Metode Numerik Integral Gauss
Metode Numerik Integral Gauss
Metode Numerik Integral Gauss
𝑛
Formula kuadratur Qn(f) : = ∑𝑘=1 𝑐𝑘 𝑓(𝑥𝑘) dikatakan mempunyai derajat akurasi p jika ia dapat
memberikan hasil eksak untuk semua polynomial berderajat paling tinggi p.
Berdasarkan definisi, formula kuadratur midpoint yang bersesuaian dengan n=1 mempunyai kuadrat
akurasi p=1. Metode simpson bersesuaian dengan n=3 mempunyai derajat akurasi p=3. Untuk
mendapatkan derajat akurasi lebih tinggi dibutuhkan absis lebih banyak. Namun di pihak lain,
semakin banyak absis semakin rumit proses komputasi. Kerumitan proses komputasi secara formal
disebut kompleksitas komputasi atau biaya komputasi (computational cost). Kompleksitas komputasi
pada formula kuadratur berbanding lurus dengan banyak node n.
Metode integrasi gauss merancang suatu formula kuadratur Qn yang mempunyai derajat akurasi
p = 2n-1. Sebagai contoh, untuk n=2 akan diperoleh derajat akurasi p=2(2)-1=3. Ini berarti biaya
komputasinya setara metode trapezium tetapi derajat akurasinya setara metode simpson. Untuk
n=3, biaya komputasinya setara metode simpson, tetapi derajat akurasinya p = 5, lebih tinggi
simpson. Berbeda dari metoda sebelumnya dimana absis di berikan di awal kemudian ditentukan
bobotnya, maka pada metoda Gauss absis dan bobot ditentukan secara simultan. Untuk
𝑛
membangun formula Gauss order n Qn(f) : = ∑𝑘=1 𝑐𝑘 𝑓(𝑥𝑘) perlu di tentukan nilai absis xk dan
bobot ck, k = 1, 2, … , n melalui sebuah system persamaan tak linier.
Dibangun formula kuadratur 𝑄2 (𝑓) = 𝑐1 𝑓(𝑥1 ) + 𝑐2 𝑓(𝑥2 ) yang mempunyai derajat akurasi 𝑝 =
2(2) − 1 = 3 untuk integral
1
∫−1 𝑓(𝑥)𝑑𝑥.
Untuk ini 𝑄2 (𝑓) disyaratkan memberikan hasil eksak untuk semua polinomial berderajat paling
tinggi 3, yaitu cukup ambil 𝑓(𝑥) adalah 1, 𝑥, 𝑥 2 𝑑𝑎𝑛 𝑥 3 . Bila 𝑓(𝑥) = 1, berlaku 𝑓(𝑥1 ) = 𝑓(𝑥2 ) =
1 sehingga diperoleh
1
𝑐1 . 1 + 𝑐2 . 1 = ∫−1 1 𝑑𝑥 = 2. (i)
Untuk 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 , berlaku 𝑓(𝑥1 ) = 𝑥12 dan 𝑓(𝑥2 ) = 𝑥22 sehingga diperoleh
1 2
𝑐1 . 𝑥12 + 𝑐2 . 𝑥22 = ∫−1 𝑥 2 𝑑𝑥 = 3. (iii)
(2 − 𝑐2 )𝑥1 + 𝑐2 𝑥2 = 0 (v)
2
(2 − 𝑐2 )𝑥12 + 𝑐2 𝑥22 = (vi)
3
Kalikan persamaan (v) dengan 𝑥1 kemudian kurangkan dengan persamaan (vi) diperoleh
2
𝑐2 𝑥2 (𝑥1 − 𝑥2 ) = − (viii)
3
Kalikan persamaan (vi) dengan 𝑥1 kemudian kurangkan dengan persamaan (vii) diperoleh
2
𝑐2 𝑥2 (𝑥1 𝑥2 − 𝑥22 ) = 3 𝑥1 (ix)
Eliminasi suku 𝑐2 𝑥2 dari persamaan (viii) dan (ix) kemudian disederhanakan diperoleh
√3 √3
𝑐1 = 1, 𝑐2 = 1, 𝑥1 = − 3
, 𝑥2 = 3
.
1 −√3 √3
∫−1 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ 𝑄2 (𝑓) = 𝑓 ( 3
)+ 𝑓 ( 3 ). (4.4.24)
Untuk batas integral secara umum [𝑎, 𝑏] digunakan transformasi variable berikut
2𝑥−𝑎−𝑏
𝑡= 𝑏−𝑎
,
Yakni bila 𝑥 = 𝑎 maka 𝑡 = −1 dan bila 𝑥 = 𝑏 maka 𝑡 = 1. Substitusi variable t pada integral
𝑏 1 1
∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥, yaitu 𝑥 = 2
((𝑏 − 𝑎)𝑡 + 𝑏 + 𝑎) dan 𝑑𝑥 = 2
(𝑏 − 𝑎) diperoleh
𝑏 1 (𝑏−𝑎)𝑡+𝑏+𝑎 (𝑏−𝑎)
∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ ∫−1 𝑓 ( 2
) 2 dt,
2
Hitunglah aproksimasi integral ∫0 𝑒 𝑥 𝑑𝑥 dengan metode integrasi gauss, simson, trapesium,
dan mid point, kemudian bandingkan hasilnya
Jawab
Nilai eksak
2
∫0 𝑒 𝑥 𝑑𝑥 = 𝑒 2 − 𝑒 0 = 6.3890561
1. Metode gauss
−√3 √3
(𝑏 − 𝑎) +𝑏+𝑎 (𝑏 − 𝑎)
3 + 𝑏 + 𝑎 )]
2
𝑏 − 𝑎 3
∫ 𝑒𝑥 ≈ [𝑓 ( )+𝑓(
0 2 2 2
√3 √3
2 −2 ( 3 ) + 2 2( 3 ) + 2
2−0
∫ 𝑒𝑥 ≈ 𝑓 +𝑓
0 2 2 2
[ ( ) ( )]
2
3 − √3 3 + √3
∫ 𝑒 𝑥 ≈ 1 [𝑓 ( )+𝑓( )]
0 3 3
2 3−√3 3+√3
∫ 𝑒𝑥 ≈ 𝑒 3 +𝑒 3
0
2
∫ 𝑒 𝑥 ≈ 1.5259997 + 4.8421085 = 6.3681082
0
2. Simson
𝑏−𝑎 𝑎+𝑏
𝑆(𝑓) = (𝑓(𝑎) + 4𝑓 ( ) + 𝑓(𝑏)
𝑏 2
2−0 0+2
𝑆(𝑓) = (𝑓(0) + 4𝑓 ( ) + 𝑓(2)
6 2
1
= (𝑒 0 + 4𝑒 1 + 𝑒 2 )
3
1
= (1 + 10.8731273 + 7.389056)
3
= 6.4207278
dengan galat |6.4207278 − 6.3890561| = 0.0316717
3. Trapesium
1
𝑇(𝑓) = (𝑏 − 𝑎)(𝑓(𝑎) + 𝑓(𝑏))
2
1
𝑇(𝑓) = (2 − 0)(𝑓(0) + 𝑓(2))
2
1
𝑇(𝑓) = (2)(𝑒 0 + 𝑒 2 )
2
𝑇(𝑓) = 1 + 7.389056
𝑇(𝑓) = 8.389056
dengan galat |8.389056 − 6.3890561| = 1.9999999
4. Mid point
𝑎+𝑏
𝑀(𝑓) = (𝑏 − 𝑎)𝑓 ( )
2
0+2
𝑀(𝑓) = (2 − 0)𝑓 ( )
2
𝑀(𝑓) = 2 𝑓(1)
𝑀(𝑓) = 2𝑒 1
𝑀(𝑓) = 2 × 2.7182818
𝑀(𝑓) = 5.4365636
dengan galat |5.4365636 − 6.3890561| = 0.9524925
Kesimpulan
Integrasi Gauss order n Dengan asumsi formula kuadratur 𝑄𝑛 (𝑓) memberikan hasil eksak untuk
1
integral ∫−1 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ,yaitu
𝑛 1
∑ 𝑐𝑘 𝑓(𝑥𝑘 ) = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
𝑘=1 −1
Dipenuhi untuk setiap 𝑓 berupa 1, 𝑥, … , 𝑥 2𝑛−1 maka terbentuk sistem persamaan tak linear (SPTL)
dengan 2𝑛 variabel, yaitu 𝑐1 , … , 𝑐𝑛 dan 𝑥1 , … , 𝑥𝑛 . Penyelesaian SPTL ini tidak sederhana sehingga
tidak dibahas dalam buku ini. Cara lain menemtukan absis dan bobot pada integrasi Gauss seperti
diungkapkan oleh Burden dan Faires (2003), Kress(1998) adalah dengan menggunakan keluarga
polinomial Legendre {𝑃0 (𝑥), 𝑃1 (𝑥), … , 𝑃𝑛 (𝑥), … },yaitu para polinomial dengan sifat
1
∫ 𝑃1 (𝑥)𝑃𝑗 (𝑥) 𝑑𝑥 = 0 , 𝑖 ≠ 𝑗
−1
1 3 6 3
𝑃𝑜 (𝑥) = 1, 𝑃1 (𝑥) = 𝑥, 𝑃2 (𝑥) = 𝑥 2 − , 𝑃3 (𝑥) = 𝑥 3 − 𝑥, 𝑃4 (𝑥) = 𝑥 4 − 𝑥 2 +
3 5 7 5
Akar- akar polinomial ini diambil sebagai absis untuk formula integral Gauss, mereka selalu berbeda
dan terbentang di dalam interval [-1,1]. Sedangkan bobot 𝑐1 , … , 𝑐𝑛 ditentukan berdasarkan formula
( x x1 )( x x 2 ) ( x x i 1 )( x x i 1 ) ( x x n )
1
ci dx.
1
( x i x1 )( x i x 2 ) ( x i x i 1 )( x i x i 1 ) ( x i x n )
Untuk kebutuhan praktis , absis dan bobot tidak perlu di htiung secara langsung karena sudah
tersedia dalam bentuk tabel integral Gauss misalnya oleh Stroud and Secrest (Burden dan Faires
√3 √3
Perlu diingatkan bahwa pada Gauss order 2, absis 𝑡1 = − 3
dan 𝑡2 = 3
diberikan oleh tabel dalam
bentuk desimal -0.5773502692 dan 0.5773502692. Jadi tidak ada pertentangan dengan hasil manual
sebelumnya.
N 2 3 4 5
-0.8611363116 -0.5384693101
-0.9061798459
0.3478548451 0.2369268850
0.5555555556
0.6521451549 0.4786286705
Bobot 1.0000000000 0.8888888889
0.6521451549 0.5688888889
𝑐𝑛,𝑗 1.0000000000 0.5555555556
0.3478548451 0.4786286705
0.2369268850
Secara umum, metode integrasi Gaus order n dapat diformulasikan sebagai berikut
𝑏 𝑛
𝑏−𝑎 (𝑏 − 𝑎)𝑡𝑛,𝑗 + 𝑏 + 𝑎
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ ∑ 𝑐𝑛,𝑗 𝑓 ( )
𝑎 2 𝑎
𝑗=1
Formula ini meberikan hasil eksak jika f(x) polinomial berderajad paling tinggi 2n-1.
Untuk lebih memahami mengapa metode integrasi gaus 2 titik (n=2) lebih baik dari metode
trapesium (n=2), perhatikan ilustrasi geometris yang membandingkan kedua metode ini seperti
terlihat pada gambar 4.14. Pada panel kiri atas, aproksimasi metode trapesium dibawah nilai
eksaknya, sedangkan pada panel kanan atas aproksimasi metode trapesium melebihi nilai eksaknya.
Selisih aproksimasi ini dapat di reduksi oleh metode Gauss seperti terlihat pada panel bawah.
Misalkan interval integral [a, b] dipartisi seragam a=:𝑥0 <𝑥1 <...<𝑥𝑁 := b, yakni 𝑥𝑘 − 𝑥𝑘−1 ≔ ℎ untuk
ℎ ℎ(𝑡𝑛,𝑗 +1)+2𝑥𝑘−1
= ∑𝑛𝑗=1 𝑐𝑛,𝑗 𝑓 ( )
2 2
Akhirnya integral Gaus bersusun pada interval [a,b] diperoleh dengan menjumlahkan semua 𝐺𝑘 (𝑓).
𝑏 𝑁 𝑛
ℎ ℎ(𝑡𝑛,𝑗 + 1) + 2𝑥𝑘−1
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ ∑ ∑ 𝑐𝑛,𝑗 𝑓 ( )
2 2
𝑎 𝑘=1 𝑗=1