Laporan KP Baru2
Laporan KP Baru2
Laporan KP Baru2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerja Praktik (KP) adalah mata kuliah wajib yang dilaksanakan pada
semester genap. Kegiatan Mata Kuliah ini dilaksanakan bersifat praktek
secara nyata dan mandiri di Instansi terkait dengan Fakultas Sains dan Teknik
(FST). Lebih khusus Jurusan Teknik Elektro. Dengan melakukan praktek
secara nyata, mahasiswa diharapkan dapat memahami keterkaitan antara
teori, metoda, teknik, realita di tempat kerja dan memberikan tambahan
wawasan bagi mahasiswa sebagai bekal untuk bekerja setelah menyelesaikan
pendidikan di kampus.
Dunia Pertelekomunikasian adalah salah satu bidang yang termasuk
lapangan kerja bagi mahasiswa lulusan Jurusan Teknik Elektro .
Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio (BALMON) adalah unit
pelaksana teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi,
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Jenderal
Pos dan Telekomunikasi diharapkan menjadi Instansi yang dapat menyerap
lulusan dari Jurusan Teknik Elektro.
1
1.3. Tujuan dan kegunaan
Tujuan:
Untuk mengetahui perangkat-perangkat penunjang yang digunakan dalam
sistem monitoring dan prinsip kerjanya
Kegunaan:
2
BAB II
3
2.3 Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
Nomor 03 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio, tugas pokok dan
fungsi Balmon Kelas II Kupang adalah sebagai berikut :
2.3.1 Tugas Pokok
UPT Balai Monitor spektrum frekuensi Radio Kelas II Kupang
memiliki tugas pokok melaksanakan pengawasan dan pengendalian yang
meliputi kegiatan pengamatan, deteksi sumber pancaran, monitor,
penertiban, evaluasi dan pengujian ilmiah, pengukuran, koordinasi
monitoring frekuensi radio, penyusunan rencana program, penyediaan
suku cadang, pemeliharaan dan perbaikan perangkat, serta urusan tata
usaha dan rumah tangga.
2.3.2 Fungsi
Selain tugas pokok, Balmon Kelas II Kupang juga memiliki fungsi
sebagai berikut:
1. Penyusunan rencana dan program, penyediaan suku cadang,
pemeliharaan perangkat monitor spektrum frekuensi radio.
2. Pelaksanaan pengamatan, deteksi lokasi sumber pancaran,
pemantauan/monitor spektrum frekuensi radio.
3. Pelaksanaan kalibrasi dan perbaikan perangkat monitor spektrum
frekuensi radio.
4. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Unit Pelaksana
Teknis Monitor Spektrum Frekuensi Radio.
5. Koordinasi monitor spektrum frekuensi radio.
6. Penertiban dan penyidikan pelanggaran terhadap penggunaan spektrum
frekuensi radio.
7. Pelayanan pengaduan masyarakat terhadap gangguan spektrum
frekuensi radio.
8. Pelaksanaan evaluasi dan pengujian ilmiah serta pengukuran spektrum
frekuensi radio.
4
Dalam operasional pelaksanaan tugas, tugas pokok dan fungsi tersebut
di atas dijabarkan lagi dalam bentuk yang lebih sederhana, aspiratif,
rasional dan aplikatif sesuai kondisi lapangan sebagai berikut:
2.4.1. Visi
5
2.4.2. Misi
Untuk mencapai visi tersebut Balai Monitor Kelas II
Kupang akan lebih meningkatkan bidang operasional yang
terangkum dalam misi, yaitu :
1. Meningkatkan profesionalisme dalam pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
baik secara sektoral maupun global.
2. Memberikan jaminan kenyamanan bagi pengguna frekuensi radio
dan pengguna jasa frekuensi radio melalui kegiatan observasi
monitoring frekuensi radio, pemeriksaan stasiun radio dan
penanganan gangguan spektrum frekuensi radio.
