LP Mioma Uteri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DIAGNOSA MEDIS MIOMA UTERI

DISUSUN OLEH:

NIKEN ROHDIYAH

131711133037

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2020
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian
Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus
dan jaringan ikat sehingga disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid.
(Mansjoer, 2001). Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas, tidak
berkapsul yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous, sehingga
mioma uteri dapat berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan,
dan dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya yang dominan. Mioma
uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan
reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif dapat
menyebabkan infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan
malpresentasi (Aspiani, 2017).

1.2 Etiologi
Menurut Aspiani (2017), ada beberapa faktor yang diduga kuat
merupakan faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu:
1. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang
ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
2. Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada
jaringan miometrium normal.
3. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri.
4. Makanan
Makanan dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red
meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun
sayuran hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
5. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus.
Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2
(dua) kali.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada
mioma, di samping faktor predisposisi genetik.
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen
eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopouse dan oleh
pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan
dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Enzim hidroxy
desidrogenase mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi
estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan
miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih
banyak dari pada miometrium normal.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada
tumor.
c. Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon
yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL
(human placental lactogen), terlihat pada periode ini dan memberi kesan
bahwa pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama kehamilan
mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.
1.3 Klasifikasi
Klasifikasi mioma uteri dapat berdasarkan lokasi dan uterus yang
terkena :
1. Lokasi
Cervical (2,6 %), umumnya tubuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
Isthmica (7,2 %), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius. Corpiral (91 %), merupakan lokasi paling sering, dan seringkali
tanpa gejala.
2. Lapisan uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi
menjadi tiga jenis yaitu :

Gambar.2.1 Mioma Uteri (Yatim, Faisal, 2005)


a. Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai
tonjolan saja, dapat pula sebagai satu masa yang dihubungkan
dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat
berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma
intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritonial sebagai suatu masa. Perlengketan dengan usus,
omentum atau mensenterium disekitarnya menyebabkan sistem
peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya
tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan
terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
b. Mioma Uteri Intramural
Berada di dinding uterus diantara miometrium dan biasanya
multiple. Mioma ini sering tidak memberikan gejala klinis yang
berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di
daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai
mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa.
Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan),
lunak (jaringan otot rahim dominan).
c. Mioma Uteri Submukosa
Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun
tidak. Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis,
dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini
memperluas permukaan ruang rahim. Dari sudut klinik mioma uteri
submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan
dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun
intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali
memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis
submukosa walaupun hanya kecil selalu memberi keluhan
perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit berhenti sehingga
sebagai terapinya dilakukan histerektomi. (Sarwono, 2005)

1.4 Manifestasi klinis


Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan
pada pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai
keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu
tumor dalam uterus.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :
1. Besarnya mioma uteri
2. Lokalisasi mioma uteri
3. Perubahan-perubahan pada mioma uteri
Gejala klinik terjadi pada sekitar 35%-50% dari pasien yang terkena.
Adanya gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri :
1. Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan
(30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa: menoragi, metroragi,
dan hipermenorrhea. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi
Fe. Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya
area permukaan dari endomertium yang menyebabkan gangguan
kontraksi otot rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh darah di
sekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
2. Penekanan rahim membesar :
a. Terasa berat di abdomen bagian bawah
b. Gejala traktus urinarius: urine frekuensi, retensi urine, obstruksi
ureter dan hidronefrosis.
c. Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal.
d. Terasa nyeri karena tertekannya saraf.
3. Nyeri dapat disebabkan oleh :
a. Penekanan saraf.
b. Torsi bertangkai
c. Submukosa mioma terlahir
d. Infeksi pada mioma
4. Infertilitasi, akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di
cornu.
5. Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan
edema ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia.
6. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.

1.5 Patofisiologi
Mioma uteri terjadi karena adanya sel-sel yang belum matang dan
pengaruh estrogen yang menyebabkan sub mukosa yang ditandai dengan
pecahnya pembuluh darah, sehingga terjadi kontraksi otot uterus yang
menyebabkan perdarahan pervaginan lama dan banyak. Dengan adanya
perdarahan pervaginan lama dan banyak akan terjadi resiko kekurangan
volume cairan dan gangguan peredaran darah ditandai dengan adanya
nekrosa dan perlengketan sehingga timbul rasa nyeri. (Price, Sylivia A,
2005)
Pada post operasi akan terjadi terputusnya integritas jaringan kulit
dan robekan pada jaringan saraf perifer sehingga terjadi nyeri akut.
Terputusnya integritas jaringan kulit mempengaruhi proses epitalisasi dan
pembatasan aktivitas, maka terjadi perubahan pola aktivitas. Kerusakan
jaringan mengakibatkan terpaparnya agen infeksius yang mempengaruhi
resiko tinggi infeksi. Pada pasien post operasi akan terpengaruh obat
anestesi yang mengakibatkan depresi pusat pernapasan dan penurunan
kesadaran sehingga pola nafas tidak efektif. (Sarwono, 2005)
1.6 Web of Caution (WOC) Mioma Uteri
Faktor risiko; perempuan usia
produktif

Reseptor esterogen ↑

Hiperplasia sel imatur (otot polos


dan jaringan ikat)

Mioma Uteri

Intramural Submukosa Subserosa

Tumbuh di dinding uterus Berada di bawah Tumbuh keluar dinding uterus


endometrium & menonjol ke
dalam rongga uterus

Tanda dan Gejala


Perdarahan Pembesaran Uterus Tindakan Operasi
Pervaginam

Gg. Sirkulasi Penekanan Pra Operasi Post Operasi


Pe↓ suplai darah Gg. Hematologi Informasi tidak
adekuat Syaraf
Nekrosis Informasi tidak Pengaruh obat
Perfusi perifer Pe↓ imun tubuh
Nyeri akut adekuat anastesi
tidak efektif Kurangnya
pengetahuan Radang
Risiko Infeksi Kurangnya Gg. peristaltik
Ansietas support sistem

Mual,muntah
Kurangnya
Penekanan organ sekitar
pengetahuan
Anoreksia

Kandung Kemih Uretra Ureter Rectum Ansietas


Defisit nutrisi

Poliuri Retensi Urin Hidronefrosis Konstipasi

Gangguan
Eliminasi Urin
1.7 Komplikasi
1. Perdarahan sampai terjadi anemia.
2. Torsi tangkai mioma dari :
a. Mioma uteri subserosa.
b. Mioma uteri submukosa.
3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
4. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
Pengaruh mioma terhadap kehamilan
a. Infertilitas.
b. Abortus.
c. Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
d. Inersia uteri.
e. Gangguan jalan persalinan.
f. Perdarahan post partum.
g. Retensi plasenta.
Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
a. Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
b. Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.

1.8 Pemeriksaan penunjang


1. USG untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometrium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga
dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua
pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik
USG.
2. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga
pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
3. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
4. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
5. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi
hati, ureum, kreatinin darah.
6. Tes kehamilan.
1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu
penanganan secara konservatif dan penanganan secara operatif.
1. Penanganan konservatif sebagai berikut :
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6
bulan.
b. Bila anemia , Hb < 8 g% tranfusi PRC.
c. Pemberian zat besi.
d. Pengunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada 1-3
menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan
pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan
sekresi gonadotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik yang
serupa yang ditemukan pada periode postmenopause. Efek
maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12
minggu. Tetapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum
pembedahan, karena memberikan beberapa keuntungan:
mengurangi kebutuhan akan tranfusi darah. Namun obat ini
menimbulkan kehilangan masa tulang meningkat dan osteoporosis
pada wanita tersebut. (Mansyoer, 2001)
2. Penanganan operatif, bila :
a. Ukuran tumor lebih basar dari ukuran uterus 12 - 14
minggu
b. Pertumbuhan tumor cepat
c. Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
d. Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan
berikutnya.
e. Hipermenorea pada mioma submukosa.
f. Penekanan pada organ sekitarnya.
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa:
a. Enukleasi Mioma

Dilakukan pada penderita interfil atau yang masih menginginkan


anak atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas.

b. Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada
penderita yang memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang
sudah bergejala

c. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Apabila wanita sudah dilakukan miomektomi
kemungkinan dapat hamil sekitar 30-50 %. Dan perlu disadari oleh
penderita bahwa setelah dilakukan miomektomi harus dilanjutkan
histerektomi.
3. Penanganan radioterapi
Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
a. Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
b. Bukan jenis submukosa.
c. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
d. Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat
menyebabkan menopause.
Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.
(Achadiat, 2004)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

2.1 Pengkajian Keperawatan


1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan,
alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin,
hubungan dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri,
misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama.
Kadang-kadang disertai gangguan haid
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh penderita mioma saat dilakukan
pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi
jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang perlu
dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri, waktu
dan durasi serta kualitas nyeri.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis
pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan
penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi,
tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu,
penggunaan alat kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi
sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga
mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi,
jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan
riwayat penyakit mental.
e. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang
perlu diketahui adalah
1) Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan
mengalami atrofi pada masa menopause.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana
mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan
dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam
jumlah yang besar.
f. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya,
faktor- faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat
pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan
mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan
oleh pasien mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri: body image, ideal diri, harga
diri, peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian
dan hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran
atau jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri,
mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma
uteri dengan orang lain.
g. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang
harus dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu
makan yang terjadi.
h. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB
terakhir. Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah
frekuensi, warna, dan bau.
i. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan
frekuensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi,
berpakaian, eliminasi, makan minum, mobilisasi
j. Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang
dan malam hari, masalah yang ada waktu tidur.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
c. Pemeriksaan Fisik Head to toe
1) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan
rambut.
2) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
3) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak
4) Telinga : lihat kebersihan telinga.
5) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan
rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
6) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
7) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler
dan sirkulasi, ketiak dan abdomen.
8) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
9) Ekstremitas/muskoluskletal terjadi pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
10) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi,
perdarahan diluar siklus menstruasi.
2.2 Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan akibat mioma uteri
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan stres dan kurang nafsu makan
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai
darah
4. Resiko infeksi dibuktikan dengan penurunan imun tubuh sekunder
akibat gangguan hematologis (perdarahan)
5. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan oleh
massa jaringan neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan sensorik
motorik.
6. Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum (prolaps
rectum)
7. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran,
ancaman pada status kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber
informasi terkait penyakit)

2.3 Intervensi

Diagnosa Intervensi
No. SLKI SIKI
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan tindakan Observasi
dengan trauma keperawatan selama 1) Identifikasi skala nyeri
jaringan akibat ... x 24 jam, 2) Identifikasi respon nyeri non
mioma uteri diharapkan tingkat verbal
nyeri menurun 3) Identifikasi faktor yang
dengan kriteria hasil: memperberat dan
1. Keluhan nyeri memperingan nyeri
menurun (5) 4) Monitor efek samping
2. Gelisah penggunaan analgesik
menurun (5) Terapeutik
3. Pola tidur 5) Berikan teknik non
membaik (5) farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
6) Kontrol lingkungan yang
dapat memperberat rasa nyeri
7) Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
8) Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
9) Ajarkan penggunaan
analgesik secara tepat
Kolaborasi
10) Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
2. Gangguan Setelah dilakukan Manajemen cairan:
eliminasi urin tindakan Observasi
berhubungan keperawatan ... x 24 1) Monitor status hidrasi
dengan jam diharapkan 2) Monitor hasil pemeriksaan
penekanan oleh eliminasi urin laboratorium
massa jaringan membaik dengan Terapeutik
neoplasma kriteria hasil: 3) Catat intake output balance
pada organ 1) Sensasi berkemih cairan selama 24 jam
sekitarnya, meningkat (5) 4) Berikan asupan cairan sesuai
gangguan 2) Frekuensi BAK kebutuhan
sensorik membaik (5) Kolaborasi
motorik. 3) Karakteristik urin 5) Kolaborasi pemberian diuretik
membaik (5) jika perlu

Kateterisasi Urin
Observasi
1) Periksa kondisi pasien
Terapeutik
2) Siapkan peralatan, bahan-
bahan dan ruang tindakan
3) Siapkan pasien: bebaskan
pakaian bawah dan
posisikan dorsal rekumben
4) Pasang sarung tangan
5) Bersihkan daerah perineal
atau proposium dengan
cairan NaCl atau aquadest
6) Lakukan insersi kateter
urin dengan menerapkan
prinsip aseptik
7) Sambungkan kateter urin
dengan urin bag
8) Isi balon dengan NaCl
sesuai anjuran pabrik
9) Fiksasi selang kateter di
atas simpisis atau paha
10) Berikan label waktu
pemasangan
Edukasi
11) Jelaskan tujuan dan
prosedur pemasangan
kateter urin
12) Anjurkan menarik nafas
saat insersi selang kateter

3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi


berhubungan asuhan keperawatan Observasi:
dengan stres, selama ... x 24 jam 1. Identifikasi alergi dan
kurang nafsu diharapkan status intoleransi makanan
makan nutrisi membaik, 2. Identifikasi makanan yang
dengan kriteria hasil: disukai
- mual muntah 3. Monitor berat badan
menurun (5) Terapeutik:
- Porsi makanan 4. Lakukan oral hygiene
yang sebelum makan
dihabiskan 5. Sajikan makanan secara
meningkat (5) menarik dan suhu yang
- Berat badan sesuai
membaik (5) 6. Berikan makanan tinggi
- Indeks massa kalori dan tinggi protein
tubuh membaik 7. Berikan suplemen
(5) makanan
Edukasi:
8. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
9. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan
10. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan

DAFTAR PUSTAKA
Apriyani, Yosi. 2003. Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Mioma Uteri di RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal Kebidanan. Vol. 2
No. 5

Aspiani, Y, R. (2007). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM

Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta:


EGC

NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 edisi


(Budi Anna Keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGC

Nugroho, T. (2012). Obstetri dan Ginekologi. Yokyakarta: Nuha Medika

Robbins. (2007). Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC

Wise, L, et al. (2009). A Prospective Study of Dairy Intake and Risk of Uterine
Leimoyomata. American Journal of Epidemiologi. Vol.171. No. 2. Page 221
.

Anda mungkin juga menyukai