Makalah Aset Tetap
Makalah Aset Tetap
PENDAHULUAN
Suatu perusahaan tertentu pada dasarnya selalu berusaha untuk mencapai tujuan
didirikannya perusahaan tersebut. Untuk menunjang agar tercapainya tujuan itu, setiap
perusahaan mempunyai aktiva (harta/asset) tertentu guna memperlancar kegiatan yang
dilaksanakan perusahaan.
Aktiva tetap merupakan komponen yang sangat penting bagi perusahaan untuk kegiatan
operasionalnya. Aktiva tetap tersebut merupakan salah satu komponen dalam neraca, sehingga
ketelitian dalam pengolahan aktiva tetap sangat berpengaruh terhadap kewajaran penilaiannya
dalam laporan keuangan.
Kewajaran penilaian aktiva tetap suatu perusahaan dapat disesuaikan dengan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 (2009). Dalam PSAK ini dinyatakan bahwa aset
tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau tujuan administratif dan diharapkan
untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Seiring dengan berlalunya waktu, aktiva tetap akan mengalami penyusutan (kecuali
tanah). Faktor yang mempengaruhi menurun kemampuan suatu aktiva tetap untuk memberikan
jasa/manfaaat yaitu : Secara fisik, disebabkan oleh pemakaian dan keausan karena penggunaan
yang berlebihan dan secara fungsional, disebabkan oleh ketidakcukupan kapasitas yang tersedia
dengan yang diminta (misal kemajuan teknologi).Sehingga penurunan kemampuan aktiva tetap
tersebut dapat dialokasikan sebagai biaya.
PEMBAHASAN
Aset tetap adalah aset berujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan.
2. Dimiliki untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang utama (bukan investasi jangka
panjang).
3. Dimiliki untuk digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu siklus operasi perusahaan
(bukan perlengkapan).
Dikarenakan memiliki nilai yang tinggi, penggunaan yang relatif lama dan menjadi alat
utama perusahaan menghasilkanrevenue, maka investasi dalam aset tetap (Capital Budgeting)
harus diperhitungkan dengan matang.
1. Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung perusahaan.
2. Perbaikan Tanah, seperti jalan diseputar lokasi perusahaan yang dibangun perusahaan,
tempat parkir, pagar, dan saluran air bawah tanah.
3. Gedung, seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik, dan gudang.
4. Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan, dan meubel.
2.3 Konsep Aset Tetap
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 aset tetap adalah aset
berwujud (tangible fixed assets) yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan; serta
Contoh dari aset tetap adalah (mobil) kendaraan. Mobil mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun dan digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan, seperti mengirim barang
ke pembeli, mobil inventaris direksi perusahaan. Mobil yang dikategorikan sebagai aset tetap
tidak untuk dijual kembali. Apabila untuk dijual kembali, misalnya bagi perusahaan dealer
mobil, maka mobil dalam hal ini termasuk kelompok persediaan. Selain itu nilainya cukup besar
untuk sebuah aset. Peralatan yang nilainya relative kecil, seperti sendok, piring, gelas, meskipun
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak dikelompokkan ke dalam aset tetap.
Biaya Perolehan
Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aset tetap samapi tiba di tempat dan siap
digunakan harus dimasukkan sebagai bagian dari harga perolehan (cost) aset yang bersangkutan.
Dengan demikian harga perolehan suatu aset tetap tidak terbatas pada harga belinya saja.
JUMLAH Rp 135.000.000,-
Berdasarkan semua biaya yang dikeluarkan di atas, maka biaya perolehan untuk tanah adalah Rp
147.500.000,-. Sementara untuk mesin (peralatan) biaya perolehan dapat terdiri dari harga beli,
biaya kirim, biaya instalasi (pemasangan), biaya training untuk operator, dan biaya set up.
Perolehan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara. Biasanya melalui pembelian tunai,
pembelian kredit, pembelian dengan angsuran maupun leasing.
Semua jenis aset tetap, kecuali tanah, akan makin berkurang kemampuannya untuk
memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa factor yang mempengaruhi
menurunnya kemampuan ini adalah karena pemakaian, keausan, ketidakseimbangan kapasitas
yang tersedia dengan yang diminta dan ketetinggalan teknologi.
Berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya nilai aset tetap yang bersangkutan. Hal ini
perlu dicatat dan dilaporkan. Pengakuan adanya penurunan nilai aset tetap berwujud disebut
penyusutan (depresiasi / depreciation). Penyusutan dapat dihitung tiap-tiap bulan atau ditunda
sampai dengan akhir tahun.
Terdapat beberapa metode untuk menghitung penyusutan aset tetap berwujud. Ada dua
factor yang mempengaruhi besarnya penyusutan, yaitu
a) Nilai aset tetap yang digunakan dalam perhitungan pernyusutan (dasar penyusutan), dapat
berupa harga perolehan atau nilai buku.
b) Taksiran manfaat, mencerminkan besarnya kapasitas / manfaat aset tetap selama dipakai.
