Jurnal Revieuw PSIKORELIGIUS

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang
signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Faktanya, satu dari empat orang
dewasa akan mengalami masalah kesehatan jiwa pada satu waktu dalam
hidupnya. Bahkan, setiap 40 detik di suatu tempat di dunia ada seseorang yang
meninggal karena bunuh diri (WFMH, 2016). Data WHO (2016) menunjukkan,
terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21
juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena demensia. Di Indonesia,
menimbang dari berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan
keanekaragaman penduduk di Indonesia, maka jumlah kasus gangguan jiwa
terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan
penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang. Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes tahun 2013, prevalensi gangguan
mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan
kecemasan untuk usia 15 tahun keatas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6%
dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat,
seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000
penduduk. Merujuk pada data tersebut, maka masalah kesehatan jiwa seseorang
janganlah dianggap enteng. Sedangkan Jumlah warga Jawa Tengah yang
mengidap gangguan jiwa dari tahun ke tahun terus meningkat, Pada 2015,
jumlah penderita bertambah menjadi 317.504 jiwa. data dari Dinas Kesehatan
Jawa Tengah yang menyebut jumlah gangguan jiwa pada 2013 masih 121.962
penderita. Sedangkan pada 2014 meningkat menjadi 260.247 orang (DINKES,
2016).
Salah satu masalah kesehatan jiwa yang sering terjadi adalah skizofrenia.
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang sering ditunjukan oleh
adanya gejala positif, diantaranya adalah halusinasi. Gangguan persepsi sensori
(halusinasi) merupakan salah satu masalah keperawatan yang dapat ditemukan
pada pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata
2

(keliat dkk, 2010). Halusinasi merupakan salah satu tanda gejala dari skizofrenia
positif. Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).
(Kusumawati & Hartono, 2010, hlm.107). Halusinasi adalah salah satu gangguan
jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori, merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan
(Damaiyanti, 2012). Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa
stimulus atau rangsangan dari luar (Trimelia, 2011).
Beberapa diantaranya untuk menangani pasien gangguan yaitu
psikofarmakologi, psikoterapi, psikososial, terapi spiritual, dan rehabilitasi
(Hawari, 2008). Dari beberapa terapi yang dapat dilakukan adalah terapi spiritual,
terapi spiritual ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang,
berdo’a, memanjatkan puji-pujian kepada tuhan, ceramah keagamaan, kajian
kitab suci (Yosep, 2011). Terapi spiritual atau terapi religius yang antara lain zikir,
apabila dilafalkan secara baik dan benar dapat membuat hati menjadi tenang
dan rileks. Terapi zikir juga dapat diterapkan pada pasien halusinasi, karena
ketika pasien melakukan terapi zikir dengan tekun dan memusatkan perhatian
yang sempurna ( khusu’ ) dapat memberikan dampak saat halusinasinya muncul
pasien bisa menghilangkan suara-suara yang tidak nyata dan lebih dapat
menyibukkan diri dengan melakukan terapi zikir.
Salah satu usaha untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta adalah
melalui dzikir. Dzikir memiliki daya relaksasi yang dapat mengurangi ketegangan
(stres) dan mendatangkan ketenangan jiwa. Setiap bacaan dzikir mengandung
makna yang sangat dalam yang dapat mencegah timbulnya stres. Bacaan yang
pertama yaitu Laillahhailallah memiliki arti tiada tuhan yang pantas disembah
kecuali Allah SWT, adanya pengakuan bertuhan hanya kepada Allah dalam
sebuah keyakinan. Individu yang memiliki kemampuan spiritualitas yang tinggi
memiliki keyakinan yang kuat akan Tuhannya. Keyakinan ini menimbulkan
kontrol yang kuat, dapat memaknai dan menerima setiap peristiwa yang tidak
menyenangkan ke arah yang lebih positif dan yakin bahwa ada yang mengatur
setiap peristiwa yang terjadi di alam semesta. Dengan begitu individu dapat
mengurangi ketegangan (stres), mengatasi masalah kesehatan dan
meningkatkan kekuatan mental dengan cepat (Bogar & Killacky, 2006). Islam
mengajarkan untuk berdzikir kepada Allah SWT, karena dzikir dapat
3

memberikan kontribusi yang besar dan dapat mengandung tiga gerakan, yaitu
badan (al-riyadiyah), hati (al-qalbiyah), dan jiwa (al- nafsiyah), melaksanakan
dzikir dengan khusuk, ikhlas dan penuh pengharapan ridho Allah SWT maka hal
tersebut akan membiasakan hati selalu dekat kepada Allah SWT, dzikir juga
mengandung dimensi dzikrullah yang memiliki dampak psikologis dalam jiwa
seseorang. Karena dengan mengingat Allah SWT maka alam kesadaran
manusia akan merasakan kehadiran Allah SWT. Untuk sampai kepada jiwa
yang tenang seperti yang dirumuskan di atas, maka dzikir memiliki peranan
penting dalam kehidupan manusia, karena dzikir merupakan suatu kebutuhan
psikis manusia yang merindukan ketenangan dan kebahagiaan, disamping itu
juga dapat memberikan bimbingan jiwa manusia untuk memotivasi berbuat baik
dengan mencegahnya dari perbuatan dosa, menghidupkan hati sanubari dan
meningkatkan jiwa agar jangan lalai dan lupa, dapat mensucikan jiwa,
mengobati dan mencegah jiwa dari gangguan dan penyakit hati (Sari, 2015).
Faktor spiritual adalah faktor penting yang juga memengaruhi proses
penyembuhan dan intervensi psikologis. World Health Organization (WHO) pada
tahun 1984 menyatakan bahwa kesehatan manusia seutuhnya ditunjukkan oleh
empat hal, yaitu sehat secara biologis, psikologis, sosial, dan spiritual (Hawari,
2005). Penelitian yang dilakukan oleh Timothy dkk untuk jurnal Psychotherapy
Reseach (2007), menghasilkan bahwa banyak pasien dengan keluhan-keluhan
semacam anxiety disoder, depression, stress management dapat dibantu
dengan terapi-terapi spiritual semacam: berdoa, berdzikir, membaca Qur’an bagi
pasien muslim, self-assessment dan terapi pelajaran singkat CBT dalam
perspektif Kristen bagi umat kristiani, dan berdoa sambil kontemplasi (tafakkur).
Terapi-terapi tersebut membantu para pasien mengatasi masalah semisal
gangguan kecemasan, depresi dan stres.
Beberapa penilitian yang menggunakan terapi psikologis dan medis
berbasis keislaman juga telah dilakukan, antara lain penelitian yang dilakukan
oleh Saleh (2010) yang menjelaskan bahwa berzikir dapat menyehatkan saraf,
penelitian Sholeh (2006) tentang terapi sholat tahajud untuk menyembuhkan
berbagai penyakit, penelitian Trimulyaningsih (2009) tentang terapi kognitif
perilaku religius untuk menangani depresi dan penelitian Purwanto (2006)
tentang pelatihan relaksasi religiusitas untuk mengurangi insomnia. Penelitian-
penelitian tersebut hasilnya membuktikan bahwa terapi psikologis berdasar
keislaman dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah psikologis.
4

