Laporan Akhir Kba Kulit Manggis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

OBJEK II

ISOLASI SENYAWA FENOLIK α-MANGOSTIN DARI SIMPLISIA KULIT


BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L)

I. TUJUAN
1. Mengetahui dan mempraktekkan cara mengisolasi fenolik α-mangostin
2. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa golongan fenolikα-mangostn

II. TEORI

Alpha-mangostin adalah senyawa utama yang terdapat pada kulit buah


manggis yang memiliki kerangka struktur senyawa golongan xanthon. Kandungan
alpha-mangostin pada kulit buah manggis bersifat sebagai antibakteri. Penjelasan
selanjutnya tentang antibakteri dibahas dalam bagian manfaat

Buah manggis berbentuk bulat atau agak pipih dengan diameter 3,5-8
cm. Berat buah bervariasi sekitar 75-150 gram, tergantung pada umur pohon dan
daerah geografisnya. Tebal kulit buah berkisar antara 0,8-1 cm, berwarna keunguan
dan biasanya mengandung cairan kuning yang rasanya pahit (Shabella, 2011). Bentuk
buah bulat dengan diameter 4-7 cm dan panjang 4-8 cm. Buah yang telah matang
kulitnya akan berwarna ungu. Bila dibelah kulit sebelah dalam akan berwarna merah
lembayung. Daging buah manggis diperkirakan 1/3 dari total bobot buah. Tiap buah
terdiri dari 4-8 segmen aril dengan 1-2 segmen yang lebih besar karena mengandung
biji apomiksis (Nakasone dan Paul., 1999). Buah berbentuk agak gepeng bulat, garis
tengah 3,5-7 cm, berwarna ungu tua, dengan kepala putik duduk (tetap), serta kelopak
tetap, dinding buah tebal, berdaging, dan warna ungu dengan getah kuning. Biji 1-3
yang diselimuti oleh selaput biji yang tebal dan berair, berwarna putih, serta dapat
dimakan (termasuk biji yang gagal tumbuh sempuran).
Gambar : Struktur kulit buah manggis fenolik α-mangostin

Alpha-mangostin adalah senyawa utama yang terdapat pada kulit buah


manggis yang memiliki kerangka struktur senyawa golongan xanthon. Kandungan
alpha-mangostin pada kulit buah mangersifat sebagai antibakteri. Penjelasan
selanjutnya tentang antibakteri dibahas dalam bagian manfaat.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan Pradipta dkk. (2007),


diketahui bahwa kulit buah manggis ternyata memiliki kandungan senyawa aktif yang
termasuk golongan xanthone. Kandungan kimia kulit manggis adalah xanton,
mangostin, garsinon, flavonoid ,epikatekin, dan tannin (Heyne, 1997; Soedibyo,
1998). Xanthone ialah suatu bahan kimia aktif dengan strukturnya yang terdiri dari 3
cincin dan ini menjadikannya sangat stabil ketika berada dalam tubuh manusia
(Anonim, 2009a). Senyawa xanthone yang telah teridentifikasi diantaranya adalah
1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2.8-bis(3-metil-2-butenil)-9H-xanten-9-on dan
1,3,6,7-tetrahidroksi-2,8-bis (3-metil-2-butenil)-9Hxanten-9-on. Keduanya lebih
dikenal dengan nama alfamangostin dan gamma-mangostin.

Senyawa fenolik adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus
hidroksil yang menempel di cincin aromatic. Alpha-mangostin merupakan contoh
senyawa golongan fenolik yang diisolasi dari buah manggis. Kulit buah manggis kaya
akan pektin, tanin, zat warna hitam, dan zat antibiotik xanthone (Verheij, 1997).
Adanya kandungan tanin menyebabkan rasa dari kulit manggis menjadi sangat pahit.
Tanin secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang memiliki berat
molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan
protein. Senyawa tanin umumnya dapat larut dengan pelarut dari polar sampai
semipolar
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman buah asli
Indonesia yang mempunyai potensi ekspor sangat besar. Tanaman ini mendapat
julukan ratunya buah (queen of fruit) karena keistimewaan dan kelezatannya (Anonim
a, 2006).Manggis menyimpan berbagai manfaat yang luarbiasa bagi kesehatan atau
biasa disebut sebagai pangan fungsional (functionalfood).Potensi dan peluang pasar
manggis sangat besar karena banyaknya permintaan global. Manfaat dari buah
manggis ini di dalam negeri sendiri belum dikenal oleh masyarakat. Buah manggis
yang cukup memiliki potensi, saat ini dikelola dengan sangat sederhana. Beberapa
Negara sudah sejak lama manggis dijadikan sebagai obat dan bahan terapi, terutama
bagian kulitnya(Permana,2010).

Beberapa jenis buah-buahan telah dimanfaatkan sumber energinya tapi


penghasilan belum memenuhi harapan. Buah manggis merupakan salah satu
diantaranya. Selama ini kebanyakan dari masyarakat hanya menilai manggis dari satu
sisi saja. Masyarakat hanya menikmati rasa dari buah manggis, tanpa mereka tahu
bahwa kulit buah manggis juga mempunyai manfaat, bahkan sangat bermanfaat,
karena buah manggis banyak mengandung zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh seperti
zat antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, anti karsinogen dan antiproliferasi
(Sukartidkk., 2008).

Kulit buah manggis merupakan salah satu bahan alami yang


dapatdimanfaatkan sebagai pangan fungsional karena memiliki beragam khasiat. Kulit
dari buah manggis ini sangat baik dikonsumsi untuk mencegah penuaan dini.
Kandungan antioksidannya lebih besar dari pada yang terkandung dalam
jerukmaupun pada daging buahnya sendiri. Zat aktif xanthone merangsang
regenerasisel rusak secara cepat sehingga membuat awet muda dan berperan
menangkal radikal bebas. Khasiat xanthone bukan hanya antioksidan, tetapi sebagai
antikanker. Ekstrak kulit buah manggis bersifat antiproliferasi untuk
menghambatpertumbuhan sel kanker. Ekstrak itu juga bersifat apoptosis penghancur
selkanker .Xanthonedalam kulit buah manggis juga ampuh mengatasi
penyakittuberculosis(TBC), asma, leukemia, antiinflamasi dan antidiare.

Variasi pengolahan kulit buah manggis pada masyarakat Indonesia


masihrendah seperti buah sebagairamuan tradisional, jus kulit buah manggis, sirup
kulitbuah manggis, dan kapsul kulit buah manggis. Pengolahan kulit buah
manggismenjadi berbagai olahan pangan diharapkan dapat mendorong masyarakat
untuk meningkatkan pemanfaatan buah lokal ini dan mengurangi kehilangan
hasilpertanian serta memperpanjang masa simpan (Muchtadi, 2000).

Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa. Ekstraksi cairan-cairan


merupakan suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan
dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada dasarnya tidak saling
bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solut) ke dalam
pelarut kedua itu. Pemisahan itu dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok larutan
dalam sebuah corong pemisah selama beberapa menit.

Prinsip utama dari ekstraksi adalah didasarkan pada distribusi zat pelarut
dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut dengan perbandingan tertentu antara
dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzen, karbon tetraklorida atau
kloroform. Batasnya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
dalam ke dua fase pelarut.

Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan sacara cepat dan bersih,
baik untuk zat organik maupun mikro. Melalui proses ekstraksi, ion logam dalam
pelarut air ditarik keluar dengan suatu pelarut organik. Secara umum, ekstraksi ini
adalah proses pemeriksaan suatu zat terlarut dari larutannya didalam air oleh suatu
pelarut lain yang tidak dapat bercampur dengan air.

