Gizi Kerja - Pertemuan 2
Gizi Kerja - Pertemuan 2
Gizi Kerja - Pertemuan 2
Gizi kerja adalah nutrisi yang diperlukan oleh para pekerja untuk memenuhi
kebutuhan tubuh sesuai dengan jenis pekerjaannya. Kebutuhan zat gizi bagi setiap orang
pada dasarnya berbeda sesuai dengan kondisi tubuhnya, tetapi secara umum besarnya jumlah
zat gizi yang dibutuhkan setiap orang di Indonesia dapat mengacu pada daftar Angka
Kecukupan Gizi (AKG).
Kecukupan gizi pekerja merupakan suatu ukuran kecukupan rata-rata zat gizi setiap
hari untuk pekerja yang disesuaikan dengan golongan umur, jenis pekerjaan, jenis kelamin,
ukuran tubuh, aktivitas tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dan mencegah
terjadinya defisiensi zat gizi.
Pengukuran status gizi pada pekerja dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Penilaian status gzi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu:
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia, ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein
dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh, seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Kategori IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5
Normal >18,5-25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0
Gemuk
Kelebihan berta badan tingkat berat >27,0
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik,
maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan
gizi yang spesifik.
d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
meliht kemampuan fungsi (khusunya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasitertentu seperti kejadian buta senja
epidemik, cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
Penilaian status gzi secara langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu: survey
konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data
konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat, keluarga dan individu. Survey ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan
kekurangan zat gizi.
b. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan
dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran
status gizi masyarakat.
c. Faktor Ekologi
Sekali BEE ditetapkan, maka kebutuhan energi harian untuk orang sehat dapat
ditentukan, yaitu dengan cara dikalikan dengan faktor aktivitas.
3) Protein mempunyai peranan penting yaitu mengganti jaringan yang rusak pada tubuh
dan pertumbuhan jaringan tubuh. Protein juga memiliki peran penting dalam
pembentukan sistem kekebalan (imunitas) sebagai antibodi, sistem kendali dalam
bentuk hormon. Setiap orang dewasa sedikitnya wajib mengkonsumsi 1 g protein per
kg berat tubuhnya, dimana setiap gram protein mempunyai nilai 4 kalori. Kebutuhan
akan protein bertambah pada perempuan yang mengandung dan atlet. Protein yang
dibutuhkan dalam suatu menu makanan kurang lebih 10%-15% dari total energi
perhari. Cara untuk menentukan kebutuhan protein bagi pekerja sangat tergantung
berat badan tenaga kerja dan nilai biologi dari protein yang dimakan. Di dalam menu,
menghitung kebutuhan energi yang berasal dari protein kurang lebih 10% - 20% dari
total energi per hari.
𝟐𝟎
Protein = 𝟏𝟎𝟎 × 𝒆𝒏𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
Dari penelitian-penelitian diperoleh suatu formula yang di kenal dengan cara factorial
(factorial method) untuk memperoleh angka kebutuhan protein sebagai berikut:
R =(U b + F b S + G) x 1,1
Keterangan
R = kebutuhan nitrogen per kg berat badan sehari
Ub= Kehilangan nitrogen basl melalui air seni per kg berat badan sehari
Fb = Kehilangan nitrogen basal melalui kotoran per kg sehari
S = Kehilangan nitrogen melalui kulit per kg berat badan sehari
G = Kebutuhan nitrogen untuk pertumbuhan per kg sehari
1,1 = tambahan 10 % untuk safety margin
Keterangan :
AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari)
BB = Berat badan aktual (kg)
Faktor koreksi mutu protein umum = 1.3 bagi dewasa, 1.5 bagi anak dan remaja, dan
perempuan hamil = 1.2
4) Lemak juga merupakan sumber energi yang ideal untuk sel tubuh sebab setiap molekul
mengandung energi yang besar, mudah di angkut dan diubah bila diperlukan. Namun
sayang, bentuknya lebih memakan waktu dan sulit diserap oleh tubuh. Lemak
merupakan zat yang bersifat sebagai cadangan energi bagi tubuh. Pada tubuh lemak
disimpan di jaringan bawah kulit yang berfungsi untuk menstabilkan suhu tubuh,
sebagai bantalan bagi organ-organ tubuh sehinnga terlindung dari getaran-getaran
yang terlalu keras. Namun penimbunan lemak yang berlebihan dapat meningkatkan
resiko terhadap beberapa penyakit. Lemak terdapat pada minyak, margarin, santan,
kulit ayam, kulit bebek dan lemak hewan lainnya. Kebutuhan lemak per hari kurang
lebih 20%-25% dari total kebutuhan energi atau minimal 15% dan maksimal 30%.
Lemak, kebutuhan lemak sangat tergantung dari kebutuhan energi, kurang lebih 20% -
25% dari total per hari atau minimal 15% dan maksimal 30%.
𝟑𝟎
Lemak = 𝟏𝟎𝟎 × 𝒆𝒏𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
1) Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk
proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat
dibuat oleh tubuh manusia. Oleh karena itu, harus diperoleh dari bahan pangan yang
dikonsumsi, kecuali vitamin D.
2) Mineral disebut sebagai komponen anorganik tubuh atau disebut juga sebagai abu
sisa pembakaran. Karena pada proses pembakaran sempurna mineral tidak ikut
terbakar. Yodium merupakan mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang
relatif sangat kecil, tetapi mempunyai peranan yang sangat penting untuk
pembentukan hormon tiroksin. Kebutuhan yodium per hari sekitar 1-2 g per kg berat
badan. Perkiraan kecukupan yang dianjurkan sekitar dan 150 g per hari untuk orang
dewasa. Untuk wanita dianjurkan tambahan masaing-masing 25 g per hari.
c. Cairan
Air berfungsi sebagai pelarut, mengatur sistim keseimbangan tubuh. Air diperoleh
dari cairan, makanan dan proses metabolisme tubuh. Air merupakan unsur yang paling
banyak di perlukan oleh tubuh, 60% dari berat badan manusia terdiri dari air.
Lingkungan kerja yang panas dataupun jenis pekerjaan yang berat membutuhkan air
minum ≥ 2,8 liter/hari, sedangkan untuk jenis pekerjaan ringan atau pekerjaan dengan
suhu lingkungan tidak panas membutuhkan air minum sebesar 1,9 liter/hari. Rata-rata
asupan cairan yang diperoleh oleh tubuh dari miuman yaitu sebesar 1400ml, makanan
700ml, oksidasi makanan 200ml (total 2300ml). Rata-rata pengeluaran cairan oleh tubuh
perhari yaitu buang air kecil (BAK) sebesar 1400ml, buang air besar (BAB) 100ml,
perespirasian kulit 100ml, kehilangan yang tidak terlihat yaitu memalui kulit dan saluran
nafas 700ml (total 2300). Ada pun rumus untuk menghitung kebutuhan cairan perhari
yaitu:
1) Kebutuhan cairan adalah sekitar 1 mililiter untuk setiap kilokalori kebutuhan energi
tubuh. Dengan rumus ini maka pekerja dengan kebutuhan energinya A kkal akan
memerlukan cairan 1 x A kkal = B ml atau sekitar 2 liter cairan perhari.
2) Untuk 10 kg pertama berat badan membutuhkan 1 liter cairan, 10 kg kedua berat
badan butuh 500 ml cairan, dan sisanya setiap kilogram berat badan butuh 20 ml
cairan.
Untuk 8 jam kerja di perusahaan perlu disediakan makan dan minum paling sedikit 2/5 (40%)
dari kecukupan energi selama 24 jam atau 30% makan lengkap + 10% selingan. Untuk shift
malam hari perlu diberikan makanan tambahan dengan memperhitungkan kebiasaan makan dan
kecukupan energi per hari.
c. Jenis kegiatan
Jenis kegiatan (ringan, sedang, berat) yang merupakan suatu beban kerja, dan
mempunyai kebutuhan gizi yang berbeda pula.
d. Faktor tenaga kerja
Faktor tenaga kerja yang meliputi ketidaktahuan, jenis kelamin, umur, hamil,
menyusui, kebiasaan makan yang kurang baik, tingkat kesehatan karena tingginya
penyakit parasit dan infeksi oleh bakteri pada alat pencernaan, kesejahteraan tinggi
tanpa perhatian gizi, mengakibatkan terjadinya salah gizi biasanya dalam bentuk over
nutrisi, disiplin, motivasi dan dedikasi.
e. Faktor ekonomi
Tidak disangka bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan
yang disajikan untuk keluarga sehari-hari. Walaupun demikian, hendaklah
dikesampingkan anggapan bahwa makanan yang memenuhi persyaratan hanya mungkin
disajikan di lingkungan yang berpenghasilan cukup saja, padahal sebenarnya keluarga
yang berpenghasilan yang terbataspun mampu menghidangkan makanan yang cukup
memenuhi syarat gizi bagi anggota keluarganya.
h. Faktor fadisme
Yaitu kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu. Hal ini akan
mengakibatkan kurang berfariasinya makanan dan tubuh akhirnya tidak memperoleh
semua zat gizi yang diperlukan.
4) Faktor psikologis
Adanya ketegangan-ketegangan sebagai akibat ketidakserasian emosi, hubungan
manusia dalam pekerjaan yang kurang baik, rangsangan atau hambatan psikologis
dan sosial akan menurunkan berat badan, terjadinya penyakit dan produktivitas
menurun.
5) Kesejahteraan
Kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi diimbangi dengan olahraga akan
menyebabkan kegemukan, hipertensi, hipokolesterol, penyakit jantung dan lain-
lain.
Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu bentuk
penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya meningkatkan
derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki
peran penting dalam peningkatan produktivitas kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian semua
pihak, terutama pengelola tempat kerja mengingat para pekerja umumnya menghabiskan
waktu sekitar 8 jam setiap harinya di tempat kerja. Kebutuhan gizi terutama energi
dipengaruhi oleh Usia, Ukuran tubuh, dan Jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi
yaitu jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, keadaan fisiologis. Keadaan
khusus seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, keadaan lingkungan kerja. Faktor-
faktor tersebut di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya energi, komposisi zat
gizi dan menu untuk konsumsi pekerja.
Beberapa faktor risiko lingkungan kerja yang menunjukkan pengaruh terhadap gizi
kerja adalah:
1. Suhu: tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi penguapan yang tinggi sehingga
pekerja mengeluarkan banyak keringat. Karenanya perlu diperhatikan kebutuhan air dan
mineral sebagai pengganti cairan yang keluar dari tubuh. Untuk mencegah dehidrasi
disarankan untuk minum air, konsumsi sayur dan buah.
2. Pengaruh bahan kimia: Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan keracunan
kronis, akibatnya: menurunnya nafsu makan, terganggunya metabolisme tubuh dan
gangguan fungsi alat pencernaan sehingga menurunkan berat badan. Oleh karena itu
dibutuhkan tambahan zat gizi. Hal ini juga terjadi pada para pekerja yang mengalami
gangguan psikologis.
3. Bahan radiasi mengganggu metabolisme sel sehingga diperlukan tambahan protein dan
antioksidan untuk regenerasi sel.
4. Parasit dan mikroorganisme: Pekerja di daerah pertanian dan pertambangan sering
terserang kecacingan yang dapat mengganggu fungsi alat pencernaan dan kehilangan zat-
zat gizi sehingga dibutuhkan tambahan zat gizi.
Lingkungan kerja dalam hal ini adalah beban tambahan pada proses bekerja
lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang manusiawi dan lestari akan menjadi pendorong
bagi kegairahan dan efisiensi kerja sedangkan lingkungan kerja yang melebihi toleransi
kemampuan manusia tidak saja merugikan produktivitas kerjanya tetapi juga menjadi
penyebab terjadinya penyakit atau kecelakaan kerja.
Suhu yang nyaman bagi pekerja sekitar 200C dan 270C dan dalam situasi humiditas
berkisar 35% sampai 60%. Apabila temperatur dan humiditas lebih tinggi, orang
akan merasa tidak nyaman. Situasi ini tidak menimbulkan kerugian selama tubuh
dapat beradaptasi dengan panas yang terjadi. Lingkungan yang sangat panas dapat
mengganggu mekanisme penyesuaian tubuh dan berlanjut kepada kondisi serius dan
bahkan fatal.
Jika suhu pada ruangan meningkat 5,5oC di atas tingkatan nyaman akan
menyebabkan penurunan produktivitas sebesar 30%. Suhu tubuh manusia tidak
hanya didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan.
Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu
tubuh.