Makalah Masalah Manajemen Kelas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MASALAH-MASALAH MANAJEMEN KELAS


DAN PEMBELAJARAN DI SD
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kelas
Dosen Pembimbing Prof. Dr. H. M. Sulthon Mashud, M.Pd
Dan Fajar Surya Hutama S.Pd, M.Pd

Oleh:
Kelompok 1

Elsa Cahyaningdyah (170210204022)


Ainun Salsabila (170210204061)
Yusril Edy Hartono (170210204108)
Wahyu Nadya (170210204111)

Kelas A

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

1
PRAKATA

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas mata kuliah Manajemen Kelas dapat
diselesaikan dengan tepat waktu.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, terutama
kepada Prof. Dr. H. M. Sulthon Mashud, M.Pd selaku dosen mata kuliah
manajemen kelas yang telah membimbing penulis selama proses pembuatan
makalah dan Bapak Fajar Surya Hutama S.Pd, M.Pd yang telah mendampingi
kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan, baik
secara isi maupun bahasa yang digunakan di dalamnya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Jember, 06 September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
PRAKATA…………………………………………………….…………...i
DAFTARISI…….………………………………………………………...ii
BAB 1. PENDAHULUAN…….………………………………………......1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………...1
BAB 2. PEMBAHASAN……………………………………………….....2
2.1 Manajemen Pembelajaran…………………………………………..2
2.2 Konsep Manajemen Kelas………………………………...……..…4
2.3 Masalah dalam Manajemen Kelas……………………………..…...5
2.4 Usaha Pencegahan Masalah dalam Pengelolaan Kelas…….………9
BAB 3. PENUTUP………………………………………………………...13
3.1 Kesimpulan………………………………………………….……...13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..15

3
BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajerial dari kata “management”, diterjemahkan pula menjadi
pengelolaan, berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan
pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan
pencapaian tujuan (dalam Depdikbud, 1989). Sedangkan definisi kelas secara
umum adalah suatu ruangan yang merupakan bagian dari sekolah yang digunakan
untuk proses belajar mengajar yang didalamnya terdapat sekelompok siswa.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari manajemen kelas lebih fokus untuk
meciptakan dan menjaga suasana kelas sehingga siswa bisa belajar dengan baik.
Manajemen kelas adalah salah satu bagian dari pendidikan yang kerap
menjadi ketertarikan bagi calon guru, guru yang pertama kali mengajar, bahkan
guru yang sudah mempunyai banyak pengalaman pun juga tertarik.
Penyebabnya karena calon guru, guru yang pertama kali mengajar, bahkan
guru yang mempunyai banyak pengalaman pun masih tertarik, alasannya agar
peserta didiknya bisa belajar secara maksimal. Dalam artian guru harus bisa
memberikan materi pelajaran dengan baik agar perserta didik bisa menerimanya
dengan maksimal.
Pembentukan keinginan seperti itu adalah kajian dari manajemen kelas.
Karena manajemen kelas meruapakan serangkaian perilaku guru dan usahanya
untuk membentuk dan menjaga situasi di dalam kelas sehingga peserta didik
belajar dengan baik.
Semua aspek pembelajaran dapat bertemu dengan berproses ketika di
dalam kelas. Guru dengan segala keahliannya, peserta didik dengan beragam latar
belakang dan kemampuannya, kurikulum dengan segala bagiannya, metode
dengan segala pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi dengan
segala sumber menyatu dan berinteraksi di dalam kelas. Selanjutnya, hasil dari
pembelajaran di kelas ditentukan oleh kejadian apa saja yang terjadi di dalam
kelas. Oleh karena itu sebaiknya kelas dikelola dengan baik, profesional,
dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan.

4
Demi tercapainya tujuan yang dibutuhkan adanya pemahaman tentang hal-
hal yang bersifat umum atau prinsip-prinsip manajemen kelas terlebih dahulu
sebelum sampai terhadap pemahaman yang lebih khusus.

5
BAB 2.PEMBAHASAN

A. Manajemen Pembelajaran
Untuk menerapkan menajemen kelas di sekolah, diperlukan lingkungan
fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat akan membantu meningkatkan
pembelajaran siswa serta memiliki dampak positif terhadap tercapainya sasaran
pengajaran. Manajemen kelas di sekolah bukan hanya tentang sistematika belajar,
fasilitas fisik dan kegiatan yang sering dilakukan, melainkan suasana kelas dan
lingkungan sekolah agar terciptanya kenyaman serta suasana belajar yang efektif.
Oleh sebab itu, sekolah dan kelas harus dirawat dengan baik, dan menciptakan
suasana belajar yang menunjang.
Sebaiknya guru perlu menguasai faktor yang bisa berpengaruh terhadap
belajar peserta didik, agar tercipta proses belajar yang baik. Faktor yang perlu
diperhatikan yaitu; kondisi fisik, sosio emosional, dan organisasional. Beberapa
faktor tersebut perlu dipahami oleh guru supaya tujuan KBM dapat tercapai, baik
tercapai pada saat kegiatan belajar mengajar, bahkan yang bersifat intruksional
ataupun sasaran yang ingin dicapai dengan maksimal. Untuk meningkatkan
intensitas KBM bagi peserta didik dapat didukung dengan terpenuhinya syarat
lingkungan fisik. Selain untuk meningkatkan intensitas KBM bagi peseeta didik
juga mempunyai pengaruh terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
Pada saat proses KBM guru harus merencanakan dan mengusahakan agar
bisa agar bisa menghindari kondisi yang merugikan, selain itu guru harus bisa
mengembalikan agar suasana kembali kondusif. Selain itu, guru harus bisa
menjaga kondisi fisik di lingkungan sekolah agar selalu nyaman, antara lain
semua ruangan yang berada di lingkungan sekolah diusahakan harus memenuhi
syarat. Contohnya seperti ukuran ruangan harus cukup memberi kebebasan untuk
melakukan aktivitas, lancarnya sirkulasi cahaya dan udara yang masuk ke dalam
ruangan, serta penataan perabot harus diletakkan serapi mungkin dan diletakkan
sesuai dengan tempatnya agar siswa dapat bergerak dengan bebas.
Pada saat mengatur rungan kelas terdapat beberapa tempat duduk, meja,
dan kursi, antara lain; pola berderet, pola berjajar, atau berbaris. Kebanyakan
tempat duduk siswa diatur sesuai dengan kesenangan siswa itu sendiri. Pada saat

6
menggunakan pola susunan berkelompok bertujuan agar siswa bisa lebih mudah
untuk berinteraksi dengan teman-temannya dan dengan menggunakan pola
berkelompok siswa bisa berpindah dari kelompok satu dengan kelompok yang
lainnya. Selain itu juga ada pola farmasi tapal kuda. Pola ini posisi guru berada di
tengah-tengah siswa, pola ini bisa digunakan pada saat pelajaran yang banyak
memerlukan tanya jawab antara guru dengan siswa, dengan menerapkan pola ini
lebih memudahkan siswa dan guru untuk saling berkomunikasi dan berkonsultasi.
Selanjutnya pola duduk melingkar, pola ini dilakukan ketika ada suatu
pembelajaran yang harus memperagakan sebuah alat dan dikomentari oleh seluruh
siswa. Selain dari penataan meja dan kursi yang fleksibel menurut pola formasi
tertentu, pada saat siswa mengikuti kegiatan pembelajaran mereka tidak selalu
terpaku untuk tetap duduk di kursi melainkan mereka juga akan duduk di tikar,
yang bermotiv abjad ataupun gambar. Dengan disediakannya alat untuk bermain
ataupun media belajar harus dipergunakan sesuai dengan kegiatan yang akan
dilaksanakan pada waktu kegiatan pembelajaran. Selain susunan meja, penyediaan
alat, pengelompokkan tempat duduk siswa, dinding yang terdapat di kelas-kelas
juga bisa dipergunakan untuk melatih kreativitas siswa dengan menempelkan
karya yang dibuat sendiri oleh siswa. Karya yang dibuat oleh siswa tersebut bisa
ditempelkan di dinding kelas, dengan ditempelkannya hasil karya yang dibuat
oleh siswa selain melatih kreativitas siswa juga siswa akan merasa bangga dengan
karya yang sudah mereka buat terpampang di dinding kelas. Bukan hanya siswa
saja yang merasa bangga melainkan orangtua mereka juga bangga bisa melihat
karya anaknya terpampang di dinding kelas.
Ventilasi di setiap ruangan harus cukup untuk menjamin kesehatan siswa.
Ukuran jendela di setiap ruangan harus mempunyai ukuran yang besar untuk
memudahkan udara dan cahaya matahari masuk ke kelas. Adanya ventilasi yang
baik dan udara yang sehat maka semua siswa serta guru di dalam kelas bisa
menghirup udara yang sehat. Sebaiknya cahaya datang dari sebelah kiri, karena
cahaya yang datang dari sebelah kiri cukup terang tetapi tidak menyilaukan. Saat
pengelolaan penyimpanan barang-barang hendaknya diletakkan di tempat yang
khusus atau biasa disebut dengan loker yang sebelumnya sudah diberi tanda, serta
tempat tersebut mudah dijangkau jika sewaktu waktu memerlukan barang

7
tersebut. Barang yang memiliki nilai praktisnya tinggi bisa disimpan di ruangan
kelas contohnya alat bermain yang sesuai dengan tema pada saat pelaksaan
pembelajaran. Buku pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi, buku
pengubung sebaiknya ditempatkan di tempat yang tidak jauh dari meja guru.
selain itu, alat pengaman juga harus selalu tersedia.
Stimulus positif sering diperoleh oleh siswa saat mereka berinteraksi di
kelas atau diluar ruangan, kelas atau diluar ruangan merupakan sumber belajar
yang dijadikan siswa sebagai alat untuk berinteraksi. Saat ini, banyak sekolah
yang kurang memerhatikan pola-pola interaksi yang dilakukan siswa pada jam
istirahat. Siswa akan memperoleh stimulus positif saat melakukan interaksi
dengan baik pada waktu istirihat yang akan menambah motivasi untuk semangat
belajarnya. Oleh karena itu guru sebaiknya memerhatian bagaimana pola yang
dilakukan siswanya saat jam istirahat agar semangat belajar bisa dipertahankan.

B. Konsep Manajemen Kelas


Para ahli memiliki pendapat yang berbeda tentang batasan manajemen,
dengan demikian sukar untuk mendapatkan arti universal yang dapat diterima
semua orang. Akan tetapi dari banyaknya pendapat para ahli yang berbeda
tersebutdapat ditarik kesimpulan berdasarkan pada beberapa pendapat yang sama
yaitu manajemen merupakan suatu proses tertentu yang memerlukan keahlian atau
kecakapan untuk suatu tujuan dimana dalam pelaksaannya mengikuti alur
keilmuan secara ilmiah dan juga bisa menonjolkan kekhasan atau gaya manajer
dalam mendayagunakan kemampuan orang lain, Tim Dosen Administrasi
Pendidikan UI, 2009 dalam(Damalik, 2011).
Dengan demikian terdapat tiga fokus untuk mengartikan manajemen yaitu:
1. Manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya
menjadi cikal bakal manajemen sebagai suatu profesi. Manajemen sebagai
suatu ilmu menekankan perhatian pada keterampilan dan kemampuan
manajerial yang di klasifikasikan menjadi kemampuan/keterampilan
teknikal, manusiawi dan konseptual.
2. Manajemen sebagai proses yaitu dengan menentukan langkah yang
sistematis dan terpadu sebagai aktivitas manajemen.

8
3. Manajemen sebagai seni tercermin dari perbedaan gaya(style) seseorang
dalam menggunakan atau memberdayakan orang lain untuk mencapai
tujuan.
Dengan demikian manajemen merupakan kemampuan dan keterampilan
khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara
perorangan ataupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam upaya
mencapai tujuan organisasi secara produktif, efektif dan efisien.
Dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas adalah segala usaha yang
diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai
dengan kemampuan. Atau dapat dikatakan bahwa manajemen kelas merupakan
usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis.
Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan saana dan alat
peraga, pengaaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar dan
mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengaan baik dan
tujuan kurikuler dapat tercapai (Dirjen PUOD dan Dirjen Didasmen,
1996).Menurut Dirjen Dikdasmen yang menjadi tujuan manajemen kelas adalah :
 Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar
mupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik
untuk mengembangkaan kemampuan semaksimal mungkin.
 Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya
interaksi pembelajaran.
 Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang
mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan
sosial, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.

C. Masalah dalam Manajemen Kelas


Guru mengelola kelas ditujukan untuk terpenuhinya pelayanan
pembelajaran yang sesuai dengan potensi yang dimiliki murid, sehingga mrid
akan merasa semua kebutuhan yang diperlukannya terpenuhi dari sisi
perkembangan fisik dan psikisnya. Akan tetapi, masalah kerap dijumpaidalam
penyelenggaraan pembelajaran. Hal ini dapat dikaji dari berbagai sisi, sehingga

9
guru dapat memaklumiketika perencanaan yang telah disusun sedemikian rupa,
akan ada masalah yang muncul dalam pelaksanaannya. Masalah dapat kita lihat
dari sisi sifat masalah, jenis masalah, dan sumber masalah.
1. Sifat masalah
Dilihat dari sifatnya, masalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
 Perennial
Perenial artinya bahwa masalah melekat, masalah akan selalu ada
ketika terjadi proses interaksi. Interaksi yang terjadi di dalam kelas baik
antara indivdu dengan individu atau individu dengan kelompok pasti
akan memiliki perbedaan yang memungkinkan terjadinya konflik.
 Nurturant Effect
Nurturant Effect atau dampak pengiring adalah dampak tidak
langsung yang akan muncul ketika tidak segeara mencaripenyelesaian
terhadap masalah didapatkkan ketikka berinteraksi dengan lingkungan
belajar siswa(Sani, 2013).Jadi guru diharapkan tanggap untuk
menghadapi masalah karena masalah tersebut dapat memicu dampak lain
yang mnyebabkan masalah tersebut menjadi besar atau fatal. Besarnya
masalah dapat dilihat dari seberaparumit masalah itu sendiri.
 Substanstif
Masalah substantif terjadi dari kegiatan pembelajaran di kelas
yang menimbulkan adanya akibat nyata dari kegiatan tersebut
(Manuhoro, 2015).Permaslahan tersebut dapat dikategorikan
berdaaasarkan pada isu/pokok masalah yang muncul, dengan kata lain
suatu masaalah memiliki keistimewaan sesuai dengan subtansi masalah
dalam terjadinya interaksi. Guru dengan mudah mencari solusi jika
memahami penyebab munculnya masalah atau subtansi masalah.
 Kontekstual
Menurut Nurhadi dalam(Lestari, 2017), pembelajaran kontekstual
merupakan konsep pembelajarandimana guru didorong untukk
meenghubungkan materi yang diajarkaannya dengan kehidupan sehari-hari atau
dunia nyata siswa. Setting situasi sebagai wadah siswa berinterakksi bisa

10
menjadi munculnya permasalahan, besar kecilnya masalah juga berhubungan
dengan masalah lainnya.

2. Jenis masalah yang muncul di kelas


Masalah yang terjdi di dalam kelas akan muncul dari berbagai aspek
seperti, guru, siswa, kelas dan situasi sekolah. Berbagai masalah tersebut akkan
mengganggu prosses belajar mengajar, dari sifatnya masalah dapaat
diklompokkan menjadi dua jenis. Berikut merupakan kedua jenis masalah yang
menggagu pembelajaran jika dilihat ini dari sisi siswa.
 Masalah individu
Masalah individu merupakan masalah yang terkait pada individu
baik interaksi yang terjadidi lingungan rumah, di jalan, maupun
dilingkungan sekolah sehingga permasalahan bisa saja muncul ketika
proses pembelajaran terjadi karena berinteraksi dengan siswa lain atau
gurutidak sesuai dengan stimulus yang diharapkan individu. Masalah bisa
juga berasal dari sikap guru atau materi belajar yang tidak dikuasai atau
disenangi individu.
 Masalah kelompok
Masalah kelompok adalah masalah yang muncul karena interaksi
kelompok yang tidak sesuai dengan keinginan individu sehingga akan
memunculkan ketidakk setujuan atau kecemburuan yang tidak
dungkapkan dan pada akhirnya berakibat menurunnya semangat belajar
individu. Hal ini terjadi akibat kurangnya perhatian guru pada saat
menentukan kelompok atau dorongan yang diberikan guru tidakk
berhasil untuk memunculkan semangat belajar secara keseluruhan kelas.

3. Sumber Masalah
Masalah yang terdapat didalam kelas dapat berasal dariberbagai
tempatdimanaadanya interaksi antara siswa dengan guru, orang tua, siswa, atau
orang lain. Sebagian masalah yang ditemui kerab menjadi penghalang atau
penganggu proses belajar sehingga tidak daapat berjalan dengan baik. Masalah

11
tersebut dapat berasal dari rumah, lingkungan sekolah, atau tempat siswa biasa
bergaul.
 Dari Lingkungan Rumah
Kondisi emosional siswa di kelas sedikit banyak akan dipengaruhi
oleh pergaulannya di rumah. Kondisi rumah tempat dia tinggal sosial dan
ekonomi yang sedang dijalaninya akan mempengaruhi pola belajar dia di
sekolah. Perhatian dan konsentrasi siswa akan terganggu dengan kondisi
dirumah, dimana secara peristiwa tersebut akan memberikan terhadap
penguasaan emosi dan bobot emosional sehingga kurang siap dalam
mengikuti pelajaran.
 Dari Lingkungan Masyarakat
Pada saat tertentu saat siswa bergaul dalam masyarakat baik
dengan teman sebayaknya ataupun dengan yang lebih tua dan lebih
muda, hal ini harus diwaspadai oleh guru karena peristiiwa-peristiwa
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dapat menyebabkan anak
tidak dapat belajar dengn baik didalam kelas. Peristiwa-peristiwa tersebut
dapat mempengaruhi konsentrasi dan kesiapan anak dalam belajar.
 Dari Lingkungan Sekolah
Dalam lingkungan sekolah anak berbaur dengan berbagai
tingkatan kelas, dengan kakak kelas ataupun dengan adik kelasnya
bahkan dengan orang yang lebih dewasa seperti guru, penjaga sekolah,
petugas tata usaha, dan kepala sekolah.
Pergaulan yan terjadi dilingkungan sekolah tersebut akan
memeberikan warna terhadap pola perilaky dan sikap dan kemungkinan
akan terbawa sampai kedalam kelas. Perilaku yang baik mungkin akan
memberikan warna baik dalam sikap dan perilaku siwa, akan tetapi bila
dalam pergaulan tersebut ada sikap dan perilaku yang diluar kapasitasnya
sesuai dengan umur dan tingkat kelas, maka kemungkinan akan
memberikan masalah ketika masuk kedalam kelas dan mengikuti proses
belajar mengajar.

12
4. Pendekatan dalam Melihat Permasalahan di Kelas
 Cullture
Culture/budaya, guru harus memahami disparitas culture
haritage/budaya bawaan yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
Dengan pemahaman terhadap budaya bawaan dari masing-masing siswa
maka guru akan memahami dan mencari pendekatan yang cocok dengan
gaya belajarnya masing-masing.
Budaya organisasi kelas yang dikembangkan harus mampu
memfasilitasi keseluruhan budaya bawaan yang melekat pada siswa,
memahami budyaan bawaan artinya guru akan mudah dalam menghadapi
berbagai masalah yang melekat dan muncul pada siswa.
 Komitmen
Komitmen adalah sebuah bentuk integrasi secara total dari
seseorang terhadap sesatu atau pekerjaan tertentu dengan melibatkan
keseluruhan aspek diri. Dalam komitmen terhadap dua unsur pokok yaitu
usaha dan waktu, artinya komitmen itu tidak terjadi karena kata-kata dan
perbuatan sementara. Usaha artinya komitmen diperlihatkan dengan
sejumlah usaha yang tinggi dari seseoran untuk melaksanakan pekerjaan
dan mempertahankan kuwalitas dari pekerjaan tersebut. Waktu bahwa
komitmen diukur oleh waktu yang dipergunakan oleh seseoran dalam
memegang teguh amanah dengan tujuan yang mudah dicapai.
 Communication
Benar atau salah, valid atau tidak validnya sesuatu akan diperoleh
dengan melakukan komunikasi, dengan komunikasi dapat diperoleh
sejumlah informasi berkaitan dengan permasalahan atau substansi dari
suatu peristiwa.
Komunikasi memungkinkan guru dapat mengetahui dan memahami
masalah yang sebenarnya dihadapi oleh anak, apakah permasalahan
dikelas itu terjadi karena stimulus kelas dan penghuni kelas atau
permasalahan itu muncul karena sumber yang dibawa dari rumah atau
lingkungan dimana anaka bergaul. Pada akhinya akan mempermudah

13
guru dalam menyelesaika permasalahaan tersebut dan menyelesaikan
sampai ke akar masalahnya.

2.1 Usaha Pencegahan Masalah dalam Pengelolaan Kelas


Masalah pengelolaan kelas merupakan sutu kegitan guru yang berupa
tindakan yang bertujuan untuk mewujudkan suasana yang optimal agar suatu
kegiatan belajar mengajar berjalan secara efektif dan kondusif. Tindakan-tindakan
tersebut sepertimenyadarkan kondisi fisik maupun emosional agar siswa merasa
nyaman dan aman untuk mengikuti proses belajar mengajar. Sesuai pendapat
Ahmad Rohani (2004), terdapat 2 tindakan guru sebagai upaya menciptakan
kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung secara efektif,
usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ada dua yaitu secara
individu dan kelompok, dua tindakan tersebut berupa tindakan pencegahan dan
tindakan korektif. Tindakan pencegahan merupakan tindakan yang di lakukan
guru untuk mengatur kondisi lingkungan belajar, peralatan, emosional. Sedangkan
tindakan korektif suatu tindakan penyembuhan dengan cara menegur atas
tindakan siswa yang menyimpang yang bertujuan agar penyimpangan siswa
tersebut tidak berkelanjutan dan ditiru oleh teman sekelasnya.Tindakan tersebut
dapat berupa tindakan yang bersifat pencegahan (preventiv) yaitu dengan jalan
menyedivkan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio emosional sehingga terasa
benar oleh siswa rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar. Sedangkan yang
besifat korektif merupakan tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang dan
merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.
Tindakan yang besifat korektif terbagi menjadi dua, yaitu tindakan yang
seharusnya segera diambil guru pada saat terjadi gangguan (dimensi tindakan) dan
penyembuhan (kuratif) terhadap tingkah laku yang menyimpang yang terlanjur
terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-larut.

2.4.1. Usaha yang bersifat pencegahan


Tindakan pencegahan merupakan suatu tindakan yang dilakukan
guru sebelum timbulnya kelakuan yang menyimpang yang dapat
meyebabkan proses belajar terganggu. Berhasilnya tindakan pencegahan

14
salah satu indikator untuk keberhasilan memanajemen suatu kelas,
langkah-langkah yang harus di lakukan guru merupakan suatu tindakan
yang bersifat efektif dan efisien dan melihat dalam jangka panjang dan
pendek. Keberhasilan dalam tindakan pencegahan merupakan salah satu
indikator keberhasilan manajemen kelas. Untuk mengetahui tindakan
guru dalam melakukan pencegahan ataupun korektif dalam upaya untuk
mengatasi masalah pengelolaan kelas, upaya yang dapat dilakukan
seperti menyebarkan angket yang berisi pertanyaan, ataupun obeservasi
secara mudah, dari upaya tersebutlah kita dapat mengatahui sejauh mana
tinbdakan guru untuk mangatasi masalah-masalah yang ada di
lingkungan kelas. Ketika guru menjawab di angket dengan jawaban “iya”
sertakan alasan dan tindakan apa saja yang akan dilakukan oleh guru.
Konsekuensi-nya adalah guru dalam menentukan langkah-langkah dalam
rangka manajemen kelas harus merupakan langkah yang efektif dan
efisien untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun
pembahasan menganai permasalahan yang ada di dalam kelas serta
penganannya secara individu maupun kelompok, berikut ini:
1) Upaya mengatasi masalah pengelolaan Kelas, Masalah
Individu.
Upaya guru unntuk mengatasi permasalahan yang ada di kelas
yang berkaiatan dengan tingkah laku per individu, makan yang
harus dilakukan oleh guru harus dituntukkan pada individu
yang bersangkutan langsung, makan langkah selanjutnya guru
melakukan pendekatan dengan penerapan larangan atau
anjuran. Dalam hal ini guru harus bersifat adil dengan siswa
yang satu dan yang lain, agar siswa yang mendapat teguran tidk
merasa di intimidasi karan sikap guru yang seakan akan
membela siswa yang lain, seorang guru harus mampu
memberikan teguran yang tifdak menyinggung perasaan
siswanya yang berbuat salah, agar siswa tersebut tidak
memiliki rasa minder dan dendam terhadap guru. Semisal ada
siswa yang lupa menegrjakan pekerjaan rumah, usaha guru

15
secara korektif memperingati dan cara pencegahannya
memberikan pengarahan yang baik.
2) Upaya mengatasi, Masalah Kelompok.
Hambatan yang biasa terjadi didalam kelas selain masalah
individu juga ada masalah kelompok yang ada di kelas. Hanya
saja yang membedakan jika individu hanya satu siswa, jika
kelompok lebih dari satu siswa. Upaya yang harus di lakukan
guru tentu berbeda juga dengan guru yang mengatasi masalah
individu. Kesulitan yang biasa di dapat dalam menangani
masalah kelompok adalah sering adanya pengaruh negatif dari
teman lainnya dalam kelompok, biasanya pengaruh tersebut
membuat siswa yng di pengaruhi tidak mempunyai efek jera
atau merasa bersalah terhadap peringatan yang telah diberikan
oleh guru. Lois V. Jhonson dan Mary A. Bany dalam Ahmad
Rohani (2004) mengemukakan enam kategori masalah
kelompok dalam pengelolaan kelas, masalah tersbut iyalah
kurangnya kohesif, kelas berfikir negatif terhadap temannya
yang terkena teguran guru, sehingga cenderung dan sangat
mudah untuk mengalihkan perhatian dari tugas sangsi yang
sedang di kerjakan, sehingga timbullah semangat kerja menjadi
rendah, di dalam kelas tidak mampu menyesuaikan diri dalam
lingkungan baru. Adanya hal tersebut upaya yang harus
dilakukan guru secar korektif dengan cara memberikan teguran
dan peringatan pertama terhadap kelompok siswa yang
melakukan, tindakan pencegahan yang dilakukan memebrikan
pengertian dan menanamkan akhlak yang baik pada masing-
masing individu. Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah
mengubah metode pembelajaran siswa yang awalnya dalam
satu kelompok terdapat 5 siswa, dirubah menjadi satu
kelompok ada 2 atau 3 siswa, agar tugas yang di berikan dapat
cepat selesai dan juga bisa lebih efektif dalam pengawasan.
(Rahman, 1998) sebagai berikut:

16
1) Peningkatan kesadaran diri sebagai Guru
Langkah peningkatan kesadaran diri sebagai guru merupakan
langkah yang strategis dan mendasar, karena dengan dimilikinya
kesadaran ini akan meningkatkan rasa tanggungjawab dan rasa memiliki
yabg merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.
Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru sebagai guru akan tampak
pada sikap guru yang demokratis, sikap yang stabil, kepribadian yang
harmonis dan berwibawa. Penampakan sikap seperti itu akan
menumbuhkan respon dan tanggapan positif dari peserta didik.
2) Peningkatan kesadaran peserta didik
Interaksi positif antara guru dan peserta didik dalam proses
pembelajaran terjadi apabila dua kesadaran (kesadaran guru dan
peserta didik) bertemu. Kurangnya kesadaran peserta didik akan
menumbukan sikap suka marah, mudah tersinggung, yang pada
gilirannya memungkinkan peserta didik melakukan tindakan-
tindakan yang kurang terpuji yang dapat mengganggu kondisi
optimal dalam rangka pembelajaran. Untuk meningkatkan kesadaran
peserta didik, maka meraka perlu melaksanakan hal-hal sebagai
berikut :
a) Memberitahukan akan hak dan kewajibannya sebagai peserta
didik;
b) Memperhatikan kebutuhan, keinginan dan dorongan para
peserta didik;
c) Menciptakan suasana saling pengertian, saling menghormati
rasa keterbukaan antara guru dan peserta didik.
3) Sikap polos dan tulus dari guru
Guru hendaknya bersikap polos dan tulus terhadap peserta didik.
Sikap ini mengandung makna bahwa guru dalam segala tindakannya
tidak boleh berpura-pura bersikap dan bertindak apa adanya. Sikap
dan tingkah laku seperti itu sangat membantu dalam mengelola
kelas. Guru dengan sikap dan kepribadiannya sangat mempengaruhi
lingkungan belajar, karna tingkah laku, cara menyikapi dan tindakan

17
guru merupakan stimulus yang akan direspon atau diberikan reaksi
oleh peserta didik. Kalau stimulus itu positif maka respon atau
reaksinya juga akan muncul positif, begitu juga sebaliknya. Sikap
hangat, terbuka, mau mendengarkan harapan atau keluhan siswa,
akrab dengan guru akan membuka kemungkinan terjadinya interaksi
dan komunikasi wajar antara guru dan peserta didik.
4) Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan
Untuk mengenal dan menemukan altenatif pengelolaan langkah ini
menuntut guru: (1)Melakukan tindakan identifikasi berbagai
penyimpangan tingkah laku peserta didik yang sifatnya individual
maupun kelompok, penyimpangan perilaku peserta didik baik
individual maupun kelompok tersebut termasuk penyimpangan yang
disengaja dilakukan peseta didik yang hanya sekedar untuk menarik
perhatian guru atau teman-temannya;(2) Mengenal berbagai
pendekatan dalam manajemen kelas. Guru hendaknya berusaha
melakukan pendekatan manajemen yang dianggap tepat untuk
mengatasi suatu situasi atau menggantinya dengan pendekatan yang
dipilihnya; dan (3) Mempelajari pengalaman guru-guru lainnya yang
gagal atau berhasil sehingga dirinya memiliki altenatif yang
bervariasi dalam menangani berbagai manajemen kelas.
5) Menciptakan kontrak sosial
Penciptaan kontrak sosial pada dasarnya berkaitan dengan standart
tingkah laku yang diharapkan memberi gambaran tentang fasilitas
beserta keterbatasan-nya dalam memenuhi kebutuhan peserta didik.
Pemenuhan kebutuhan tersebut sifatnya individual maupun
kelompok dan memenuhi tuntutan dan kebutuhan sekolah. Standart
tingkah laku ini dibentuk melalui kontrak sosisal antara sekolah/
guru dan peserta didik. Dalam rangka mengelola kelas norma berupa
kontrak sosial (tata tertib) dengan sanksinya yang mengatur
kehidupan didalam kelas, perumusannya harus dibicarakan atau
disetujui oleh guru dan peserta didik.

18
2.4.2. Usaha yang Bersifat penyembuhan (kuratif)
Kegiatan manajemen kelas, pelanggaran yang sudah terjadi perlu
di tanggulangi agar pelanggaran tersebut tidak terulang kembali dan
prose belajar mengajar menjadi efektif. Abdul Majid (2013:122)
mengemukakan tindakan yang bersifat penyembuhan, langkah-
langkahnya sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi masalah
Langkah ini guru harus mengetahui cara mengatasi permasalahan
pengelolaan kelas, mengidentifikasi atau mengananlisis masalah yang
termasuk ke jenis penyimpanga, apa saja penyebab penyimpangan tersebut
terjadi.
a. Menganalisis masalah
Langkah ini guru menganalisis permasalah menyimpang pada
peserta didik serta menyimpulkan inti dan latar belakang
permasalahan tersebut, dan mencari jalan keluar untuk
menganggulanginya.
b. Menilai alternatif-alternatif pemecahan
Pada langkah ini, guru menilai dan memilih altenatif
pemecahan masalah yang dianggap pas untuk menanggulangi
masalah tersebut.
c. Mendapatkan balikan
Kegiatan ini guru melakukan pantauan, maksudnya menilai
lebih baik mana pelaksanaan dari salah satu alternatif yang dapat
dipakai untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan, dengan
cara pertemuan dengan siswa mungkin dapat berhasil, dalam
petemuan tersebut guru menjelaskan jika perlu mempraktikan agar
siswa dapat mengetahui dan menyadari bahwa dalam setiap
pertemuan semata-mata untuk memperbaiki permasalahan yanga
akan berdampak baik pada siswa maupun sekolah.

19
BAB 3.PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar di kelas alangkah baiknya
guru harus memeprtimbangkan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas sangatlah
penting sebelum melakukan proses belajar mengajar, apabila pengelolaan kelas
usdah tersusun maka akan terlaksanakannya dengan baik prose pembelajaran ,
sehingga akan tercapainya tujuan yang diinginkan, prose belajar mengajar
menjadi lebih efektif dan efisien. Manajemen kelas yang dilakukan guru bertujuan
untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan
pembelajaran didalam kelas sehingga produktifitas kelas tinggi dan mendukung
kinerja guru. Permasalahan yang sering muncul dalam kelas, untuk itu dapat
meminimalisir dan menetralisir permasalahan yang mungkin muncul dan sudah
muncul maka guru dituntut untuk memahami setiap aspek dalam manajemen kelas
serta fungsi manajemen kelas itu sendiri serta peran-peran yang harus dibawakan
oleh guru didalam kelas.
Strategi penanganan masalah sebagai bagian dari kegiatan manajemen
kelas yang dapat dilakukan guru yaitu sebelum masalah muncul dengan
menggunakan pendekatan prefentif berupa pencegahan terhadap kemungkinan
munculnya masalah dimana, siapa dan kapan. Bila permasalahan sedang muncul
maka stategi yang dapat diterapkan dengan menggunakan pendekatan kuratif
berupa pengobatan dan perbaikan terhadap masalah-masalah yang muncul
sehingga tidak terjadi pengulangan dan tidak memberikan dampak buruk terhadap
hal lainnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1989. Sistem Pendidikan Nasional (UU RI no.2 tahun 1989). Jakarta:
Armas Duta Jaya.

Rahman, M. 1998. Manajemen Kelas. Jakarta: Depdiknas.

Damalik, N. U. (2011). Hakikat Manajemen. Retrieved from repositor uinsu:


https://bit.ly/2jZQdxV

Dirjen PUOD dan Dirjen Didasmen. (1996). Pengelolahan Kelas. Jakarta:


Depdagri dan Depdikbud.

Lestari, A. P. (2017, agustus 5). Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam


Pembelajaran Matematika. Retrieved from kompasiana:
https://bit.ly/2lyBIBR

Manuhoro, A. (2015). Kebijakan Publik. Retrieved from academia.edu:


https://bit.ly/2k2jiJf

Sani, R. A. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Retrieved from


www.academia.edu.

Winardi. (1993). Asas-asas Manajemen. Bandung: Alumni.

Suryana, A. (2006). Manajemen Kelas. Diambil dari https://bit.ly/2lwHV0Z


Rahman, M. 1998. Manajemen Kelas. Jakarta: Depdiknas.

Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan Pengajaran Edisi Revisi. Jakarta: Rineka


Cipta.

Jhonson, Lois V. And Mary A. Bany (1997). Pengelolaan Kelas. Diikhtisarkan


Pidarta, Made. Surabaya: Usaha Nasional.

Abdul majid .2013. Strategi Pembelajaran. Remaja Rosdakarya: Bandung.

21
22

Anda mungkin juga menyukai