SKRIPSI EKA KURNIA Sidang - Revisi Ns. Roma
SKRIPSI EKA KURNIA Sidang - Revisi Ns. Roma
SKRIPSI EKA KURNIA Sidang - Revisi Ns. Roma
SKRIPSI
EKA KURNIA
12201053
Universitas Borobudur
UNIVERSITAS BOROBUDUR
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
EKA KURNIA
12201053
NPM : 12201053
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di Jakarta
Tanggal 11 Agustus 2022
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.
iii
UNIVERSITAS BOROBUDUR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Abstrak
Kepatuhan diet pada pasien DM masih menjadi masalah yang harus segera diatasi,
kurangnya pengetahuan salah satu penyebab mengenai diet DM.Penderita penyakit
DM masih merasa kesulitan untuk mengontrol pola diet DM yang benar. Pada
tahun 2021 di Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri karawang ditemukan kasus DM
tipe 2 sebanyak 76 orang. Indikasi rawat inap karena kadar gula darah yang tinggi.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2 di rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri
Karawang. Desain penelitian ini menggunakan Deskriptif correlation dengan
populasi dan sampel penderita DM tipe 2 sebanyak 55 orang dengan
mengguanakan Teknik purposive sampling. Hasil penelitian didapatkan
pengetahuan hamper setengahnya kurang sebanyak 24 orang (43,6%) dan yang
tidak mematuhi diet DM sebanyak 29 orang (52,7%). Ada hubungan antara
pengetahuan dengan kepatuhan diet pada pasien Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri
Karawang (p value = 0,001)
iv
BOROBUDUR UNIVERSITY
FACULTY OF HEALTH SCIENCE
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
Eka Kurnia
The relationship between the level of knowledge and dietary compliance in type II
Diabetes Mellitus patients in the Dewi Sri Karawang Hospital inpatient.
Abstrack
Dietary compliance in DM patients is still a problem that must be addressed
immediately, lack of knowledge is one of the causes regarding the DM diet. DM
sufferers still find it difficult to control the correct DM diet pattern.
In 2021, in the Dewi Sri Karawang Hospital Inpatient Care, 76 cases of type 2
DM were found. Indications for hospitalization due to high blood sugar levels.
The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge
and dietary compliance in type 2 DM patients in the Dewi Sri Karawang Hospital
inpatient.The design of this study used a descriptive correlation with the
population and a sample of 55 people with type 2 diabetes mellitus using
purposive sampling technique. The results showed that almost half of the
knowledge was lacking as many as 24 people (43.6%) and 29 people who did not
comply with the DM diet (52.7%). There is a relationship between knowledge and
dietary compliance in inpatients at Dewi Sri Karawang Hospital (p value = 0.001)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir guna mencapai gelar
Sarjana Keperawatan.Saya bersyukur dapat menjalani proses penyusunan skripsi ini,
sehingga saya banyak mendapatkan pengalaman baru. Saya menyadari bahwa tanpa
dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit bagi saya untuk menyelesaikan
penyusunan skripsi ini, oleh karena itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan
terima kasih yang sedalam- dalamnya kepada :
vi
8. Anak dan suami tercinta yang selalu mendukung, tidak pernah putus memberikan
do’a, perhatian dan kasih sayang, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
9. Teman - teman seperjuangan FIKES Universitas Borobudur Program kelas
SEHATI yang selalu memberikan semangat satu sama lain, semoga kita dapat
menggapai cita – cita yang diharapkan.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu saya
dalam penyusunan skripsi ini.
Saya berharap semoga Allah SWT. Membalas semua kebaikan semua pihak yang
telah membantu saya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Saya menyadari
banyak kekurangan dari segi isi dan penulisan. Oleh karena saya mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat diterima dan
bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
BAB 4 HASIL PENELITIAN...............................................................................41
4.1. Karakteristik ..................................................................................................42
4.2. Pengetahuan....................................................................................................45
4.3. Kepatuhan Diet...............................................................................................46
4.4. Hubungan antar Pengetahuan Dengan kepatuhan Diet pada Pasien DM Tipe 2 di
Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri Karawang .....................................................46
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................51
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian.
International Diabetes Federation (IDF. 2020 ) melaporkan 463 juta orang dewasa di
dunia menyandang diabetes dengan prevalensi global mencapai 9,3
persen. Sedangkan tahun 2021, IDF mencatat 537 juta orang dewasa (umur 20 - 79
tahun) atau 1 dari 10 orang hidup dengan diabetes di seluruh dunia. Diabetes juga
menyebabkan 6,7 juta kematian atau 1 tiap 5 detik. termasuk diabetes tipe 1 dan tipe
2, serta didiagnosis dan diabetes yang tidak terdiagnosis.
