Analisis Jurnal Keperawatan Kitis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HASIL RESUME ANALISIS JURNAL PSIKOLOGI PADA PASIEN


KRITIS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis

Program Studi Keperawatan

Disusun oleh

Wibi krisbianto

A11601395

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


GOMBONG

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata kuliah Keperawatan Kritis tentang
“Analisa Jurnal Psikologi pada Pasien Kritis” sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.

Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Kritis program studi S1 Keperawatan, kami
mengucapkan terimah kasih kepada:

1. Ibu Barkah Waladani S. Kep Ns6 selaku dosen koordinator mata kuliah
keperawatan kritis.
2. Ibu Isma Yuniar M. Kep selaku dosen mata kuliah keperawatan kritis
3. Semua pihak yang ikut serta berpartipasi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat sedikit banyak
menambah pengetahuan para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Gombong, 06 September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... 2

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah................................................................................. 6
C. Tujuan .................................................................................................... 7
D. Manfaat .................................................................................................. 7
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Umum Psikologis Pasien Kritis .............................................. 8


B. Analisa Jurnal ..................................................................................... 11
C. Hasil Analisa Jurnal berdasarkan Teori .......................................... 13
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 17
B. Saran .................................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecemasan terjadi sebagai proses respon emosional ketika pasien atau
keluarga merasakan ketakutan, kemudian akan diikuti oleh beberapa tanda dan
gejala seperti ketegangan, ketakutan, kecemasan dan kewaspadaan Townsend,
2014 (dalam Pratiwi & Dewi, 2016). Keadaan penyakit kritis menghadapkan
keluarga pasien ke tingkat tinggi dari tekanan psikologis. Gejala tekanan
psikologis mempengaruhi lebih dari setengah dari anggota keluarga terkena
penyakit kritis pasien. Proporsi anggota keluarga mengalami tekanan
psikologis yang berat dari penyakit kritis akan terus meningkat, sejalan dengan
meningkatnya angka pasien yang dirawat di unit perawatan intensif untuk
penggunaan alat bantu nafas yang berkepanjangan (Ronald & Sara, 2010).
Kecemasan dapat menjadi sumber masalah klinis jika sudah sampai
tingkat ketegangan yang sedemikian rupa sehingga mempengaruhi
kemampuan berfungsinya seseorang dalam kehidupan sehari-hari, karena
orang tersebut jatuh kedalam kondisi maladaptif yang dicirikan reaksi fisik dan
psikologis ekstrem. Pengalaman yang menegangkan, irasional dan tidak dapat
diatasi ini merupakan dasar gangguan kecemasan. Sekitar 28% orang Amerika
Serikat sepanjang hidupnya mengalami kecemasan (Halgin & Whitbourne,
2010). Pelayanan di ruang ICU diberikan kepada pasien dengan kondisi kritis
stabil yang membutuhkan pelayanan, pengobatan dan observasi secara ketat
(Dirjen Bina Upaya Kesehatan, 2011).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MEN KES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
ICU di Rumah Sakit. ruang ICU merupakan suatu bagian dari rumah sakit yang
mandiri, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus ditujukan
untuk observasi, perawatan dan terapi pasien yang menderita penyakit akut,
cedera, beberapa penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam
nyawa dengan prognosis dubia yang diharapkan masih reversible. Perawatan
diruang ICU dilakukan dengan cepat dan cermat serta pamantauan

4
hemodinamik yang terus menerus selama 24 jam. Penggunaan alat- alat
diruang ICU sangat diperlukan dalam rangka memperoleh hasil yang optimal.
Pasien di ICU dalam keadaan sakit kritis, kehilangan kesadaran atau
mengalami kelumpuhan, sehingga segala sesuatu yang terjadi pada pasien
hanya dapat diketahui melalui monitoring yang baik dan teratur. Perubahan
yang terjadi harus dianalis secara cermat untuk mendapatkan tindakan atau
pengobatan yang tepat. Pemberian perawatan di ICU telah berpusat pada pasien
kurang memperhatikan kebutuhan keluarga, Penerimaan pasien ke ICU sering
akut, transisi non elektif memunculkan ketidakpastian bagi pasien serta
keluarga pasien. Paling sering kebutuhan fisiologis pasien menjadi
keprihatinan bagi dokter perawatan kritis. Memperhatikan kebutuhan sakit
kritis penting selama episode penyakit kritis, namun mengatasi kebutuhan
psikologis keluarga pasien pada awal penyakit kritis juga harus diperhatikan
(Ronald & Sara, 2010). Beban perawatan yang ditanggung keluarga pada
anggota kelurga yang mempunyai penyakit kritis dapat berdampak pada
kecemasan. Anggota keluarga pasien sakit kritis mengalami tingkat kecemasan
tinggi situasional dan stress ketika orang-orang tercinta yang dirawat di ICU.
Beberapa faktor yang berhubungan stres ini, kecemasan situasional
muncul dari kekawatiran tentang penderitaan dan kematian pasien, prosedur,
komplikasi dan peralatan yang digunakan dalam perawatan pasien (Smith &
Custard, 2014). Pasien dan anggota keluarga menjalani pengalaman berbeda
dalam menderita gangguan emosional selama tinggal dan setelah keluar ICU.
Kecemasan, depresi dan gangguan stres paska trauma lebih tinggi pada anggota
keluarga daripada pasien, dan bisa bertahan sampai tiga bulan, sementara pada
pasien gejala menurun. Selamat dari ICU mungkin mengalami tekanan
psikologis untuk waktu yang lama, biasanya pasien dan anggota keluarga
menderita gejala kecemasan, depresi dan stres paska trauma (Fumis, Ranzani,
Martins, & Schettino, 2015). Mengatasi masalah psikologis merupakan bagian
integral dari pendekatan perawatan kritis yang komprehensif, anggotak
keluarga memainkan peran penting dalam mem- promosikan kesejahteraan
psikologis dari kondisi pasien kritis. Kehadiran dan kepedulian keluarga,
interaksi yang bermakna dan kolaborasi dengan tim perawatan dapat

5
membantu pasien selama perawatan di ICU. Oleh karena itu perawat memiliki
tanggung jawab penting untuk mengatasi kebutuhan dan keprihatinan anggota
keluarga selama di ICU (Bailey, Sabbagh, Loiselle, Boileau, & McVey, 2010).
Kecemasan terdiri dari dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, tergantung pada tingkat cemas, lama cemas dan seberapa baik
individu melakukan koping terhadap cemas. Cemas mempunyai rentang mulai
dari ringan, sedang sampai berat. Setiap tingkat menyebabkan perubahan
emosional dan fisiologis pada individu, Videbeck, 2008 (dalam Prabowo,
2014). Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang tersamar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu
sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan
datang dan memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman.
Kejadian dalam hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta
bencana dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis.
Salah satu contoh dampak psikologis adalah timbulnya kecemasan atau
ansietas (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2014). Keluarga merupakan unit
terkecil dari masyarakat terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal yang sama dalam satu daerah berdekatan, saling
ketergantungan, terikat secara emosional satu dengan lainnya (Harmoko, 2012)
dan Muhlisin (2012).

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakan dampak psikologis pada pasien kritis yang dirawat di ICU?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami dampak psikologis pada pasien
kritis yang dirawat di ICU.

6
2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari makalah ini, adalah :


a. Mampu mengetahui dan memahami konsep umum psikologi pasien
kritis.
b. Mampu menganalisa jurnal tentang psikologi pasien kritis .
c. Mampu menganalisa hasil penelitian berdasarkan teori.

D. Manfaat
Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai keperawatan kritis,
terutama terkait dengan psikologi pasien kritis. Makalah ini semoga dapat
dijadikan sebagai sumber bagi pembaca dalam menyusun makalah atau tugas
yang berhubungan dengan keperawatan kritis.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Umum Psikologis Pasien Kritis


1. Pengertian Pasien Kritis
Pasien kritis menurut AACN (American Association of Critical
Nursing) didefinisikan sebagai pasien yang berisiko tinggi untuk masalah
kesehatan aktual ataupun potensial yang mengancam jiwa. Semakin kritis
sakit pasien, semakin besar kemungkinan untuk menjadi sangat rentan,
tidak stabil dan kompleks, membutuhkan terapi yang intensif dan asuhan
keperawatan yang teliti (Nurhadi, 2014)
2. Pengertian Kecemasan
Cemas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang
berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Tidak ada
objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus cemas. Kecemasan adalah
perasaan tidak senang dan tidak nyaman serta sebagian besar orang
berusaha untuk menghindarinya (Stuart, 2009). Gangguan kejiwaan yang
sebagian besar terjadi di Amerika Serikat adalah gangguan kecemasan dan
terjadi antara 15% - 25% populasi (Rapaport, dkk dalam Stuart, 2010).
Cemas yang berhasil diobservasi merupakan kombinasi dengan emosi lain
(Stuart, 2009). b) Penyebab Kecemasan
3. Teori penyebab kecemasan (Stuart, 2009) :
a. Teori Perilaku (Behaviour)
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan periodik
frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang
untuk mencapai tujuan. Pada teori ini menyatakan bahwa kecemasan
akan meningkat melalui konflik yang terjadi ketika seseorang
mendapatkan pengalaman mengenai dua hal yang bersaing dan harus
memilih salah satu di antaranya. Dengan demikian terdapat hubungan
yang muncul antara kecemasan dengan konflik. Konflik akan
menyebabkan kecemasan dan kecemasan akan meciptakan persepsi

8
terhadap konflik dengan memproduksi rasa tidak berdaya (Stuart,
2009).
Keluarga dengan anggota keluarga yang dirawat di ruang
intensif berada dalam kondisi penuh kekhawatiran terhadap keadaan
dan prognosis pasien. Keluarga juga mengalami berbagai risiko
gangguan kesehatan fisik dan mental baik selama bahkan setelah keluar
dari ruang intensif. Efek hospitalisasi dapat berupa kurang tidur,
gangguan nafsu makan dan pencernaan, ketakutan, stress, kecemasan,
depresi hingga post traumatic syndrome. Dalam keadaan ini, keluarga
membutuhkan berbagai macam kebutuhan spesifik yang harus dipenuhi
(Wardah, 2013). Hasil dari sebuah review prioritas kebutuhan anggota
keluarga pasien yang dirawat di ruang intensif menunjukkan bahwa
menerima informasi mengenai pasien adalah kebutuhan yang paling
penting yang diharapkan oleh keluarga (Faharani dkk, 2014).
Respon fisiologis terhadap ansietas (Stuart, 2009) anhtara lain :
Sistem tubuh Respon Kardiovaskuler Palpitasi, tekanan darah
meningkat, rasa mau pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi
menurun, jantung seperti terbakar.
I. Pernafasan Nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada, nafas
dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik,
terengah-engah.
II. Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan, menolak makan,
ketidaknyamanan abdomen, mual, diare .
III. Traktus urinarius Tidak dapat menahan kencing, sering kencing.
IV. Neuromuskuler Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata
berkedip- kedip, insomnia, tremor, rigiditas, wajah tegang,
kelemahan umum, gerakan yang janggal
V. Kulit Wajah kemerahan, telapak tangan berkeringat, gatal, rasa
panas dan dingin pada kulit, wajah pucat.
b. Tanda dan Gejala Kecemasan Tanda dan gejala kecemasan yang
ditunjukkan atau dikemukakan oleh seseorang bervariasi, tergantung
dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan oleh individu tersebut

9
(Hawari, 2004). Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat
mengalami kecemasan secara umum menurut Hawari (2004), antara
lain sebagai berikut:
1) Gejala psikologis: pernyataan semas/khawatir, firasat buruk, takut
akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak
tenang, gelisah, mudah terkejut.
2) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
3) Gangguan konsentrasi daya ingat.
4) Gangguan tidur : sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari,
tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi, mimpi
buruk dan menakutkan.
5) Gangguan kecerdasan: sukar konsentrasi, daya ingat menurun dan
daya ingat buruk.
6) Perasaan depresi (murung): hilangnya minat, berkurangnya
kesenangan pada hobi, sedih,terbangun pada saat dini hari dan
perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
7) Gejala somatik/ fisik (otot): sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan
otot, gigi gemerutuk dan suara tidak stabil. 8. Gejala somatik/ fisik
(sensorik): tinitus (telinga berdenging), penglihatan kabur, muka
merah dan pucat, merasa lemas dan perasaan ditusuk-tusuk.
8) Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah): takikardi,
berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras, rasa
lesu/lemas seperti mau pingsan dan detak jantung menghilang/
berhenti sekejap.
9) Gejala respiratori (pernafasan): rasa tertekan atau sempit di dada,
rasa tercekik, sering menarik nafas pendek/ sesak.
10) Gejala gastroentinal: sulit menelan, perut melilit, gangguan
pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar
di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, sukar BAB dan
kehilangan berat badan.
11) Gejala urogenital: sering buang air kecil, tidak dapat menahan
BAK, tidak datang bulan (menstruasi), masa haid berkepanjangan,

