EBP Kelompok 1 UBK

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

Evidence Based In Nursing Practice

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Dosen pembimbing:
Rizki Muliani, S.Kep,.Ners

Disusun oleh :

Kelas C (Kecil)

Bagas Dwi S AK.1.17.007 Eka Nurasfia AK.1.17.015

Cita Nurhayati AK.1.17.053 Nopita Widayanti AK.1.17.074

Dahlia Nafasari AK.1.17.009 Riska Herlina AK.1.17.032

Dian Ayu Sasi AK.1.17.013

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Evidence
Based In Nursing Practice” tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas pada mata kuliah
Metedologi Penelitian, selain itu untuk memahami dan mengetahui tentang
bagaimana pengaplikasian evidence based pada perawat.
Kami mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa
kritik dan saran yang bersifat membangun.

Bandung, 23 April 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ..........................................................................................1
1.3 Tujuan penulisan ..........................................................................................2
1.4 Manfaat penulisan .........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Evidence Based Practice .....................................................................3
2.2 PICO dalam Evidence Based Practice...............................................................8
2.3 Langkah-langkah dalam Evidence Based Practice...............................................14
2.4 Strategi dalam pencarian Bukti.........................................................................20
2.5 Aplikasi Evidence Based in Nursing .................................................................23
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................24
3.2 Saran ............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah evidence dimulai pada tahun 1970 ketika Archie Cochrane menegaskan
perlunya mengevaluasi pelayanan kesehatan berdasarkan bukti-bukti ilmiah (scientific
evidence). Sejak itu berbagai istilah digunakan terkait dengan evidence base,
diantaranya evidence base medicine (EBM), evidence base nursing (EBN), dan evidence
base practice (EBP). Evidence Based Practice (EBP) merupakan upaya untuk
mengambil keputusan klinis berdasarkan sumber yang paling relevan dan valid. Oleh
karena itu EBP merupakan jalan untuk mentransformasikan hasil penelitian ke dalam
praktek sehingga perawat dapat meningkatkan “quality of care” terhadap pasien. Selain
itu implementasi EBP juga akan menurunkan biaya perawatan yang memberi dampak
positif tidak hanya bagi pasien, perawat, tapi juga bagi institusi pelayanan kesehatan.
Evidence-Based Practice (EBP), merupakan pendekatan yang dapat digunakan
dalam praktik perawatan kesehatan, yang berdasarkan evidence atau fakta. Selama ini,
khususnya dalam keperawatan, seringkali ditemui praktik-praktik atau intervensi yang
berdasarkan “biasanya juga begitu”. Sebagai contoh, penerapan kompres dingin dan
alkohol bath masih sering digunakan tidak hanya oleh masyarakat awam tetapi juga
oleh petugas kesehatan, dengan asumsi dapat menurunkan suhu tubuh lebih cepat,
sedangkan penelitian terbaru mengungkapkan bahwa penggunaan kompres hangat dan
teknik tapid sponge meningkatkan efektifitas penggunaan kompres dalam menurunkan
suhu tubuh.
Penggunaan evidence based dalam praktek akan menjadi dasar scientific dalam
pengambilan keputusan klinis sehingga intervensi yang diberikan dapat
dipertanggungjawabkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, di dapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Jelaskan konsep Evidence Based Practice?
2. Bagaimana PICO dalam Evidence Based Practice?
3. Apa saja langkah-langkah dalam Evidence Based Practice?
4. Bagaimana strategi untuk mencari bukti?
5. Bagaimana Aplikasi Evidence Based Practice in Nursing?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini selain bertujuan untuk memenuhi tugas makalah
metodologi penelitian mengenai evidence based in nursing practice juga agar mahasiswa
mengetahui dan lebih memahami lagi mengenai aplikasi evidence based yang dapat
perawat terapkan dalam asuhan keperawatan
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini sekiranya dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan serta dapat
menambah wawasan mahasiswa keperawatan secara lebih dalam tentang evidence based
practice yang dapat diaplikasikan dalam asuhan keperawatan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Evidence Based Practice


A. Definisi
Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan membantu tenaga
kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu memperoleh informasi
terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat keputusan klinis yang efektif dan
efisien sehingga dapat memberikan perawatan terbaik kepada pasien (Macnee,
2011). Sedangkan menurut (Bostwick, 2013) evidence based practice adalah
starategi untuk memperolah pengetahuan dan skill untuk bisa meningkatkan
tingkah laku yang positif sehingga bisa menerapakan EBP didalam praktik. Dari
kedua pengertian EBP tersebut dapat dipahami bahwa evidance based practice
merupakan suatu strategi untuk mendapatkan knowledge atau pengetahuan terbaru
berdasarkan evidence atau bukti yang jelas dan relevan untuk membuat keputusan
klinis yang efektif dan meningkatkan skill dalam praktik klinis guna meningkatkan
kualitas kesehatan pasien.
Oleh karena itu berdasarkan definisi tersebut, Komponen utama dalam
institusi pendidikan kesehatan yang bisa dijadikan prinsip adalah membuat
keputusan berdasarkan evidence based serta mengintegrasikan EBP kedalam
kurikulum merupakan hal yang sangat penting. Meskipun mahasiswa keperawatan
atau perawat menunjukkan sikap yang positif dalam mengaplikasikan evidence
based namun kemampuan dalam mencari literatur ilmiah masih sangat kurang.
Beberapa literatur menunjukkan bahwa evidence based practice masih merupakan
hal baru bagi perawat. oleh karena itu pengintegrasian evidence based kedalam
kurikulum juga dijelaskan didalam (Sin&Bleques, 2017) menyatakan bahwa
pembelajaran evidence based practice pada undergraduate student merupakan
tahap awal dalam menyiapkan peran mereka sebagai registered nurses (RN).
B. Tujuan
Tujuan utama di implementasikannya evidance based practice di dalam praktek
keperawatan adalah untuk meningkatkan kualitas perawatan dan memberikan hasil
yang terbaik dari asuhan keperawatan yang diberikan. Selain itu juga, dengan
dimaksimalkannya kualitas perawatan tingkat kesembuhan pasien bisa lebih cepat dan
lama perawatan bisa lebih pendek serta biaya perawatan bisa ditekan (Madarshahian

