Resus
Resus
Resus
MIOMA UTERI
Disusun Oleh:
Pembimbing:
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mioma uteri atau yang dikenal juga sebagai leiomyoma uteri atau fibroid uteri,
merupakan tumor jinak pada sel-sel otot polos myometrium. Hal tersebut dapat tumbuh
menjadi tumor tunggal maupun multipel. Mioma uteri merupakan tumor jinak
ginekologi yang paling sering terjadi pada wanita dan merupakan penyebab utama dari
tindakan histerektomi di Amerika Serikat.
Penyebab pasti dari mioma uteri masih belum diketahui, beberapa faktor risiko
sudah terungkap. Telah diketahui bahwa mioma uteri memiliki hubungan yang sangat
erat terhadap faktor pertumbuhan, hormonal, dan genetik. Mioma uteri ini paling sering
terjadi pada wanita usia produktif dan insidennya akan menurun pada wanita yang
sudah menopause. Beberapa penelitian menyatakan bahwa estrogen dan progesteron
membantu pertumbuhan mioma. Faktor-faktor yang meningkatkan paparan estrogen
selama hidup seorang wanita, seperti obesitas dan menarche dini, dapat meningkatkan
insidennya. Sebaliknya, berkurangnya paparan estrogen berperan sebagai faktor
protektif.
Sebagian besar wanita dengan mioma uteri tidak menunjukkan tanda dan gejala
apapun, sehingga hal tersebut tidak mendapatkan perhatian yang cukup dan akhirnya
tidak diketahui keberadaannya. Pasien-pasien tersebut umumnya hanya mengeluhkan
adanya perdarahan tidak normal yang keluar dari kemaluannya yang biasanya bersifat
banyak dan lama. Gejala lain yang sering muncul antara lain nyeri pinggang yang tidak
berhubungan dengan menstruasi, keluhan pada salurna kencing, dan infertilitas.
Transvaginal ultrasonografi, magnetic resonance imaging (MRI), sonohisterografi, dan
histeroskopi merupakan pemeriksaan penunjang yang dapat mengetahui ukuran dan
posisi tumor.
B. Anatomi
Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah alpukat atau buah pir yang
sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7 – 7,5 cm, lebar di tempat yang paling
lebar 5,25 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus terdiri atas korpus uteri (2/3 bagian atas) dan
serviks uteri (1/3 bagian bawah). Di dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum
uteri), yang membuka ke luar melalui saluran (kanalis servikalis) yang terletak di
serviks. Bagian bawah serviks yang terletak di vagina dinamakan porsio uteri (pars
vaginalis servisis uteri), sedangkan yang berada di atas vagina disebut pars
supravaginalis servisis uteri. Antara korpus dan serviks masih ada bagian yang disebut
isthmus uteri.
Bagian atas uterus disebut fundus uteri, di situ Tuba Fallopii kanan dan kiri
masuk ke uterus. Dinding uterus terdiri terutama atas miometrium, yang merupakan
otot polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler,
yang antara kedua lapisan ini beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya dapat
berkontraksi dan berelaksasi.
Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar, disebut
endometrium. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan stroma
dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Di korpus uteri
endometrium licin, akan tetapi di serviks berkelok-kelok; kelenjar-
kelenjar itu bermuara di kanalis servikalis (arbor vitae). Pertumbuhan dan fungsi
endometrium sangat dipengaruhi oleh hormon steroid ovarium. Uterus pada wanita
dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam anteversiofleksio (serviks
ke depan atas) dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri
mengarah ke depan dan membentuk sudut 120o-130o dengan serviks uteri. Di
Indonesia uterus sering ditemukan dalam retrofleksio (korpus uteri mengarah ke
belakang) yang pada umumnya tidak memerlukan pengobatan. Perbandingan antara
panjang korpus uteri dan serviks berbeda-beda dalam pertumbuhan. Pada bayi
perbandingan itu adalah 1:2, sedangkan pada wanita dewasa 2:1.
Di luar, uterus dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale). Jadi, dari luar ke
dalam ditemukan pada dinding korpus uteri serosa atau perimetrium, miometrium,
dan endometrium. Uterus mendapat darah dari arteri uterina, cabang dari arteri iliaka
interna, dan dari arteri ovarika. (Prawirohardjo, 2009)
C. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal.
Tumor ini mungkin berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada dalam
miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus.
Apapun asalnya, tumor mulai dari benih- benih multipel yang sangat kecil dan
teratur pada miometrium. Benih-benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif
(bertahun-tahun bukan dalam hitungan bulan) di bawah pengaruh estrogen sirkulasi.
Mula- mula tumor berada intramural, tetapi ketika tumbuh dapat berkembang ke
berbagai arah. Setelah menopouse, ketika estrogen tidak lagi disekresi dalam jumlah
yang banyak, mioma cenderung mengalami atrofi.
Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya
mioma uteri, yaitu :
1. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10%
pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala
klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau
sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini
saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan mioma
uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan
riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma,
dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan
mengalami regresi setelah menopause.
D. Klasifikasi
Dikenal dua tempat asal mioma uteri yaitu serviks uteri dan korpus uteri. Mioma
pada serviks uteri hanya ditemukan sebanyak 3 % dan pada korpus uteri ditemukan
97% kasus. Berdasarkan tempat tumbuh atau letaknya, mioma uteri dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. Mioma uteri intramural
Mioma terdapat di korpus uteri diantara serabut miometrium. Bila mioma
membesar atau bersifat multiple dapat menyebabkn pembesaran uterus dan
berbenjol-benjol
2. Mioma uteri submukosa
Mioma tumbuh tepat dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga
uterus. Kadang mioma uteri submukosa dapat tumbuh terus dalam kavum uteri dan
berhubungan dengn tangkai yang dikenal dengan polip. Karena konraksi uterus,
polip dapat melalui kanalis servikalis dan sebagian kecil atau besar memasuki
vagina yang dikenal dengan nama myoma geburt.
3. Mioma uteri subserosa
Mioma terletak dibawah tunika serosa, tumbuh kerah luar dan menonjol ke
permukaan uterus. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma ligamenter yang dapat menekan ligamenter dan
arteri iliaka. Miom jenis ini juga dapat tumbuh menempel pada jaringan lain
misalnya ke omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wandering danparasite fibroid.
4. Mioma pedunkulata
Mioma yang melekat ke dinding uterus dengantangkai yang bisa masuk ke
peritoneal atau cavum uteri.
Gambar 2. Jenis Mioma Uteri Berdasar Lokasinya
E. Manifestasi Klinis
3. Pemeriksaan penunjang
b. Foto polos abdomen Pada foto polos abdomen gambaran mioma uteri akan
terlihat sebagai suatu massa jaringan lunak yang berasal dari daerah pelvis.
Gambaran massa jaringan lunak disertai dengan kalsifikasi di daerah pelvis
dapat ditemukan pada mioma uteri tipe calcified. Gambaran kalsifikasi pada
mioma uteri dapat berbentuk pop corn dan kalsifikasi pada tepi luar dari
dinding massa. Mioma uteri dapat juga memberikan gambaran massa
dengan densitas jaringan lunak yang berukuran besar yang menyebabkan
pendesakan dari usus- usus ke arah superior dan keluar dari daerah pelvis.
b. Medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan mioma uteri
secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi medikamentosa masih merupakan terapi
tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.Preparat yang selalu digunakan
untuk terapi medikamentosa adalah analog GnRHa (Gonadotropin Realising Hormon
Agonis), progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen-
agen lain seperti gossypol dan amantadine (Verala, 2003).
c. Operatif
Pengobatan operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan embolisasi arteri uterus.
1. Miomektomi, adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma mioma submukosa pada
mioma geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
2. Histerektomi, adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih.
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya
karsinoma servisis uteri.
3. Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE), adalah injeksi arteri
uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang nantinya akan menghambat
aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis. Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada
setelah pembedahan mioma dan pada UAE tidak dilakukan insisi serta waktu
penyembuhannya yang cepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adriaansz G. Tumor Jinak Organ Genitalia. Dalam: Prawirohardjo S, Ilmu Kandungan. Edisi ketiga.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2011; 251-93
2. Hadibroto BR, 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 38 No. 3 September
2005. Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
RSUD H. Adam Malik Medan. Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/1/mkn-sep2005-%20(9).pdf
3. Hadibroto BR. Mioma uteri. Majalah Kedokteran Nusantara. 2005 Sept; 38(3): 254-9.
4. Wiknjosastro H. Ilmu kandungan, ed 2. Jakarta: YBPSP; 2007.
5. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genitaldalam Buku Ilmu
Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta
6. Suwiyoga K. et all., 2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis-Terapi dan
Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS Sanglah, Denpasar.
7. Edward E., 2007. Uterine Miomas : Comprehensive Review. Available from
: http://www.gynalternatives.com. Accested : August 16, 2008
8. Joedosapoetro MS. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka, pp: 38-41.
9. Manuaba B.G. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi Edisi
Kedua. Jakarta: EGC, pp: 309-312.