Taksiran ini dapat dinyatakan dalam lamanya jangka waktu pemakaian atau kapasitas produksi
yang dihasilkan. Untuk menghitung penyusutan, taksiran manfaat dinyatakan dalam tarif
penyusutan.
Dari uraian di atas, maka secara umum penyusutan aset tetap dapat dihitung dengan rumus:.
Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahun
sepanjang umur manfaat suatu aset tetap. Rumus yang digunakan untuk menghitung biaya
penyusutan per tahun dengan metode ini adalah sebagai berikut.
Umur Ekonomis
Sebagai contoh, asumsikan bahwa biaya akuisisi aset tetap adalah Rp 24.000.000,-, dimana
estimasi nilai sisa adalah Rp 2.000.000,- dan manfaat ekonomisnya 5 tahun. Penyusutan tahunan
aset tersebut dihitung sebagai berikut:
Rp 24.000.000 - Rp 2.000.000
5 tahun
Jika suatu aset tidak digunakan setahun penuh, maka penyusutan tahunannya disesuaikan
menurut lamanya pemakaian. Mislkan aset tetap di atas digunakan mulai 1 Oktober, sedangkan -
akhir tahun fiskal adalah 31 Desember. Maka penyusutan untuk tahun pertama adalah Rp
1.100.000,- (Rp 4.400.000,- x 3/12).
Untuk kemudahan penerapan meted garis lurus,, penyusutan tahunan bisa dikonversi ke
persentase biaya yang dapat disusutkan. Persentase ini ditentukan dengan membagi 100%
dengan lamanya umur manfaaat. Sebagai contoh, jika umur manfaatnya 20 tahun, maka
persentase penyusutan tahunannya adalah 5% (100% dibagi 20). Jika umur manfaatnya 8 tahun
maka persentase beban penyusutan tahunannya adalah 12,5% (100% dibagi 8). Dengan demikian
pada contoh di atas, biaya penyusutan di atas dapat dihitung dari Rp 22.000.000 dikali 20%
(100%/5).
Metode garis lurus sangat sederhana dan digunakan secara luas. Mtode ini menciptakan
transfer biaya yang wajar ke beban periodic jika pemanfaatan aset dan pendapatan yang terkait
dengan pemakaian sama dari period eke periode.
Jika tingkat pemanfaatan aset tetap bervariasi dari tahun ke tahun, dan lamanya umur
ekonomis berkaitan erat dengan tingkat pemakaian, maka metode unit produksi lebih tepat
dipakai daripada metode garis lurus. Karena, metode unit produksi mampu membandingkan
lebih baik beban penyusutan dengan pendapatan terkait.
Metode Unit Produksi (Unit Production Method) menghasilkan jumlah beban penyusutan
yang sama bagi setiap unit yang diproduksi atau setiap unit kapasitas yang digunakan oleh aset.
Untuk menerapkan metode ini umur manfaat aset diekspresikan dalam istilah unit kapasitas
produktif seperti jam atau mil. Total beban penyusutan untuk setiap periode akuntansi kemudian
ditentukan dengan mengalikan penyusutan per unit dengan jumlah unit yang dihasilkan atau
digunakan selama periode dimaksud. Sebagai contoh asumsikan bahwa sebuah mesin dengan
harga perolehan Rp 240.000.000,- dan prediksi nilai sia Rp 20.000.000,- diperkirakan memiliki
umur manfaat 10.000 jam operasi. Dari data tersebut maka penyusutan per jam diitung sebagai
berikut:
Rp 240.000.000 – Rp 20.000.000
10.000 jam
Dengan mengasumsikan bahwa mesin dioperasikan 2.100 jam selama satu tahun, maka
penyusutan tahun tersebut adalah Rp 46.200.000 ( Rp 22.000.000 x 2.100 jam).
Metode saldo menurun menghasilkan beban periodic yang terus menurun sepanjang estimasi
umur manfaat aset. Untuk menerapkan metode ini, tariff penyusutan garis lurus tahunan terlebih
dahulu harus digandakan. Sebagai contoh tariff penyusutan saldo menurun atas suatu aset yang
memiliki estimasi umur manfaat 5 tahun adalah 40% yaitu dua kali tariff garis lurus sebesar 20%
(100% / 5).
Untuk tahun pertama, biaya aset dikalikan dengan tariff saldo menurun. Setelah tahun
pertama, nilai buku (book value) yang menurun (biaya dikurangi akumulasi penyusutan)
dikalikan dengan tariff yang dimaksud. Sebagai contoh, penyusutan saldo menurun tahunan atas
suatu aset yang memiliki umur manfaat 5 tahunan dan biaya $24.000 dikperlihatkan berikut ini:
Perhatikan bahwa pada saat perusahaan menggunakan metode saldo menurun, estimasi
nilai sisa tidak diperhitungkan dalam penentuan tariff penyusutan. Nilai sisa juga diabaikan
dalam penghitungan periode penyusutan. Namun aset tidak boleh disusutkan melampaui estimasi
nilai sisa. Dalam contoh di atas,estimasi nilai sisa adalah $2,000. Jadi penyusutan tahun ke-5
adalah $1,110.40 yaitu $3,110.40 dikurangi $2,000, bukan $1,244.16 yaitu dari 40% x
$3,110.40.
Setelah perolehan, masih terdapat biaya-biaya yang muncul selama penggunaan aset
tetap. Misalnya biaya pemeliharaan (maintenance), penambahan (additions),
penggantian (replacements) atau perbaikan (repairs). Pada dasarnya pengeluaran-pengeluaran
untuk aset tetap setelah perolehan dapat dikategorikan menjadi pengeluaran modal (capital
expenditures) dan pegeluaran pendapatan (revenue expenditures).
PT ANGGUN di Jakarta, pada bulan Nopember 2005 telah membeli sebuah gedung
bertingkat diatas sebidang tanah dengan harga Rp 550.000.000,00. Nilai tanah diperkirakan
seharga Rp 80.000.000,00. Untuk keperluan perbaikan Gedung telah dikeluarkan biaya Rp
10.000.000,00. Gedung tersebut akan tetap efektif dipakai sebagai kantor administrasi mulai
awal 2006. Perusahaan telah mengadakan penyusutan terhadap Gedung tersebut dengan metode
“GARIS LURUS”, dengan taksiran umur 15 (LIMA BELAS) tahun. Pada tahun 2011, untuk
pertama kali PT Ora Ono telah diperiksa oleh kantor akuntan “HANDAYANI” & Co, untuk
Laporan Keuangan tahun buku 2010. Saudara sebagai salah satu Asisten Akuntan
“HANDAYANI” & Co menjumpai data pada tanggal 31 Desember sebagai berikut :
Rp 400.000.000,00
b. Pada tahun-tahun 2007, 2008, 2009, dan 2010, terdapat pengeluaran biaya-biaya perbaikan
gedung yang cukup besar masing-masing sebesar (berturut-turut) :
2010 Rp 33.000.000,00.
Pengeluaran-pengeluaran tersebut telah dicatat sebagai ongkos-ongkos.
Diminta :
Atas dasar yang tersedia. Saudara diminta menyusun kertas kerja pemeriksaan (AUDIT
WORKING PAPERS) untuk pemeriksaan pos gudang dan tanah tersebut, serta berikan jurnal-
jurnal yang diperlukan dan sajikan pos tersebut di dalam laporan keuangan yang telah diperiksa
dengan benar.
Tanah = Rp 80.000.000,00
Akumulasi Penyusutan
Maka, total akumulasi penyusutan untuk gedung tersebut sampai dengan tahun 2010
adalah Rp 174.500.000,00.
Hal ini menjadi koreksi untuk soal tersebut, dimana pada soal tersebut akumulasi
penyusutan gedung (allowance for depreciation) adalah sebesar Rp 160.000.000,00. Dimana,
angka tersebut di peroleh dari :
2007 Rp 28.000.000,00
2008 Rp 6.500.000,00
2009 Rp 12.000.000,00
2010 Rp 33.000.000,00.
Maka dari itu, sebagai koreksi dari kesalahan dalam penyusunan aset tetap ini,
ditampilkan perhitungan seperti diatas dan jurnal yang seharusnya dilampirkan, sebagai berikut :
1. Building Rp 480.000.000,00
Land Rp 80.000.000,00
2. Building Rp 79.500.000,00
PT. ANGGUN
Audit Adjustment :
Land Rp 80.000.000,00
Building Rp 559.500.000,00
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fase perolehan aktiva tetap adalah fase dimana aset tetap diperoleh hingga aset tetap
tersebut dapat digunakan atau berfungsi. Permasalahan yang timbul pada fase ini meliputi:
Fase dimana saat aset tetap sudah dan sedang dioperasikan, biasanya permasalahan yang
timbul pada fase ini antara lain :
1) Pengeluaran (Expenditure)
2) Penyusutan & Amortisasi
3) Penilaian Kembali (Revaluation)
4) Penarikan Aktiva Tetap | Retirement of Plant Assets
Metode yang paling mudah dan paling sering digunakan untuk menghitung penyusutan
adalah metode penyusutan garis lurus (straight-line depreciation). Tapi selain itu, ada pula
metode penghitungan lain yang bisa juga digunakan, seperti metode penyusutan dipercepat,
penyusutan jumlah angka tahun, dan saldo menurun ganda.
Deplesi merupakan istilah lain dari penyusutan atau amortisasi. Deplesi digunakan khusus
untuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, misalnya bijih besi, hasil tambang, kayu
hutan dsbnya.
Deplesi dihitung dengan tarif deplesi yang diperoleh dari Beban yang dikeluarkan untuk
mendapatkan hak penambangan dibagi estimasi hasil yang akan diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
http://rayahasibuan.blogspot.com/2014/05/tugas-auditing-2-kasus-aset-tetap.html