Jurol
Jurol
Jurol
Corresponding author:
* Departemen Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Jalan Tri Dharma No. 5, Pintu 4, Kampus USU Medan, 20155, Indonesia
Telp. (061) 8223558; Fax. (061) 8219775
E-mail: [email protected]
Oleh:
Pembimbing,
Corresponding author:
* Departemen Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Jalan Tri Dharma No. 5, Pintu 4, Kampus USU Medan, 20155, Indonesia
Telp. (061) 8223558; Fax. (061) 8219775
E-mail: [email protected]
PENDAHULUAN linoleat (66%), asam oleat (21,3%),
Kulit adalah organ tubuh asam palmitat (6,4%), asam
manusia yang paling luas sehingga
arakidonat (4,0%), asam stearat
melindungi kulit dari radiasi
ultraviolet (UVR) adalah penting. (1,3%) dan asam behenat (0,8%).
Ada tiga jenis radiasi UV: UV A, UV Asam linoleat dan oleat sangat luas
B, dan UV C. UV C tidak terlalu digunakan untuk bahanbahan
menjadi masalah karena sinarnya kosmetik dan juga bahan makanan
tertahan oleh lapisan ozon dan tidak
yang bersifat tidak toksik. Asam
mencapai permukaan bumi.
Photoproteksi dari radiasi UV A dan linoleat (omega6) dan asam linolenat
UV B lebih menjadi perhatian. UVA (omega3) merupakan asam lemak tak
(320–400 nm) memiliki panjang jenuh ganda dan berperan sebagai
gelombang yang lebih panjang; oleh asam lemak essensial bagi tubuh.
karena itu, sinarnya menembus lebih
Asam linoleat memiliki fungsi yang
dalam ke kulit melalui epidermis dan
dermis. Radiasi sinar UV yang sama dengan asam linolenat, yaitu
paling banyak berpengaruh terhadap dapat mencegah kekeringan kulit dan
kesehatan kulit adalah radiasi sinar peradangan (Rowe, dkk., 2009).
UV-B, dimana radiasi sinar UV-B Pada penelitian sebelumnya
memiliki efek yang paling kuat
yang dilakukan oleh Swigło (2007),
dalam menyebabkan terjadinya
photodama- dinyatakan bahwa minyak bunga
ge pada kulit (Wilson, B.D., et al., matahari memiliki konsentrasi
2012). Adanya tokoferol 609 mg/kg. Alpha tokoferol
dampak negatif sinar matahari mendominasi dalam minyak zaitun,
tersebut maka kita perlu biji anggur dan bunga matahari.
menggunakan suatu pelindung kulit Vitamin E dalam kosmetik sebagai
tabir surya (suncreen). Tabir surya antioksidan dan stabilisasi membran,
berfungsi menyerap atau pelindung terhadap radiasi UV dan
menyebarkan sinar matahari sehingga pembentukan nitrosamin, membantu
intensitas sinar yang mampu dalam melembabkan kulit kering dan
mencapai kulit jauh lebih sedikit dari sebagai efek antiinflamasi. Alpha
yang seharusnya (Wasitaatmadja, tocopherol (vitamin E) sangat efektif
1997). terhadap kerusakan radikal bebas UV
Minyak biji bunga matahari B. Vitamin E menyerap kuat di
diperoleh dari biji bunga matahari wilayah UVB 280320 nm (Idson,
dengan metode pressing maupun
2013; Rendevski 2008).
dengan cara ekstraksi dengan
menggunakan pelarut yang sesuai Emulsi adalah suatu dispersi
misalnya heksana (Aguirre, 2014). di mana fase terdispersi terdiri dari
Komposisi dari miyak biji bulatanbulatan kecil zat cair yang
bunga matahari yaitu asam lemak terdistribusi ke seluruh pembawa
yang tidak bercampur. Dalam batasan meliputi pembuatan sediaan
emulsi, fase terdispersi dianggap nanoemulsi, evaluasi
sediaan meliputi
sebagai fase dalam dan medium
pengamatan organoleptis,
disperse sebagai fase luar atau fase uji viskositas, penentuan
kontinu. Emulsi yang mempunyai pH, uji sentrifugasi,
fase dalam minyak dan fase luar air penentuan bobot jenis,
disebut emulsi minyakdalamair dan pengukuran tegangan
permukaan, cycling test,
biasanya diberi tanda sebagai emulsi
penentuan ukuran partikel,
“m/a” (Ansel, 2008). serta penentuan nilai SPF
Nanoemulsi adalah sediaan sediaan sebagai tabir surya.
yang digunakan dalam kosmetik, Penelitian ini dilakukan di
farmasetik, makanan dan industri lain Laboratorium Farmasi Fisik
dan Laboratorium Penelitian
dikarenakan penggunaan surfaktan
Fakultas Farmasi
yang sedikit, stabilitas yang baik Universitas Sumatera Utara.
terhadap pemanasan, toksisitas atau
karakteristik mengiritasi yang rendah, Alat-alat
Alat-alat yang digunakan pada
viskositas rendah, penampilan yang
penelitian ini adalah neraca analitik
bagus, dan fleksibilitas formulasi (Ohrus), Magnetic stirer (WINA
sebagai krim, cairan, dan spray Instrument), Viskometer brookfield,
(Ribeiro, dkk., 2015). pH meter (Hanna Instrument), alat
Teknologi nanoemulsi ini juga sentrifugasi (Hitachi CF 16 R X II),
merupakan metode yang efektif untuk piknometer (pyrex), Tensiometer Du
pelepasan minyak biji bunga matahari Nouy, Vascoγ Particle Size Analyzer,
sebagai bahan aktif dikarenakan Climatic Chamber (Memmert),
ukuran droplet yang kecil, lumpang dan alu, dan alat-alat gelas
meningkatkan penetrasi lapisan kulit laboratorium.
sehingga meningkatkan jumlah Bahan
bahan aktif untuk mencapai tempat Bahan yang digunakan pada
yang diinginkan, dan juga memiliki penelitian ini adalah minyak biji
stabilitas yang lebih baik bunga matahari (PT. Lam Soon) ,
dibandingkan dengan emulsi. Oleh tween 80 (PT. Bratachem) , sorbitol
karena itu, pada penelitian ini minyak
(PT. Bratachem) , metil paraben
biji bunga matahari dikembangkan
dalam bentuk sediaan nanoemulsi dan (CV. Rudang Jaya), propil paraben
dilakukan evaluasi terhadap stabilitas (CV. Rudang Jaya), dan aqua
dan aktivitas tabir surya dengan demineralisata (PT. Bratachem),
penentuan nilai SPF secara in vitro dapar pH asam 4,01 (Hanna
dari sediaan tersebut.
Instrument), dapar pH netral 7,01
METODE PENELITIAN (Hanna Instrument), span 80 (CV.
Metode Rudang Jaya), propilen glikol (CV.
penelitian ini menggunakan Rudang Jaya), CMC Na (CV.
metode eksperimental yang
Rudang Jaya), gliserin (CV. Rudang Pada proses pembuatan nanoemulsi
Jaya). dilakukan uji pendahuluan
(orientasi) untuk mengetahui kondisi
dan komposisi bahan yang terbaik
Formulasi Sediaan dalam pembuatan sehingga
Formulasi sediaan nanoemulsi didapatkan sediaan nanoemulsi yang
Persentase komposisi bahan jernih dan stabil. Menurut Jufri
dalam nanoemulsi dimodifikasi dari (2009), konsentrasi bahan yang
formula nanoemulsi yang telah harus diperhatikan adalah
dilakukan pada penelitian konsentrasi fase minyak, surfaktan
sebelumnya (Asmarani, 2015). dan fase air.
Pembuatan nanoemulsi dengan
Tabel 3.1 Persentase komposisi
menggunakan teknik emulsifikasi
bahan dalam nanoemulsi (Asmarani,
spontan. Sistem emulsi terdiri fase
2015)
minyak dan fase air. Teknik
emulsifikasi spontan dilakukan
dengan menambahkan fase minyak
ke dalam fase air melalui penetesan
sedikit demi sedikit (tetes demi
tetes). Pada saat penetesan, fase air
diaduk dengan menggunakan
pengaduk magnetik (Diba, 2014).
Prosedur pembuatan nanoemulsi
sebagai berikut :
Tabel 3.2 Persentase komposisi 1. Fase minyak disiapkan:
bahan dalam nanoemulsi yang telah dicampurkan minyak biji bunga
dimodifikasi berdasarkan orientasi matahari dalam sorbitol.
formula 2. Fase air disiapkan :
dilarutkan metil paraben dan
propil paraben dalam aqua
demineralisata kemudian
dipanaskan diatas hotplate hingga
larut sempurna, setelah itu larutan
didinginkan dan kemudian tween
80 dicampurkan kedalam larutan
tersebut.
Keterangan : 3. Fase minyak ditambahkan ke
Formula 1: Nanoemulsi konsentrasi dalam fase air dengan cara
Tween 80 (38%), konsentrasi sorbitol meneteskannya sedikit demi
22% sedikit dengan menggunakan
Formula 2: Nanoemulsi konsentrasi pipet tetes, kemudian
Tween 80 (36%), konsentrasi dihomogenkan dengan magnetic
sorbitol 24% stirer pada kecepatan 3000-4000
Formula 3: Nanoemulsi konsentrasi rpm selama 6 jam pada suhu
Tween 80 (34%), konsentrasi kamar hingga homogen dan
Sorbitol 26% terbentuk nanoemulsi yang jernih
dan transparan. Kemudian
Prosedur Pembuatan Nanoemulsi sediaan nanoemulsi yang telah
terbentuk disonikasi selama 60 1. Fase air: dicampurkan aqua
menit. demineralisata, metil paraben, propil
Formulasi sediaan emulsi paraben ke dalam gelas beaker,
Pada formulasi sediaan emulsi, dipanaskan hingga larut.
persentase komposisi bahan dalam Didinginkan, lalu dipindahkan ke
emulsi dimodifikasi dari formula dalam cawan porselen dan
yang telah dilakukan pada penelitian
sebelumnya oleh Anisha (2017). dimasukkan tween 80, propilen
Persentase komposisi bahan yang glikol dan gliserin yang telah
digunakan dalam penelitian tersebut ditimbang, diaduk hingga homogen
adalah sebagai berikut: (Cawan 1).
2. Fase minyak: dicampurkan
Komposisi :
minyak biji bunga matahari dan span
Minyak zaitun ekstra murni 5
80 yang telah ditimbang ke dalam
Tween 80 1,25
cawan porselen, diaduk homogen,
Span 80 3,73
dan dipanaskan (Cawan 2).
Metil paraben 0,1
3. Dikembangkan massa CMC
Propil paraben 0,02
Na di dalam lumpang panas dengan
Propilen glikol 10
aqua demineralisata yang telah
Gliserin 13
dipanaskan sebanyak 20 kali massa
CMC Na 1
CMC Na hingga terbentuk massa
Aquades ad 100
larutan yang kental dan transparan.
4. Ditambahkan fase air (cawan
Pada penelitian ini, adapun 1) sedikit demi sedikit ke dalam
persentase komposisi bahan dalam lumpang yang berisi larutan CMC
emulsi berdasarkan penelitian Na dan dihomogenkan.
sebelumnya yang telah dimodifikasi 5. Ditambahkan fase minyak
adalah sebagai berikut:
(cawan 2) sedikit demi sedikit ke
Komposisi : dalam lumpang sambil digerus cepat
Minyak biji bunga matahari 5 hingga terbentuk massa emulsi yang
Tween 80 1,25 kental.
Span 80 3,73
Metil paraben 0.1 Evaluasi Sediaan
Propil paraben 0.02 Pengamatan Stabilitas Sediaan
Propilen glikol 10 Pengamatan stabilitas sediaan
Gliserin 13 dilakukan melalui pengamatan
CMC Na 1 organoleptis secara visual. Masing-
aqua demineralisata ad 100 masing formula dilakukan
pengamatan secara visual terhadap
Prosedur Pembuatan Emulsi warna, bau, bentuk, dan pemisahan
Prosedur pembuatan emulsi adalah fase selama 12 minggu dengan
sebagai berikut: pengamatan setiap 1 minggu sekali.
Pengamatan ini dilakukan pada
nanoemulsi dan emulsi yang kecepatan 3750 rpm selama 5 jam
disimpan pada suhu kamar. (Lachman, 1994).
Pemeriksaan Homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika Penentuan Viskositas
dioleskan pada sekeping kaca atau Pengukuran viskositas dilakukan
bahan transparan lain yang cocok, dengan cara sediaan dimasukkan ke
sediaan harus menunjukkan susunan
yang homogen dan tidak terlihat dalam beaker glass 100 ml dan
adanya butiran kasar (Ditjen POM, dipilih nomor spindle yang sesuai.
1979). Pengukuran ini dilakukan dengan
tiga kali pengulangan dengan
Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
Penentuan tipe emulsi sediaan menggunakan viskometer
dilakukan dengan penambahan Brookfield DVE. Penentuan
sedikit demi sedikt biru metilen ke viskositas dilakukan setiap 1
dalam sediaan, jika larut sewaktu minggu sekali selama 12 minggu.
diaduk, maka emulsi tersebut adalah
tipe minyak dalam air (Ditjen POM, Pengukuran Tegangan
1985). Permukaan
Pengukuran tegangan permukaan
Uji Sentrifugasi
Uji sentrifugasi dilakukan pada awal sediaan dilakukan pada awal setelah
setelah sediaan dibuat dengan sediaan dibuat dengan pengukuran
pengukuran sebanyak 1 kali.Sediaan sebanyak 1 kali. Tegangan
mikroemulsi dimasukkan ke dalam permukaan diukur dengan
tabung sentrifugasi kemudian menggunakan Tensiometer Du
dilakukan sentrifugasi pada
Nouy pada suhu kamar. Tensiometer Penyimpanan suhu tinggi
terlebih dahulu dikalibrasi dengan Sediaan disimpan pada suhu tinggi
menggunakan aquabides (tegangan 40 ± 2 C selama 3 bulan dan
permukaan teoritis = 72,75 dilakukan pengamatan setiap 1
dyne/cm). Faktor koreksi minggu sekali dan evaluasi secara
merupakan hasil bagi teoritis dibagi visual (warna, bau, bentuk) dan
hasil yang diperoleh. dibandingkan dengan sediaan
sebelumnya.
Faktor koreksi =
Penyimpanan suhu rendah
Sebelum setiap pengukuran,
Sediaan disimpan pada suhu rendah
penunjuk harus digeser ke posisi
4 ± 2 C selama 3 bulan dan
nol. Sediaan dimasukkan ke dalam
dilakukan pengamatan setiap 1
kaca gelas dan diletakkan di meja
minggu sekali dan dievaluasi secara
pengukuran. Meja pengukuran
visual (warna, bau, bentuk) dan
dinaikkan dengan hatihati sampai
dibandingkan dengan sediaan
cincin terletak di tengahtengah
sebelumnya.