B. TUJUAN
Tujuan penulisan jurnal revieuw ini adalah untuk melihat gambaran
efektifitas terapi Religius Dzikir pada klien dengan Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi terhadap kemampuan klien dalam mengontrol Halusinasi.

C. MANFAAT PENULISAN
1. Keilmuan
Hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi oleh mahasiswa
maupun pendidik dalam bidang keilmuan terutama mengenai penerapan terapi
religius.
2. Aplikatif
Hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi oleh perawat
maupun keluarga yang mengalami halusinasi dalam menangani pasien
halusinasi terutama terhadap kemampuan klien dalam Mengontrol Halusinasi
dengan Terapi Religius Dzikir
3. Metodologi
Hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensipeneliti yang akan
menangani pasien halusinasi dalam bidang keilmuan terutama mengenai
Analisis Asuhan Keperawatan jiwa dengan Gangguan persepsi sensori:
Halusinasi terhadap kemampuan klien dalam Mengontrol Halusinasi dengan
Terapi Religius .
5

BAB II
DISKRIPSI TEORI

A. Diskrpsi Dzikir
1. Pengertian Dzikir
Dzikir dari segi bahasa berasal dari kata dzakara, yadzkuru, dzukr/dzikr
yang artinya perbuatan dengan lisan (menyebut, menuturkan, mengatakan)
dan dengan hati (mengingat dan menyebut).
Dalam pengertian umum dzikir dzikir adalah aktifitas otak yang
menggunakan mekanisme alam bawah sadar, mekanisme ini bekerja pada
otak kita pada kondisi alfa yang menonjolkan kewaspadaan dan sedang
bekerja pada fase memori. Berdzikir disekitar kondisi alfa menyebabkankita
bisa merasakan memori memori yang lama yang telah terekam di otak.
Setiap dzikir yang kita ucapkan dengan tulus dan ikhlas, akan
memberikan kekuatan pada rohani kita untuk senantiasa dekan kepada
Allah. Setiap lafadz adalah hidayah, berkah rahmad, maghfirah, dan makrifat
yang dapat membersihkan kotoran hati, menjauhkan diri dari godaan syetan,
menyembuhkan penyakit dan semakin mendekatkan diri kepada sang
pencipta. Dengan demikian qalbu mampu menguasai nafsu.
Banyak ayat Al-Qur’an yang berisi perintah Alloh SWT. agar setiap
menusia senantiasa berdzikir kepada-Nya. Beberapa diantaranya terdapat
pada ayat dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 103, Al-Ma’idah ayat 4, Al-
Hajj ayat 36, dan Al-Jumu’ah ayat 10.

Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah


Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila
kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’ ayat 103).
6

Artinya: “Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian
dari syi´ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka
sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan
berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah
sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada
padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah
Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu
bersyukur.” (Q.S Al-Hajj ayat 36).

Artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka


bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung” ( Q.S. Al-Jumu’ah ayat 10)
Dapat ditarik kesimpulan Dzikir kepada Allah diartikan perbuatan yang
melibatkan mekanisme kerja otak pada kondisi alfa dengan mengingat Allah
atau menyebut nama Allah secara berulang-ulang, sebagai ucapan rasa syukur,
cinta dan memohon limpahan Rahmat-Nya.

2. Bentuk-Bentuk Dzikir
Ibnu Ata’, seorang sufi yang menulis al-Hikam (Kata-Kata Hikmah) membagi
dzikir atas tiga bagian: dzikir jali (dzikir jelas, nyata), dzikir khafi (dzikir
samar-samar) dan dzikir haqiqi (dzikir sebenar- benarnya).
a) Dzikir Jali
7

Ialah suatu perbuatan mengingat Allah swt. dalam bentuk ucapan lisan
yang mengandung arti pujian, rasa syukur dan doa kepada Allah swt.
yang lebih menampakkan suara yang jelas untuk menuntun gerak hati.
b) Dzikir Khafi
Adalah dzikir yang dilakukan secara khusyuk oleh ingatan hati, baik
disertai dzikir lisan ataupun tidak. Orang yang sudah mampu melakukan
dzikir seperti ini merasa dalam hatinya senantiasa memiliki hubungan
dengan Allah swt.
c) Dzikir Haqiqi
Yaitu dzikir yang dilakukan dengan seluruh jiwa raga, lahiriah dan
batiniah, kapan dan dimana saja, dengan memperketat upaya
memelihara seluruh jiwa raga dari larangan Allah swt. Dan mengerjakan
apa yang diperintahkan-Nya. Selain itu tiada yang diingat selain Allah
swt.

3. Manfaat Dzikir
Keutamaan dzikir secara umum banyak sekali menurut Saiful Ghofur dalam
karyanya Rahasia dzikir dan doa, diantaranya ialah:
a) Terlindung dari bahaya godaan setan
b) Tidak mudah menyerah dan putus asa
c) Memberi ketenangan jiwa dan hati
d) Mendapatkan cinta dan kasih sayang Allah
e) Tidak mudah terpengaruh dengan kenikmatan dunia yang hanya
sementara.

B. Dzikir dan Terapi


Metode penyembuhan ini tidak banya penting untuk kesehatan tapi
sekaligus bernilai ibadah. Semua jenis penyakit fisik maupun mental dapat
disembuhkan melalui metode Sufi Healing, karena penyakit datangnya dan
Allah SWT sehingga penyembuhannya pun juga melalui pendekatan kepada
Allah.
Dzikir mempunyai kemiripan dengan teknik meditasi pada tradisi agama-
agama lain, baik pada tekniknya maupun pada efek yang ditimbulkannya.
Dzikir tidak hanya berpengaruh pada perkembangan rohani atau nafs
seseorang. Banyak penelitian empiris yang telah membuktikan bahwa dzikir
8

juga berpengaruh pula terhadap dimensi fisik. Misalnya dalam


menyembuhkan berbagai jems penyakit fisik maupun menghilangkan kondisi-
kondisi psikopatologi.

C. Hubungan Terapi Dzikir Dengan Kontrol Diri


Menurut Wulff dalam Nofrans dzikir secara psikologis akan menciptakan
perasaan damai, tenang dan suasana emosi diliputi oleh emost-emosi positif.
Dzikir jika dilakukan dengan penuh konsentrasi akan memunculkam
gelombang alpha, yaitu geiombang otak yang muncul jika kondisi tubuh
sudah rileks.Perasaan damai, tenang dan suasana emosi positif yang
ditimbulkan dari dzikir inilah kemungkinan memiliki hubungan pada aspek
kontrol diri.
Menurut Delmonte dalam Nofrans, kalimat dzikir yang diucapkan secara
berulang-ulang akan menyebabkan teijadinya frontalis muscle relaxation
yang merupakan hasil dari proses conditioning. Kalimat dzikir yang diucapkan
secara berulang-ulang merupakan sebuah stimulus conditioning yang
menyebabkan munculnya conditioned relaxation response. Dzikir
memuncuikan proses counter conditioning yang menghasilkan keadaan
santai untuk melawan keadaan tegang. Keadaan santai untuk melawan
keadaan tegang yang dihasilkan dari proses psikologis melalui dzikir ada
kemungkinan memiliki hubungan pada aspek kontrol diri.
9

BAB III
REVIEU JURNAL

A. Jurnal Nasional
Penulis Wahyu Catur Hidayati, Dwi Heppy Rochmawati, dan
Targunawan
Judul Pengaruh Terapi Religius Zikir Terhadap Peningkatan
Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien
Halusinasi di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang
Masalah Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi
Tujuan Untuk mengetahui Pengaruh terapi religius zikir terhadap
peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran
pada pasien halusinasi di RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang
Teori Kegiatan terapi religius zikir, dapat menurunkan gejala psikiatrik,
Riset yaang lain menyebutkan bahwa menurunnya kunjungan ke
tempat ibadah,meningkatkan jumlah bunuh diri di USA
,Kesimpulan dari berbagai riset bahwa religius mampu
mencegah dan melindungi dari penyakit kejiwaan, mengurangi
penderitaan, meningkatkan proses adaptasi mengontrol
suarasuara yang tidak ada wujudnya seperti halusinasi
pendengaran. (Mahoney et.all, 1985 dalam Yosep, 2007).
TeoriTeori
Terapi religius tidak diarahkan untuk merubah agama pasiennya
tetapi menggali sumber kopingnya (Yosep, 2009, hlm.344).
Terapi zikir adalah ucapan yang selalu mengingatkan kita
kepada Allah (Hawari, 2009, hlm.202). dengan berzikir hati
seseorang akan terasa tentram.
Terdapat 3 sesi yang menjadikan pasien halusinasi mampu
melafalkan bacaan zikirnya, mampu lebih nyaman untuk berzikir
saat halusinasinya muncul, mampu menyampaikan perasaanya
setelah berzikir
Lokasi dan RSJD DR. Amino Gondohutomo Semarang pada Tahun 2014
waktu
10

Jenis Quasy Experimental Design dengan pendekatan one group pre


penelitian and post test
Populasi Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pasien halusinasi
dan sampel pendengaran yang dirawat pada bulan November 2013 di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondoutomo
Semarang, dengan jumlah pasien halusinasi
pendengaran
sebanyak 306 orang. Penentuan ukuran sampel
menggunakan Slovin, dengan tingkat kesalahan yang
dikehendaki 10% sehingga didapatkan sampel 75
responden.
Variabel Variabel Independen yaitu terapi religius zikir dan variabel
penelitian dependen yaitu kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran
Analisis analisis bivariat dengan uji Wilcoxon
Hasil Hasil uji statistik peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi
penelitian pendengaran sebelum dan sesudah dilakukan terapi religius zikir
pada pasien halusinasi pendengaran menunjukkan nilai nilai
signifikan kurang dari α yang ditetapkan sebelumnya sebesar
5% (0,05), dengan demikian Ho ditolak, sehingga ada pengaruh
yang signifikan dari terapi religius zikir terhadap peningkatan
kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran.
Pembahasan Kemampuan responden mengontrol halusinasi pendengaran
pada pasien halusinasi sebelum diberikan terapi religius zikir
dengan kategori baik sebanyak 5 orang (6,7%), sedangkan
kategori buruk sebanyak 70 orang (93,3%). Sesuai uji
statistik terhadap kemampuan responden mengontrol halusinasi
pendengaran pada psien halusinasi sebelum diberikan terapi
religius zikir diperoleh mean= 2,41 < 3. Sehingga kemampuan
mengontrol halusinasi pendengaran masih dikatakan buruk.
Kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran di RSJD Dr.
Amino Gondohu tomo Semarang masih buruk karena
kebanyakan pasien hanya diberikan Terapi Aktifitas Kelompok
(TAK) biasa seperti menutup telinga dan menghardik
sedangkan untuk ketenangan rohani nya pihak RSJD Dr.
11

Amino Gondohutomo Semarang belum menerapkan SOP


terapi religius zikir secara optimal dan belum diberikan
secara berkala oleh perawat karena hanya diberikan atas
dasar inisiatif perawat saja. Kemampuan responden mengontrol
halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi sesudah
diberikan terapi religius zikir dengan kategori baik sebanyak
74 orang (98,7%), sedangkan kategori buruk sebanyak 1
orang (1,3%). Sesuai uji statistik terhadap kemampuan
responden mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien
halusinasi sesudah diberikan terapi religius zikir diperoleh
mean= 5,55 > 3. Sehingga kemampuan mengontrol
halusinasi pendengaran sudah dikategori baik.

Penulis Deden Dermawan


Judul Pengaruh Terapi Psikoreligius: Dzikir Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta
Masalah Pasien memberikan persepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa objek atau rangsangan yang nyata seperti
mendengar suara padahal tidak ada yang sedang berbicara
atau mendengar suara. Tanda dan gejala yang dapat
diobservasi adalah mendengarkan suara atau kebisingan,
dimana suara itu memberi perintah kepada pasien untuk
melakukan suatu aktifitas.
Tujuan untuk mengetahui pengaruh Dzikir untuk mengatasi pasien
yang halusinasi pendengaran
Teori Direja (2011) tanda dan gejala halusinasi adalah pasien
sering berbicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa
sebab, mengarahkan telinga ke arah tertentu, menutup
telinga, mendengar suara atau kegaduhan. Mendengar suara
yang mengajak pasien bercakap-cakap, mendengar suara yang
menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
Pieter dan Namora (2010) bahwa usia dewasa
muda berisiko lebih tinggi mengalami gangguan jiwa terutama
12

halusinasi karena pada tahap ini kehidupan penuh dengan


stressor, masa dewasa muda mengalami masa ketegangan
emosi dan itu berlangsung hingga usia 30-an. Dalam usia
tersebut individu akan mudah mengalami ketidakmampuan
menghadapi masalah sehingga akan lebih mudah emosi.
Fatihuddin (2010) Dzikir adalah menjaga dalam
ingatan agar selalu ingat kepada Allah ta‟ala. Dzikir
dapat menyehatkan tubuh: hidup orang shaleh lebih ceria,
tenang, dan seolah-olah tanpa masalah, karena setiap
masalah. Sulahyuningsih (2016) bahwa terapi religius
efektif untuk meningkatkan kemampuan mengontrol
halusinasi pendengaran. Dengan berdzikir hati seseorang
akan lebih tentram, kegiatan terapi religius dzikir dapat
menurunkan gejala psikiatrik. Religius disikapi dengan konsep
takwa.
Lokasi dan di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta pada Tahun 2017
waktu
Jenis deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan proses
penelitian keperawatan (nursing process).
Populasi Populasi adalah pasien dengan halusinasi dengan sampel
dan sampel sebanyak 8 pasien dengan halusinasi pendengaran
Variabel Variabel Independen yaitu terapi psikoreligius dzikir dan
penelitian variabel dependen yaitu halusinasi pendengaran
Analisis Analisa menggunakan transkrip wawancara dan Trianggulasi
Sumber.
Hasil Hasil penelitian menunjukan bahwa 5 dari 8 responden
penelitian mengatakan halusinasi berkurang setelah melakukan dz ikir,
dan 3 dari 8 responden mengatakan masih mendengar
halusinasi setelah melakukan dzikir.
Pembahasan Peneliti melakukan pengkajian mengenai halusinasi kepada
8 responden dengan melakukan observasi rata – rata klien
mengalami tanda dan gejala yang sama yaitu mengarahkan
telinga ke arah tertentu, gelisah, terlihat terganggu, marah
tanpa sebab, mencoba berinteraksi dengan lingkungan, tidak
13

berdaya, sering menangis sendiri, tertawa sendiri.


Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada 8
responden didapatkan keluhan yang hampir sama antara R1,
R2, R3, R4 R5, R6, R7, R8 yaitu mereka merasa
mendengar bisikan yang menyuruh untuk melakukan
sesuatu sehingga menuruti halusinasinya, memukul
seseorang ketika emosi, mengarahkan telinga ke arah tertentu,
sering tertawa sendiri, merasa takut ketika halusinasinya
muncul, perubahan pola
komunikasi, gelisah. Untuk mengalihkan halusinasi
pendengaran yang dialami oleh pasien peneliti menggunakan
tekhnik pengalihan dengan cara dzikir, agar responden dapat
mengalihkan halusinasi pendengaran yang dialami sehingga
pasien merasakan ketentraman jiwa. Fungsi dari dzikir
antara lain dapat mensucikan hati dan jiwa: berdzikir dapat
mengingatkan kita kepada Allah dan hanya kepada-Nya kita
meminta pertolongan. Karena segala bentuk masalah adalah
dari-Nya, dan dengan berdzikir dapat mengingatkan kita agar
selalu berfikir positif. Peneliti melakukan implementasi di Ruang
Arjuna sebanyak 3- 8 pertemuan. Halusinasi yang didengar
oleh pasien berbeda – beda waktu nya.
Berdasar hasil observasi pasien melakukan dzikir ketika
mendengar suara palsu, ketika sedang sendiri, dan setelah
sholat. Peneliti meminta klien untuk melakukan dzikir secara
mandiri setelah sholat magrib, isya dan shubuh.

Penulis Eva Dwi Mayrani & Elis Hartati


Judul Intervensi Terapi Audio Dengan Murottal Surah Ar-Rahman
Terhadap Perilaku Anak Autis
Masalah Gangguan perilaku yang umum dialami oleh anak autis
antara lain gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi,
perilaku motorik, dan emosi.
14

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan


memberikan gambaran pengaruh terapi audio dengan murottal
surah Ar-Rahman terhadap anak autis
Teori Priyatna (2010) Autisme merupakan sebuah sindrom
yang disebabkan oleh kerusakan otak kompleks yang
mengakibatkan terjadinya gangguan perilaku, emosi,
komunikasi, dan interaksi social.
Abdurrachman & Andhika (2008) Terapi dengan
alunan bacaan AlQur’an. Stimulan murottal Al-Qur’an dapat
dijadikan alternatif terapi baru sebagai terapi relaksasi
bahkan lebih baik dibandingkan dengan terapi audio lainnya
karena stimulan Al-Qur’an dapat memunculkan gelombang
delta sebesar 63,11%.
Widhowati (2010) Audio surah Ar-Rahman telah
diteliti sebelumnya dan terbukti efektif menurunkan tingkat
perilaku kekerasan dan membantu pasien mengungkapkan
emosinya dengan cara yang lebih adaptif.
Kemper & Suzanne (2004) dalam Gray (2012) Terapi
audio dengan murottal surah Ar-Rahman dapat digunakan
sebagai alternatif terapi pendamping pada anak autis sesuai
dengan teori yang telah ada bahwa suara dapat mengontrol
seluruh tubuh, mengatur operasi-operasi vital, dan koordinasi
gerakan-gerakan. Terapi audio dapat menghilangkan tegangan
otot dan stress, mengurangi rasa sakit, kecemasan,
menstimulasi sistem imun, menurunkan tekanan darah, serta
meningkatkan komunikasi pada pasien dengan autisme,
gangguan pendengaran, dan penyakit Alzheimer.
Lokasi dan Penelitian dilakukan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri
waktu Semarang karena merupakan SLB yang telah terakreditasi
secara na sional.
Jenis Penelitian menggunakan desain pra eksperimental
penelitian
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak autis di
dan sampel SLBN Semarang yang beragama Islam dan berusia 6-12
15

tahun (usia sekolah) yaitu berjumlah 29 anak.


Pemilihan sampel teknik nonprobabilitysampling dengan
purposivesampling . Sampel pada penelitian ini adalah 18
responden terdiri dari 16 laki-laki dan 2 perempuan.
Variabel Variabel independen yaitu terapi audio dengan murottal
penelitian surah ar-rahman & variabel dependen yaitu perilaku anak autis
Analisis Analisis distribusi frekuensi
Hasil Hasil ini menunjukkan adanya penurunan gangguan perilaku
penelitian anak autis pada aspek interaksi sosial, perilaku, dan emosi
setelah mendapatkan terapi audio dengan murottal surah Ar-
Rahman
Pembahasan fek suara berkaitan dengan proses impuls suara ditransmisikan
ke dalam tubuh. Pembahasan dan mempengaruhi sel-sel tubuh.
Suara yang diterima oleh telinga kemudian dikirim ke sistem
saraf pusat kemudian ditransmisikan ke seluruh organ tubuh

Penulis Sri Mardiati1, Veny Elita2, Febriana Sabrian3


Judul Pengaruh Terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihahterhadap
Skor Halusinasi Pasien Skizofrenia
Masalah Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa berat.
Gangguan jiwa berat merupakan gangguan jiwa yang ditandai
dengan terganggunya kemampuan menilai realitas atau tilikan
(insight ) yang buruk.
Gangguan jiwa berat ini akan disertai dengan gejala berupa
halusinasi, ilusi, waham, gangguan proses pikir, kemampuan
berpikir, serta tingkah laku aneh seperti agresivitas atau
katatonik

Tujuan Mengetahui efektifitas Membaca Al Fatihah terhadap Skor


Halusinasi Pasien Skizofrenia
16

Teori Membaca Al-Qur’an dapat mendatangkan kesembuhan


(Wiradisuria, 2016).Mengingat Allahakan membuat tubuh rileks
dengan cara mengaktifkan kerja system saraf parasimpatik dan
menekan kerja system saraf simpatik. Hal ini akan
membuat keseimbangan antara kerja dari keduasystem saraf
otonom tersebut sehingga mempengaruhi kondisi tubuh.
Sistem kimia tubuh akan diperbaiki sehingga tekanan darah
akan menurun, pernafasan jadi lebih tenang dan teratur,
metabolisme menurun, memperlambat denyutjantung, denyut
nadi, dan mempengaruhi aktivitas otak seperti mengalihkan
perhatian dari rasa takut, cemas, tegang (Maimunah,2011).
Surah Al Fatihah memiliki kedudukan yang tinggi dengan
sebutan Ummul Kitab yang artinya induk dari seluruh Al-Qur’an.
Surah Al Fatihah ini terdiri dari 7 ayat dan merupakan surah
yang popular dan paling dihafal oleh umat muslim (Ridha,
2007). Surah Al Fatihah merupakan obatdari segala penyakit
dan Rasulullah Saw. Telah mencontohkan berbagai macam
pengobatan yang bisa dilakukan dengan surah Al Fatihah
(Alcaff, 2014).Membaca surah Al Fatihah sebanyak 70 kali
mampu menyembuhkan tremor atau biasa disebut gemetaran
(Pedak, 2009).

Lokasi dan diRumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau pada bulan Februari
waktu tahun 2017.
Jenis Penelitian ini menggunakan desain quasy exsperimental
penelitian dengan pendekatan pretest-posttest design with control group.
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah pasien skizofrenia dengan
dan sampel diagnosa keperawatan halusinasi diRumah Sakit Jiwa Tampan
Provinsi Riau dengan jumlah 218 pada bulan Februari tahun
2017. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified
random sampling. Sampel berjumlah 34 orang pasien.
Variabel Variabel independen yaitu terapi pembacaan suratul fatihah
penelitian oleh pasien & variabel dependen yaitu skor halusinasi pasien
Analisis Analisa data menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat
17

dengan menggunakan uji alternatif yaitu Wilcoxon dan Mann-


Whitney.
Hasil Skor halusinasi pada kelompok eksperimen didapatkan nilai
penelitian significancy (p value) 0,019 < α (0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan antara pretest
dan posttest dan terjadi penurunan nilai median pretest dan
posttest diberikan terapi psikoreligius: membaca Al fatihah itu
dari 38,00 menjadi 17,00, dapat disimpulkan bahwa adanya
penurunan skor halusinasi pada kelompok eksperimen yang
telah
diberikan terapi psikoreligius: membaca Al fatihah. Berdasarkan
hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi psikoreligius:
membaca Al Fatihah berpengaruh terhadap penurunan skor
halusinasi pasien skizofrenia di RSJ Tampan Provinsi Riau.
Pembahasan Terapi bacaan Al-Qur’an terbukti mampu mendatangkan
ketenangan jiwa baik yang membaca maupun yang
mendengarkannya (Wiradisuria, 2016). Isnawati (dalam
Wiradisuria, 2016) menyebutkan bahwa membaca Al-
Qur’anmerupakan salah satu dari sepuluh amal shalih yang
membuat tubuh selalu sehat. Al-Qur’an (Qur’an 8:2) yang artinya
“sesungguhnya orang-orang yang beriman itu, hanyalah mereka
yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Nya bertambahlah
keimananya(karenanya), dan kepada Tuhan lah mereka
bertawakal”.
Ayat tersebut menjelaskan tentang gambaran orang
mukmin terhadap bacaan Al-Qur’an. Mendengarkan serta
membaca bacaan Al-Qur’an akan berpengaruh jika dilakukan
dalam keadaan yang tenang serta memperhatikan dalam arti
meninggalkan kesibukan yang dapat mengganggu dari kegiatan
medengarkan ataupun membaca AlQur’an.
18

Penulis Massuhartono, Mulyanti


Judul Terapi Religi Melalui Dzikir Pada Penderita Gangguan Jiwa
Masalah ada peningkatan orang terkena gangguan jiwa hal ini
disebabkan berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar diri
individu itu sendiri dan dari lingkungannya. Namun terlepas dari
itu hal ini disebabkan karena adanya ketidaksiapan diri seorang
individu
dalam menerima realitas sehingga tidak mampu untuk
mengaktualisasikan diri, pada akhirnya menyebabkan gangguan
pada jiwa yang terus menerus mendapat tekanan terlebih lagi
karena kurangnya iman dan kedekatan kepada sang Pencipta.
Tujuan diharapkan terapi religi mampu mengajak rehabilitan untuk
mengenal Allah, karena disebabkan gangguan jiwa yang dialami
rehabilitan, membuat sebagian memori ingatan rehabilitan
terganggu bahkan mengingat namanya sekalipun sulit, dengan
mengingat Allah melalui kalimat dzikir akan memberikan terapi
tersendiri bagi otak untuk mengingat kembali memori-memori
yang telah hilang, karena Allah akan senantiasa bersama orang-
orang yang mengingat-Nya
Teori Dzikir juga merupakan makanan bagi hati dan ruhnya. Jika ia
hilang dari seseorang hamba, ibarat badan kosong dari
makanannya. Menurut Musfir bin Said az-Zahrani dalam
bukunya konseling terapi, indikasi kesehatan jiwa dalam Islam
tampak dalam beberapa hal, yang salah satunya, dilihat dari
aspek spiritualitasnya, ialah adanya keimanan kepada Allah,
konsisten dalammelaksanakan ibadah kepadaNya, menerima
takdir dan ketetapan yang telah digariskan oleh-Nya, selalu
merasakan kedekatan kepada Allah.

Lokasi dan di Instalasi Rehabilitasi Mental Rumah sakit Jiwa Daerah


waktu Provinsi Jambi bulan agustus tahun 2018
Jenis Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis pendekatan
penelitian kualitatif, yang mendiskripsikan data di lapangan apa adanya.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
19

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk


meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
Populasi pasien gangguan jiwa di Instalasi Rehabilitasi Mental Rumah
dan sampel sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
Variabel Variabel dependent gambaran pelaksanaan terapi religi
penelitian Variabel independent terapi dzikirbagi pasen jiwa
Analisis deskriptif
Hasil Terapi religi dzikir di Instalasi Rehabilitasi Mental Rumah Sakit
penelitian Jiwa Daerah Provinsi Jambi dilakukan dengan dua metode yaitu
metode kelompok dan metode langsung, metode ini lahir dari
kreatifitas terapis saja, tidak terstruktur mengingat terapi religi
fungsinya dirumah sakit hanya sebagai pembantu dalam
memberikan pembekalan kepada rehabilitan tentang ilmu
ketauhidan dimana rehabilitan yang mengikutinya sudah
memiliki tingkat kesembuhan di atas 50%.

Pembahasan Metode ini penting dilakukan karena akan membantu


rehabilitan saat kembali kemasyarakat, bagi seorang yang
terkena gangguan jiwa saat dinyatakan sembuh dan mendapat
izin kembali kemasyarakat oleh rumah sakit, rehabilitan akan
mendapat tantangan baru yaitu persepsi dan stigma masyarakat
yang menganggapnya mantan gangguan jiwa sehingga sering
dari masyarakat tetap mengasingkan nya dan berpikiran negatif
terlebih lagi mengeluarkan kata yang dapat menyakiti hati
rehabilitan, hal ini akan berdampak buruk bagi psikologi
rehabilitan dan dapat memicu kembali apa yang sudah
dideritanya.
20

B. Jurnal International

Penulis Suryani
Judul Salat and Dhikr to Dispel Voices: The Experience of Indonesian
Muslim with Chronic Mental Illnes
Masalah Pasien yang diwawancarai tentang pengalaman mereka
mendengar suara-suara dan delusi
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi
pengalaman dari menghilangkan suara sebagai diartikulasikan
oleh Muslim Indonesia dengan penyakit mental kronis
Teori johnson, et al (2002), Yip (2003), Tsai and Chen (2005) ,
McNiel et al, (2000) Vandenbroeck (2008
Lokasi dan Di Sumedang pad Tahun 2013
waktu
Jenis Pendekatan fenomenologis deskriptif diterapkan di memberi
penelitian penjelasan fenomena menghilangkan suara-suara dalam
penelitian ini
Populasi 4 peserta yang terlibat dalam penelitian ini. Usia peserta berkisar
dan sampel dari 19-56 tahun. 10 peserta laki-laki dan 14 dari mereka adalah
perempuan
Variabel Variabel independen salat dan dzikir & variabel dependen yaitu
penelitian menghilangkan suara
Analisis Analisis transkrip peserta dilakukan dengan menggunakan
pendekatan Colaizzi
Hasil Penelitian ini mengeksplorasi pengalaman muslim Indonesia
penelitian dengan penyakit mental kronis di dispeling suara. Temuan
penelitian ini diartikulasikan bahwa Muslim Indonesia dilakukan
salat dan dzikir untuk menghilangkan suara-suara.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa mendengar suara-
suara memiliki arti yang signifikan untuk individuals.28 The cara
mereka menghilangkan suarasuara dipengaruhi oleh latar
belakang agama mereka.
Pembahasan Seperti yang disajikan dalam temuan, sebagian besar
peserta percaya bahwa suara-suara itu setan suara. Temuan
21

studi ini konsisten dengan studi oleh Sylvia et al, 2006 di


Swiss di mana salah satu peserta dalam studi mereka
percaya bahwa halusinasi dan delusi nya karena spirits.17
buruk Temuan Wahass dan studi Kent, 1997 di Inggris juga
mirip dengan temuan studi ini sehubungan dengan
keyakinan bahwa mendengar suara-suara disebabkan oleh
Satan.14 temuan studi ini juga sejalan dengan temuan
sebuah studi oleh Kurihara et al, 2006 di Bali , Indonesia
di mana sebagian besar peserta dalam penelitian mereka
melaporkan bahwa skizofrenia atau penyakit mental
kronis yang disebabkan oleh witchcraft sebagian besar
peserta dilakukan salat dan zikir setiap kali mereka
mendengar suara-suara. Mereka mencari bentuk bantuan
Allah karena mereka percaya bahwa Allah adalah yang
paling kuat dan penuh belas kasihan, hanya dengan
mencari bantuan dari dia dapat dilindungi orang- orang dari
roh jahat. Pada saat mencari bantuan Allah, peserta
berbalik untuk melakukan salat dan zikir sebagai sarana
memohon bantuan Allah.

Penulis Arthur Saniotis


Judul Understanding Mind/Body Medicine from Muslim Religious
Practices of Salat and Dhikr
Masalah Saat ini, ada kebutuhan untuk dokter untuk menggabungkan
teknik yang lebih pikiran /
tubuh karena peningkatan dramatis dalam berhubungan
dengan gangguan stres kronis di seluruh dunia.
Tujuan Untuk lebih memahami aspek pikiran / tubu h dari salat Muslim
dan dzikir.
Teori Syed (2002), Deuraseh and Talib (2005), (Pace et al.
2009), Alberini (2009), Luders et al. (2011), Noakes and
Spedding (2012), Mattson (2012)
22

Lokasi dan New York padaTahun 2015


waktu
Jenis Kajian kepustakaan
penelitian
Populasi Tak ada
dan sampel
Variabel Tak ada
penelitian
Analisis Meninjau beberapa buku dan jurnal
Hasil Kedua praktek ritual yang tertanam dalam psikologi banyak
penelitian Muslim. Sedangkan aspek sejarah dan agama dari salat dan
zikir didokumentasikan dengan baik, ada beberapa studi yang
dilakukan pada aspek terapi mereka. Dalam pandangan penulis,
penelitian itative lebih kuantitatif dan qualdiperlukan dalam lebih
Lanjut meneliti aspek pikiran /tubuh dari salat dan zikir.
Penelitian baik-bulat bisa menggabungkan antropologis,
psikologis, ilmu syaraf, dan pendekatan epidemiologi untuk
memahami sifat multi-faktorial dua praktek ini.
Pembahasan Penelitian medis dalam salat dan zikir harus dilakukan dengan
kepekaan terhadap keyakinan dan nilai-nilai Islam. Selain itu,
penelitian tersebut harus dilakukan dengan pemandangan
mendidik dokter Muslim pada salat dan zikir sebagai obat
pikiran /tubuh. Hal ini karena Islam adalah peduli dengan
kesehatan dan kesejahteraan Muslim, yang salat dan dzikir juga
dapat dipromosikan oleh dokter sebagai membina psiko-fisik
kesejahteraan

Penulis Syaefudin Ali Akhmad*


Judul The Roles of Prayers in Islam for Treatment (Healing); Potencies
and Problems
Masalah Many individuals select a few ways to escape from distressing
condition including liquor drinking, opiate manhandles, diversion,
playingpastimes, prostitution, erotic entertainment, watchi ng film
23

or drama and in addition to supplication or otherworldly practices


(ritual of prayer).
Banyak orang memilih beberapa cara untuk melepaskan diri dari
kesusahan kondisi termasuk minum minuman keras, kelasi opiat,
pengalihan, bermain hiburan, pelacuran, hiburan erotis,
menonton film atau drama dan selain permohonan atau praktik
dunia lain (ritual doa).
Tujuan Memahami agama islm sebagai sesuatu gaya hidup yang
menyehatkan bagi tubuh dan jiwa
Teori World Health Organization (WHO) prescribed profound
practices, for example, supplication and religious practice as
another meditation to make wellbeing and healthy. Religion is
the focal place of the most profound sense of being and
demonstrating that insist faith in Allah SWT makes a basic
commitment to our physical health.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meyarankan praktik
mendalam, sebagai contoh, kepercayaan dan praktik
keagamaan sebagai meditasi lainnya untuk membuat
kesejahteraan dan sehat. Agama adalah tempat utama rasa
yang mendalam tentang keberadaan dan menunjukkan
keyakinan yang teguh kepada Allah SWT membuat komitmen
dasar untuk kesehatan fisik kita
Lokasi dan Jakarta 2017
waktu
Jenis Study literatur
penelitian
Populasi
dan sampel
Variabel
penelitian
Analisis deskriptif
Hasil Prayers are very effective for palliative treatments in the terminal
penelitian stages of cancer minimizing from bias i.e. spontaneous
remission,
24

the Hawthorne effect, nonspecific psychosocial support, and


regression to the mean and the Rosenthal effect.
The aim of science is not to open a door to infinite wisdom but to
set a limit to infinite error and present the proof based on statistic
and materialism.
Doa sangat efektif untuk perawatan paliatif pada stadium akhir
kanker meminimalkan dari bias yaitu remisi spontan, efek
Hawthorne, dukungan psikososial yang tidak spesifik, dan
regresi terhadap mean dan Rosenthal efek.
Tujuan sains bukanlah untuk membuka pintu bagi kebijaksanaan
yang tak terbatas tetapi untuk menetapkan batas kesalahan
yang tak terbatas dan menyajikan bukti berdasarkan statistik dan
materialisme.
Pembahasan The objective and subjective perceptions of benefits towards
prayers depend on the qualities of prayers done by someone
called khusyu’ or full concentration as well as the quantities of
prayers have been done. In general, prayers will give catharsis
effects but not removing the causative agent as if giving the
placebo effects. In the long term, prayers will bring causative
treatments for the certain diseases such as mental disorders
including neurosis and immune disease (inflammation) as well
as cancer but not for congenital disease.
Persepsi objektif dan subyektif tentang manfaat terhadap
doa tergantung pada kualitas doa yang dilakukan oleh
seseorang yang disebut khusyu 'atau konsentrasi penuh
sebagai
serta jumlah doa telah dilakukan. Secara umum, doa akan
memberi efek katarsis tetapi tidak menghilangkan agen
penyebab seolah-olah memberikan efek plasebo. Dalam jangka
panjang, doa akan membawa perawatan penyebab untuk
penyakit tertentu seperti gangguan mental termasuk neurosis
dan kekebalan tubuh penyakit (peradangan) serta kanker tetapi
tidak untuk penyakit bawaan.
25

BAB IV
PENUTUP

Dari sejumlah peneliti para ahli, ternyata bisa disimpulkan, bahwa


komitmen agama dapat mencegah dan melindungi seseorang dari penyakit,
meningkatkan kemampuan mengatasi penyakit dan mempercepat pemulihan
penyakit yang dipadukan dengan terapi kedokteran. Agama lebih bersifat
protektif daripada problem producing. Komitmen agama mempunyai hubungan
signifikan dan positif dengan clinical benefit. Kesimpulan umum adalah seperti
apa yang telah dikemukakan oleh Larson (1990), ”Masyarakat dan bangsa kita
adalah bangsa yang religius. Maka sepatutnyalah pendekatan keagamaan dalam
praktik kedokteran dan keperawatan dapat diamalkan dalam dunia kesehatan.
Dengan catatan bukan tujuan untuk mengubah keimanan seseorang terhadap
agama yang sudah diyakininya, melainkan untuk membangkitkan kekuatan
spiritualnya dalam menghadapi penyakit.
Terapi psikoreligius dalam bentuk berdoa dan berzikir selain solat lima
waktu, sebagaimana diuraikan sebelumnya memunyai nilai psikoterapeutik lebih
tinggi daripada psikoterapi psikiatrik konvensional. Seseorang yang sedang
menderita sakit selain berobat secara medik psikiatrik bila disertai dengan
berdoa dan berzikir akan meningkatkan kekebalan yang bersangkutan terhadap
penyakitnya; menimbulkan optimisme dan pemulihan rasa percaya diri serta
kemampuan mengatasi penderitaan; yang pada gilirannya akan mempercepat
proses penyembuhan. Dan, apabila yang bersangkutan ditakdirkan meaninggal,
ia dalam keadaan beriman dan tenang kembali menghadap kepada Pencipta.
26

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Jiwa : aplikasi Praktik Klinik. Graham Ilmu:


Yogyakarta
Damaiyanti, M dan Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :
rafika Aditama.
Depkes, RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan: Jakarta
Dermawan, D dan Rusdi. (2013). Konsep dan Kerangka Asuhan Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
DINKES RI (2016). Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta
: Depkes.
Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Nuhu Medika : Yogyakarta
Hawari, D. (2009). Psikometri; Alat ukur (skala) kesehatan jiwa. Jakarta: FKUI
Hidayati, W. C., Rochmawati, D.H, & Targunawan. (2014). Pengaruh terapi
religius zikir terhadap peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi
pendengaran pada pasien halusinasi di rsjd dr. Amino gondohutomo
semarang. Stikes Telogorejo Semarang 2014. Semarang.
Kaplan, H J. S; Benjamin J; Grebb J A. (2009). Buku ajar psikiatri klinis edisi 2.
Jakarta: EGC
Keliat, B.A and Akemat. (2009). “Model Praktik keperawatan Profesional Jiwa”.
Jakarta : EGC.
Kusumawati, F dan Hartono, Y. (2010). Buku Ajaran Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.
Maramis, Willy, F, and Maramis, Albert, A. (2009). “Ilmu Kedokteran Jiwa”.
Edisi Dua. Surabaya
Nasir, A dan Muhith, A. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa : Pengantar dan
Teori. Jakarta : Salemba Medika.
Suhaimie, Muhammad Yasin. 2009. Dzikir dan Doa. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Sulistyowati, D.A, E. Prihantini (2015). Pengaruh terapi psikoreligi terhadap
penurunan Perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia Di rumah sakit
jiwa daerah Surakarta. Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan
27

Surakarta Jurusan Keperawatan. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume


4, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 72–77.
Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Tamama, R. (2016).Konseling Religius: Mengatasi Rasa Kecemasan Dengan
Mengadopsi Terapi Zikir Berbasis Religiopsikoneuroimunologi. Jurnal
KOPASTA, 3(2), 2016
WHO, (2016).
Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai