Based Practice


Berdasarkan (Melnyk et al., 2014) ada beberapa tahapan atau langkah dalam
proses EBP. Tujuh langkah dalam evidence based practice (EBP) dimulai dengan
semangat untuk melakukan penyelidikan atau pencarian (inquiry) personal.
Budaya EBP dan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting untuk tetap
mempertahankan timbulnya pertanyaan-pertanyaan klinis yang kritis dalam
praktek keseharian. Langkah-langkah dalam proses evidance based practice
adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan semangat penyelidikan (inquiry)
Inquiry adalah semangat untuk melakukan penyelidikan yaitu sikap
kritis untuk selalu bertanya terhadap fenomena-fenomena serta
kejadian-kejadian yang terjadi saat praktek dilakukan oleh seorang klinisi
atau petugas kesehatan dalam melakukan perawatan kepada pasien. Namun
demikian, tanpa adanya budaya yang mendukung, semangat untuk
menyelidiki atau meneliti baik dalam lingkup individu ataupun institusi tidak
akan bisa berhasil dan dipertahankan.
Elemen kunci dalam membangun budaya EBP adalah semangat untuk

15
melakukan penyelidikan dimana semua profesional kesehatan didorong
untuk memepertanyakan kualitas praktek yang mereka jalankan pada saat ini,
sebuah pilosofi, misi dan sistem promosi klinis dengan mengintegrasikan
evidence based practice, mentor yang memiliki pemahaman mengenai
evidence based practice, mampu membimbing orang lain, dan mampu
mengatasi tantangan atau hambatan yang mungkin terjadi, ketersediaan
infrastruktur yang mendukung untuk mencari informasi atau lieratur seperti
komputer dan laptop, dukungan dari administrasi dan kepemimpinan, serta
motivasi dan konsistensi individu itu sendiri dalam menerapkan evidence
based practice (Tilson et al, 2011).

2. Mengajukan pertanyaan PICO(T) question


Menurut (Newhouse et al., 2007) dalam mencari jawaban untuk
pertanyaan klinis yang muncul, maka diperlukan strategi yang efektif yaitu
dengan membuat format PICO. P adalah pasien, populasi atau masalah baik
itu umur, gender, ras atapun penyakit seperti hepatitis dll. I adalah intervensi
baik itu meliputi treatment di klinis ataupun pendidikan dan administratif.
Selain itu juga intervensi juga dapat berupa perjalanan penyakit ataupun
perilaku beresiko seperti merokok. C atau comparison merupakan intervensi
pembanding bisa dalam bentuk terapi, faktor resiko, placebo ataupun
nonintervensi. Sedangkan O atau outcome adalah hasil yang ingin dicari
dapat berupa kualitas hidup, patient safety, menurunkan biaya ataupun
meningkatkan kepuasan pasien. (Bostwick et al., 2013) menyatakan bahwa
pada langkah selanjutnya membuat pertanyaan klinis dengan menggunakan
format PICOT yaitu P(Patient atau populasi), I(Intervention atau tindakan
atau pokok persoalan yang menarik), C(Comparison intervention atau
intervensi yang dibandidngkan), O(Outcome atau hasil) serta T(Time frame
atau kerangka waktu).

16
Contohnya adalah dalam membentuk pertanyaan sesuai PICOT adalah
pada Mahasiswa keperawatan(population) bagaimana proses pembelajaran
PBL tutotial (Intervention atau tindakan) dibandingkan dengan small group
discussion (comparison atau intervensi pembanding) berdampak pada
peningkatan critical thinking (outcome) setelah pelaksanaan dalam kurun
waktu 1 semester (time frame). Ataupun dalam penggunaan PICOT non
intervensi seperti bagaimana seorang ibu baru (Population) yang
payudaranya terkena komplikasi (Issue of interest) terhadap kemampuannya
dalam memberikan ASI (Outcome) pada 3 bulan pertama pada saat bayi baru
lahir.
Hasil atau sumber data atau literatur yang dihasilkan akan sangat
berbeda jika kita menggunakan pertanyaan yang tidak tepat maka kita akan
mendapatkan berbagai abstrak yang tidak relevan dengan apa yang kita
butuhkan (Melnyk & Fineout, 2011).
Sedangkan dalam lobiondo & haber, (2006) dicontohkan cara
memformulasikan pertanyaan EBP yaitu pada lansia dengan fraktur
hip(patient/problem), apakah patientanalgesic control (intervensi) lebih
efektif dibandingkan dengan standard of care nurse administartif
analgesic(comparison) dalam menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan
LOS (Outcome).

3. Mencari bukti-bukti terbaik


Kata kunci yang sudah disusun dengan menggunakan picot digunakan
untuk memulai pencarian bukti terbaik. Bukti terbaik adalah dilihat dari tipe
dan tingkatan penelitian.
Tingkatan penelitian yang bisa dijadikan evidence atau bukti terbaik
adalah metaanalysis dan systematic riview. Systematic riview adalah
ringkasan hasil dari banyak penelitian yang memakai metode kuantitatif.

17
Sedangkan meta-analysis adalah ringkasan dari banyak penelitian yang
menampilkan dampak dari intervensi dari berbagai studi.
Namun jika meta analisis dan systematic riview tidak tersedia maka
evidence pada tingkatan selanjutnya bisa digunakan seperti RCT. Evidence
tersebut dapat ditemukan pada beberapa data base seperti CINAHL,
MEDLINE, PUBMED, NEJM dan COHRANE LIBRARY (Melnyk &
Fineout, 2011).
Ada 5 tingkatan yang bisa dijadikan bukti atau evidence
(Guyatt&Rennie, 2002) yaitu:
a. Bukti yang berasal dari meta-analysis ataukah systematic riview.
b. Bukti yang berasal dari disain RCT.
c. Bukti yang berasal dari kontrol trial tanpa randomisasi.
d. Bukti yang berasal dari kasus kontrol dan studi kohort.
e. Bukti dari systematic riview yang berasal dari penelitian kualitatif dan
diskriptif.
f. Bukti yang berasal dari single-diskriptif atau kualitatif study
g. Bukti yang berasal dari opini dan komite ahli.
Dalam mencari best evidence, hal yang sering menjadi hambatan dalam
proses pencarian adalah keterbatasan lokasi atau sumber database yang free
accsess terhadap jurnal-jurnal penelitian. Namun demikian seiring dengan
perkembangan teknologi, berikut contoh databased yang free accsess dan
paling banyak dikunjungi oleh tenaga kesehatan yaitu MIDIRS,CINAHL,
Pubmed, cohrane library dan PsycINFO serta Medline. Berikut adalah
contoh pertanyaan EBP beserta data based yang disarankan, diantaranya
adalah (Schneider & Whitehead, 2013).
Beberapa databased yang disebutkan diatas memuat berbagai literatur
kesehatan dari berbagai sumber. Beberapa diantaranya adalah free of charge,
cost, atau keduanya. Seperti misalnya cohrane databased merupakan

18
organisasi non-profit. Namun demikian jenis informasi yang diberikan
adalah systemayic review, sehingga jumlah informasi yang ditawarkan
terbatas atau dalam jumlah kecil berkisar 3 jutaan citation namun sangat
direkomendasikan untuk menjadi databased pertama dalam mencari jawaban
dari pertanyaan klinis. Sedangkan CINAHL dan MEDLINE merupakan
databased yang paling komprehensif untuk menemukan berbagai jurnal atau
informasi kesehatan baik itu kedokteran, keperawatan, kedokteran gigi
ataupun farmasi dengan berbagai level evidence. MEDLINE merupakan
databasedfree charge yang terhubung dengan Pubmed databased (Dicenso et
al., 2014). Sedangkan CINAHL merupakan konten artikel jurnal, buku,
ataupun disertasi dan bisa temukan baik melalui databased langsung ataukah
melalui MEDLINE. Sedangkan PsycINFO merupakan databased yang lebih
banyak mempublikasikan literatur pendidikan dalam aspek psikologi,
psikiatri, neuroscience untuk pertanyaan klinis. Sedangkan Pubmed
merupakan bibliografic database yang berisi kontenfree akses dan berbayar
serta mempunyai link dengan database MEDLINE(Melnyk et al., 2014).
Dalam (Kluger, 2007) dicontohkan cara melakukan pencarian evidence
dari beberapa sumber atau databased yang ada yaitu:
a) Memilih databased (CINAHL, Medline etc)
b) Menerjemahkan istilah atau pertanyaan kedalam perbendaharaan kata
dalam database, sebagai contoh fall map menjadi accidental fall
c) Menggunakan limit baik dalam jenis, tahun dan umur Limit atau
membatasi umur seperti aged, 45 and over, limit tipe publikasi seperti
“metaanalisis atau systematic review”, dan limit tahun publikasi seperti
2010-2015
d) Membandingkan dengan database yang lain seperti cohrane, psycINFO
e) Melakukan evaluasi hasil, ulangi ke step 2 jika diperlukan

19
Sedangkan menurut (Newhouse, 2007) langkah-langkah atau strategi
mencari informasi melalui databased diantaranya adalah:
a. Mencari kata kunci, sinonim, atau yang mempunyai hubungan dengan
pertanyaan yang sudah disusun dengan PICO format
b. Menentukan sumber atau database terbaik untuk mencari informasi
yang tepat
c. Mengembangkan beberapa strategi dalam melakukan pencarian dengan
controlled vocabularries, menggunakan bolean operator, serta limit.
controlled vocabularries yang dapat menuntun kita untuk memasukkan
input yang sesuai dengan yang ada pada database. Seperti misalnya
MeSH pada Pubmed serta CINAHL Subject Heading pada database
CINAHL. menggunakan bolean operator misalnya AND, OR, NOT.
AND untuk mencari 2 tema atau istilah, OR untuk mencari selain dari
salah satu atau kedua istilah tersebut. Namun jika dikombinasikan
dengan controlled vocabularries, OR akan memperluas pencarian,
serta AND akan mempersempit pencarian. Setelah itu untuk lebih
spesifik dan fokus lagi dapat digunakan dengan menggunakan limit
yang sesuai seperti umur, bahasa, tanggal publikasi. Contohnya adalah
limit terakhir 5 tahun untuk jurnal atau english or american only.
d. Melakukan evaluasi memilih evidence dengan metode terbaik dan
menyimpan hasil

Sedangkan menurut (Bowman et al., dalam levin & feldman, 2012)


khususnya pada level undergraduate student, ada beberapa contoh evidence
yang dapat digunakan dalam terapi dan prognosis yaitu:

20
Beberapa contoh tingkatan evidence tersebut dapat menjadi contoh atau
dasar dan pedoman yang digunakan oleh mahasiswa undergraduatedalam
memilih evidence yang tepat. Karena undergraduate student tidak memiliki
kemampuan dalam melakukan kritik atau melihat tingkat kekuatan dan
kelemahan literatur penelitian, maka dalam pembelajaran evidence based
practice mahasiswa diarahkan untuk memilih literatur berdasarkan tingkatan
evidence terbaik terlebih dahulu.Jika beberapa evidence terbaik tidak dapat
ditemukan, maka langkah selanjutnya adalah memilih literatur yang telah
diseleksi pada beberapa databased seperti MEDLINE dan CINAHL atau
pada pubmed search engine (Levin & Feldman, 2012).

4. Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan


Setelah menemukan evidence atau bukti yang terbaik, sebelum
diimplementasikan ke institusi atau praktek klinis, hal yang perlu kita
lakukan adalah melakukan appraisal atau penilaian terhadap evidence
tersebut. Untuk melakukan penilaian ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan diantaranya adalah (Polit & Beck, 2013) :
a. Evidence quality adalah bagaimana kualitas bukti jurnal tersebut?

21
(apakah tepat atau rigorous dan reliable atau handal)
b. What is magnitude of effect? (seberapa penting dampaknya?)
c. How pricise the estimate of effect? Seberapa tepat perkiraan efeknya?
d. Apakah evidence memiliki efek samping ataukah keuntungan?
e. Seberapa banyak biaya yang perlu disiapkan untuk
mengaplikasikan bukti?
f. Apakah bukti tersebut sesuai untuk situasi atau fakta yang ada di klinis?

Sedangkan kriteria penilaian evidence menurut (Bernadette & Ellen,


2011) yaitu:
a) Validity. Evidence atau penelitian tersebut dikatakan valid adalah jika
penelitian tersebut menggunakan metode penelitian yang tepat.
Contohnya adalah apakah variabel pengganggu dan bias dikontrol
dengan baik, bagaimana bagaimana proses random pada kelompok
kontrol dan intervensi, equal atau tidak.
b) Reliability maksudnya adalah konsistensi hasil yang mungkin
didapatkan dalam membuat keputusan klinis dengan
mengimplementasikan evidence tersebut, apakah intervensi tersebut
dapat dikerjakan serta seberapa besar dampak dari intervensi yang
mungkin didapatkan.
c) Applicability maksudnya adalah kemungkinan hasilnya bisa di
implementasikan dan bisa membantu kondisi pasien. Hal tersebut bisa
dilakukan dengan mempertimbangkan apakah subjek penelitiannya sama,
keuntungan dan resiko dari intervensi tersebut dan keinginan pasien
(patient preference) dengan intervensi tersebut.

Namun demikian dalam (Hande et al., 2017) dijelaskan bahwa critical


appraisal merupakan proses yang sangat kompleks. Level atau tingkat

22
critical appraisal sangat dipengaruhi oleh kedalaman dan pemahaman
individu dalam menilai evidence. Tingkat critical appraisal pada mahasiswa
sarjana adalah identifikasi tahapan yang ada dalam proses penelitian
kuantitatif. Namun pada beberapa program sarjana, ada juga yang
mengidentifikasi tidak hanya kuantitatif namun juga proses penelitian
kualitatif. Sedangkan pada master student, tingkatan critical apraisalnya
tidak lagi pada tahap identifikasi, namun harus bisa menunjukkan dan
menyimpulkan kekuatan dan kelemahan, tingkat kepercayaan evidence serta
pelajaran yang dapat diambil dari pengetahuan dan praktek. Jika dijabarkan,
ada 2 tahap dalam melakukan critical apraisal yaitu:
a. Tahap pertama adalah mengidentidikasi langkah-langkah dalam proses
penelitian.
Langkah pertama dalam melakukan critical appraisal adalah
mengidentifikasi langkah-langkah dalam proses penelitian kuantitatif.
Hal-hal yang harus diindentifikasi adalah mengidentifikasi
komponen-komponen dan konsep dalam penelitian dan memahami
maksud dari setiap komponen. Beberapa pertanyaan yang bisa dijadikan
pedoman dalam melakukan identifikasi adalah apakah judul penelitian
jelas dengan menggambarkan variabel, populasi, dan pokok atau inti
pembelajaran, serta menggambarkan tipe dari penelitian tersebut,
korelasi, diskriptif, kuasi eksperimen atau eksperimen, apakah
abstraknya jelas, untuk mengidentifikasi dan memahami dan artikel
jurnal baca dan garis bawahi masing-masing tahapan dalam proses
penelitian.
Sedangkan menurut (Burns & Grove, 2008), critical appraisal pada
tahap sarjana adalah comprehension yang dimaknai sama dengan tahap
mengidentifikasi setiap tahap dalam proses penelitian, serta comparison
yaitu menyimpulkan secara umum kesesuaian peneliti dalam mengikuti

23
aturan penelitian yang benar serta sejauhmana peneliti menjelaskan
setiap elemen atau tahapan penelitian.
b. Menetukan tingkat kekuatan dan kelemahan penelitian (Strength and
weakness of study)
Dalam melakukan critical appraisal, langkah selanjutnya atau next
level yang merupakan tahapan lanjutan untuk master’s student adalah
menentukan kekuatan dan kelemahan penelitian. Untuk bisa melakukan
critical appraisal pada tahapan ini kita harus bisa memahami
masing-masing tahapan penelitian serta membandingkan tahapan
penelitian yang ada dengan tahapan penelitian yang seharusnya.
Untuk menentukan tingkat kekuatan dan kelemahan evidence kita
harus bisa memahami sejauh mana peneliti mengikuti aturan penelitian
yang benar. Selain itu juga, penguasaan terhadap kajian dan konsep logis
serta keterkaitan antar tiap elemen harus bisa dianalisa. Sehingga pada
akhirnya kita adapat menyimpulkan tingkat validitas dan reliabilitas
evidence atau jurnal dengan melihat tingkat kesesuaian, keadekuatan,
dan representatif atau tidaknya proses dan kompenen penelitian yang
dilakukan oleh seorang peneliti (Burns & Grove, 2008).

5. Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk


membuat keputusan klinis terbaik
Sesuai dengan definisi dari EBP, untuk mengimplementasikan EBP ke
dalam praktik klinis kita harus bisa mengintegrasikan bukti penelitian
dengan informasi lainnya. Informasi itu dapat berasal dari keahlian dan
pengetahuan yang kita miliki, ataukah dari pilihan dan nilai yang dimiliki
oleh pasien. Selain itu juga, menambahkan penelitian kualitatif mengenai
pengalaman atau perspektif klien bisa menjadi dasar untuk mengurangi
resiko kegagalan dalam melakukan intervensi terbaru (Polit & Beck, 2013).

24
Setelah mempertimbangkan beberapa hal tersebut maka langkah selanjutnya
adalah menggunakan berbagai informasi tersebut untuk membuat keputusan
klinis yang tepat dan efektif untuk pasien. Tingkat keberhasilan pelaksanaan
EBP proses sangat dipengaruhi oleh evidence yang digunakan serta tingkat
kecakapan dalam melalui setiap proses dalam EBP (Polit & Beck, 2008).

6. Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP


Evaluasi terhadap pelaksanaan evidence based sangat perlu dilakukan
untuk mengetahui seberapa efektif evidence yang telah diterapkan, apakah
perubahan yang terjadi sudah sesuai dengan hasil yang diharapkan dan
apakah evidence tersebut berdampak pada peningkatan kualitas kesehatan
pasien (Melnyk & Fineout, 2011).

7. Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome)


Langkah terakhir dalam evidence based practice adalah
menyebarluaskan hasil. Jika evidence yang didapatkan terbukti mampu
menimbulkan perubahan dan memberikan hasil yang positif maka hal
tersebut tentu sangat perlu dan penting untuk dibagi (Polit & Beck, 2013)
Namun selain langkah-langkah yang disebutkan diatas, menurut (Levin
& Feldman, 2012) terdapat 5 langkah utama evidence based practicedalam
setting akademikyaitu Framing the question (menyusun pertanyaan klinis),
searching for evidence, appraising the evidence, interpreting the evidence
atau membandingkan antara literatur yang diperoleh dengan nilai yang
dianut pasien dan merencanakan pelaksanaan evidence kedalam praktek,
serta evaluating your application of the evidence atau mengevaluasi sejauh
mana evidence tersebut dapat menyelesaikan masalah klinis.

25
2.4 Strategi untuk mencari bukti
Dalam mencari best evidence, hal yang sering menjadi hambatan dalam
proses pencarian adalah keterbatasan lokasi atau sumber database yang free
accsess terhadap jurnal-jurnal penelitian. Namun demikian seiring dengan
perkembangan teknologi, berikut contoh databased yang free accsess dan
paling banyak dikunjungi oleh tenaga kesehatan yaitu MIDIRS,CINAHL,
Pubmed, cohrane library dan PsycINFO serta Medline.
Berikut adalah contoh pertanyaan EBP beserta data based yang
disarankan, diantaranya adalah (Schneider & Whitehead, 2013). Cohrane
databased merupakan organisasi non-profit. Namun demikian jenis informasi
yang diberikan adalah systemayic review, sehingga jumlah informasi yang
ditawarkan terbatas atau dalam jumlah kecil berkisar 3 jutaan citation namun
sangat direkomendasikan untuk menjadi databased pertama dalam mencari
jawaban dari pertanyaan klinis.
Sedangkan CINAHL dan MEDLINE merupakan databased yang paling
komprehensif untuk menemukan berbagai jurnal atau informasi kesehatan baik
itu kedokteran, keperawatan, kedokteran gigi ataupun farmasi dengan berbagai
level evidence. MEDLINE merupakan databased free charge yang terhubung
dengan Pubmed databased (Dicenso et al., 2014). Sedangkan CINAHL
merupakan konten artikel jurnal, buku, ataupun disertasi dan bisa temukan
baik melalui databased langsung ataukah melalui MEDLINE. Sedangkan
PsycINFO merupakan databased yang lebih banyak mempublikasikan literatur
pendidikan dalam aspek psikologi, psikiatri, neuroscience untuk pertanyaan
klinis. Sedangkan Pubmed merupakan bibliografic database yang berisi
konten free akses dan berbayar serta mempunyai link dengan database
MEDLINE (Melnyk et al., 2014).
Dalam (Kluger, 2007) dicontohkan cara melakukan pencarian evidence dari
beberapa sumber atau databased yang ada yaitu:

26
a. Memilih databased (CINAHL, Medline etc)
b. Menerjemahkan istilah atau pertanyaan kedalam perbendaharaan kata dalam
database, sebagai contoh fall map menjadi accidental fall
c. Menggunakan limit baik dalam jenis, tahun dan umur Limit atau membatasi
umur seperti aged, 45 and over, limit tipe publikasi seperti “metaanalisis atau
systematic review”, dan limit tahun publikasi seperti 2010-2015
d. Membandingkan dengan database yang lain seperti cohrane, psycINFO
e. Melakukan evaluasi hasil, ulangi ke step 2 jika diperlukan

Sedangkan menurut (Newhouse, 2007) langkah-langkah atau strategi


mencari informasi melalui databased diantaranya adalah:
a) Mencari kata kunci, sinonim, atau yang mempunyai hubungan dengan
pertanyaan yang sudah disusun dengan PICO format
b) Menentukan sumber atau database terbaik untuk mencari informasi yang
tepat
c) Mengembangkan beberapa strategi dalam melakukan pencarian dengan
controlled vocabularries, menggunakan bolean operator, serta limit.
controlled vocabularries yang dapat menuntun kita untuk memasukkan input
yang sesuai dengan yang ada pada database. Seperti misalnya MeSH
pada Pubmed serta CINAHL Subject Heading pada database CINAHL.
menggunakan bolean operator misalnya AND, OR, NOT. AND untuk
mencari 2 tema atau istilah, OR untuk mencari selain dari salah satu atau
kedua istilah tersebut. Namun jika dikombinasikan dengan controlled
vocabularries, OR akan memperluas pencarian, serta AND akan
mempersempit pencarian. Setelah itu untuk lebih spesifik dan fokus lagi
dapat digunakan dengan menggunakan limit yang sesuai seperti umur,
bahasa, tanggal publikasi. Contohnya adalah limit terakhir 5 tahun untuk
jurnal atau english or american only.

27
d) Melakukan evaluasi memilih evidence dengan metode terbaik dan
menyimpan hasil

Beberapa contoh tingkatan evidence tersebut dapat menjadi contoh atau


dasar dan pedoman yang digunakan oleh mahasiswa undergraduatedalam
memilih evidence yang tepat. Karena undergraduate student tidak memiliki
kemampuan dalam melakukan kritik atau melihat tingkat kekuatan dan
kelemahan literatur penelitian, maka dalam pembelajaran evidence based
practice mahasiswa diarahkan untuk memilih literatur berdasarkan tingkatan
evidence terbaik terlebih dahulu.Jika beberapa evidence terbaik tidak dapat
ditemukan, maka langkah selanjutnya adalah memilih literatur yang telah
diseleksi pada beberapa databased seperti MEDLINE dan CINAHL atau pada
pubmed search engine (Levin & Feldman, 2012).