3. Meningkatkan pengendalian dan penindakan hukum atas
penyalahgunaan penggunaan spektrum frekuensi radio melalui
operasi penertiban spektrum frekuensi radio terhadap seluruh
pengguna spektrum frekuensi radio khusunya pengguna yang tidak
legal.
4. Meningkatkan pendapatan negara sub sektor telekomunikasi
melalui pelaksanaan pembinaan, pelayanan, pengukuran parameter
teknis dan penegakan hukum kepada penyelenggara dan pengguna
spektrum frekuensi radio.
6
Sumber: Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 03 Tahun 2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Monitor Spektrum FrekuensiRadio.
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Spektrum Frekuensi Radio
8
transduser yaitu yang mengubah massage menjadi sinyal listrik atau
sebaliknya.
PANJANG NAMA
FREKUENS
N A M A GELOMBAN GELOMBANG
I
G
9
Tabel 3.2 Jenis Dinas yang menggunakan frekuensi radio
10
3.4 Stasiun Monitoring
11
3.4.2 Stasiun Monitoring Bergerak
12
TABEL 3.3. PENGALOKASIAN BAND FREKUENSI
13
TABEL 3.4. ALOKASI FREKUENSI SELULAR INDONESIA
14
TABEL 3.5 ALOKASI FREKUENSI SELULAR SAAT INI
15
Dari tabel di atas Terdapat 11 izin penyelenggara selular nasional di
Indonesia, sedangkan Perushaan yang mengelola jaringan telekomuniksi yang
ada di kota Kupang adalah Telekomsel, indosat, dan Excelcomindo/XL ke tiga
perusahan tersebut yang terdaftar sebagai peyedia layan telekomunikasi dan
telah di setujui oleh Balai Minitoring spectrum Analizer kelas II kupang
( BALMON ). data tabel frekuensi Uplink dan Dawnlink yang di pake oleh
BALMON untuk melakukan monitirung ferkuensi dapat di liat pada Lampiran
16
TABEL 3.6. ALOKASI FREKUENSI PENYIARAN TERRESTRIAL
ANALOG
17
TABEL 3.7 RENCANA PENGKANALAN TV VHF BAND I DAN III
STANDAR PAL B
18
Di Indonesia, sampai saat ini masih digunakan TV analog. Standar TV
analog yang digunakan untuk VHF adalah PAL-B. Sedangkan standar untuk
UHF adalah PAL-G. Bandwidth VHF (PAL-B) adalah 7 MHz, sedangkan
Bandwidth UHF (PAL-G) adalah 8 MHz.
Tabel 3.8 menjelaskan mengenai tabel frekuensi TV UHF Band IV dan V
untuk Standar PALG.
19
Pengelompokan kanal (channel grouping) sering dilakukan dalam
pengaturan frekuensi UHF yang memiliki lebih banyak kemungkinan
kombinasi kanal dibandingkan frekuensi VHF. Pada frekuensi VHF sendiri
tidak dapat dilakukan channel grouping tersebut.
Pengelompokan kanal frekuensi Siaran TV sangat penting, terutama
bila akan diatur pemanfaatan tower dan sistem antenna bersama yang sangat
menguntungkan bagi broadcaster maupun bagi masyarakat. Bagi para
broadcaster, dapat menghemat dana untuk membangun tower dan sistem
antenna masing-masing.
Selain itu karena antena berada di satu lokasi untuk suatu wilayah
layanan tertentu, seluruh masyarakat mendapat keuntungan karena hanya
perlu memasang 1 antena dengan arah tertentu untuk menerima seluruh
program siaran TV. Bagi para broadcaster pun akan menguntungkan dari
pangsa pasar karena dapat menjangkau lebih banyak lagi pemirsa.
20
3.8. Perhitungan Daya Pancar
Sinyal yang ditransmisikan melalui media apapun akan mengalami
penurunan daya akibat redaman yang sebanding dengan jarak Penurunan
daya sinyal (loss atau attenuation) dinyatakan dengan power loss.
Sebaliknya, jika sinyal dikuatkan (oleh amplifier ataupun antena),
dinyatakan dengan power gain. Ukuran untuk daya absolut sering
dinyatakan dgn dBW atau dBm, dimana daya aktual dibandingkan daya
1 W atau 1 mW. Berikut Rumus Konversi dari dB ke WattRumus
konversi dari satuan dBW ke satuan Watt :
21
BAB IV
Pembahasan
22
4.2 Perangkat SPFR (Stasiun Pengendali Frekuensi Radio) Balai
Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Kupang
Secara garis besar perangkat SPFR yang dibangun di Balai Monitor
memiliki konsep sebagai berikut :
23
Dalam pelaksanaan kegiatan monitoring ini menggunakan beberapa alat
yakni :
A. Antena Linkgret
24
B. Mobil SPFR berfungsi sebagai :
C. GPS GARMIN
GPS ini digunakan untuk menentukan posisi, tujuan,
kecepatan dan arah atau titik koordinat saat melakukan pengukuran
spektrum frekuensi radio.
25
E. Kompas
Selama kegiatan kerja praktek di Balai Monitoring, terdapat beberapa
kegiatan yang dilakukan, yaitu:
Observasi
Selama kegiatan kerja praktek di Balai Monitoring, terdapat beberapa
kegiatan yang dilakukan, yaitu:
Pengukuran kanal frekuensi radio siaran dan televise siaran Very High
Frequency / Ultra High Frequency (VHF/UHF) menggunakan Spektrum
Analyzer dan Antena sebagai alat ukurnya.
Dalam menentukan pendudukan kanal, Spektrum Analyser berfungsi
sebagai alat yang mendeteksi frekuensi kanal televisi. Kegiatan yang harus
dilakukan adalah menentukan center frekuensi yang dilengkapi dengan 3
marker yang berfungsi sebagai batas – batas frekuensi. Marker-marker
tersebut mewakilkan 3 jenis frekuensi, yaitu frekuensi video, frekuensi
colour, frekuensi audio. Setelah itu mengatur span agar sesuai dengan level
yang telah ditentukan. Kemudian mencocokkan dengan data yang ada untuk
melihat pada kanal berapa frekuensi tersebut bekerja.
Parameter yang di dapatkan dari kegiatan tersebut adalah level daya
frekuensi pada masing-masing kanal. Kemudian menggunakan tv tunner
untuk pengecekan kanal (sebagai visualisasi dari siaran televisi).
26
Tabel 4.1 Hasil Observasi siaran TV dan perhitungan konversi daya Terima dari dB ke Watt
Nama siaran Frekuensi Audio Frekuensi video Daya Pancar frekuensi audio Daya Pancar frekuensi video
(Mhz) (Mhz)
Indosiar 612.75 Mhz Tidak Terukur - 69.6dBm = 10 -69,6/10 Tidak Terukur
=10 -6,96
= 1,096 x 10-7 mW
= 0,0000001096 mW
= 0,1096 nW
27
Nama siaran Frekuensi Audio Frekuensi video Daya Pancar frekuensi Audio Daya Pancar frekuensi video
(Mhz) (Mhz)
RCTI 708.75 Mhz 703.25 Mhz -72,2 dBm = 10 -72,2/10 - 68,7 dBm =10 -68,7/10
= 10 -7,22 = 10 -6,87
= 6,025 x 10-8 mW = 1,348 x 10-7 mW
= 0,00000006025 mW = 0,0000001348 mW
Trans TV 724.75 Mhz 719.25 Mhz -69,0 dBm = 10 -69,0/10 - 70.9 dBm = 10 -70,9/10
= 10 -6,90 = 10 -7,09
= 1,258 x 10-7 mW = 8,128 x 10-8 mW
= 0,0000001258 mW = 0,00000008128 mW
TVRI 740.75 Mhz 735.25 Mhz -64,5 dBm = 10 -64,5/10 -49,4 dBm = 10 -49,4/10
= 10 -6,45 = 10 -4,94
= 3,548 x 10-7 mW = 1,148 x 10-5 mW
= 0,0000003548 mW = 0,00001148 mW
28
Penyebab terjadinya Frekuansi yang tidak Terukur karena
Gangguan atau Interference adalah dari energi yang tidak diinginkan yang
disebabkan oleh satu atau gabungan dari emisi, radiasi, atau induksi
terhadap penerimaan dalam sistim komunikasi radio ( diwujudkan dengan
adanya penurunan dayaguna, kesalahan tafsir atau kehilangan informas)i .
29
Tabel 4.2 Hasil Observasi Sinyal seluler dan perhitungan daya Terima Dari dBm ke Whtt
Nama Jaringan Seluler Chanel jaringan Seluler Frekuensi Downlink Daya pancar jarinagn seluler
GSM Indosat CH 16 938.2 Mhz -72,2 dBm = 10 -72,2 /10
= 10 -7,22
= 6.025 x 10-8 mW
= 0,00000006025 mW
30
Nama Jaringan Seluler Chanel jaringan Seluler Frekuensi Downlink Daya pancar jarinagn seluler
GSM CH 112 947.4 Mhz -58,7 dBm = 10 -58,7 /10
Excelcomindo/XL = 10 -5,87
= 1,348 x 10-6 mW
= 0,000001348 mW
31
Nama Jaringan Seluler Chanel jaringan Seluler Frekuensi Downlink Daya pancar jarinagn seluler
DCS Indosat CH 768 1 856.4 Mhz -92,5 dBm = 10 -92,5 /10
= 10 -9,25
= 5.623 x 10-10 mW
= 0,0000000005623 mW
UMTS Telkomsel Belum ada Data 2 122.6 Mhz -70,5 dBm = 10 -70,5 /10
= 10 -7,05
= 8.912 x 10-8 mW
= 0,00000008912 mW
32
Nama Jaringan Seluler Chanel jaringan Seluler Frekuensi Downlink Daya pancar jarinagn seluler
UMTS Telkomsel Belum ada Data 2 127. 2 Mhz -71,5 dBm = 10 -71,5 /10
= 10 -7,15
= 7.079 x 10-8 mW
= 0,00000007079 mW
UMTS Telkomsel Belum ada Data 2 132.6 Mhz -73,0 dBm = 10 -73,0 /10
= 10 -7,30
= 5.011 x 10-8 mW
= 0,00000005011 mW
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
34
5.2 Saran
Saran selama kegiatan kerja praktek berlangsung yaitu:
35
DAFTAR PUSTAKA
Chairiani Y . 2016 Observasi Pendudukan Kanal dan Pengukuran Spektrum
Frekuensi Radio. Bandung : Universitas Telkom
36
LAMPIRAN
37
hasil Observasi siyal Tv
38
Global TV
39
RCTI
40
Gambar frekunsi pembawa video pada kanal siaran Trans
TVRI
41
hasil Observasi jaringan Seluler
Downlink GSM
Indosat CH 46
Downlink GSM
Telkomsel CH 16
42
Downlink GSM
Excelcomindo/XL CH
112
Downlink GSM
Excelcomindo/XL CH
124
Downlink DCS
Natrindotel (Exis) CH
679
43
Downlink DCS
Indosat CH 768
Downlink DCS
Telkomsel CH 795
Downlink UMTS
Telkomsel CH -
44
Downlink UMTS
Telkomsel CH -
Downlink UMTS
Telkomsel CH -
45
Daftar Tabel Saluran Downlink dan Uplink pada seluler
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
Peta peyebaran BTS Telkomsel di kota Kupang
60
Peta Peyebaran BTS di Kabupeten Kupang
61
62