Yuyun Utami Dasep
Yuyun Utami Dasep
Yuyun Utami Dasep
PENDAHULUAN
Kata sastra berasal dari Bahasa sansakerta yaitu catra yang berarti tulisan, meliputi catatan
ilmu pengetahuan, surat-surat, kitab suci, undang-undang, dan lain-lain. Adapaun pengertian
sastra modern merupakan seni estetis yang mediumnya menggunakan bahasa. Karya sastra
memiliki budi, imajinasi, dan emosi dari penulisnya. Sehingga banyak orang berpendapat bahwa
karya sastra merupakan pesan dari penulis kepada pembaca. Karya sastra yang di tulis oleh
penulis merupakan refleksi dari berbagai jenis pengalaman yang sudah penulis alami dan merasa
perlu untuk dituliskan dan diberitahukan kepada pembaca, baik untuk tujuan komersil maupun
tujuan estetik.
Karya sastra secara garis besar terbagi kedalam tiga genre, yaitu puisi, prosa, dan drama.
Ketiga genre tersebut memiliki karakteristik tersendiri dalam menyampaikan pesan kepada para
khalayak umum. Puisi menggunakan kata-kata indah untuk menyentuh perasaan pendengar
maupun pembacanya, prosa dengan alur cerita yang berbentuk narasi, dan teks drama
disampaikan dengan gerak tubuh dan vokal pemerannya. Karya sastra sampai saat ini menjadi
bagian dalam perkembangan budaya manusia melalui ketiga genre tersebut.
Di dunia ini banyak sastrawan-sastrawan hebat yang mampu mempengaruhi dunia melalui
karya-karyanya seperti Multatuli dengan karyanya berjudul “Max Havelaar” yang membuka
mata dunia mengenai kejamnya penjajahan Kerajaan Belanda di Hindia-Belanda (nama
Indonesia sebelum merdeka). Di Indonesia salah satu sastrawan yang berpengaruh adalah
Semaun dengan karyanya yang berjudul “Student Hijau”, namun pemerintahan Hindia-Belanda
pada waktu itu menganggap novel tersebut berbahaya bagi kedudukan mereka, sehingga
melarang masyarakat membacanya. Selain kedua sastrawan tersebut masih banyak sastrawan
lain yang berpengaruh dalam perkembangan manusia.
Pada era sastra kontemporer masih banyak karya-karya sastra yang memiliki pengaruh
dalam perkembangan budaya manusia. Khususnya di Indonesia banyak sastrawan-sastrawan
yang menulis karya sastra, hingga berhasil mempengaruhi perkembangan masyarakat. Beberapa
sastrawan tersebut yaitu Ahmadun Yosi Herfanda, Seno Gumira Aji Darma, Habibirrahman El
Shirazy, Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Sumanjaya, dan lain-lain. Para sastrawan dalam
menulis setiap karya sastranya dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, sosial, dan budaya
masing-masing. Sehingga setiap karya sastra yang ditulis oleh masing-masing sastrawan
memiliki ciri khas yang berbeda.
Selain kedua penulis di atas, ada banyak sastrawan yang beraliran sama, seperti Helvy
Tiana Rosa, Ayu Utami, Tere Liye, Intan Savitri, dan Ahmad Fuadi yang sudah terkenal di
masyarakat terutama para penikmat sastra. Tetapi ada banyak sastrawan-sastrawan lainnya yang
beraliran religiusisme, salah satunya adalah Yuyun Permanasari Utami. Sastrawan yang berasal
dari daerah Pasuruan Jawa Timur memiliki gaya menulis yang menarik dan memiliki
karakteristik religiusitas, seperti pada novel yang berjudul “Sang Penguji Hati”, “Lafadz Cinta”,
dan “Di Bawah Langit Cinta”.
Novel-novel di atasa banyak menginspirasi para pembacanya, hal ini dapat dilihat dari
kiriman-kiriman diakun Instagram miliknya. Banyak ulasan-ulasana mengenai buku tersebut
yang diberikan oleh masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah kota Pasuruan. Beberapa dari
mereka yang rata-rata berjenis kelamin perempuan mengatakan novel tersebut memberikan
inspirasi mengenai cara memilih pasangan hidup. Selain itu, beberapa mengatakan bahwa setiap
tokoh dalam novel “Sang Penguji Hati” memberikan inspirasi dalam menjalani kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk menemukan latar belakang dan
tujuannya dalam menulis karya sastra terutama prosa. Sehingga ideologi dari Yuyun Permanasari
Utami dalam menulis karya sastra dapat diketahui. Selain itu, penulis dalam esay ini ingin
memperkenalkan bahwa ada sastrawan lain yang memiliki gaya menulis dengan karakterisitik
religiusitas selain Habiburrahman dan Asma Nadia yang memiliki pengaruh bagi pembacanya.
Penulis dan Karyanya
Biografi atau profil Yuyun permanasari sangat sulit ditemukan di Internet, penulis
mendapatkan riwayat hidup berdasarkan hasil wawancara melalui media Instagram. Yuyun
Permanasari Utami merupakan alumnus Universitas Brawijaya Malang, angkata 2007 di
Fakultas Ilmu Administrasi. Lahir pada tanggal 20 April 1986 kota Pasuruan. Bekerja sebagai
guru di SDN Pleret II Pohjentrek, Pasuruan. Yuyun Permanasari merupakan perempuan feminim
yang memiliki hobi membaca dan mendesain hijab. Yuyun permanasari pernah menjadi seorang
guru mata pelajaran Bahasa Inggris disebuah sekolah dasar, merangkap sebagai pegawai tata
usaha sekaligus guru playgroup. Tetapi, hal itu tidak berlangsung lama, karena harus ikut
bersama suaminya.
Yuyun permanasari mulai menyukai kegiatan menulis ketika masih berusia 14 tahun,
berawal ketika beliau mulai membaca cerpen-cerpen pada majalah. Tulisan pertamanya berupa
sebuah cerpen, teman-temannya selalu menunggu karyanya diselesaikan. Selanjutnya, Yuyun
Permanasari mulai belajar menulis puisi hingga sebuah novel. Butuh waktu satu tahun untuk
dapat menyelesaikan novel pertamanya yang berjudul “Sang Penguji Hati”. Kemudian beliau
mulai menulis sebuah novel keduanya yang berjudul “Lafazh Cinta” yang dipublikasikan melalui
media sosial wattpad. Selain itu, novel ketiga beliau yang berjudul “Di Bawah Langit Cinta” juga
dipublikasika melalui media sosial tersebut. Karya-karya dari Yuyun Permanasri di pengaruhi
oleh sastrawan di Indonesia terutama Asma Nadia, Habiburrahman El Shirazy, dan Raditya
Dika. Hal ini dikarenakan Yuyu Permanasari menggemari novel-novel dari tokoh-tokoh tersebut.
Dalam tulisan ini, penulis akan menyertakan sinopsis dari novel pertama Yuyun
Permanasari, karena novel pertama ini mendapat respon dan komentar positif dari para
pembacanya meskipun novel ini karya pertamanya. Adapun sinopsis novel tersebut akan di
bahas pada sub judul di bawah ini.
Kinsya adalah mahasiswi berparas cantic yang kuliah disalah satu perguruan tinggi
ternama di Malang. Selain memiliki paras Cantik, dia juga memiliki sifat yang baik hati dan
shaleha, meskipun dia tidak berjilbab. Dia beranggapan bahwa mengenakan jilbab adalah sesuatu
yang tanggung jawab besar kepada Allah, sehingga dia menunda keputusannya mengenakan
jilbab. Kinsya merupakan anggota Ta-Qiya yang penampilannya paling berbeda dengan anggota
lainnya, yakni tidak mengenakan jilbab, padahal anggota lainnya mengenakan jilbab bahkan ada
yang bercadar.
Kinsya memilik teman bernama Saida, mereka merupakan teman yang sangat akrab dan
merupakan anggot Ta-Qiya. Saida memiliki paras yang tidak kalah cantik dengan Kinsya dan
memiliki sifat yang baik hati serta shaleha. Berbeda dengan Kinsya, Saida merupakan
perempuan yang sudah mengenakan Jilbab. Mereka berdua merupakan sahabat yang kemanapun
mereka pergi, pasti selalu bersama.
Suatu hari Kinsya mendengar seseorang yang sedang mengumandangkan Adzan, suaranya
mampu meluluhkan hati Kinsya. Sehingga dia merasa jatuh cinta kepada laki-laki yang
mengumandangkan adzan pada saat itu. Beberapa saat kemudian, dia mengetahui bahwa yang
mengumandangkan adzan adalah Gilbran, seorang mahasiswa fakultas kedokteran. Laki-laki
yang pernah bertabrakan dengannya ketika diperpustkaan.
Suatu ketika, Saida bercerita kepada Kinsya bahwa dirinya tengah mengalami jatuh cinta.
Cinta pertama yang pernah dirasakan Saida sehingga dia merasa mabuk asmara, tetapi hal ini
justru awal permasalahan antara kedua sahabat ini. Saida ternyata mencintai Gilbran, sosok laki-
laki yang sama dicintai oleh Kinsya. Demi persahabatannya dengan Saida, Kinsya memilih untuk
mengalah dan membiarkan Saida untuk mendapatkan Gilbran.
Beberapa hari kemudian, Saida dan Kinsya bertemu dengan Gilbran diperpusatakaan.
Saida mulai mencari muka pada Gilbran dan berusaha mendekati laki-laki itu, hal ini membuat
Kinsya tidak nyaman dan lebih memilih pergi dengan alasan ingin ketoilet. Diperjalanan dia
bertemu dengan saudara Gilbran dan ketua organisasi Ta-Qiya yakni Ibnu, dia melihat Kinsya
menangis kemudian mengajak untuk menghadiri ceramah ustadz Ghofur di masjid. Ajakan Ibnu
di sanggupi oleh Kinsya, karena dia ingin menenangkan hatinya agar segera melupakan cintanya
pada Gilbran. Saat itulah Kinsya mengetaui bahwa Ibnu merupakan seorang dosen muda yang
mengajar di kampusnya.
Ibnu jatuh Cinta pada Kinsya karena kecantikannya, sehingga dia memutuskan untuk
melamarnya dengan meminta bantuan ustadz Ghofur. Kinsya menolak pinangan Ibnu dengan
alasan bahwa dia tidak ingin menikah dengan laki-laki yang mencintainya karena fisik. Awalnya
Ibnu merasa kecewa dengan keputusan Kinsya, tetapi dia kemudian menerimanya. Hal itu terjadi
karena, Ibu Ibnu mengangkat Kinsya sebagai anak angkatnya. Sehingga Ibnu tidak memiliki
pilihan lain selain menganggap Kinsya sebagai adiknya.
Suatu hari, ketika kinsya sedang berjalan disebuah jalan raya. Dia melihat Gilbran
menyeberangi jalan, tidak lama kemudian sebuah mobil berkecepatan tinggi menabrak Gilbran
sampai terpental. Kinsya yang melihat kejadian tersebut langsung menghampiri Gilbran, sampai
akhirnya ambulan datang. Kinsya diajak untuk menemani Gilbran oleh salah satu petugas,
kemudian diminta untuk menahan darah yang keluar dari luka Gilbran. Meskipun Kinsya sedikit
ragu, akhirnya demi keselamatan Gilbran dia menyanggupi hal tersebut.
Luka Gilbran sangat parah, sehingga dia membutuhkan transpursi darah secepatnya.
Golongan darah yang dimiliki Gilbran persediaannya sudah habis, sehingga Kinsya memutuskan
untuk mendonorkan darahnya untuk Gilbran. Kemudian Dokter mengatakan bahwa ginjal Gibran
telah rusak, Kinsyapun memutuskan mendonorkan Ginjalnya untuk Gilbran meskipun ayahnya
merasa keberatan. Demi menjaga perasaan Saida, Kinsya memutuskan untuk pergi dan pidah
kampus ke Yoyakarta.
Setelah beberapa tahun kemudian, Kinsya dilamar oleh pria bernama Ahsyar yang datang
langsung menghadap ayahnya. Kinsya menerima lamaran ahsyar, dengan syarat harus
menunggunya menyelesaikan kuliah S2 selama 4 tahun. Ahsyar menyanggupinya dan bersedia
menunggu selama 4 tahun. Setelah 4 tahun, Kinsya pulang ke kampungnya, kemudian Ahsyar.
Kinsya tidak menyangka bahwa Ahsyar adalah Gilbran yang menggunakan nama panjangnya
agar Kinsya tidak menyadari bahwa itu dirinya. Kinsya kemudian menolak dan membatalkan
pernikahannya, tetapi Gilbran tidak menyerah dan terus mencoba merobohkan keteguhan hati
Kinsya yang merasa tidak enak pada Saida. Gilbran terus mendatangi Kinsya, hingga
kedatangannya yang ketiga berhasil merubah pendirian Kinsya. Tetapi takdir berkata lain,
Gilbran meninggal karena kecelakaan. Pesan terakhirnya adalah, Ibnu harus menikahi Kinsya
dan membuatnya bahagia. Kinsya dan Ibnupun menikah, tetapi mereka tetap mengingat Gilbran
meskipun kini Gilbran sudah tiada.
Pokok Pikiran Yuyun Permanasari Utami dalam Karyanya
Penulis melakukan analisis mengenai pokok pikiran Yuyun Permanasari Utami dalam tiga
novel karyanya, adapun beberapa pokok pikiran yang ditemukan dalam karya-karyanya adalah
sebagai berikut.
1. Feminisme
Secara etimologis feminis berasal dari kata femme (women), berarti perempuan
(tunggal) yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak),
sebagai kelas sosial. Tujuan feminime adalah keseimbangan, interelasi gender. Sehingga
dapat disimpulkan, feminisme adalah gerakan kaum perempuan yang menolak
disubordinasikan, dimarginalisasikan, dan direndahkan dalam struktur sosial masyarakat.
Hal ini terlihat dari setiap karyanya terdiri dari tokoh utama yang memiliki karakter kuat
dan teguh pendirian. Terutama dalam novel “Sang Penguji Hati” hal ini terlihat jelas ketika
tokoh utamanya bernama Kinsya yang berani menolak pinangan seorang pria. Adapun
alasannya menolak karena sang pria melamarnya karena fisik Kinsya dinilai cantik seperti
batu mulia di sugnai yang bening.
Hal ini merupakan ajaran kepada setiap perempuan di Indonesia khususnya pembaca
novel tersebut yaitu jangan pernah menerima pinangan seorang laki-laki jika alasannya
melihat fisik perempuan. Yuyun Permanasari memiliki anggapan bahwa cinta yang berasal
dari fisik perempuan tidak akan abadi, karena akan mengerut dan tua sehingga suatu hari
nanti tidak akan nampak lagi kecantikannya. Alasannya mengapa Yuyun Permanasari
Utami menuliskan hal ini adalah banyak perempuan khususnya di Indonesia dimadu
bahkan ditinggalkan oleh suami mereka karena sudah tidak cantik lagi. Yuyun dalam tokoh
Kisya ingin menghindarkan perempuan Indonesia dari kasus tersebut.
Novel “Sang Penguji Hati” karya Yuyun Permanasari Utami menagajak kaum
perempuan untuk berani dan tegas menolak perjodohan apabila hal itu tidak diinginkan.
Selama ini kaum perempuan di Indonesia, selalu dihadapkan pada perjodohan yang
kadang-kadang tidak inginkan olehnya. Sehingga Yuyun permanasari seolah mengajak
kaum perempuan untuk berani tegas terhadap kaum setiap tindakan yang menunjukan
bahwa posisi kaum perempuan berada dibawah lakik-laki. Perempuan berhak memiliki
jodoh mereka sesuai dengan pilihannya, sama seperti kaum laki-laki.
Selain itu, bentuk eksploitasi perempuan di Indonesia ditunjukan oleh Yuyun dengan
menggambarkan sosok kinsya yang pergi ke pasar. Hal ini termasuk kedalam bentuk
eksploitasi terhadap tenaga perempuan di Indonesia terutama pada keluarga yang
mengambil garis keturunan patriarki. Perempuan harus melayani setiap kebutuhan laki-laki
dan menganggap bahwa kaum laki-laki sebagai otoritas utama dan kaum perempuan di
bawah kekuasaan laki-laki.
2. Humanisme
Yuyun Pemanasari Utami dalam beberapa novelnya menunjukan aliran humanisme,
yaitu suatu aliran filasafat yang mengedapankan nilai dan kedudukan manusia di atas
segalanya. Aliran Humanisme terbagi kedalam dua kelompok, yaitu humanism religi dan
sekuler. Humanisme religi berakar pada tradisi renaisains-pencerahan dan diikuti oleh
banyak seniman. Pandangan kelompok ini terfokus pada ahlaq dan aqidah manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Humanisme sekuler merupakan cerminan bangkitnya globalisme,
teknoogi, dan jatuhnya kekuasaan agama. Humanisme sekuler menganggap bahwa
manusia bisa mendapatkan pencerahan diri melalui logika, orang-orang yang menganut
paham ini berpendapat bahwa diri mereka merupakan jawaban dari sebuah filsafat umum
yang tidak dibatasi oleh perbedaan budaya dan agama apapun.
Yuyun Permanasari termasuk kedalam kelompok humanisme religi, karena setiap
novelnya menunjukan kasih sayang terhadap sesama manusia berdasarkan ajaran-ajaran
agama islam yang dianutnya. Novel “Lafazh Cinta” menunjukan hal tersebut. Diceritakan
bahwa ada seorang anak laki-laki yang hidup sebatangkara setelah kedua orang tuanya
mengalami kecelakaan, hingga merenggut nyawa keduanya. Anak tersebut akhirnya di
asuh oleh keluarga teman orang tuanya.
Cerita di atas menunjukan sisi humanis dari Yuyun Permanasari yang ingin
mengajak kepada para pembaca untuk menyayangi anak yatim-piatu. Hal ini merupakan
ajaran dari agama Islam. Ajaran tersebut diketahui oleh semua penganutnya, akan tetapi
banyak yang tidak mengamalkannya. Yuyun Permanasari ingin mengajak umat islam
untuk mengingat kembali ajaran ini dan mulai peduli kembali pada anak yatim-piatu.
Selain pada novel tersebut, dalam novel “Sang Penguji Hati” diceritakan bahwa
tokoh utama mendonorkan ginjalnya secara percuma pada seorang laki-laki. Dia tidak
ingin laki-laki tersebut membalas budinya sehingga meminta kepada dokter untuk
merahasiakan namanya. Berdasarkan cerita tersebut, dapat kita lihat sisi humanis dari
Yuyun Permanasari yang ditunjukan oleh tokoh utamanya. Pada saat ini, hal tersebut
merupakan hal yang langka, bahkan ketika seseorang mendonorkan ginjal mereka meminta
uang yang jumlahnya mecapai ratusan juta rupiah. Yuyun Permanasari ingin
menyampaikan dalam tulisannya bahwa semua hal harus dilakukan dengan ikhlas tanpa
mengharapkan suatu imbalan termasuk dalam bentuk uang.
3. Religiusisme
Religisime merupakan suatu paham yang menganggap adanya kekuatan gaib yang
menciptakan dan mengatur kehidupan manusia dan benda lainnya. Selain itu, penganut
paham ini beranggapan bahwa jalan hidup manusia dipengaruhi oleh suatu yang ketat agar
tidak menyimpang dari kehendak kekuatan gaib tersebut. Orang-orang yang menganut
aliran ini disebut dengan religius.
Yuyun Permanasari dalam beberapa karyanya menunjukan hal tersebut, karena
mengajarkan tentang kemuliaan ajaran agama islam. Tujuan utama Yuyun Permanasari
menulis adalah untuk menyampaikan ajaran agama Islam kepada para pembaca novelnya.
Adapun sasaran utamanya adalah para remaja.
Berdasarkan hal tersebut, Yuyun Permanasari dalam menulis novelnya selalu
menceritakan hal-hal yang romantis. Berbeda dengan gaya menulis Habiburrahman dan
Asma Nadia yang beraliran religiusisme juga, Yuyun Permanasari memusatkan cerita
kepada kisah cinta remaja. Hal ini dapat dilihat dari novel “Sang Penguji Hati” yang
menceritakan tentang kegalauan remaja tentang jodoh dan pacaran. Bahkan Yuyun
Permanasari menunjukan cara memilih jodoh yang baik berdasarkan ajaran islam. Yuyun
Permanasari dalam setiap tulisannya merupakan dakwah kepada para remaja yang dibalut
dengan cerita romantis, sehingga tidak terkesan menggurui atau diceramahi. Hal ini
diketahui berdasarkan komentar dari para pembaca novelnya yang di unggah ke media
sosialnya.
Alasan Yuyun Permanasari menjadikan remaja sebagai sasaran dalam tulisannya
adalah kegaalauan remaja di Indonesia yang sering salah dalam cara menentukan siapa
jodoh mereka. Beberapa memilih jodoh berdasarkan paksaan orang tua, fisik, keilmuan,
dan kekayaan. Yuyun permanasari menunjukan cara memilih jodoh bukan pada hal-hal
tersebut, melainkan kembali kepada Allah Swt. Selain itu, kriteria dalam menentukan
jodoh adalah pria yang mencintai berdasarkan cinta itu sendiri, karena cinta yang
sesungguhnya adalah kepada Allah Swt.
Simpulan
Berdasarkan pada pembahasan pada sub judul sebelumnya, Yuyun Permanasari Utami
adalah seorang femisini, humanis, dan religius. Hal tersebut dapat terlihat dari karya-karyanya
yang telah dipublikasikan. Adapun novel-novel karyanya yang telah dipublikasikan yaitu “Di
Bawah Langit Cinta”, “Lafazh Cinta”, dan “Sang Penguji Hati”. Berdasarkan pada ketiga novel
tersebutlah penulis menyimpulkan pokok pikiran dari Yuyun Permanasari Utami.
Yuyun Permanasari merupakan sosok yang beraliran feminisme salah satunya dapat
terlihat dari karya-karyanya yang terdiri dari tokoh utama seorang perempuan. Mengajarkan
kepada perempuan Indonesia untuk berani melawan perjodohan dan menghindari cinta yang
berdasarkan pada fisik. Hal tersebut merupakan perwujudan dari gerakan feminisme di Indonesia
yang ingin menghilangkan paradigma jodoh ditentukan orang tua dan dicintai berdasarkan fisik
sehingga suatu hari ditinggalkan oleh pasangannya.
Yuyun Permanasari merupakan seorang yang juga beraliran humanism religi, hal ini
terlihat dari karya-karyanya yang mengajarkan tentang saling tolong menolong dalam kehidupan
sehari-hari. Perbuatan baik yang dilakukan haruslah berdasarkan pada keikhlasan hati, tanpa
mengharapkan adanya imbalan, baik berupa uang maupun tindakan. Hal tersebut berdasarkan
pada ajaran agama Islam yang dianut olehnya.
Yuyun Permanasari merupakan seorang yang beraliran religiusisme, hal ini terlihat dari
karya-karyanya yang mengajarkan tentang bagaimana cara menentukan pasangan berdasarkan
pada ajaran agama islam. Sasaran utamanya adalah para remaja Indonesia yang selama ini
banyak yang salah dalam cara menentukan pasangan hidup. Yuyun Permanasari membungkus
dakwah islam dengan cerita yang romantis, sehingga para remaja tidak merasa digurui bahkan
banyak pembaca yang terinspirasi dari novel tersebut.
Daftar Pustaka
Utami, Yuyun Permanasari. 2015. Sang Penguji Hati. Yogyakarta: Diva Press.