Ebn CHF

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

APLIKASI EVIDENCE BASED NURSING (EBN) “DEEP BREATHING

EXERCISE” PADA KLIEN DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)


SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DYSPNEA DI RUANG ICU
RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG

Disusun Oleh :
Rifyal Lamani
(NIM.G3A018023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah
kesehatan utama di negara maju maupun berkembang. Penyakit ini menjadi
penyebab nomor satu kematian di dunia dengan diperkirakan akan terus meningkat
hingga tahun 2030 mencapai 23,3 juta (Depkes,2014). Masalah tersebut juga
menjadi masalah kesehatan yang progresif dengan angka mortalitas dan morbiditas
yang tinggi di Indonesia (Perhimpunan Dokter Kardiovaskuler,2015). Hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kemenkes RI 2013, prevalensi penyakit gagal
jantung di Indonesia mencapai 0,13% dan yang terdiagnosis dokter sebesar 0,3%
dari total penduduk berusia 18 tahun keatas.
Tanda dan gejala yang muncul pada pasien CHF antara lain dyspnea,
fatigue dan gelisah. Dyspnea merupakan gejala yang paingsering dirasakan oleh
penderita CHF. CHF mengakibatkan kegagalan fungsi pulmonal sehingga terjadi
penimbunan cairan di alveoli. Hal ini menyebabkan jantung tidak dapat berfungsi
dengan maksimal dalam memompa darah. Dampak lain yang muncul adalah
perubahan yang terjadi pada otot-otot respiratori. Hal-hal tersebut mengakibatkan
suplai oksigen ke seluruh tubuh terganggu sehingga dapat terjadi dyspnea
(Wendy,2010). Dyspnea pada pasien CHF juga dipengaruhi oleh aktivitas pasien
sehingga New York Heart Assosiation (NYHA) membagi CHF menjadi 4 kategori
berdasarkan tanda dan gejala dari aktivitas yang dilakukan.
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan melaui tindakan mandiri dan
kolaboratif memfasilitasi pasien untuk menyelesaikan masalah. Diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien dengan dyspnea yaitu perubahan pola nafas
dapat diberikan intervensi seperti pemberian posisi semi fowler dan kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian oksgen (NANDA,2014). Penatalaksanaan
farmakologi yang dilakukan seperti pemberian glikosida jantung, terapi diuretik,
dan terapi vasodilator. Penatalaksanaan non farmakologi yang depat dilakukan
yaitu edukas, exercise dan peningkatan kapitas fungsional.
Breathing exercise merupakan latihan untuk meningkatkan pernafasan dan
kinerja fungsional (Cahalin,2014). Salah satu breathing exercise yang dapat
dilakukan adalah deep breathing exercise yaitu aktivitas keperawatan yang
berfungsi meningkatkan kemapuan otot-otot pernafasan yang berfungsi
meningkatkan compliance paru dalam meningkatkan fungsi ventilasi dan
memperbaiki oksigen (Price,2006).
B. Tujuan
1. TIU
Tujuan dari review literatur ini adalah untuk mengidentifikasi hasil
penelitian terkait kejadian dyspnea pada klien CHF.
2. TIK
Untuk mengetahui pengaruh deep breathing exercise terhadap pencegahan
dsypnea padaklien CHF.
C. Metode
Penelusuran ini dilakukan dengan metode review jurnal yang didapat
melaui media masa (Internet). Jurnal yang digunakan dalam penelusuran literatur
ini adalah “Deep breathing exercise dan Active Range Of Motion Efektif
menurunkan dyspnea pada pasien Congestive Heart Failure”.
D. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
BAB II Konsep Dasar
BAB III Resume Kasus
BAB IV Aplikasi EBN
BAB V Pembahasan
BAB VI Penutup
Daftar Pustaka
BAB II

KONSEP DASAR

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) atau Gagal jantung adalah sindrom klinis
(sekumpulan tanda dan gejala) ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat
istirahat) atau saat aktivitas, yang disebabkan oleh kelainan struktur / fungsi
jantung (Panggabean, 2007).
CHF adalah suatu kondisi patofisiologi dicirikan adanya bendungan
(kongesti) di paru / sirkulasi sistemik karena jantung tidak mampu memompa
darah yang beroksigen secara cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan (Saputra, 2010).
2. Etiologi
Menurut Manurung, (2007) ; Price & Anderson, (2006) Decompensasi pada
gagal jantung sudah ada
a. Krisis hipertensi
b. Aritmia akut
c. Regurgitasi valvular / ruptur korda tendinae
d. Miokarditis berat dan akut
e. Temponade jantung
f. Kardiomiopati pasca melahirkan
g. Sindrom koroner akut
h. Disfungsi miokard Kelainan fisik
3. Tanda dan Gejala
Gagal jantung kiri : badan melemah, cepat lelah, berdebar-debar, sesak
nafas, batuk, anoreksia, keringat dingin, takikardi, paroksimal nokturnal
dispnea, ronchi basah paru bagian basal, bunyi jantung III.
Gagal jantung kanan : edema tumit dan tungkai bawah, hati membesar,
nyeri tekan, pembesaran vena jungularis, gangguan gastrointestinal, BB
bertambah, penambahan cairan badan, edema kaki, perut membuncit. Pada
gagal jantung kongestif adalah gejala kedua-duanya (Brunner, 2008).
4. Patofisologi
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi baik pada
jantung maupun sistemik. Jika stroke volume kedua ventrikel berkurang oleh
karena penekanan kontraktilitas atau overload yang sangat meningkat, maka
volume dan tekanan pada akhir diastolik dalam kedua ruang jantung akan
meningkat.Ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium akhir diastolik,
menimbulkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung
lama, terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa
baik, tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama / kronik akan
dijalarkan ke kedua atrium dan sirkulasi plumoner dan sirkulasi sistemik.
Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi
cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik. Penurunan kardiak output
terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial atau penurunan
perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral.
Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi
miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena: perubahan yang terakhir ini
mengakibatkan peningkatan volume darah sentral, yang selanjutnya
meningkatkan preload.
Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac
output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu takikardi
akibat peningkatan kontrktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia
pada pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya. Dan
peningkatan preload dapat memperburuk kongesti plumoner, aktivasi sistem
saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer, adaptasi ini di rancang
untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika aktivasi ini
sangat meningkat maka malah akan menurunkan aliran darah ke ginjal dan
jaringan. (Manurung, 2007; Marilynn, 2006).
B. Konsep Asuhan Kegawatdaruratan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, nomor register, tanggal masuk, dan
semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
b. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian.
- Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama
- Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di
riwayat sebelumnya.
- Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit
kolelitiasis.
c. Pengkajian Primer
1) Airway (jalan nafas), periksa kepatenan jalan napas klien apakah ada
sumbatan berupa benda asing, darah, terjadi bronkospasme, sputum
maupun lendir.
2) Breathing (pernafasan), periksa pola napas klien apakah klien
mengalami sesak dengan aktifitas maupun tanpa aktifitas, dan apakah
klien menggunakan otot tambahan. Periksa frekuensi, irama nafas