Proses pengekstrasian komponen kimia dalam se tertanam adalah pelarut


organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung
zat aktif. Zat aktif akan larut dalam pelarut organik diluar sel, maka larutan terpekat
terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi
keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan diluar sel .
Pemilihan metode ekstraksi tergantung bahan yang digunakan. Bahan yang
mengandung mucilago dan bersifat mengembang kuat hanya boleh diekstrak dengan
metode maserasi. Sedangkan kulit dan akar diperkolasi. Untuk bahan yang tahan panas
sebaiknya di ekstraksi dengan cara refluks sedangkan simplisia yang mudah rusak
karena pemanasan dapat di ekstraksi dengan metode soxlet.Penguapan adalah proses
terbentuknya uap dari permukaan cairan. Kecepatan terbentuknya uap tergantung atas
terjadinya difusi uap melalui lapisan batas cairan yang bersangkutan. Disini berlaku
prinsip pemindahan massa dan tekanan parsial marupakan tenaga dorongan.
Ada beberapa metode yang digunakan, yaitu penguapan sederhana
menggunakan pemanasan, penguapan pada tekanan yang diturunkan, freeze-drying,
penguapan dengan aliran gas, beku kering, vakum desikator dan oven. Cara yang
paling efektif pada proses penguapan yaitu dengan menggunakan rotary vacum
evaporator (ratavator). Prinsip kerja dari alat ini yaitu berdasarkan pada peningkatan
suhu dalam ruang ratavator, dengan demikian proses pengeringan berlangsung dengan
cepat.

Prinsip kerja dari rotavator adalah penguapan yang dapat terjadi karena adanya
pemanasan yang dipercepat oleh putaran labu alat bulat dan cairan penyari dapat
menguap 5 - 10°C dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan
tekanan dengan bentukan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
konsensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul – molekul cairan pelarut
murni yang tamping dalam labu alas bulat penampung.

Sebagai bagian dari suatu proses di dalam pabrik, alat evaporasi mempunyai dua
fungsi, yaitu merubah panas dan memindahkan uap yang terbentuk dari bahan cair.
Ketentuan-ketentuan penting pada praktek evaporasi adalah :

1. Suhu maksimum yang diperkenankan yaitu sebagian besar dibawah 212 F.


2. Promosi perputaran bahan cair melalui permukaan pindah panas, untuk
mempertahankan koefisien pindah panas yang tinggi dan untuk menghindari setiap
pemanasan global yang terlalu tinggi.
3. Kekentalan bahan cair yang selalu meningkat dengan cepat karena meningkatnya
jumlah bahan yang tidak terlarut.
4. setiap kecenderungan untuk berbusa yang mempersulit pemisahan bahan cair
dengan uap

Faktor – faktor yang mempengaruhi penguapan diantaranya :

a. Suhu
Suhu mempengaruhi pada kecepatan penguapan, makin tinggi suhu makin cepat
penguapan.
b. Waktu
Penerapan suhu yang relatif tinggi untuk waktu yang singkat kurang
menimbulkan kerusakan dibanding dengan bila dilakukan pada suhu rendah
tetapi memerlukan waktu lama
c. Kelembaban
Beberpa senyawa kimia dapat terurai dengan mudah apabila kelembabannya
tinggi, terutama pada kenaikan suhu
d. Cara penguapan
Umumnya cara pemekatan tidak dilakukan dengan lebih dari satu cara
e. Konsentrasi
Pada penguapan cairan akan menjadi lebih pekat, sehingga kadar bentuk
padatnya makin bertambah. Hal ini akan mengakibatkan kanaikan suhu dan kadar
zat padat akan memperbesar resiko kerusakan zat yang tidak tahan panas dan
mengurangi suhu.

Teknik yang paling sederhana dan efektif untuk pemurnian padatan senyawa adalah
kristalisasi. Memperoleh suatu senyawa kimia dengan kemurnian yang sangat tinggi
merupakan hal yang sangat ensensi bagi kepentingan kimiawi.

Rekristalisasi merupakan suatu bentuk kristal kembali dari larutan atau leburan
suatu material yang ada. Rekristalisasi adalah sebuah proses kelanjutan dari
kristalisasi, apabila kristalisasi memuaskan rekristalisasi hanya bekerja apabila
digunakan pada pelarut pada suhu kamar yang lebig tinggi. Hal ini bertujuan supaya
zat tidak murni dapat menerobos ketas saring dan yang tertinggal hanyalah kristal
murni.

Pemurnian senyawa organik padat dapat dilakukan dengan rekristalisasi dengan


pelarut yang didasarkan pada prisip kelarutan. Zat – zat yang direkristalsasi dilakukan
dalam pelarut pada suhu tinggi, dihilangkan pengotornya, disaring ntuk
menghilangkan residu yang tidak larut dan didinginkan, kristal yang terbentuk
kemudian disaring pada tekanan rendah, dicuci dan dikeringkan.