cairan, lalu meja pengukuran
dikunci dan knop diputar sampai
Penentuan Ukuran Partikel
cincin iridium terlepas dari Nanoemulsi
permukaan. Tegangan permukaan
kemudian dibaca langsung di Penentuan ukuran partikel dilakukan
penunjuk, dan dilakukan di Laboratorium Terpadu Fisika
USU Medan menggunakan alat
pengulangan sebanyak 3 kali. Hasil Vascoγ CORDOUAN Technologies
tegangan permukaan dikali dengan Particle Size Analyzer pada suhu
faktor koreksi. kamar. Penentuan partikel dari
masing masing formula nanoemulsi
Cyling Test dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu
pada awal setelah pembuatan
Sediaan disimpan pada suhu dingin
sediaan, minggu ke-6 dan pada
± 4C selama 24 jam, lalu minggu ke-12.
dikeluarkan dan ditempatkan pada
suhu ± 40C selama 24 jam (1 Penentuan nilai SPF sediaan
siklus). Percobaan ini diulang Penyiapan sampel
sebanyak 6 siklus lalu dilakukan Sebanyak lebih kurang 1 gram
pengamatan dan evaluasi yang emulsi tabir surya ditimbang
dibandingkan dengan sediaan seksama kemudian dimasukkan ke
sebelumnya (Suryani, 2014). dalam labu ukur 100 ml dan
diencerkan dengan alkohol 96%
sampai pada garis tanda, larutan
dikocok lalu disaring dengan kertas
saring. 10 ml filtrat pertama
dibuang. Sebanyak 5 ml alikuot 3.3. Jumlah EE x I yang diperoleh
dipipet, lalu dimasukkan ke dalam dikalikan dengan faktor koreksi
labu ukur 50 ml kemudian akhirnya diperoleh nilai SPF dari
diencerkan dengan alkohol 96% sampel yang diuji.
sampai garis tanda. Sebanyak 5 ml
larutan alikuot dipipet, kemudian SPF = CF x
dimasukkan ke dalam labu 25 ml
kemudian diencerkan dengan Keterangan:
alkohol 96% sampai garis tanda, CF = Faktor koreksi
akan memperoleh konsentrasi 200 EE = Spektrum Efek Erytemal
ppm (Dutra, et al., 2004). Cara I = Spektrum Intensitas dari
perhitungan konsentrasi kuvet 200 Matahari
ppm dapat dilihat pada lampiran Abs = Absorbansi dari sampel
Penentuan nilai SPF
Formulasi Emulsi
Pada penelitian ini telah dibuat
sediaan emulsi minyak biji bunga
Gambar 4.3 Sediaan nanoemulsi
F1, F2, F3 pada saat penyimpanan
12 minggu pada suhu kamar
Gambar 4.1, Gambar 4.2, Gambar Gambar 4.5 Sediaan emulsi minyak
4.2 menunjukkan bahwa nanoemulsi biji bunga matahari 5% saat
F1 yang disimpan pada suhu kamar penyimpanan 6 minggu pada suhu
bentuknya tetap jernih hingga 12 kamar
minggu, warna dan baunya tidak
berubah, serta tidak terjadi
pemisahan fase.
Hasil evaluasi stabilitas.sediaan
emulsi minyak biji bunga matahari
dapat dilihat pada Gambar 4.4,
Gambar 4.5.
Keterangan :
F1 : Nanoemulsi konsentrasi
Tween 80 (38%), sorbitol 22%
F2 : Nanoemulsi konsentrasi Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa
Tween 80 (36%), sorbitol 24% pada cycling test dari nanoemulsi
F3 :Nanoemulsi konsentrasi Tween minyak biji bunga matahari tidak
80 (34%), sorbitol 26% mengalami perubahan warna, bau
dan bentuk. Menurut Elya (2013),
Tegangan permukaan diukur salah satu cara mempercepat
menggunakan Tensiometer Du evaluasi kestabilan adalah dengan
Nouy. Berdasarkan hasil pengukuran penyimpanan selama beberapa
terhadap tegangan permukaan periode (waktu) pada suhu yang
diperoleh tegangan permukaan lebih tinggi dari normal. Cara
antara 40,159 dyne/cm — 45,092 khusus ini berguna untuk
dyne/cm dan tegangan permukan mengevaluasi shelf life emulsi
emulsi adalah 54,986. Tegangan dengan siklus antara 2 suhu yaitu
yang terdapat pada antarmuka suhu tinggi dan suhu rendah. Hal ini
dikarenakan kedua fase tidak saling menunjukkan bahwa nanoemulsi F1,
bercampur, cenderung mempunyai F2 dan F3 tahan terhadap perubahan
gaya tarikmenarik yang berbeda suhu sehingga stabil secara fisik
antar molekul pada antarmuka terhadap penyimpanan suhu tinggi
(Lachman, 1994). Menurut Silvia et dan suhu rendah.
al (2011), surfaktan mampu
menurunkan tegangan permukaan Penyimpanan suhu tinggi
antar fase minyak dan air, serta
Sediaan disimpan pada suhu tinggi
menurunkan jumlah energi yang
40 ± 2 C selama 3 bulan dan
dibutuhkan untuk merusak globul.
dilakukan pengamatan setiap 1
Kestabilan nanoemulsi makin baik
minggu sekali dan evaluasi secara
bila nanoemulsi tersebut tegangan
visual (warna, bau, bentuk) dan
permukaannya lebih kecil dari air
dibandingkan dengan sediaan
yaitu 72 dyne/cm.
sebelumnya. Hasil evaluasi stabilitas
sediaan nanoemulsi minyak biji minyak biji bunga matahari dapat
bunga matahari dapat dilihat pada dilihat pada Gambar 4.13.
F F F
Gambar 4.13 Sediaan nanoemulsi
1 F1, F2, dan F3 setelah penyimpanan
2 3
12minggu pada suhu rendah
Berdasarkan gambar diatas, dapat
dilihat bahwa nanoemulsi F1,F2, F3
stabil secara visual (organoleptis)
Gambar 4.12. selama penyimpanan. Warna, bau
dan bentuk tidak berubah sejak awal
Gambar 4.12 Sediaan nanoemulsi pengamatan hingga penyimpanan
F1, F2, dan F3 setelah penyimpanan selama 12 minggu sehingga dapat
12minggu pada suhu tinggi disimpulkan bahwa nanaoemulsi F1,
Berdasarkan Gambar 4.12, dapat F2 dan F3 stabil secara fisik
dilihat bahwa nanoemulsi F1,F2, F3 terhadap penyimpanan suhu rendah.
stabil secara fisik (organoleptis)
Penentuan Ukuran Partikel
selama penyimpanan. Warna, bau
Nanoemulsi
dan bentuk tidak berubah sejak awal Data hasil penentuan distribusi
pengamatan hingga penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 4.4. dan
selama 12 minggu sehingga dapat grafik perubahan ukuran partikel
disimpulkan bahwa nanoemulsi F1, nanoemulsi dapat dilihat pada
Gambar 4.14 dan Tabel 4.5.
F2 dan F3 stabil secara fisik
terhadap penyimpanan suhu tinggi. Tabel 4.4 Data penentuan distribusi
ukuran partikel nanoemulsi
Penyimpanan suhu rendah
Sediaan disimpan pada suhu tinggi 4
± 2 C selama 3 bulan dan dilakukan
pengamatan setiap 1 minggu sekali
dan evaluasi secara visual (warna,
bau, bentuk) dan dibandingkan
dengan sediaan sebelumnya. Hasil
evaluasi stabilitas sediaan nanoemulsi Tabel 4.4 Data penentuan rata-rata
ukuran partikel nanoemulsi
F F F
1 2 3
Keterangan :
F1 : Nanoemulsi konsentrasi
Tween 80 (38%), sorbitol 22% Nilai SPF adalah perbandingan
F2 : Nanoemulsi konsentrasi antara dosis minimal yang
Tween 80 (36%), sorbitol 24% diperlukan untuk menimbulkan
F3 :Nanoemulsi konsentrasi Tween eritema pada kulit yang diolesi oleh
80 (34%), sorbitol 26% tabir surya dengan yang tidak.
Semakin tinggi nilai SPF suatu
sediaan maka semakin tinggi
kemampuan untuk melindungi kulit
dari sinar matahari (Wasitaatmadja,
1997).
Berdasarkan Tabel 4.7, dapat dilihat Saran
bahwa sediaan nanoemulsi minyak 1. Pada penelitian selanjutnya
biji bunga matahari memiliki dilakukan pengujian nilai SPF
efektivitas kategori sedang secara in vivo untuk
sedangkan emulsi tidak memiliki dibandingkan dengan hasil
efektivitas sebagai tabir surya. Hal secara in vitro nanoemulsi
ini dikarenakan nanoemulsi minyak biji bunga matahari 5%.
mempunyai ukuran droplet yang 2. Pada penetilian selanjutnya
lebih kecil dibandingkan emulsi dilakukan pembuatan sediaan
sehingga meningkatkan pelepasan tabir surya dengan tipe emulsi
bahan aktif. Tokoferol a/m agar dapat tahan terhadap
merupakan salah satu antioksidan air.
alami larut lemak yang kuat. 3. Pada penetilian selanjutnya
Tokoferol dapat melindungi kulit dilakukan uji penetrasi pada
dari polutan serta radiasi sinar sediaan tabir surya.
ultraviolet yang dapat menyebabkan
kerusakan pada kulit. Sifat alami REFERENSI
tokoferol yang mudah larut dalam Anisha, N.H. (2017). Formulasi dan
lemak menjadikan tokoferol mudah Evaluasi Nanoemulsi dari
terabsorbsi pada penggunaan secara Extra Virgin Olive Oil
topikal pada kulit (Chandra, 2015). (Minyak Zaitun Ekstra
Murni) Sebagai AntiAging.
KESIMPULAN Skripsi. Medan: Universitas
1. Minyak biji bunga matahari Sumatera Utara.
(Helianthus annuus L.) 5% dapat
diformulasikan dalam sediaan Ansel, H. (1989). Pengantar Bentuk
nanoemulsi dengan menggunakan Sediaan Farmasi. Edisi
variasi konsentrasi tween 80 sebagai Keempat. Jakarta: UI Press.
surfaktan dan sorbitol sebagai ko-
surfaktan yaitu F1 (38% dan 22%), Halaman 387388.
Asmarani, F.C., dan Wahyuningsih, Sun Protection
I. (2015). Pengaruh Variasi Factor (SPF) of
Konsentrasi Tween 80 Dan Sunscreens by
Sorbitol Terhadap Aktivitas Ultraviolet
Antioksidan Minyak Zaitun Spectrophotometry.
(Oleum olivae) Dalam Brazilian Journal of
Formulasi Nanoemulsi. Pharmaceutical
Farmasains. 2(5): 223228. Sciences. 40(3): 381
385.
Chandra, R. (2015). Pengaruh
Penambahan Minyak Biji Elya, B., Dewi, R.,
Anggur (Grape Seed Oil) Budiman, M.H.
Terhadap Efektivitas Sediaan (2013). Antioxidant
Tabir Surya Kombinasi cream of solanum
Oksibenzon Dan lycopersicum L.
Oktilmetoksinamat dalam Journal Pharma
Basis Vanishing Cream. Technology
Skripsi. Medan: Universitas Research. 5(1). 233
Sumatera Utara. Halaman 238
32.