3
et al., 2012). Dalam rutinititas sehari-hari para tenaga kesehatan profesional tidak
hanya perawat namun juga ahli farmasi, dokter, dan tenaga kesehatan profesional
lainnya sering kali mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul ketika
memilih atau membandingkan treatment terbaik yang akan diberikan kepada
pasien/klien, misalnya saja pada pasien post operasi bedah akan muncul pertanyaan
apakah teknik pernapasan relaksasi itu lebih baik untuk menurunkan kecemasan
dibandingkan dengan cognitive behaviour theraphy, apakah teknik relaksasi lebih
efektif jika dibandingkan dengan teknik distraksi untuk mengurangi nyeri pasien ibu
partum kala 1 (Mooney, 2012).
Pendekatan yang dilakukan berdasarkan pada evidance based bertujuan untuk
menemukan bukti-bukti terbaik sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan klinis
yang muncul dan kemudian mengaplikasikan bukti tersebut ke dalam praktek
keperawatan guna meningkatkan kualitas perawatan pasien tanpa menggunakan bukti-
bukti terbaik, praktek keperawatan akan sangat tertinggal dan seringkali berdampak
kerugian untuk pasien. Contohnya saja education kepada ibu untuk menempatkan
bayinya pada saat tidur dengan posisi pronasi dengan asumsi posisi tersebut
merupakan posisi terbaik untuk mencegah aspirasi pada bayi ketika tidur. Namun
berdasarkan evidence based menyatakan bahwa posisi pronasi pada bayi akan dapat
mengakibatkan resiko kematian bayi secara tibatiba SIDS (Melnyk & Fineout, 2011).
Pentingnya pelaksanaan EBP pada institusi pendidikan yang merupakan cikal
bakal atau pondasi utama dibentuknya perawat profesional membutuhkan banyak
strategi untuk bisa meningkatkan knowledge dan skill serta pemahaman terhadap
kasus real dilapangan. Diantaranya adalah pengguanaan virtual based patients
scenario dalam kegiatan problem based learning tutorial yang akan bisa memberikan
gambaran real terhadap kondisi pasien dengan teknologi virtual guna meningkatkan
knowledge dan critical thinking mahasiswa.
C. Komponen
Evidence atau bukti adalah kumpulan fakta yang diyakini kebenarannya. Evidence
atau bukti dibagi menjadi 2 yaitu eksternal evidence dan internal evidence. Bukti
eksternal didapatkan dari penelitian yang sangat ketat dan dengan proses atau
metode penelitian ilmiah. Pertanyaan yang sangat penting dalam
mengimplementasikan bukti eksternal yang didapatkan dari penelitian adalah
apakah temuan atau hasil yang didapatkan didalam penelitian tersebut dapat
diimplementasikan kedalam dunia nyata atau dunia praktek dan apakah seorang

4
dokter atau klinisi akan mampu mencapai hasil yang sama dengan yang dihasilkan
dalam penelitian tersebut. Berbeda dengan bukti eksternal bukti internal merupakan
hasil dari insiatif praktek seperti manajemen hasil dan proyek perbaikan kualitas
(Melnyk & Fineout, 2011).
Dalam (Grove et al., 2012) EBP dijelaskan bahwa clinical expertise yang
merupakan komponen dari bukti internal adalah merupakan pengetahuan dan skill
tenaga kesehatan yang profesional dan ahli dalam memberikan pelayanan. Hal atau
kriteria yang paling menunjukkan seorang perawat ahli klinis atau clinical expertise
adalah pengalaman kerja yang sudah cukup lama, tingkat pendidikan, literatur klinis
yang dimiliki serta pemahamannnya terhadap research. Sedangkan, patient
preference adalah pilihan pasien, kebutuhan pasien harapan, nilai, hubungan atau
ikatan, dan tingkat keyakinannya terhadap budaya. Melalui proses EBP, pasien dan
keluarganya akan ikut aktif berperan dalam mengatur dan memilih pelayanan
kesehatan yang akan diberikan. Kebutuhan pasien bisa dilakukan dalam bentuk
tindakan pencegahan, health promotion, pengobatan penyakit kronis ataupun akut,
serta proses rehabilitasi. Beberapa komponen dari EBP dan dijadikan alat yang akan
menerjemahkan bukti kedalam praktek dan berintegrasi dengan bukti internal untuk
meningkatkan kualitas pelayanan.

Bukti eksternal berasal dari penelitian,


bukti berdasarkan teori, opini pemimpin,
dan diskusi ahli
Membuat
Bukti internal dapat berupa keahlian klinis yang keputusan
Didapatkan dari manajemen hasil dan klinis
peningkatan kualitas,pengkajian pasien dan berdasarkan
evaluasi, dan penggunaan sumber yang tersedia. evidence
based.

Pilihan pasien dan nilai

(Grove et al, 2012)

5
Meskipun evidence atau bukti yang dianggap paling kuat adalah
penelitian systematic riview’s dari penelitian-penelitian RCT namun mpenelitian
deskriptif ataupun kualitatif yang berasal dari opini leader juga bisa dijadikan
landasan untuk membuat keputusan klinis jika memang penelitian sejenis RCT
tidak tersedia. Begitu juga dengan teori-teori, pilihan atau nilai pasien untuk
membuat keputusan klinis guna meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien.
Klinisi sering kali bertanya bagaimana bukti dan jenis bukti yang bisa dibutuhkan
sampai bisa merubah praktek. Level dan kualitas evidenceatau bukti bisa dijadikan
dasar dan meningkatkan kepercayaan diri seorang klinisi untuk merubah praktek
(Dicenso et al., 2014).
D. Model
Dalam memindahkan evidence kedalam praktek guna meningkatkan kualitas
kesehatan dan keselamatan (patient safety) dibutuhkan langkahlangkah yang
sistematis dan berbagai model EBP dapat membantu perawat atau tenaga kesehatan
lainnya dalam mengembangkan konsep melalui pendekatan yang sistematis dan
jelas, alokasi waktu dan sumber yang jelas, sumber daya yang terlibat, serta
mencegah impelementasi yang tidak runut dan lengkap dalam sebuah organisasi
(Gawlinski & Rutledge, 2008).
Beberapa karakteristik tiap-tiap model yang dapat dijadikan landasan dalam
menerapkan EBP yang sering digunakan yaitu IOWA model dalam EBP digunakan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, digunakan dalam berbagai
akademik dan setting klinis. Ciri khas dari model ini adalah adanya konsep
“triggers” dalam pelaksanaan EBP. Trigers adalah masalah klinis ataupun
informasi yang berasal dari luar organisasi. Ada 3 kunci dalam membuat keputusan
yaitu adanya penyebab mendasar timbulnya masalah atau pengetahuan terkait
dengan kebijakan institusi atau organisasi, penelitian yang cukup kuat, dan
pertimbangan mengenai kemungkinan diterapkannya perubahan kedalam praktek
sehingga dalam model tidak semua jenis masalah dapat diangkat dan menjadi topik
prioritas organisasi(Melnyk & Fineout, 2011).
Sedangkan john hopkin’s model mempunyai 3 domain prioritas masalah
yaitu praktek keperawatan, penelitian, dan pendidikan. Dalam pelaksanaannya
model ini terdapat beberapa tahapan yaitu menyusun practice question yang
menggunakan pico approach, menentukan evidence dengan penjelasan mengenai
tiap level yang jelas dan translation yang lebih sistematis dengan model lainnya

6
serta memiliki lingkup yang lebih luas. Sedangkan ACE star model merupakan
model transformasi pengetahuan berdasarkan research. Evidence non research
tidak digunakan dalam model ini. Untuk stetler’s model merupakan model yang
tidak berorientasi pada perubahan formal tetapi pada perubahan oleh individu
perawat. Model ini menyusun masalah berdasarkan data internal (quality
improvement dan operasional) dan data eksternal yang berasal dari penelitian.
Model ini menjadi panduan preseptor dalam mendidik perawat baru. Dalam
pelaksanaanya, untuk mahasiswa sarjana dan master sangat disarankan
menggunakan model jhon hopkin, sedangkan untuk mahasiswa undergraduate
disarankan menggunkan ACE star model dengan proses yang lebih sederhana dan
sama dengan proses keperawatan (Schneider& Whitehead, 2013).
E. Tingkatan
Tingkatan evidence disebut juga dengan hierarchy evidence yang
digunakan untuk mengukur kekuatan suatu evidence dari rentang bukti terbaik
sampai dengan bukti yang paling rendah. Tingkatan evidence ini digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam EBP. Hirarki untuk tingkatan evidence yang ditetapkan
oleh Badan Kesehatan Penelitian dan Kualitas (AHRQ), sering digunakan dalam
keperawatan (Titler, 2010). Adapun level of evidence tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Laporan fenomena atau kejadian-kejadian yang kita temui sehati-hari
2. Study kasus
3. Studi lapangan atau laporan deskriptif
4. Studi percobaan tanpa menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak
(random).
5. Studi percobaan yang menggunakan setidaknya ada satu kelompok
pembanding, dan menggunakan sampel secara acak
6. Systemic reviews untuk kelompok bijak bestari atau meta-analisa yaitu
pengkajian berbagai penelitian yang ada dengan tingkat kepercayaan yang
tinggi.
F. Faktor yang mempengaruhi
Dalam (Ashktorab et all., 2015) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang akan
mendukung penerapan evidence based practice oleh mahasiswa kepearawatan,
diantaranya adalah intention (niat), pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa
keperawatan. Dari ketiga faktor tersebut sikap mahasiswa dalam menerapkan EBP

7
merupakan faktor yang sangat menunjang penerapan EBP. Untuk mewujudkan hal
tersebut pendidikan tentang EBP merupakan upaya yang harus dilakukan dalam
meningkatkan pengetahuan mahasiswa ataupun sikap mahasiswa yang akan
menjadi penunjang dalam penerapannya pada praktik klinis. Sedangkan didalam
(Ryan, 2016) dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan
EBP dalam mahasiswa keperawatan berkaitan dengan faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik terkait erat dengan intention atau sikap serta
pengetahuan mahasiswa sedangkan faktor ekstrinsik erat kaitannya dengan
organizational atau institutional support seperti kemampuan fasilitator atau
mentorship dalam memberikan arahan guna mentransformasi evidence kedalam
praktek, ketersedian fasilitias yang mendukung serta dukungan lingkungan.

2.2 PICO dalam Evidence Based Practice


A. Kerangka PICO
Tanpa pertanyaan yang terfokus dengan baik, akan sangat sulit dan memakan waktu
untuk mengidentifikasi sumber daya yang tepat dan mencari bukti yang relevan.
Praktisi Praktek Berbasis Bukti (EBP) sering menggunakan kerangka kerja khusus,
yang disebut PICO, untuk membentuk pertanyaan dan memfasilitasi pencarian
literatur, PICO singkatan:
P : Patient Problem, (or Population)→Masalah Pasien, (atau Populasi)
I : Intervention→Intervensi,
C : Comparison or Control, and→Perbandingan atau Kontrol, dan
O : Outcome→Hasil
Item Kerangka Kerja Mengenai Contoh

P : Masalah Pasien Apa data demografi pasien seperti usia, Nyeri otot leher
(atau Populasi) jenis kelamin dan etnis? Atau apa atau terkait pekerjaan
jenis masalah?

I : Intervensi Apa jenis intervensi yang Latihan kekuatan


dipertimbangkan? Sebagai contoh, otot yang
apakah ini obat untuk beberapa jenis, menyakitkan
atau olahraga, atau istirahat?

8
C : Perbandingan atau Apakah ada perlakuan pembandingan Beristirahat
Kontrol yang harus dipertimbangkan?
Perbandingannya mungkin dengan
obat lain, bentuk pengobatan lain
seperti olahraga, atau tanpa pengobatan
sama sekali.

