Terapi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 108

PENGARUH REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP

PENURUNAN ASAM URAT PADA LANSIA DI DESA BERUK


WETAN KECAMATAN JATIYOSO KABUPATEN
KARANGANYAR

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :
Hesti Lestari
S15019

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

PENGARUH REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN


ASAM URAT PADA LANSIA DI DESA BERUK WETAN KECAMATAN
JATIYOSO KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh :
Hesti Lestari
NIM. S15019

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 03 Juli 2019 dan dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

bc. Yeti Nurhayati, Ns., M.Kes Maula Mar’atus S, S.Kep., Ns., M.Kep
NIK. 201378115 NIK. 201586150

Penguji,

Ika Subekti Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep


NIK 201189097

Surakarta, 03 Juli 2019


Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan

Atiek Murhayati, S.Kep., Ns., M.Kep


NIK 200680021

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Hesti Lestari
NIM : S15019
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada
Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya mandiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim
Penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang
dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.

Surakarta, 03 Juli 2019


Yang membuat pernyataan,

(Hesti Lestari)
NIM. S15019

iii
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Asam Urat Pada Lansia Di

Desa Beruk Wetan Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar”. Penyusunan

skripsi ini, peneliti banyak mendapat masukan, bimbingan, dukungan dari

berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak

terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma

Husada Surakarta

2. Atiek Murhayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi Sarjana

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

3. bc. Yeti Nurhayati, Ns,. M.Kes, selaku Pembimbing Utama yang telah

memberikan masukan, bimbingan, serta arahan selama penyusunan skripsi

ini.

4. Maula Mar’atus S.Kep.,Ns.,M.kep, selaku Pembimbing Pendamping yang

telah memberikan masukan, bimbingan, serta arahan selama penyusunan

skripsi ini.

5. Ika Subekti Wulandari S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen Penguji yang telah

memberikan masukan, bimbingan, serta arahan selama penyusunan skripsi

ini.

iv
6. Seluruh dosen dan staf akademik Program Studi Sarjana Keperawatan

STIKes Kusuma Husada Surakarta

7. Keluarga saya tercinta terutama kedua orang tua saya yang telah memberikan

dukungan moral dan material dalam pembuatan skripsi ini serta selalu

memberikan doa dan semangat untuk pantang menyerah dalam

menyelesaikan skripsi ini

8. Responden yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini

9. Sahabat-sahabat saya yang telah memberikan bantuan, dorongan dan

semangat bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini

Akhir kata penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari

berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan

dan perbaikan sehingga akhirnya skripsi ini dapat digunakan acuhan peneliti.

Surakarta, 03 Juli 2019

Hesti Lestari

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... viii
ABSTRAK ......................................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori ......................................................................................... 8
2.2 Kerangka Teori ........................................................................................ 27
2.3 Kerangka Konsep .................................................................................... 29
2.4 Hipotesis .................................................................................................. 27
2.5 Keaslian Penelitian .................................................................................. 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 32
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 33
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 36
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran............. 36
3.5 Alat Penelitian dan Pengumpulan Data ................................................... 38
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................... 41
3.7 Etika Penelitian ........................................................................................ 45
BAB V1 HASIL PENELITIAN
4.1 Analisa Univariat ...................................................................................... 47
4.2 Analisa Bivariat ........................................................................................ 50
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden .......................................................................... 53
5.2 Pre Test Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol ................. 55
5.3 Post Test Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol ................ 57
5.4 Pengaruh Rebusan Daun Salam terhadap penurunan asam urat Pre Test
dan Post Test Pada Kelompok Intervensi ................................................ 58
5.5 Perbedaan Kadar asam urat Post Test Pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol ................................................................................... 60
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 63
6.2 Saran-Saran ............................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA

vi
DAFTAR TABEL

Tabel
1.1 Keaslian Penelitian 30
1.2 Desain Penelitian 34
1.3 Definisi Operasional 37
4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 47
4.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis 48
Kelamin
4.3 Hasil Analisa Kadar Asam Urat Pre Test Intervensi dan 49
Kontrol
4.4 Hasil Analisa Kadar Asam Urat Post Test Intervensi 49
dan Kontrol
4.5 Hasil Uji Shapiro-wilk 50
4.6 Hasil Uji Paired t-test 51
4.7 Hasil Inependent test 52

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar
2.1 Kerangka teori 27
2.2 Kerangka konsep 29

viii
LAMPIRAN

Lampiran

1 F01
2 F02
3 Surat Ijin pendahuluan Kesbangpol Karanganyar
4 Surat balasan ijin studi pendahuluan Kesbangpol
Karanganyar
5 Surat Ijin pendahuluan Bapper Litbang Karanganyar
6 Surat balasan ijin pendahuluan Bapper Litbang
Karanganyar
7 Surat Ijin pendahuluan Dinas Kesehatan Karanganyar
8 Surat Balasan Ijin pendahuluan Dinas Keseehatan
Karanganyar
9 Surat Ijin pendahuluan Desa Beruk
10 Surat balasan Desa Beruk Karanganyar
11 Lembar Oponent
12 Lembar Audiens
13 Surat Ijin penelitian Kesbangpol Karanganyar
14 Surat balasan ijin penelitian Kesbangpol Karanganyar
15 Surat Ijin penelitian Bapper Litbang Karanganyar
16 Surat balasan ijin penelitian Bapper Litbang
Karanganyar
17 Surat Ijin penelitian Desa Beruk
18 Surat balasan ijin penelitian Desa Beruk
19 Surat permohonan menjadi responden
20 Informed Concent
21 Lembar Opservasi Kelompok Intervensi
22 Lembar Observasi Kelompok Kontrol
23 Standar Operasional Prosedur
24 SPSS
25 Dokumentasi
26 Lembar Konsultasi

ix
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2019

Hesti Lestari

PENGARUH REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN KADAR


ASAM URAT PADA LANSIA DI DESA BERUK WETAN KECAMTAN
JATIYOSO KABUPATEN KARANGANYAR

Abstrak

Asam urat yang tinggi pada lansia dapat terjadi karena faktor genetik,
mengkonsumsi makanan yang tinggi purin dan pola hidup yang tidak sehat. Akibat asam
urat yang tinggi bisa menjadi asam urat kronik, dan menganggu kenyamanan respoonden.
Upaya untuk menurunkan asam urat adalah dengan memberikan rebusan daun salam
karena kandungan minyak atsiri, vitamin B dan C, dan flavonoid. tujuan penelitin ini
untuk mengetahui pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan asam urat pada
lansia di Desa Beruk Wetan Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar.
Penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang responden dengan menggunakan
metode penelitian Quasy Experiment dengan pendekatan Pre Test-Post Test Control
Group Design. Hasil analisa uji Paired t test kadar asam urat pre test- post test pada
kelompok intervensi dengan nilai p value 0,000 < 0,05 yang artinya ada perbedaan kadar
asam urat pada lansia setelah diberikan rebusan daun salam, sedangkan hasil Uji
Independent t-test diperoleh hasil p-value adalah 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya hasil menunjukan bahwa ada perbedaan sebelum dan sesudah
pemberian rebusan daun salam terhadap penurunan kadar kadar asam urat.
Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian rebusan daun salam perpengaruh
terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia. Sehingga intervensi tersebut dapat
diterapkan untuk menurunkan kadar asam urat pada lansia.

Kata kunci : Air Rebusan Daun Salam : Kadar asam Urat, Lansia
Daftar pustaka : 37 (2009-20017)

x
NURSING STUDY PROGRAM

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2019

Hesti Lestari

THE EFFECT OF BAY LEAVES DECOCTION ON THE DECREASED OF


ELDERLY URIC ACID LEVELS IN BERUK WETAN, JATIYOSO,
KARANGANYAR

Abstrak

High uric acid in the elderly can occur due to genetic factors such as
consuming high purines foods and unhealthy lifestyles. High uric acid can be
chronic gout, and disrupt the patients’ comfort. The effort to reduce uric acid
levels is by giving bay leaves decoction which contains atsiri oils, vitamins B and
C, and flavonoids. The purpose of this research was to identify the effect of bay
leaves decoction on reducing uric acid levels in the elderly in Beruk Wetan,
Jatiyoso, Karanganyar Regency
This study was conducted on 30 respondents using the Quasi-experiment
method with the Pre Test-Post Test Control Group Design. The result of Paired t-
test analysis on the pretest-posttest of uric acid levels in the intervention group
showed a p-value of 0,000 <0,05. It inferred that there were differences in uric
acid levels in the elderly after being given bay leaves decoction, while the result
of the Independent t-test was obtained a p-value of 0,000 <0.05. It explained that
Ho was rejected and Ha was accepted. The results showed that there were
differences before and after consuming of bay leaves decoction to decrease the
uric acid levels.
This study revealed that the giving of bay leaf decoction affects the
decrease of uric acid levels in the elderly. The intervention can be applied to
reduce uric acid levels in the elderly.

Keywords: Decoction of Bay Leaves, Uric Acid Level, Elderly


Bibliography: 37 (2009-20017)

xi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring bertambahnya usia seseorang maka terjadi kecenderungan

menurunnya berbagai kapasitas fungsional baik pada tingkat seluler

maupun tingkat organ yang dapat mengakibatkan terjadinya degenerasi

sejalan dengan proses menua (Tamber, 2009). Proses menua ini dapat

berpengaruh pada perubahan fisiologi yang tidak hanya berpengaruh

terhadap penampilan fisik, namun juga terhadap fungsi dan tanggapan

nya pada kehidupan sehari-hari (Ronddy et al, 2010). Setiap individu

mengalami perubahan-perubahan tersebut secara berbeda, ada yang

laju penuaanya cepat dan dramatis, serta ada juga yang perubahan nya

lebih tidak bermakna. Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel

karena penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ,

kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit seperti

peningkatan kadar asam urat (Hiperurisemia) (Sustrani, 2009).

Hiperurisemia disebabkan karena penumpukan asam urat dalam

tubuh manusia yang berlebihan. Penyakit ini banyak berkembang

diberbagai dunia, dan dapat ditemukan pada semua ras manusia

(Irianto, 2015).

