Resus

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

PRESENTASI KASUS

MIOMA UTERI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Radiologi RSUD Temanggung

Disusun Oleh:

ERVIANI YANURA TRISNA WIJAYASARI

Pembimbing:

dr. Rosalia Sri Sulistijawati, M. Sc., Sp. Rad (K)

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI RSUD TEMANGGUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mioma uteri atau yang dikenal juga sebagai leiomyoma uteri atau fibroid uteri,
merupakan tumor jinak pada sel-sel otot polos myometrium. Hal tersebut dapat tumbuh
menjadi tumor tunggal maupun multipel. Mioma uteri merupakan tumor jinak
ginekologi yang paling sering terjadi pada wanita dan merupakan penyebab utama dari
tindakan histerektomi di Amerika Serikat.
Penyebab pasti dari mioma uteri masih belum diketahui, beberapa faktor risiko
sudah terungkap. Telah diketahui bahwa mioma uteri memiliki hubungan yang sangat
erat terhadap faktor pertumbuhan, hormonal, dan genetik. Mioma uteri ini paling sering
terjadi pada wanita usia produktif dan insidennya akan menurun pada wanita yang
sudah menopause. Beberapa penelitian menyatakan bahwa estrogen dan progesteron
membantu pertumbuhan mioma. Faktor-faktor yang meningkatkan paparan estrogen
selama hidup seorang wanita, seperti obesitas dan menarche dini, dapat meningkatkan
insidennya. Sebaliknya, berkurangnya paparan estrogen berperan sebagai faktor
protektif.
Sebagian besar wanita dengan mioma uteri tidak menunjukkan tanda dan gejala
apapun, sehingga hal tersebut tidak mendapatkan perhatian yang cukup dan akhirnya
tidak diketahui keberadaannya. Pasien-pasien tersebut umumnya hanya mengeluhkan
adanya perdarahan tidak normal yang keluar dari kemaluannya yang biasanya bersifat
banyak dan lama. Gejala lain yang sering muncul antara lain nyeri pinggang yang tidak
berhubungan dengan menstruasi, keluhan pada salurna kencing, dan infertilitas.
Transvaginal ultrasonografi, magnetic resonance imaging (MRI), sonohisterografi, dan
histeroskopi merupakan pemeriksaan penunjang yang dapat mengetahui ukuran dan
posisi tumor.

Penatalaksanaan mioma uteri bisa berupa pengobatan farmakologik berupa


hormon, ataupun tindakan operatif dengan melakukan miomektomi ataupun
histerektomi.Histerektomi merupakan terapi kuratif terbaik Pada miomektomi, perlu
diperhatikan kemungkinan terjadinya kekambuhan. Hasil penelitian menunjukkan
kekambuhan sebesar 2-3% per tahun setelah dilakukan miomektomi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat
kenyal, batas jelas, mempunyai pseudokapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel.
Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine
fibroid. Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat, kenyal, berdinding licin, dan apabila
dibelah bagian dalamnya akan menonjol keluar sehingga mengesankan bahwa
permukaan luarnya adalah kapsul.

B. Anatomi

Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah alpukat atau buah pir yang
sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7 – 7,5 cm, lebar di tempat yang paling
lebar 5,25 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus terdiri atas korpus uteri (2/3 bagian atas) dan
serviks uteri (1/3 bagian bawah). Di dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum
uteri), yang membuka ke luar melalui saluran (kanalis servikalis) yang terletak di
serviks. Bagian bawah serviks yang terletak di vagina dinamakan porsio uteri (pars
vaginalis servisis uteri), sedangkan yang berada di atas vagina disebut pars
supravaginalis servisis uteri. Antara korpus dan serviks masih ada bagian yang disebut
isthmus uteri.
Bagian atas uterus disebut fundus uteri, di situ Tuba Fallopii kanan dan kiri
masuk ke uterus. Dinding uterus terdiri terutama atas miometrium, yang merupakan
otot polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler,
yang antara kedua lapisan ini beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya dapat
berkontraksi dan berelaksasi.

Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar, disebut
endometrium. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan stroma
dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Di korpus uteri
endometrium licin, akan tetapi di serviks berkelok-kelok; kelenjar-
kelenjar itu bermuara di kanalis servikalis (arbor vitae). Pertumbuhan dan fungsi
endometrium sangat dipengaruhi oleh hormon steroid ovarium. Uterus pada wanita
dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam anteversiofleksio (serviks
ke depan atas) dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri
mengarah ke depan dan membentuk sudut 120o-130o dengan serviks uteri. Di
Indonesia uterus sering ditemukan dalam retrofleksio (korpus uteri mengarah ke
belakang) yang pada umumnya tidak memerlukan pengobatan. Perbandingan antara
panjang korpus uteri dan serviks berbeda-beda dalam pertumbuhan. Pada bayi
perbandingan itu adalah 1:2, sedangkan pada wanita dewasa 2:1.
Di luar, uterus dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale). Jadi, dari luar ke
dalam ditemukan pada dinding korpus uteri serosa atau perimetrium, miometrium,
dan endometrium. Uterus mendapat darah dari arteri uterina, cabang dari arteri iliaka
interna, dan dari arteri ovarika. (Prawirohardjo, 2009)

Gambar 1. Anatomi uterus

C. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal.
Tumor ini mungkin berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada dalam
miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus.
Apapun asalnya, tumor mulai dari benih- benih multipel yang sangat kecil dan
teratur pada miometrium. Benih-benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif
(bertahun-tahun bukan dalam hitungan bulan) di bawah pengaruh estrogen sirkulasi.
Mula- mula tumor berada intramural, tetapi ketika tumbuh dapat berkembang ke
berbagai arah. Setelah menopouse, ketika estrogen tidak lagi disekresi dalam jumlah
yang banyak, mioma cenderung mengalami atrofi.
Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya
mioma uteri, yaitu :

1. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10%
pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala
klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau
sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini
saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan mioma
uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan
riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma,
dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan
mengalami regresi setelah menopause.

D. Klasifikasi
Dikenal dua tempat asal mioma uteri yaitu serviks uteri dan korpus uteri. Mioma
pada serviks uteri hanya ditemukan sebanyak 3 % dan pada korpus uteri ditemukan
97% kasus. Berdasarkan tempat tumbuh atau letaknya, mioma uteri dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. Mioma uteri intramural
Mioma terdapat di korpus uteri diantara serabut miometrium. Bila mioma
membesar atau bersifat multiple dapat menyebabkn pembesaran uterus dan
berbenjol-benjol
2. Mioma uteri submukosa
Mioma tumbuh tepat dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga
uterus. Kadang mioma uteri submukosa dapat tumbuh terus dalam kavum uteri dan
berhubungan dengn tangkai yang dikenal dengan polip. Karena konraksi uterus,
polip dapat melalui kanalis servikalis dan sebagian kecil atau besar memasuki
vagina yang dikenal dengan nama myoma geburt.
3. Mioma uteri subserosa
Mioma terletak dibawah tunika serosa, tumbuh kerah luar dan menonjol ke
permukaan uterus. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma ligamenter yang dapat menekan ligamenter dan
arteri iliaka. Miom jenis ini juga dapat tumbuh menempel pada jaringan lain
misalnya ke omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wandering danparasite fibroid.
4. Mioma pedunkulata
Mioma yang melekat ke dinding uterus dengantangkai yang bisa masuk ke
peritoneal atau cavum uteri.
Gambar 2. Jenis Mioma Uteri Berdasar Lokasinya

E. Manifestasi Klinis

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada


pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul
sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural, submukus,
subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut
dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan
dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan
ini, antara lain adalah :
 Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai
adeno karsinoma endometrium.
 Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
 Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
 Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh
darah yang melaluinya dengan baik.
2. Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.
Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya
yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
3. Gejala dan tanda penekanan (preassure effect)
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio
urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum
dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh
limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.(2)
4. Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya
abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila
penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab
infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.
F. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor
resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. Faktor-faktor risiko terjadinya
mioma uteri seperti
 Umur: Kebanyakan wanita mulai didiagnosis mioma uteri pada usia diatas
40 tahun.
 Menarche dini: Menarche dini ( < 10 tahun) meningkatkan resiko kejadian
mioma 1,24 kali.
 Ras: Dari hasil penelitian didapatkan bahwa wanita keturunan Afrika-
Amerika memiliki resiko 2,9 kali lebih besar untuk menderita mioma uteri
dibandingkan dengan wanita Caucasian.
 Riwayat keluarga: jika memiliki riwayat keturunan yang menderita mioma
uteri, akan meningkatkan resiko 2,5 kali lebih besar.
 Kehamilan: semakin besar jumlah paritas, maka akan menurunkan angka
kejadian mioma uteri.
 Obesitas: resiko mioma meningkat pada wanita yang memiliki berat badan
lebih atau obesitas berdasarkan indeks massa tubuh
 Makanan: Dari beberapa penelitian yang dilakukan menerangkan hubungan
antara makanan dengan prevalensi atau pertumbuhan mioma uteri.
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (redmeat), dan
daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau
menurunkan insiden mioma uteri. Tidak diketahui dengan pasti apakah
vitamin, serat atau phytoestrogen berhubungan dengan mioma uteri
 Kebiasaan merokok: Merokok dapat mengurangi insiden mioma uteri.
Diterangkan dengan penurunan bioaviabilitas esterogen dan penurunan
konversi androgen menjadi estrogen dengan penghambatan enzim
aromatase oleh nikotin.
2. Pemeriksaan fisik
Ukuran uterus diukur sesuai dengan ukuran gestasi dan ditentukan dengan
pemeriksaan abdomen dan pelvik. Pada pemeriksaan abdomen, mioma uteri
dipalpasi sebagai tumor yang ireguler, noduler, menonjol ke dinding anterior
abdomen, dan biasanya padat serta kencang saat dipalpasi; apabila ada edema akan
terasa lembek, begitu juga bila ada sarkoma, kehamilan, atau perubahan
degeneratif. Pada beberapa kasus mioma uteri berukuran sedang sampai besar,
pemeriksa mungkin dapat merasakan saat melakukan pemeriksaan pelvik manual.
Pemeriksaan pelvik dapat mengevaluasi ukuran dan posisi vagina, serviks, uterus,
dan ovarium. Mioma subserosa dan intramural yang signifikan secara klinis
biasanya dapat didiagnosis hanya dengan menggunakan pemeriksaan pelvik,
dimana didapatkan pembesaran uterus yang berbentuk ireguler dan keras.

3. Pemeriksaan penunjang

Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat membantu


menegakkan diagnosis mioma uteri :
a. USG transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan
adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada
uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi
melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas
menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan
irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi ditandai
oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik
ditandai adanya daerah yang hipoekoik

Gambar 3. Gambaran USG mioma submukosa, tampak gambaran massa


hipoekoik yang menekan endometrial line

Gambar 4. USG mioma subserosa


Gambar 5. Gambaran USG mioma intramural

b. Foto polos abdomen Pada foto polos abdomen gambaran mioma uteri akan
terlihat sebagai suatu massa jaringan lunak yang berasal dari daerah pelvis.
Gambaran massa jaringan lunak disertai dengan kalsifikasi di daerah pelvis
dapat ditemukan pada mioma uteri tipe calcified. Gambaran kalsifikasi pada
mioma uteri dapat berbentuk pop corn dan kalsifikasi pada tepi luar dari
dinding massa. Mioma uteri dapat juga memberikan gambaran massa
dengan densitas jaringan lunak yang berukuran besar yang menyebabkan
pendesakan dari usus- usus ke arah superior dan keluar dari daerah pelvis.

Gambar 6. Pada foto polos abdomen pada gambar a. tampak bayangan


opak densitas jaringan lunak di rongga pelvis disertai kalsifikasi didalam
massa. Gambar b. tampak bayangan opak di abdomen bawah sampai
tengah yang mendorong usus-usus kearah superior
Gambar 7. Pada foto polos abdomen terlihat pada gambar a tampak
bayangan opak diabdomen tengah sampai bawah disertai kalsifikasi
berbentuk pop corn. Gambar b tampak bayangan opak di rongga pelvis
dengan gambaran kalsifikasi pada tepinya .
c. Hysterosalpingography (HSG) Pemeriksaan hysterosalpingography (HSG)
biasanya dilakukan untuk menilai patensi tuba pada pasien dengan
infertilitas. HSG dapat mengevaluasi kontur rongga endometrium, dan
gambaran mioma uteri akan terlihat sebagai gambaran filling defect pada
dinding uterus. Kadang mioma submukosa dapat menyebabkan obstruksi
tuba. Mioma intramural atau subserosa tidak akan terlihat dengan teknik ini.

Gambar 8. Pada pemeriksaan histerosalpingografi tampak filling defect


pada dinding uterus, kontras tidak tampak memasuki tuba uterina
d. CT Scan Temuan khas dari mioma uteri adalah massa solid dengan ukuran
uterus yang membesar disertai dinding uterus yang ireguler. Kalsifikasi
terlihat pada sekitar 4% dari kasus mioma, biasanya padat dan amorf.
Namun, kalsifikasi juga dapat ditemui pada dinding perifer dari mioma
uteri. Pada CT scan dengan menggunakan kontras, mioma biasanya
menunjukkan atenuasi relative hipodense terhadap miometrium meskipun,
kadang-kadang atenuasi mioma uteri mungkin isodense atau hiperdense

Gambar 9. CT scan abdomen potongan axial pada gambar a tampak massa


isoden inhomogen multiple di abdomen tengah sampai bawah disertai
asites.Pada gambar b tampak bayangan isodens inhomogen diserai
kalsifikasi didalamnya di daerah uterus.
e. MRI mioma uteri adalah massa berbatas tegas yang memberikan
intensitas signal hipointense dibandingkan dengan miometrium pada
T2WI dan memberikan intensitas signal isointense dibandingkan dengan
miometrium pada T1WI. Mioma dapat menunjukkan degenerasi akibat
suplai darah yang tidak memadai dan kemudian memiliki penampilan
variabel dan sering heterogen, yang pada pemberikan kontras memberikan
penyangatan yang minimal atau heterogen. Area kalsifikasi dapat muncul
sebagai gambaran flow void pada MRI

Gambar 10. MRI abdomen pada gambar a potongan sagittal tampak


mioma uteri subserosa yang memberikan signal hipointense pada T2WI
.pada gambar b potongan sagittal dan coronal tampak mioma uteri
intramural yang memberikan signal hiperintense bersepta

G. Penatalaksanaan Mioma Uteri


a. Konservatif
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan, tetapi
harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan 10-12
munggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan
operasi.

b. Medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan mioma uteri
secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi medikamentosa masih merupakan terapi
tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.Preparat yang selalu digunakan
untuk terapi medikamentosa adalah analog GnRHa (Gonadotropin Realising Hormon
Agonis), progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen-
agen lain seperti gossypol dan amantadine (Verala, 2003).

c. Operatif
Pengobatan operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan embolisasi arteri uterus.
1. Miomektomi, adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma mioma submukosa pada
mioma geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
2. Histerektomi, adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih.
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya
karsinoma servisis uteri.
3. Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE), adalah injeksi arteri
uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang nantinya akan menghambat
aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis. Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada
setelah pembedahan mioma dan pada UAE tidak dilakukan insisi serta waktu
penyembuhannya yang cepat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Adriaansz G. Tumor Jinak Organ Genitalia. Dalam: Prawirohardjo S, Ilmu Kandungan. Edisi ketiga.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2011; 251-93
2. Hadibroto BR, 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 38 No. 3 September
2005. Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
RSUD H. Adam Malik Medan. Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/1/mkn-sep2005-%20(9).pdf
3. Hadibroto BR. Mioma uteri. Majalah Kedokteran Nusantara. 2005 Sept; 38(3): 254-9.
4. Wiknjosastro H. Ilmu kandungan, ed 2. Jakarta: YBPSP; 2007.

5. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genitaldalam Buku Ilmu
Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta
6. Suwiyoga K. et all., 2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis-Terapi dan
Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS Sanglah, Denpasar.
7. Edward E., 2007. Uterine Miomas : Comprehensive Review. Available from
: http://www.gynalternatives.com. Accested : August 16, 2008
8. Joedosapoetro MS. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka, pp: 38-41.
9. Manuaba B.G. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi Edisi
Kedua. Jakarta: EGC, pp: 309-312.

Anda mungkin juga menyukai