Askep Pda
Askep Pda
Askep Pda
Prevalensi sekitar 5-10% dari semua CHD. Diperkirakan insidens dari PDA sebesar
1 dari 2000 kelahiran normal, dan insidens pada bayi perempuan 2 x lebih banyak dari bayi laki-
laki. Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan sebesar 15 %.
3. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti,
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka
kejadian penyakit jantung bawaan :
1. Faktor Prenatal :
Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
Ibu alkoholisme.
Umur ibu lebih dari 40 tahun.
Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor Genetik :
Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh
Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)
3. Patofisiolgi
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media) yang
tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang membentuk lapisan
yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan tersusun
rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif terhadap mediator
vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2).
Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera
setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan, sirkulasi dan
meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus arteriosus dalam waktu 2
minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA) akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang
kemudian dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan sianosis. Besarnya pirai (shunt)
ditentukan oleh diameter, panjang PDA serta tahanan vaskuler paru (PVR) .
(Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)
6. Pemeriksaan Diagnostik
Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali),
gambaran vaskuler paru meningkat
Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada
bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh
peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran
darah dan arahnya.
Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil
tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil
ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan
lainnya.
(Betz & Sowden, 2002 ;377)
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan bemberian obat-obatan :
Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis
dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, pemberian Indomethacin
(inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian
antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.
Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.
Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu
kateterisasi jantung.
(Betz & Sowden, 2002 ; 377-378, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)
1. PDA kecil dalam jangka penuh bayi mungkin secara spontan menutup tanpa
intervensi. PDA besar tidak mungkin untuk menutup.
5. Transfer ke pusat perawatan tersier adalah wajib bagi pasien dalam presentasi
di jerau extremis CHF sekali stabil dengan diuretik dan ventilasi tekanan positif,
seperti yang ditunjukkan.
8. Prognosis
Jika PDA relatif kecil, gejala yang ditimbulkan pada jantung kemungkinan dapat
berkembang. Pasien dengan PDA yang cukup besar, masalah yang ditimbulkan pada
jantung dapat diminimalisir dengan tindakan bedah.
Anemia (jika
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PATENT DUCTUS
Fe tidak siap ARTERIOSUS Page 8
dipecah Hb)
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
gelisah
b. Pengkajian Dasar
a. Identitas pasien
- Tgl/Jam
- Ruangan
- No RM
- Diagnosa Medis
- Nama Pasien
- Umur
- Jenis kelamin
- Status perkawinan
- Sumber infomasi
- Agama
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Suku/bangsa
- Alamat
b. Riwayat sakit dan kesehatan
- Keluhan utama saat MRS.
- Keluhan utama saat pengkajian
- Riwayat penyakit saat ini
- Riwayat alergi
- Riwayat pengobatan
- Riwayat penyakit sebelumnya
- Riwayat penyakit keluarga
c. Berdasarkan 6B
c. Pengkajian Terus-Menerus
2. Diagnosa keperawatan
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi ditandai dengan kongesti pulmonar.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan sekuncup jantung
ditandai dengan hipertrofi jantung kiri.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan suplai oksigen ditandai dengan kelelahan dan dispnea
Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan kerusakan transportasi
oksigen melewati membran kapiler dan atau alveolar ditandai dengan edema
paru.
Pola Nafas Tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan
hipoksia.
3. Rencana Tindakan
Diagnosa 1: Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi ditandai dengan kongesti pulmonar
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ........x 24 jam diharapkan pasien
memenuhi kriteria hasil:
1. Pasien terlihat tenang
2. Frekuensi nadi normal 120-160x/menit
3. Kulit pasien hangat/kering
4. Frekuensi nafas normal 30 – 60 x/menit
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ........x24 jam diharapkan pasien
dapat mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat dengan kriteria hasil:
1. Pernafasan normal (30-60x/menit)
2. Frekuensi nadi normal ( 120-160x/menit)
3. Pasien tidak terlihat mudah lelah
2. Evaluasi
1. Dx1: Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi ditandai dengan kongesti pulmonar
S : Orang tua pasien mengatakan pasien tidak sesak lagi
O: Pasien terlihat tenang
Ada nadi perifer/kuat dengan frekuensi normal 120-160x/menit
Kulit pasien hangat/kering
Frekuensi nafas normal 30 – 60 x/menit
A: Tujuan tecapai
P: Pertahankan kondisi pasien
2. Dx2: penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan sekuncup
jantung ditandai dengan hipertrofi jantung kiri.
S : Orang tua pasien mengatakan pasien tidak gelisah lagi
O: Pasien tidak mengalami sianosis/pucat
pasien tenang
Frekuensi nadi pasien normal 120-160x/menit
Pasien tidak sesak lagi
A: Tujuan Tercapai
P: Pertahankan kondisi pasien
3. Dx3: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen ditandai dengan kelelahan dan dispnea
DAFTAR PUSTAKA
1. Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II.
Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997
2. Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2001
3. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC;
2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)