IGDK - Gizi Pekerja - S1 Gizi 2B

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

ILMU GIZI DAUR KEHIDUPAN

Kebutuhan Gizi Pekerja

Disusun Oleh:

Kelompok III
1. Nurohmah Indrianisa 1022181028
2. Puspita Prameswari 1022181033
3. Rina Sarah Febriani 1022181039
4. Silvi Tri Ramadani 1022181046
5. Tiara Puspita Azhari K 1022181051
6. Tika Nur Octaviani 1022181052
7. Tristi Wulandari 1022181054
8. Vina Ardetya Dewi 1022181056
9. Windy Ayu Safitri 1022181058
10. Ketut Sastini 1022181065

POGRAM STUDI S1 ILMU GIZI


JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH


Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia, kebutuhan gizi adalah jumlah zat gizi
minimal yang dibutuhkan oleh masing-masing orang. Jumlah yang dibutuhkan ini
berbeda-beda berdasarkan kondisi tubuh masing-masing.
Kebutuhan gizi setiap individu tergantung pada beberapa faktor, yakni usia, jenis
kelamin, tingkat aktivitas fisik, berat badan, dan tinggi badan.
Kebutuhan gizi bersifat sangat spesifik untuk satu individu. Bahkan, anak kembar
pun bisa memiliki kebutuhan gizi yang berbeda jika keduanya memiliki tingkat
aktivitas yang beda, serta berat dan tinggi badan yang beda.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian gizi pada pekerja?


2. Bagaimana cara mengukur status gizi pada pekerja?
3. Cara menentukan kebutuhan zat gizi makro, mikro, dan cairan pada pekerja
4. Apa faktor yang mempengaruhi gizi pekerja?
5. Cara menentukan kebutuhan gizi pekerja di berbagai lingkungan kerja
6. Apa saja makanan yang dapat dikonsumsi pekerja?
1.3 TUJUAN MAKALAH

1. Mengetahui kebutuhan gizi sesuai porsi pekerja.


2. Meengetahui cara menyusun menu masakan sesuai dengan kebutuhan gizi setiap
pekerja.
3. Dapat menghitung kebutuhan gizi pekerja
4. Dapat mengetahui status gizi pekerja
BAB II
ISI

1. PENGERTIAN KECUKUPAN GIZI PEKERJA

Kecukupan gizi pekerja merupakan suatu ukuran kecukupan rata-rata zat


gizi setiap hari untuk pekerja yang disesuaikan dengan golongan umur, jenis
pekerjaan, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal dan mencegah terjadinya defisiensi zat gizi (Depkes,
2005).

Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi Pekerja sesuia dengan AKG tahun 2004
2. CARA MENGUKUR STATUS GIZI

Pengukuran status gizi pada pekerja dapat dilakukan secara langsung dan
tidak langsung. Penilaian status gzi secara langsung dapat dibagi menjadi empat
penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.

a. Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia, ditinjau dari


sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat
pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot
dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa dkk, 2002).

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan


mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh
manusia, antara lain: umur, berat badan. Tinggi badan, lingkar lengan atas,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul dan tebal lemak dibawah kulit.
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi
antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Beberapa indeks
antropometri yang sering digunakan yaitu:

1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)


Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran
massa tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat
labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat
badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Mengingat
karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih
menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current Nutrirional
Status).

2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)


Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur.
3) Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu.
4) Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot
dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi dengan
indeks BB/U maupun BB/TB.
5) Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa yang berumur diatas 18 tahun khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT tidak dapat diterapkan pada
bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu pula IMT
tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya, seperti
adanya edema, asites dan hepatomegali.
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)𝑥 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)

Tabel 2. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia (Sumber: Depkes,


1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi orang dewasa, Jakarta).

Kategori IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5
Normal >18,5-25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0
Gemuk
Kelebihan berta badan tingkat berat >27,0

6) Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur


Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah
kulit dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan
atas, lengan bawah, di tengah garis ketiak, sisi dada, perut, paha,
tempurung lutut, dan pertengahan tungkai bawah.
7) Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul
Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul digunakan untuk melihat
perubahan metabolisme yang memberikan gambaran tentang pemeriksaan
penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh.
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat
dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata,
rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat
(rapid clinical survey). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat
tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.
Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang
dengan melakukan pemeriksaaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom)
atau riwayat penyakit.
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja,dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik,
maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik.

d. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status


gizi dengan meliht kemampuan fungsi (khusunya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam
situasitertentu seperti kejadian buta senja epidemik, cara yang digunakan
adalah tes adaptasi gelap.
Penilaian status gzi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
survey konsumsi makanan, statistic vital dan factor ekologi.

a. Survey Konsumsi Makanan

Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara


tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survey
ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

b. Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis


data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur,
angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi. Penggunannya dipertimbangkan sebagai bagian dari
indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

c. Faktor Ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi


sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti
iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui


penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan
program intervensi gizi.
3. CARA MENENTUKAN KEBUTUHAN ZAT GIZI MAKRO, MIKRO,
DAN CAIRAN PADA PEKERJA
Untuk menentukan kebutuhan energy dan protein sesuai beban kerja yang
berbeda dengan menggunakan tabel AKG 2004 yang ada dibawah ini:
Tabel 3. Menentukan kebutuhan energi dan protein sesuai beban kerja.

(sumber: AKG, 2004)

Untuk 8 jam kerja di perusahaan perlu disediakan makan dan minum paling
sedikit 2/5 (40%) dari kecukupan energi selama 24 jam atau 30% makan lengkap
+ 10% selingan. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
608/MEN/1989 untuk perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerjanya
sembilan jam per hari, perusahaan wajib menyediakan makanan dan minum 1400
kalori. Untuk shift malam hari perlu diberikan makanan tambahan dengan
memperhitungkan kebiasaan makan dan kecukupan energi per hari.
Dalam menentukkan kebutuhan gizi untuk pekerja dibedakan menjadi 3
cara yaitu menentukan zat gizi makro, zat gizi mikro, dan cairan yang dibutuhkan
masing-masing pekerja sesuai kebutuhannya.
a. Zat gizi makro
Zat gizi makro adalah zat gizi yang berperan sebagai sumber energi.
Zat gizi makro terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak.
1) Energi
Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme,
pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energi
disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek
dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang. (Hardinsyah,
2012).

Rumus untuk memperkirakan kebutuhan kalori berdasarkan pada


pengeluaran energi basal (BEE = Basal Energy Expenditure) (Moore,
1997). BEE mencakup energi yang diperlukan untuk kebutuhan dasar dari
kehidupan, seperti pernapasan, fungsi jantung, mempertahankan suhu
tubuh.

Wanita: BEE = 655 + (9,6 x BB) + (1,7 x TB) – (4,7 x U)

Laki-laki: BEE = 660 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)

BB = Berat badan (kg) TB = Tinggi badan (cm) U = umur (tahun)

Sekali BEE ditetapkan, maka kebutuhan energi harian untuk orang sehat
dapat ditentukan, yaitu dengan cara dikalikan dengan faktor aktivitas.

Energi = BEE X Aktivitas Fisik

2) Karbohidrat merupakan senyawa organik yang mengandung atom karbon,


hydrogen dan oksigen dan merupakan senyawa organik yang paling utama
sebagai sumber energi bagi kebutuhan sel-sel dan jaringan tubuh. Beberapa
fungsi karbohidrat, yaitu sumber energi, protein sparer, bahan metabolisme
utama, dan sumber energi untuk otak. Kebutuhaan hidrat arang dalam suatu
menu berdasarkan prinsip gizi seimbang untuk orang Indonesia kurang
lebih sebesar 60%-70% dari total energi sehari (Depkes RI, 2009). Cara
untuk menentukan kebutuhan karbohidrat bagi pekerja berdasarkan prinsip
gizi seimbang untuk orang Indonesia kurang lebih sebesar 60% - 70% dari
total energi sehari (Movira, 2008).
Karbohidrat : 60/100 x energi total

3) Protein mempunyai peranan penting yaitu mengganti jaringan yang rusak


pada tubuh dan pertumbuhan jaringan tubuh. Protein juga memiliki peran
penting dalam pembentukan sistem kekebalan (imunitas) sebagai antibodi,
sistem kendali dalam bentuk hormon. Setiap orang dewasa sedikitnya
wajib mengkonsumsi 1 g protein per kg berat tubuhnya, dimana setiap
gram protein mempunyai nilai 4 kalori.
Kebutuhan akan protein bertambah pada perempuan yang
mengandung dan atlet. Protein yang dibutuhkan dalam suatu menu
makanan kurang lebih 10%-15% dari total energi perhari. (Depkes RI.
2009). Cara untuk menentukan kebutuhan protein bagi pekerja sangat
tergantung berat badan tenaga kerja dan nilai biologi dari protein yang
dimakan. Di dalam menu, menghitung kebutuhan energi yang berasal dari
protein kurang lebih 10% - 20% dari total energi per hari (Movira, 2008).
𝟐𝟎
Protein = 𝟏𝟎𝟎 × 𝒆𝒏𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍

4) Lemak juga merupakan sumber energi yang ideal untuk sel tubuh sebab
setiap molekul mengandung energi yang besar, mudah di angkut dan
diubah bila diperlukan. Namun sayang, bentuknya lebih memakan waktu
dan sulit diserap oleh tubuh. Lemak merupakan zat yang bersifat sebagai
cadangan energi bagi tubuh. Pada tubuh lemak disimpan di jaringan bawah
kulit yang berfungsi untuk menstabilkan suhu tubuh, sebagai bantalan bagi
organ-organ tubuh sehinnga terlindung dari getaran-getaran yang terlalu
keras. Namun penimbunan lemak yang berlebihan dapat meningkatkan
resiko terhadap beberapa penyakit.
Lemak terdapat pada minyak, margarin, santan, kulit ayam, kulit
bebek dan lemak hewan lainnya. Kebutuhan lemak per hari kurang lebih
20%-25% dari total kebutuhan energi atau minimal 15% dan maksimal
30% (Depkes RI. 2009). Lemak, kebutuhan lemak sangat tergantung dari
kebutuhan energi, kurang lebih 20% - 25% dari total per hari atau minimal
15% dan maksimal 30% (Movira, 2008).
𝟑𝟎
Lemak = 𝟏𝟎𝟎 × 𝒆𝒏𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍

b. Zat gizi mikro

Vitamin dan Mineral

Vitamin dan mineral memiliki fungsi untuk membantu melancarkan


kinerja tubuh, seperti mengatur dan melindungi proses dalam tubuh,
pembentukan enzim dan hormon dan mencapai vitalitas jaringan yang prima.
Vitamin dan mineral banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan (Depkes
RI. 2009).

1) Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan oleh


tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-
vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia. Oleh karena itu, harus
diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi, kecuali vitamin D.
2) Mineral disebut sebagai komponen anorganik tubuh atau disebut juga
sebagai abu sisa pembakaran. Karena pada proses pembakaran sempurna
mineral tidak ikut terbakar.
Yodium merupakan mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang
relatif sangat kecil, tetapi mempunyai peranan yang sangat penting untuk
pembentukan hormon tiroksin. Kebutuhan yodium per hari sekitar 1-2 g
per kg berat badan. Perkiraan kecukupan yang dianjurkan sekitar dan 150
g per hari untuk orang dewasa. Untuk wanita dianjurkan tambahan
masaing - masing 25 gr per hari.

c. Cairan

Air berfungsi sebagai pelarut, mengatur sistim keseimbangan tubuh.


Air diperoleh dari cairan, makanan dan proses metabolisme tubuh. Air
merupakan unsur yang paling banyak di perlukan oleh tubuh, 60% dari berat
badan manusia terdiri dari air (Depkes RI, 2009). Lingkungan kerja yang
panas dataupun jenis pekerjaan yang berat membutuhkan air minum ≥ 2,8
liter/hari, sedangkan untuk jenis pekerjaan ringan atau pekerjaan dengan suhu
lingkungan tidak panas membutuhkan air minum sebesar 1,9 liter/hari.

Rata-rata asupan cairan yang diperoleh oleh tubuh dari miuman yaitu
sebesar 1400ml, makanan 700ml, oksidasi makanan 200ml (total 2300ml).

Rata-rata pengeluaran cairan oleh tubuh perhari yaitu buang air kecil
(BAK) sebesar 1400ml, buang air besar (BAB) 100ml, perespirasian kulit
100ml, kehilangan yang tidak terlihat yaitu memalui kulit dan saluran nafas
700ml (total 2300)
4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI PEKERJA

a. Konsumsi Makanan
Konsumsi pangan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
status gizi secara langsung. Konsumsi pangan yang cukup akan membentuk
status gizi yang baik atau sebaliknya, konsumsi pangan yang tidak cukup
akan menimbulkan status gizi yang buruk pula.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status
gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat
gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan
fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum
pada tingkat setinggi mungkin.

b. Lean Body Mass


Lean Body Mass yaitu massa jaringan bebas jaringan adiposa (lean
body mass) terdiri atas otot, tulang, serta cairan ekstraseluler. Komposisi
tubuh diukur untuk mendapatkan persentase lemak, tulang, air, dan otot
dalam tubuh. Pengukuran komposisi tubuh juga ditujukan untuk mendeteksi
kebutuhan tubuh terhadap asupan makanan serta mendapatkan informasi
yang relevan terhadap upaya pencegahan dan penanganan penyakit (Brown
et all 2005).

Orang yang memiliki massa jaringan bebas lemak yang berlebih


diindikasikan memiliki otot, tulang dan cairan exstraseluler yang berlebih
pula. Alat untuk mengukur lean body mass yaitu salah satunya dengan
mesin BIA (Bioelectrical Impedence Analysis) yang dapat digunakan juga
untuk mengukur Indeks Massa Tubuh, Percent Body Fat, Waist Hip Ratio,
Mass Body Fat, Lean Body Mass, Total Body water, dan lain-lain (Maughan,
1993 dalam Sudibjo 2011).

c. Jenis kegiatan
Jenis kegiatan (ringan, sedang, berat) yang merupakan suatu beban
kerja, dan mempunyai kebutuhan gizi yang berbeda pula.
d. Faktor tenaga kerja
Faktor tenaga kerja yang meliputi ketidaktahuan, jenis kelamin, umur,
hamil, menyusui, kebiasaan makan yang kurang baik, tingkat kesehatan
karena tingginya penyakit parasit dan infeksi oleh bakteri pada alat
pencernaan, kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi, mengakibatkan
terjadinya salah gizi biasanya dalam bentuk over nutrisi, disiplin, motivasi
dan dedikasi.
e. Faktor ekonomi
Tidak disangka bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan
hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari. Walaupun demikian,
hendaklah dikesampingkan anggapan bahwa makanan yang memenuhi
persyaratan hanya mungkin disajikan di lingkungan yang berpenghasilan
cukup saja, padahal sebenarnya keluarga yang berpenghasilan yang
terbataspun mampu menghidangkan makanan yang cukup memenuhi syarat
gizi bagi anggota keluarganya.

f. Faktor pengetahuan tentang gizi


Pengetahuan tentang kadar zat gizi dalam berbagai bahan makanan
dapat membantu keluarga dalam memilih makanan yang bergizi, murah dan
memenuhi selera seluruh keluarga. Kemajuan ilmu dan teknologi pangan
berperan penting dalam mendorong perubahan proses pengolahan makanan,
selera, harga dan pola makan masyarakat.
g. Faktor terhadap bahan makanan tertentu
Adanya orang yang berpikiran salah dengan menggangap bila makan
sayuran yang banyak mengandung mineral dan vitamin akan menurunkan
harkat keluarga. Bahkan ada pula yang tidak mau makan jenis makanan
tertentu hanya karena kepercayaan yang menjurus takhayul, misalnya
apabila makan daging akan menjauhkan rizki.

h. Faktor fadisme
Yaitu kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu. Hal
ini akan mengakibatkan kurang berfariasinya makanan dan tubuh akhirnya
tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.

i. Faktor pola makan


Kegemukan disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori yang masuk
dibanding yang keluar. Pola makan berlebihan akan meningkatkan asupan
dan menurunkan keluaran kalori.

j. Faktor lingkungan kerja


Faktor lingkungan kerja yang penting adalah :
1) Tekanan panas
Di lingkungan kerja dengan jenis pekerjaan berat, diperlukan sekurang-
kurangnya 2,8 liter air minum untuk seorang tenaga kerja, sedangkan
kerja ringan dianjurkan 1,9 liter. Kadar garam tidak boleh terlalu tinggi
untuk tenaga kerja yang sudah beradopsi dengan lingkungan + 0,1%,
sedangkan untuk tenaga kerja yang belum beradopsi + 0,2%. Untuk
tenaga kerja yang bekerja ditempat dingin, makanan dan minuman
hangat sangat membantu.
2) Pengaruh kronis bahan kimia
Bahan kimia dapat menyebabkan keracunaan kronis dengan disertai
penurunan berat badan. Vitamin C dapat mengurangi pengaruh zat-zat
racun logam berat, larutan organik, fenol, sianida dan lain-lain. Susu
tidak berfungsi sebagai zat penetral zat racun, namun sebagai upaya
meningkatkan daya kerja dan kesegaran jasmani.

3) Parasit dan mikroorganisme


Tenaga kerja dapat terjangkit mikroorganisme atau parasit yang ada
dilingkungan tempat kerja, misalnya infeksi oleh bakteri yang kronis
disaluran pencernaan akan menyebabkan kekurangan gizi karena
terganggunya penyerapan. Cacing tambang pada pekerja tambang,
perkebunan, petani akan menurunkan status gizi.

4) Faktor psikologis
Adanya ketegangan-ketegangan sebagai akibat ketidakserasian emosi,
hubungan manusia dalam pekerjaan yang kurang baik, rangsangan atau
hambatan psikologis dan sosial akan menurunkan berat badan,
terjadinya penyakit dan produktivitas menurun.

5) Kesejahteraan
Kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi diimbangi dengan olahraga
akan menyebabkan kegemukan, hipertensi, hipokolesterol, penyakit
jantung dan lain - lain.
5. CARA MENENTUKAN KEBUTUHAN GIZI PEKERJA DI BERBAGAI
LINGKUNGAN KERJA

Beberapa faktor risiko lingkungan kerja yang menunjukkan pengaruh


terhadap gizi kerja adalah:

1. Suhu: tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi penguapan yang tinggi
sehingga pekerja mengeluarkan banyak keringat. Karenanya perlu
diperhatikan kebutuhan air dan mineral sebagai pengganti cairan yang keluar
dari tubuh. Untuk mencegah dehidrasi disarankan untuk minum air, konsumsi
sayur dan buah.
2. Pengaruh bahan kimia: Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan
keracunan kronis, akibatnya: menurunnya nafsu makan, terganggunya
metabolisme tubuh dan gangguan fungsi alat pencernaan sehingga
menurunkan berat badan. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan zat gizi. Hal
ini juga terjadi pada para pekerja yang mengalami gangguan psikologis.
3. Bahan radiasi mengganggu metabolisme sel sehingga diperlukan tambahan
protein dan antioksidan untuk regenerasi sel.
4. Parasit dan mikroorganisme: Pekerja di daerah pertanian dan pertambangan
sering terserang kecacingan yang dapat mengganggu fungsi alat pencernaan
dan kehilangan zat-zat gizi sehingga dibutuhkan tambahan zat gizi.

Tabel 4. penyesuaian kalori menurut derajat kegiatan.


Sumber : Angka Kecukupan Gizi tahun 2004

Lingkungan kerja dalam hal ini adalah beban tambahan pada proses
bekerja lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang manusiawi dan lestari akan
menjadi pendorong bagi kegairahan dan efisiensi kerja sedangkan lingkungan
kerja yang melebihi toleransi kemampuan manusia tidak saja merugikan
produktivitas kerjanya tetapi juga menjadi penyebab terjadinya penyakit atau
kecelakaan kerja.

 Suhu yang nyaman bagi pekerja sekitar 200C dan 270C dan dalam situasi
humiditas berkisar 35% sampai 60%. Apabila temperatur dan humiditas
lebih tinggi, orang akan merasa tidak nyaman. Situasi ini tidak
menimbulkan kerugian selama tubuh dapat beradaptasi dengan panas
yang terjadi. Lingkungan yang sangat panas dapat mengganggu
mekanisme penyesuaian tubuh dan berlanjut kepada kondisi serius dan
bahkan fatal (CCOHS, 2001).
 Jika suhu pada ruangan meningkat 5,5oC di atas tingkatan nyaman akan
menyebabkan penurunan produktivitas sebesar 30%. Suhu tubuh
manusia tidak hanya didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi
oleh panas lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar
pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh.

6. MAKANAN YANG HARUS DI KONSUMSI OLEH PEKERJA


Mengandung semua zat gizi dengan jumlah sesuai kebutuhan, kualitas dan
kuantitas makanan serta pola makan tenaga kerja yang akan mempengaruhi
keadaan gizi, ketahan fisik dan produktifitas.

Tabel 5. Petunjuk makanan pekerja untuk sehari :


Contoh menu sehari
Makan Pagi (07.00) = - Nasi Putih
- Kakap Goreng Mentega
- Tempe Bumbu Saus Tiram
- Oseng Kacang Panjang
- Jus Jambu Biji

Snack (10.00) = Roti Sandwich

Makan Siang (12.00) = - Nasi Putih


- Daging Teriyaki
- Ca Brokoli Wortel
- Sapo Tahu
- Semangka

Snack (15.00) = - Risoles


- Jus Alpukat

Makan Sore (18.00) = - Nasi Putih


- Ayam Taliwang
- Tahu Crispy
- Sup Sayuran
- Pisang
Extra Malam (21.00) = Susu
BAB III
KESIMPULAN

1. gizi pada pekerja


Kecukupan gizi pekerja merupakan suatu ukuran kecukupan rata-rata zat gizi
setiap hari untuk pekerja yang disesuaikan dengan golongan umur, jenis
pekerjaan, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal dan mencegah terjadinya defisiensi zat gizi (Depkes,
2005).

2. cara mengukur status gizi pada pekerja


Status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter
adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan. Tinggi
badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul dan tebal
lemak dibawah kulit.
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi
antara beberapa parameter disebut indeks antropometri

3. Cara menentukan kebutuhan zat gizi makro, mikro, dan cairan pada pekerja
Untuk 8 jam kerja di perusahaan perlu disediakan makan dan minum paling
sedikit 2/5 (40%) dari kecukupan energi selama 24 jam atau 30% makan lengkap
+ 10% selingan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 608/MEN/1989 untuk
perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerjanya sembilan jam per hari,
perusahaan wajib menyediakan makanan dan minum 1400 kalori. Untuk shift
malam hari perlu diberikan makanan tambahan dengan memperhitungkan
kebiasaan makan dan kecukupan energi per hari.
Dalam menentukkan kebutuhan gizi untuk pekerja dibedakan menjadi 3 cara
yaitu menentukan zat gizi makro, zat gizi mikro, dan cairan yang dibutuhkan
masing-masing pekerja sesuai kebutuhannya.

4. faktor yang mempengaruhi gizi pekerja


Konsumsi makanan, Lean Body Mass, Jenis kegiatan, factor tenaga kerja,
factor ekonomi, faktorpengetahuan tentang gizi, factor terhadap bahan makanan
tertentu, factor fadisme, factor pola makan, factor lingkungan kerja.

5. Cara menentukan kebutuhan gizi pekerja di berbagai lingkungan kerja

Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu


bentuk penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari
upaya meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan salah satu aspek
kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam peningkatan produktivitas
kerja.

Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak, terutama pengelola tempat
kerja mengingat para pekerja umumnya menghabiskan waktu sekitar 8 jam setiap
harinya di tempat kerja. Kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh Usia,
Ukuran tubuh, dan Jenis kelamin.

Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu jenis pekerjaan atau aktivitas
yang dilakukan sehari-hari, keadaan fisiologis. Keadaan khusus seperti pada
pemulihan kesehatan dan anemia, keadaan lingkungan kerja. Faktor-faktor
tersebut di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya energi,
komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi pekerja.
6. Apa saja makanan yang dapat dikonsumsi pekerja?
Mengandung semua zat gizi dengan jumlah sesuai kebutuhan, kualitas dan
kuantitas makanan serta pola makan tenaga kerja yang akan mempengaruhi
keadaan gizi, ketahan fisik dan produktifitas.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2005. Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Depertemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang
Dewasa. http.//www.depkes.go.id/ diakses tanggal 6 April 2014.

Hardinsyah. 2012. Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Karbohidrat. Depok: UI.

Supariasa, I Dewa Nyoman; Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar. 2002. Penilaian Status
Gizi. Jakarta: EGC.

Wardhani, Movira Wuryanti. 2008. Hubungan gizi kerja dengan produktivitas


Tenaga kerja wanita industri batik. Masters thesis, Universitas Sebelas
Maret.

Anda mungkin juga menyukai