10
masa haid sangat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan,
ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang dan impotensi.
12) Gejala autoimun: mulut kering, muka merah, mudah berkeringat,
kepala pusing, kepala terasa berat, kepala terasa sakit dan bulu-bulu
berdiri.
13) Tingkah laku/sikap: gelisah tidak tenang, jari gemetar, kening/ dahi
berkerut, wajah tegang/mengeras, nafas pendek dan cepat serta
wajah merah.

B. Analisa Jurnal “TINGKAT KECEMASAN DENGAN TANDA


VITAL PASIEN DI RUANG INTENSIF RUMAH SAKIT
PALEMBANG”

No Author Tahun Sempel Metode Hasil Kesimpulan


.

1 Siti 2018 30 Penelitian ini 1. Hubungan Kesimpulan dari


Romadon responden menggunakan Tingkat Kecemasan penelitian Dari hasil
i dengan pendekatan dengan Tekanan penelitian dapat
kriteria kuantitaf Darah disimpulkan bahwa
Monica
inklusi dengan Ada hubungan
Putri Hasil analisis
pasein yang metode cross antara tingkat
didapatkan ada
sudah di sectional kecemasan dengan
perbedaan rata-rata
rawat desain tanda vital: tekanan
tekanan darah
selama 24 penelitian darah (P=0.015);
diantara keempat
jam dan yang pernapasan (0.035);
tingkat kecemasan
tingkat bertujuan denyut nadi
dengan nilai P value
kecemasan untuk (P=0.005), dan tidak
= 0.015, sehingga
compos mengetahui ada hubungan antara
dapat disimpulkan
mentis hubungan tingkat kecemasan
ada hubungan antara
antar variabel dengan tanda vital:
tingkat kecemasan
dimana suhu (P= 0.257)
variabel pada pasien di

11
independen dengan tekanan Ruang Intensif.
dan variabel darah.
dependen
2. Hubungan
diidentifikasi
Tingkat Kecemasan
pada satu
dengan Pernafasan
satuan wa.
Hasil analisis
didapatkan ada
perbedaan rata-rata
pernafasan diantara
keempat tingkat
kecemasan (P =
0.035), sehingga
dapat disimpulkan
bahwa ada
hubungan tingkat
kecemasan dengan
pernafasan

3. Hubungan
Tingkat Kecemasan
dengan Nadi

Hasil analisis
didapatkan ada
perbedaan rata-rata
nadi diantara

keempat tingkat
kecemasan (P =
0.005), sehingga
dapat disimpulkan
ada hubungan

12
anatara kecemasan
dengan Nadi

4. Hubungan
Tingkat Kecemasan
dengan Suhu

Hasil analisis
didapatkan tidak ada
perbedaan rata-rata
suhu diantara
keempat tingkat
kecemasan (P =
0.257). Sehingga
dapat disimpulkan
bahwa tidak ada
hubungan antara
kecemasan dengan
suhu.

C. Hasil Analisa Dari Jurnal (Perbandingan Konsep/Teori Dengan Hasil


Penelitian

1. Hasil penelitian : Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Tekanan Darah.


Hasil penelitian didapatkan ada perbedaan rata-rata tekanan darah diantara
keempat tingkat kecemasan dengan nilai P value = 0.015, sehingga dapat
disimpulkan ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan tekanan darah.
Konsep/ teori :
Menurut Aulawi, kecemasan dapat menstimulasi sistem saraf pusat
sehingga membuat jantung berdebar disertai takikardi dan peningkatan
tekanan darah 10. Kecemasan yang dirasakan dapat meningkatkan kepekaan
terhadap stimulasi sehingga stimulasi bereaksi berlebihan dalam sistem
peredaran darah yang menyebabkan urat-urat nadi dan pembuluh darah

13
kecil mengerut sangat kuat dan kemudian mengadakan respon terhadap
tekanan darah yang bertambah kuat serta mengeluarkan angiotamin (zat
yang menyebabkan pembuluh-pembuluh nadi dan menggiatkan kerja
jantung. maka terjadilah peningkatan tekanan darah. Tekanan psikologis
merupakan faktor utama penyebab terjadinya atau munculnya peningkatan
tekanan darah pada mereka yang akan memasuki ruang ICU/ICCU.
Ansietas, takut, dan emosi dapat merangsang saraf simpatis sehingga
menimbulkan penekanan denyut jantung dan tekanan vena perifer.
Perangsangan saraf simpatis sehingga menimbulkan peningkatan tekanan
darah.
Analisa :
Berdasarkan hasil analisis dan penelitian terkait di atas maka dapat
diasumsikan bahwa kecemasan memiliki hubungan yang signifikan dengan
tekanan darah pada pasien yang di rawat di Ruang Intensif

2. Hasil penelitian : Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Pernafasan.


Hasil analisis didapatkan ada perbedaan rata-rata pernafasan diantara
keempat tingkat kecemasan (P = 0.035), sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan tingkat kecemasan dengan pernafasan.
Konsep/ teori :
Menurut Aulawi, Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pernafasan,
antara lain adalah fisik, misalnya kelainan bentuk dada, penyakit pernafasan
yang sudah menahun, serta adanya gangguan pada fungsi dan struktur
pernafasan. Psikologis, misalnya stres dan cemas. Sosiokultural, misalnya
merokok. Lingkungan, misalnya adanya alergi dan polusi. Psikologis,
misalnya stres dan cemas rasa. Rasa cemas yang dialami dapat
meningkatkan frekuensi pernapasan akibat rasa takut yang ditimbulkan oleh
rasa cemas yang dialaminya. Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf
impuls bereaksi berlebihan yang menimbulkan sensasi dan sesak
pernafasan, tarikan nafas menjadi pendek seperti kesulitan bernafas karena
kehilangan udara.

14
Tanda dan gejala pada kecemasan berat antara lain napas pendek, nadi dan
tekanan darah meningkat, berkeringat, sakit kepala, penglihatan kabur,
ketegangan, lapang persepsi sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah,
verbalitas dan perasaan ancaman meningkat. Tanda dan gejala kecemasan
panik antara lain nafas pendek, rasa tercekik, palpitasi, sakit dada, pucat,
lapang persepsi sangat sempit, marah, ketakutan, berteriak-teriak, dan
persepsi kacau
Analisa :
Berdasarkan hasil analisis dan penelitian terkait di atas maka dapat
diasumsikan bahwa kecemasan dapat mempengaruhi pernafasan. Hal ini
dikarenakan ada faktor cemas yang mengaktivasi syaraf-syaraf impuls
bereaksi berlebihan yang menimbulkan sensasi dan sesak pernafasan,
tarikan nafas menjadi pendek seperti kesulitan bernafas karena kehilangan
udara.

3. Hasil penelitian : Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Nadi.


Hasil analisis didapatkan ada perbedaan rata-rata nadi diantara keempat
tingkat kecemasan (P = 0.005), sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
anatara kecemasan denga nadi.
Konsep/teori : Tanda dan gejala pada kecemasan berat antara lain napas
pendek, nadi, dan tekanan darah meningkat, berkeringat, sakit kepala,
penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu
menyelesaikan masalah, verbalitas, dan perasaan ancaman meningkat.
Tanda dan gejala pada kecemasan panik antara lain yaitu napas pendek, rasa
tercekik, palpitasi, sakit dada, pucat, lapang persepsi sangat sempit, marah,
ketakutan, berteriak-teriak, dan persepsi kacau.
Analisa : Berdasarkan hasil analisis dan penelitian terkait di atas maka
peneliti berasumsi bahwa kecemasan berhubungan dengan nadi, setiap
orang yang mengalami kecemasan maka akan mengalami nadi yang
meningkat sehingga untuk menurunkan nadi yang meningkat maka harus
terlebih dahulu menurunkan kecemasannya.

4. Hasil penelitian : Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Suhu.

15
Hasil analisis didapatkan tidak ada perbedaan rata-rata suhu diantara
keempat tingkat kecemasan (P = 0.257). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara kecemasan dengan suhu.
Konsep/teori :
Pada penelitian ini didapatkan nilai rata tingkat kecemasan dengan normal
36.45, tingkat kecemasan dengan ringan 36.05, tingkat kecemasan dengan
sedang 36.44 dan tingkat kecemasan dengan berat 36.45. Suhu tubuh adalah
perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan
jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Meskipun dalam kondisi
tubuh yang ekstrim selama melakukan aktivitas fisik, mekanisme kontrol
suhu manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu jaringan dalam relatif
konstan.
Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh adalah faktor hormon, dimana pada
wanita suhu tubuh dapat bergeser sesuai dengan saat-saat dalam daur haid,
yaitu mulai sedikit naik sesudah ovulasi sekresi progesteron dan baru akan
turun kembali sebelum haid. Pada anak-anak suhu tubuh biasanya lebih
tinggi daripada orang dewasa, sedangkan pada usia lanjut ataupun bayi yang
baru lahir suhunya lebih rendah, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
semakin bertambahnya usia maka suhu tubuh akan semakin rendah.
Analisa :
Berdasarkan hasil analisis di atas maka peneliti berasumsi bahwa
kecemasan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan suhu dan
setiap orang yang mengalami kecemasan belum tentu suhu tubuhnya
meningkat. Hal ini dikarenakan suhu tubuh dapat di pengaruhi oleh faktor
eksternal contohnya lingkungan dan aktivitas.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pasien kritis adalah pasien yang mengalami kegagalan pada satu organ
atau lebih, dan beresiko tinggi mengalami masalah kesehatan aktual,
membutuhkan terapi yang intensive dan memerlukan pemantauan dengan
terpasang alat-alat penunjang hidup. Masalah psikologi yang dialami oleh
pasien kritis adalah perasaan tidak percaya akan kondisi sakit yang dialaminya
saat ini. Pasien kritis juga mengalami kesedihan dan ketakutan karena keadaan
sakit, tidak bisa beraktifitas secara normal. Selain itu pasien kritis juga
mengalami depresi, khawatir dan stress karena kondisi yang dialaminya saat
ini. Seseorang dalam menghadapi kematian akan melewati lima tahap yakni
penyangkalan, kemarahan, tawar menawar, depresi dan penerimaan. Kelima
fase ini selalu disertai dengan adanya harapan tentang kesembuhan betapapun
kecilnya. Pasien melakukan segala sesuatu untuk memperpanjang usianya dan
menganjurkan keluarganya untuk mencari pengobatan baru. Dalam situasi ini
orang- orang yang dekat dengan pasien seperti keluarga, rohaniawan, perawat
dan dokter dapat dengan sangat efektif mempengaruhi pasien. Semua fase tadi
dapat berlangsung lama atau cepat tergantung dari faktor usia, pendidikan,
agama, lingkungan sosial budaya, faktor ekonomi dan sebagainya.

B. Saran
Penulis mengharapkan makalah ini dapat menjadi bahan informasi dalam
meningkatkan wawasan pengetahuan mengenai keperawatan kritis dalam
melakukan praktek keperawatan di Rumah Sakit dan pembelajaran di
akademik terkait dengan psikologi pasien kritis.

17
DAFTAR PUSTAKA

Nurhadi. 2014. Gambaran Dukungan Perawat pada Keluarga Pasien Kritis di


Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi. Program Studi S1 Ilmu Keperawatan,
Universitas Diponegoro
Romadoni, S; Monica P. 2018. Tingkat Kecemasan dengan Tanda Vital Pasien di
Ruang Intensif Rumah Sakit Palembang. Jurnal Masker Medika. ISSN 2301
8631
Sugimin. 2017. Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit Rumah
Sakit Umum Pusat Dokter Soekardi Tirtonegoro Klaten. Jurnal Kesehatan
UMS. P-ISSN 1979-7621 E-ISSN 2620-7761

18

Anda mungkin juga menyukai