LP Stroke Non Hemoragik
LP Stroke Non Hemoragik
LP Stroke Non Hemoragik
1. Definisi Stroke
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak. (Smeltzer C. Suzanne,2000) di dalam buku
KMB ed. 8; vol.3
Stroke adalah penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap gangguan
neurologic mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya
aliran darah melalui system suplai arteri otak. (Sylvia A.Price, 2003)
Menurut Mansjoer (2000), stroke adalah tanda-tanda klinis yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler . Menurut kriteria WHO (1995) stroke secara klinis didefinisikan
sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan
tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih
dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian disebabkan oleh gangguan
peredaran darah. (Nugraheni, 2010).
1) Pneumonia
Salah satu masalah yang paling serius dari stroke adalah radang paru-
paru atau pneumonia. Itu dibuktikan pada penelitian yang telah
menemukan bahwa dari 58 % kematian pasien stroke penyebab
utamanya adalah radang paru-paru (Bakke, 2001).
2) Trombosis vena profunda
Kira–kira 30 %-50 % pasien stroke menderita trombosis vena profunda
pada deep vein trombosis (DVT) pada tungkai. Resiko terjadinya
emboli paru dengan DVT kurang lebih 10 % pada pasien stroke. Hal ini
disebabkan thrombus dari pembuluh darah balik terlepas membentuk
emboli, bersama darah menuju keparu-paru sehingga terjadilah emboli
paru (Garison, 2001).
3) Decubitus
Decubitus terjadi pada pasien tirah baring lama, pada pasien yang
mengalami stroke maka akan mendapatkan perawatan yang lama dan
secara otomatis intensitas tirah baringnya akan semakin meningkat, hal
ini lama kelamaan akan menyebabkan penekanan pada bagian
punggung pasien sehingga menimbulkan decubitus
4) Penurunan aliran darah serebral, aliran darah serebral bergantung pada
tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral.
Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin penurunan
viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi
atau hipotensi ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada
pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
Pemeriksaan laboratorium
1. Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
(Satyanegara, 1998)
2. Pemeriksaan darah rutin
3. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm serum dan kemudian
berangsur-angsur turun kembali. (Jusuf Misbach, 1999)
4. Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu
sendiri. (Linardi Widjaja, 1993).
B. Pathway (Terlampir)
D. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnose perawatan utama untuk pasien
stroke adalah:
c. memandirikan
klien dalam
melakukan
ambulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur C.,Guyton dan Jhon E Hall.1991. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC
Black, Joice. M., & Hawk, Jane. H. (2005). Medical Surgical Nursing; clinical
management for positive outcomes. 7th Edition. St. Louis : Elsevier. Inc
Price, Slyvia A., dan Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC.