7199 1537754797358 AnalisisKompleksBab1
7199 1537754797358 AnalisisKompleksBab1
7199 1537754797358 AnalisisKompleksBab1
Bilangan Kompleks
A. Kompetensi Dasar
Memahami bilangan kompleks, sifat-sifat dan operasinya, serta dapat menerapkannya untuk
menyelesaikan masalah baik dalam matematika maupun dalam ilmu lain.
2. mengidentifikasi bagian riil dan bagian imajiner dari suatu bilangan kompleks;
8. menentukan deskripsi geometri dari himpunan bilangan kompleks yang memenuhi per-
samaan tertentu;
C. Uraian Materi
1
Analisis Kompleks 2
hasilnya adalah bilangan rasional. Juga terdapat aturan-aturan sederhana yang menyangkut
urutan proses perhitungan, yakni sifat komutatif, asosiatif, dan distributif.
Untuk menyelesaikan persamaan berbentuk ax+b = 0, a ̸= 0, kiranya cukup jika kita hanya
menggunakan bilangan rasional. Akan tetapi, bila kita mencoba untuk menyelesaikan persamaan
kuadrat dengan himpunan semesta bilangan rasional, maka ternyata ada persamaan yang tidak
dapat diselesaikan. Untuk mengatasi persoalan ini, ditambahkanlah bilangan irasional ke dalam
himpunan bilangan rasional. Gabungan kedua himpunan ini menghasilkan himpunan bilangan
riil.
Sekarang pandang dua persamaan berikut: (i). x2 + x − 1 = 0 dan (ii). x2 + x + 1 = 0.
Dengan rumus kuadratik, persamaan pertama mempunyai akar-akar
√
−1 ± 5
x=
2
dan persamaan kedua mempunyai akar-akar
√
−1 ± −3
x= .
2
Dalam semesta bilangan riil, jelas bahwa persamaan kedua tidak mempunyai akar sebab
tidak ada bilangan riil yang kuadratnya negatif. Untuk mengatasi kendala ini, sistem bilangan
√
diperluas dengan memasukkan bilangan −1, yakni bilangan yang kuadratnya sama dengan
−1. Bilangan ini disimbulkan dengan i dan memenuhi sifat i2 = −1. Dengan diperkenalkannya
bilangan i ini, kita dapat menuliskan
√ √ √ √ √
−3 = (−1)(3) = −1 3 = i 3.
Definisi 1.2.1. Bilangan kompleks adalah bilangan dalam bentuk a + bi dengan a, b ∈ R. Dua
bilangan kompleks a + bi dan c + di dikatakan sama (a + bi = c + di) jika dan hanya jika a = c
dan b = d.
Bilangan kompleks sering dinotasikan dengan huruf z sehingga kita mempunyai z = a + bi.
Dalam bentuk z = a + bi, a disebut bagian riil dari z, ditulis Re (z) dan b disebut bagian
imajiner dari z, ditulis Im (z). Jika a = 0, maka bilangan kompleks itu disebut bilangan
imajiner murni. Jika b = 0, maka bilangan kompleks z = a + bi menjadi bilangan riil a.
Himpunan semua bilangan kompleks dinyatakan dengan huruf C. Perhatikan bahwa elemen-
elemen dari C tidak mempunyai sifat urutan; ini berarti bahwa tidak bermakna bila kita misalnya
membandingkan apakah 2 + 2i lebih dari atau kurang dari 3 + i.
Penjumlahan dan pengurangan bilangan kompleks dilakukan dengan menjumlahkan dan
mengurangkan bagian riil dan bagian imajiner. Jika z1 = a + bi dan z2 = c + di, maka operasi
penjumlahan dan pengurangan bilangan kompleks didefinisikan sebagai berikut
z1 + z2 = (a + c) + (b + d)i
z1 − z2 = (a − c) + (b − d)i
Misalnya
Perkalian dua bilangan kompleks dilakukan seperti mengalikan dua bentuk linier dengan
catatan setiap i2 digantikan oleh −1. Jika z1 = a + bi dan z2 = c + di, maka perkalian dua
bilangan kompleks didefinisikan sebagai
Misalkan z1 = 6 + 2i dan z2 = 2 − 5i. Hasil kali kedua bilangan kompleks ini adalah
Untuk pembagian bilangan kompleks, perlu diperkenalkan bilangan kompleks sekawan (com-
plex conjugate) yang didefinisikan sebagai berikut.
Definisi 1.2.2. Bilangan kompleks sekawan dari bilangan z = a + bi, ditulis z̄, diberikan oleh
z̄ = a − bi.
Dari definisi ini jelas bahwa z = z̄ jika dan hanya jika z bilangan riil. Berikut ini didaftarkan
sifat-sifat bilangan kompleks sekawan.
1. z1 ± z2 = z1 ± z2 .
( )
2. zz12 = zz12 .
3. z̄¯ = z.
Dengan kompleks sekawan ini, pembagian dua bilangan kompleks dapat dilakukan dengan
mudah sebagai berikut:
a + bi (a + bi)(c − di) ac + bd bc − ad
= = 2 + 2 i, c2 + d2 ̸= 0.
c + di (c + di)(c − di) c + d2 c + d2
Contoh 1.2.2. Nyatakan
(6 + 2i) − (1 + 3i)
(−1 + i) − 2
dalam bentuk a + bi .
Solusi.
(6 + 2i) − (1 + 3i) 5−i 5 − i −3 − i
= = ·
(−1 + i) − 2 −3 + i −3 + i −3 − i
−15 − 1 − 5i + 3i
=
9+1
8 1
=− − i
5 5
♣♣♣
Sifat komutatif dan asosiatif penjumlahan dan perkalian berlaku untuk bilangan kompleks.
Juga sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan dan pengurangan berlaku untuk bilangan
kompleks. Operasi aritmatika pada bilangan kompleks dilakukan persis sama dengan yang
dilakukan pada bilangan riil asalkan selalu diingat bahwa i2 = −1. Misalnya 2i + 3i = 5i,
(2i)3 = 23 i3 = 8i2 i = −8i, −5i + 4i = −i.
Misalkan z = x + iy. Bagian riil dan bagian imajiner dari z dapat dinyatakan dalam
suku-suku z dan z̄ sebagai berikut:
z + z̄ z − z̄
x= , y= .
2 2i
Dengan Teorema Phytagoras kita dapat menentukan jarak dari titik z = a + bi ke titik asal,
√
yaitu a2 + b2 . Berdasarkan ini kita formulasikan definisi berikut.
Definisi 1.3.1. Modulus dari bilangan z = a + bi, ditulis |z|, diberikan oleh
√
|z| = a2 + b2 .
Dari definisi ini jelas bahwa |z| selalu merupakan bilangan riil nonnegatif, |z| ≥ 0, dan
satu-satunya bilangan kompleks yang modulusnya nol adalah bilangan nol.
Misalkan z1 = a1 + ib1 dan z2 = a2 + ib2 . Maka
√
|z1 − z2 | = |(a1 − a2 ) + (b1 − b2 )i| = (a1 − a2 )2 + (b1 − b2 )2
menyatakan jarak antara dua titik dengan koordinat (a1 , b1 ) dan (a2 , b2 ) (lihat Gambar 1.2.2).
Jadi jarak antara titik z1 dan z2 diberikan oleh |z1 − z2 |. Fakta ini sangat berguna un-
tuk mendeskripsikan beberapa kurva di bidang. Misalnya, himpunan semua bilangan z yang
memenuhi persamaan |z − z0 | = r dengan z0 bilangan kompleks tetap dan r bilangan riil positif
tetap menyatakan himpunan semua titik z yang jaraknya dari z0 adalah r. Jadi, persamaan ini
menyatakan persamaan lingkaran.
(a). |z + 2| = |z − 1|
(b). |z − 1| = Re z + 1.
Solusi.
(a). Titik z memenuhi persamaan ini jika dan hanya jika jaraknya sama dari titik −2 dan 1.
Jadi, persamaan ini adalah persamaan garis bagi dua dari ruas garis yang menghubungkan
−2 dan 1. Dengan demikian persamaan ini mendeskripsikan garis x = − 12 .
|z + 2| = |z − 1|
|x + iy + 2| = |x + iy − 1|
(x + 2)2 + y 2 = (x − 1)2 + y 2
4x + 4 = −2x + 1
x = − 21
(b). Interpretasi geometri dari persamaan ini tidak begitu jelas; jadi kita gunakan cara rutin
√
untuk menurunkan (x − 1)2 + y 2 = x + 1 atau y 2 = 4x yang menyatakan parabola.
♣♣♣
5. |z̄| = |z|.
6. z z̄ = |z|2 .
Untuk setiap titik z di bidang kompleks kita dapat mengaitkan suatu vektor, yaitu ruas
garis berarah dari titik asal ke z. Setiap vektor yang sejajar dengan sumbu riil berkorespon-
densi dengan bilangan riil sedangkan yang sejajar dengan sumbu imajiner menyatakan bilangan
imajiner murni. Juga, panjang vektor yang dikaitkan dengan z adalah |z|.
Misalkan v1 dan v2 menyatakan vektor-vektor yang masing-masing ditentukan oleh titik-
titik z1 dan z2 . Vektor jumlah v = v1 +v2 diberikan oleh hukum jajaran genjang seperti Gambar
1.3.2. Jika z1 = x1 + iy1 dan z2 = x2 + iy2 , maka titik terminal dari vektor v pada Gambar
1.3.2 mempunyai koordinat (x1 + x2 , y1 + y2 ) yang berkorepondensi dengan titik z1 + z2 .
Dari geometri kita tahu bahwa panjang suatu sisi dari suatu segitiga kurang dari atau sama
dengan jumlah panjang dari kedua sisi yang lain. Jika kita gunakan fakta ini untuk segitiga pada
Gambar 1.3.2 dengan titik-titik sudut 0, z1 , dan z1 + z2 , maka kita peroleh hukum yang penting
yang disebut ketaksamaan segitiga.
Teorema 1.3.2. Ketaksamaan Segitiga. Untuk dua bilangan kompleks sembarang z1 dan z2
berlaku
|z1 + z2 | ≤ |z1 | + |z2 |.
Ketaksamaan segitiga dengan mudah dapat diperluas untuk lebih dari 2 bilangan kompleks.
Vektor z2 −z1 bila ditambahkan ke vektor z1 tentu saja menghasilkan vektor z2 . Jadi z2 −z1
dapat disajikan sebagai ruas garis berarah dari z1 ke z2 (lihat Gambar 1.3.3).
Gambar 1.3.3
Jika fakta geometri di atas dikenakan untuk segitiga pada Gambar 1.3.3, maka didapat bentuk
lain dari ketaksamaan segitiga, yaitu
atau
|z2 | − |z1 | ≤ |z2 − z1 |. (1.3.1)
Ketaksaman (1.3.1) menyatakan bahwa selisih panjang dua sisi dari suatu segitiga tidak akan
melebihi panjang sisi yang ketiga.
−−→
Misalkan z = x + iy disajikan sebagai titik P (x, y) pada bidang. Pandang vektor OP .
−−→
Misalkan θ sudut antara OP dan sumbu X positif (diukur secara positif) serta r adalah modulus
z, yakni r = |z|. Lihat Gambar 1.3.4.
Dari Gambar 1.3.4 kita dapat menurunkan persamaan yang menyatakan koordinat Cartesius
(x, y) dalam koordinat polar (r, θ), yaitu
x = r cos θ, y = r sin θ.
dengan
√ (y)
r= x2 + y 2 = |z|, θ = tan−1 x .
Sudut θ disebut argumen dari bilangan kompleks z dan ditulis arg(z). Nilai θ tidak tunggal.
Jika θ adalah argumen dari suatu bilangan kompleks z, maka setiap bilangan yang berselisih
kelipatan bulat 2π dengan θ juga merupakan argumen dari bilangan tersebut. Jadi,
π
arg(i) = + 2kπ, k = 0, ±1, ±2, . . . .
2
Perhatikan bahwa sembarang interval setengah buka dengan panjang 2π memuat satu dan
hanya satu nilai dari argumen. Dalam hal ini dikatakan kita telah memilih cabang dari arg (z).
Tentu saja kita dapat memilih sembarang cabang asalkan panjangnya 2π. Misalnya cabang yang
mempunyai nilai arg (z) dalam interval (0, 2π] atau (2π, 4π]. Cabang yang mempunyai nilai
arg z dalam interval (−π, π] disebut cabang utama dan ditulis Arg (z). Nilai yang bersesuaian
dengan cabang utama ini disebut nilai utama. Secara lengkap, nilai utama arg (z), z = x + iy
diberikan oleh
tan−1 (y/x),
x > 0, y > 0
π + tan−1 (y/x), x < 0, y > 0
tan−1 (y/x), x > 0, y < 0
−π + tan−1 (y/x), x < 0, y < 0
arg (z) =
π/2, x = 0, y > 0
−π/2,
x = 0, y < 0
0, x > 0, y = 0
π, x < 0, y = 0
Notasi argτ (z) digunakan untuk cabang arg (z) yang nilai-nilainya dalam interval (τ, τ + 2π].
Jadi, arg−π (z) adalah cabang utama Arg z.
√ √
Contoh 1.3.2. Tentukan arg(1 + i 3) dan tuliskan 1 + i 3 dalam bentuk polar.
√ √
Solusi. Kita peroleh bahwa r = |1+i 3| = 2 dan persamaan cos θ = 12 , sin θ = 23 dipenuhi oleh
√ √
θ = π/3. Jadi, arg(1 + i 3) = π/3 + 2kπ, k = 0, ±1, ±2, . . . . Khususnya, Arg(1 + i 3) = π/3.
√
Bentuk polar dari 1 + i 3 adalah 2(cos π/3 + i sin π/3) = 2 cis π/3. ♣♣♣
Dengan menggunakan koordinat polar, maka bilangan kompleks z = x + iy dapat ditulis
dalam bentuk polar:
z = x + iy = r(cos θ + i sin θ) = r cis θ,
Secara geometri, vektor z1 z2 mempunyai panjang yang sama dengan hasil kali panjang vektor-
vektor z1 dan z2 serta mempunyai sudut yang sama dengan jumlah sudut vektor-vektor z1 dan
z2 . Lihat Gambar 1.3.5.
Gambar 1.3.5
z1
Demikian pula, vektor z2 mempunyai panjang yang sama dengan hasil bagi panjang vektor-
vektor z1 dan z2 serta mempunyai sudut yang sama dengan selisih sudut vektor-vektor z1 dan
z2 .
Secara geometri, vektor z̄ merupakan pencerminan vektor z terhadap sumbu riil. Jadi,
argumen dari sekawan dari suatu bilangan kompleks adalah negatif dari argumen bilangan kom-
pleks tersebut, yakni
arg z̄ = −arg z.
Jadi, z̄ dan z −1 mempunyai argumen yang sama dan menyatakan vektor-vektor yang paralel.
dan
dg
(0) = ig(0) = i = −A sin 0 + B cos 0.
dy
Dari kedua persamaan ini diperoleh A = 1 dan B = i. Dengan demikian dari (1.4.6) dan (1.4.8)
diperoleh persamaan
eiy = cos y + i sin y. (1.4.9)
Persamaan ini dikenal sebagai persamaan Euler. Dengan menggunakan (1.4.3) dan(1.4.9)
dirumuskan definisi berikut.
Dengan mudah dapat ditunjukkan bahwa ez , seperti Definisi 1.5.1, memenuhi sifat-sifat
aljabar dari fungsi eksponensial, misalnya sifat perkalian (1.4.2) dan aturan pembagian
ez1
= ez1 −z2 .
ez2
Dengan menggunakan persamaan Euler, bentuk polar dari bilangan kompleks dapat dituliskan
sebagai
z = r cis θ = r(cos θ + i sin θ) = reiθ .
eπi = −1.
√
Contoh 1.4.1. Hitung (a) (1 + i)/( 3 − i) dan (b) (1 + i)24 .
Solusi.
√ √
(a). Kita hitung (1 + i) = 2eiπ/4 dan 3 − i = 2e−iπ/6 . Jadi,
√ iπ/4 √
1+i 2e 2 i5π/12
√ = −iπ/6 = e .
3−i 2e 2
√ √
(b). (1 + i)24 = ( 2eiπ/4 )24 = ( 2)24 ei24π/4 = 212 e16π = 212 . ♣♣♣
Sekarang kenakan persamaan Euler terhadap ruas paling kiri dan paling kanan dari persamaan
ini untuk menurunkan (1.4.10). ♣♣♣
Rumus De Moivre dapat merupakan alat yang berguna untuk menurunkan rumus-rumus
sudut banyak dalam trigonometri.
♣♣♣
z 2 = zz = r2 ei(2θ) .
z 3 = r3 ei(3θ) .
Secara umum kita mempunyai rumus untuk pangkat n dari z sebagai berikut:
η m = z. (1.5.2)
Misalkan z = reiθ dan η = ρeiψ dengan ρ dan ψ akan ditentukan. Menggunakan (1.5.2) kita
memperoleh
(ρeiψ )m = reiθ
√
ρm = r ⇔ ρ = m
r dan mψ = θ + 2kπ ⇔ ψ = θ/m + 2kπ/m, k = 0, 1, 2, . . . , m − 1.
Jadi,
√
η= m
r ei(θ/m+2kπ/m) , k = 0, 1, 2, . . . , m − 1 (1.5.3)
Argumen dari akar-akar ini berbeda sebesar 2π/m radian dan akar-akar ini membentuk titik-
titik sudut dari segibanyak beraturan. Misalnya akar-akar dari 11/3 membentuk segitiga samasisi
(lihat Gambar 1.6.1).
Gambar 1.6.1
ωm = ei(2π/m) = cos 2π
m + i sin 2π
m
2 m−1
1, ωm , ωm , . . . , ωm .
Solusi 1. Kita gunakan rumus (1.5.5). Dituliskan dalam bentuk polar, didapat
√ √
2 + i 2 = 2eiπ/4 ,
Jadi,
√
3
√
3
√
3
2 (cos π/12 + i sin π/12), 2 (cos 3π/4 + i sin 3π/4), 2 (cos 17π/12 + i sin 17π/12)
√ √
adalah akar-akar pangkat tiga dari 2 + i 2.
Solusi 2. Dalam soal ini kita harus menemukan bilangan kompleks z sehingga
√
3 √ √
z= 2 + i 2.
r3 ei3θ = 2eiπ/4 .
Definisi 1.6.1. Lingkungan (neighbourhood) dari suatu bilangan kompleks z0 adalah himpunan
semua titik z yang terletak di dalam tetapi tidak pada bola yang berpusat di z0 dengan jari-jari
r, dinotasikan N (z0 , r). Jadi,
Definisi 1.6.2. Misalkan S himpunan bagian dari bidang kompleks. Titik z0 disebut titik inte-
rior dari S jika lingkungan N (z0 , r) termuat dalam S.
Definisi 1.6.3. Titik z0 disebut titik eksterior dari S jika lingkungan N (z0 , r) saling asing
dengan S.
Definisi 1.6.4. Titik z0 disebut titik perbatasan dari S jika z0 bukan titik interior dan bukan
titik eksterior.
Definisi 1.6.5. Himpunan S dikatakan tertutup jika S memuat semua titik perbatasannya.
Himpunan S dikatakan terbuka jika S tidak memuat titik perbatasannya. Jika S hanya memuat
beberapa titik perbatasannya, maka S tidak tertutup dan tidak terbuka.
Berdasarkan konvensi, himpunan kosong ∅ dan bidang kompleks C dikatakan tidak mem-
punyai perbatasan dan karena itu kedua himpunan ini terbuka dan tertutup. Perhatikan beber-
apa contoh berikut.
1. Misal S = {z : |z| < 1}. Jika |z0 | < 1, maka z0 di dalam interior S; Jika |z0 | > 1,
maka z0 di dalam eksterior S; Jika |z0 | = 1, maka z0 pada perbatasan S. Karena S tidak
perbatasannya, S terbuka.
2. Himpunan S = {z : |z| ≤ 1} mempunyai interior, eksterior, dan perbatasan yang sama
tetapi S memuat semua titik perbatasannya. Jadi, S tertutup.
3. Himpunan S = C − {x ∈ R : x ≤ 0} mempunyai {x ∈ R : x ≤ 0} sebagai perbatasan, jadi
S terbuka. Perhatikan bahwa himpunan ini tidak mempunyai eksterior.
4. Himpunan S = {0} ∪ {z ∈ C : Arg(z) = π/4} tidak mempunyai interior dan eksteriornya
adalah C − S. Jadi, S sendiri adalah perbatasannya sehingga S tertutup.
Himpunan terbuka dapat dibagi atas dua jenis, yaitu himpunan terhubung dan himpunan
tak terhubung.
Definisi 1.6.6. Misalkan S himpunan terbuka; S dikatakan terhubung jika setiap dua titik z1 ,
z2 dalam S dapat dihubungkan oleh lintasan poligon yang seluruhnya terletak dalam S.
Lintasan poligon tersusun atas ruas-ruas garis yang banyaknya berhingga sedemikian se-
hingga setiap ruas garis mulai dari tempat dimana ruas garis sebelumnya berakhir.
Definisi 1.6.7. Jika suatu himpunan terbuka tidak terhubung, dikatakan himpunan tersebut tak
terhubung.
Misalnya himpunan terbuka {z : |z| > 1} adalah terhubung meskipun terdapat ”lubang”
di dalamnya; setiap dua titik dalam himpunan ini dapat dihubungkan oleh lintasan poligonal
yang seluruhnya terletak dalam himpunan tersebut. Tetapi, himpunan terbuka {z : Re(z) ̸= 0}
adalah tidak terhubung.
Himpunan terbuka sangat baik untuk integrasi sebab kita bisa bergerak dari sembarang
titik ke sembarang titik yang lain dalam himpunan.
Domain merupakan kelas himpunan terbaik untuk melakukan analisis sebab kita dapat
melakukan diferensial dan integral.
Definisi 1.6.9. Daerah (region) adalah suatu domain dengan beberapa atau seluruh titik per-
batasannya, atau suatu domain tanpa titik perbatasannya.
Definisi 1.6.10. Suatu himpunan disebut terbatas jika himpunan tersebut dapat termuat dalam
suatu bola {z : |z| < R} untuk suatu 0 < R < ∞. Jika suatu himpunan tidak dapat termuat
dalam bola semacam ini, maka himpunan tersebut dikatakan tak terbatas.
D. Rangkuman
1. Bilangan kompleks adalah bilangan dalam bentuk a+bi, a, b ∈ R, i disebut satuan imajiner
yang memenuhi i2 = −1.. Jika z = a + bi, maka a disebut bagian riil dari z, Re (z); b
disebut bagian imajiner dari z, Im (z). Bilangan kompleks sekawan dari z = a + bi adalah
√
z̄ = a − bi dan modulus dari z diberikan oleh |z| = a2 + b2 .
2. Misalkan a+bi dan c+di adalah dua bilangan kompleks. Operasi aritmatika pada bilangan
kompleks didefinisikan sebagai berikut.
Pembagian :
a + bi ac + bd bc − ad
= 2 + 2 , c2 + d2 ̸= 0.
c + di c + d2 c + d2
Sifat komutatif dan asosiatif penjumlahan dan perkalian berlaku untuk bilangan kompleks.
Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan dan pengurangan berlaku untuk bilangan
kompleks. Pada bilangan kompleks tidak berlaku sifat urutan.
3. Terdapat empat cara untuk menyajikan bilangan kompleks, yaitu disajikan sebagai vektor,
sebagai titik, dalam bentuk polar, dan dalam bentuk Cartesius. Bilangan kompleks z =
x + yi dikatakan dalam bentuk Cartesius. Dalam bentuk polar, z menjadi z = reiθ dengan
r = |z| dan θ = arctan (y/x). Bentuk polar ini dapat pula ditulis sebagai z = r cis θ.
Sudut θ disebut argumen dari z, ditulis arg (z). Nilai θ ini tidak tunggal. Untuk memper-
oleh nilai yang tunggal, harus dipilih suatu cabang dari arg (z). Cabang ini berupa suatu
interval yang panjangnya 2π dan di dalam interval inilah terletak nilai θ. Cabang yang
memuat nilai arg (z) dalam interval (−π, π] disebut cabang utama.
4. Persamaan eiy = cos y + i sin y disebut persamaan Euler. Jika z = x + yi dengan bentuk
polar z = reiθ , maka
(a). titik z0 disebut titik interior dari S jika lingkungan N (z0 , r) termuat dalam S;
(b). titik z0 disebut titik eksterior dari S jika lingkungan N (z0 , r) saling asing dengan S;
(c). titik z0 disebut titik perbatasan dari S jika z0 bukan titik interior dan bukan titik
eksterior;
(d). himpunan S dikatakan tertutup jika S memuat semua titik perbatasannya;
(e). himpunan S dikatakan terbuka jika S tidak memuat titik perbatasannya;
(f). bila S hanya memuat beberapa titik perbatasannya, maka S tidak tertutup dan tidak
terbuka.
7. Misalkan S himpunan terbuka; S dikatakan terhubung jika setiap dua titik z1 , z2 dalam S
dapat dihubungkan oleh lintasan poligon yang seluruhnya terletak dalam S. Jika S tidak
terhubung, maka S dikatakan himpunan tak terhubung.
8. Himpunan yang terbuka dan terhubung disebut domain sedangkan daerah (region) adalah
suatu domain dengan beberapa atau seluruh titik perbatasannya, atau suatu domain tanpa
titik perbatasannya.
9. Suatu himpunan disebut terbatas jika himpunan tersebut dapat termuat dalam suatu bola
{z : |z| < R} untuk suatu 0 < R < ∞. Jika suatu himpunan tidak dapat termuat dalam
bola semacam ini, maka himpunan tersebut dikatakan tak terbatas.
E. Daftar Pustaka
Brown, J. W. dan Churchill, R. V. 1996. Complex Variables and Applications, Sixth Edition.
New York: McGraw-Hill, Inc.
Hahn, L. 1994. Complex Numbers and Geometry. New York: The Mathematical Association of
America.
Spiegel, M. R. 1990. Complex Variables. New York: McGraw-Hill.
Krantz, S. G. 2008. Complex Variables: A physical approach with applications and MATLABr .
Boca Raton: Chapman & Hall/CRC.
F. Latihan
1
(a). i5
(b). 2+3i
− 8+i
[1+2i 6−i]2
2+i
(c). 6i−(1−2i)
(d). Im( 1+2i
3−4i )
√ √
(e). (1 + i 3)(i + 3)
5. Misalkan z1 = (x1 , y1 ) dan z2 = (x2 , y2 ) adalah dua bilangan kompleks sembarang. Buk-
tikan atau berikan contoh penyangkal untuk pernyataan berikut.
(a). 6 − 6i (d). 6√
i+ 3
3+5i
(a).
(7i+2 √ )3
−1+i 3
(b). 2
(c). i , n∈Z
n
(d). 1/z, z = x + iy
(e). z 4 , z = x + iy
4−3i
(a).
(2−i )3
(b). √3−i
2+3i
(c). (1 + i)50
(a). (−16)1/4
(b). (1 + i)−1/2
(c). i1/4
(d). (16i)1/4
10. Tentukan semua akar dari bilangan kompleks berikut dan gambarkan pada bidang kom-
pleks akar-akar tersebut.
√
(a). 3
−2 + 2i
√
6
(b). 8
√
(c). 4
−64
(a). i3i
( √ )3πi
(b). 2e (−1 + i 3)
(a). (2 − i)z + 8z 2 = 0
1−z = 1 −
z
(b). 5i
(c). z 6 = −9
√ √
(d). z 3/2 = 4 2 + 4i 2
(e). z 4 − 4z 3 + 6z 2 − 4z + 5 = 0
13. Buat sketsa yang menyatakan deskripsi geometris dari himpunan titik-titik yang diberikan
berikut ini.
14. Tentukan apakah himpunan pada soal 13 terbuka/tertutup atau tidak keduanya, ter-
batas/tak terbatas, atau terhubung/tak terhubung.
17. Buktikan bahwa diagonal suatu jajaran genjang saling membagi dua sama panjang.
18. Misalkan A(1, −2), B(−3, 4), dan C(2, 2) adalah titik-titik sudut segitiga ABC. Tentukan
panjang garis berat dari C ke sisi AB.
19. Tentukan luas daerah segitiga dengan titik-titik sudut A(x1 , y1 ), B(x2 , y2 ), dan C(x3 , y3 ).
20. Jika z1 , z2 , dan z3 menyatakan titik-titik sudut segitiga samasisi, buktikan bahwa