Filsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
NIM : E031181013
PRODI: Sosiologi
Namun ada berbagai defenisi filsafat ilmu yang dihimpun oleh The Liang Gie, disini hanya akan
dikemukakan empat pendapat yang dianggap paling representative.
1. Robert Ackermann: filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat
pendapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat
terdahulu yang telah dibuktikan.
2. Lewis White Beck: filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-
metode pemikiran ilmiah, serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya
usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
3. Cornelius Banjamin: filsafat ilmu itu merupakan cabang pengetahuan filsafati
yang menelaah sistematis mengenai sifat dan dasar ilmu, metode-metodenya,
konsep-konsepnya, dan pranggapan-pranggapannya, serta letaknya dalam
kerangka umum dari cabang pengetahuan intelektual.
4. May Brodbeck: filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan
filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
KESIMPULAN
Jadi kesimpulannya adalah tujuan dari adanya filsafat ilmu ini yaitu memberikan penjelasan-
penjelasan yang lebih mendalam mengenai illmu dengan berbagai pendekatan-pendekatan
maupun metode dalam melakukan studi mengenai filsafat ilmu.
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU
FUNGSI DAN ARAH FILSAFAT ILMU
Sejarah filsafat dapat diperiodisasi ke dalam empat periode (Sudarto. 1996) yaitu :
a. Tahap/masa Yunani kuno (Abad ke-6 S.M sampai akhir abad ke-3 S.M)
b. Tahap/masa Abad Pertengahan (akhir abad ke-3 S.M sampai awal abad ke-15 Masehi)
c. Tahap/masa Modern (akhir abad ke-15 M sampai abad ke-19 Masehi)
d. Tahap/masa dewasa ini/filsafat kontemporer (abad ke-20 Masehi)
A.Masa Yunani
Pada abad ke -6 SM, bermunculan para pemikir yang kepercayaannya bersifat rasional (cultural
religion) menimbulkan pergeseran.Tuhan tidak lagi terpisah dengan manusia justru menyatu
dengan kehidupan manusia.System kepercayaan natural religious berubah menjadi sistem
cultural religious. Ahli pikir pertama kali yang muncul adalah thales (± 625-545 SM) yang
berhasil mengembangkan geometri dan matematika: Liokippos dan Democritos mengembangkan
teori materi; Hipocrates mengembangkan ilmu kedokteran, Euclid mengembangkan geometri
deduktif; Socrates mengembangkan teori tentang moral; Plato mengembangkan teori tentang ide;
Aristoteles mengembangkan teori yang menyangkut benda dunia dan benda dan berhasil
mengumpulkan data 500 jenis binatang (ilmu biologi). Suatu keberhasilan yang luar biasa dari
aristoteles adalah menemukan sistem pengaturan pemikiran (logika formal) yang sampai
sekarang masih dikenal.
B. Masa Abad Pertengahan
Perkembangan pemikiran abad pertengahan Filsafat ilmu itu dapat juga disebut dengan
perkembangan Filsafat ilmu di zaman Islam. Sebelum di uaraikan sejarah dan perkembangan
ilmu dalam Islam, ada baiknya diuraikan sedikit tentang pandangan Islam terhadap ilmu. Hal ini
penting untuk diketahui karena menjadi landasan bagi pengembangan ilmu di sepanjang sejarah
kehidupan umat Islam.
pada masa ini juga filsafat cenderung kehilangan otonominya, pemikiran filsafat abad
pertengahan bercirikan Teosentris (kebenaran berpusat pada wahyu Tuhan), hal ini tidak
mengherankan mengingat pada masa ini pengaruh Agama Kristen sangat besar dalam kehidupan
manusia, termasuk dalam bidang pemikiran.
Pada abad modern ini pemikiran filsafat berhasil menempatkan manusia pada tempat yang
sentral dalam pandangan kehidupan sehingga corak pemikiran filsafatnya mendasarkan pada akal
pikir dan pengalaman.Pemikiran filsafat masa abad modern ini berusaha meletakkan dasar-dasar
bagi metode induksi secara modern, serta membuka sistematika yang sifatnya logis-
Ilmiah.Pemikiran filsafat diupayakan lebih bersifat praktis, artinya pemikiran filsafat diarahkan
pada upaya manusia agar dapat menguasai lingkungan alam dengan menggunakan berbagai
penemuan Ilmiah.Pada abad ke-18, perkembangan pemikiran filsafat mengarah pada filsafat ilmu
pengetahuan, dimana pemikiran filsafat diisi dengan upaya manusia, bagaiman/cara sarana apa
yang dipakai untuk mencari kebenaran dan kenyataan. Tokoh-tokohnya antara lain George
Berkeley (1685-1753), David Hume, Rousseau (1722-1778).
Pada zaman modern Filsafat dari berbagai aliran muncul. Pada dasarnya corak keseluruhan
Filsafat modern itu mengambil warna pmikiran Filsafat sufisme Yunani, sedikit pengecualian
pada Kant. Paham-paham yang muncul garis besarnya adalah rasionalisme, idealism, dan
empirisme.
Sedangkan pada abad 20 aliran Filsafat banyak sekali sehingga sulit digolongkan, karena makin
eratnya kerjasama internasional. Namun sifat-sifat Filsafat pada abad ini lawannya abad 19, yaitu
anti positivis, pluratis, antroposentrisme, dan pembentukan subyektivitas modern.
Masa kini dimulai pada abad ke-19 dan 20 dengan timbulnya berbagai aliran yang
berpengaruh.Aliran-aliran ini sangat terikat dengan Negara maupun lingkungan bahasa sehingga
dalam perkembangan terakhir lahirlah filsafat analitis yang lahir sejak tahun 1950.(Lasiyo dan
Yuwono, 1985, hlm, 54).
Arah filsafat ilmu dapat dipahami dari beberapa pendapat antara lain: pertama, bahwa flsafar
ilmu diarahkan pada pembekalan pemahaman terhadap wawasan baik (Ismaun, 2004: 2). Kedua,
sebagaimana dikemukakan oleh Burhanudin Salam (2000: 11-12), filsafat ilmu diarahkan untuk :
Untuk lebih memanusiakan diri atau lebih mendidik atau membangun diri sendiri,
a. Agar dapat mempertahankan sikap yang objektif tidak hanya berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan simpati dan antipati saja.
b. Agar berpikir secara holistis dalam menyelesaikan suatu permasalahan, tidak
mementingkan egoisme.
c. Agar dapat berpikir kritis, mandiri dan tidak tergantung pada orang lain
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa ada empat tahap/masa dalam
perkembangan filsafat ilmu yang semuanya saling berkaitan dari tahap pertama sampai akhir dan
dalam perkembangannya menghasilkan berbagai teori dan filsuf-filsuf yang mengkaji filsafat
ilmu dengan berbagai fungsi yang berguna bagi manusia.
SUBTANSI FILSAFAT ILMU
Subtansi sendiri dapat ditafsirkan sebagai yang membentuk sesuatu atau yang pada dasarnya
merupakan sesuatu atau dapat disempitkan menjadi itu. Pembahasan mengenai subtansi akan
selalu terkait dengan esensi (essence ).
Ismaun (2001) memaparkannya dalam empat bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1)
fakta atau kenyataan, (2) kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi.
2.Kebenaran (truth)
Sesungguhnya, terdapat berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun secara tradisional,
kita mengenal 3 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan pragmatik (Jujun S.
Suriasumantri, 1982). Sementara, Michel William mengenalkan 5 teori kebenaran dalam ilmu,
yaitu : kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran
pragmatik dan kebenaran proposisi. Bahkan, Noeng Muhadjir menambahkannya satu teori lagi
yaitu kebenaran paradigmatik. (Ismaun; 2001)
3.Konfirmasi
Konfirmasi berasal dari bahasa inggris, yaitu corfimation yang berarti penegasan,
pengesahan. Konfirmasi apabila dikaitkan dengan ilmu, maka fungsi ilmu adalah
menjelaskan, memprediksi, dan menghasilkan. Menjelaskan ataupun memprediksi, tersebut
lebih bersifat interprestasi untuk memberikan makna tentang sesuatu.
KESIMPULAN
Substansi merupakan sebagai yang membentuk sesuatu atau yang pada dasarnya merupakan
sesuatu atau dapat disempitkan menjadi itu dan pembahasan mengenai substansi ilmu ini
selalu berkaitan dengan esensi.
LOGIKA INFERENSI DAN TELAAH KONTRUKSI TEORI
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, logika berarti jalan berfikir yang masuk akal sedangkan
inferensi berarti simpulan atau kesimpulan (Depdiknas:2001:433-681). Sedangkan menurut
istilah Logika inferensi berarti berfikir dengan akal yang sehat untuk memperoleh simpulan.
Sebagai ilustrasi ketika kita berhadapan dengan sebuah persoalan yang memerlukan jalan keluar
(pemecahan) maka persoalan tersebut kita fikirkan dengan menggunakan akal yang sehat untuk
memperoleh pemecahan dari persoalan tersebut.
Telaah Kontruksi Teori (Bangunan teori) Adalah sekumpulan proporsi yang saling berkaitan
secara logis untuk memberikan pengertian mengenai sejumlah fenomena. Atau bisa diartikan
abstrak dari sejumlah konsep yang disepakatkan dalam definisi-definisi. Konsep sebagai
abstraksi dari banyak empirik yang telah ditemukan kesamaan umumnya dan kepilahannya dari
yang lain atau abstraksi dengan cara menemukan sejumlah esensi pada suatu kasus, dan
dilakukan berkelanjutan pada kasus-kasus lainnya, dapat dikonstruksikan lebih jauh menjadi
proposisi atau pernyataan, dengan membuat kombinasi dari dua konsep atau lebih.
Bangunan-Bangunan Teori Tersebut Mencakup Pembahasan Antara Lain:
a. Teori ilmu : Teori ilmu memiliki dua kutub arti teori. Kutub pertama adalah teori sebagai
hukum eksprimen muncul beragam, mulai dari hasil eksprimen tersebut meluas ke hasil
observasi fisik seperti teori tentang panas bumi. Kutub kedua adalah hukum sebagai
kalkulus formal dapat muncul beragam pula, mulai dari yang dekat dengan kutub pertama
seperti teori sebagai eksplanasi phisik misalnya teori Galileo tentang peredaran planet
pada porosnya, teori sinar memancar melengkung bila lewat medan gravitasi.
b. Temuan substansif mendasar : Temuan-temuan atas bukti empirik dapat dijadikan tesis
substantif, dan diramu dengan konsep lain dapat dikonstruk menjadi teori substantif.
Asumsi keberlakuan tesis substantif tersebut ada pada banyak kasus yang sama di tempat
dan waktu berbeda.
c. Konstruksi teori model korespondensi : Konstruksi berfikir korespondensi adalah bahwa
kebenaran sesuatu dibuktikan dengan cara menemukan relasi relevan dengan sesuatu
yang lain
d. Konstruksi teori model koherensi : Konstruksi teori model koherensi merentang dari
koheren dalam makna rasional sampai dalam makna moral
e. Konstruksi teori model pragmatis : Konstruksi teori model Prgmatis berupaya
mengkonstruk teorinya dari kosep-konsep, pernyataan-pernyataan yang bersifat
fungsional dalam kehidupan praktis atau tidak.
f. Konstruksi teori iluminasi : Teori Iluminasi menurut Mehdi Ha’iri Yazdi adalah
pengetahuan yang semua hubungannya berada dalam kerangka dirinya sendiri, sehingga
seluruh anatomi gagasan tersebut bisa dipandang benar tanpa membutuhkan hubungan
eksterior.
KESIMPULAN
Logika inferensi merupakan berfikir dengan akal yang sehat untuk memperoleh
simpulan.jadi logika inferensi ini digunakan ketika ada suatu masalah yang ingin dipecahkan
dengan menggunakan akal sehat agar dalam pemecahan masalah ini ada suatu kesimpulan
yang dapat di sampaikan dan dapat menyelesaikan masalah tersebut.
DIMENSI ONTOLOGI DARI KAJIAN ILMU FILSAFAT
Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatn yang paling
kuno.Awal mula alam pikiran yunani telah menunjukkan munculnya perenungan di bidang
ontologi.Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita
menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Pembicaraan tentang hakikat sangatlah luas sekali
yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada.Hakikat adalah realitas:realitas adalah ke-real-
an,Rill artinya kenyataan yang sebenarnya.
1.Pengertian Ontologi
Ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu on/ontos = being atau ada, dan logos = logic atau
ilmu. Jadi, ontologi dapat diartikan The theory of being qua being (teori tentang keberadaan
sebagai keberadaan), atau ilmu tentang yang ada. Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang
hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak (Bakhtiar, 2004).
2.Obyek Ontologi
Obyek telaah ontologi adalah yang ada tidak terikat pada satu perwujudan tertentu, ontologi
membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap
kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua bentuknya.
Berdasarkan objek yang ditelaah dalam ilmu pengetahuan ada dua macam:
a. Obyek material (obiectum materiale, material object) ialah seluruh lapangan atau bahan
yang dijadika objek penyelidikan suatu ilmu.
b. Obyek formal (obiectum formale, formal object) ialah penentuan titik pandang terhadap
obyek material.
3.Paham-paham Ontologi
a. Monoisme Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua, baik yang asal materi maupun rohani.
b. MeterialismeAliran materialisme ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah
materi, bukan rohani. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh Bapak Filsafat yaitu Thales
(624-546 SM). Dia berpendapat bahwa sumber asal adalah air karena pentingnya bagi
kehidupan. Aliran ini sering juga disebut naturalisme
c. Idealisme Aliran idealisme beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam
itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak
berbentuk dan menempati ruang.
d. Dualisme Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari 2 macam hakikat sebagai asal
sumbernya yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan ruh, jasad dan spirit.
e. Pluralisme Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Lebih jauh lagi paham ini menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari
banyak unsur.
f. Nihilisme sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif.
g. Agnotisisme paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat
benda baik hakikat materi maupun hakikat ruhani.
KESIMPULAN
Jadi ontologi ini berbicara mengenai sesuatu yang ada atau berbicara mengenai hakikat
keberadaan sesuatu yang ada,hakikat yang di maksud di sini merupakan realitas atau
kenyataan yang sebenarnya.
DIMENSI EPISTEMOLOGI DARI KAJIAN ILMU FILSAFAT
1.Pengertian Epistemologi
Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan pengandaian-pengandaian,dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban
atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Pengetahuan yang di peroleh oleh manusia melalui akal indera,dan lain-lain mempunyai metode
tersendiri dalam teori pengetahuan,di antaranya adalah :
Epistemologi menjadi dasar pijakan dalam memberikan legitimasi bagi suatu “ilmu
pengetahuan” untuk diakui sebagai disiplin ilmu, dan menentukan keabsahan disiplin ilmu
tertentu. Dengan demikian epistemologi juga memberikan kerangka acuan terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan. Aspek epistemologi yang penting didalam pengembangan
pengetahuan adalah metodologi keilmuan
Pengetahuan pada umumnya dan ilmu pada khususnya merupakan produk dari sebuah proses.
Proses mempunyai tempat yang penting karena akan menentukan kualitas produk, selain pula
mempengaruhi pula apakah jalan kepada output akan lebih mudah atau lebih susah. Oleh karena
itu metodologi jugs menjadi alat atau wahana pertanggungjawaban dan penilaian kualitas dari
produk. Maka dewasa ini metodologi menjadi penting sekali
KESIMPULAN
Secara etimologis aksiologi berasal dari kata aksios yang berarti nilai dan logos berarti ilmu atau
teori. Aksiologi sebagai teori tentang nilai membahas tentang hakikat nilai, sehingga disebut
Filsafat Nilai. Persoalan tentang nilai apabila dibahas secara filsafati akan lebih memperhatikan
persoalan tentang sumber nilai (lihat Sri Soeprapto:1). Dalam definisi yang hampir serupa bahwa
aksiologi ilmu pengetahuan membahas nilai nilai yang memberi batas-batas bagi pengembangan
ilmu.
Aksiologi menurut Bramel terbagi dalam tiga bagian
1.moral conduct (tindakan moral)
2.esthetic expression (ekspresi keindahan)
3.sosio-political life (kehidupan sosial politik
Permasalahan utama dalam aksiologi adalah mengenai nilai.Nilai yang di maksud adalah sesuatu
yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.Teori
tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.Nilai itu objektif atau
subjektif adalah sangat tergantung dari hasil pandangan yang muncul dari filsafat nilai akan
menjadi subjektif,apabila subjek sangat berperan dalam segala hal,kesadaran manusia menjadi
tolak ukur segalanya:atau eksistensinya,maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi
subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisis.
Nilai itu objektif jika ia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.Nilai objektif
muncul karena adanya pandangan dalam filsafat tentang objektivisme.Objektivisme ini
beranggapan pada tolok ukur suatu gagasan berada pada objeknya,sesuatu yang memiliki kadar
secara realitas benar-benar ada.
KESIMPULAN
Aksiologi sendiri berbicara mengenai bagaimana manusia menggunakan ilmu dengan kata lain
bagaimana manusia memanfaatkan ilmu itu sendiri apakah ia manfaatkan untuk hal yang
berkaitan dengan kepentingannya dan orang lain ataupun ia manfaatkan untuk kepentingan
dirinya sendiri.
ETIKA DALAM PENGEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI
1.Pengertian Etika
Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “Ethikos” yang artinya
timbul dari suatu kebiasaan. Dalam hal ini etika memiliki sudut pandang normatif dimana
objeknya adalah manusia dan perbuatannya.
adalah suatu norma atau aturan yang dipakai sebagai pedoman dalam berperilaku di masyarakat
bagi seseorang terkait dengan sifat baik dan buruk. Ada juga yang menyebutkan pengertian etika
adalah suatu ilmu tentang kesusilaan dan perilaku manusia di dalam pergaulannya dengan
sesama yang menyangkut prinsip dan aturan tentang tingkah laku yang benar. Dengan kata lain,
etika adalah kewaijban dan tanggungjawab moral setiap orang dalam berperilaku di masyarakat.
2.Jenis-jenis etika
Etika terbagi dua jenis, yaitu:
a. Etika filosofis : Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal
dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia
b. Etika teologis : Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang
bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi teologis
Sebagai sebuah entitas pada dasarnya ilmu pengetahuan bersifat independen(bebas dari
nilai),tetapi disisi lain sebagai instrumen(alat dan proses) keberadaannya koheren,tergantung,dan
diarahkan.Siapa yang mengarahkan?jawabannya tidak lain adalah manusia sendiri sebagai
subyek ilmu pengetahuan itu sendiri.Etika memang bukan merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan dan teknologi,tetapi penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat memerlukan adanya dimensi etis sebagai alat kontrol bagi pengembangan iptek
jadi betapa pentingya etika dalam pengembangan ilmu dan teknologi,karna dengan etika dapat
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam perkembangan ilmu dan teknologi jangan sampai
kita terlalu sibuk mempelajari ilmu,kita sibuk menciptakan teknologi dan melupakan bahwa etika
itu sangat penting untuk mengontrol perkembangan ilmu dan teknologi.
4.Etika dalam pengembangan ilmu dan teknologi
Tanggung jawab ilmu pengetahuan dan teknologi menyangkut juga tanggung jawab terhadap
hal-hal yang akan dan telah diakibatkan ilmu pengetahuan serta teknologi di masa-masa lalu,
sekarang maupun apa akibatnya bagi masa depan berdasarkan keputusan-keputusan bebas
manusia dalam kegiatannya. Tanggung jawab etis tidak hanya menyangkut mengupayakan
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi secara tepat dalam kehidupan manusia. Akan tetapi,
menyadari juga apa yang seharusnya dikerjakan atau tidak dikerjakan untuk memperkokoh
kedudukan serta martabat manusia, baik dalam hubungannya sebagai pribadi, dengan
lingukangannya maupun sebagai mahluk yang bertanggung jawab atas khaliknya.
KESIMPULAN
Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi semakin modern teknologi yang di ciptakan
manusia dari generasi ke generasi semakin tinggi pula tingkat penyalahgunaan teknologi itu
sendiri jadi untuk meminimalisir hal tersebut kita sebagai manusia meningkatkan pula etika
dengan adanya etika yang baik secanggihnya-canggihnya teknologi penyalahgunaan teknologi
ini dapat di minimalisir