klien, kedalaman, apakah ada batuk, dan bunyi nafas klien.
3) Circulation (sirkulasi), periksa nadi, irama, denyut dan tekanan darah
klien. Bagaimana kondisi ekstremitas klien, apakah teraba hangat atau
dingin. Periksa juga warna kulit, pengisian kapiler, adanya edema, dan
bagaimana pola eliminasi klien. Inspeksi adanya abnormalitas pada
daerah abdomen, cek turgor kulit klien, dan ukur suhu klien. Kaji
adanya nyeri dan apakah terdapat luka pada kulit klien
4) Disability, periksa fungsi neurologi dan fungsi sensori motorik klien
dengan mengukur tingkat kesadaran klien, kondisi pupil, reaksi
terhadap cahaya, keadaan umum klien, GCS, dan kaji adanya kejang
dan ukur kekuatan otot klien
d. Pengkajian Sekunder
1) Pemeriksaan Fisik
2) Laboraturium
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
nafas
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencendera fisiologis (Iskemia)
d. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi
e. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan ventilator
3. Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil (SMART) Intervensi Paraf
1. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji dan catat BP,sianosis, status
berhubungan dengan perubahan selama selama 3 x 24 jam, penurunan curah pernafasan, status mental
preload jantung klien teratasi dengan kriteria hasil : 2. Monitor tanda kelebihan cairan
1) Tanda vital dalam rentang normal (HR : (edema)
60-100/mnt reguler, Resp 12-20/mnt, BP 3. Kaji toleransi aktivitas : nafas
: 100-120/80-90 mmHg pendek, palpitasi, nyeri dada atau
2) Tidak ada hipotensi orthostatic pusing
3) AGD dalam batas normal 4. Auskultasi suara paru
4) Tidak ada edema ekstermitas, asites 5. Monitor pulsasi perifer, capillary
5) Suara nafas tambahan tidak ada reffil,temperature dan warna
6) Tidak ada distensi vena jugularis ekstermitas
6. Monitor HR,irama dan denyut
jantung
7. Ajarkan cara penggunaan terapi non
farmakologi (Deep breathing
exercice)
8. Lanjutkan hasil kolaborasi dalam
pemberian diuretic
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pantau rate,irama dan usaha respirasi
berhubungan dengan hipersekresi selama selama 3 x 24 jam, bersihan jalan 2. Berikan posisi yang nyaman (semi
jalan nafas nafas klien kembali efektif dengan kriteria fowler) untuk mengurangi dispnea
hasil : 3. Lakukan suctioning, bersihkan
7) Frekuensi pernapasan dalam batas sekret dari mulut dan trakhea,
normal (16-20/mnt) lakukan sesuai keperluan
8) Irama pernapasan normal 4. Monitor status oksigen
9) Tidak ada akumulasi sputum 5. Lanjutkan hasil kolaborasi dalam
pemberian nebulizer
3. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji secara komperhensif terhadap
agen pencendera fisiologis selama selama 3 x 24 jam, nyeri yang nyeri termasuk lokas, karakteristik,
(Iskemia) dirasakan klien berkurang dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
hasil : nyeri dan prespitasi
10) Klien melaporkan nyeri berkurang 2. Ajarkan cara penggunaan terapi non
11) Klien dapat menggunakan teknik non farmakologi (distraksi)
farmakologis 3. Lanjutkan hasil kolaborasi dalam
12) Klien menggunakan analgesic sesuai pemberian analgesic
indikasi
4. Gangguan integritas kulit/jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pantau perkembangan kerusakan
berhubungan dengan perubahan selama selama 3 x 24 jam, integritasjaringan kulit klien setiap hari
sirkulasi klien tidak mengalami kerusakan lebih jauh 2. Berikan virgin coconut oil
dengan kritera hasil :
13) Temperatur kulit normal
14) Bebas lesi jaringan
15) Kulit intak (tidak ada eritema dan
nekrosis)
5. Risiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pantau tanda dan gejala infeksi
pemasangan ventilator selama selama 3 x 24 jam, tidak terjadi (suhu tubuh, sekresi dan suhu kulit)
invasi organisme, patogen pada klien dengan 2. Kaji faktor yang dapat meningkatkan
kriteria hasil : kerentanan terhadap infeksi
16) Terbebas dari tanda dan gejala infeksi (penumpukkan sekret karena
pemasangan ventilator)
3. Lakukan oral hygiene
BAB III

RESUME ASKEP

A. Pengkajian
1. Biodata
Nama Klien : Ny.W
Usia : 61 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No.Register : 347888
Tanggal Masuk : 26 November 2018
Tanggal Pengkajian : 03 Desember 2018
Diagnosa Medik : CHF
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Klien mengeluh sesak nafas dan nyeri dada
b. Alasan MRS :
Keluarga pasien mengatakan sebelum pasien masuk rumah sakit,
pasien mengeluh nyeri dada, timbul terutama saat batuk dan sesak nafas.
Badan terasa lemas dan tidak nafsu makan. Akhirnya keluargamemutuskan
untuk membawa pasien ke RS Roemani Muhammadiyah Semarang dan
diterimaoleh perawat dan dokter jaga IGD.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien pernah dirawat di RS Roemani Muhammadiyah
Semarang dengan penyakit yang sama, namun hanya berselang lima hari
semenjak keluar dari RS pasien dilarikan lagi ke RS oleh keluarga.
3. Pengkajian Fokus
a. Airway (Jalan nafas) ; Terdapat penumpukkan sekret
b. Breathing (pernafasan) ;
RR : 28 x/m
Napas spontan
Irama teratur
Tidak mampu batuk
Sputum berlebih
Terpasang ventilator hari ke-VIII
c. Circulation (Sirkulasi)
Sirkulasi perifer
TD : 145/73 mmHg
MAP : 97 mmHg
HR : 85 x/m
RR: 28 x/m
CVP : 16
Ekstermitas : Hangat
SPO2 : 97%
S : 36,30C
BAK : Terpasang kateter-Urine komulatif 1000 cc
Warna : Kuning pekat
BAB : Encer
Warna : Kuning
Mukosa mulut : Kering dan kotor
Nyeri :
P : Nyeri bertambah saat bergerak/beraktivitas
Nyeri berkurang bila dalam posisi setengah duduk
Q : Seperti diiris-iris
R : Dada menyebar ke punggung
S : Skala 4
T : Setiap saat
Klien tampak lemah
Ulkus dekubitus pada area bokong
d. Disability
Kesadaran : CM
Pupil : Isokor
Reaksi terhadap cahaya Ka (+) ; Ki (+)
GCS : 15 (E 4 M 6 V ET)
4. Data Penunjang
Tanggal : 30 November 2018
Hemoglobin : 12,9 g/dl
Leukosit : 6300/mm3
Hematokrit : 41.1
Trombosit : 255.000/mm3
AGD :
PH : 7.492
PO2 : 133,4
PCO2 : 23,6
HCO3 : 17,9
Sat O2 : 98,8
Ureum : 14 mg/dl
Creatinin : 1.7 mg/dl
Natrium : 138 mEg/L
Kalium : 5,3 mEg/L

ECG
Tanggal : 28 November 2018
Hasil/kesan : Irama sinus, HR 110 x/mnt ireguler, axis, LAD

Radiologi
Tanggal : 27 November 2018
Hasil/kesan : CTR 50% (Kardiomegali)
5. Terapi
IVFD RL 50 cc/jam
Syring pump :
Furosemid 5/0.5
Cedocard 10/0.6
1
Inhalasi ventoolin : Pulmicort / jam
8

6. Analisa Data

No Hari/Tanggal Data Etiologi Problem


1. Senin, 03 DS : Klien mengatakan Perubahan Penurunan curah
Desember 2018 sesak nafas preload jantung
DO :
- KU lemah
- Pasien tampak sesak
- GCS : 15
- TTV :
TD : 145/73 mmHg
MAP : 97 mmHg
HR : 85 x/m
RR: 28 x/m
CVP : 16
S : 36,30C
- CTR 50%
(Kardiomegali)
- ECG : Irama sinus,
HR 90 x/mnt
ireguler, axis, LAD
2. Senin, 03 DS : Klien mengatakan Hipersekresi jalan Bersihan jalan
Desember 2018 sesak nafas nafas nafas tidak
DO : efektif
- Batuk tidak efektif
- Tidak mampu batuk
- Sputum berlebih
3. Senin, 03 DS : Klien mengeluh Agen pencendera Nyeri akut
Desember 2018 nyeri dada fisiologis
DO : (Iskemia)
- KU lemah
- Pasien tampak
meringis
- TD : 145/73 mmHg
- PQRST :
P:
- Nyeri bertambah
saatbergerak/
beraktivitas
- Nyeri berkurang
bila dalam posisi
setengah duduk
Q : Seperti diiris-iris
R : Dada menyebar
ke punggung
S : Skala 4
T : Setiap saat
4. Senin, 03 DS : Klien mengeluh Perubahan Gangguan
Desember 2018 sirkulasi integritas
nyeri saat ditekan
kulit/jaringan
bokongnya
DO :
- Adanya lesi pada
daerah bokong
- Kemerahan
- Nyeri tekan
5. Senin, 03 DO : Pemasangan Risiko infeksi
Desember 2018 ventilator
- Terpasang ventilator
hari ke-VIII
- Mukosa mulut :
Kering dan kotor
- Sputum berlebih

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencendera fisiologis (Iskemia)
4. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi
5. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan ventilator
C. Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil (SMART) Intervensi Paraf
1. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji dan catat BP,sianosis, status
berhubungan dengan perubahan selama selama 3 x 24 jam, penurunan curah pernafasan, status mental
preload jantung klien teratasi dengan kriteria hasil : 2. Monitor tanda kelebihan cairan
(edema)
1. Tanda vital dalam rentang normal (HR :
3. Kaji toleransi aktivitas : nafas
60-100/mnt reguler, Resp 12-20/mnt, BP
: 100-120/80-90 mmHg pendek, palpitasi, nyeri dada atau
2. Tidak ada hipotensi orthostatic pusing
3. AGD dalam batas normal 4. Auskultasi suara paru
4. Tidak ada edema ekstermitas, asites 5. Monitor pulsasi perifer, capillary
5. Suara nafas tambahan tidak ada reffil,temperature dan warna
6. Tidak ada distensi vena jugularis ekstermitas
6. Monitor HR,irama dan denyut
jantung
7. Ajarkan cara penggunaan terapi non
farmakologi (Deep breathing
exercice)
8. Lanjutkan hasil kolaborasi dalam
pemberian diuretic
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pantau rate,irama dan usaha respirasi
berhubungan dengan hipersekresi selama selama 3 x 24 jam, bersihan jalan 2. Berikan posisi yang nyaman (semi
jalan nafas nafas klien kembali efektif dengan kriteria fowler) untuk mengurangi dispnea
3. Lakukan suctioning, bersihkan
hasil :
sekret dari mulut dan trakhea,
1. Frekuensi pernapasan dalam batas
normal (16-20/mnt) lakukan sesuai keperluan
2. Irama pernapasan normal 4. Monitor status oksigen
3. Tidak ada akumulasi sputum 5. Lanjutkan hasil kolaborasi dalam
pemberian nebulizer
3. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji secara komperhensif terhadap
agen pencendera fisiologis selama selama 3 x 24 jam, nyeri yang nyeri termasuk lokas, karakteristik,
(Iskemia) dirasakan klien berkurang dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri dan prespitasi
hasil :
2. Ajarkan cara penggunaan terapi non
1. Klien melaporkan nyeri berkurang farmakologi (distraksi)
2. Klien dapat menggunakan teknik non 3. Lanjutkan hasil kolaborasi dalam
farmakologis pemberian analgesic
3. Klien menggunakan analgesic sesuai
indikasi
4. Gangguan integritas kulit/jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pantau perkembangan kerusakan
berhubungan dengan perubahan selama selama 3 x 24 jam, integritasjaringan kulit klien setiap hari
sirkulasi klien tidak mengalami kerusakan lebih jauh 2. Berikan virgin coconut oil
dengan kritera hasil :
1. Temperatur kulit normal
2. Bebas lesi jaringan
3. Kulit intak (tidak ada eritema dan
nekrosis)
5. Risiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Pantau tanda dan gejala infeksi
pemasangan ventilator selama selama 3 x 24 jam, tidak terjadi (suhu tubuh, sekresi dan suhu kulit)
invasi organisme, patogen pada klien dengan 3. Kaji faktor yang dapat meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi
kriteria hasil :
(penumpukkan sekret karena
1. Terbebas dari tanda dan gejala infeksi pemasangan ventilator)
4. Lakukan oral hygiene
D. Implementasi
No DX Hari/Tanggal/Jam Implementasi Respon Paraf
Dx.1 Senin/03 Desember 1. Mengkaji dan mencatat BP,sianosis, status O : TD : 145/73 mmHg, sianosis (-),
2018/08.00 WIB pernafasan, status mental RR: 28 x/m, GCS:15