Gupta, P.K., Pandit, J.K., Kumar,
Ditjen POM. (1979). Farmakope A., Swaroop, P., dan Gupta,
Indonesia. Edisi Ketiga. S. (2010). Pharmaceutical
Jakarta: Departemen Nanotechnology Novel
Kesehatan Republik NanoemulsionHigh Energy
Indonesia. Halaman 8, 33. Emulsification Preparation,
Evaluation, and Application.
Ditjen POM. (1985). Journal of Pharma
Farmakope Research. 4(3): 117138.
Kosmetika
Indonesia. Jakarta: Hadinoto, I., Soeratri, W., dan
Penerbit Departemen Meity, C. T. (2000).
Kesehatan RI. Pengaruh pH terhadap
Halaman 22, 23, 84, efektivitas sediaan tabir
86, 256. surya matahari dengan
bahan aktif etil heksil
Dutra, E.A., Daniella,
PMetoksisinamat dan
A.G.C.O., Erika,
Oksibenzone dalam basis
R.M.K., dan Maria,
hidrofilik krim secar in Vitro.
I.R.M.S. (2004).
Jakarta: Kongres ilmiah XIII
Determinatio7n of
ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia. Halaman 342 P.A., Verissimo, L.M., dan
345. Ferrari, M. (2015).
Production and
Idson B. (1990). Vitamins in Characterization of Cosmetic
Cosmetics, An Update part Nanoemulsions Containing
II: Vitamin E. Drug & Opuntia ficusindica (L.)
Cosmetic Industry.; 147: 20 Mill Extract as Moisturizing
25. Agent. Molecules. 20(2):
2493.
Jain, K., Kumar, R. S., Sood, S., and
Gowthamarajan, K. (2013). Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan
Enhanced Oral Owen, S.C. (2009).
Bioavailability of Handbook of Pharmaceutic
Atorvastatin via Oilin Excipients. Sixth Edition.
Water Nanoemulsion using London: Pharmaceutical
Aqueous Titration Method, Press and American
J. Pharm. Sci. & Res. 5 (1): Pharmacist Association.
21. Halaman 517, 549, 721722.
Lachman, L., Lieberman, H.A., Salim, N., Basri, M, Abd. Rahman,
Kanig, J.L. (1994). Teori M.B., Abdullah, D.K., Basri,
dan Praktek Farmasi H., dan Bakar, A.S. (2011).
Industri. Jakarta: Penerbit Phase Behaviour, Formation
Universitas Indonesia. and Characterization of
Halaman 1081. Palm Based Esters
Nanoemulsion Formulation
Maisyura, T. (2016). Formulasi dan
containing Ibuprofen. J
Evaluasi Aktivitas Emulgel
Nanomedic Nanotechnol.
dari Kombinasi Avobenzone
2(4): 15.
dan Oktilmetoksisinamat
sebagai Tabir Surya. Skripsi. Silvia, H.D, Corqueira, M.A, Souza,
Medan: Universitas Sumatera B.W.S., Ribeiro, C., Avides,
Utara. Halaman 34. M.C., Quintas, M.A.C.,
Rawlins, E.A. (2002). Bentley’s Coimbra, J.S.R., Carneiro
Textbook of Pharmaceutics. daCunha, M.G., dan
Edisi Kedelapanbelas. Vicente, A.A. (2011).
London: Bailierre Tindall. Nanoemulsions of βcarotene
Halaman 22, 355. Using a HighEnergy
Emulsification Evaporation
Ribeiro, R.C.A., Barreto, S.M.A.G., Technique. Journal of Food
Ostrosky, E.A., RochaFilho,
Enginering. 102: 130135.
Swigło, G.A., et al. (2007).
Tocopherol Content in
Edible Plant Oil. Journal of
Food and Nutrition Sciences.
4(57): 157161.
Wilson, B.D., Moon, S., Amstrong,
F. (2012). Comprehensive
Review on Ultraviolet and
the Current Status on
Sunscreens. The Journal of
Clinical and Aesthetic
Dermatology. 5(9): 1820.