1
Universitas Borobudur
2
pada tahun 2018. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,
prevalensi DM di Jawa Barat mencapai 1,74% (diperkirakan 570.611 penderita
diabetes). Dan pada tahun 2021, Dinas Kesehatan Jawa Barat menemukan sejumlah
46.837 orang dengan Diabetes dan 17.379 atau 37,1% di antaranya tidak
mendapatkan perawatan kesehatan yang layak sesuai standar pemerintah. Sedangkan
di Kabupaten Karawang prevalensi pasien yang terdiagnosis DM sebesar 1,0% dan
dengan gejala sebesar 1,2%. Peningkatan prevalensi DM terjadi akibat bertambahnya
populasi penduduk usia lanjut dan perubahan gaya hidup, mulai dari pola makan,
jenis makanan yang dikonsumsi sampai berkurangnya kegiatan jasmani. (Riskesdas,
2018).
Beberapa Faktor risiko penyakit DM terbagi menjadi faktor yang berisiko tetapi dapat
berubah oleh manusia, dalam hal ini dapat berupa pola makan, pola kebiasaan sehari-
hari seperti makan, pola istirahat, pola aktifitas dan pengelolaan stres. (Kemenkes,
2010), Faktor yang kedua adalah faktor yang berisiko tetapi tidak dapat berubah
seperti usia, jenis kelamin serta faktor keturunan (Suiraoka, 2012). Dan Faktor risiko
yang berpengaruh pada peningkatan prevalensi DM antara lain kegemukan, kurang
aktifitas fisik, dislipidemia, riwayat penyakit jantung, hipertensi dan diet tidak
seimbang ( P2PTM. 2019 ). Sedangkan menurut PERNEFRI, Diabetes Melitus
merupakan faktor penyebab utama terjadinya penyakit ginjal kronik yang
mengharuskan pasien akhirnya mengikuti haemodialisa. Diabetes Melitus (DM)
menimbulkan proses degeneratif yang kemudian mempercepat komplikasi
kardiovaskuler. Untuk mencegah kerusakan organ pada DM dengan GGK tindakan
dialisis dapat dimulai pada TKK/LFG < 15 mL/menit. (PERNEFRI,2021)
Komplikasi Diabetes berkembang secara bertahap, dari Ketika terlalu banyak gula
menetap dalam aliran darah untuk waktu yang lama, hal itu dapat mempengaruhi
pembuluh darah, saraf, mata, ginjal dan sistem kardiovaskular. Komplikasi lain
termasuk serangan jantung dan stroke, infeksi kaki yang berat (menyebabkan
gangren, dapat mengakibatkan amputasi), gagal ginjal stadium akhir dan disfungsi
3
seksual. Setelah 10-15 tahun dari waktu terdiagnosis, prevalensi semua komplikasi
Diabetes meningkat tajam. ( P2PTM Kemenkes RI, 2019 ). Harapannya dengan
menerapkan kepatuhan dalam melakukan penatalaksanaan DM dapat mengurangi
faktor risiko komplikasi dari DM dan penderita DM mempunyai harapan hidup yang
lebih baik dibandingkan yang tidak patuh diet dan gula darah menjadi tidak
terkontrol.
Masalah yang terjadi adalah Sebagian besar penderita penyakit DM tidak mengikuti
diet DM yang sudah dianjurkan. Hasil penelitian Norita (2019) didapatkan hasil
bahwa sebagian besar responden tidak patuh terhadap diet DM, dimana masih banyak
responden yang masih kurang mengerti tentang makanan yang dapat menyebabkan
terjadinya komplikasi DM. Sedangkan Penelitian Andyani (2017), menyebutkan
bahwa tingkat ketidakpatuhan yang tinggi berada pada item jumlah makanan yang
dikonsumsi responden yaitu sebanyak 84,4%. Penelitian yang dilakukan Isnaeni
(2018) menjelaskan bahwa tepat jumlah, jadwal dan jenis merupakan 3 komponen
diet yang harus dipatuhi, sebagian besar subjek sudah mulai memilih jenis-jenis
bahan makanan yang sesuai dengan diet DM dalam perilaku makan sehari-hari, tetapi
untuk ketepatan jumlah maupun jadwal makan, masih banyak subjek penelitian yang
belum menerapkannya dalam diet sehari-hari.
Dari hasil penelitian para ilmuwan diatas ada beberapa penyebab meningkatnya
penderita diabetes melitus diseluruh dunia, terutama pengetahuan yang kurang dan
gaya hidup yang salah sehingga pasien tidak patuh terhadap diet diabetes melitus
yang seharusnya di taati supaya gula darah tidak naik / meningkat. uraian tersebut
diatas, maka Penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat
5
Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Diabetes Melitus di Rawat Inap Rumah Sakit
Dewi Karawang.
Hasil penelitian ini sebagai sumber referensi berhubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan diet penderita DM.
1.4.2. Bagi Institusi Rumah Sakit
Sebagai masukan bagi rumah sakit dan petugas kesehatan dalam upaya peningkatan
pengetahuan dan pelayanan keperawatan tentang kepatuhan diet penderita Diabetes
Melitus
1.4.3. Bagi Peneliti
Merupakan proses belajar memecahkan masalah secara sistematis dalam
mendapatkan ilmu selama menempuh akademik untuk mengembangkan praktek
pelayanan keperawatan yang nyata di rumah sakit.
1.4.4. Bagi Pasien
Diharapkan dengan penelitian akan memberikan konstribusi yang berarti terhadap
peningkatan pengetahuan dan kepatuhan pasien DM.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai pengetahuan, Diabetes melitus, diet Diabetes melitus dan
kepatuhan.
2.1.2. Klasifikasi
Klasifikasi DM sebagai berikut :
2.1.2.1. Tipe 1 : Diabetes Melitus tergantung insulin (IDDM).
Diabetes tipe 1 (diabetes melitus tergantung insulin) disebabkan kerusakan sel Beta
pankreas. Penyebab kerusakan sel B pada diabetes tipe I tidak diketahui. Beberapa
kasus diabetes tipe 1 akibat infeksi virus. Virus penyebab diabetes tipe 1 adalah virus
coxsakie atau virus mumps. Autoimunitas diyakini sebagai mekanisme utama yang
terlibat. Autoantibodi sel islet hadir dalam serum 90% dari kasus DM tipe 1
didiagnosis awal. Antibodi tersebut menyerang beberapa komponen sel, termasuk
sitoplasma dan membran antigen atau terhadap insulin itu sendiri (IgG dan IgE
7
Universitas Borobudur
8
antibodi). Aktifitas Limfosit T juga menyerang sel Beta, ini telah ditunjukkan pada
beberapa pasien diabet tipe 1.
2.1.3.3. Ibu dengan riwayat melahirkan bayi dengan berat badan > 4 kg
Melahirkan bayi dengan bobot di atas 4 kilogram ternyata meningkatkan risiko ibu
terkena diabetes paska melahirkan.( Prof Dr dr Sidartawan Soegondo SpPD KEMD
FACE.2015)
2.1.3.4. Obesitas
Kegemukan dapat menyebabkan berkurangya jumlah sisi reseptor insulin yang dapat
bekerja didalam sel pada otot skeletal dan jaringan lemak. Obesitas akan merusak
kemampuan melepas sel beta saat peningkatan glukosa darah ( Smeltzer & Bare.
2008 )
2.1.3.5. Aktifitas
Berkurangnya aktifitas merupakan salah satu faktor yang ikut berperan dalam
menyebabkan resistensi insulin dalam darah.
2.1.4. Patofisiologi
Berbagai studi tentang patofisiologi diabetes melitus menunjukkan bahwa adanya
abnormalitas pada jumlah hormon insulin menjadi penyebab utama terjadinya
diabetes melitus. Meskipun etiologi dan faktor pemicu dari tiga jenis diabetes melitus
berbeda, mereka dapat menyebabkan gejala dan komplikasi yang hampir sama.
Simak secara lengkap tentang patofisiologi diabetes melitus berikut ini. Patofisiologi
dari semua jenis diabetes ada kaitannya dengan hormon insulin yang disekresikan
10
oleh sel-sel beta pankreas. Pada orang sehat, insulin diproduksi sebagai respons
terhadap peningkatan kadar glukosa dalam aliran darah dan peran utamanya adalah
untuk mengontrol konsentrasi glukosa dalam darah. Saat glukosa tinggi, maka
hormon insulin bertugas untuk menetralkan kembali. Hormon insulin juga berfungsi
untuk meningkatkan metabolisme glukosa pada jaringan dan sel-sel dalam tubuh.
Ketika tubuh membutuhkan energi, maka insulin akan bertugas untuk memecahkan
molekul glukosa dan mengubahnya menjadi energi sehingga tubuh bisa mendapatkan
energi. Selain itu, hormon insulin juga bertanggung jawab melakukan konversi
glukosa menjadi glikogen untuk disimpan dalam otot dan sel-sel hati. Hal ini akan
membuat kadar gula dalam darah berada pada jumlah yang stabil. Beberapa
penyebabnya antara lain sel-sel tubuh dan jaringan tidak memanfaatkan glukosa dari
darah sehingga menghasilkan peningkatan glukosa dalam darah. Kondisi tersebut
diperburuk oleh peningkatan produksi glukosa oleh hati yaitu glikogenolisis dan
glukoneogenesis yang terjadi secara terus menerus karena tidak adanya hormon
insulin. Selama periode waktu tertentu, kadar glukosa yang tinggi dalam aliran darah
dapat menyebabkan komplikasi parah, seperti gangguan mata, penyakit
kardiovaskular, kerusakan ginjal, dan masalah pada saraf. ( Artikel Kesehatan, 2022 )
merupakan beberapa "cara tubuh Anda untuk mencoba mengelola gula darah tinggi,"
jelas Dr. Collazo-Clavell seperti dikutip dari Health.com.