O : Hasil Apa efek yang diinginkan yang ingin Nyeri reda


Anda lihat? Efek apa yang tidak
diinginkan? Apakah ada efek samping
yang terlibat dengan bentuk pengujian
atau perawatan ini?

Saat membentuk pertanyaan menggunakan PICO, perlu di perhatikan hal-hal


berikut:
a. Pasien adalah anggota suatu populasi serta orang dengan (atau berisiko) masalah
kesehatan. Jadi, selain usia dan jenis kelamin, mungkin juga perlu
mempertimbangkan etnis, status sosial ekonomi atau demografis lainnya.
b. Perbandingan tidak selalu hadir dalam analisis PICO.
c. Hasil harus dapat diukur karena bukti terbaik berasal dari studi yang ketat
dengan temuan yang signifikan secara statistik
d. Hasil idealnya mengukur kesejahteraan klinis atau kualitas hidup, dan tidak
bergantian seperti hasil tes laboratorium.
B. Elemen PICO Berubah menurut Jenis Pertanyaan (Domain)
Ketika membentuk pertanyaan menggunakan kerangka kerja PICO, penting untuk
memikirkan jenis pertanyaan apa yang akan ditanyakan, (terapi, pencegahan,
diagnosis, prognosis, etiologi). Tabel di bawah menggambarkan cara di mana
Masalah, Intervensi, Perbandingan dan Hasil bervariasi sesuai dengan jenis
(domain) pertanyaan.
Masalah Pasien Intervensi atau Paparan atau
Jenis Pertanyaan Contoh Hasil
atau Populasi Perbandingan Kontrol

Tindakan
terapeutik, mis., Perawatan Tingkat
Pengobatan, kematian,

9
Terapi Penyakit atau standar,
intervensi jumlah hari libur
(Pengobatan) kondisi pasien intervensi lain,
bedah, atau kerja, sakit,
atau plasebo
perubahan gaya cacat.
hidup.

Faktor risiko Tindakan Tingkat


Tindakan
pasien dan pencegahan, kematian,
pencegahan lain
Pencegahan kondisi mis., Perubahan jumlah hari libur
ATAU mungkin
kesehatan gaya hidup atau kerja, insiden
tidak berlaku.
umum. pengobatan. penyakit.

Ukuran
Tes "standar
utilitas
rujukan" atau
Tes atau pengujian,
Penyakit atau "standar emas"
Diagnosis prosedur yaitu
kondisi spesifik. saat ini untuk
diagnostik. sensitivitas,
penyakit atau
spesifisitas,
kondisi tersebut.
rasio odds.

Durasi dan Tingkat


Prognosis keparahan faktor Biasanya waktu kelangsungan
Biasanya tidak
(Prakiraan) prognostik atau "menunggu hidup, tingkat
berlaku.
utama atau waspada". kematian,
masalah klinis. tingkat

perkembangan
penyakit.

10
Intervensi atau
Faktor risiko Tingkat
paparan
pasien, kelangsungan
kepentingan.
gangguan hidup, tingkat
Etiologi Termasuk Biasanya tidak
kesehatan saat kematian,
(Penyebab) indikasi berlaku.
ini, atau kondisi tingkat
kekuatan / dosis
kesehatan perkembangan
faktor risiko dan
umum. penyakit.
durasi paparan.

Setelah mengidentifikasi elemen utama pertanyaan menggunakan kerangka kerja


PICO, mudah untuk menulis pernyataan pertanyaan. Tabel berikut memberikan
beberapa contoh :

Masalah Pasien Intervensi atau Paparan atau


Jenis Pertanyaan Hasil
atau Populasi Perbandingan Kontrol

Pada
apakah dalam
pasien-pasien daripada
Terapi hidroterapi lebih menghilangkan
dengan fisioterapi
(Pengobatan) efektif rasa sakit?
osteoarthritis tradisional
lutut

dibandingkan
Untuk melakukan dengan program mengurangi
anak-anak yang penggunaan pendidikan risiko diabetes
Pencegahan
obesitas kegiatan rekreasi tentang mellitus?

11
masyarakat perubahan gaya
hidup

Untuk deep vein apakah tes Lebih akurat


Diagnosis ultrasound
thrombosis, D-dimer atau untuk diagnosis?

Pada wanita tua


Prognosis
yang sehat yang dalam setahun apa risiko relatif
(Prakiraan)
menderita patah setelah cedera, kematian?
tulang pinggul

dibandingkan memiliki angka


Apakah orang
Etiologi yang pesta dengan mereka kematian yang
dewasa
(Penyebab) minuman keras yang tidak pesta lebih tinggi?
.
minuman keras

2.3 Langkah-langkah dalam Evidence Based Practice


Berdasarkan (Melnyk et al., 2014) ada beberapa tahapan atau langkah dalam
proses EBP. Tujuh langkah dalam evidence based practice (EBP) dimulai
dengan semangat untuk melakukan penyelidikan atau pencarian (inquiry)
personal. Budaya EBP dan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting
untuk tetap mempertahankan timbulnya pertanyaan-pertanyaan klinis yang kritis
dalam praktek keseharian. Langkah-langkah dalam proses evidance based
practice adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan semamgat penyelidikan (inquiry)
Inquiry adalah semangat untuk melakukan penyelidikan yaitu sikap kritis
untuk selalu bertanya terhadap fenomena-fenomena serta kejadian-kejadian
yang terjadi saat praktek dilakukan oleh seorang klinisi atau petugas
kesehatan dalam melakukan perawatan kepada pasien. Namun demikian,
tanpa adanya budaya yang mendukung, semangat untuk menyelidiki atau

