Konsep Sarana Dan Prasarana Apms Bandara Soetta
Konsep Sarana Dan Prasarana Apms Bandara Soetta
Konsep Sarana Dan Prasarana Apms Bandara Soetta
A. RUANG LINGKUP
Spesifikasi teknis ini meliputi ruang lingkup, sumber referensi, persyaratan umum,
ukuran utama dan kinerja (performansi), standar, bagian-bagian utama kereta dan gambar
teknis.
B. SUMBER REFERENSI
1. UU No 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian, terkait tentang jenis kereta api cepat.
2. Peraturan Menteri Perhubungan No. 13 tahun 2011 tentang Standar, Tata Cara dan
Sertifikasi Kelaikan Kereta Dengan Penggerak Sendiri.
3. Peraturan Menteri Perhubungan No. 14 tahun 2011 tentang Standar, Tata Cara dan
Sertifikasi Kelaikan Lokomotif.
4. Spesifikasi teknis Automated Guide Transit Bandara Soekarno Hatta.
C. PERSYARATAN UMUM
Automated Guideway Transit merupakan alat transportasi massal bergerak di atas jalur
khusus menggunakan sumber daya penggerak dari listrik PLN 750 VDC. Susunan
rangkaian terdiri dari: Satu set 2 kendaraan berupa MC1-MC2. Setiap kendaraan
berpenggerak sendiri (self propelled) dan mempunyai meja pengendali darurat di kedua
ujung kendaraan yang akan dipakai pada kondisi darurat. MC1-MC2 dihubungkan
denagan gangway yang tersedia untuk penumpang. Sebagai sebuah kendaraan yang
berfungsi untuk memindahkan orang dari suatu tempat ke tempat lain dalam suatu
lintasan, maka AGT mempunyai spesifikasi teknik sebagai berikut:
1. Dimensi
Kendaraan didisain dan dibuat dengan memenuhi persyaratan dimensi dan profil
ruang batas kendaraan sebagai berikut:
a. Panjang maksimum kendaraan (tidak termasuk alat perangkai):12,100 mm dan
termasuk alat perangkai maksimum:12,800 mm.
b. Lebar maksimum badan kendaraan: 2,850 mm.
c. Ketinggian maksimum atap atas dari permukaan lintasan jalan: 4,030 mm.
d. Ketinggian maksimum lantai dari permukaan lintasan jalan: 1,253 mm.
e. Lebar antar sumbu roda penggerak maksimum: 2,020 mm.
f. Jarak antar gandar maksimum: 7,600 mm.
g. Jarak roda pengarah maksimum: 3,200 mm.
h. Lebar pintu minimum: 1,800 mm.
i. Ketinggian pintu minimum: 1,900 mm.
3. Kinerja
Kendaraan didisain dan dibuat untuk memenuhi persyaratan kinerja sebagai berikut:
a. Kecepatan rencana maksimum 80 km/jam dan kecepatan operasi maksimum 70
km/jam.
b. Percepatan minimum 1.0 m/s² pada kelandaian 0% dengan beban normal.
c. Perlambatan minimum 1.0 m/s² pada kelandaian 0% dengan beban penuh.
Perlambatan darurat minimum 1.25 m/s².
d. Batas jerk maksimum mengacu kepada ASCE Standar 21.2-2008 Chapter 7.7.3
Ride Quality.
e. Kereta dapat dioperasikan pada radius lengkung horisontal minimum 40 m di jalur
utama dan minimum 30 m di luar jalur utama.
f. Kereta dapat dioperasikan pada kelandaian maksimum 6% atas dasar kondisi
operasi penyelamatan.
g. Tingkat kebisingan maksimum dalam ruang penumpang 85 dBA di jalur lurus
dengan kelandaian 0% pada kondisi kecepatan operasi maksimum.
h. Tingkat kenyamanan berkendara (ride index) maksimum 2,5 sesuai metode
Sperling dan atau sesuai standar ISO 2631-1.
D. RUANG PENUMPANG
1. Bagian Eksterior
a. Bahan badan kendaraan menggunakan double skin alluminum alloy.
b. Badan kendaraan dirancang dan diproduksi untuk digunakan setidaknya lebih dari
25 tahun di bawah kondisi operasi normal tanpa di rehab kembali, diperbaiki atau
diperkuat.
c. Semua bagian struktural dari badan kendaraan memenuhi kekakuan untuk kinerja
sistem pada kondisi operasi beban maksimum.
d. Semua bagian dari badan kendaraan tidak mudah berkarat. Pencegahan untuk
korosi galvanis disediakan pada kontak antara logam yang berbeda.
e. Rangka bawah kendaraan dapat mendukung beban vertikal dan horizontal dan
mendistribusikan beban yang terjadi dari alat perangkai.
f. Bagian rangka samping dipasang dengan pintu dan jendela dan memiliki struktur
yang kaku untuk meminimalkan deformasi dan konsentrasi tegangan.
g. Rangka atap memiliki struktur yang kaku untuk mempertimbangkan konsentrasi
tegangan pada bagian potongan.
h. Rangka ujung tahan terhadap tegangan tekan dan memiliki struktur yang kaku
untuk dipasang gangway untuk dilalui penumpang.
i. Resin fenol FRP (Fiber Reinforced Plastic) digunakan untuk cover depan bagian
luar ujung kendaraan.
j. Desain pengecatan (painting design) untuk mendapat persetujuan dari user.
2. Bagian Interior
a. Lantai dan panel interior
1) Lantai dan panel interior menggunakan bahan yang tidak mudah terbakar
(noncombustible).
2) Lantai tahan terhadap keausan, kimia dan panas. Lem yang tidak mudah
terbakar digunakan untuk lantai.
3) Panel interior yang mungkin tersentuh oleh penumpang tidak memiliki bagian
yang tajam.
4) Struktur panel interior dan outlet dapat mendistribusikan udara dari pendingin
(AC) ke seluruh ruang penumpang secara merata dan tidak menimbulkan
kondensasi uap air.
5) Bahan untuk isolasi panas dan peredam suara dipasang pada ruang antara
panel eksterior dan panel interior. Bahan ramah lingkungan, dan tidak ada
pengumpulan bakteri dan jamur.
b. Jendela depan dan jendela samping ruang penumpang
1) Jendela depan dari kaca laminasi dan aman (safe glass). Ketebalan lebih dari 8
mm. Jendela depan dirancang untuk pandangan yang luas dan memiliki wiper
kaca depan.
2) Jendela samping antara pintu ruang penumpang dari unit tunggal dan ukuran
besar untuk pandangan lebar. Ketebalan kaca lebih dari 8 mm dengan laminasi
dan aman (safe glass).
c. Pintu masuk penumpang
1) Pintu dipasang dengan dua (2) unit per setiap sisi dan empat (4) unit per
kendaraan.
2) Bahan pintu dari panel aluminum honeycomb.
3) Ketebalan kaca untuk pintu lebih dari 8 mm.
4) Pintu tidak bisa dioperasikan selama kendaraan berjalan. Pintu dikendalikan
oleh inter‐locking dengan sistem propulsi untuk menghindari kendaraan
berjalan ketika pintu tersebut tidak tertutup sepenuhnya.
5) Mesin pintu akan mendeteksi rintangan terperangkap di antara daun pintu
untuk alasan keselamatan. Jika terdapat objek yang terjebak di antara daun
pintu, pintu dapat terbuka dan tertutup kembali secara otomatis.
d. Kursi penumpang
1) Bahan kursi dari FRP.
2) Kerangka kursi dirancang dan diproduksi untuk pengelasan atau perakitan
mekanis dengan bahan anti-korosi.
e. Meja pengemudi darurat
1) Meja Pengemudi Darurat dilengkapi dengan display unit TCMS (Train
Control & Monitoring System), perangkat pengemudi, perangkat kontrol, dan
lain lain.
2) Semua perangkat kontrol dan perangkat pengemudi disusun agar mudah
dioperasikan.
f. Penyejuk udara (air-conditioner)
1) Setiap kendaraan dilengkapi dua (2) unit AC independen yang dikontrol secara
terpisah untuk pendinginan dan ventilasi udara.
2) AC dirancang dan diproduksi sesuai dengan standar emisi lingkungan
internasional.
3) Spesifikasi dasar AC kendaraan adalah sebagai berikut.
Item Spesifikasi Keterangan
Interior temperature
22-24ºC under
condition full
passenger on board
and humidity not
Cooling performance
exceeding 60%
Ref. ASCE 21.2.-
Exterior (ambient)
08 Part 2, Section
temperature 40 ºC and
7.7.1 &
exterior (ambient)
7.7.2
relative humidity 98 %
Air ventilation
1,056 m³/hr per MC car
performance
Rated input power 3 phases, 400 Vac, 50Hz
Refrigerant R-134a or equivalent
E. PROPULSI
1. Inverter VVVF
a. Inverter VVVF tipe tegangan tiga fase jenis Inverter IGBT PWM.
b. Satu (1) set Inverter VVVF akan mengendalikan dua (2) set motor traksi.
c. Inverter VVVF dikendalikan dan diawasi oleh TCMS.
d. Spesifikasi dasar adalah sebagai berikut.
Tabel Spesifikasi Umum Inverter VVVF
Item Spesifikasi
Kendali Motor Traksi 1C2M×2(groups)
Tegangan Input DC750V
Kapasitas 220kW
Tegangan Output 3-phase AC550V
Tegangan Kendali DC100V(fluctuation range: DC70 ∼ DC110V)
Pendinginan Forced cooling type by Fan
2. Motor traksi
a. Motor traksi tipe tiga fase sangkar tupai motor induksi AC.
b. Dua (2) set motor traksi dipasang di setiap kendaraan MC.
c. Spesifikasi dasar adalah sebagai berikut.
Tabel Spesifikasi Dasar Motor Traksi
Item Specification Remarks
Rated input voltage Three phase 550 Vac or equivalent with VVVF
Rated output power 95 kW / TM
Number of pole 4
Insulation levels Min. level “H”
Cooling Natural air cooling
Persiapan Menghubungkan
Thblk
Terlepas Penuh
2. Rangka Bogie
Rangka bogie dari struktur baja yang dilas secara penuh (menerus).
3. Gandar (Axle)
a. Gandar didukung oleh bantalan gelinding (roller bearing). Struktur tersebut
tertutup rapat untuk mencegah kebocoran pelumas dan masuknya kotoran.
b. Gandar memiliki gardan dengan dua tahap transmisi daya untuk meminimalkan
massa yang tidak didukung pegas.
c. Kopling antara motor traksi dan transmisi daya menggunakan jenis universal
joint.
4. Roda Penggerak
a. Dua (2) set roda penggerak dipasang pada setiap bogie.
b. Roda penggerak terbuat dari ban karet dengan telapak yang rata dan dilengkapi
dengan pelek aluminium internal untuk operasi darurat dalam kasus ban karet
bocor.
Gambar Roda Pengaman (Safety Wheel) didalam Ban Karet
(Sumber: Spesifikasi Teknik AGT AP2)
5. Roda Pengarah
Set roda pengarah dipasang pada rangka pengarah di setiap bogie sebagai pengarah.
a. Bahan dari roda pengarah dari material uretan padat.
b. Shock absorber dipasang antara roda pengarah dan rangka pengarah untuk
meningkatkan kenyamanan perjalanan.
6. Penangkal Petir
Penangkal petir dipasang untuk melindungi isolasi peralatan terhadap tegangan lebih
yang timbul akibat sambaran petir atau switching. Saat bekerja menyalurkan arus
tegangan lebih ke ground maka penangkal petir juga memblokir arus pasokan
sehingga tidak mempengaruhi rangkaian pemasok daya.
7. Sistem Komunikasi
a. Public Addresser (PA)
1) PA untuk melakukan pengumuman melalui audio ke penumpang secara
otomatis. Pengumuman secara manual juga dilakukan untuk keadaan darurat.
2) Pengumuman audio yang otomatis untuk informasi penumpang disinkronkan
dengan Sistem tampilan informasi penumpang.
3) Komponen utama PA adalah sebagai berikut:
a) Kotak pengendali utama termasuk fungsi pengumuman otomatis;
b) Power amplifier;
c) Speaker;
d) Micro-telepon untuk pengumuman panduan.
b. Sistem informasi tampilan numpang (PID) Komponen utama adalah sebagai
berikut.
1) Kontroler utama.
2) Jenis LED indikator tujuan diinstal di bagian depan-luar setiap kendaraan MC.
3) Indikator display informasi jenis LCD dipasang di dalam ruang penumpang.
c. Interkom darurat
1) Interkom darurat dipasang dalam ruang penumpang untuk komunikasi darurat
antara penumpang di kereta api dan OCC.
2) Sistem transmisi data disediakan oleh Konsorsium Len-Woojin.
d. CCTV
1) CCTV dipasang dalam ruang penumpang untuk memantau status ruang
penumpang oleh OCC.
2) Sistem transmisi data disediakan oleh Konsorsium Len-Woojin.
e. Radio Kereta
1) Radio kereta dipasang di meja mengemudi darurat untuk operasi manual
dalam kasus situasi darurat.
2) Radio kereta disediakan oleh Konsorsium Len-Woojin.
9. Pencahayaan
a. Lampu interior
1) Pencahayaan lebih dari 300 LUX di ketinggian 0,85 m dari lantai.
2) Setiap ruang penumpang memiliki minimal empat (4) set DC lampu neon
untuk kasus darurat.
Tabel Spesifikasi Dasar Pencahayaan Interior
Type AC220V Lighting DC100V Lighting
0.85M from above floor 0.85M from above floor
Illumination (lux)
Over 300 Lux Over 300 Lux
Input voltage AC 220V DC 100V
Type FLR-32SSEX-N/A FLR 32SS EX-N/A
Power consumption 32W 32W
Daya penggerak dan sistem tenaga-listrik daya listrik diperlukan untuk menggerakkan
kereta api dan kebutuhan energi sistem peralatan. Sarana berpenggerak listrik APM dapat
menggunakan arus searah (DC) atau arus bolak-balik (AC) yang disediakan oleh daya
yang dihasilkan dari distribusi subsistem. Propulsi kendaraan dapat diberikan oleh motor
rotari DC, motor rotary AC, atau AC linear motor induksi (LIM), atau melalui kabel yang
terpasang. Yang bergerak otomatis APM yang berpenggerak listrik didukung oleh di atas
sarana motor baik menggunakan 750 atau 1500volt DC atau 480 atau 600 volt AC,
didistribusikan sepanjang sisi samping guideway (jalur), yang berbasis rel distribusi daya
subsistem. Sedangkan bila menggunakan kabel penggerak kendaraan ditarik oleh kabel
terpasang yang menarik sarana dari yang tetap satuan listrik drive motor fi terletak
sepanjang guideway, biasanya di salah satu ujung dari sistem.
Pada pelaksanaan pekerjaan Tahap II, diusulkan rencana trase APMS adalah sebagai
berikut:
1. Alternatif 1 (Pinch Loop Double Track)
Alternatif ini menghubungkan antara Sky H, Terminal 3, Terminal 2, Terminal IB,
Terminal 1, Terminal 4, dan South Sky City. Alternatif ini menerapkan pola operasi
pinch, dan didesain double track. Dimana dari Terminal South Sky City tidak
terhubung dengan Terminal Sky H.
Pada alternatif ini, semua jalur dibuat double track, dengan panjang track structures
+17,5 km, dan membutuhkan 4 (empat) unit wesel biasa, dan tambahan wesel cross
sebanyak 2 (dua) unit. Dengan ilustrasi layout dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar Skematik Track Layout APMS Tahap II – Alternatif 1 (Pinch Loop Double Track)
Gambar Skematik Track Layout APMS Tahap II – Alternatif 2 (Circular Double Track)
3. Alternatif 3 (Double Circular Single Track)
Sky H, Terminal 3, Terminal 2, Terminal IB, Terminal 1, Terminal 4, South Sky City,
dan Sky H. Alternatif ini menerapkan pola operasi double circular dan single track.
Pada alternatif ini, terdapat tipe jalur yang didesain double track dan terdapat juga
yang hanya berupa single track, dengan panjang track structures +17,0 km, dan
membutuhkan 6 (enam) unit wesel biasa, dan tanpa tambahan wesel cross. Dengan
ilustrasi layout dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar Skematik Track Layout APMS Tahap II – Alternatif 3 (Double Circular Single
Track)
Kriteria desain Jalur Track APMS di uraikan pada tabel berikut ini:
Tabel Kriteria Desain Untuk Track APMS
Item Spesifikasi Keterangan
340 mm untuk permukaan kontak
Lebar 600 mm ban karet dan 130 mm margin di
kanan dan kiri
Mempertimbangkan drainase dan saluran kabel
Running Tinggi ≥ 300 mm
melintang
Road
Perawatan
Gerinda di permukaan
permukaan
Mutu beton 35 MPa Slump 80 mm
Deformed bar D13
Antara kedua Jarak antara permukaan pemandu dari kedua rel
3,200 mm (+10, -0)
rel panduan panduan
Ukuran 150 × 150 × 7 × 10 mm
Rel Panduan Jarak antara (1) ∞ > R ≥ 115 m : 3.0 m
pendukung rel
(2) 115 > R ≥ 30 m : 1.5 m
panduan
Metode Parapet, Penyangga untuk
pendukung jalan jalan darurat, penyangga
Item Spesifikasi Keterangan
untuk rel beton bertulang atau
panduan penyangga struktur baja
Metode Gerak lidah horisontal
Wesel (1) 2° ‐11° : Jalur Utama
Jenis wesel
(2) 3° ‐15° : Depo
Dalam bidang A, B, C dan D titik pada gambar di atas, itu harus ≤ 3,0 mm dalam
toleransi antara bidang pada 3 titik A, B, C dan D dan tetap 1 titik.
Ini harus digerinda dengan menggunakan mesin gerinda jika nilanya melibihi yang
diijinkan.
Jarak antara kanan dan kiri rel pemandu (guide rails) 3,200 +10, -0 mm
Jarak antara kanan dan kiri rel pemandu (guide rails) di
bagian yang paling dekat dari rel pemandu ditempatkan di 3,225 +10, -5 mm
bagian akhir saklar
Running surface ≤ 3 mm / 3,000 mm
Toleransi pada bagian joint ≤ 0.5 mm
Tinggi bagian atas rel pemandu dari atas running surface 340 ±5 mm
Jarak lurusan antara turnout dan kurva vertikal harus lebih dari 9 m.
Wesel 2°-11°
Wesel 3°-15°
Perhitungan Lengkung
Tidak selamanya trace jalan rel selalu dalam lurusan, pada kondisi lapangan tertentu atau
untuk merubah arah pada lintas bebas terpaksa dibuat lengkungan. Untuk membuat
nyaman waktu Kereta Api melalui lengkungan biasanya didahului oleh lengkung
peralihan.
Apabila tidak menggunakan lengkung peralihan dapat juga digunakan jarak peralihan
1
dengan ketentuan R V 2 .
6
Panjang jarak peralihan diatur sebagai berikut:
ℓ = 400 h untuk kecepatan 45 km/jam
ℓ = 600 h untuk kecepatan 59 km/jam
ℓ = 1000 h untuk kecepatan > 60 km/jam
Apabila menggunakan lengkung peralihan maka: ℓn = 10 V hn.
Penggunaan lengkung peralihan lebih nyaman dilalui kereta api dibandingkan
menggunakan jarak peralihan.
Gambar Lengkung Jalan Rel
Makin berat KA, besarnya K semakin besar pula; makin cepat perjalanan KA, besarnya K
bertambah kwadratis; makin besar jari-jari lengkung makin kecil K. Menurut Stalsel thn
1938, besarnya K dibatasi sampai 4,78 % x berat KA, sehingga terdapat rumus-rumus:
V2 h
1. K 0,785 100
R s
(K dalam %, V dalam Km/jam, h dalam mm, s = 1130 mm).
V2
2. Peninggian rel luar h min = 8,86 54,01 mm .
R
(V dalam Km/jam, R dalam m)
V2
3. Peninggian rel luar h normal = 6 mm .
R
d2
4. Pelebaran spoor pada rel dalam W 10 mm .
2R
(d = 3000 mm dan R dalam mm).
V3
6. Panjang minimum lengkung peralihan X min 41,15 m .
R
X3 X2
7. Ordinat lengkung peralihan Y m .
C 6 R
8. Kecepatan max pada h mx (110 mm): V max 4,3 R .
2
V
9. R minimum untuk kecepatan tertentu = m.
4,3
1
10. R yang tidak memerlukan lengkung peralihan R V 2 m .
6
Contoh soal:
Diketahui: R = 500 m, V = 75 Km/jam.
Perhitungan:
V 2 6 75 75
1. h normal = 6 mm 67,5 mm ~ 65 mm .
R 500
2. Panjang lengkung peralihan X1 = 10 V.hn = 10 x 75 x 67,5 = 50,63 m.
X 3 X 2 50,63 50,63
3. Besar ordinat Y1 0,85m .
C 6R 6 500
4. Peninggian h min =
V2 8,86 75 75
8,86 54,01 54,01 ~ 45 mm .
R 500
5. Pada h min = V min =
h min R 45 500
3750 61 Km / jam .
6 6
V 3 41,15 753
6. Panjang lengkung peralihan min X 41,15 34,72 m
R 500
X 2 34,72 34,72
7. Ordinat lengkung peralihan min Y 0,402 m .
6R 6 500
8. V max pada peninggian max (110 mm) =
4,3 R 4,3 500 96 Km / jam .
Melihat perhitungan tersebut di atas, ternyata pada R tertentu, bilamana h berubah dari h
min = 45 mm, hn = 65 mm sampai h max = 110 mm, kecepatan V berubah pula dari V
min = 61 Km/jam, V normal = 75 Km/jam sampai V max = 96 Km/jam. Selain itu
panjang lengkung peralihan X dapat berubah linier sesuai dengan kecepatan V.
Contoh:
1. Pada wesel 1: 8 dengan R = 136 m, V yang diperkenankan max = 2,47 R =