2.1.5.4. Kelaparan
Rasa lapar yang berlebihan, merupakan tanda diabetes lainnya. Ketika kadar gula
darah merosot, tubuh mengira belum diberi makan dan lebih menginginkan glukosa
yang dibutuhkan sel.
meskipun yang paling umum adalah candida dan infeksi jamur lainnya. Jamur dan
bakteri tumbuh subur di lingkungan yang kaya akan gula.
2.1.6. Komplikasi
Diabetes adalah penyakit yang memengaruhi hampir semua organ tubuh, termasuk
jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, hingga saraf dan gigi. Maka, tidak heran jika
13
penyakit komplikasi akibat diabetes melitus juga bisa menyerang berbagai organ
tersebut. Komplikasi dari penyakit diabetes melitus adalah
1) Hipoglikemi dan hiperglikemi, 2) Rambut rontok, 3) Masalah gigi dan mulut, 4 )
Disfungsi ereksi pada pria dan infeksi jamur vagina pada Wanita, 5) Kerusakan saraf,
6) Kerusakan mata, 7) Penyakit kardiovaskuler, 8) Kerusakan ginjal (nefropati
diabetik), 9) Kaki diabetik (diabetic foot), 10) Ketoasidosis diabetic.
dimulai dengan pemanasan 5 – 10 mnt, latihan inti, pendinginan dan terakhir lakukan
peregangan ( stretching ).
Berikut jenis olahraga untuk penderita diabetes yang mudah dilakukan dalam rutinitas
harian, seperti:
a) Jalan cepat
Jalan cepat bisa dilakukan oleh semua orang. Olahraga ini merupakan bentuk latihan
aerobik yang berguna meningkatkan denyut jantung sehingga aliran darah menjadi
lebih lancar. Olahraga ini merupakan salah satu aktivitas yang paling tepat karena
penderita diabetes bisa mengatur intensitasnya sesuai dengan kemampuan fisik dan
kondisi kesehatannya.
b) Senam diabetes
Senam memfokuskan penyesuaian gerakan fisik dengan irama yang diperdengarkan.
Olahraga jenis ini sangat baik untuk orang diabetes. Senam diabetes dapat membantu
melancarkan sirkulasi darah pada diabetesi. Sirkulasi darah yang lancar dapat
meningkatkan metabolisme di dalam tubuh sehingga membantu penyerapan insulin.
c) Yoga
Yoga menggabungkan gerakan tubuh yang membangun kelenturan, kekuatan, dan
keseimbangan. Bentuk latihan fisik dalam yoga membantu diabetesi mengurangi
stres, memperbaiki fungsi saraf, melawan resistensi insulin, dan menjaga kadar gula
darah.
d) Bersepeda
Bersepeda merupakan bentuk latihan aerobik yang menguatkan jantung dan
meningkatkan fungsi paru-paru. Selain itu, olahraga ini juga meningkatkan aliran
darah ke kaki dan membakar kalori untuk menjaga berat badan penderita diabetes.
Untuk menghindari terjatuh dan cedera atau cuaca yang tidak mendukung, sebaiknya
olahraga bersepeda dilakukan menggunakan sepeda statis.
16
f) Berenang
Olahraga ini sangat ideal untuk penderita diabetes karena tidak memberikan tekanan
pada sendi. Berenang lebih mudah dilakukan dibanding olahraga lari karena dapat
mengurangi aliran darah ke pembuluh darah kecil secara berlebihan. Sebaliknya,
berenang justru melatih kedua otot tubuh bagian atas dan bawah pada saat yang
bersamaan. Hal ini sangat bermanfaat bagi diabetesi yang mengalami gejala diabetes
seperti kesemutan atau mati rasa pada bagian kaki. Namun, perhatikan keselamatan
diri dari supaya tidak tergelincir atau tergores karena luka diabetes akan lambat
sembuh dan rentan terhadap infeksi. ( Aprinda puji, 2021 )
2.2. Pengetahuan
2.2.1. Definisi
Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yang mempengaruhi terhadap
tindakan yang dilakukan. Pengetahuan yaitu seseorang yang tidak secara mutlak
dipengaruhi oleh pendidikan karena pengetahuan juga dapat diperoleh dari
17
pengalaman masa lalu, namun tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami informasi yang diterima yang kemudian menjadi
dipahami (Notoatmodjo dalam Albunsyary 2020).
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,
tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang
dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang
20
menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
keluarga.
c) Usia
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun. Sedangkan menurut Huclok semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang
belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.
(Wawan, 2017)
Sebagian studi kohort menunjukkan bahwa durasi menyusui yang singkat (lebih awal
dari 2-4 bulan) dan pengenalan dini susu sapi (lebih awal dari 4 bulan) merupakan
faktor predisposisi diabetes mellitus tipe 1. Sementara itu, durasi pemberian ASI
eksklusif yang lebih lama (lebih dari 4 bulan) merupakan faktor protektif. Faktor diet
lain yang telah diselidiki adalah efek dari diet asam lemak tak jenuh ganda. Sebuah
studi observasional di Amerika Serikat menemukan bahwa asupan asam lemak
omega-3 berbanding terbalik dengan risiko terjadinya diabetes mellitus tipe 1.
Diet dalam konteks upaya mengatur asupan nutrisi dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu:
2.3.1.1. Menurunkan Berat (Massa) Badan misalnya bagi model atau aktris yang
ingin menjaga penampilannya.
2.3.1.2. Meningkatkan Berat (Massa) Badan misalnya bagi olahragawan atau atlet
binaraga yang ingin meningkatkan massa otot.
2.3.1.3. Pantang Terhadap Makanan Tertentu misalnya bagi penderita diabetes
(rendah karbohidrat (glukosa) dan kalori).
2.3.3.4. Karbohidrat
ADA menyarankan karbohidrat untuk penderita DM yang aman dikonsumsi adalah
sekitar 20-60 gram per kali makan (1 takaran sendok nasi), atau sebesar 135-180
gram karbohidrat per hari. Di dalam sayur juga terdapat 10 gram karbohidrat
misalnya sayur bayam, buncis, wortel, dan daun singkong. Diet rendah karbohidrat
membantu penderita DM dalam mengontrol asupan karbohidrat. Anjuran konsumsi
karbohidrat untuk orang dengan DM di Indonesia adalah 45-65% energi. (Sidartawan
Soegondo, SpPD-KEMD, FACE, 2018)
24
2.3.3.5. Sukrosa
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari
perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada individu dengan
Diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dan makanan yang mengandung sukrosa harus
diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan lain dan tidak hanya dengan
menambahkannya pada perencanaan makan. Bagi penderita DM sukrosa tidak boleh
lebih dari 5% sehari (3-4 sdm)
2.3.3.6. Pemanis
Pengunaan pemanis alternative pada DM, aman digunakan asal tidak melebihi batas
aman (Accepted Dialy Intake). Fruktosa < 50 gr/hari, Sorbitol < 30 gr/hari, Manitol <
20 gr/hari, Aspartam 0 mg/kg BB, Sakarin 1 gr/hari dan Acesulfame K 15 mg/kg
BB/hari. Dalam hal ini fruktosa dapat memberikan keuntungan sebagai bahan
pemanis pada diet DM. Namun demikian, karena pengaruh penggunaan dalam jumlah
besar (20% energi) potensial merugikan pada kolestrol dan LDL, fruktosa tidak
seluruhnya menguntungkan sebagai bahan pemanis untuk orang dengan DM. Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan DM sama dengan untuk orang yang
tidak DM yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 gram serat makanan dari berbagai
sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 gram/1000
kalori/hari dengan mengutamakan serat larut.
2.3.3.7. Natrium
Anjuran asupan untuk orang dengan DM sama dengan penduduk biasa yaitu tidak
lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan sampai sedang,
dianjurkan 2400 mg natrium perhari.
2.3.3.8. Alkohol
Anjuran penggunaan alkohol untuk orang dengan DM sama dengan masyarakat
umum. Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah tidak terpengaruh oleh
penggunaan alkohol dalam jumlah sedang apabila DM terkendali dengan baik.
25
2.4. Kepatuhan
Patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin.
Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk pada ajaran dan aturan. Kepatuhan
adalah perilaku positif penderita dalam mencapai tujuan terapi. Kepatuhan
merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang taat pada aturan, perintah yang telah
ditetapkan, prosedur dan disiplin yang harus dijalankan. Menurut KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia).
Menurut Sarafino (dalam Smet, 1994) kepatuhan adalah tingkat kesediaan pasien
melaksanakan cara pengobatan atau perilaku yang disarankan oleh dokter maupun
petugas kesehatan. Kemudian berdasarkan Kemenkes (2011) kepatuhan adalah suatu
bentuk perilaku yang timbul karena adanya interaksi antara petugas kesehatan dengan
pasien sehingga pasien mengetahui rencana dengan segala konsekuensinya sehingga
menyetujui rencana tersebut serta melaksanakannya. Menurut pernyataan yang telah
dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan adalah tindakan
melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau petugas
kesehatan.
utama, 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Hal ini dimaksudkan agar
terjadi perubahan pada kandungan glukosa darah penderita DM, sehingga diharapkan
dengan perbandingan jumlah makanan dan jadwal yang tepat maka kadar glukosa
darah akan tetap stabil dan penderita DM tidak merasa lemas akibat kekurangan zat
gizi.
Jadwal makan standar yang digunakan oleh penderita DM diabetes mellitus yakni;
pukul 07.00 jadwal makan pagi, pukul 10.00 selingan, pukul 13.00 jadwal makan
siang, pukul 16.00 jadwal selingan makan, pukul 19.00 jadwal makan malam dan
pukul 21.00 jadwal makan selingan. Instansi Gizi Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo Asosiasi Diabetes Indonesia (2010) menjelaskan jenis diet dan
indikasi pemberian diet yang digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan diabetus
mellitus dikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak, dan karbohidrat.
Jenis diet diabetus mellitus menurut kandungan energi, protein, lemak, dan
karbohidrat.
patuh, angka 26 – 50% : Kurang patuh , angka 51 – 75% : Cukup Patuh, angka 76 –
100% : Patuh (Alimul, 2011)
Diabetes Melitus
Penatalaksanaan DM
1. Edukasi Faktor Predisposisi
2. Terapi Gizi medis 1. Pengetahuan
3. Latihan Jasmani 2. Pendidikan
4. Terapi Farmakologis 3. Pekerjaan
4. Umur
5. Sosial Budaya
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai kerangka konsep, variable penelitian, hipotesis, definisi
operasional, desain penelitian, populasi dan sampel, tempat penelitian, waktu
penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data, prosedur pengumpulan data dan
analisis data.
3.1. Kerangka konsep
Kerangka konseptual penelitian adalah kaitan atau hubungan antara konsep satu
dengan konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep
didapatkan dari konsep ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan penelitian (Setiadi,
2013).
Gambar 3.1 Kerangka Konsep penelitian tentang hubungan tingkat
pengetahuan dengan kepatuhan diet DM di Rawat Inap
Rumah Sakit Dewi Sri Karawang
Karakteristik
1. Umur
2. Tingkat
Pendidikan
3. Pekerjaan
30
Universitas Borobudur
31
Variabel Perancu
3.2. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2017) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya
melalui data empirik yang terkumpul.
Hipotesis dalam penelitian ini :
Ha 1 : Ada hubungan antara pengetahuan dengan pengelolaan diet pada pasien DM
Ha 2 : Ada hubungan antara kepatuhan dengan pengelolaan diet pasien DM
32
3.5.2. Sampel
3.5.2.1. Jumlah Sampel
Sampel adalah Sebagian populasi yang mewakili populasi. Jumlah minimal sampel
yang dihitung dengan menggunakan rumus Slovin
Teknik yang digunakan untuk pengambilan jumlah sampel dari populasi
menggunakan rumus Slovin (Riduwan, 2015:18) sebagai berikut:
𝑛 = ____𝑁_______
1 + 𝑁(𝑒)
Keterangan :
𝑛 = Jumlah sampel yang diperlukan
N = Jumlah populasi
𝑒 = Tingkat kesalahan sampel (ditetapkan 5% atau 0,05)
mereka akui dan patuhi. Apabila pihak yang satu ingin menuntut haknya, ia juga
harus melakukan kewajibanya terhadap pihak yang lain (Notoatmodjo, 2018).
Beberapa prinsip dasar dan kaidah etika penelitian adalah sebagai berikut :
3.8.1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Penelti perlu mempertimbangakan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut. Disamping itu,
peneliti juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau
tidak memberikan informasi (berpartisipasi). Menghormati privasi dan kerahasiaan
subjek penelitian (respect for privacy and confidentiality). Setiap orang mempunyai
hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu dalam memeberikan
informasi. Setiap orang berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya
kepada orang lain.
3.9.1. Instrumen A
Kuesioner ini berisi pernyataan – pernyataan terkait demografi responden yang dibuat
sendiri oleh peneliti yang terdiri dari 3 pertanyaan dari nomor 1 sampai 3 yang
meliputi : usia, Pendidikan dan pekerjaan. Data yang diambil merupakan data primer,
dimana responden menjawab pernyataan yang ada dikuesioner A dengan mengisi
atau memberi tanda check list pada isian tersedia.
Keterangan:
r : koefisien korelasi Pearson
N : banyak pasangan nilai X dan Y
∑XY : jumlah dari hasil kali nilai X dan nilai Y
∑X : jumlah nilai X
∑Y : jumlah nilai Y
∑X2 : jumlah dari kuadrat nilai X
∑Y2 : jumlah dari kuadrat nilai Y
uji validitas data. Hal ini dikarenakan data yang akan diukur harus valid, dan baru
dilanjutkan dengan uji reabilitas data. Namun, apabila data yang diukur tidak valid,
maka tidak perlu dilakukan uji reliabilitas data.
b) Analisis bivariat
Analisis bivariat dilaksanakan untuk mendapatkan nilai kemaknaan hubungan
( korelasi ) antara variabel independent dengan variabel dependen. Jenis data yang di
analisis akan digunakan sebagai Uji statistik. Berdasarkan variabel dalam penelitian
ini untuk menguji hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan, maka uji statistic
bivariat yang akan dilakukan adalah rumus Chi Square. Yaitu dengan cara salah satu
jenis uji komparatif non parametris yang dilakukan pada dua variabel adalah nominal
( apabila ada 2 variabel, ada 1 dengan skala nominal, maka dilakukan uji Chi- square
dengan merujuk bahwa harus digunakan uji pada derajat yang rendah )
Rumus
X² = Σ (OE )²
Df = (k-) (b-1)
Keterangan :
Analisis hasil penelitian dilakukan dalam 2 tahap yaitu analisis univariat dan analisis
bivariat. Adapun pelaksanaan penelitian dilakukan di Rumah Sakit Dewi Sri
Karawang pada bulan Agustus – September 2022.
4.1. Karakteristik
4.1.1. Usia
Gambar 4.1
Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia
Pada Pasien DM Tipe 2 di Ruang Rawat Inap RS. Dewi Sri Karawang
45-55 Tahun
27,3% (15)
41
Universitas Borobudur
42
4.1.2. Pendidikan
Gambar 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan
Pada Pasien DM Tipe 2 di Ruang Rawat Inap RS. Dewi Sri Karawang
4.1.3. Pekerjaan
Gambar 4.3.
Distribusi Frekuensi berdasarkan Pekerjaan
Pada Pasien DM Tipe 2 di Ruang Rawat Inap RS. Dewi Sri Karawang
Lain-lain (IRT,tidak
bekerja) 36,4% (20 PNS 7,3% (4 Orang) Karyawan 22%
Orang) (12 Orang)
Petani 16,4% (9
Pedagang 18,2% (10 Orang) Orang)
4.2. Pengetahuan
Gambar 4.4
Distribusi Responden Menurut Pengetahuan pasien DM tipe II di Rawat Inap Rumah
Sakit Dewi Sri Karawang
KURANG
43,6% (24
Orang)
BAIK 56,4%
(31 Orang)
Patuh
47,3% (26
Orang)
Tidak Patuh
52,7% (29
Orang )
Dari gambar diatas Sebagian besar responden memiliki angka ketidakpatuhan yaitu
sebesar 29 orang (52,7 %)
44
Uji bivariat dengan menggunakan uji Chi square digunakan untuk melihat hubungan
antara pengetahuan dengan kepatuhan responden dalam menjalani diet DM tipe 2.
Dari table 4.4.1 menunjukan hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan diet
pada pasien DM tipe 2 yang dirawat di Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri Karawang.
Dari 55 pasien DM tipe 2 yang mempunyai pengetahuan kurang ada sebanyak 5
( 20.8 %), yang mematuhi diet DM tipe 2. Dari 31 pasien DM tipe 2 yang mempunyai
pengetahuan baik, ada sebanyak 21 ( 67,7 %) yang mematuhi diet DM tipe 2.
Analisis lebih lanjut menyimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara
pengetahuan dengan kepatuhan diet pada pasin DM tipe 2 (p value = 0.000 < 0.005).
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh nilai OR = 27.575, artinya pasien yang
memiliki pengetahuan yang baik berpeluang 27,575 kali untuk mematuhi diet DM
dibandingkan dengan pasien DM tipe 2 yang mempunyai pengetahuan yang kurang.
BAB 5
PEMBAHASAN
Bab ini menjabarkan interpretasi hasil penelitian yang dilakukan dengan teori yang
ada pada tinjauan teori.
5.1.1.2. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas Pendidikan yang mempunyai penyakit DM
tipe 2 di Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri Karawang sebesar 36,4% berpendidikan
SD. Tingkat merupakan indicator bahwa seseorang sudah menempuh jenjang
Pendidikan formal di bidang tertentu, namun bukan merupakan suatu indicator bahwa
seseorang telah menguasai beberapa bidang ilmu yang lainnya. Tingkat Pendidikan
memiliki pengaruh yang besar terhadap penyakit DM, hal ini biasanya akan membuat
orang yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tentang
pengetahuan Kesehatan. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
45
Universitas Borobudur
46
perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan
serta dalam pembangunan pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah menerima informasi (Wawan. 2017)
5.1.1.3. Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden yang menderita DM Sebagian
besar adalah IRT sebanyak 36,4%. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi
lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan
banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita
waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
5.1.3. Hubungan tingkat Pengetahuan dengan kepatuhan Diet pada pasien Diabetes
Melitus tipe 2 di Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri Karawang.
Hasil uji statistik chi- square Jika p value ≤ α (0,05) H0 ditolak yang berarti ada
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen . Dan jika p value >
α (0,05) H0 diterima yang berarti ada hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Hasil penelitian didapatkan nilai r hitung sebesar 0,001 dan nilai r
tabel yang telah ditentukan dengan jumlah responden 55 adalah sebesar 0,361.
Dengan demikian peneliti berpendapat bahwa r hitung lebih kecil dari r tabel
sehingga dapat disimpulkan oleh peneliti yaitu Ho ditolak dan Ha diterima.
47
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dengan Kepatuhan diet pada pasien DM di Rawat Inap Rumah
Sakit Dewi Sri Karawang. Dari hasil penelitian terdapat 55 responden diantaranya 31
responden (56,4%) yang memiliki pengetahuan baik, namun dalam kepatuhan diet
DM yang melakukannya ada 10 responden (32,3%). Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa pengetahuan tidak hanya dipengaruhi oleh sikap saja, namun dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain seperti usia, pendidikan dan pekerjaan.
Kepatuhan Diet DM ini tidak akan terlaksana dengan baik, tanpa adanya kemauan
dan kesadaran dari dirinya sendiri, maka dari itu responden perlu meningkatkan
pengetahuan tentang pentingnya diet DM untuk kelangsungan kehidupannya. Hal
tersebut relevan seperti menurut Sarafino (dalam Smet, 1994) kepatuhan adalah
tingkat kesediaan pasien melaksanakan cara pengobatan atau perilaku yang
disarankan oleh dokter maupun petugas Kesehatan.
5.1.4.2. Masih ada kuesioner yang diisi oleh orang lain karena keterbatasan
responden tentang pengisian kuesioner lewat google form, faktor ketidak pahaman
tentang caranya yang membuat responden menjawabnya masih diragukan.
Bab ini menjabarkan simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dengan teori dan
saran.
6.1. Simpulan
Berdasarkan hasil uraian penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil keseluruhan temuan penelitian sebagai
berikut :
6.1.1. Karakteristik responden penderita DM tipe 2 yang dirawat di Rumah Sakit
Dewi Sri Karawang dari 55 responden diperoleh mayoritas berusia 55 tahun keatas
sebanyak 25 orang atau sekitar 45,4%, Pendidikan mayoritas SD sebanyak 36,4%,
pekerjaan mayoritas seorang Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 36,4%.
6.1.2. Pengetahuan dari penelitian ini, hampir setengahnya responden mempunyai
pengetahuan kurang mengenai diet DM (43,6%).
6.1.3. Kepatuhan responden tentang mengelola diet DM tipe 2 sekitar 52,7%
responden tidak patuh.
6.1.4. Dari hasil penelitian ini, ternyata ada hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2 (p value = 0,001).
6.2. Saran
6.2.1. Bagi Rumah Sakit
Rumah sakit hendaknya menyediakan leaflet atau lembar balik sebagai sarana
Pendidikan Kesehatan pasien yang di rawat di Rumah Sakit Dewi Sri Karawang.
49
Universitas Borobudur
50
https://www.ncbi.nlm.nih.gov
http://journal.unas.ac.id
Aprinda Puji (2021) Senam Diabetes dalam penurunan kadar gula darah
Dr. Verury verona Handayani (2020). Diabetes & Diet: 7 Foods That Control Blood
Sugar
51
52
IDF.( 2021 ). The International Diabetes Federation ( IDF ) response to the WHO
first draft of the Framework for country action across sectors for health and
health equity.(Vol. Global Dia).
http://repository.upnvj.ac.id
Lemone and Burke, Karen M.. (2018). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi
5). JAKRTA: EGC.
Nur Isnaini, R. (2018). Faktor Risiko Mempengaruhi Kejadian Diabetes Melitus Tipe
2. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan Aisyiyah, vol 14 pp. 59-68.
Norita (2019) Perbedaan Level Pengetahuan dan Sikap pada Kepatuhan Diet Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2. Thesis. Padang : Universitas Andalas
P2PTM ( 2019 ). Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus (DM)-Faktor Risiko yang
Bisa Diubah. Jakarta.
https://www.pernefri. konsensus
53
Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Ed.2) Yogyakarta:
Graha. Ilmu.
https://digilib.esaunggul.ac.i
http://scholar.unand.ac.id
55