12
meneliti baik dalam lingkup individu ataupun institusi tidak akan bisa
berhasil dan dipertahankan.
Elemen kunci dalam membangun budaya EBP adalah semangat untuk
melakukan penyelidikan dimana semua profesional kesehatan didorong untuk
memepertanyakan kualitas praktek yang mereka jalankan pada saat ini,
sebuah pilosofi, misi dan sistem promosi klinis dengan mengintegrasikan
evidence based practice, mentor yang memiliki pemahaman mengenai
evidence based practice, mampu membimbing orang lain, dan mampu
mengatasi tantangan atau hambatan yang mungkin terjadi, ketersediaan
infrastruktur yang mendukung untuk mencari informasi atau lieratur seperti
komputer dan laptop, dukungan dari administrasi dan kepemimpinan, serta
motivasi dan konsistensi individu itu sendiri dalam menerapkan evidence
based practice (Tilson et al, 2011).
2. Mengajukan pertanyaan PICO(T) question
Menurut (Newhouse et al., 2007) dalam mencari jawaban untuk pertanyaan klinis
yang muncul, maka diperlukan strategi yang efektif yaitu dengan membuat format
PICO. P adalah pasien, populasi atau masalah baik itu umur, gender, ras atapun
penyakit seperti hepatitis dll. I adalah intervensi baik itu meliputi treatment di klinis
ataupun pendidikan dan administratif. Selain itu juga intervensi juga dapat berupa
perjalanan penyakit ataupun perilaku beresiko seperti merokok. C atau comparison
merupakan intervensi pembanding bisa dalam bentuk terapi, faktor resiko, placebo
ataupun nonintervensi. Sedangkan O atau outcome adalah hasil yang ingin dicari
dapat berupa kualitas hidup, patient safety, menurunkan biaya ataupun
meningkatkan kepuasan pasien. (Bostwick et al., 2013) menyatakan bahwa pada
langkah selanjutnya membuat pertanyaan klinis dengan menggunakan format
PICOT yaitu P(Patient atau populasi), I(Intervention atau tindakan atau pokok
persoalan yang menarik), C(Comparison intervention atau intervensi yang
dibandidngkan), O(Outcome atau hasil) serta T(Time frame atau kerangka waktu).
Contohnya adalah dalam membentuk pertanyaan sesuai PICOT adalah pada
Mahasiswa keperawatan(population) bagaimana proses pembelajaran PBL tutotial
(Intervention atau tindakan) dibandingkan dengan small group discussion
(comparison atau intervensi pembanding) berdampak pada peningkatan critical
thinking (outcome) setelah pelaksanaan dalam kurun waktu 1 semester (time
frame). Ataupun dalam penggunaan PICOT non intervensi seperti bagaimana

13
seorang ibu baru (Population) yang payudaranya terkena komplikasi (Issue of
interest) terhadap kemampuannya dalam memberikan ASI (Outcome) pada 3 bulan
pertama pada saat bayi baru lahir.
Hasil atau sumber data atau literatur yang dihasilkan akan sangat berbeda
jika kita menggunakan pertanyaan yang tidak tepat maka kita akan mendapatkan
berbagai abstrak yang tidak relevan dengan apa yang kita butuhkan (Melnyk &
Fineout, 2011).
3. Mencari bukti-bukti terbaik
Kata kunci yang sudah disusun dengan menggunakan picot digunakan untuk
memulai pencarian bukti terbaik. Bukti terbaik adalah dilihat dari tipe dan tingkatan
penelitian.
4. Tingkatan penelitian yang bisa dijadikan evidence atau bukti terbaik adalah
metaanalysis dan systematic riview. Systematic riview adalah ringkasan hasil dari
banyak penelitian yang memakai metode kuantitatif. Sedangkan meta-analysis adalah
ringkasan dari banyak penelitian yang menampilkan dampak dari intervensi dari
berbagai studi.
Namun jika meta analisis dan systematic riview tidak tersedia maka
evidence pada tingkatan selanjutnya bisa digunakan seperti RCT. Evidence tersebut
dapat ditemukan pada beberapa data base seperti CINAHL, MEDLINE, PUBMED,
NEJM dan COHRANE LIBRARY (Melnyk & Fineout, 2011).
Ada 5 tingkatan yang bisa dijadikan bukti atau evidence (Guyatt&Rennie,
2002) yaitu:
a. Bukti yang berasal dari meta-analysis ataukah systematic riview.
b. Bukti yang berasal dari disain RCT.
c. Bukti yang berasal dari kontrol trial tanpa randomisasi.
d. Bukti yang berasal dari kasus kontrol dan studi kohort.
e. Bukti dari systematic riview yang berasal dari penelitian kualitatif dan
diskriptif.
f. Bukti yang berasal dari single-diskriptif atau kualitatif study
g. Bukti yang berasal dari opini dan komite ahli.
Dalam mencari best evidence, hal yang sering menjadi hambatan dalam
proses pencarian adalah keterbatasan lokasi atau sumber database yang free accsess
terhadap jurnal-jurnal penelitian. Namun demikian seiring dengan perkembangan
teknologi, berikut contoh databased yang free accsess dan paling banyak dikunjungi

14
oleh tenaga kesehatan yaitu MIDIRS,CINAHL, Pubmed, cohrane library dan
PsycINFO serta Medline. Berikut adalah contoh pertanyaan EBP beserta data based
yang disarankan, diantaranya adalah (Schneider & Whitehead, 2013).
Beberapa databased yang disebutkan diatas memuat berbagai literatur
kesehatan dari berbagai sumber. Beberapa diantaranya adalah free of charge, cost,
atau keduanya. Seperti misalnya cohrane databased merupakan organisasi non-profit.
Namun demikian jenis informasi yang diberikan adalah systemayic review, sehingga
jumlah informasi yang ditawarkan terbatas atau dalam jumlah kecil berkisar 3 jutaan
citation namun sangat direkomendasikan untuk menjadi databased pertama dalam
mencari jawaban dari pertanyaan klinis.
Sedangkan CINAHL dan MEDLINE merupakan databased yang paling
komprehensif untuk menemukan berbagai jurnal atau informasi kesehatan baik itu
kedokteran, keperawatan, kedokteran gigi ataupun farmasi dengan berbagai level
evidence. MEDLINE merupakan databasedfree charge yang terhubung dengan
Pubmed databased (Dicenso et al., 2014).
Dalam (Kluger, 2007) dicontohkan cara melakukan pencarian evidence dari beberapa
sumber atau databased yang ada yaitu:
a) Memilih databased (CINAHL, Medline etc)
b) Menerjemahkan istilah atau pertanyaan kedalam perbendaharaan kata
dalam database, sebagai contoh fall map menjadi accidental fall
c) Menggunakan limit baik dalam jenis, tahun dan umur Limit atau
membatasi umur seperti aged, 45 and over, limit tipe publikasi seperti
“metaanalisis atau systematic review”, dan limit tahun publikasi
seperti 2010-2015
d) Membandingkan dengan database yang lain seperti cohrane, psycINFO
e) Melakukan evaluasi hasil, ulangi ke step 2 jika diperlukan
Sedangkan menurut (Bowman et al., dalam levin & feldman, 2012)
khususnya pada level undergraduate student, ada beberapa contoh evidence yang
dapat digunakan dalam terapi dan prognosis yaitu:

15
Beberapa contoh tingkatan evidence tersebut dapat menjadi contoh atau dasar
dan pedoman yang digunakan oleh mahasiswa undergraduatedalam memilih
evidence yang tepat. Karena undergraduate student tidak memiliki kemampuan
dalam melakukan kritik atau melihat tingkat kekuatan dan kelemahan literatur
penelitian, maka dalam pembelajaran evidence based practice mahasiswa diarahkan
untuk memilih literatur berdasarkan tingkatan evidence terbaik terlebih dahulu.Jika
beberapa evidence terbaik tidak dapat ditemukan, maka langkah selanjutnya adalah
memilih literatur yang telah diseleksi pada beberapa databased seperti MEDLINE
dan CINAHL atau pada pubmed search engine (Levin & Feldman, 2012).
Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan
Setelah menemukan evidence atau bukti yang terbaik, sebelum diimplementasikan ke
institusi atau praktek klinis, hal yang perlu kita lakukan adalah melakukan appraisal
atau penilaian terhadap evidence tersebut. Untuk melakukan penilaian ada beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan diantaranya adalah (Polit & Beck, 2013) :
a. Evidence quality adalah bagaimana kualitas bukti jurnal
tersebut? (apakah tepat atau rigorous dan reliable atau handal)
b. What is magnitude of effect? (seberapa penting dampaknya?)
c. How pricise the estimate of effect? Seberapa tepat perkiraan efeknya?
d. Apakah evidence memiliki efek samping ataukah keuntungan?
e. Seberapa banyak biaya yang perlu disiapkan
untuk
mengaplikasikan bukti?
f. Apakah bukti tersebut sesuai untuk situasi atau fakta yang ada di klinis?
Sedangkan kriteria penilaian evidence menurut (Bernadette & Ellen, 2011)
yaitu:
a) Validity. Evidence atau penelitian tersebut dikatakan valid adalah jika
penelitian tersebut menggunakan metode penelitian yang tepat.
Contohnya adalah apakah variabel pengganggu dan bias dikontrol

16
dengan baik, bagaimana bagaimana proses random pada kelompok
kontrol dan intervensi, equal atau tidak.
b) Reliability maksudnya adalah konsistensi hasil yang mungkin
didapatkan dalam membuat keputusan klinis dengan
mengimplementasikan evidence tersebut, apakah intervensi tersebut
dapat dikerjakan serta seberapa besar dampak dari intervensi yang
mungkin didapatkan.
c) Applicability maksudnya adalah kemungkinan hasilnya bisa di
implementasikan dan bisa membantu kondisi pasien. Hal tersebut bisa
dilakukan dengan mempertimbangkan apakah subjek penelitiannya
sama, keuntungan dan resiko dari intervensi tersebut dan keinginan
pasien (patient preference) dengan intervensi tersebut.
Namun demikian dalam (Hande et al., 2017) dijelaskan bahwa critical
appraisal merupakan proses yang sangat kompleks. Level atau tingkat critical
appraisal sangat dipengaruhi oleh kedalaman dan pemahaman individu dalam
menilai evidence. Tingkat critical appraisal pada mahasiswa sarjana adalah
identifikasi tahapan yang ada dalam proses penelitian kuantitatif. Namun pada
beberapa program sarjana, ada juga yang mengidentifikasi tidak hanya kuantitatif
namun juga proses penelitian kualitatif. Sedangkan pada master student, tingkatan
critical apraisalnya tidak lagi pada tahap identifikasi, namun harus bisa
menunjukkan dan menyimpulkan kekuatan dan kelemahan, tingkat kepercayaan
evidence serta pelajaran yang dapat diambil dari pengetahuan dan praktek. Jika
dijabarkan, ada 2 tahap dalam melakukan critical apraisal yaitu:
a. Tahap pertama adalah mengidentidikasi langkah-langkah dalam proses
penelitian.
Langkah pertama dalam melakukan critical appraisal adalah mengidentifikasi
langkah-langkah dalam proses penelitian kuantitatif. Hal-hal yang harus
diindentifikasi adalah mengidentifikasi komponen-komponen dan konsep
dalam penelitian dan memahami maksud dari setiap komponen. Beberapa
pertanyaan yang bisa dijadikan pedoman dalam melakukan identifikasi adalah
apakah judul penelitian jelas dengan menggambarkan variabel, populasi, dan
pokok atau inti pembelajaran, serta menggambarkan tipe dari penelitian
tersebut, korelasi, diskriptif, kuasi eksperimen atau eksperimen, apakah

17
abstraknya jelas, untuk mengidentifikasi dan memahami dan artikel jurnal
baca dan garis bawahi masing-masing tahapan dalam proses penelitian.
Sedangkan menurut (Burns & Grove, 2008), critical appraisal pada
tahap sarjana adalah comprehension yang dimaknai sama dengan tahaop
mengidentifikasi setiap tahap dalam proses penelitian, serta comparison yaitu
menyimpulkan secara umum kesesuaian peneliti dalam mengikuti aturan
penelitian yang benar serta sejauhmana peneliti menjelaskan setiap elemen
atau tahapan penelitian.
b. Menetukan tingkat kekuatan dan kelemahan penelitian (Strength and
weakness of study)
Dalam melakukan critical appraisal, langkah selanjutnya atau next level yang
merupakan tahapan lanjutan untuk master’s student adalah menentukan
kekuatan dan kelemahan penelitian. Untuk bisa melakukan critical appraisal
pada tahapan ini kita harus bisa memahami masing-masing tahapan penelitian
serta membandingkan tahapan penelitian yang ada dengan tahapan penelitian
yang seharusnya.
Untuk menentukan tingkat kekuatan dan kelemahan evidence kita
harus bisa memahami sejauh mana peneliti mengikuti aturan penelitian yang
benar. Selain itu juga, penguasaan terhadap kajian dan konsep logis serta
keterkaitan antar tiap elemen harus bisa dianalisa. Sehingga pada akhirnya kita
adapat menyimpulkan tingkat validitas dan reliabilitas evidence atau jurnal
dengan melihat tingkat kesesuaian, keadekuatan, dan representatif atau
tidaknya proses dan kompenen penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti
(Burns & Grove, 2008).
4. Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk membuat
keputusan klinis terbaik Sesuai dengan definisi dari EBP, untuk
mengimplementasikan EBP ke dalam praktik klinis kita harus bisa
mengintegrasikan bukti penelitian dengan informasi lainnya. Informasi itu dapat
berasal dari keahlian dan pengetahuan yang kita miliki, ataukah dari pilihan dan
nilai yang dimiliki oleh pasien. Selain itu juga, menambahkan penelitian kualitatif
mengenai pengalaman atau perspektif klien bisa menjadi dasar untuk mengurangi
resiko kegagalan dalam melakukan intervensi terbaru (Polit & Beck, 2013).
5. Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP

18
Evaluasi terhadap pelaksanaan evidence based sangat perlu dilakukan untuk
mengetahui seberapa efektif evidence yang telah diterapkan, apakah perubahan yang
terjadi sudah sesuai dengan hasil yang diharapkan dan apakah evidence tersebut
berdampak pada peningkatan kualitas kesehatan pasien (Melnyk & Fineout, 2011).
6. Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome)
Langkah terakhir dalam evidence based practice adalah menyebarluaskan hasil. Jika
evidence yang didapatkan terbukti mampu menimbulkan perubahan dan memberikan
hasil yang positif maka hal tersebut tentu sangat perlu dan penting untuk dibagi (Polit
& Beck, 2013)
Namun selain langkah-langkah yang disebutkan diatas, menurut (Levin dan
Feldman, 2012) terdapat 5 langkah utama evidence based practicedalam setting
akademikyaitu Framing the question (menyusun pertanyaan klinis), searching for
evidence, appraising the evidence, interpreting the evidence atau membandingkan
antara literatur yang diperoleh dengan nilai yang dianut pasien dan merencanakan
pelaksanaan evidence kedalam praktek, serta evaluating your application of the
evidence atau mengevaluasi sejauh mana evidence tersebut dapat menyelesaikan
masalah klinis.

2.4 Strategi untuk mencari bukti


Dalam mencari best evidence, hal yang sering menjadi hambatan dalam proses
pencarian adalah keterbatasan lokasi atau sumber database yang free accsess
terhadap jurnal-jurnal penelitian. Namun demikian seiring dengan perkembangan
teknologi, berikut contoh databased yang free accsess dan paling banyak dikunjungi
oleh tenaga kesehatan yaitu MIDIRS,CINAHL, Pubmed, cohrane library dan
PsycINFO serta Medline.
Berikut adalah contoh pertanyaan EBP beserta data based yang disarankan,
diantaranya adalah (Schneider & Whitehead, 2013). Cohrane databased merupakan
organisasi non-profit. Namun demikian jenis informasi yang diberikan adalah
systemayic review, sehingga jumlah informasi yang ditawarkan terbatas atau dalam
jumlah kecil berkisar 3 jutaan citation namun sangat direkomendasikan untuk
menjadi databased pertama dalam mencari jawaban dari pertanyaan klinis.
Sedangkan CINAHL dan MEDLINE merupakan databased yang paling
komprehensif untuk menemukan berbagai jurnal atau informasi kesehatan baik itu
kedokteran, keperawatan, kedokteran gigi ataupun farmasi dengan berbagai level

19
evidence. MEDLINE merupakan databased free charge yang terhubung dengan
Pubmed databased (Dicenso et al., 2014). Sedangkan CINAHL merupakan konten
artikel jurnal, buku, ataupun disertasi dan bisa temukan baik melalui databased
langsung ataukah melalui MEDLINE. Sedangkan PsycINFO merupakan databased
yang lebih banyak mempublikasikan literatur pendidikan dalam aspek psikologi,
psikiatri, neuroscience untuk pertanyaan klinis. Sedangkan Pubmed merupakan
bibliografic database yang berisi konten free akses dan berbayar serta mempunyai
link dengan database MEDLINE (Melnyk et al., 2014).
Dalam (Kluger, 2007) dicontohkan cara melakukan pencarian evidence dari
beberapa sumber atau databased yang ada yaitu:
a) Memilih databased (CINAHL, Medline etc)
b) Menerjemahkan istilah atau pertanyaan kedalam perbendaharaan kata dalam
database, sebagai contoh fall map menjadi accidental fall
c) Menggunakan limit baik dalam jenis, tahun dan umur Limit atau membatasi umur
seperti aged, 45 and over, limit tipe publikasi seperti “metaanalisis atau systematic
review”, dan limit tahun publikasi seperti 2010-2015
d) Membandingkan dengan database yang lain seperti cohrane, psycINFO
e) Melakukan evaluasi hasil, ulangi ke step 2 jika diperlukan

Sedangkan menurut (Newhouse, 2007) langkah-langkah atau strategi mencari


informasi melalui databased diantaranya adalah:
a) Mencari kata kunci, sinonim, atau yang mempunyai hubungan dengan
pertanyaan yang sudah disusun dengan PICO format
b) Menentukan sumber atau database terbaik untuk mencari informasi yang
tepat
c) Mengembangkan beberapa strategi dalam melakukan pencarian dengan
controlled vocabularries, menggunakan bolean operator, serta limit.
controlled vocabularries yang dapat menuntun kita untuk memasukkan
input yang sesuai dengan yang ada pada database. Seperti misalnya
MeSH pada Pubmed serta CINAHL Subject Heading pada database
CINAHL. menggunakan bolean operator misalnya AND, OR, NOT.
AND untuk mencari 2 tema atau istilah, OR untuk mencari selain dari

20
salah satu atau kedua istilah tersebut. Namun jika dikombinasikan dengan
controlled vocabularries, OR akan memperluas pencarian, serta AND
akan mempersempit pencarian. Setelah itu untuk lebih spesifik dan fokus
lagi dapat digunakan dengan menggunakan limit yang sesuai seperti
umur, bahasa, tanggal publikasi. Contohnya adalah limit terakhir 5 tahun
untuk jurnal atau english or american only.
d) Melakukan evaluasi memilih evidence dengan metode terbaik dan
menyimpan hasil
Beberapa contoh tingkatan evidence tersebut dapat menjadi contoh atau
dasar dan pedoman yang digunakan oleh mahasiswa undergraduatedalam memilih
evidence yang tepat. Karena undergraduate student tidak memiliki kemampuan dalam
melakukan kritik atau melihat tingkat kekuatan dan kelemahan literatur penelitian,
maka dalam pembelajaran evidence based practice mahasiswa diarahkan untuk
memilih literatur berdasarkan tingkatan evidence terbaik terlebih dahulu.Jika beberapa
evidence terbaik tidak dapat ditemukan, maka langkah selanjutnya adalah memilih
literatur yang telah diseleksi pada beberapa databased seperti MEDLINE dan
CINAHL atau pada pubmed search engine (Levin & Feldman, 2012).

2.5 Aplikasi Evidence Based Practice in Nursing


A. Tahap pengkajian
Pada tahap ini, perawat mengumpulkan informasi untuk mengkaji kebutuhan pasien
dari berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh melalui wawancara dengan pasien,
anggota keluarga, perawat yang lain, atau tenaga kesehatan yang lain dan juga
dapat melalui rekam medis, dan observasi. Masing-masing surnber tersebut
berkontribusi secara unik terhadap hasil pengkajian secara keseluruhan.
Hasil penelitian yang dapat digunakan dapat berupa hal yang terkait dengan
cara terbaik trntuk mengumpulkan informasi, tipe informasi apa yang perlu
diperoleh, bagaimana menggabungkan seluruh bagian data pengkajian, dan
bagaimana meningkatkan akurasi pengumpulan informasi. Hasil penelitian juga
dapat membantu perawat dalam memilih alternative metode atau bentuk untuk tipe
pasien, situasi maupun pada tempat pelayanan tertentu.

21
B. Tahap penengakan Diagnosa Keperawatan
Hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain adalah hal yang terkait membuat
diagnosis keperawatan secara lebih akurat dan frekuensi terjadinya masing-masing
batasan karaktersitik yang terkait dengan suatu diagnosis keperawatan.
C. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain hasil penelitian
yang mengindikasikan intervensi keperawatan tertent yang efektif
untuk diaplikasikan pada suatu budaya tertentu, tipe dan masalah tertentu, dan
pada pasien tertentu
D. Tahap Intervensi/Implementasi
Idealnya, perawat yang bertanggung jawab akan melakukan intervensi keperawatan
yang sebanyak mungkin didasarkan pada hasil-hasil penelitian.
E. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini, evaluasi dilakukan untuk menilai apakah intervensi yang dilakukan
berdasarkan perencanaan sudah berhasil dan apakah efektif dari segi biaya. Hasil
penelitian yang dapat digunakan pada tahap ini adalah hal yang terkait keberhasilan
ataupun kegagalan dalam suatu pemberian asuhan keperawatan.

BAB III
PENUTUP

2.5 Kesimpulan
Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan membantu tenaga
kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu memperoleh informasi terbaru
yang dapat menjadi bahan untuk membuat keputusan klinis yang efektif dan efisien
sehingga dapat memberikan perawatan terbaik kepada pasien. Dimana bertujuan ntuk
meningkatkan kualitas perawatan dan memberikan hasil yang terbaik dari asuhan
keperawatan yang diberikan dengan dimaksimalkannya kualitas perawatan tingkat
kesembuhan pasien bisa lebih cepat dan lama perawatan bisa lebih pendek serta biaya
perawatan yang diminimalkan.

22
Terdapat 7 langkah dalam pembuatan Evidence Based Practice, dimana dalam
langkah-langkah ini kita belajar strategi yang bisa dipakai untuk mencari bukti yang
baik karena memliki tingkatan dari yang sangat baik hinga buruk : Menumbuhkan
semangat penyelidikan (inquiry), Mengajukan pertanyaan PICO(T) question, Mencari
bukti-bukti terbaik, Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang
ditemukan, Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk
membuat keputusan klinis terbaik, Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah
penerapan EBP, dan Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome).
Evidence Based Practice ini banyak diterapkan pada tenaga kesehatan terutamata
dibidang keeprawatan, disamping pasien menjalani farmakologi dan stress dengan
lingkungan rumah sakit. Evidence Based Nursing membantu perawat untuk
meminimalkan stress dan mengurangi gejala/keluhan pasien.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa ataupun pembaca setelah membaca makalah tentan Evidence
Based ini dapat memahami dan menerapkan kepada calon tenaga kesehatan agar
mampu uptodate atau cara agar mampu memperoleh informasi terbaru yang dapat
menjadi bahan untuk membuat keputusan klinis yang efektif dan efisien sehingga dapat
memberikan perawatan terbaik kepada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fineout-Overholt, E., & Johnston, L. (2005). Teaching EBP: asking


searchable, answerable clinical questions. Worldviews On Evidence-Based
Nursing, 2, 157-160.
2. Schardt, C., Adams, M. B., Owens, T., Keitz, S., & Fontelo, P. (2007).
Utilization of the PICO framework to improve searching PubMed for clinical
questions. BMC
Medical Informatics and Decision Making, 7, 16.
doi:
3. http://dx.doi.org/10.1186/1472-6947-7-1 diakses lewat internet pada tanggal 23
April 2020.

23
4. https://emedicine.medscape.com diakses lewat internet pada tanggal 23 April
2020

24

Anda mungkin juga menyukai