Laporan Tugas PPKN

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TUGAS PPKN

PERADILAN DAN SANKSI


PELANGGARAN HAM

Disusun oleh kelompok 5 :


1. Ahmad Zaki Maulana
2. Akira Ciptohadi
3. Endah Susilowati
4. Kevin Immanuel
5. M.Aldisyah Rahman
6. Rezha Aryan Putra
7. Siti Nurkamila

XII TKJ 1
SMK N 3 KOTA BEKASI
TAHUN AJARAN 2018/2019
PERADILAN DAN SANKSI PELANGGARAN HAM

Pengadilan HAM adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran hak


asasi manusia yang berat. Pengadilan Hak Asasi Manusia merupakan
salah satu Pengadilan Khusus yang berada di lingkungan Peradilan
Umum. Kasus pelanggaran HAM akan senantiasa terjadi jika tidak
secepatnya ditangani. Unwillingness state adalah sebutan untuk negara
yang tidak mempunyai kemauan menegakkan HAM. Apabila
pelanggaran HAM terjadi di negara tersebut maka pengadilan dilakukan
di Mahkamah Internasional.

Sebagai negara hukum dan beradab, Indonesia tidak mau disebut sebagai
unwillingness state. Konsekuensi jika sebuah negara tidak melakukan
upaya pemajuan, pengormatan dan penegakan HAM diantaranya adalah
memperbesar pengangguran, memperlemah daya beli masyarakat,
memperbesar jumlah anggota masyarakat yang miskin, memperkecil
pendapatan nasional, merosotnya tingkat kehidupan masyarakat,
kesulitan memperoleh bantuan dari negara asing dan kesulitan dalam
mencari mitra kerja sama.Untuk itulah Indonesia selalu menangani sendiri
kasus pelanggaran HAM yang terjadi di negaranya tanpa ban tuan dari
Mahkamah Internasional.
Sebelum berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26
tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, kasus pelanggaran HAM diperiksa
dan diselesaikan di pengadilan HAM ad hoc yang dibentuk berdasarkan
keputusan presiden dan berada di lingkungan peradilan umum.
Pengadilan HAM ad hoc: adalah pengadilan HAM yang bersifat
sementara. Setelah berlakunya undang-undang tersebut, kasus
pelanggaran HAM di Indonesia ditangani dan diselesaikan melalui proses
peradilan di Pengadilan HAM.

Berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26


tahun 2000, penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat dilakukan
`berdasarkan ketentuan Hukum Acara Pidana. Beberapa ketentuan yang
ada pada penyelesaian kasus pelanggaran HAM antara lain sebagai
berikut.
1. Proses penyidikan dan penangkapan dilakukan oleh Jaksa Agung dengan
disertai surat perintah dan alasan penangkapan, kecuali tertangkap
tangan.
2. Penahanan untuk pemeriksaan dalam sidang di Pengadilan HAM dapat
dilakukan paling lama 90 hari dan dapat diperpanjang paling lama 30
hari oleh pengadilan negeri sesuai dengan daerah hukumnya.
3. Penahanan di Pengadilan Tinggi dilakukan paling lama 60 hari dan dapat
diperpanjang paling lama 30 hari.
4. Penahanan di Mahkamah Agung paling lama 60 hari dan dapat
diperpanjang paling lama 30 hari.
5. Penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat
dilakukan oleh Komnas HAM. Dalam melakukan penyelidikan, Komnas
HAM dapat membentuk Tim ad hoc yang terdiri dari Komnas HAM dan
unsur masyarakat. Hasil penyelidikan Komnas HAM yang berupa
laporan pelanggaran hak asasi manusia, diserahkan berkasnya kepada
Jaksa Agung yang bertugas sebagai penyidik.
6. Jaksa Agung sebagai penyidik dapat membentuk penyidik ad hoc yang
terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat.
7. Proses penuntutan perkara pelanggaran HAM yang berat dilakukan oleh
Jaksa Agung. Dalam pelaksanaan tugasnya, Jaksa Agung dapat
mengangkat penuntut umum ad hoc yang terdiri dari unsur pemerintah
atau masyarakat.
8. Setiap saat Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dapat meminta
keterangan secara tertulis kepada Jaksa Agung mengenai perkembangan
penyidikan dan penuntutan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang
berat.
9. Selanjutnya, perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat diperiksa
dan diputuskan oleh Pengadilan HAM yang dilakukan oleh Majelis
Hakim
10. Pengadilan HAM paling lama 180 hari setelah berkas perkara
dilimpahkan dari penyidik kepada Pengadilan HAM. Majelis Hakim
Pengadilan HAM yang berjumlah lima orang terdiri atas dua orang
hakim pada Pengadilan HAM yang bersangkutan dan tiga orang hakim
ad hoc yang diketuai oleh hakim dari Pengadilan HAM yang
bersangkutan.
11. Dalam hal perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat
dimohonkan banding ke Pengadilan Tinggi, perkara tersebut diperiksa
dan diputus dalam waktu paling lama 90 hari terhitung sejak perkara
dilimpahkan ke Pengadilan Tinggi.
12. Pemeriksaan perkara pelanggaran HAM di Pengadilan Tinggi
dilakukan oleh majelis hakim yang terdiri atas dua orang hakim
Pengadilan
13. Tinggi yang bersangkutan dan tiga orang hakim ad hoc.
14. Kemudian, dalam hal perkara pelanggaran hak asasi manusia yang
berat dimohonkan kasasi ke Mahkamah Agung, perkara tersebut
diperiksa dan diputus dalam waktu paling lama 90 hari terhitung sejak
perkara dilimpahkan ke Mahkamah Agung.
15. Pemeriksaan perkara pelanggaran HAM berat di Mahkamah Agung
dilakukan oleh majelis hakim terdiri atas dua orang Hakim Agung dan
tiga orang hakim ad hoc. Hakim ad hoc di Mahkamah Agung diangkat
oleh Presiden selaku Kepala Negara atas usulan Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia.
Selain melalui lembaga peradilan, pemerintah juga mengeluarkan
berbagai kebijakan untuk mencegah terjadinya pelanggaran HAM di
Indonesia. Pemerintah Indonesia sudah sangat serius dalam menegakkan
HAM. Hal ini dapat kita lihat dari upaya pemerintah sebagai berikut;
Jenis Kebijakan Pencegahan terjadinya Pelanggaran Analisis
No.
HAM Keberhasilan
1. Indonesia menyambut baik kerja sama internasional dalam Cukup berhasil
upaya menegakkan HAM di seluruh dunia. Indonesia dan terlaksana
sangat merespons pada pelanggaran HAM internasional dengan baik
hal ini dapat dibuktikan dengan kecaman Presiden atas
beberapa agresi militer di beberapa daerah akhir-akhir ini
contoh; Irak, Afghanistan, dan baru-baru ini Indonesia
juga memaksa PBB untuk bertindak tegas kepada Israel
yang telah menginvasi Palestina dan menimbulkan banyak
korban sipil, wanita dan anak-anak
2. Komitmen Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan Sudah
penegakan HAM, antara lain telah ditunjukkan dalam dilaksanakan
prioritas pembangunan Nasional tahun 2000-2004 dengan baik
(Propenas) dengan pembentukan kelembagaan yang
berkaitan dengan HAM. Dalam hal kelembagaan telah
dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dengan
kepres nomor 50 tahun 1993, serta pembentukan Komisi
Anti Kekerasan pada perempuan
3. Pengeluaran Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Cukup berhasil
mengenai hak asasi manusia , Undang-undang nomor 26 dan terlaksana
tahun 2000 mengenai pengadilan HAM, serta masih dengan baik
banyak UU yang lain yang belum itukan menyangkut
penegakan hak asasi manusia.

Sanksi bagi pelanggar HAM sebagaimana termaktub dalam Undang-


Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia dan Undang-Undang Republik Indonesia 􀀑􀀑No. 26 Tahun 2000
tentang Pengadilan HAM antara lain sebagai berikut.
No. Jenis Pelanggaran HAM Sanksi
1. Kasus terbunuhnya aktivis Pollycarpus Budihari Priyanto. Polly
HAM Munir Said Thalib. mendapat vonis hukuman 14 tahun penjara
karena terbukti berperan sebagai pelaku
yang meracuni Munir dalam penerbangan
menuju Amsterdam
2. Kasus terbunuhnya Salim Kepala Desa Selok Awar awar, Hariono
Kancil ditahan dan disidangkan dan terancam
hukuman mati
3. Peristiwa Trisakti dan Pengadilan Militer untuk kasus Trisakti yang
Semanggi (1998) digelar pada 1998 menjatuhkan putusan
kepada 6 orang perwira pertama Polri.
Sementara pada 2002 pengadilan militer
menjatuhkan hukuman kepada 9 orang
anggota Gegana/Resimen II Korps Brimob
Polri.
4. Peristiwa 27 Juli 1996 Jonathan Marpaung yang terbukti
mengerahkan massa dan melempar batu ke
Kantor PDI. Ia dihukum dua bulan sepuluh
hari, sementara dua perwira militer yang
diadili, Kol CZI Budi Purnama (mantan
Komandan Detasemen Intel Kodam Jaya)
dan Letnan Satu (Inf) Suharto (mantan
Komandan Kompi C Detasemen Intel
Kodam Jaya) divonis bebas.
PERADILAN DAN SANKSI PELANGGARAN HAM
INTERNASIONAL

Peradilan Internasional HAM yang dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB


sebagaimana tercantum dalam Bab VII Piagam PBB, untuk mengadili
kejahatan humaniter sebagai berikut :
1. Mahkamah Internasional untuk bekas Yugoslavia (International
Criminal Tribunal for Former Yugoslavia) yang dibentuk pada
thaun 1993 dan berkedudukan di Den Haag, Belanda.
2. Mahkamah Internasional untuk Rwanda (International Tribunal for
Rwanda) yang dibentuk apda tahun 1994 dan berkedudukan di
Arusha, Tanzania, dan di Kagali, Rwanda.

Di Indonesia sendiri pada zaman pemerintahan Presiden B.J. Habibie


yang hanya 15 bulan, penghormatan dan pemajuan HAM telah
menemukan momentum dengan Ketetapan MPR No.XVII/MPR/1998
tentang HAM.

Bila Terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia berskala Internasional,


proses peradilannya adalah Sebagai Berikut :
1. Jika suatu negara sedang melakukan penyelidikan, penyidikan, atau
penuntutan atas kejahatan yang terjadi, maka Pengadilan Pidana
Internasional berada dalam posisi inadmissible (tidak diizinkan) untuk
menangani perkara kejahatan tersebut. Akan tetapi, posisi inadmissible
berubah menjadi admissible, apabila negara yang bersangkutan enggan
atau tidak mampu melaksanakan tugas investigasi dan penuntutan.
2. Perkara yang telah diinvestigasi oleh suatu negara, kemudian negara
yang bersangkutan telah memutuskan untuk tidak melakukan penuntutan
lebih lanjut. Namun dalam hal ini, posisi inadmissible berubah menjadi
admissible bila keputusan berdasarkan keengganan dan ketidakmampuan
negara untuk melakukan penuntutan.
3. Pelaku kejahatan telah diadili dan memperoleh kekuatan hukum yang
tetap, maka terhadap pelaku kejahatan tersebut sudah mendekat asas nebis
in idem. Artinya, seseorang tidak dapat dituntun untuk kedua kalinya
dalam perkara yang sama terlebih dahulu diputuskan perkaranya oleh
putusan pengadilan yang tetap.
4. Perkara tidak mempunya cukup dasar hukum untuk di tindaklanjuti
Peradilan Internasional mengandung pengertian upaya penyelesaian
masalah dengan menerapkan ketentuan-ketentuan hukum internasional
yang dilakukan oleh peradilan internasional yang dibentuk secara teratur.
Peradilan internasional ini dilakukan oleh Mahkamah Internasional dan
badan-badan peradilan lainnya.