Kromatografi adalah suatu tenik pemisahan fisik dimana kompomen – komponen


yang dipisahkan didistribusikan diantara dua fasa, dimana salah satu fasanya tersebut
adalah suatu lapisan stationer dengan permukaan yang luas, yang lainnya sebagai
fluida yang mengalir lembut disepanjang landasan stationer.
Pemisahan dengan teknik kromatografi didasarkan pada distribusi. Komponen zat
yang dianalisa (analit) antara dua fasa (fasa diam dan fasa gerak), yang mana
pemisahan komponen terjadi secara diffresial yang dibawa fasa gerak melewati fasa
diam, fasa gerak dapat berupa padatan (kromatografi gas) atau cairan (partisi).

Perkembangan selanjutnya tenik kromatografi dijalankan dengan manipulasi


perbedaan aktivitas sifat – sifat fisik dan zat – zat yang menyusun suatu sampel
(analit) yang akan dipisahkan antara fasa gerak dan fasa diam, yaitu :

a. Sifat adsorbsi
b. Sifat pertukaran ion
c. Kelarutan / kepolaran dengan cara gel permeabelitas dan gel filtrasi
d. Afinitas kimia
e. Pertukaran ion dengan fasa diam esin

Jenis-jenis kromatografi yang bermanfaat dalam analisis kualitatif dan


kuantitatif yang digunakan dalam prosedur pengujian Farmakope Indonesia adalah:

◦ Kromatografi kolom (KK)

◦ Kromatografi gas (KG)

◦ Kromatografi kertas (KKt)

◦ Kromatografi lapis tipis (KLT), termasuk kromatografi lapis tipis kinerja


tinggi (KLTKT)

◦ Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)

◦ Elektroforesis gel/kapiler

◦ Kromatografi lapis tipis kinerja tinngi (KLTKT)

Spektorfotometri adalah metode pengukuran konsentrasi suatu zat berdasarkan


besarnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia sebagai fungsi dan
panjang gelombang radiasi zat tersebut.

Metode spektorofotometri telah diterapkan untuk penetapan senyawa –


senyawa organik yang umumnya dipergunakan untuk pemetapan senyawa – senyawa
dalam jumlah yang sangat kecil, prinsip kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau
energi radiasi yang diserap dalam larutan secara kuantitatif. Metode spektrofotometri
uv visible berdasarkan pada hukum lambert-beer.

Metode penyelidikan dengan bantuan spektrofotometer disebut spektrofotometri. Dengan


sumber cahaya apapun, spektrofotometer terdiri atas sumber sinar, prisma, sel sampel, detektor dan
pencatat. Spektroskopi UV/ Vis merupakan metode penting yang mapan, andal dan akurat. Dengan
menggunakan spektroskopi UV/Vis, substansi tak dikenal dapat diidentifikasi dan konsentrasi
substansi yang dikenal dapat ditentukan. Pelarut untuk spektroskopi UV harus memiliki sifat pelarut
yang baik dan memancarkan sinar UV dalam rentang UV yang luas (Day & Underwood, 2001).

Spektrofotometer UV-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi,


reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer
sesuai dengan namanya merupakan alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar tampak yang sinambung dan monokromatis.

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur tranmitan atau absorban suatu


sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometri uv visible adlah tenik
analisis spektrokopi yang menggunakan sumbe radiasi prinsip dari spektrofotometri
uv vis adalah penyerapan sinar tampak untuk ultra violet dengan suatu molekul dapat
menyebabkan terjadinya eksitasi molekul dari tingat energi dasar, ketingkat energi
yang paling tinggi.

Hukum lambert-beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan


konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan.

Ada beberapa yang harus, diperhatikan dalam analisis spektrofotometri uv vis


terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis dengan
senyawa spektrofotometri visible karena senyawa tersebut harus diubah menjadi
senyawa yang berwarna pembentukan molekul yang dianalisis tidak menyerap
pembentukan molekul yang dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut.

Berikut adalah tahapan – hahapan yang harus diperhatikan :


a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap suhu uv vis
b. Waktu operasional
c. Penilaian panjang gelombang
d. Pembentukan kurva baku
e. Pembacaan absorbsi sampel atau cuplikan

Teknik ini melengkapi fluoresensi spektroskopi, di fluoresensi berkaitan dengan


transisi dari ground state ke eksited state. Penyerapan sinar uv dan sinar tampak oleh
molekul, melalui 3 proses yaitu :

a. Penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan electron anti ikatan.

b. Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks.

III. METODE PRAKTIKUM


A. Alat

1) Seperangkat alat evaporator


2) Seperangkat alat maserasi
3) Corong
4) Gelas ukur
5) Kertas saring
6) Botol 500 ml
7) Botol 100 ml
8) Gelas ukur 5 ml
9) Timbangan analitik
10) Chamber KLT
11) Pipa kapiler
12) Lampu UV
13) Pipet tetes
14) Beaker glass
15) Batang pengaduk
B. Bahan

1) Simplisia serbuk kulit buah manggis kering (50g)


2) Etil asetat
3) N-heksana
4) Plat KLT
5) Reagen FeCl3 1%

IV. Proses isolasi senyawa

C. Cara kerja
1) Siapkan semua alat dan bahan
2) Blender sampel kulit buah manggis yang sudah kering hingga menjadi
serbuk
3) Timbang serbuk kulit buah manggis 50gr kemudian dimasukan ke dalam
botol maserasi 500 ml
4) Masukan metanol etil asetat sebanyak 100 ml ( hingga semua maserat
terendam)
5) Meserasi selama 3 hari ( seriap harinya harus sampel dilakukan
pengadukan)
6) Saring hasil maserasi dengan kertas saring dan arang aktif, kumpulkan
maserat
7) Ulangi proses maserasi
8) Maserat dikumpulkan dan diuapkan pelarutnya menggunakan rotary
evaporator hingga kental
9) Dekantasi dengan menambahkan ml etil asetat saring dengan
menggunakan kertas saring, ulangi 2 kali
10) Kumpulkan hasil dari maserasi
11) Uapkan pelarut larutan hasil kolom dengan menggunakan rotary
evaporator sampai pelarut metanol teruap
12) Pindahkan ke botol kaca, biarkan sampai dingin lalu tambahkan dengan
etil asetat dan n-heksana
13) Hitung rendeman senyawa yang diperoleh dengan menggunakan rumus:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 (𝑔)
Rendeman (%)= x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
Evaluasi senyawa hasil isolasi

Kromatografi

1) Siapkan plat KLT dengan ukuran 2 cm x 7cm. Buat garis batas 1,5 cm dari batas
atas dan 0,5 cm dari batas bawah dengan menggunakan pensil. Buat 2 titik spot
pada garis batas bawah
2) Siapkan chamber KLT yang berisi eluen n-Heksana : etil asetat ( 3:2 ) sebanyak
5 ml ( untuk mempercepat proses penjenuhan chamber, masukkan kertas saring
pada chamber )
3) Siapkan larutan uji dan larutan pembanding dengan kadar 1 mg/mc dalam
metanol
4) Totolkan pada plat KLT masing- masing satu titik larutan uji dan larutan
pembanding, tunggu hingga kering
5) Masukkan ke dalam chamber KLT, tunggu hingga eluen dalam chamber
menyerap sampai garis batas atas plat KLT
6) Angkat plat KLT dan kering anginkan
7) Amati dibawah lampu uv 245 nm dan 365 nm, dokumentasikan dan tandai spot
yang terlihat dengan pensil dan dokumentasikan hasil
8) Hitung nilai Rf jika ada noda yang terlihat pada plat KLT dibawah sinar uv
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑜𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑚𝑚)
dengan rumus : Rf 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 (𝑚𝑚)

9) Oleskan reagen FeCl3 1% pada plat KLT, amati perubahan yang terjadi dan
dokumentasikan
10) Tandai jika timbul warna biru kehitaman pada plat KLT, kemudian hitung
kembali nilai faktor (RF) dari senyawa uji dan pembanding

Spektrofotometri

1) Siapkan bahan dan alat


2) Hitung berapa gram yang ditimbang dalam 4 ppm
3) Timbang sampel sebanyak 0,002 gram, masukkan kedalam labu ukur 50 ml
kemudian tambahkan dengan metanol sampai tanda batas
4) Pipet ke dalam tabung reaksi dan blanko berupa metanol
5) Lakukan spektrofotometri, kemudian catat dan dokumentasikan hasil spektrum
6) Lalu buat kurva kalibrasi
V. HASIL

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)


%Rendemen kulit buah manggis = 𝑥 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 (𝑔)
0,367 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 1𝑜𝑜 𝑥 100 %
𝑔𝑟𝑎𝑚

= 0,367 %

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑜𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑚𝑚)


Rf = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 (𝑚𝑚)

3 𝑚𝑚
=
3,8 𝑚𝑚

= 0,79 mm

Gambar pengamatan Keterangan

1  Hasil maserasi kulit buah


manggis sebanyak 50gr
kemudian dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali
pengulangan dengan pelarut etil
asetat.

2  Ekstrak kulit buah manggis


diuapkan dengan evaporator
3  Dilihat hasil penotolan dibawah
sinar UV
 Yang menujukan nilai rf pada
kulit buah manggis dan sampel

4  Setelah di spektro, didapatkan


nila absorbansi pada panjang
gelombang 203 nm = 0,409 A
dan panjang gelombang 318 nm
= 3,448 A

5  Ini adalah kristal dari kulit buah


manggis yang berupa bongkahan
padatan bewarna kekuningan

VI. PEMBAHASAN

Ekstraksi adalah proses yang meliputi pemisahan atau distribusi suatu zat
terlarut antara dua fasa cair yang tidak saling bercampur, dimana bermanfaat untuk
memisahkan campuran senyawa dalam berbagai sifat kimia yang berbeda,
sedangkan ekstraksi yang menggunkan dua fasa cair yang berperan sebagai pelarut.

Percobaan ekstraksi pelarut digunakan untuk menentukan koefisien


distribukan antara etil asetat dengan simplisia kulit buah manggis. Dimana etil asetat
merupakan semi polar dan simplisia kulit buah manggis merupakan polar. Pelarut
etil asetat merupakan semi polar sehingga dapat menarik senyawa yang bersifat
polar maupun nonpolar.
Kulit buah manggis yang sudah digrinder ditimbang 50 gram. Kemudian dimasukkan
ke dalam botol 500mL dan dimaserasi dengan n-heksan. Tutup dengan penutup botol
tambah plastic. Sampel dalam botol dikocok. Selanjutnya sampel disaring
menggunakan kertas saring dan corong, kemudian di masukk an ke dalam botol
500mL. kemudian ampas di maserasi lagi dengan pelarut etil asetat hingga 1cm diatas
ampas. Sampel dalam botol dikocok. Sampel disaring, maserat etil asetat di rotary
dengan menggunakan alat rotary evaporator sampai sampel kental. Kemudian
dilakukan rekristalisasi yaitu dengan menambahkan pelarut etil asetat dan
dipanaskan, lalu tambahkan n-heksan dan dipanaskan lagi. Larutan bagian atas
dimasukkan ke dalam botol 100mL sedangkan larutan bagian bawah yang berwarna
lebih gelap dimasukkan ke dalam vial.

Setelah didiamkan selama 3 hari, hasil disaring lalu diulangi maserasi dengan
etil asetat lakukan sebanyak 3 kali, hasil maserasi digabungkan menjadi satu
masukkan dalam botol vial 100ml untuk dilanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu
penguapan.

Penguapan adalah proses terbentuknya uap dari permukaan cairan. Kecepatan


terbentuknya uap tergantung atas terjadinya difusi uap melalui lapisan batas cairan
yang bersangkutan. Disini berlaku prinsip pemindahan massa dan tekanan parsial
marupakan tenaga dorongan.

Prinsip kerja dari rotavator adalah penguapan yang dapat terjadi karena adanya
pemanasan yang dipercepat oleh putaran labu alat bulat dan cairan penyari dapat
menguap 5 - 10°C dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan
tekanan dengan bentukan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
konsensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul – molekul cairan pelarut
murni yang tamping dalam labu alas bulat penampung.

Pada praktikum dilakukan penguapan eksraksi dengan menggunakan alat


evaporator yang sudah dimaserasi disaring lalu diambil ekstraknya, kemudian
dimasukan kedalam labu bulat semua ekstraknya dan waterbath di stel pada suhu yang
sesuai ( biasanya 80°C), dengan menekan tombol on-off. Setelah suhu tercapai,
pasang dengan kuat pada ujung rotor yang menghubungkan dengan kondensor.
Dimana kondensor berfungsi sebagai pendingin dan mengubah uap pada proses
penguapan menjadi bentuk cair atau embun sehingga pelarut yang digunkan
didapatkan kembali.

Berdasarkan praktikum ini diperoleh data jumlah kadar rendemen eksrak cair
yang diuapkan. Jumlah kadar rendeman ekstrak kulit buah manggis dengan
menggunkan metode evaporasi dengan berat sampel 50g yaitu 0,367%. Sehingga
ekstrak yang didapatkan lebih kental dari sebelumnya dan warnanya sedikit lebih
gelap dari awalnya, lanjut pada tahap selanjutnya yaitu rekristalisasi.

Rekristalisasi merupakan suatu bentuk kristal kembali dari larutan atau leburan suatu
material yang ada. Kristalisasi adalah sebuah proses kelanjutan dari kristalisasi,
apabila kristalisasi memuaskan rekristalisasi hanya bekerja apabila digunakan pada
pelarut pada suhu kamar yang lebig tinggi. Hal ini bertujuan supaya zat tidak murni
dapat menerobos kertas saring dan yang tertinggal hanyalah kristal murni. dilakukan
rekristalisasi berulang-ulang dengan penambahan n-heksan. Kemudian setelah amorf
terbentuk, amorf ditimbang dan dilakukan pengecekan dengan KLT sehingga didapat
nilai Rf α-mangostin.

Rekristalisasi pada kulit buah manggis tidak dilakukan sehingga tidah didapat
hasil dari kristal, digantin dengan dibiarkan semalam dengan metanol dan n-heksana,
yang didapat dua lapisan yang kemudian, sampel di saring untuk mendapatkan kristal.

Kromatografi adalah suatu tenik pemisahan fisik dimana kompomen – komponen


yang dipisahkan didistribusikan diantara dua fasa, dimana salah satu fasanya tersebut
adalah suatu lapisan stationer dengan permukaan yang luas, yang lainnya sebagai
fluida yang mengalir lembut disepanjang landasan stationer.

Pemisahan dengan teknik kromatografi didasarkab pada distribusi. Komponen zat


yang dianalisa (analit) antara dua fasa (fasa diam dan fasa gerak), yang mana
pemisahan komponen terjadi secara diffresial yang dibawa fasa gerak melewati fasa
diam, fasa gerak dapat berupa padatan (kromatografi gas) atau cairan (partisi).

Didapat hasil dari kromatografi berupa nilai rf dan sampel dan pembanding
memiliki rentang yang hampir sama, ini membektikan bahwa senyawa yang
terkandung didalamnya sudah hampir mencapi murni.
Pada sinar UV 254 nm lempeng akan tampak berflouresensi, sedangkan
sampel akan tampak berwarna berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV
254 nm dikarenakan adanya daya interaksi sinar UV dengan indikator flouresensi
pada lempeng.

Pada pemisahan ini terjadi perbedaan jarak tempuh yang sedikit antara sampel
dengan pembanding sehingga dapat disimpulkan simplisia pegagan yang sempel
mendekati murni.

Kemudian setelah dilihat disinar UV, plat KLT diteteskan dengan reagen FeCl3,
maka terjadi perubahan warna menjadi lebih gelap pada totolan sampel dan
pembanding dan jika dilarutkan sampel dengan reagen maka akan terbentuk dua
lapisan antara larutan bening dan larutan berarna hitam pekat, ini menunjukan bahwa
sampel mengandung senyawa triterpenoid.

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur tranmitan atau absorban suatu


sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometri uv visible adlah tenik
analisis spektrokopi yang menggunakan sumbe radiasi prinsip dari spektrofotometri
uv vis adalah penyerapan sinar tampak untuk ultra violet dengan suatu molekul dapat
menyebabkan terjadinya eksitasi molekul dari tingat energi dasar, ketingkat energi
yang paling tinggi.

Hukum lambert-beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan


konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan.

Pada spektrofotometri, sampel ditimbang sebanyak 0,002 dengan 4 ppm dan


dilarutkan dengan metanol. Blanko yang digunakan metanol. Sehingga didapat hasil
absorbansi pada panjang gelombang 203 yaitu 0,409 A dan pada panjang 318 yaitu
3,448 A
VII.PENUTUP

A.KESIMPULAN

1. Alpha-mangostin adalah senyawa utama yang terdapat pada kulit buah manggis
yang memiliki kerangka struktur senyawa golongan xanthon. Kandungan
alpha-mangostin pada kulit buah manggis bersifat salah satunya sebagai
antibakteri.

2. Ekstraksi merupakan suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat
bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada dasarnya
tidak saling bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut
(solut) ke dalam pelarut kedua itu. Hasil yang didapat yaitu dapat menarik
senywa yang ada pada sempel.
3. Prinsip kerja dari rotavator adalah penguapan yang dapat terjadi karena adanya
pemanasan yang dipercepat oleh putaran labu alat bulat dan cairan penyari.
Hasil yang didapat ekstrak lebih kental dan berwarna lebih gelap
4. Rekristalisasi adalah sebuah proses kelanjutan dari kristalisasi, apabila kristalisasi
memuaskan rekristalisasi hanya bekerja apabila digunakan pada pelarut pada
suhu kamar yang lebih tinggi.
5. Kromatografi adalah suatu tenik pemisahan fisik dimana kompomen – komponen
yang dipisahkan didistribusikan diantara dua fasa, dimana salah satu fasanya
tersebut adalah suatu lapisan stationer dengan permukaan yang luas. Didapat
hasil dari kromatografi berupa nilai rf dan sampel dan pembanding memiliki
rentang yang hampir sama, ini membektikan bahwa senyawa yang terkandung
didalanya sudah hampir mencapi murni.

6. Pada spektrofotometri, sampel ditimbang sebanyak 0,002 dengan 4 ppm dan


dilarutkan dengan metanol. Blanko yang digunakan metanol. Sehingga didapat
hasil absorbansi pada panjang gelombang 203 yaitu 0,409 A dan pada panjang
318 yaitu 3,448 A

B. SARAN

1. Selalu perhatikan prosedur pada saat melalukan pratikum.

2. Selalu gunakan jas labor pada saat prtikum.


DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M., 1997, Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan, Penerbit
Andi, Yogyakarta.

Backer, C.A, Bakhuizen van den Brink, 1963, Flora of Java (Spermatophytes Only),
Vol. I, Wolter-Noordhoff, NVP.,

Groningen Bruneton, J., 1999, Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants

Translated by Caroline K Hatton,2nd edition, Lavoiser, France, pp303-304.

Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid III,Departemen


Kesehatan RI dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Larson, Ryan T., Jeffrey M. Lorch., Julia W. Pridgeon., dkk. 2010.

The Biological Activity of alpha-Mangostin, a Larvicidal Botanic Mosquito Sterol


Carrier Protein-2 Inhibitor.J. Med. Entomol. 47(2): 249Ð257 (2010); DOI:
10.1603/ME09160.

Nakasone, H. Y and R.E. Paull. 1999. Tropical Fruits. GAB Inc. New York. p:
359-369. Ni’maa, Dahlia Khairu.,

Subakir dan Suhardjono. 2011. Perbandingan Ekstrak Kulit Buah Manggis


(Garcinia Mangostana Linn) dengan Ketokonazole 2% dalam Menghambat
Pertumbuhan Pityrosporum Ovale pada Ketombe. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Nugroho, Agung Endro. 2011. Manggis (Garcinia mangostana L.) : dari
Kulit Buah yang Terbuang Hingga Menjadi Kandidat Suatu Obat .
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai