Pedoman Imunisasi Akreditasi
Pedoman Imunisasi Akreditasi
Pedoman Imunisasi Akreditasi
PENYELENGGARAAN IMUNISASI
Disusun di : Jakarta
No. Revisi : 00
Jml halaman : 50
Program Imunisasi merupakan salah satu teknologi yang sangat efktif dalam
mencegah PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) yang secara langsung
berhubungan dengan menurunkan angka kematian bayi dan balita.
Kualitas pelayanan imunisasi yang kurang optimal tentunya akan membuat sia-sia
sumber daya yang telah dikeluarkan seperti biaya operasional, vaksin, logistik, tenaga, dan
waktu. Bahkan yang paling memprihatinkan untuk kita semua adalah kegagalan imunisasi
akan mengancam terjadinya kesakitan, kecacatan, atau kematian pada anak yang diakibatkan
PD3I. Karenanya untuk mendukung pelayanan imunisasi diperlukan peningkatan kualitas
sumber daya tenaga yang handal.
Keberhasilan program imunisasi tersebut ditentukan dengan membuat strategi
pencapaian, dengan tetap menjaga dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan
pelatihan secara formal di kelas, dan informal pada saat kerja serta pembinaan sehingga
petugas diharapkan menjadi terampil dan kompeten di lapangan.
Mengacu pada hal-hal tersebut diatas, disusunlah pedoman program imunisasi ini.
Semoga pedoman ini dapat digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan program
imunisasi. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.
A. Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai
dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui
pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya
manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan
dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang
valid.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda
(double burden), yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit degeneratif.
Pemberantasan penyakit menular sangat sulit karena penyebarannya tidak mengenal batas
wilayah administrasi. Imunisasi merupakan salah satu tindakan pencegahan penyebaran
penyakit ke wilayah lain yang terbukti sangat cost effective. Dengan imunisasi, penyakit
cacar telah berhasil dibasmi, dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar pada
tahun 1974.
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, imunisasi
merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang
merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk
nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millennium Development Goals(MDGs)
khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak.
Kegiatan imunisasi diselenggarakandi Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun
1977 kegiatan imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI)
dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis,Campak, Polio, Tetanus
serta Hepatitis B. Beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan
merupakan komitmen global yang wajib diikuti oleh semua negara adalah eradikasi polio
(ERAPO), eliminasi campak– pengendalian rubella (EC-PR) dan Maternal Neonatal
Tetanus Elimination (MNTE).
Di samping itu, dunia juga menaruh perhatian terhadap mutu pelayanan dengan
menetapkan standar pemberian suntikan yang aman (safe injection practices) bagi
penerima suntikan yang dikaitkan dengan pengelolaan limbah medis tajam yang aman
(waste disposal management), bagi petugas maupun lingkungan.
Cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata diseluruh wilayah. Hal
ini bertujuan untuk menghindarkan terjadinya daerah kantong yang akan mempermudah
terjadinya kejadian luar biasa (KLB). Untuk mendeteksi dini terjadinya peningkatan
kasus penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, imunisasi perlu didukung oleh upaya
surveilans epidemiologi.
Masalah lain yang harus dihadapi adalah munculnya kembali PD3I yang
sebelumnya telah berhasil ditekan (Reemerging diseases), timbulnya penyakit-penyakit
menular baru (Emerging Infectious Diseases) serta penyakit infeksi yang betul-betul baru
(new diseases) yaitu penyakit-penyakit yang tadinya tidak dikenal (memang belum ada,
atau sudah ada tetapi penyebarannya sangat terbatas; atau sudah ada tetapi tidak
menimbulkan gangguan kesehatan yang serius pada manusia). Penyakit yang tergolong
ke dalam penyakit baru adalah penyakit-penyakit yang mencuat, yaitu penyakit yang
angka kejadiannya meningkat dalam dua dekade terakhir ini, atau mempunyai
kecenderungan untuk meningkat dalam waktu dekat, penyakit yang area geografis
penyebarannya meluas, dan penyakit yang tadinya mudah dikontrol dengan obat-obatan
namun kini menjadi resisten.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, penyelenggaraan
imunisasi terus berkembang antara lain dengan pengembangan vaksin baru (Rotavirus,
Japanese Encephalitis, Pneumococcus, Dengue Fever dan lain-lain) serta penggabungan
beberapa jenis vaksin sebagai vaksin kombinasi misalnya DPT-HB-Hib.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
2. Tujuan khusus
a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi
lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh desa/kelurahan pada
tahun 2014.
b. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1 per
1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013.
c. Global eradikasi polio pada tahun 2018.
d. Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015 dan pengendalian penyakit rubella
2020.
e. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah
medis (safety injection practise and waste disposal management)
C. Sasaran Pedoman
Sasaran Pedoman ini adalah pengendali mutu, petugas pelaksana program imunisasi,
medis dan paramedis yang melaksanakan pelayanan imunisasi di Puskesmas Kecamatan
Pancoran.
E. Batasan Operasional
Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan:
1. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
2. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi.
3. Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi
dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang bila
diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit infeksi tertentu.
4. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang selanjutnya disingkat KIPI adalah kejadian
medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek
simpang, toksisitas, reaksi sensitifitas, efek farmakologis maupun kesalahan program,
koinsidens, reaksi suntikan atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi ketenagaan
Pimpinan Puskesmas Kecamatan Pancoran menjamin tersedianya tenaga yang
bertugas di bagian rekam medis/loket yang sekaligus berfungsi sebagai tempat
penyimpanan buku status/rekam medis.
C. Jadwal Kegiatan
1. Imunisasi Rutin
a) Imunisasi dasar
Tabel 1. Jadwal Imunisasi Dasar
Umur Jenis
0 bulan Hepatitis B
1 bulan BCG, POLIO 1
2 bulan DPT-HB-HIB 1, POLIO 2
3 bulan DPT-HB-HIB2, POLIO 3
4 bulan DPT-HB-HIB3, POLIO 4
9 bulan CAMPAK
Catatan :
Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta, imunisasi
BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
Bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-Hib 2,
dan DPT-HB-Hib 3, dinyatakan mempunyai status imunisasi T2.
b) Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi
imunisasi dasar pada bayi yang diberikan kepada anak Batita, anak usia sekolah, dan
wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil. Imunisasi lanjutan pada WUS salah
satunya dilaksanakan pada waktu melakukan pelayanan antenatal.
Tabel 2. Jadwal imunisasi lanjutan pada anak bawah tiga tahun
Umur Jenis
18 Bulan DPT-HB-HIB
24 Bulan CAMPAK
Catatan:
Batita yang telah mendapatkan imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai
status imunisasi T3.
Anak usia sekolah dasar yang telah mendapatkan imunisasi DT dan Td dinyatakan
mempunyai status imunisasi T4 dan T5
2. Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah:
1. Backlog fighting
Merupakan upaya aktif untuk melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berumur
di bawah 3(tiga)tahun. Kegiatan ini diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa yang
selama 2 (dua) tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.
2. Crash program Kegiatan
ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat untuk
mencegah terjadinya KLB. Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan crash
program adalah:
a. Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi.
b. Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang.
c. Desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.
Crash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis imunisasi, misalnya
campak, atau campak terpadu dengan polio.
3. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
Merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara serentak di suatu negara
dalam waktu yang singkat. PIN bertujuan untuk memutuskan mata rantai
penyebaran suatu penyakit (misalnya polio). Imunisasi yang diberikan pada PIN
diberikan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya.
4. Sub PIN
Merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi dilaksanakan pada wilayah wilayah
terbatas (beberapa provinsi atau kabupaten/kota).
5. Catch up Campaign campak
Merupakan suatu upaya untuk memutuskan transmisi penularan virus campak pada
anak usia sekolah dasar. Kegiatan ini dilakukan dengan pemberian imunisasi
campak secara serentak pada anak sekolah dasar dari kelas satu hingga kelas enam
SD atau yang sederajat, serta anak usia 6 - 12 tahun yang tidak sekolah, tanpa
mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi campak
pada waktu catch up campaign campak di samping untuk memutus rantai
penularan, juga berguna sebagai booster atau imunisasi ulangan (dosis kedua).
6. Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response Immunization/ORI)
7. Pedoman pelaksanaan imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan dengan
situasi epidemiologis penyakit masing-masing.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
1. Ruang Vaksin
Meja
Penimb
angan &
Penguku
ran Meja wast
Pencatatan afel
A. Lingkup Kegiatan
Penyelenggaraan Imunisasi mencakup kegiatan promotif, Preventif dan Rehabilitatif.
Promotif dilakukan dengan berbagai penyuluhan tentang imunisasi dan pengadaan
media KIE, preventif dilakukan dengan melaksasnakan pelayanan imunisasi dan
monitoring cakupan imunisasi, Rehabilitatif dengan penanganan KIPI.
B. Metode
Metode Promotif : Pembentukan Tim PJ Kelurahan, SPJ Kegiatan dan distribusi
logistik KIE
Metode Preventif : Audit Internal, binwasdal, dan supervisi
Metode Rehabilitatif : Pelaporan langsung dalam 1x 24jam
C. Langkah Kegiatan
Dalam penyelenggaraan program imunisasi di kecamatan, dilakukan beberapa
kegiatan, yaitu:
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan hal pertama yang sangat penting karena kekurangan
perencanaan akan mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan program, tidak
tercapainya kegiatan, serta hilangnya kepercayaan masyarakat. Sebaliknya
kelebihan dalam perencanaan akan mengakibatkan pemborosan keuangan negara.
2. Pengadaan logistik, pendistribusian dan penyimpanan
Pengadaan vaksin untuk imunisasi wajib dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah
pusat bertanggung jawab dalam pendistribusian logistik sampai ke pemerintah
daerah secara berjenjang. Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak
diterima sampai didistribusikan ketingkat berikutnya, vaksin harus selalu
disimpan pada suhu yang telah ditetapkan.
3. Pelaksanaan pelayanan Imunisasi
Pelaksanaan imunisasi dilakukan didalam gedung dan diluar gedung.
4. Penanganan Limbah Imunisasi
Pelayanan imunisasi harus dapat menjamin bahwa sasaran memperoleh kekebalan
spesifik terhadap penyakit tertentu serta tidak terjadi penularan penyakit kepada
petugas dan masyarakat sekitar dari limbah yang dihasilkan dari kegiatan
imunisasi.
5. Pemantauan dan Evaluasi
Salah satu fungsi penting dalam manajemen program adalah pemantauan. Dengan
pemantauan kita dapat menjaga agar masing-masing kegiatan sejalan dengan
ketentuan program. Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui hasil ataupun
proses kegiatan bila dibandingkan dengan target atau yang diharapkan. Beberapa
kegiatan evaluasi dilakukan secara berkala.
BAB V
LOGISTIK
Logistik imunisasi terdiri dari vaksin, Auto Disable Syringe dan safety box. Ketiga
kebutuhan tersebut harus direncanakan secara bersamaan dalam jumlah yang berimbang
(system bundling).
a. Perencanaan Vaksin
Dalam menghitung jumlah kebutuhan vaksin, harus diperhatikan beberapa hal, yaitu
jumlah sasaran, jumlah pemberian, target cakupan dan indeks pemakaian vaksin
dengan memperhitungkan sisa vaksin (stok) sebelumnya.
Indek Pemakaian vaksin (IP) adalah pemakaian rata–rata setiap kemasan vaksin. Cara
menghitung IP adalah dengan membagi jumlah cakupan dengan jumlah vaksin yang
dipakai.
Untuk menentukan jumlah kebutuhan vaksin ini, maka perhitungan IP vaksin harus
dilakukan pada setiap level. IP vaksin untuk kegiatan imunisasi massal (BIAS atau
kampanye) lebih besar dibandingkan dengan imunisasi rutin diharapkan sasaran
Berkumpul dalam jumlah besar pada satu tempat yang sama.
Dalam era Jaminan Kesehatan Nasional, masyarakat dapat memilih fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang sesuai dengan kebutuhan dan kepuasan mereka. Puskesmas sebagai
ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat dan gate keeper pada pelayanan kesehatan
formal dan penapis rujukan, harus dapat memberikan pelayanan bermutu sesuai dengan
standar pelayanan maupun standar kompetensi. Oleh karena itu, Puskesmas dituntut untuk
selalu meningkatkan mutu penyelenggaraan pelayanan Puskesmas baik dalam administrasi
manajemen Puskesmas, pelayanan klinis maupun pelayanan program Puskesmas. Akreditasi
merupakan salah satu upaya dalam menjamin peningkatan mutu pelayanan Puskesmas.
Pelaksanaan Standar Akreditasi Puskesmas ini diharapkan akan memberikan manfaat tidak
hanya bagi kepuasan pasien karena pelayanan yang diberikan aman dan sesuai standar, tetapi
juga bagi kepuasan dan keamanan petugas kesehatan dalam pemberian layanan
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan berbagai
upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas merupakan garda
depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
75 tahun 2014 tentang ”Pusat Kesehatan Masyarakat”, merupakan landasan hukum dalam
penyelenggaraan Puskesmas. Puskesmas yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal perlu dikelola dengan
baik, baik kinerja pelayanan, proses pelayanan, maupun sumber daya yang digunakan.
Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, serta dapat
menjawab kebutuhan mereka, oleh karena itu upaya peningkatan mutu, manajemen risiko dan
keselamatan pasien perlu diterapkan dalam pengelolaan Puskesmas dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang komprehensif kepada masyarakat melalui upaya pemberdayaan
masyarakat dan swasta.
Risiko yang mungkin terjadi pada sarana pelayanan kesehatan
menurut McCaffrey & Hagg-Rickert, Risk Management Handbook, pp 100-104, 2004
adalah:
1. Risiko yang terkait dengan pelayanan pasien
2. Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga klinis
3. Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga kesehatan yang lain
4. Risiko yang terkait dengan sarana dan prasarana
5. Risiko financial
6. Risiko lain (yang lain, misalnya yang terkait dengan penggunaan kendaraan/alat
transportasi, misalnya ambulans, vans, sepeda motor dsb).
Untuk mencegah terjadinya kasus resiko maka pelayanan puskesmas dalam
melaksanakan pelayanannya harusa senantiasa memperhatikan Keselamatan pasien (patient
safety). Upaya Keselamatan Pasien adalah reduksi dan meminimalkan tindakan yang tidak
aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui pratik yang terbaik untuk
mencapai luaran klinis yang optimum. (The Canadian Patient Safety Dictionary, October
2003). Beberapa hal yang menjadikan pentingnya Keselamatan pasien adalah:
1. Isu kesehatan global yang serius – HAIs, Pasien Jatuh dll.
2. Tidak boleh ada pasien menderita cedera yang dapat dicegah
3. Tuntutan kasus malpraktek meningkat.
4. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak
lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja instansi. Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama
bekerja. Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
1) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja.
2) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
3) Teliti dalam bekerja
4) Melaksanakan Prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja.
Dalam penyelenggaraan program imunisasi, untuk menunjang keselamatan kerja, maka
harus melakukan setiap tindakan sesuai dengan prosedur yang ada / SOP Penyelenggaraan
Imunisasi.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini mulai berlaku pada saat ditetapkan dan semua pihak terkait di Puskesmas
Kecamatan Pancoran harus memahami dan mematuhinya sehingga penyelenggaraan program
imunisasi dapat berjalan dengan baik.
MELVIN SIJABAT
NIP : 196408141998031004