2.5 Aplikasi Evidence Based Practice in Nursing


A. Tahap Pengkajian
Pada tahap ini, perawat mengumpulkan informasi untuk mengkaji
kebutuhan pasien dari berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh melalui
wawancara dengan pasien, anggota keluarga, perawat yang lain, atau tenaga
kesehatan yang lain dan juga dapat melalui rekam medis, dan observasi.
Masing-masing surnber tersebut berkontribusi secara unik terhadap hasil
pengkajian secara keseluruhan.
Hasil penelitian yang dapat digunakan dapat berupa hal yang terkait
dengan cara terbaik trntuk mengumpulkan informasi, tipe informasi apa yang
perlu diperoleh, bagaimana menggabungkan seluruh bagian data
pengkajian, dan bagaimana meningkatkan akurasi pengumpulan informasi.
Hasil penelitian juga dapat membantu perawat dalam memilih alternative
metode atau bentuk untuk tipe pasien, situasi maupun pada tempat

28
pelayanan tertentu.
B. Tahap Penegakkan Diagnosis Keperawatan
Hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain adalah hal yang terkait
membuat diagnosis keperawatan secara lebih akurat dan frekuensi terjadinya
masing-masing batasan karaktersitik yang terkait dengan suatu diagnosis
keperawatan.
C. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain hasil
penelitian yang mengindikasikan intervensi keperawatan tertentu yang
efektif untuk diaplikasikan pada suatu budaya tertentu, tipe dan masalah
tertentu, dan pada pasien tertentu.
D. Tahap Intervensi/Implementasi
Idealnya, perawat yang bertanggung jawab akan melakukan intervensi
keperawatan yang sebanyak mungkin didasarkan pada hasil-hasil penelitian.
E. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini, evaluasi dilakukan untuk menilai apakah intervensi yang
dilakukan berdasarkan perencanaan sudah berhasil dan apakah efektif dari
segi biaya. Hasil penelitian yang dapat digunakan pada tahap ini adalah hal
yang terkait keberhasilan ataupun kegagalan dalam suatu pemberian asuhan
keperawalan.

29
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan membantu
tenaga kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu memperoleh
informasi terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat keputusan klinis
yang efektif dan efisien sehingga dapat memberikan perawatan terbaik kepada
pasien. Dimana bertujuan ntuk meningkatkan kualitas perawatan dan
memberikan hasil yang terbaik dari asuhan keperawatan yang diberikan dengan
dimaksimalkannya kualitas perawatan tingkat kesembuhan pasien bisa lebih
cepat dan lama perawatan bisa lebih pendek serta biaya perawatan yang
diminimalkan.
Terdapat 7 langkah dalam pembuatan Evidence Based Practice, dimana
dalam langkah-langkah ini kita belajar strategi yang bisa dipakai untuk mencari
bukti yang baik karena memliki tingkatan dari yang sangat baik hinga buruk :
Menumbuhkan semangat penyelidikan (inquiry), Mengajukan pertanyaan
PICO(T) question, Mencari bukti-bukti terbaik, Melakukan penilaian (appraisal)
terhadap bukti-bukti yang ditemukan, Mengintegrasikan bukti dengan keahlian
klinis dan pilihan pasien untuk membuat keputusan klinis terbaik, Evaluasi hasil
dari perubahan praktek setelah penerapan EBP, dan Menyebarluaskan hasil
(disseminate outcome).
Evidence Based Practice ini banyak diterapkan pada tenaga kesehatan
terutamata dibidang keeprawatan, disamping pasien menjalani farmakologi dan
stress dengan lingkungan rumah sakit. Evidence Based Nursing membantu
perawat untuk meminimalkan stress dan mengurangi gejala/keluhan pasien.

30
DAFTAR PUSTAKA

Fineout-Overholt, E., & Johnston, L. (2005). Teaching EBP: asking searchable,

answerable clinical questions. Worldviews On Evidence-Based Nursing, 2,

157-160.

Schardt, C., Adams, M. B., Owens, T., Keitz, S., & Fontelo, P. (2007). Utilization of

the PICO framework to improve searching PubMed for clinical questions. BMC

Medical Informatics and Decision Making, 7, 16. doi:

http://dx.doi.org/10.1186/1472-6947-7-1

https://emedicine.medscape.com

Anda mungkin juga menyukai