Tugas Teologi Kontekstualisasi 2

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

Nama : Imanuel Prasetyo Aji

Pengertian – Pengertian
Arti kontekstual sendiri adalah sesuai dengan situasi atau kondisi dalam
konteks. Kontekstualisme adalah upaya untuk menyesuaikan atau menyelaraskan
dengan konteks, yang bertujuan agar yang dikontekstualisasikan dapat
diaktualisasikan dalam konteks tertentu.
Teologi kontekstual adalah cara pewartaan injil yang dimana penginjil
memberikan injil kepada siapa saja atau penerima injil yang belum percaya Tuhan
Yesus dengan menggunakan konteks yang sama dengan orang yang diinjili.
Contohnya seperti baju suatu daerah tertentu dapat dipakai dimana saja diluar
daerah itu. Inti dari kontekstualisasi adalah kita mengenalkan Allah dengan
firman-Nya melalui budaya dan tradisi, supaya dapat dimengerti dan dipahami.
Menurut B. J. Nicholls, teologi kontekstual adalah menerjemahkan injil kerajaan
yang tidak berubah dalam bentuk lisan, yang bermakna bagi bangsa-bangsa dalam
budaya mereka dan dalam situasi ekstensial mereka.
Ada 2 tujuan tentang berteologi kontekstual :
1. berteologi atau membangun teologi misi dari dalam konteks social, kultural
atau budaya, politik dan ekonomi.
2. berteologi dalam rangka member respon pada persoalan-persoalan social,
politik, ekonomi, kultural, dan religious yang secara langsung dihadapi oleh
gereja.
Kunci dari teologi itu sendiri adalah misi, kontekstual dan gereja. Tanpa itu
teologi tidak akan dapat mempunyai arti yang baik.

Sejak tahun 1970-an istilah kontekstualisasi sudah mulai digunakan sebagi


metode berteologi oleh teolog Asia, yang tergabung dalam asosiasi ekumenikal
Teolog-teolog dunia. Vendanayugan S. Azariah dari India salah satunya,
menggunakan istilah foreign missin yang berarti misi asing. Didalam konfrensi
hubungan persahabatan antar badan-badan misi asing dan gereja-gereja lokal di
Edinbergh.

Istilah kontekstual pertamakali diperkenalkan oleh Shoki Coe, seorang


teolog dari Taiwan pada ceramah memperingati D. T. Niles, siding raya KKA ke-5
di Singapura. Ada juga istilah indigenization yang berarti pempribumian atau
menyelaraskan dengan budaya atau adat setempat, yang diperkenalkan pada tahun
1952 di konferensi Willingen, Jerman.

Hakekat teologi kontekstual merupakan suatu yang hidup yang hendaknya


lahir dari perjumpaan gereja dengan sekitarnya. Terstruktur dari Consultation on
Confessional Families and The Churches in Asia, Srilangka 1965.

”Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku


hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan banyak mungkin
orang” (1 Korintus 9 : 19), itulah dasar dari teologi kontekstual.

1
Kontekstualisasi dalam perjanjiaan Allah dapat dilihat di Yeremia 29 : 7
“Usahakanlah kesejahteraan kota kemana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk
kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.”

Alkitab menyatakan Allah adalah Roh. Tuhan menyatakan dirinya melalui


symbol-simbol seperti biji mata Tuhan dan seperti tangan Tuhan mengapa, karena
tidak mungkin Tuhan membiarkan anggota tubuhnya dilukai oleh orang lain maka
Tuhan pasti melindungi kita, karena begitu berharganya kita dihapan Tuhan.
Seperti itulah symbol-simbol yang dinyatakan Tuhan, supaya dapat dimengerti
oleh manusia dlm kehidupan sehari-hari.

Contoh Kontektualisasi dalam Perjanjian Baru terdapat di Kisah para


Rasul 14 : 8 – 20, dimana Paulus dan Barnabas berada di Listra mereka
menyembuhkan orang lumpuh dan orang-orang berseru dengan mengatakan
bahwa dewa-dewa telah datang. Barnabas mereka sebut Zheus dan Paulus mereka
sebut Hermes, tetapi Barnabas dan Paulus mengoyakan pakainnya dan berkata
bahwa mereka adalah sama, manusia sepeti orang-orang yang menyebut dirinya
sebagai dewa. Dengan kondisi tersebut Barnabas dan Paulus mengambil
kesempatan untuk mewartakan injil dengan mengajak untuk meninggalkan
kehidupan yang sia-sia dan kembali ke Allah yang hidup. Maka dari itu mengapa
Indonesia sanagat tepat menerapkan teologi kontekstual, dimana masyarakat
Indonesia yang plural.

A. Makna Teologi Kontekstual


1. Usaha untuk menghayati iman akan injil Yesus Kristus dalam budaya dan
tradisi atau situasi lingkungan yang konkret, pendekatan
kontekstualisasinya sangat beroeran dalam pembangunan masyarakat
yang konkret dalam menata dan meningkatkan kualitas hidup
2. Upaya mengkomunikasikan injil dalam situasi konkret masyarakat
kontekstualisasi melakukan modulasi dan modifikasi pengaturan dalam
pengubahan proses komunikasi sesuai dengan situasi konkret yang
berbeda-beda.
3. Pewartaan yang melibatkan semua potensi yang ada dalam masyarakat
lokal untuk menanamkan benih-benih injil.
4. Usaha memahami konteks tiap kelompok masyarakat dengan segala
dimensi budaya, agama, social, politik, ekonomi, untuk menemukan
bagaimana injil disampaikan dengan bungkus kontekstual.

B. Evangelisasi (Pewartan kabar baik) Yang Kontekstual


1. Seiap kegiatan harus menghitung adanya kekuatan atau pengaruh budaya,
tradisi, worldview, dst.
2. Metode penginjilan harus disesuaikan dengan tekst budaya dan tradisi
setempat.
3. Kegiatan penginjilan harus memanfaatkan budaya dan tradisi lokal untuk
menyampaiakan injil.
4. Kegiatan penginjilan kiranya memanfaatkan kondisi real dalam
masyarakat, misalnya kemiskinan, bencana alam, keterbelakangan, dst.

2
C. Isu-isu Penting Dalam Kontekstualisasi
 Kontekstualisasi bukan sekedar komunakasi, tetapi sifat hakiki injil itu
sendiri.
 Dalam konteks tertentu diskusi kontekstualisasi hanya terbatas pada
sinkretisme (proses perpaduan dari beberapa paham atau aliran agama).
 Kontekstualisasi terkait erat dengan tradisi dan pembaruan kebangkitan
dalam gereja.
 Adanya konflik teologi biblika atau ilmu yang mempelajari kepribadian
Allah dengan teologi kontekstual
 Mengingatkan bahaya sinkretisme, budaya, reduksi isi injil atau wahyu
yang dicocokan dengan tuntutan.

D. Kontekstualisasi Yang Benar


1. Alkitab adalah firman Allah yang unggul dari budaya.
2. Menekankan kepribadian dan keagungan Allah.
3. Memegang teguh kebenaran Tuhan Yesus sebagai juru selamat.
4. Menerima bahwa manusia adalah berdosa sesuai dengan alkitab dan
firman-Nya.
5. Menekankan bahwa Roh kudus adalah Allah yang sejati.
6. Mengakui bahwa gereja adalah persekutuan umat Allah.
7. Mengadaptasi berita injil kepada setiap kehidupan manusia.

E. Perbedaan Tekstual Dengan Kontekstual


Metode penginjilan terhadap orang yang berlatar belakang berbeda, biasanya
dilakukan secara tekstual dan kontekstual.
 Secara tekstual adalah upaya memberitakan injil tanpa
mempertimbangkan pola pikir ataupun budaya. Budaya harus
menyesuaikan dengan injil. Doktrin terjaga tetapi tidak efektif untuk
pola pikir dan budaya yang berbeda.
 Secara kontekstual adalah usaha memberitakan injil dan mengajarkan
doktrin Kristen dengan memperhitungkan pola pikir dan budaya si
penerima injil. Sangat efektif diterima masyarakat dengan pola piker
berbeda budaya.

Anda mungkin juga menyukai