Langkah PTK

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

A.

Langkah-langkah Dalam PTK


Penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian melalui
sistem berdaur atau siklus dari berbagai kegiatan pembelajaran. Kemmis dan
Mc Taggart, (1992) menyatakan prosedur PTK dilaksanakan dengan 4
kegiatan utama atau tahapan yaitu Plan (perencanaan). Action (tindakan),
observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Alur pelaksanaan PTK
seperti berikut:
Secara ringkas tahapan kegiatan di atas dapa dijelaskan sebagai berikut:
1. Planning (Rencana)
Rencana merupakan kegiatan pokok pada tahap awal yang harus
dilakukan guru sebelum melakukan PTK. Dengan perencanaan yang baik
guru pelaksana PTK akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan dan
mendorong guru untuk bertindak dengan lebih efektif. Sebagai bagian dari
perencanaan, guru sebagai peneliti harus berkolaborasi (bekerja sama) dan
berdiskusi dengan teman sejawat untuk membangun kriteria dan kesamaan
bahasa dan persepsi dalam merancang tindakan perbaikan. Tahapan yang
dilaksaksanakan pada tahap perencanaan meliputi Identifikasi masalah,
analisis masalah, perumusan masalah, dan formulasi tindakan dalam bentuk
hipotesis tindakan.
a. Identifikasi Masalah
Pertanyaan yang mungkin timbul bagi guru pemula PTK adalah :
bagaimana memulai Penelitian Tindakan Kelas ? Untuk dapat menjawab
pertanyaan tersebut, pertama-tama yang harus dimiliki guru adalah perasaan
ketidak puasan terhadap praktek pembelajaran yang selama ini
dilakukannya. Manakala guru merasa puas terhadap apa yang ia lakukan
terhadap proses pembelajaran di kelasnya. Meskipun sebenarnya terdapat
banyak hambatan yang dialami dalam pengelolaan proses pembelajaran,
sulit kiranya bagi guru untuk memunculkan pertanyaan seperti di atas, yang
kemudian dapat memicu dimulainya sebuah PTK.
Oleh sebab itu, agar guru dapat menerapkan PTK dalam upayanya
untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan layanan pembelajaran secara
lebih professional, ia dituntut keberaniannya

untuk mengatakan secara jujur khususnya kepada dirinya sendiri mengenai


sisi-sisi lemah masih terdapat dalam implementasi program pembelajaran
yang dikelolanya. Dengan kata lain guru harus mampu merefleksi,
merenung, serta berfikir balik, mengenai apa saja yang telah dilakukan
dalam proses pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi-sisi lemah
yang mungkin ada. Dalam proses perenungan itu terbuka peluang bagi guru
untuk menemukan kelemahan-kelemahan praktek pembelajaran yang selama
ini dilakukan secara tanpa disadari. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan
secara maksimal potensi PTK bagi perbaikan proses pembelajaran, guru
perlu memulainya sedini mungkin begitu ia merasakan adanya persoalan-
persoalan dalam proses pembelajaran.
Dengan kata lain, permasalahan yang diangkat dalam PTK harus
benar-benar merupakan masalah-masalah yang dihayati oleh guru dalam
praktek pembelajaran yang dikelolanya, bukan permasalahanyang
disarankan, apalagi ditentukan oleh pihak luar. Permasalahan tersebut dapat
berangkat (bersumber) dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, interaksi,
pembelajaran dan hasil belajar siswa. Menurut Hopkins (1993) guru dapat
menemukan permasalahan tersebut bertitik tolak dari gagasan-gagasan yang
masih bersifat umum mengenai keadaan yang perlu diperbaiki, untuk
mendorong pikiran dalam mengembangkan fokus permasalahan, kita dapat
bertanya pada diri sendiri.
Berbekalkan kejujuran dan kesadaran untuk mengidentifikasi
masalah, beberapa contoh pertanyaan yang diajukan guru pada diri sendiri
(Wardani, dkk, 2007).
 Apa yang sedang terjadi di kelas saya ?
 Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu ?
 Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya?
 Apa yang terjadi jika masalah tersebut saya biarkan?
 Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?
Pada tahap ini, yang paling penting adalah menghasilkan gagasan-
gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami oleh guru di
kelas. Dengan berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut, guru dapat
berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK.
Masalah dalam PTK terkait dengan proses pembelajaran yang pada
gilirannya menghasilkan perubahan pada perilaku guru, mitra peneliti dan
siswa. Contoh permasalahan yang di-PTK-kan:
 metode mengajar, mungkin mengganti metode tradisional dengan metode penemuan;
 strategi belajar, menggunakan pendekatan integratif pada
pembelajaran daripada satu gaya belajar mengajar;
 prosedur evaluasi, misalnya meningkatkan metode dalam penilaian kontinyu/otentik;
 penanaman atau perubahan sikap dan nilai, mungkin mendorong
timbulnya sikap yang lebih positif terhadap beberapa aspek kehidupan;
 pengembangan profesional guru misalnya meningkatkan
keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar
yang baru, menambah kemampuan analisis, atau meningkatkan
kesadaran diri;
 pengelolaan dan kontrol, pengenalan bertahap pada teknik modifikasi perilaku; dan
 administrasi, menambah efisiensi aspek tertentu dari
administrasi sekolah (Cohen dan Manion, 1980: 181).
Kriteria dalam penentuan masalah:
 Masalah harus penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus
signifikan dilihat dari segi pengembangan lembaga atau program;
 Masalahnya hendaknya dalam jangkauan penanganan. Jangan sampai
memilih masalah yang memerlukan komitmen terlalu besar dari pihak
para penelitinya dan waktunya terlalu lama;
 Pernyataan masalahnya harus mengungkapkan beberapa dimensi
fundamental mengenai penyebab dan faktor, sehingga
pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal fundamental
ini daripada berdasarkan fenomena dangkal
Contoh masalah yang diidentifikasi sebagai fokus penelitian tindakan:
 rendahnya kemampuan mengajukan pertanyaan kritis di kalangan Siswa Kelas IX;
 rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris;
 rendahnya kualitas pengelolaan interaksi guru-siswa-siswa;
 rendahnya kualitas pembelajaran bahasa Inggris ditinjau dari tujuan
mengembangkan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa tersebut.
b. Analisis Masalah
Setelah memperoleh permasalahan-permasalahan melalui proses
identifikasi tersebut, maka guru peneliti selanjutnya melakukan analisis
terhadap masalah-masalah tersebut untuk menentukan urgensi
penyelesaiannya. Dalam hubungan ini, akan ditemukan permasalahan yang
sangat mendesak untuk diatasi seperti misalnya penguasaan materi pelajaran
pada topik pewarisan sifat, sikap siswa dalam berdiskusi atau sikap siswa
dalam melakukan percobaan. Permasalahan

tersebut jika tidak segera diselesaikan akan menimbulkan dampak negatif


yang besar (Tidak tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal, kurang
kerjasama dalam diskusi dan eksperimen). Walaupun demikian, tidak semua
permasalahan dalam pembelajaran yang dapat diatasi dengan PTK (seperti
kesalahan-kesalahan faktual dan/atau konseptual yang terdapat dalam buku
paket).
Beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan bagi guru dalam
menganalisis permasalahan adalah sebagai berikut:
Pilih permasalahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan
siswanya, atau topik yang melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang
memang diprogramkan oleh sekolah; Jangan memilih masalah yang berada
di luar kemampuan dan/atau kekuasaan guru untuk mengatasinya; Pilih dan
tetapkan permasalahan yang skalanya cukup kecil dan terbatas; Usahakan
untuk bekerja sama dalam pengembangan fokus penelitian; dan Kaitkan
PTK yang akan dilaksanakan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan
dalam rencana pengembangan sekolah.
c. Perumusan Masalah
Setelah mengidentifikasi dan menganalisisnya, maka guru
selanjutnya perlu merumuskan permasalahan secara lebih jelas, spesifik, dan
operasional. Perumusan masalah yang jelas akan membuka peluang bagi
guru untuk menetapkan tindakan perbaikan ( anya ative solusi) yang perlu
dilakukannya, jenis data yang perlu dikumpulkan termasuk prosedur
pengumpulan data serta cara menginterpretasikannya. Disamping itu,
penetapan tindakan perbaikan yang akan dicobakan itu juga memberikan
arahan kepada guru untuk melakukan berbagai persiapan. Termasuk yang
berbentuk latihan guna meningkatkan keterampilan untuk melakukan
tindakan perbaikan yang dimaksud. Perumusan permasalahan yang lebih
tajam itu dapat dilakukan diagnosis kemungkinan- kemungkinan penyebab
yang lebih cermat, sehingga terbuka peluang untuk menjajaki pertanyaan
alternatif tindakan perbaikan yang diperlukan. Perumusan Masalah harus
jelas, dinyatakan dengan kalimat tanya. (dijelaskan lebih lanjut pada bagian
penyusunan proposal PTK).
Inti suatu masalah adalah kesenjangan antara keadaan nyata dan
keadaan yang diinginkan. Oleh karena itu rumusan masalah harus
mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang
diinginkan.
No Masalah Rumusan
1 Rendahnya kemampuan Siswa SMKN Kelas X mestinya telah mampu
mengajukan pertanyaan kritis di mengajukan pertanyaan yang kritis, tetapi
kalangan Siswa SMKN Kelas X dalam kenyataannya petanyaan mereka lebih
bersifat klarifikasi

No Masalah Rumusan
2 Rendahnya keterlibatan siswa Siswa kelas bahasa Inggris mestinya terlibat
dalam proses pembelajaran secara aktif dalam kegiatan belajar
bahasa Inggris menggunakan bahasa Inggris lewat kegiatan
yang menyenangkan, tetapi dalam kenyataan
mereka sangat pasif.

3 Rendahnya kualitas pngelolaan Pengelolan interaksi guru-siswa-siswa


interaksi guru-siswa-siswa mestinya memungkinkan setiap siswa untuk
aktif terlibat dalam proses pembelajaran,
tetapi dalam kenyataan interaksi hanya terjadi
antara guru dengan beberapa siswa.

4 Rendahnya kualitas proses Proses pembelajaran bahasa Inggris mestinya


pembelajaran bahasa Inggris memberi kesempatan kepada siswa untuk
ditinjau dari tujuan belajar menggunakan bahasa tsb. secara
mengembangkan keterampilan komunikatif, tetapi dalam kenyataannya
berkomunikasi dalam bahasa kegiatan pembelajaran terbatas pada kosakata,
tersebut lafal dan struktur.

d. Formulasi Solusi dalam Bentuk Hipotesis Tindakan


Alternatif perbaikan yang akan ditempuh dirumuskan dalam bentuk
hipotesis tindakan yaitu dugaan mengenai perubahan perbaikan yang akan
terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Jadi hipotesis adalah alternative yang
diduga dapat memecahkan masalah yang ingin diatasi dengan
penyelenggaraan PTK. Bentuk rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan
rumusan hipotesis ”penelitian formal”. Jika hipotesis penelitian formal
menyatakan adanya hubungan antara dua kelompok atau lebih, maka
hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara terbaik untuk mengatasi
masalah.
Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, guru sebagai
peneliti perlu melakukan :
Merefleksikan pengalaman sendiri sebagai guru.; Diskusi dengan
rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti dsb; Kajian pendapat dan saran
pakar pendidikan khususnya yang telah disampaikan dalam kegiatan
ilmiah.; Kajian teoritik di bidang pelajaran pendidikan; Kajian hasil- hasil
penelitian yang relevan dengan permasalahan; dan Hasil kajian tersebut,
dapat dijadikan landasan untuk membangun hipotesis.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis
tindakan.
Rumusan alternative tindakan perbaikan berdasarkan hasil kajian.
Dengan kata lain, alternative tindakan perbaikan hendaknya mempunyai
landasan yang mantap secara konseptual.; Setiap alternative tindakan
perbaikan yag dipertimbangkan, perlu dikaji ulang dan dievaluasi dari segi
relevansinya dengan tujuan, kelayakan teknis serta keterlaksanaannya.
Disamping itu juga perlu ditetapkan cara penilaiannya sehingga dapat
memfasilitasi pengumpulan serta analisis data secara cepat namun tepat,
selama program perbaikan ini diimplementasikan.; Pilih alternative
tindakan serta prosedur implementasi yang dinilai paling menjanjikan hasil
optimal, namun tetap ada dalam jangkauan kemampuan guru untuk
melaksanaannya dalam kondisi dan situasi sekolah yang aktual; Pikirkan
dengan seksama perubahan-perubahan (baca : perbaikan-perbaikan) yang
secara implisit dijanjikan melalui hipotesis tindakan itu, baik yang berupa
proses dan hasil belajar siswa maupun teknik mengajar guru.
Setelah diperoleh gambaran awal hipotesis tindakan, maka
selanjutnya perlu dilakukan pengkajian terhadap kelayakan dari masing-
masing hipotesis tindakan itu dari segi ”jarak” antara situasi nyata dengan
situasi idel yang dijadikan rujukan. Oleh karena itu, kondisi dan situasi yang
diprasyaratkan untuk penyelenggaraan suatu tindakan perbaikan dalam
rangka PTK, harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga masih dalam batas-
batas kemampuan siswa. Dengan kata lain, sebagai actor PTK guru
hendaknya cukup realistis dalam menghadapi kenyataan keseharian dunia
sekolah dimana ia berada dan melaksanakan tugasnya.
Untuk melakukan tindakan agar menghasilkan dampak/hasil
sebagaimana yang diharapkan, diperlukan kelayakan hipotesis tindakan
terlebih dahulu. Menurut Soedarsono (1997), ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mengkaji kelayakan hipotesis tindakan adalah sebagai
berikut ;
Implementasi suatu PTK akan berhasil, apabila didukung oleh
kemampuan dan komitmen guru yang merupakan aktornya. Dipihak lain,
untuk melaksanakan PTK kadang-kadang masih diperlukan peningkatan
kemampuan guru melalui berbagai bentuk pelatihan sebagai komponen
penunjang. Selain itu keberhasilan pelaksanaan PTK juga ditentukan oleh
adanya komitmen guru yang tergugah untuk melakukan tindakan perbaikan.
Dengan kata lain, PTK dilakukan bukan karena ditugaskan oleh atasan atau
bukan karena didorong oleh imbalan finansial.; Kemampuan siswa juga
perlu diperhitungkan baik dari segi fisik, psikologis, sosial dan budaya,
maupun etik. Dengan kata lain seyogyanya tidak dilaksanakan apabila
diduga akan berdampak merugikan

siswa.; Fasilitas dan sarana pendukung yang tersedia di kelas atau di sekolah
juga perlu diperhitungkan. Sebab pelaksanaan PTK dengan mudah dapat
terganggu oleh kekurangan dukungan fasilitas penyelenggaraan. Oleh
karena itu, demi keberhasilan PTK, maka guru dituntut untuk dapat
mengusahakan/memilih fasilitas dan sarana yang diperlukan; Selain
kemampuan siswa sebagai perseorangan, keberhasilan PTK juga sangat
tergantung pada iklim belajar di kelas atau di sekolah. Namun pertimbangan
ini tidak dapat diartikan sebagai kecendrungan untuk mempertahankan
status kuo. Dengan kata lain, perbaikan iklim di kelas dan di sekolah justru
dapat dijadikan sebagai salah satu sasaran PTK.; dan Karena sekolah juga
sebuah organisasi, maka selain iklim belajar sebagaimana dikemukan di atas,
iklim kerja sekolah juga menentukan keberhasilan penyelenggaraan PTK.
Dengan kata lain, dukungan dari kepala sekolah serta rekan-rekan sejawat
21
guru, dapat memperbesar peluang keberhasilan PTK.
Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau
hubungan,melainkan hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis tindakan
memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang
diinginkan.
Contoh hipotesis tindakan akan diberikan di sini. Situasinya adalah
kelas yang siswa- siswanya sangat lamban dalam memahami bacaan.
Berdasarkan analisis masalahnya peneliti menyimpulkan bahwa siswa-siswa
tersebut memiliki kebiasaan membaca yang salah dalam memahami makna
bahan bacaannya, dan bahwa ‘kesiapan pengalaman’ untuk memahami
konteks perlu ditingkatkan. Maka hipotesis tindakannya sebagai berikut:
“Bila kebiasaan membaca yang salah dibetulkan lewat teknik-teknik
perbaikan yang tepat dan ‘kesiapan pengalaman’ untuk memahami konteks
bacaan ditingkatkan, maka para siswa akan meningkat kecepatan
membacanya.”
No Masalah Rumusan Hipotesis Tindakan
1 Rendahnya Siswa SMKN Kelas X Jika tingkat kekritisan
kemampuan mestinya telah mampu pertanyaan Siswa SMKN Kelas
mengajukan mengajukan pertanyaan X dijadikan penilaian
pertanyaan kritis di yang kritis, tetapi dalam kualitas partisipasi mereka
kalangan Siswa kenyataannya petanyaan setelah
SMKN Kelas X mereka lebih ,bersifat diberi contoh dengan
klarifikasi pembahasannya, kemampuan
mengajukan pertanyaan kritis
mereka akan meningkat.

No Masalah Rumusan Hipotesis Tindakan


2 Rendahnya Siswa kelas bahasa Inggris Dengan kegiatan yang
keterlibatan siswa mestinya terlibat secara menyenangkan di mana mereka
dalam proses aktif dalam belajar menggunakan bahasa
pembelajaran kegiatan belajar Inggris, keterlibatan siswa
bahasa Inggris menggunakan bahasa dalam
Inggris lewat kegiatan yang kegiatan belajar akan
menyenangkan, tetapi meningkat,
dalam kenyataan mereka dan begitu juga motivasi belajar
sangat pasif. mereka.

22
3 Rendahnya kualitas Proses pembelajaran Jika kegiatan pembelajaran
proses bahasa Inggris mestinya difokuskan pada
pembelajaran bahasa memberi kesempatan pengembangan
Inggris kepada siswa untuk belajar kompetensi komunikatif
ditinjau dari tujuan menggunakan bahasa tsb. berbahasa Inggris, kualitas
mengembangkan secara pembelajaran akan meningkat.
keterampilan komunikatif, tetapi dalam
berkomunikasi dalam kenyataannya kegiatan
bahasa pembelajaran
tersebut terbatas pada kosakata,
lafal dan struktur.

e. Persiapan Pelaksanaan Tindakan


Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti perlu melakukan berbagai
persiapan sehingga komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan
baik. Langkah-langkah persiapan yang perlu ditempuh adalah sebagai
berikut :
Menentukan Jadwal dan Materi pembelajaran.; Membuat perangkat
dan cenario pembelajaran (Silabus, RPP, LKS, dll) yang berisikan langkah-
langkah yang dilakukan guru, disamping bentuk-bentuk kegiatan yang
dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang telah
direncanakan.; Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang
diperlukan di kelas seperti gambar-gambar dan alat-alat peraga, dll.;
Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis mengenai proses dan hasil
tindakan perbaikan, kalau perlu juga dalam bentuk pelatihan-pelatihan;
Melakukan simulasi pelaksanaan, sehingga dapat menumbuhkan serta
mempertebal kepercayaan diri dalam pelaksanaan yang sebenarnya. Dan
Sebagai pelaku PTK, guru harus terbebas dari rasa gagal dan takut berbuat
kesalahan.
2. Action (Pelaksanaan Tindakan)
Jika semua perencanaan tindakan telah disiapkan, maka langkah
selanjutnya adalah melaksanakan ocus o tindakan perbaikan yang
telah direncanakan dalam situasi yang ocus . Kegiatan pelaksanakan
tindakan dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan dan pada
saat yang bersamaan kegiatan pelaksanaan tindakan ini juga diikuti dengan kegiatan
observasi 23
3. Observation (Pengamatan)
Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan
pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil
pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga
pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang
sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti
adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-
hambatan yang muncul.
Secara umum observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan
kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan berlangsung (dalam hal ini
pada saat pembelajaran berlangsung). Observasi dapat dilakukan secara
terbuka dan tertutup. Pada observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan
lembar observasi, melainkan hanya menyiapkan kertas kosong untuk
merekam kegiatan pembelajaran yang diamati. Pada observasi tertutup,
pengamat telah menyiapkan dan menggunakan lembar observasi untuk
merekam aktivitas pembelajaran yang diamati. Bagi guru pelaksana PTK
disarankan melaksanakan observasi tertutup dengan menggunakan lembar
observasi, mengapa? Coba diskusikan! Pelaksanaan Observasi perlu
memperhatikan prinsip: perencanaan bersama, ocus observasi, kriteria,
keterampilan observasi, dan balikan.
Mekanisme perekaman hasil observasi perlu dirancang agar tidak
mencampur adukkan antara fakta dan interprestasi, namun juga tidak
terseret oleh kaidah umum yang tanpa kecuali menafsirkan interprestasi
dalam pelaksanaan observasi. Apabila yang terakhir ini dilakukan sehingga
yang direkam hanyalah fakta tanpa interprestasi, maka akan dapat
menimbulkan resiko, bahwa makna dari perangkat fakta karena proses erosi
yang terjadi dalam ingatan, lebih-lebih apabila pengamat hasil observasi
yang telah secara utuh karena proses erosi yang terjadi dalam ingatan, lebih-
lebih apabila pengamat adalah juga pelaksana tindakan. Observasi kelas
akan memberikan manfaat apabila pelaksanaannya diikuti dengan diskusi
balikan. Hasil diskusi diinterprestasikan secara bersama-sama oleh
pelaksana tindakan dan pengamat. Diskusi mengacu kepada penerapan
sasaran serta pengembangan strategi perbaikan untuk menentukan
perencanaan berikutrnya 24

4. Reflection (Refleksi)
Refleksi disini meliputi kegiatan: analisis, sistesis, penafsiran
(penginterprestasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi
adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan,
yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan
selanjutnya. Refleksi dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang
telah terjadi dan/atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang
belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan.
Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam
upaya mencapai tujuan PTK . dengan kata lain, refleksi merupakan kajian
terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara,
dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka pencapaian berbagai
tujuan sementara lainnya.
Dengan demikian, penelitian tindakan tidak dapat dilaksanakan
dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk
melakukannya. Sebagai planning untuk siklus selanjutnya.untuk
memperjelas fase-fase dalam penelitian tindakan siklus spiralnya dan
bagaimana pelaksanaannya, seperti pada Gambar diatas

Selanjutnya dapat dilakukan analisis data dalam rangka refleksi


setelah implementasi suatu paket tindakan perbaikan, mencakup proses dan
dampak seperangkat tindakan perbaikan dalam suatu siklus PTK sebagai
keseluruhan. Dalam hubungan ini, analisis data adalah proses menyeleksi,
menyederhanakan, memfokuskan, mengorganisasikan, dam
mengabstraksikan data secara sistematis danrasional untuk menampilkan
bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap
tujuan PTK.
Analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi data,
paparan data dan penyimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan
yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian data
mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses
penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif,
representasi grafis dan sebagainya. Sedangkan menyimpulkan adalah proses
25
pengambilan inti sari dari sajian data yang telah terorganisasikan tersebut
dalam bentuk pernyataan kalimat dan /atau formula yang singkat dan padat
tapi mengandung pengertian luas.
Jika dari hasil analisis dan refleksi, hasil yang didapat menunjukkan
keberhasilan dan menurut peneliti (sebaiknya setelah berdiskusi dengan
sejawat) permasalahan sudah dapat diatasi, maka PTK diselesaikan pada
siklus 1. Jika dari hasil analisis dan refleksi, indikator keberhasilan belum
tercapai, maka dirancang kembali rencana perbaikan yang akan
dilaksanakan pada siklus 2

dengan tahapan kegiatan yang sama dengan siklus 1. Penelitian dapat


dilanjutkan pada siklus berikutnya (siklus 3), jika hasil siklus 2 juga belum
memuaskan, dilanjutkan lagi dengan siklus berikutnya. Mungkin anda
bertanya-tanya berapa siklus PTK dilaksanakan? Pada dasarnya tidak ada
ketentuan berapa siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung pada
ketercapaian indikator kinerja (keberhasilan) yang sudah direncanakan.
Tetapi sebaiknya PTK dilaksanakan tidak kurang dari 2 siklus

26

Anda mungkin juga menyukai