Laporan Akhir Kba Kulit Manggis
Laporan Akhir Kba Kulit Manggis
Laporan Akhir Kba Kulit Manggis
I. TUJUAN
1. Mengetahui dan mempraktekkan cara mengisolasi fenolik α-mangostin
2. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa golongan fenolikα-mangostn
II. TEORI
Buah manggis berbentuk bulat atau agak pipih dengan diameter 3,5-8
cm. Berat buah bervariasi sekitar 75-150 gram, tergantung pada umur pohon dan
daerah geografisnya. Tebal kulit buah berkisar antara 0,8-1 cm, berwarna keunguan
dan biasanya mengandung cairan kuning yang rasanya pahit (Shabella, 2011). Bentuk
buah bulat dengan diameter 4-7 cm dan panjang 4-8 cm. Buah yang telah matang
kulitnya akan berwarna ungu. Bila dibelah kulit sebelah dalam akan berwarna merah
lembayung. Daging buah manggis diperkirakan 1/3 dari total bobot buah. Tiap buah
terdiri dari 4-8 segmen aril dengan 1-2 segmen yang lebih besar karena mengandung
biji apomiksis (Nakasone dan Paul., 1999). Buah berbentuk agak gepeng bulat, garis
tengah 3,5-7 cm, berwarna ungu tua, dengan kepala putik duduk (tetap), serta kelopak
tetap, dinding buah tebal, berdaging, dan warna ungu dengan getah kuning. Biji 1-3
yang diselimuti oleh selaput biji yang tebal dan berair, berwarna putih, serta dapat
dimakan (termasuk biji yang gagal tumbuh sempuran).
Gambar : Struktur kulit buah manggis fenolik α-mangostin
Senyawa fenolik adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus
hidroksil yang menempel di cincin aromatic. Alpha-mangostin merupakan contoh
senyawa golongan fenolik yang diisolasi dari buah manggis. Kulit buah manggis kaya
akan pektin, tanin, zat warna hitam, dan zat antibiotik xanthone (Verheij, 1997).
Adanya kandungan tanin menyebabkan rasa dari kulit manggis menjadi sangat pahit.
Tanin secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang memiliki berat
molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan
protein. Senyawa tanin umumnya dapat larut dengan pelarut dari polar sampai
semipolar
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman buah asli
Indonesia yang mempunyai potensi ekspor sangat besar. Tanaman ini mendapat
julukan ratunya buah (queen of fruit) karena keistimewaan dan kelezatannya (Anonim
a, 2006).Manggis menyimpan berbagai manfaat yang luarbiasa bagi kesehatan atau
biasa disebut sebagai pangan fungsional (functionalfood).Potensi dan peluang pasar
manggis sangat besar karena banyaknya permintaan global. Manfaat dari buah
manggis ini di dalam negeri sendiri belum dikenal oleh masyarakat. Buah manggis
yang cukup memiliki potensi, saat ini dikelola dengan sangat sederhana. Beberapa
Negara sudah sejak lama manggis dijadikan sebagai obat dan bahan terapi, terutama
bagian kulitnya(Permana,2010).
Prinsip utama dari ekstraksi adalah didasarkan pada distribusi zat pelarut
dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut dengan perbandingan tertentu antara
dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzen, karbon tetraklorida atau
kloroform. Batasnya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
dalam ke dua fase pelarut.
Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan sacara cepat dan bersih,
baik untuk zat organik maupun mikro. Melalui proses ekstraksi, ion logam dalam
pelarut air ditarik keluar dengan suatu pelarut organik. Secara umum, ekstraksi ini
adalah proses pemeriksaan suatu zat terlarut dari larutannya didalam air oleh suatu
pelarut lain yang tidak dapat bercampur dengan air.
Prinsip kerja dari rotavator adalah penguapan yang dapat terjadi karena adanya
pemanasan yang dipercepat oleh putaran labu alat bulat dan cairan penyari dapat
menguap 5 - 10°C dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan
tekanan dengan bentukan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
konsensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul – molekul cairan pelarut
murni yang tamping dalam labu alas bulat penampung.
Sebagai bagian dari suatu proses di dalam pabrik, alat evaporasi mempunyai dua
fungsi, yaitu merubah panas dan memindahkan uap yang terbentuk dari bahan cair.
Ketentuan-ketentuan penting pada praktek evaporasi adalah :
a. Suhu
Suhu mempengaruhi pada kecepatan penguapan, makin tinggi suhu makin cepat
penguapan.
b. Waktu
Penerapan suhu yang relatif tinggi untuk waktu yang singkat kurang
menimbulkan kerusakan dibanding dengan bila dilakukan pada suhu rendah
tetapi memerlukan waktu lama
c. Kelembaban
Beberpa senyawa kimia dapat terurai dengan mudah apabila kelembabannya
tinggi, terutama pada kenaikan suhu
d. Cara penguapan
Umumnya cara pemekatan tidak dilakukan dengan lebih dari satu cara
e. Konsentrasi
Pada penguapan cairan akan menjadi lebih pekat, sehingga kadar bentuk
padatnya makin bertambah. Hal ini akan mengakibatkan kanaikan suhu dan kadar
zat padat akan memperbesar resiko kerusakan zat yang tidak tahan panas dan
mengurangi suhu.
Teknik yang paling sederhana dan efektif untuk pemurnian padatan senyawa adalah
kristalisasi. Memperoleh suatu senyawa kimia dengan kemurnian yang sangat tinggi
merupakan hal yang sangat ensensi bagi kepentingan kimiawi.
Rekristalisasi merupakan suatu bentuk kristal kembali dari larutan atau leburan
suatu material yang ada. Rekristalisasi adalah sebuah proses kelanjutan dari
kristalisasi, apabila kristalisasi memuaskan rekristalisasi hanya bekerja apabila
digunakan pada pelarut pada suhu kamar yang lebig tinggi. Hal ini bertujuan supaya
zat tidak murni dapat menerobos ketas saring dan yang tertinggal hanyalah kristal
murni.
a. Sifat adsorbsi
b. Sifat pertukaran ion
c. Kelarutan / kepolaran dengan cara gel permeabelitas dan gel filtrasi
d. Afinitas kimia
e. Pertukaran ion dengan fasa diam esin
◦ Elektroforesis gel/kapiler
C. Cara kerja
1) Siapkan semua alat dan bahan
2) Blender sampel kulit buah manggis yang sudah kering hingga menjadi
serbuk
3) Timbang serbuk kulit buah manggis 50gr kemudian dimasukan ke dalam
botol maserasi 500 ml
4) Masukan metanol etil asetat sebanyak 100 ml ( hingga semua maserat
terendam)
5) Meserasi selama 3 hari ( seriap harinya harus sampel dilakukan
pengadukan)
6) Saring hasil maserasi dengan kertas saring dan arang aktif, kumpulkan
maserat
7) Ulangi proses maserasi
8) Maserat dikumpulkan dan diuapkan pelarutnya menggunakan rotary
evaporator hingga kental
9) Dekantasi dengan menambahkan ml etil asetat saring dengan
menggunakan kertas saring, ulangi 2 kali
10) Kumpulkan hasil dari maserasi
11) Uapkan pelarut larutan hasil kolom dengan menggunakan rotary
evaporator sampai pelarut metanol teruap
12) Pindahkan ke botol kaca, biarkan sampai dingin lalu tambahkan dengan
etil asetat dan n-heksana
13) Hitung rendeman senyawa yang diperoleh dengan menggunakan rumus:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 (𝑔)
Rendeman (%)= x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
Evaluasi senyawa hasil isolasi
Kromatografi
1) Siapkan plat KLT dengan ukuran 2 cm x 7cm. Buat garis batas 1,5 cm dari batas
atas dan 0,5 cm dari batas bawah dengan menggunakan pensil. Buat 2 titik spot
pada garis batas bawah
2) Siapkan chamber KLT yang berisi eluen n-Heksana : etil asetat ( 3:2 ) sebanyak
5 ml ( untuk mempercepat proses penjenuhan chamber, masukkan kertas saring
pada chamber )
3) Siapkan larutan uji dan larutan pembanding dengan kadar 1 mg/mc dalam
metanol
4) Totolkan pada plat KLT masing- masing satu titik larutan uji dan larutan
pembanding, tunggu hingga kering
5) Masukkan ke dalam chamber KLT, tunggu hingga eluen dalam chamber
menyerap sampai garis batas atas plat KLT
6) Angkat plat KLT dan kering anginkan
7) Amati dibawah lampu uv 245 nm dan 365 nm, dokumentasikan dan tandai spot
yang terlihat dengan pensil dan dokumentasikan hasil
8) Hitung nilai Rf jika ada noda yang terlihat pada plat KLT dibawah sinar uv
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑜𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑚𝑚)
dengan rumus : Rf 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 (𝑚𝑚)
9) Oleskan reagen FeCl3 1% pada plat KLT, amati perubahan yang terjadi dan
dokumentasikan
10) Tandai jika timbul warna biru kehitaman pada plat KLT, kemudian hitung
kembali nilai faktor (RF) dari senyawa uji dan pembanding
Spektrofotometri
= 0,367 %
3 𝑚𝑚
=
3,8 𝑚𝑚
= 0,79 mm
VI. PEMBAHASAN
Ekstraksi adalah proses yang meliputi pemisahan atau distribusi suatu zat
terlarut antara dua fasa cair yang tidak saling bercampur, dimana bermanfaat untuk
memisahkan campuran senyawa dalam berbagai sifat kimia yang berbeda,
sedangkan ekstraksi yang menggunkan dua fasa cair yang berperan sebagai pelarut.
Setelah didiamkan selama 3 hari, hasil disaring lalu diulangi maserasi dengan
etil asetat lakukan sebanyak 3 kali, hasil maserasi digabungkan menjadi satu
masukkan dalam botol vial 100ml untuk dilanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu
penguapan.
Prinsip kerja dari rotavator adalah penguapan yang dapat terjadi karena adanya
pemanasan yang dipercepat oleh putaran labu alat bulat dan cairan penyari dapat
menguap 5 - 10°C dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan
tekanan dengan bentukan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
konsensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul – molekul cairan pelarut
murni yang tamping dalam labu alas bulat penampung.
Berdasarkan praktikum ini diperoleh data jumlah kadar rendemen eksrak cair
yang diuapkan. Jumlah kadar rendeman ekstrak kulit buah manggis dengan
menggunkan metode evaporasi dengan berat sampel 50g yaitu 0,367%. Sehingga
ekstrak yang didapatkan lebih kental dari sebelumnya dan warnanya sedikit lebih
gelap dari awalnya, lanjut pada tahap selanjutnya yaitu rekristalisasi.
Rekristalisasi merupakan suatu bentuk kristal kembali dari larutan atau leburan suatu
material yang ada. Kristalisasi adalah sebuah proses kelanjutan dari kristalisasi,
apabila kristalisasi memuaskan rekristalisasi hanya bekerja apabila digunakan pada
pelarut pada suhu kamar yang lebig tinggi. Hal ini bertujuan supaya zat tidak murni
dapat menerobos kertas saring dan yang tertinggal hanyalah kristal murni. dilakukan
rekristalisasi berulang-ulang dengan penambahan n-heksan. Kemudian setelah amorf
terbentuk, amorf ditimbang dan dilakukan pengecekan dengan KLT sehingga didapat
nilai Rf α-mangostin.
Rekristalisasi pada kulit buah manggis tidak dilakukan sehingga tidah didapat
hasil dari kristal, digantin dengan dibiarkan semalam dengan metanol dan n-heksana,
yang didapat dua lapisan yang kemudian, sampel di saring untuk mendapatkan kristal.
Didapat hasil dari kromatografi berupa nilai rf dan sampel dan pembanding
memiliki rentang yang hampir sama, ini membektikan bahwa senyawa yang
terkandung didalamnya sudah hampir mencapi murni.
Pada sinar UV 254 nm lempeng akan tampak berflouresensi, sedangkan
sampel akan tampak berwarna berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV
254 nm dikarenakan adanya daya interaksi sinar UV dengan indikator flouresensi
pada lempeng.
Pada pemisahan ini terjadi perbedaan jarak tempuh yang sedikit antara sampel
dengan pembanding sehingga dapat disimpulkan simplisia pegagan yang sempel
mendekati murni.
Kemudian setelah dilihat disinar UV, plat KLT diteteskan dengan reagen FeCl3,
maka terjadi perubahan warna menjadi lebih gelap pada totolan sampel dan
pembanding dan jika dilarutkan sampel dengan reagen maka akan terbentuk dua
lapisan antara larutan bening dan larutan berarna hitam pekat, ini menunjukan bahwa
sampel mengandung senyawa triterpenoid.
A.KESIMPULAN
1. Alpha-mangostin adalah senyawa utama yang terdapat pada kulit buah manggis
yang memiliki kerangka struktur senyawa golongan xanthon. Kandungan
alpha-mangostin pada kulit buah manggis bersifat salah satunya sebagai
antibakteri.
2. Ekstraksi merupakan suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat
bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada dasarnya
tidak saling bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut
(solut) ke dalam pelarut kedua itu. Hasil yang didapat yaitu dapat menarik
senywa yang ada pada sempel.
3. Prinsip kerja dari rotavator adalah penguapan yang dapat terjadi karena adanya
pemanasan yang dipercepat oleh putaran labu alat bulat dan cairan penyari.
Hasil yang didapat ekstrak lebih kental dan berwarna lebih gelap
4. Rekristalisasi adalah sebuah proses kelanjutan dari kristalisasi, apabila kristalisasi
memuaskan rekristalisasi hanya bekerja apabila digunakan pada pelarut pada
suhu kamar yang lebih tinggi.
5. Kromatografi adalah suatu tenik pemisahan fisik dimana kompomen – komponen
yang dipisahkan didistribusikan diantara dua fasa, dimana salah satu fasanya
tersebut adalah suatu lapisan stationer dengan permukaan yang luas. Didapat
hasil dari kromatografi berupa nilai rf dan sampel dan pembanding memiliki
rentang yang hampir sama, ini membektikan bahwa senyawa yang terkandung
didalanya sudah hampir mencapi murni.
B. SARAN
Adnan, M., 1997, Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan, Penerbit
Andi, Yogyakarta.
Backer, C.A, Bakhuizen van den Brink, 1963, Flora of Java (Spermatophytes Only),
Vol. I, Wolter-Noordhoff, NVP.,
Nakasone, H. Y and R.E. Paull. 1999. Tropical Fruits. GAB Inc. New York. p:
359-369. Ni’maa, Dahlia Khairu.,