2. Memonitor tanda kelebihan cairan (edema) O : Edema(-)

3. Mengkaji toleransi aktivitas : nafas pendek, S : Klien mengeluh nyeri dada


palpitasi, nyeri dada atau pusing O : Nyeri dada (+), tampak meringis

4. Mengauskultasi suara paru O : Suara tambahan (ronchi)

5. Memonitor pulsasi perifer, capillary O : CRT < 2 dtk, suhu kulit hangat
reffil,temperature dan warna ekstermitas

6. Memonitor HR,irama dan denyut jantung O : HR 90 x/mnt ireguler

7. Mengjarkan cara penggunaan terapi non S: Klien kooperatif


farmakologi (Deep breathing exercice) O: Klien tampak nyaman

8. Melanjutkan hasil kolaborasi dalam pemberian S : Klien kooperatif


diuretic O : Klien diberi Furosemid
Dx.2 Senin/03 Desember 1. Memantau rate,irama dan usaha respirasi O : RR : 28 x/mnt
2018/08.15 WIB
2. Memberikan posisi yang nyaman (semi fowler ) S : Klien mengatakan merasa nyaman
untuk mengurangi dispnea O : Klien tampak nyaman

3. Melakukan suctioning, bersihkan sekret dari S : Klien kooperatif


mulut dan trakhea, lakukan sesuai keperluan O : Sekret sedikit mengental (+)

4. Memonitor status oksigen O: SPO2 98%


5. Melanjutkan hasil kolaborasi dalam pemberian S: Klien kooperatif
nebulizer O: Pemberian Inhalasi ventoolin :
Pulmicort, pasien tidak tampak sesak
Dx.3 Senin/03 Desember 1. Mengkaji secara komperhensif terhadap nyeri S: Klien mengeluhkan nyeri bertambah
2018/08.30 WIB termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, saat bergerak/ beraktivitas dirasakan
kualitas, intensitas nyeri dan prespitasi
pada dada menyebar ke punggung
O: Skala 4
2. Mengjarkan cara penggunaan terapi non S: Klien kooperatif
farmakologi (distraksi)
O: Tampak sedikit tenang
3. Melanjutkan hasil kolaborasi dalam pemberian S: Klien kooperatif
analgesic O: Klien diberi Cedocard, klien tampak
nyaman
Dx.4 Senin/03 Desember 1. Memantau perkembangan kerusakan kulit klien O: Adanya lesi di bokong
2018/09.00 WIB setiap hari
2. Memberikan virgin coconut oil S: Klien kooperatif
O: Klien tampak nyaman
Dx.5 Senin/03 Desember 1. Memantau tanda dan gejala infeksi (suhu tubuh, O: S: 36,30C
2018/09.10 WIB sekresi dan suhu kulit)
2. Melakukan oral hygiene S: Klien kooperatif
O: Mulut tampak bersih
E. Evaluasi

No.Dx Hari/Tanggal/Jam Evaluasi Paraf


Dx.1 Selasa/04 S : Klien mengatakan mengalami sesak tapi kadang-kadang
Desember 2018/ O : Klien terpasang ventilator, KU lemah, klien tidak tampak sesak, GCS : 15
08.00 WIB TTV :
TD : 140/70 mmHg
MAP : 97 mmHg
HR : 80 x/m
RR: 28 x/m
A : Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi 1-8 dilanjutkan
Dx.2 Selasa/04 S: Klien mengatakan mengalami sesak tapi kadang-kadang
Desember 2018/ O: Klien terpasang ventilator, KU lemah, terdapat penumpukkan sekret, tampak nyaman
08.15 WIB dengan posisi semi fowler
TTV :
TD : 140/70 mmHg
MAP : 97 mmHg
HR : 80 x/m
RR: 28 x/m
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi 1-5 dilanjutkan
Dx.3 Selasa/04 S; Klien mengatakan sesekali baru merasakan nyeri dada
Desember 2018/ O: Klien terpasang ventilator, KU lemah, tampak nyaman
08.30 WIB TTV :
TD : 140/70 mmHg
MAP : 97 mmHg
HR : 80 x/m
RR: 28 x/m
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi 1-3 dilanjutkan
Dx.4 Selasa/04 S: Nyeri pada lesi
Desember 2018/ O: Masih ada lesi
08.50 WIB A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi 1-2 dilanjutkan
Dx.5 Selasa/04 S :-
Desember 2018/ O: Klien terpasang ventilator, mukosa mulut kering, lidah kotor
09.00 WIB A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi 1-2 dilanjutkan
BAB IV

APLIKASI EBN

A. Identitas Klien
Nama Klien : Ny.W Tanggal Masuk : 26-11-2018
Usia : 61 Tahun Tanggal Pengkajian :03-12-2018
Jenis Kelamin : Perempuan Diagnosa Medik :CHF
No.Register : 347888

B. Data Fokus
Data Etiologi Problem
DS : Klien mengatakan sesak nafas dan nyeri dada Perubahan Penurunan
DO : preload curah jantung
- KU lemah
- Pasien tampak sesak
- GCS : 15
- TTV :
TD : 145/73 mmHg
MAP : 97 mmHg
HR : 85 x/m
RR: 28 x/m
CVP : 16
S : 36,30C
- CTR 50% (Kardiomegali)
- ECG : Irama sinus, HR 90 x/mnt ireguler, axis, LAD

C. Diagnosa Keperawatan Yang Berhubungan Dengan EBN


Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload
D. EBN Yang Direpkan
“Deep breathing exercise dan Active Range Of Motion Efektif menurunkan
dyspnea pada pasien Congestive Heart Failure” oleh Novita Nirmalasari.
E. Alasan dan Justifikasi Penerapan EBN
Penerapan EBN tersebut sesuai dengan masalah pada kasus kelolaan yaitu klien
menderita CHF dan mengalami dyspnea. Deep breathing exercise diberikan agar
meningkatkan kemampuan otot-otot pernafasan untuk meningkatkan compliance
paru dalam meningkatkan fungsi ventilasi dan memperbaiki oksigen. Oksigenasi
yang adekuat akan menurunkan dyspnea. Latihan pernafasan juga meningkatkan
relaksasi otot, menghilangkan kecemasan, menyingkirkan aktivitas otot-otor
pernafasan yang tidak berguna dan tidak terkoordinasi, melambatkan
frekuensipernafasan dan mengurangi kerja pernafasan. Pernafasan yang lambat,
rileks dan berirama membantu dalammengontrol klien saat mengalami dyspnea.
Upaya pencegahan non farmakologi terjadinya dyspnea pada klien CHF bisa salah
satunya adalah dengan cara memberikan deep breathing exercise.
BAB V

PEMBAHASAN

A. Justifikasi Pemilihan EBN


Upaya pencegahan non farmakologi terjadinya dyspnea pada klien CHF
bisa salah satunya adalah dengan cara memberikan deep breathing exercise pada
klien yang bertujuan agar meningkatkan otot-otot pernafasan dalam meningkatkan
fungsi ventilasi dan memperbaiki okseginasi.
B. Mekanisme Penerapan EBN
Sebelum diberikan deep breathing exercise pada klien CHF, dilakukan
pengukuran dyspnea menggunakan modiefied borg scale terlebih dahulu kemudian
barulah dilakukan deep breathing exercise yang dilakukan selama 5 siklus(1 siklus
1 menit yangterdiri dari 5 kai nafas dalam dengan jeda 2 detik setiapkai nafas)
kemudian barulah diukur dyspnea sesudah diberikan latihan. Pasien memiliki
hemodinaik stabil dan pasien CHF NYHA II.
C. Hasil
Dari hasil penerapan jurnal ke pasien. Pasien dapat dilatih pernafasannya dan ada
penurunan dypnea yang bermakna sebelum dan sesudah diberikan latihan.
D. Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan
Kelebihan dari EBN ini adalah hasil dari penelitian dapat dijadikan
penatalaksanaan non-farmakologis pada pasien CHF.
b. Kekurangan
Masih belum maksimal karena tidak bisa diberikan semua penderita CHF
misanya penderita yang mengalami penurunan kesadaran (koma).
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Breathing exercise merupakan latihan untuk meningkatkan pernafasan dan
kinerja fungsional (Cahalin,2014). Salah satu breathing exercise yang dapat
dilakukan adalah deep breathing exercise yaitu aktivitas keperawatan yang
berfungsi meningkatkan kemapuan otot-otot pernafasan yang berfungsi
meningkatkan compliance paru dalam meningkatkan fungsi ventilasi dan
memperbaiki oksigen (Price,2006). Deep breathing exercise dapat diberikan
kepada penderita CHF yang mengalami dyspnea.
B. Saran
Karena deep breathing exercise masih belum maksimal karena tidak bisa
diberikan semua penderita CHF misanya penderita yang mengalami penurunan
kesadaran (koma) sehingga dalam penerapan mash perlu dikombinasikan dengan
standar rumah sakit atau posisi semi fowler.
DAFTAR PUSTAKA
Burnner & suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
volume 2. Cetakan I. Jakarta: EGC
Burnner & suddarth. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
volume 2. Jakarta: EGC
Depkes RI, 2014. Lingkungan sehat, Jantung sehat

NANDA International,Inc.2014. Nursing diagnoses: Definition & Classification


2015-2017. Tenth Edition.Edited by.T Heather Herdman,PhD,RN,FNI, Wilaey Blackwel

Perhimpunan DokterSpesialis Kardiovaskuler.2015.Pedoman Tatalaksana Gaal


Jantung.Edisi Pertama.PERKI

Price, Silvia Anderson. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit: Pengantar Menuju Kedokteran Klinis Edisi 5. Penterjemah:Brahm U,dkk.
Jakarta:Buku Kedokteran EGC

Robin Reid & Fiona Roberts. (2005). Pathology Illustrated Sixth Edition.
Philadelphia: Elsevier Churchill Living Stone

Saputra, Lyndon. (2010).Intisari Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Binarupa Aksara


Publisher

Suryadipraja, R Miftah.(2003). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi III.
Jakarta: FKUI

Stephen J, Mcphee & William F, Ganong. (2011). Patofisiologi Penyakit:


Pengantar Menuju Kedokteran Klinis Edisi V. Penterjemah: Brahm U,dkk Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

Swanburg, Russel C. (2007). Pengantar Keperawatan. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi ke 7.


Penterjemah: Widiyawati. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai