IGDK - Gizi Pekerja - S1 Gizi 2B
IGDK - Gizi Pekerja - S1 Gizi 2B
IGDK - Gizi Pekerja - S1 Gizi 2B
Disusun Oleh:
Kelompok III
1. Nurohmah Indrianisa 1022181028
2. Puspita Prameswari 1022181033
3. Rina Sarah Febriani 1022181039
4. Silvi Tri Ramadani 1022181046
5. Tiara Puspita Azhari K 1022181051
6. Tika Nur Octaviani 1022181052
7. Tristi Wulandari 1022181054
8. Vina Ardetya Dewi 1022181056
9. Windy Ayu Safitri 1022181058
10. Ketut Sastini 1022181065
2. RUMUSAN MASALAH
Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi Pekerja sesuia dengan AKG tahun 2004
2. CARA MENGUKUR STATUS GIZI
Pengukuran status gizi pada pekerja dapat dilakukan secara langsung dan
tidak langsung. Penilaian status gzi secara langsung dapat dibagi menjadi empat
penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
a. Antropometri
Kategori IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5
Normal >18,5-25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0
Gemuk
Kelebihan berta badan tingkat berat >27,0
d. Biofisik
b. Statistik Vital
c. Faktor Ekologi
Untuk 8 jam kerja di perusahaan perlu disediakan makan dan minum paling
sedikit 2/5 (40%) dari kecukupan energi selama 24 jam atau 30% makan lengkap
+ 10% selingan. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
608/MEN/1989 untuk perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerjanya
sembilan jam per hari, perusahaan wajib menyediakan makanan dan minum 1400
kalori. Untuk shift malam hari perlu diberikan makanan tambahan dengan
memperhitungkan kebiasaan makan dan kecukupan energi per hari.
Dalam menentukkan kebutuhan gizi untuk pekerja dibedakan menjadi 3
cara yaitu menentukan zat gizi makro, zat gizi mikro, dan cairan yang dibutuhkan
masing-masing pekerja sesuai kebutuhannya.
a. Zat gizi makro
Zat gizi makro adalah zat gizi yang berperan sebagai sumber energi.
Zat gizi makro terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak.
1) Energi
Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme,
pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energi
disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek
dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang. (Hardinsyah,
2012).
Sekali BEE ditetapkan, maka kebutuhan energi harian untuk orang sehat
dapat ditentukan, yaitu dengan cara dikalikan dengan faktor aktivitas.
4) Lemak juga merupakan sumber energi yang ideal untuk sel tubuh sebab
setiap molekul mengandung energi yang besar, mudah di angkut dan
diubah bila diperlukan. Namun sayang, bentuknya lebih memakan waktu
dan sulit diserap oleh tubuh. Lemak merupakan zat yang bersifat sebagai
cadangan energi bagi tubuh. Pada tubuh lemak disimpan di jaringan bawah
kulit yang berfungsi untuk menstabilkan suhu tubuh, sebagai bantalan bagi
organ-organ tubuh sehinnga terlindung dari getaran-getaran yang terlalu
keras. Namun penimbunan lemak yang berlebihan dapat meningkatkan
resiko terhadap beberapa penyakit.
Lemak terdapat pada minyak, margarin, santan, kulit ayam, kulit
bebek dan lemak hewan lainnya. Kebutuhan lemak per hari kurang lebih
20%-25% dari total kebutuhan energi atau minimal 15% dan maksimal
30% (Depkes RI. 2009). Lemak, kebutuhan lemak sangat tergantung dari
kebutuhan energi, kurang lebih 20% - 25% dari total per hari atau minimal
15% dan maksimal 30% (Movira, 2008).
𝟑𝟎
Lemak = 𝟏𝟎𝟎 × 𝒆𝒏𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
c. Cairan
Rata-rata asupan cairan yang diperoleh oleh tubuh dari miuman yaitu
sebesar 1400ml, makanan 700ml, oksidasi makanan 200ml (total 2300ml).
Rata-rata pengeluaran cairan oleh tubuh perhari yaitu buang air kecil
(BAK) sebesar 1400ml, buang air besar (BAB) 100ml, perespirasian kulit
100ml, kehilangan yang tidak terlihat yaitu memalui kulit dan saluran nafas
700ml (total 2300)
4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI PEKERJA
a. Konsumsi Makanan
Konsumsi pangan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
status gizi secara langsung. Konsumsi pangan yang cukup akan membentuk
status gizi yang baik atau sebaliknya, konsumsi pangan yang tidak cukup
akan menimbulkan status gizi yang buruk pula.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status
gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat
gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan
fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum
pada tingkat setinggi mungkin.
c. Jenis kegiatan
Jenis kegiatan (ringan, sedang, berat) yang merupakan suatu beban
kerja, dan mempunyai kebutuhan gizi yang berbeda pula.
d. Faktor tenaga kerja
Faktor tenaga kerja yang meliputi ketidaktahuan, jenis kelamin, umur,
hamil, menyusui, kebiasaan makan yang kurang baik, tingkat kesehatan
karena tingginya penyakit parasit dan infeksi oleh bakteri pada alat
pencernaan, kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi, mengakibatkan
terjadinya salah gizi biasanya dalam bentuk over nutrisi, disiplin, motivasi
dan dedikasi.
e. Faktor ekonomi
Tidak disangka bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan
hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari. Walaupun demikian,
hendaklah dikesampingkan anggapan bahwa makanan yang memenuhi
persyaratan hanya mungkin disajikan di lingkungan yang berpenghasilan
cukup saja, padahal sebenarnya keluarga yang berpenghasilan yang
terbataspun mampu menghidangkan makanan yang cukup memenuhi syarat
gizi bagi anggota keluarganya.
h. Faktor fadisme
Yaitu kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu. Hal
ini akan mengakibatkan kurang berfariasinya makanan dan tubuh akhirnya
tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
4) Faktor psikologis
Adanya ketegangan-ketegangan sebagai akibat ketidakserasian emosi,
hubungan manusia dalam pekerjaan yang kurang baik, rangsangan atau
hambatan psikologis dan sosial akan menurunkan berat badan,
terjadinya penyakit dan produktivitas menurun.
5) Kesejahteraan
Kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi diimbangi dengan olahraga
akan menyebabkan kegemukan, hipertensi, hipokolesterol, penyakit
jantung dan lain - lain.
5. CARA MENENTUKAN KEBUTUHAN GIZI PEKERJA DI BERBAGAI
LINGKUNGAN KERJA
1. Suhu: tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi penguapan yang tinggi
sehingga pekerja mengeluarkan banyak keringat. Karenanya perlu
diperhatikan kebutuhan air dan mineral sebagai pengganti cairan yang keluar
dari tubuh. Untuk mencegah dehidrasi disarankan untuk minum air, konsumsi
sayur dan buah.
2. Pengaruh bahan kimia: Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan
keracunan kronis, akibatnya: menurunnya nafsu makan, terganggunya
metabolisme tubuh dan gangguan fungsi alat pencernaan sehingga
menurunkan berat badan. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan zat gizi. Hal
ini juga terjadi pada para pekerja yang mengalami gangguan psikologis.
3. Bahan radiasi mengganggu metabolisme sel sehingga diperlukan tambahan
protein dan antioksidan untuk regenerasi sel.
4. Parasit dan mikroorganisme: Pekerja di daerah pertanian dan pertambangan
sering terserang kecacingan yang dapat mengganggu fungsi alat pencernaan
dan kehilangan zat-zat gizi sehingga dibutuhkan tambahan zat gizi.
Lingkungan kerja dalam hal ini adalah beban tambahan pada proses
bekerja lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang manusiawi dan lestari akan
menjadi pendorong bagi kegairahan dan efisiensi kerja sedangkan lingkungan
kerja yang melebihi toleransi kemampuan manusia tidak saja merugikan
produktivitas kerjanya tetapi juga menjadi penyebab terjadinya penyakit atau
kecelakaan kerja.
Suhu yang nyaman bagi pekerja sekitar 200C dan 270C dan dalam situasi
humiditas berkisar 35% sampai 60%. Apabila temperatur dan humiditas
lebih tinggi, orang akan merasa tidak nyaman. Situasi ini tidak
menimbulkan kerugian selama tubuh dapat beradaptasi dengan panas
yang terjadi. Lingkungan yang sangat panas dapat mengganggu
mekanisme penyesuaian tubuh dan berlanjut kepada kondisi serius dan
bahkan fatal (CCOHS, 2001).
Jika suhu pada ruangan meningkat 5,5oC di atas tingkatan nyaman akan
menyebabkan penurunan produktivitas sebesar 30%. Suhu tubuh
manusia tidak hanya didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi
oleh panas lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar
pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh.
3. Cara menentukan kebutuhan zat gizi makro, mikro, dan cairan pada pekerja
Untuk 8 jam kerja di perusahaan perlu disediakan makan dan minum paling
sedikit 2/5 (40%) dari kecukupan energi selama 24 jam atau 30% makan lengkap
+ 10% selingan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 608/MEN/1989 untuk
perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerjanya sembilan jam per hari,
perusahaan wajib menyediakan makanan dan minum 1400 kalori. Untuk shift
malam hari perlu diberikan makanan tambahan dengan memperhitungkan
kebiasaan makan dan kecukupan energi per hari.
Dalam menentukkan kebutuhan gizi untuk pekerja dibedakan menjadi 3 cara
yaitu menentukan zat gizi makro, zat gizi mikro, dan cairan yang dibutuhkan
masing-masing pekerja sesuai kebutuhannya.
Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak, terutama pengelola tempat
kerja mengingat para pekerja umumnya menghabiskan waktu sekitar 8 jam setiap
harinya di tempat kerja. Kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh Usia,
Ukuran tubuh, dan Jenis kelamin.
Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu jenis pekerjaan atau aktivitas
yang dilakukan sehari-hari, keadaan fisiologis. Keadaan khusus seperti pada
pemulihan kesehatan dan anemia, keadaan lingkungan kerja. Faktor-faktor
tersebut di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya energi,
komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi pekerja.
6. Apa saja makanan yang dapat dikonsumsi pekerja?
Mengandung semua zat gizi dengan jumlah sesuai kebutuhan, kualitas dan
kuantitas makanan serta pola makan tenaga kerja yang akan mempengaruhi
keadaan gizi, ketahan fisik dan produktifitas.
DAFTAR PUSTAKA
Depertemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang
Dewasa. http.//www.depkes.go.id/ diakses tanggal 6 April 2014.
Hardinsyah. 2012. Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Karbohidrat. Depok: UI.
Supariasa, I Dewa Nyoman; Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar. 2002. Penilaian Status
Gizi. Jakarta: EGC.