Negara dapat dikatakan harus menegakkan HAM. Jika negara


melakukan pelanggaran maka negara akan diberikan sanksi. Sanksi
tersebut dapat berupa sanksi sanksi ekonomi, yaitu penundaan pinjaman
luar negri karena negara yang telah memberi pinjaman menganggap telah
terjadi pelanggaran HAM.

Adapun sanksi yang biasa di terapkan bagi negara pelanggar HAM


antara lain:

1. Diberlakukan travel warning (peringatan bahaya berkunjung ke


negara tertentu) terhadap warga negaranya.
Ini akan berakibat langsung seperti wisatawan menjadi sepi dan juga
terjadi penundaan berbagai transaksi dagang, dan hal ini akan
merugikannya.
2. Pengalihan Investasi atau penanaman modal asing
Hal ini akan menghambat pembangunan ekonomi dan perdagangan di
negara tersebut. Stabilitas keamanan yang baik akan menjadikan rasa
aman penanam modal di suatu negara.
3. Pemutusan hubungan diplomatik
Lazimnya hal itu dimulai dari pengurangan jumlah korps diplomatik dan
disusul pengurangan berbagai aktivitas kedutaan, maka akan sampai
terjadi pemutusan hubungan diplomatik secara total. Pelaksanaan proses
pemutusan hubungan diplomatik ini berlaku asas resiprositas, yakni asas
timbal balik.
4. Pengurangan bantuan ekonomi
Dapat dilakukan secara sendiri-sendir oleh suatu negara atau mengajak
negara-negara dalam suatu komunitas atau organisasi regional yang
bergerak di bidang ekonomi untuk mengurangi bantuan terhadap negar
tersebut.
5. Pengurangan tingkat kerjasama
Pengurangan kerja sama antar negara sering menjadi indikasi adanya
ketidakcocokan dalam hubungan antar negara. Sebaliknya, semakin tinggi
intensitas dan variasi kerja sama antar negara dapat menjadi indikasi
akrabnya hubungan dan kerjasama antar negara.
6. Pemboikotan Produk Ekspor
Ketidaksenangan pemerintah suatu negara dapat dimanifestasikan dalam
bentuk penolakan terhadap produk industri atau barang perdagangan dari
negara tertentu. Secara teknis dapat dilakukan tindakan proteksi dengan
cara legal formal menaikkan tarif pajak masuk bagi barang dagangan dari
negara lain.
7. Embargo ekonomi
Embargo ekonomi adalah suatu upaya untuk menekan suatu negara yang
dianggap menentang keputusan atau kebijakan bersama. Yakni, dengan
cara melarang masuknya berbagai barang yang dianggap perlu, agar
negara yang diembargo mengubah kebijakan nasionalnya sesuai dengan
keinginan negara pengembargo.

Konsekuensi jika sebuah negara tidak melakukan upaya pemajuan,


pengormatan dan penegakan HAM di antaranya sebagai berikut.
a. Memperbesar pengangguran
b. Memperlemah daya beli masyarakat
c. Memperbesar jumlah anggota masyarakat yang miskin
d. Memperkecil pendapatan nasional
e. Merosotnya tingkat kehidupan masyarakat
f. Kesulitan memperoleh bantuan dari negara asing.
g. Kesulitan dalam mencari mitra kerja sama.
SUMBER:

http://www.mikirbae.com/2016/04/peradilan-dan-sanksi-atas-
pelanggaran.html
http://lets-sekolah.blogspot.com/2016/07/peradilan-dan-sanksi-atas-
pelanggaran.html
http://tugasningrumhandayani.blogspot.com/2017/05/peradilan-dan-
sanksi-pelanggaran-ham.html

Anda mungkin juga menyukai