2
3

Karena penurunan fungsi ginjal membuat sekresi asam urat dalam

ginjal tidak bekerja dengan baik. Apabila keadaan tubuh yang tidak

baik dalam

proses produksi makanan kaya purin yang meningkat dan sekresi

melalui ginjal mengalami penurunan, menimbulkan hiperuresmia

dalam darah yaitu kelarutan kadar asam urat yang melewati batas

normal. Hiperurisemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan

kelainan patologi dengan gejala atritis pirai, atritis gout, pembentukan

batu urat pada saluran kencing (Rakhman dkk, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO) penyakit asam urat

sering terkena pada laki-laki 7% dan 2% pada wanita. Prevalensi di

Amerika Serikat 2% dalam 1000 kasus dan 10 kasus gout di dunia

secara global belum tercatat. Prevalensi gout kira-kira 2,6-47,2% yang

bervariasi dalam berbagai populasi. Di Indonesia penyakit asam urat

menduduki urutan kedua dan penyakit osteoarthritis, prevalensi asam

urat tertinggi pada penduduk pantai karena kebiasaan atau pola makan

tinggi purin dan mengkonsumsi alkohol dan di Indonesia diperkirakan

bahwa asam urat terjadi pada 840 orang setiap 100.000 orang (Junadi,

2009). Prevalensi penyakit sendi pada usia 55-64 tahun 45,0%, usia

65-74 tahun 51,9%, usia >75 tahun 54,8% (Riskesdas, 2018).

Asam urat adalah suatu hasil sisa metabolisme tubuh sebagai zat

purin, yang berasal dari tubuh makhluk hidup yang dikonsumsi

manusia secara berlebihan (Lina Setiyo, 2014). Pengobatan penyakit


4

gout artritis bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan

sendi serta menurunkan kadar asam urat darah. Penatalaksanaan

penyakit gout artritis terbagi menjadi dua yaitu secara farmakologi dan

non farmakologi. Penatalaksanaan secara farmakologis dapat

dilakukan dengan menggunakan obat-obatan kimia seperti alluporinol

yang biasanya di dapat dengan resep dokter. Penatalaksanaan secara

non farmakologi yang biasanya sering disarankan yaitu dengan terapi

herbal dan terapi komplementer (Rakhman, 2015). Penyakit arthritis

gout memang bukan termasuk penyakit yang mematikan, tetapi jika

tidak ditangani dengan benar bisa menjadi asam urat kronik dimana

penderitanya akan sering sekali merasakan nyeri pada sendi (Hidayat,

2015).

Banyak cara untuk meringankan nyeri sendi, beberapa cara yang

paling sederhana seperti mengompres, relaksasi, aromaterapi, istirahat

mengkonsumsi obat hingga minum-minuman herbal (Laila, 2011).

Berdasarkan berbagai dampak yang ditimbulkan, penyakit asam urat

perlu penanganan yang tepat dan aman. Penanganan asam urat dapat

dilakukan dengan terapi farmakologis dan non farmakologis.

Penanganan farmakologis dilakukan menggunakan obat sintesis yaitu

efek sampingnya tidak sedikit bagi tubuh. Obat hanya menghilangkan

rasa nyeri, maka penderita akan mengalami ketergantungan dalam

jangka panjang, jika dikonsumsi terus menerus akan menimbulkan

dampak negatif bagi kesehatan (Prawirohardjo, 2010). Terapi non


5

farmakologi rebusan daun salam dapat menurunkan kadar asam urat

(Hazielawati, 2014). Beberapa penelitian membuktikan bahwa daun

salam mengandung zat kimia yang berupa flavonoid, tannin,

polifenom, alkaloid, minyak atsiri, vitamin B dan vitamin C yang

memiliki sifat diuretik sehingga memperbanyak produksi urin yang

akan dikeluarkan dari dalam darah (Handadari, 2012).

Pada studi yang dilakukan oleh (Hidayat, 2015) menemukan

bahwa daun salam (syzgium polyantum) biasa digunakan sebagai

penyedap masakan, asam urat, diare, kolesterol tinggi, hipertensi dan

kencing manis. Sebuah studi yang dilakukan oleh Tampubolon, et al

yang dipublikasikan dijurnal analis kesehatan (2015) menemukan

bahwa rebusan daun salam bisa digunakan sebagai obat untuk

menurunkan kadar asam urat. Oleh karena itu mengkonsumsi rebusan

daun salam sangat dianjurkan untuk menurunkan asam urat.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dari wawancara kader lansia

Desa Beruk Wetan Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar

terdapat 41 lansia. Di dapatkan data 30 dari lansia mengatakan bahwa

sering mengalami nyeri pada bagian sendi seperti, jempol kaki, lutut,

siku, pergelangan tangan, dan jari-jari pada saat cuaca dingin. Selama

ini yang dilakukan masyarakat Beruk apabila mengalami keluhan dan

gejala asam urat adalah dengan kompres air hangat dan memasang

koyo. Sedangkan untuk terapi rebusan daun salam belum pernah


6

dipraktikkan karena masyarakat belum mengetahui tentang manfaat

dan cara mengkonsumsi rebusan daun salam tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian pengaruh rebusan daun salam terhadap

penurunan kadar asam urat di Desa Beruk Wetan Kecamatan Jatiyoso

Kabupaten Karanganyar.

1.2 Rumusan Masalah

“ Adakah Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan

Kadar Asam Urat Pada Lansia di Desa Beruk Wetan Kecamatan

Jatiyoso Kabupaten Karanganyar ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengidentifikasi

pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan asam urat di

Desa Beruk Wetan Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis

kelamin pada responden

2. Mengetahui kadar asam urat sebelum dan sesudah mengkonsumsi

rebusan daun salam pada kelompok perlakuan di Desa Beruk

Wetan kec. Jatiyoso Kab. Karanganyar


7

3. Mengetahui kadar asam urat sebelum dan sesudah mengkonsumsi

rebusan daun salam pada kelompok kontrol di Desa Beruk Wetan

Kec. Jatiyoso Kab. Karanganyar.

4. Menganalisis pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan

asam urat pada lansia di Desa Beruk Wetan Kec.Jatiyoso Kab.

Karanganyar.

5. Perbedaan Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan

Asam Urat Pada Lansia untuk kelompok Intervensi dan kelompok

Kontrol di Desa Beruk Wetan Kec. Jatiyoso Kab.Karanganyar.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi responden

Dapat memberikan pengetahuan tentang penanganan asam urat

secara mandiri sebagai teknik untuk mengatasi penurunan asam urat

guna untuk mengurangi penggunaan obat.

1.4.2 Bagi Institusi pelayanan kesehatan

Sebagai salah satu acuan untuk pembinaan kesehatan terhadap

penderita asam urat di setiap desa.

1.4.3 Bagi penelitian lain

Sebagai salah satu dasar dalam pengembangan penelitian tentang

pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan tambahan pengetahuan ilmiah tentang pengaruh

pemberian rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat


8

1.4.5 Manfaat bagi penelitian

Menambah wawasan tentang pengetahuan penanganan penurunan

asam urat secara non farmakologi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Asam Urat

1. Pengertian asam urat

Asam urat merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena

penimbunan kristal monosodium urat dalam tubuh. Asam urat merupakan

hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam

nukleat yang terdapat pada inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat

dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia seperti rasa linu-linu

dan nyeri di daerah persendian bagi penderitannya (Junaidi, 2013).

Asam urat merupakan produk akhir dari katabolisme atau

pemecahan purin di dalam tubuh. Penyakit asam urat (gout arthritis)

merupakan penyakit yang timbul akibat gangguan metabolism purin yang

ditandai dengan tingginya kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia)

(Ramayulis, 2013).

2. Klasifikasi

Menurut (Damayanti, 2012) penyakit asam urat digolongkan menjadi gout


primer dan gout sekunder. Berikut ini beberapa klasifikasinya :

a. Penyakit gout primer

Sebanyak 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga

berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang

9
10

menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan

meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena

berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.

b. Penyakit gout sekunder

Penyakit ini disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi

asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar

purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa nasa organik yang

menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam

kelompok asam amino, unsur pembentukan protein. Produksi asam

urat meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum

tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker, vitamin

B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit

(psoriasis), kadar trigliserida yang tinjggi. Pada penderita diabetes

yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda

keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-

benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut

meninggi. Jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda.

Ada yang hanya satu tahun, ada pula sampai 10 tahun, terapi rata-rata

berkisar 1-2 tahun (Smeltzer, 2016).

3. Penyebab Asam Urat

Penyebab tingginya asam urat darah adalah produksi asam urat

yang berlebih atau pembuangannya yang berkurang. Dalam dunia medis


11

sering disebut dengan istilah hiperurisemia. Beberapa penyebab terjadinya

hiperuresemia. Beberapa penyebab terjadinya hiperurisemia, antara lain

produksi asam urat di dalam tubuh meningkat kurangnya pembuangan

asam urat, produksi asam urat berlebihan sedangkan pembuangannya

terganggu, dan penyebab lainnya (Dalimartha, 2014).

a. Produksi asam urat didalam tubuh meningkat

Keadaan ini terjadi karena tubuh memproduksi asam urat secara

berlebihan. Berikut ini bebebrapa penyebabnya (dalimartha, 2014) :

1) Produksi asam urat didalam tubuh (endogen) sangat berlebihan

karena adanya gangguan metabolism purin bawaan (inborn error

of purin metabilisme).

2) Produksi asam urat berlebihan juga bisa akibat kelainan herediter

lainnya yaitu terjadinya aktivitas berebih enzim fosforibosil

pirofosfat sintetase (PRPP-sintetase). Kelainan ini juga bersifat

pautan-X.

3) Hiperurisemia juga terjadi akibat mengkonsumsi makanan yang

berkadar purin tinggi, seperti daging, jeroan, kepiting, kerang, keju,

kacang tanah, bayam, buncis, kembang kol, dan brokoli. Asam urat

akan terbentuk dari hasil metabolisme makanan tersebut.

4) Keadaan hiperuresemia juga bisa terjadi pada beberapa penyakit

seperti mudah pecahnya sel darah merah (hemolisis), leukemia

(kanker sel darah putih), atau akibat pengobatan kanker

(kemoterapi dan radioterapi).


12

b. Kurangnya pembuangan asam urat

Berkurangnya pembuangan asam urat terjadi akibat

ketidakmampuan ginjal untuk mengeluarkan asam urat yang terbentuk

berlebihan didalam tubuh. Keadaan ini timbul akibat hal-hal sebagai

berikut (Dalimartha, 2014) :

1) Minuman obat tertentu seperti pirazinamid (obat TB paru), HCT

(obat diuderik/peluruh kencing), beta bloker seperti propanol (obat

darah tinggi), dan salisilat yang sering di konsumsi agar trombosit

(platelet) tidak mudah menggumpal. Obat-obatan tersebut bisa

meningkatkan kadar asam urat di dalam darah.

2) Dalam keadaan kelaparan (seperti puasa atau diet terlalu ketat) dan

ketosis. Pada keadaan ini, kekurangn kalori tubuh yang dipenuhi

dengan membakar lemak tubuh. Zat keton yang terbentuk dari

pembakaran lemak tubuh. zat keton yang terbentuk dari pembakaran

lemak akan menghambat keluhannya asam urat melalui ginjal.

Akibatnya, kadar asam urat di dalam darah meningkat

(hiperurisemia).

3) Mengalami keracunan kehamilan (toksemia gravidanum).

4) Olahraga yang terlalu berat.

5) Minum alcohol berlebihan. Alcohol menghambat akibat keluarnya

asam urat melalui ginjal.

6) Kadar kalsium darah meningkat akibat penyakit hiperparatiroidism

dan sarkoidosis.
13

7) Hipertensi esensial, gagal ginjal, dan keracunan timah.

c. Produksi asam urat berlebihan, sedangkan pembuangannya terganggu

Terjadinya hiperurisemia ini disebabkan oleh gabungan produksi

purin endogen yang meningkat dan asupan purin yang tinggi disertai

dengan pembuangan asam urat melalui ginjal yang berkurang

(Dalimartha, 2014).

d. Penyebab lain

Beberapa keadaan lain yang menyebabkan tingginya kadar asam

urat darah atau hiperurisemia sebagai berikut (Dalimartha, 2014) :

1) Suku bangsa dan ras tertentu, walaupun penyakit ini dapat

dijumpai di setiap negara, tetapi dari hasil penelitian dari

epidemiologis menunjukkan bahwa bangsa maori di Selandia Baru,

bangsa Filipina, dan bangsa-bangsa di Asia Tenggara mempunyai

kecenderungan terserang penyakit ini. Di Indonesia, suku

Minahasa dan Tapanuli mempunyai kecenderungan terserang

penyakit ini.

2) Kegemukan (obesitas)

3) Mongolism (kelainan kongenital)

4) Intoleransi fruktosa, penyakit penimbunan glikogen, dan defisiensi

glukosa-6-fosfat dehydrogenase (G6PD). Pada kelainan-kelainan

tersebut, produksi laktat berlebihan sehingga pembuangan asam

urat menurun.
14

4. Tanda dan Gejala Asam Urat

Menurut Savitri (2017), tanda dan gejala seseorang menderita asam urat

adalah :

a. Selalu merasa cepat lelah dan badan terasa pegal-pegal

b. Nyeri di bagian otot, persendian pinggung, lutut, punggung dan

bahu. Selain nyeri, biasanya, juga ditandai dengan timbulnya

pembengkakan, kemerahan, kemerahan, serta rasa sangat nyeri

pada bagian persendian, baikdi pagi hari maupun malam hari. Rasa

nyeri tersebut biasanya bertambah parah dan hebat pada saat udara

dinginatau musim penghujan.

c. Sering buang air kecil di pagi hari saat bangun tidur maupun

malam. Biasanya lebih sering di malam hari.

d. Muncul rasa linu dan kesemutan yang sangat parah.

e. Menyebabkan penderita kesulitan untuk buang air kecil.

5. Patofisiologi

Penumpukan purin yang berlebihan dalam tubuh merupakan

gangguaan metabolisme purin yang menghasilkan jumlah asam urat yang

abnormal dalam tubuh. purin merupakan hasil dari proses pencernaan

protein. Ketidakmampuan metabolisme purin akan menghasilkan

akumulasi asam urat yang berlebihan didalam plasma darah

(hiperurisemia), sehingga mengakibatkan Kristal asam urat menumpuk

dalam tubuh (defosit Kristal urat dalam tubuh). penimbunan ini

menimbulkan iritasi local dan mengakibatkan respon inflamasi.


15

Hiperurisemia merupkan hasil dari meningkatnya produksi urat yang

disebabkan oleh metabolisme purin yang abnormal, menurunkan eksresi

urat, atau kombinasi keduanya (Ristanto, 2014).

Hiperurisemia bisa saja terjadi diluar gout. Gout sering menyerang

wanita menoupose usia antara 50-60 tahun, namun dapat juga terjadi pada

laki-laki usia pubertas atau diatas 30 tahun. Penyakit ini paling sering

mengenai sendi metatarso falangeal ibu jari kaki, sendi lutut, dan

pergerakan kaki (Ristanto, 2014).

6. Stadium Asam Urat

Penyakit asam urat terdiri atas beberapa stadium. Kadar asam urat

normalnya, yaitu 2,4-6,0 mg/dl untuk wanita, dan 3,4-7,0 mg/dl untuk

laki-laki (Savitri, 2017). Kasus asam urat tingkat keparahannya terdiri dari

empat tahapan / stadium yang akan diuraikan berikut :

a. Stadium 1: Tahap Asimtomatik

Tanda-tanda penyakit asam urat / gout pada stadium I atau

permulaan biasanya ditandai dengan peningkatan kadar asam urat tetapi

tidak dirasakan oleh penderita karena tidak merasakan sakit sama sekali

dan tidak disertai gejala nyeri, arthritis, tofi / tofus maupun batu ginjal

atau batu urat disalurkan kemih.

b. Stadium II: Tahap Akut

Asam urat stadium II biasanya terjadi serangan radang sendi

disertai dengan rasa nyeri yang hebat, bengkak, merah, dan terasa panas
16

pada pangkal ibu jari kaki. Biasanya serangan munculpada malam dan

menjelang pagi hari.

c. Stadium III Tahap Interkritikal

Asam urat stadium III adalah tahapan interval diantara dua

serangan akut. Biasanya terjadi setelah satu sampai dua tahun

kemudian.

d. Stadium IV: Tahap Kronik

Tahapan kronik ini ditandai dengan terbentuknya toft dan

deformasi atau perubahan bentuk pada sendi-sendi yang tidak dapat

berubah ke bentuk seperti semula, ini disebut gejala irreversible atau

arthritis gout kronik (Damayanti, 2012).

7. Penatalaksanaan

Pentalaksanaan hiperurisemia ada dua macam yaitu

penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi (Lina & Setiyono,

2014).

1. Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi yang digunakan untuk mengobati gout dan

hiperurisemia menggunakan beberapa obat-obatan diantaranya:

a. Inhibitor Xantin Oksidase

Obat sintetik yang bekerja sebagai inhibitor xantin oksidase adalah

allopurinol. Allopurinol memiliki waktu paruh satu sampai tiga jam.

Allopurinol dalam hati mengalami biotransformasi oleh enzim-enzim


17

xantin oksidase menjadi alloxatin (oksipurinol) yang masa paruhnya

lebih panjang dari allopurinol. Oleh karena itu, allopurinol yang

waktu parunya pendek dapat diberikan satu kali sehari. Bagi

penderita asam urat bisa mengkonsumsi allopurinol karena

allopurinol bekerja menurunkan produksi asam urat dengan cara

penghambatan bekerja enzim yang memproduksinya, yaitu enzim

xantin oksidase. Enzim xantin oksidase berfungsi untuk membuang

kelebihan purin dalam bentuk asam urat. Sekitar dua per tiga asam

urat yang dikeluarkan bersama urin melalui ginjal. Mekanismenya

enzim xantin oksidase tersebut akan menghidrolisasi allopurinol

menjadi aloxantin (oksipurinol). Sintesis urat dari hipoxantin dan

xantin segera menurun setelah pemberian allopurinol. Itu sebabnya

konsentrasi hipoxantin dan xantin serum meningkat, sedangkan

kadar asam urat menurun. Selain bermanfaat menekan produksi asam

urat, allopurinol juga memiliki efek positif dalam melawan kolesterol

jahat dalam tubuh. selain itu tersebut langkah pertama untuk

mengurangi nyeri adalah dengan mengendalikan peradangan, baik

dengan obat-obatan maupun dengan mengistirahatkan sendi yang

sedan meradang.

b. Obat Golongan Urikosurik

Obat golongan ini digunakan untuk menurunkan kadar asam urat

melalui peningkatan ekskresi asam urat di tubulus ginjal dengan

menghambat reabsorbsinya. Beberapa obat golongan urikosurk


18

adalah Probenesid dan Sulfin pirazon. Probenesid memiii efek

mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta pembentukan tofi

pada penyakit gout. Sulfinpirazon memiliki mekanisme mencegah

dan mengurangi sendi dan tofi pada penyakit gout kronik

berdasarkan hambatan reabsorbsi di tubulus ginjal. Efek samping

dari kedua obat ini adalah gangguan saluran cerna dan alergi.

c. Obat-obat yang Menghentikan

Proses inflamasi Akut Obat golongan ini adalah kolkisin yang

digunakan untuk mengobati serangan gout akut. Sifat anti radang

kolkisin spesifik terhadap penyakit gout dan beberapa artritis

lainnya. Kolkisin tidak mempengaruhi ekskresi, sintesis atau kadar

asam urat dalam darah.

2. Terapi non Farmakologi

Terapi non farmakologi dilakukan dengan diet makanan

rendah purin, mengurangi konsumsi alkohol, memperbanyak minum

air putih, melakukan olahraga secara teratur, memelihara

keseimbangan kesehatan lahir dan batin, dan mengurangi asam urat

dengan ramuan tradisional (Savitri, 2017). Terapi rebusan daun salam

dapat menurunkan kadar asam urat (Hazielawati, 2014). Beberapa

kandungan zat kimia yang terdapat pada daun salam. Kandungan

tersebut diantaranya berupa (Handadari, 2012) :

a. Kandungan zat flavonoid yang berperan dalam menurunkan kadar

asam urat dalam darah karena flavonoid dapat menghambat aksi


19

dari enzim xeanthine ixydase sehingga pembentukan asam urat

terganggu.

b. Minyak atsiri mengandung anti inflamasi untuk mengurangi rasa

sakit akibat nyeri keseleo, rematik dan asam uratVitamin b dan c

yang memiliki sifat diuretik sehingga memperbanyak produksi urin

yang akan diikeluarkan dari dalam tubuh akibat sisa metabolisme

dan dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah.

2.1.2 Lansia (Lanjut Usia)

1. Pengertian Lansia

Dewasa akhir (late adulthood) atau dalam arti lanjut usia,

biasanya dapat merujuk pada tahap siklus kehidupan dewasa akhir yang

dimulai pada tahap siklus kehidupan dewasa akhir yang dimulai pada usia

60 tahun ke atas. Proses menua atau lansia merupakan proses perubahan

yang berhubungan dengan waktu yang dimulai sejak lahir dan berlanjut

pada sepanjang hidup (Bakhrudin, 2016).

Lanjut usia adalah proses menjadi tua yang akan dialami oleh

setiap orang. Penuaan bukanlah progresi yang sederhana, jadi tidak

terdapat teori universal yang diterima yang dapat memprediksi

komplektisitas lansia (Suryono et al, 2016).

Lanjut usia merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh

individu yang berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek

biologis, tetapi juga meliputi psikologis dan sosial. Perubahan yang


20

terjadi pada lansia dapat disebut sebagai perubahan “senses”, dan

perubahan “senilitas”. Perubahan seneses adalah perubahan-perubahan

normal dan fisiologik akibat usia lanjut. Sedangkan perubahan senelitas

adalah perubahan patologik permanen dan disertai dengan semakin

memburuknya kondisi badan pada lanjut usia. Oleh karena itu lansia

dikelompokkan dengan resiko tinggi dengan masalah fisik dan mental

(Murwani, 2010).

2. Batasan Lansia

Menurut World Health Organization (WHO, 2014), Berpendapat

batasan-batasan usialanjut dibagi menjadi empat kriteria, yaitu:

1. Usia pertengahan (middle, age), yaitu antara usia 45-59 tahun.

2. Lanjut usia (elderly), yaitu antara usia 60-74 tahun.

3. Lanjut usia tua (old), yaitu antara usia 75-90 tahun.

4. Usia lanjut (very old), yaitu diatas usia 90 tahun.

3. Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Menurut Artinawati (2014), perubahan yang terjadi pada lansia

meliputi perubahan fisik, social dan psikologis.

a. Perubahan Fisik

1) Sistem Persarafan

a) Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun serta

lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang

berhubungan dengan stress.


21

b) Defisit memori.

c) Kurang sensitif terhadap sentuhan

d) Berkurangnya atau hilangnya lapisan mylin akson, sehingga

menyebabkan berkurangnya respon motoric dan reflek.

2) Sistem pendengaran

a) Gangguan pendengaran, hilangnya daya pendengaran pada

tlinga dalam, terutama terhadap bunyi atau suara atau nada

yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,

50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

b) Membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan atosklerosis.

c) Terjadi pengumpalan serumen, dapat mengeras karena

meninktnya keratin.

d) pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang

mengalami ketegangan/stress.

e) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi

atau rendah, bisa terus menurus atau intermitten).

f) Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang

atau berputar).

3) Sistem Penglihatan

a) Respon terhadap sinar matahari menurun.

b) Adaptasi terhadap gelap menurun.

c) Akomodasi menurun.

d) Lapang pandang menurun.


22

e) Katarak.

4) Sistem Kardiovaskuler

a) Katup jantung menebal dan kaku.

b) Kemampuan memompa darah menurun (menurunnya

kontraksi volume)

c) Elastisitas pembuluh darah menurun.

d) Meningkatnya resistensi pembuluh darah parifer sehingga

tekanan darah meningkat.

5) Pada pengaturan tubuh

Pada pengaturan suhu tubuh, hipotalamus dianggap bekerja

sebagai sesuatu thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu.

kemunduran terjadi pada berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Yang sering ditemui antara lain :

a) Temperature tubuh menurun (hipotermi) secara fisiologis +

350C ini akibat metabolisme yang menurun.

b) Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat

pula menggigil ,pucat dan gelisah.

c) Keterbatasan reflex menggigil dan tidak dapat memproduksi

panas yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.

6) Sistem Respirasi

a) Otot-otot pernapasan kekuatan menurun dan kaku, elastisitas

paru menurun, kapasitas residu meningkat.

b) Alveoli melebar dan jumlahnya menurun.


23

c) Kemampuan pada bronkus.

7) Sistem Pencernaan

a) Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang

biasa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi

kesehatan gigi dan gizi yang buruk.

b) Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang

kronis, atrofi indra pengecap (+ 80%) hilangnya sensitivitas

saraf pengecap dilidah, terutama rasa manis dan asin.

c) Esophagus melebar.

d) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun, motilitas dan

waktu pengosongan lambung menurun.

e) Fungsi absorbs melemah (daya absorbs terganggu terutama

karbohidrat).

f) Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menrun,alira

darah berkurang.

8) Sistem Reproduksi

Wanita

a) Vagina mengalami kontraktur dan mengecil

b) Ovarium menciut, uterus mengalami atrofi, atrofi payuara.

c) Atrofi vulva.

Vesika urinaria :Otot-otot melemah kapasitasnya menurun,

dan resistensi urin, prostat hipertrofi pda 75% lansia

Vagina : selaput lendir menegering dan sekresi menurun


24

9) Sistem Endoktrin

Kelenjar endoktrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh

manusia yang memproduksi hormon. Hormon berperan sangat

penting dalam pertumbuhan, pematangan pemeliharaan dan

metabolisme organ tubuh. Dimana pada lansia akan mengalami

penurunan penurunan produksi hormon.

10) Sistem Integumen

a) Keriput serta kulit dan rambut menipis.

b) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

c) Elastisitas menurun.

d) Vaskularisasi menurun.

e) Kuku keras dan rapuh.

f) Kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk.

11) Sistem Muskuloskeletal.

a) Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis).

b) Bengkak (kifosis).

c) Persendian membesar dan menjadi kaku.

d) Kram, tremor tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

b. Perubahan Sosial

Peran :post power syndrome, single womn, dan single

parent.

Keluarga : Kesendirian, kehampaan.


25

Teman :Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul

kapan aku meninggal, berada dirumah terus-

enerus akan cepet pikut (tidak berkembang).

Abuse :Kekerasan berbentuk verbal (dibentuk) dan non

verbal (dicubit, tidak diberi makan).

Masalah hokum :Berkaitan dengan perlindungan asset dan

kekayaan pribadi yang dikumpulkan sejak masih

muda.

Pensiun :Kalau menjadi PNS akan ad tabungan (dana

pensiun), kalau tidak, anak dan cucu yang akan

memberi uang.

Ekonomi :Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang

cocok bagi lansia dan income security.

Rekreasi : Untuk ketengan batin.

Kemanan : Jatuh, terpleset.

Transportasi :Kebutuhan akan system transportasi yang cocok

bagi lansia.

Politik :Kesempatan yang sama untuk terlihat dan

memberikan masukan dalam system politik.

Pendidikan :Berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan

kesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan hak

asasi manusia.

Agama :Melaksanakan ibadah.


26

Panti Jompo :Merasa dibuang/diasingkan.

c. Perubahan Psikokogis

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory,

frustasi kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi

kematian, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan.


27

2.2 Kerangka Teori

Lansia

Perubahan yang terjadi


1. Sistem persarafan pada lansia:
2. Sistem pendengaran
3. Sistem penglihatan 1. Perubahan fisik
4. Sistem 2. Perubahan sosial Manifestasi klinis :
kardiovaskuler 3. Perubahan 1. selalu merasa cepat
5. Sistem pengaturan psikpologi lelah dan badan terasa
tubuh
pegal-pegal
6. Sistem respirasi
7. Sistem reproduksi Penyebab asam urat : 2. nyeri bagian otot,
8. Sistem integumen persendian pinggang,
9. Sistem endokrin
1. Produksi asam urat di dalam
lutut, punggung dan
tubuh meningkat
bahu.
10. Sistem pencernaan 2. Kurangnya pembuangan asam
urat 3. sering buang air
11. sistem muskulokeletal 3. Penyebab lain : kecil di malam hari.
a. Suku bangsa dan ras
tertentu 4. muncul rasa linu dan
b. Kegemukan (obesitas) kesemutan yang sangat
c. Monogolisme (kelainan parah
kongenital)
5. menyebabkan
Asam Urat penderita kesulitan
untuk buang air kecil.
Penatalaksanaan asam
urat

Farmakologis : Non Farmakologis:


1. Inhibitor xantin oksidase 1. Batasi makanan tinggi
2. Obat golongan urikosurik purin
3. Obat-obat yang 2. Batasi asupan alcohol
menghentikan 3. Pertahankan berat badan
normal
4. Terapi Rebusan Daun
Keterangan : Salam
:Di teliti
: Tidak diteliti
Sumber : Artinawati (2014), Dalimartha (2014), Hariyono (2014), Hazielawati
(2014), Savitri (2017), Sutiyono (2014).
28

2.3 Kerangka Konsep

Varabel yang ingin diketahui dalam penelitian ini yaitu kerangka konsep

penelitian meliputi :

Kadar asam urat Terapi rebusan daun Kadar asam urat


pre test salam post test

Gambar 2.2.Kerangka Konsep

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan

dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban

yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan

pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi

hipotesis dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan

masalah penelitian, belum jawaban empirik (Sugiyono, 2013).

Hipotesis dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut :

1. Hipotesis nol (Ho) : Tidak ada pengaruh dalam pemberian rebusan daun

salam terhadap kadar asam urat pada lansia di Desa Beruk Wetan, Kec.

Jatiyoso Kab. Karanganyar

2. Hipotesis alternative (Ha) : Ada pengaruh pemberian rebusan daun

salam terhadap kadar urat pada lansia di Desa Beruk Wetan Kec.

Jatiyoso Kab. Karanganyar.


29

2.4 Keaslian Penelitian

Tabel 2.4

No Nama Judul Metode Hasil


1 Febriyanti, Pengaruh Menggunakan Pemberian rebusan daun
Mira Andika pemberian pra- salam efektif untuk
rebusan daun eksperiment menurunkan kadar asam
salam (syzgium dengan urat pada lansia. Hasil uji
polyanthum) pendekatan paired t-test didapatkan
kadar asam urat one group nilai p value 0,000
pada lansia pretest-posttest (p<0,05).
design
2 Ditya Pengaruh Penelitian Terbukti responden
Yankusuma, rebusan daun quasi mengalmi penurunan
Praadita Putri salam terhadap eksperimental setelah pemberian rebusan
penurunan kadar dengan daun salam. Hasil p-value
asam urat di rancangan sebesar 0,021< a (0,05).
desa penelitian
Malanggaten pretest-posttest
kec. pengaruh
Kebakkramat pemberian
kab. rebusan daun
Karanganyar salam
3 Ayuro Rebusan daun Penelitian pre- Terdapat perbedaan yang
Cumayunaro salam untuk eksperimen signifikan antara kadar
penurunan kadar dengan asam urat sebelum dan
asam urat dan rancangan one sesudah pemberian air
intensitas nyeri grouppretest- rebusan daun salam pada
artritis gout di posttest pasien dengan arthritis
puskesmas dimana pada gout p value 0,000
andalas padang prnrlitian ini (p<0,05)
untuk melihat
pengaruh air
rebusan daun
salam
dilakukan
observasi
pretest-posttest
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan

adalah eksperimen semu (quasi experiment) yaitu metode penelitian yang

digunakan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang

dikenakan pada subjek yang diteliti dengan mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali (Sugiyono, 2012).

Desain penelitian yang akan digunakan adalah eksperimen semu (quasy

eksperimen). Penelitian quasy ekspeiment merupakan rancangan yang

berupaya untuk menggabungkan sebab akibat dengan melibatkan kelompok

kontrol dibanding kelompok eksperimen (intervensi), tetapi pemilihan kedua

kelompok ini tidak menggunakan teknik acak (Notoadmojo, 2012).

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre test-post test

control group design, berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :

R : Responden penelitian

R1 : Responden kelompok Penelitian

30
31

R2 : Responden kelompok kontrol

X1 : Intervensi pada kelompok perlakuan

X2 : Kelompok kontrol tanpa perlakuan

O1 : Pre test pada kelompok perlakuan

O2 : Post test pada kelompok perlakuan

O3 : Pre test pada kelompok kontrol dengan diberikan perlakuan yang sama

tetapi diberikan setelah post test

O4 : Post test pada kelompok kontrol dengan diberikan perlakuan yang sama

tetapi diberikan setelah post test

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk mempelajari untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang

mengalami asam urat (gout arthritis) di Desa Beruk Wetan, Kec. Jatiyoso

Kab. Karanganyar sejumlah 30 orang.

3.2.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2015) dalam menentukan sampel dari populasi

pada penelitian eksperimen sederhana dengan kontrol eksperimen yang

ketat, penelitian yang sukses adalah dengan ukuran 10 sampai 20 sampel


32

penelitian. Dalam penelitian eksperimen jumlah sampel minimum yang

digunakan adalah 15 dari masing-masing kelompok.

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30

responden dibagi dua kelompok yaitu sebanyak 15 responden pada

kelompok intervensi dan 15 responden pada kelompok kontrol di Desa

Beruk Wetan kec. Jatiyoso Kab. Karanganyar.

1. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah non

probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak

memeberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2015).

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode

quota sampling yaitu teknik cara pengambilan sampel dari populasi

yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang

diinginkan (Sugiyono, 2015).

Dalam penelitian ini jumlah (kuota) yang dibutuhkan sebanyak 30

sampel penelitian. Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria

ekslusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya

sampel yang tersebut digunakan (Aziz, 2013).

a). Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek

penelitian dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat

sebagai sampel. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam


33

menentukan kriteria inklusi (Aziz, 2013). Pada penelitian ini kriteria

inklusinya adalah sebagai berikut :

1) Lansia yang berusia 60 tahun ke atas (laki-laki atau pun

perempuan).

2) Lansia yang mempunyai kadar asam urat > 6,0 mg/dl untuk

perempuan dan >7,0 mg/dl untuk laki-laki.

3) Bersedia menjadi subjek penelitian.

4) Kooperatif .

b). Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai

sampel penelitian (Aziz, 2013).

Pada penelitian ini, kriteria eksklusi sebagai berikut :

1) Lansia tidak dapat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

2) Responden yang mengkonsumsi obat penurun asam urat

3.3 Tempat dan Waktu Penlitian

3.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Beruk Wetan Kec. Jatiyoso Kab.

Karanganyar.

3.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada Maret, 2019.

3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran


34

3.4.1 variabel

Variabel adalah semua sifat yang akan diukur atau diamati yang

nilainya bervariasi antara satu objek ke objek lainnya dan terukur

(Riyanto, 2011). Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu :

1. Variabel Independen (Variabel bebas) adalah variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab akibat perubahan atau

timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini

variabel independenya adalah terapi rebusan daun salam.

2. Variabel Dependen (variabel terikat) adalah variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Dalam

penelitian ini variabel dependennya adalah kadar asam urat.

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah mendefisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2014).

Tabel 3.2 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Skala

1 Rebusan daun 10 lembar daun SOP 0 = tidak Nominal


salam (variabel salam yang direbus (Standar diberikan
independen) dengan 400 ml air Operational terapi rebusan
sampai mendidih. Procedur) daun salam
Setiap minum 200 1 = diberikan
ml. diminum setiap terapi rebusan
pagi dan sore selama daun salam
7 hari.
35

2 Kadar asam urat Kadar asam urat Alat cek Kadar asam Rasio
(Variabel meningkat ketika asam urat, urat Normal
Dependen) ginjal tidak mampu strip asam 2,4-6,0 mg/dl
mengeluarkannya urat, cek untuk
melalui urin, yang asam urat perempuan
timbul akibat dan 3,4-7,0
gangguan untuk laki-
metabolisme purin laki. (Savitri,
yang ditandai 2017)
dengan tingginya
kadar asam urat
dalam darah

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan antara lain :

1. Alat cek asam urat digital sebanyak 1 buah

2. Strip asam urat Easy Touch sebanyak 100 buah

3. Jarum lancet Gea sebanyak 100 buah

4. Alkohol One swaps sebanyak 1 dus

5. Sarung tangan Sensi ukuran S sebanyak 1 dus

6. Buku tulis

7. Bolpoin

8. Lembar Observasi

9. SOP Rebusan Daun Salam

10. Rebusan daun salam : Menurut Hazielawati, (2014) dosis

pemberian rebusan daun salam yaitu 10 lembar daun

salam direbus dengan 400 ml sampai menididih. Setiap

minum 200 ml, diminum setiap pagi dan sore hari selama

7 hari.
36

3.5.1 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam

mendapatkan data penelitian, pengumpulan data ini dilakukan

dengan tahap sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

a. Peneliti meminta surat keterangan dari kampus

STIKes Kusuma Husada Surakarta untuk mengajukan

permohonan ijin studi pendahuluan ke Dinas

Kesehatan Karanganyar.

b. Peneliti mengajukan permohonan ijin studi

pendahuluan ke Dinas Kesehatan Karanganyar.

c. Peneliti mengajukan permohonan ijin studi

pendahuluan kepada kepala Puskesmas Jatiyoso untuk

pengambilan data diwilayah kerja Puskesmas

Jatiyoso.

d. Peneliti mengajukan permohonan ijin studi

pendahuluan kepada kepala desa Beruk Wetan untuk

wilayah pengambilan data.

e. Peneliti menyamakan persepsi dengan asistensi

dengan cara menjelaskan cara penggunaan alat digital

easy touch untuk mengukur kadar asam urat dan cara

pembuatan rebusan daun salam.

2. Tahap pelaksanaan
37

a. Peneliti menetapkan responden yang sesuai dengan

kriteria inklusi penelitian.

b. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan

tujuan kepada responden dengan cara mendatangi

posyandu lansia.

c. Menjelaskan pada responden tentang tujuan,

manfaat dan ketersediaanya menjadi responden.

d. Peneliti memberikan lembar pemberian informasi

dan lembar persetujuan atau informed consent

kepada responden yang bersedia berpartisipasi

dalam penelitian.

e. Responden pada kelompok intervensi

1) Pre test : peneliti melakukan pengukuran asam

urat sebelum pemberian rebusan daun salam.

2) Perlakuan : memberikan rebusan daun salam

400ml. setiap minum 200ml yang diminum

pada pagi dan sore hari selama 7 hari berturut-

turut.

3) Post test : peneliti melakukan pengukuran

asam urat dihari ke 8 setelah pemberian

rebusan daun salam.

f. Responden pada kelompok kontrol :


38

1) Pre test : peneliti melakukan pengukuran

asam urat pada hari pertama penelitian.

2) Perlakuan: Peneliti memberikan rebusan daun

salam setelah dilakukan post test penelitian.

3) Post test : peneliti melakukan pengukuran di

hari ke 8 setelah tujuh hari penelitian.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

3.6.1 Teknik Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010) pengolahan data yang

dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Editing (Pengeditan Data)

Pada penelitian ini editing dilakukan untuk memeriksa

kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan pada

data pre-test dan post-test pada semua kelompok baik intevensi

maupun kelompok. Editing dilakukan pada tahap pengumpulan

data, dimana peneliti melakukan pemeriksaan terhadap data

yang dapat pada pemeriksaan asam urat. sebelum diberikan

rebusan daun salam (pre-test) dan pemeriksaan asam urat

setelah diberikan rebusan daun salam dalam (post-test)

sebanyak 200 ml dengan frekuensi pada pagi dan sore hari

selama 7 hari berturut-turut.

2. Coding (Pemberian Kode)


39

Coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan. Setelah data telah di periksa

kelengkapannya selanjutnya peneliti memberikan kode pada

data yang diperoleh untuk mempermudah dalam

pengelompokan dan klasifikasi data. Setiap item jawaban yang

didapat pada lembar observasi diberi kode sesuai dengan

karakter masing-masing. Pemberian kode adalah sebagai

berikut : lembar observasi pemberian rebusan daun salam pada

kelompok intervensi “diberikan” diberi kode 1 dan pada

kelompok kontrol yang “tidak diberikan” diberi kode 0.

Sedangkan untuk asam urat maka diberikan kode sebagai

berikut : asam urat normal diberikan kode 2, dan kode 1 apabila

mengalami asam urat.

3. Entering atau Entry Data (memasukan data)

Entering yaitu data dari masing-masing responden yang

dalam bentuk “kode” (angka) dimasukan kedalam program atau

software komputer. Penelitian ini menggunakan Microsoft

Excel dan Statistical Product and Service Solutions.

4. Tabulating (Menyusun Data)

Tabulating merupakan kegiatan memasukkan data hasil

penelitian kedalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan. Data

yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan diproses dengan

menggunakan tabel tertentu menurut sifat dan kategorinya


40

(Sugiyono, 2015). Data yang dikelompokkan dalam penelitian

ini meliputi pemberian rebusan daun salam yang berupa angka

atau kode. Semua data tersebut kemudian diolah dengan

bantuan komputer.

5. Cleaning (Pembersihan Data)

Cleaning yaitu semua data dari setiap sumber data atau

responden selesai dimasukkan, dicek kembali utuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode dan ketidak

lengkapan kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi

sehingga tidak terdapat kesalahan pada data yang sudah

dimasukan.

3.6.2 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Sugiyono, 2015). Variabel numerik disajikan dalam bentuk

tabel statisistik, sedangkan variabel kategorik disajikan dalam

bentuk frekuensi dan persentase. Yang termasuk kategori

dalam penelitian penderita asam urat lanjut usia (elderly),

yaitu antara usia 60-74 tahun dan sebanyak 30 responden.


41

Analisa univariat dalam penelitian menggunakan distribusi

frekuensi dengan hasil presentase yang didapatkan dari nilai

pretest dam post test kemudian di tabulasi dikelompokkan dan

diberikan skor variabel independenya adalah rebusan daun

salam dan variabel dependennya adalah penurunan kadar asam

urat.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan (Notoatmodjo, 2014).

Analisa bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui Analisa bivariat dalam penelitian ini untuk

mengetahui adanya pengaruh rebusan daun salam terhadap

kadar asam urat di Desa Beruk Wetan Kec. Jatiyoso Kab.

Karanganyar.

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data

dalam penelitian ini menggunakan metode analisis uji Shapiro-

wilk untuk sampel kecil jumlah sampel n=30 (≤50). Hasil dari

Skala data dalam penelitian ini termasuk data numerik yaitu

rasio, sehingga menggunakan uji parametrik. Hasil dari uji

normalitas menunjukkan bahwa data pada penelitian ini

normal, maka menggunakan uji paired t-test dan uji

independent t-test dengan p value 0,000 < 0,005 maka Ho


42

ditolak dan Ha diterima yang artinya ada perbedaan antara

sebelum dan sesudah diberikan rebusan daun salam pada

lansia.

3.7 Etika Penelitian

3.7.1 Informed consion

Informed contion merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Informed consion tersebut diberikan sebelum

penelitian dilakukan dengan mememberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden (Hidayat,2011). Peneliti membuat lembar

persetujuan pada responden terlebih dahulu dengan menuliskan

identitas peneliti, tujuan penelitian serta permohonan kesedian

responden untuk berpartisipasi dalam penelitian.

3.7.2 Anonimity

Digunakan untuk memberikan jaminan dalam penggunaan

subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencamtumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan disajikan. (Hidayat,2011). Peneliti menggunakan

penulisan sistem ceklist dengan tidak perlu mencantumkan nama

pada lembar pengumpulan data.


43

3,7,3 Confidentiality

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi

yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

(Hidayat,2011).

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti , peneliti menggunakan kode sebagai

pengganti identitas responden.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Analisa Univariat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rebusan daun salam

terhadap asam urat di Desa Beruk Wetan Kecamatan Jatiyoso Kabupaten

Karanganyar. Penelitian pada bulan Maret, 2019 di Posyandu Lansia Desa

Beruk Wetan. Rancangan penelitian ini adalah Quasy Experiment dengan Pre

and post test Control Group dan sampel pada penelitian dibagi menjadi 2

kelompok antara lain 15 orang sebagai kelompok eksperimen yang

mendapatkan rebusan daun salam selanjtnya 15 orang sebagai kelompok

kontrol yang tidak mendapat rebusan daun salam.

4.1.1 Karakteristik Responden


1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di
Posyandu Lansia Desa Beruk Wetan Kecamatan
Jatiyoso Kabupaten Karanganyar (n=30)
Kelompok Usia Responden
Mean Median Min Max
Kelompok Intervensi 65,2 65 60 70
Kelompok Kontrol 65,8 67 61 70
Berdasarkan Tabel 4.1 distribusi dengan usia pada kelompok eksperimen

menunjukkan bahwa rata-rata usia 65,2 dengan usia tertua 70 tahun dan

termuda 60 tahun, sedangkan pada kelompok konrol rata-rata usian 65,8,

dengan usia tertua 70 tahun dan termuda 61 tahun.

44
45

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan jenis kelmin adalah


sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi responden menurut Jenis Kelamin di Posyandu
Lansia Desa Beruk Wetan Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar
(n=30)
Jenis Kelamin Kelompok Intervensi Kelompom Kontrol
F % F %
Perempuan 10 66,7 12 80,0
Laki-laki 5 33,3 3 20,0
Total 15 100 15 100
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan

jenis kelamin pada kelompok intervensi diketahui bahwa mayoritas responden

berjenis kelamin perempuan sebanyak 10 responden (66,7%) dan pada

kelompok kontrol diketahui baahwa mayoritas responden berjenis kelamin

perempun sebanyak 12 responden (80,0 %).

4.2 Kadar Asam Urat Pre Test Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok

Kontrol

Tabel 4.3 Hasil Analisa Kadar asam urat Pre Test Intervensi dan Kontrol
Variabel Distribusi Data
Mean Median SD Min Max
Kelompok Eksperimen 9,0 8,8 1,2 7,4 11,5
Kelompok Kontrol 7,1 7,2 0,2 6,8 7,6
Diketahui dari tabel 4.3 menunjukan bahwa nilai rata-rata kadar asam

urat pre test pada kelompok eksperimen adalah 9,0 ml/dL dengan nilai

tertinggi 11,5 ml/dL dan nilai terendah 7,4 ml/dL. Sedangkan nilai rata-rata

kadar asam urat sebelum pada kelompok kontrol adalah 7,1 ml/dL dengan

nilai tertinggi 7,6 ml/dL dan nilai terendah 6,8 ml/dL.


46

4.3 Kadar Asam Urat Post Test Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol
Tabel 4.4 Hasil Analisa Kadar Asam Urat Post Test Eksperimen dan Kontrol

Variabel Distribusi Data


Mean Median SD Min Max
Kelompok Eksperimen 5,8 5,2 1,1 3,5 7,0
Kelompok Kontrol 7,0 7,0 0,2 6,7 7,5
Diketahui dari tabel 4.4 menunjukan bahwa nilai rata-rata kadar asam urat

post test pada kelompok eksperimen adalah 5,8 ml/dL dengan nilai tertinggi

7,0 ml/dL dan nilai terendah 3,5 ml/dL. Sedangkan nilai rata-rata post test

pada kelompok kontrol adalah 7,0 ml/dL dengan nilai tertinggi 7,5 ml/dL

dan nilai terendah 6,7 ml/dL.

4.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat pada penelitian ini dilakukan bertujuan untuk

menganalisis pengaruh rebusan daun salam terhadap kadar asam urat pada

lansia di Desa Beruk Wetan Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar.

4.2.1 Uji Normalitas

Peneliti menggunakan uji normalitas dengan metode analisis parameter

Shapiro-Wilk dengan kemaknan (p)> 0,05 (Sugiyono, 2011). Jika didapatkan

nilai p > 0,05 maka data terdistribusi secara normal dan uji paired test

digunakan pada kelompok berpasangan sedangkan uji independent test

digunakan pada kelompok tidak berpasangan dapat dilakukan, tetapi jika data

tidak terdistribusi normal menggunakan Mann Whitney digunakan pada

kelompok tidak berpasangan. Uji normalitas dapat dilihat pada tabel dibawah

ini :
47

Tabel 4.5 Hasil uji Shapiro-Wilk Kadar Asam Urat Pre dan Post Pemberian
Intervensi
No Variabel Pengukuran Shapiro-Wilk
1 Kadar Asam Urat -Sebelum 0,342
Kelompok Interveni -Sesudah 0,248
2 Kadar Asam Urat -Sebelum 0,548
Kelompok Kontrol -Sesudah 0,195
Hasil uji normalitas pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa kadar asam urat

pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah

pemberian intervensi memiliki distribusi data normal dengan nilai Shapiro-

Wilk > 0,05 sehingga dilakukan uji paired test dan uji independent t-test.

4.2.2 Pengaruh perubahan kadar asam urat pre test dan post test pada

kelompok Intervensi dan Kontrol

Tabel 4.6 Hasil Uji Paired t test pengaruh perubahan kadar asam urat pre test dan
post test pada kelompok Intervensi dan Kontrol (n=30)
Kelompok Distribusi Data
N Mean St. Dev P-value
Kelompok Intervensi Pre Test 15 9,0 1,2 0,000
Post Test 15 5,2 1,6
Kelompok Kontrol Pre Test 15 7,1 0,2
Post Test 15 7,0 0,2
Tabel 4.6 menunjukkan hasil Uji Paired t test nilai kadar asam urat

sebelum dan sesudah pemberian rebusan daun salam pada lansia kelompok

intervensi dengan nilai p value 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak berarti ada

perbedaan antara sebelum dan sesudah pemberian rebusan daun salam pada lansia

pada kelompok intervensi.

4.2.3 Perbedaan Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Asam

Urat Pada kelompok Intervensi dan Kontrol


48

Tabel 4.7 Hasil uji independent test Perbedaan Pengaruh Rebusan Daun Salam
Terhadap Penurunan Asam Urat Pada kelompok Intervensi dan Kontrol
Variabel Kelompok Fase Min Max Mean Sd P-Value
Kadar Perlakuan Post test 3,5 7,0 5,2 1,1659 0,000
asam urat Kontrol Post test 6,7 7,5 7,0 0,2664

Berdsarkan tabel 4.8 diketahui hasil uji paired t-test bahwa ada perbedaan

tingkat kadar asam urat pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

dengan P-Value 0,000<0,005 yang berarti ada perbedaan antara kadar asam

urat pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Hasil penelitian diketahui bahwa usia kelompok eksperimen menunjukkan

bahwa rata-rata usia 65,2 tahun dengan usia tertua 70 tahun dan termuda 60 tahun,

sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata usia 65,8 dengan usia tertua 70 tahun

dan termuda 61 tahun. Pada kedua kelompok tidak ada perbedaan usia yang

terlampau jauh. Sejalan dengan penelitian (Febrianti & Mira, 2018) mengatakan

sebagian besar penderita asam urat berada pada tahap lanjut usia (elderly) yaitu

51,9 %. Usia responden termasuk dalam kategori lanjut usia (elderly) yaitu antara

60-74 tahun (WHO, 2014). Menurut Andry. Dkk (2009) bahwa salah satu

penyebab dari penyakit asam urat adalah usia. Prevalensi kejdian asam urat lebih

banyak terjadi pada umur 65-74 tahun. Menurut teori yang dikemukakan Ode

(2012), usia dapat dijadikan faktor resiko terjadinya asam urat karena ketika

seseorang bertambah tua maka akan terjadi perubahan (penurunan) pada proses

metabolisme dalam tubuh dan asam urat merupakan penyakit yang disebabkan

oleh penimbunan kristal umumnya monosodium di dalam tubuh. Penyakit asam

urat merupakan kadar asam urat dalam darah normal pada pria dan wanita

cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia yang umumnya dilami

pada usia 40 tahun keatas. Pada wanita peningkatan ini di

dimulai sejak masa monopouse. (Depkes, 2014).

49
50

monosodium di dalam tubuh. Penyakit asam urat merupakan kadar asam urat

dalam darah normal pada pria dan wanita cenderung meningkat sejalan dengan

peningkatan usia yang umumnya dialami pada usia 40 tahun keatas. Pada wanita,

peningkatan ini dimulai sejak masa monopouse. (Depkes, 2014).

Peneliti berpendapat bahwa pada usia muda responden mengatakan sudah

sering mengkonsumsi kacang-kacangan dan jeroan ayam. Pola makan dengan

mengkonsumsi makan-makanan yang tinggi purin dalam waktu yang lama akan

berpengaruh terhadap kesehatan salah satunya penyakit asam urat.

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini ditemukan data responden pada kelompok intervesi

berjenis kelamin perempuan sebanyak 10 orang (66,6%) dan pada kelompok

kontrol sebanyak 12 orang (80,0%). Sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki

pada kelompok intervesi sebanyak 5 orang (33,3%) dan pada kelompok kontrol

sebanyak 3 orang (20,0%). Hasil ini menunjukan bahwa kejadian asam urat

banyak dialami oleh perempuan.

Pada wanita sebelum masa menopause mempunyai kadar asam urat lebih

rendah dari pada pria dengan usia yang sama, namun setelah menopause kadar

asam urat pada wanita cenderung meningkat karena berkurangnya hormon

eksterogen (Diantari, 2013). Hormon ekstrogen yang berfungsi sebagai uricosuric

agent yaitu suatu bahan kimia yang berfungsi membantu ekskresi asam urat

melalui ginjal (Setyoningsih, 2009). Jenis kelamin dan hormon yang mendukung

terjadinya peningkatan kadar asam urat dimana kadar asam urat laki-laki

cenderung meningkat karena tidak mempunyai hormon eksterogen dan pada


51

wanita setelah menopause karena hormone ekstrogen sudah berkurang.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan bahwa pola makan juga sangat erat

kaitannya dengaan tingginya kejadian gout pada wanita (Kurniawati, 2013).

Peneliti berpendapat bahwa kejadian asam urat banyak dialami oleh

perempuan dibandingkan oleh para laki-laki dikarenakan pada perempuan

mengalami penurunan kadar hormon ekstrogen dan cenderung meningkat setelah

masa menopause. Selain disebabkan karena penurunan fungsi hormon eksterogen

bisa juga disebabkan karena penurunan fungsi tubuh lainnya. Hai ini dapat

dijadikan salah satu sebagai pengaruh terhadap meningkatnya kadar asam urat

pada lansia.

5.2 Kadar Asam Urat Pre Test Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok

Kontrol

Hasil pemeriksaan kadar asam urat pada responden sebelum diberikan

perlakuan dengan pemberian rebusan daun salam pada kelompok intervesi kadar

asam urat dengan nilai rata-rata sebesar 9,0 mg/dl. Kadar asam urat pada

kelompok kontrol dengan nilai rata-rata sebesar 7,1 mg/dl. Dilihat dari nilai rata-

rata kadar asam urat bahwa kelompok intervensi sebelum di berikan perlakuan

lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Responden yang diambil

untuk sample dengan kadar asam urat > 6,0 mg/dl untuk perempuan dan > 7,0

mg/dl untuk laki-laki, hal ini sesuai dengan rencana pemberian rebusan daun

salam 400 ml, setiap minum 200 ml dan dimum setiap paagi dan sore selama 7

hari dengan harapan setelah dilakukan perlakuan kadar asam urat dapat turun

menjadi normal < 6,0mg/dl untuk perempuan dan < 70 mg/dl.


52

Menurut teori Dalimartha (2014), yang menerangkan bahwa meningkatnya

kadar asam urat terjadi karena produksi asam urat di dalam tubuh meningkat,

kurangnya pembuangan asam urat, produksi asam urat berlebihan sedangkan

pembuangannya terganggu, dan penyebab lainnya seperti suku bangsa/ras,

kegemukan (obesitas), monogolism (kelainan Kongenital). Asam urat merupakan

suatu penyakit yang disebabkan karena penimbunan kristal monosodium urat

dalam tubuh. Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah

satu komponen asam nukleat dapat mengakibatkan gangguan pada inti sel tubuh.

Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia

seperti rasa linu-linu dan nyeri di daerah persendian bagi penderitanya (Junaidi,

2013). Menurut Savitri (2017) tanda dan gejala yang menyertai peningkatan kadar

asam urat adalah selalu merasa cepat lelah dan badan terasa pegal-pegal, nyeri

dibagian otot, persendian pinggang, lutut, punggung dan bahu, muncul rasa linu

dan kesemutan yang sangat parah.

Peneliti berpendapat bahwa meningkatnya asam urat dalam tubuh dipicu

dari terjandinya penumpukan kadar asam urat dalam tubuh yang berlebihan

sehingga menyebabkan tubuh merasa linu di bagian persendian, lutut dan nyeri

bagian otot. Dengan rencana pemberian terapi non farmakologi rebusan daun

salam diharapkan dapat menurunkan kadar asam urat.

5.3 Kadar Asam Urat Post Test Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok

Kontrol

Hasil penelitian yang didapatkan dari responden kelompok intervensi dan

kelompok kontrol, kadar asam urat post test kelompok intervensi paling rendah
53

3,5 mg/dl dan paling tinggi 7,0 mg/dl sedangkan nilai post test kadar asam urat

pada kelompok kontrol paling rendah 6,7 dan paling tinggi 7,5 mg/dl. Pada

kelompok intervensi terjadi penurunan kadar asam urat karena pada kelompok

perlakuan diberi rebusan daun salam sedangkan pada kelompok kontrol ada

penuruan tapi tidak signifikan menuju nilai normal karena tidak diberikan rebusan

daun salam dan ada faktor lain salah satunya faktor makanan atau gaya hidup.

Daun salam dipercaya dapat menjadi salah satu terapi non farmakologi untuk

menangani asam urat atau penyakit kardiovaskuler lainnya. Dalam 400 ml air

yang sudah diseduh hingga mendidih dengan sekali minum 200 ml dan

dikonsumsi 2 kali setiap pagi dan sore dapat memperbanyak produksi urin yang

akan dikelurkan dari dalam tubuh akibat sisa metabolisme dan dapat menurunkan

kadar asam urat dalam darah (Hazielawati, 2015).

Daun salam (syzgium polyantum) merupakan salah satu inovasi yang dapat

digunakan dalam pengonsumsian secara rutin dengan kandungan zat flavonoid

yang berperan dalam menurunkan kadar asam urat dalam darah karena flavonoid

dapat menghambat aksi dari enzim xeanthine ixydase sehingga pembentukan

asam urat terganggu, selain itu daun salam juga mengandung minyak atsiri yang

mengandung anti inflamasi untuk mengurangi rasa sakit akibat nyeri kesleo,

rematik dan asam urat (Handadari, 2012).

Peneliti berpendapat bahwa asam urat yang terjadi karena penumpukan

hasil metabilisme purin dalam tubuh yang berlebihan dengan dipicunya makanan

tinggi purin sehingga menyebabkan asam urat meningkat. Asam urat ditandai

dengan rasa linu-linu, bengkak pada daerah persenidan, nyeri didaerah persendian
54

dan kemerahan pada daerah persendian. Asam urat dapat diredakan oleh salah

satu tanaman tradisional yang berada di sekitar kita salah satunya menggunakan

daun salam untuk dijadikan terapi non farmakologi dengan kandungan zat anti

inflamasi dan flovonoid yang terdapat pada daun salam.

5.4 Pengaruh Kadar Asam Urat Pre Test dan Post Test Pada Kelompok

Intervensi

Pada hasil penelitian sebelum dan sesudah diberikan rebusan daun salam

pada kelompok perlakuan didapatkan rerata kadar asam urat adalah 9,0 mg/dL dan

setelah mendapatkan perlakukan rerata kadar asam urat menjadi 5,2 mg/dL. Pada

analisis Uji Paired t test didapatkan nilai P-Value 0,000 <0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada pengaruh yang

signifikan pada kadar asam urat setelah diberikan rebusan daun salam dan rerata

kadar basam urat pada kelompok kontrol 7,1 mg/dL menjadi 7,0 mg/dL. Hasil Uji

Paired t test nilai kadar asam urat sebelum dan sesudah pada lansia kelompok

kontrol dengan nilai p value 0,078 > 0,05, maka Ho diterima berarti tidak ada

perbedaan antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian (Febrianti, 2018) yang

menjelaskan bahwa terdapat perbedaan penurunan kadar asam urat pada

kelompok intervensi (nilai P=0,000). Berdasarkan penelitian sebelumnya

diketahui bahwa minum rebusan daun salam dengan teratur juga membantu

menurunkan hipertensi, kolesterol, kencing manis dan diare (Hidayat, 2015). Hal

ini dapat disimpulkan bahwa beberapa manfaat rebusan daun salam yaitu daun

salam mengandung flavonoid, minyak atsiri (sitrat dan eugnol) dan analgetik.
55

Senyawa flavonoid dapat menghambat pembentukan asam urat dalam darah,

senyawa ini bersifat deuretik untuk meluruhkan air kencing sehingga purin dapat

dikeluarkan melalu urin. Daun salam juga bersifat analgetik yang dan mengurangi

tingkat nyeri pada penderita arthritis gout (Trubus, 2009). Sedangkan menurut

(Herlina, 2013) khasiat yang terkandung dalam daun salam mempunyai beberapa

senyawa-senyawa seperti minyak atsiri, tennin, dan flavonoid yang terkndung

dalam daunnya. Kandungan dalam daun salam tersebut yang dapat menurunkan

kadar asam urat dengan jalan menghambat kerja enzim xantin oksidase sehingga

dapat menghambat pembentukan asam urat.

Peneliti berpendapat bahwa daun salam dengan berbagai kandungannya

dipercaya dapat menurunkan kadar asam urat pada lansia dengan diperoleh hasil

penurunan kadar asam urat pada kelompok intervensi dengan nilai mean pre test

9,0 md/dL dan post test 5,2 mg/dL. Hasil uji Paired T-test diperoleh hasil P-Value

0,000 < 0,005 pada kelompok perlakuan. Sehingga terapi non farmakologi dengan

rebusan daun salam tersebut dapat digunakan alternatif untuk menurunkan kadar

asam urat pada lansia.

5.5 Perbedaan Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Asam

Urat Pada kelompok Intervensi dan Kontrol

Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kadar asam urat pada

kelompok perlakuan setelah diberikan rebusan daun salam adalah 5,2 mg/dl dan

rerata kadar asam urat pada kelompok kontrol adalah 7,0 mg/Dl. Pada hasil uji

paired t test diperoleh hasil p value (0,000) < 0,05 maka Ha diterima dan Ho
56

ditolak yang artinya terdapat perubahan kadar asam urat antara kelompok

intervensi dan kelompok kontrol.

Asam urat merupakan senyawa yang ada didalam tubuh manusia dan rasio

normalnya 2,4-6,0 mg/dl untuk wanita dan 3,4-7,0 mg/dl untuk laki-laki (Savitri,

2017). Kadar asam urat pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

mengalami perbedaan karena pada kelompok perlakuan diberi rebusan daun

salam yang merupakan pengobatan herbal dengan pemberian rebusan daun

salam 2X/hari selama 7 hari berturut-turut. Rebusan daun salam yang diberikan

200 ml (Savitri, 2017).

Asam urat dalam tubuh terjadi akibat mengkonsumsi zat purin secara

berlebihan. Makanan yang mengandung purin tinggi seperti jeroan, daging,

seafood, durian, kacang-kacangan selain dari makanan juga dipicu karena

kondisi metabolisme tubuh yang tidak baik. Organ yang memproduksi purin

adalah ginjal. Ginjal yang sehat akan mengatur kadar asam urat dalam darah

keadaan normal. Tubuh menyediakaan 85% senyawa purin sebagai hasil

metabolisme, dan kebuuhan purin dari makanan sekitar 15% (Wibowo, 2010).

Dari hasil pembahasan diatas dapat dijelaskan bahwa salah satu 56 faktor

yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah 56 faktor bertambahnya usia

maupun mengkonsumsi makanan yang tinggi purin. Rebusan daun salam sendiri

merupakan pengobatan herbal yang mengandung zat flavonoid dan minyak atsiri

yang dapat membantu menurunkan kadar asam urat (Hazielawati, 2014).

Berdarkan uraian diatas peneliti berpendapat bahwa rebusan daun salam

dapat menurunkan kadar asam urat dengan cara meningkatkan sekresi urin dan
57

memperbaiki fungsi ginjal sehingga tidak ada penumpukan kadar asam urat di

dalam tubuh. sehingga terdapat pengaruh antara tidaak diberikan rebusan daun

salam dan yang diberikan rebusan daun salam terhadap asam urat pada lansia

lebih efektif dibandingkan yang tidak diberikan apapun.


BAB VI
PENUTUP

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

sebagai berikut :

6.1.1 Karakteristik responden pada distribusi usia responden menunjukkan bahwa

rata-rata usia pada kelompok perlakuan adalah 65,2. Rata-rata usia pada

kelompok kontrol adalah 65,8 dan karakteristik responden pada distribusi

jenis kelamin pada kelompok perlakuan sebanyak 10 orang

(66,7%),sedangkan pada laki-laki 5 orang (33,3%) dan kelompok kontrol

jenis kelamin perempuan 12 orang (80,0%) dan kelompok kontrol laki-laki

3 orang (20,0 %).

6.1.2 Kadar asam urat sebelum di berikan perlakuan rebusan daun salam pada

kelompok perlakuan memiliki rata-rata 9,0 mg/dL dan setelah diberikan

rebusan daun salam memiliki rata-rata 5,8 mg/dL.

6.1.3 Hasil penelitian diperoleh data p value sebesar 0,000 dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh pemberian rebusan daun salam terhadap penurunan

asam urat pada lansia di Desa Beruk Wetan Kecamatan Jatiyoso Kabupaten

Karanganyar.

6.1.4 Perbedaan kadar asam urat pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

dengan p value 0,000<0,05 yang berarti ada perbedaan antara kadar asam

urat pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

58
59

6.2 Saran

Saran yang dapat dierikan terkait dengan hasil penelitian ini antara lain

sebagai berikut :

6.2.1 Bagi Responden

Hasil penelitian ini memberikan informasi dan masukan khususnya

bagi responden mengenai penanganan asam urat secara mandiri dengan

rebusan daun salam untuk menurunkan kadar asam urat.

6.2.2 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu

acuan untuk pembinaan kesehatan terhadap penderita asam urat.

6.2.3 Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi

dalam penelitian selanjutnya. Dapat dilakukan penelitian yang serupa

dengan menambah variabel lain seperti mengkombinasikan antara terapi

rebusan daun salam dengan kompres air hangat.

6.2.4 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan

pengetahuan ilmiah tentaang pengaruh pemberian rebusan daun salam

terhadap penurunan asam urat.

6.2.5 Manfaat Bagi penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang

peengetahuan penanganan penurunan asam urat secara non farmakologi.


DAFTAR PUSTAKA

Agus Irianto. 2015. Statistik (Konsep Dasar, Aplikasi dan Pengembangannya).


Jakarta : Kencana.
Anrdry, Saryono, Arif Setya Upomo. Analis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kadar Asam Urat Pada Pekerja Kantor di Desa Karang Turi, Kecamatan
Bumiayu, Kabupaten Brebes. Jurnal Keperawatan (The Soedirrman of Nursing).
2009 : Volume 4 Nomor 3, November
Artinawati, S. 2014. Asuhan keperawatan gerontik. Bogor : IN MEDIA
Ayuro. (2017). Rebusan Daun Salam Untuk Penurunan Kadar Asam Urat dan
Intensitas Nyeri Arthritis Gout di Puskesmas Andalas Padang. Vol. XI
Jilid No. 75 April 2017
Dalimartha, (2014). Resep Tumbuhan Obat Untuk Asam Urat. Depok : Penebar
Swadaya
Damayati, D. (2012). Paduan Lengkap Mencegah dan Mengobati Asam Urat.
Yogyakarta : Araska.
Dharma, Kusuma Kelana (2011), Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian, Jakarta, Trans
InfoMedia
Depkes (2014) Tahapan Usia Menurut WHO
Febriynti & Mira Andika (2018). “Pengaruh Rebusan Daun Salam (Syzygium
polyanthum) Terhadap Kadar Asam Urat Pada Lansia” STIKes
Mercubaktijaya Padang
Handadari, Putri. (2014). Pengaruh Pemberian Seduhan Daun Salam Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di
Kelurahan Kurao Pagang Wilayah Kerja Puskesmas Naggalo Padang
Tahun 2014. STIKES Mercubaktijaya Padang.
Hazielawati, vera. (2014). Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Salam Terhadap
Kadar Asam Urat Lansia Penderita Gout di Dusun Modion Gamping
Sleman Yogyakarta. Naskah Publikasi pdf diakses pada tanggal 19 Mei
2016.
Hariyanto, Suryono. (2016). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.
Bandung. PT Remaja Rosdakarya .
Herlina, Ersi. (2013). Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Jakarta : Media
Hidayat, (2015) Kitab Tumbuhan Obat. Perpustakaan Nasional
Hidayat, (2014). Gout dan Hiperuresemia, Medicinus, vol 22, No 1, Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta
Hidayat, (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analis Data. Jakarta
: Salemba Medika.
Junaidi, I. (2006). Rematik dan Asam Urat. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer
Kelompok Gramed.
Lina, N, & Setiyono, A. (2014). Analis Kebiasaan Makan yang Menyebabkan
Peningkatan kadar asam urat. Tasikmalaya : FIK Universitas Siliwangi.
Jurnal Kesehatan Indonesia Vol. 10, No 2.
Misnadiarly. 2007. Asam Urat – Hipertensi, Arthritis gout. Jakarta : Yayasan
Obor
Murwani, Setyowati. (2010). Asuhan Keperawat Keluarga.Jogjakarta : Mitra
Cendik
Notoadmodjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. (2011) : Salemba Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta
Nur Laila. 2011. Determinasi Pengambilan Keputusan Etis Auditor Internal (Studi
Empiris pada BUMN dan BUMD di Magelang dan Temanggung).
Ode, Sharif. (2012). Asuhan Keperawatan Gerotik. Yogyakarta : Nuha Medika.

Ramayulis, R. 2013. Slim is Easy. Jakarta: Penebar Plus


RISKESDAS. 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Jakarta
Savitri, Dina (2017). Cegah Asam Urat dan Hipertensi. Yogyakarta : Anak Hebat
Indonesia.
Setyoningsih, R. (2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hiperurismia pada pasin rawat jalan rsup dr.kariadi semarang. Diakses 1
maret 2019,
http://jurnalperawat.stikespemkabjombang.ec.id/index.php/maret2019/ar
ticle/down;oad/27/2
Smeltze r, Susan C. (2016). Keperawatan Medikal Bedah : Brunner & Suddari
Edisi 12. Jakarta : EGC.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan R & D. Penerbit
Alfabeta : Bandung
Sustrani, L. (2007). Asam Urat. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Suriana, Neti. (2014). Herbal Sakti Atasi Asam Urat.Perpustakaan Nasional

Sunaryo. (2016). Psikologi Untuk Keperawatan, Edisi 2. Jakarta : EGC


Tamber, (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Tampubolon, (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama,
MitraWacana Media, Jakarta.
TRUBUS. (2009). “Daun Salam” Diambil kembali dari www.trubus-
online.co.id/daun-salam/. (Diakses pada tanggal 1 maret 2019).
Wibowo. 2010. Manajemen Kinerja (Edisi Ketiga). Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Di tempat

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini saya :
Nama : Hesti Lestari
Nim : S15019

Adalah mahasiswa program studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada


Surakarta, akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Rebusan Daun
Salam Terhadap Penurunan Asam Urat Pada Lansia Di Desa Beruk Wetan
Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar” sehubung dengan hal tersebut saya
mohon kesediaan saudari untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang
tersedia. Data saudari saya jamin kerahasiannya dan data ini di perlukan untuk
penelitian serta untuk perkembangan ilmu kesehatan.

Atas partisipasi, bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.

Surakarta, Maret, 2019


Hormat saya
Peneliti

Hesti Lestari
Lampiran 20
Lampiran 21

LEMBAR OBSERVASI KELOMPOK INTERVENSI

NO Karakteristik Responden Pelaksanaan Intervensi


Nama Umur Jenis Kadar Asam Urat
Kelamin Pre Post
Lampiran 22

LEMBAR OBSERVASI KELOMPOK KONTROL

NO Karakteristik Responden Pelaksanaan Intervensi


Nama Umur Jenis Kadar Asam Urat
Kelamin Pre Post
Lampiran 23

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

REBUSAN DAUN SALAM

STANDAR OPERASIONAL Pelaksanaan


PROSEDUR Rebusan daun salam

PENGERTIAN Memberikan rebusan daun salam

TUJUAN Menurunkan kadar asam urat


SYARAT / KEBIJAKAN Dilakukan oleh lansia
PERALATAN DAN BAHAN Alat
1. Panci
2. Gelas
3. Saringan
Bahan
1. Daun salam 10 lembar

2. Air 400 ml

Cara 1. Cuci daun salam hingga bersih


2. Rebus daun salam dalam 400 ml
air hingga mendidih.
3. Tuangkan air rebusan daun
salam ke dalam 2 gelas, dan
konsumsi setiap pagi dan sore
selama 7 hari.
Lampiran 24

Kelompok Intervensi
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pretest 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%


Posttest 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%

Statistic Std. Error

Mean 9.007 .3133

95% Confidence Interval for Lower Bound 8.335


Mean Upper Bound 9.679
5% Trimmed Mean 8.957
Median 8.800
Variance 1.472
Pretest Std. Deviation 1.2133
Minimum 7.4
Maximum 11.5
Range 4.1
Interquartile Range 2.0
Skewness .742 .580
Kurtosis -.217 1.121
Mean 5.207 .3010

95% Confidence Interval for Lower Bound 4.561


Mean Upper Bound 5.852
5% Trimmed Mean 5.202
Median 5.200
Variance 1.359
Posttest Std. Deviation 1.1659
Minimum 3.5
Maximum 7.0
Range 3.5
Interquartile Range 2.0
Skewness .221 .580
Kurtosis -.954 1.121
Lampiran 25
Lampiran 26

Anda mungkin juga menyukai