0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
740 tayangan

Makalah Aset Tetap

Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan karakteristik aset tetap, biaya perolehan aset tetap, akuntansi penyusutan aset tetap, dan pengeluaran setelah perolehan. Secara khusus, dibahas mengenai definisi aset tetap, klasifikasi aset tetap, konsep aset tetap menurut PSAK 16, biaya perolehan aset tetap, metode penyusutan garis lurus dan unit produksi, serta pengeluaran setelah perolehan aset

Diunggah oleh

Putri Rahmawati
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
740 tayangan

Makalah Aset Tetap

Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan karakteristik aset tetap, biaya perolehan aset tetap, akuntansi penyusutan aset tetap, dan pengeluaran setelah perolehan. Secara khusus, dibahas mengenai definisi aset tetap, klasifikasi aset tetap, konsep aset tetap menurut PSAK 16, biaya perolehan aset tetap, metode penyusutan garis lurus dan unit produksi, serta pengeluaran setelah perolehan aset

Diunggah oleh

Putri Rahmawati
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu perusahaan tertentu pada dasarnya selalu berusaha untuk mencapai tujuan
didirikannya perusahaan tersebut. Untuk menunjang agar tercapainya tujuan itu, setiap
perusahaan mempunyai aktiva (harta/asset) tertentu guna memperlancar kegiatan yang
dilaksanakan perusahaan.

Aktiva tetap merupakan komponen yang sangat penting bagi perusahaan untuk kegiatan
operasionalnya. Aktiva tetap tersebut merupakan salah satu komponen dalam neraca, sehingga
ketelitian dalam pengolahan aktiva tetap sangat berpengaruh terhadap kewajaran penilaiannya
dalam laporan keuangan.

Kewajaran penilaian aktiva tetap suatu perusahaan dapat disesuaikan dengan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 (2009). Dalam PSAK ini dinyatakan bahwa aset
tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau tujuan administratif dan diharapkan
untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Seiring dengan berlalunya waktu, aktiva tetap akan mengalami penyusutan (kecuali
tanah). Faktor yang mempengaruhi menurun kemampuan suatu aktiva tetap untuk memberikan
jasa/manfaaat yaitu : Secara fisik, disebabkan oleh pemakaian dan keausan karena penggunaan
yang berlebihan dan secara fungsional, disebabkan oleh ketidakcukupan kapasitas yang tersedia
dengan yang diminta (misal kemajuan teknologi).Sehingga penurunan kemampuan aktiva tetap
tersebut dapat dialokasikan sebagai biaya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian dan Karakteristik Aset Tetap


2. Biaya Perolehan Aset Tetap
3. Akuntansi Penyusutan Aset Tetap
4. Pengeluaran setalah Perolehan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aset Tetap

Aset tetap adalah aset berujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan.

Karakteristik aset tetap sebagai berikut.

1. Dimiliki perusahaan untuk digunakan (bukan barang dagangan)

2. Dimiliki untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang utama (bukan investasi jangka
panjang).

3. Dimiliki untuk digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu siklus operasi perusahaan
(bukan perlengkapan).

4. Memiliki nilai yang relatif tinggi.

Dikarenakan memiliki nilai yang tinggi, penggunaan yang relatif lama dan menjadi alat
utama perusahaan menghasilkanrevenue, maka investasi dalam aset tetap (Capital Budgeting)
harus diperhitungkan dengan matang.

2.2 Klasifikasi Aset Tetap

Umumnya aset tetap dibagi dalam empat kelompok, yaitu:

1. Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung perusahaan.

2. Perbaikan Tanah, seperti jalan diseputar lokasi perusahaan yang dibangun perusahaan,
tempat parkir, pagar, dan saluran air bawah tanah.

3. Gedung, seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik, dan gudang.

4. Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan, dan meubel.
2.3 Konsep Aset Tetap

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 aset tetap adalah aset
berwujud (tangible fixed assets) yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

masa manfaatnya lebih dari satu tahun;

digunakan dalam kegiatan perusahaan;

dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan; serta

nilainya cukup besar.

Contoh dari aset tetap adalah (mobil) kendaraan. Mobil mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun dan digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan, seperti mengirim barang
ke pembeli, mobil inventaris direksi perusahaan. Mobil yang dikategorikan sebagai aset tetap
tidak untuk dijual kembali. Apabila untuk dijual kembali, misalnya bagi perusahaan dealer
mobil, maka mobil dalam hal ini termasuk kelompok persediaan. Selain itu nilainya cukup besar
untuk sebuah aset. Peralatan yang nilainya relative kecil, seperti sendok, piring, gelas, meskipun
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak dikelompokkan ke dalam aset tetap.

 Biaya Perolehan

Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aset tetap samapi tiba di tempat dan siap
digunakan harus dimasukkan sebagai bagian dari harga perolehan (cost) aset yang bersangkutan.
Dengan demikian harga perolehan suatu aset tetap tidak terbatas pada harga belinya saja.

Berikut adalah contoh biaya perolehan tanah.

Harga beli tanah Rp 100.000.000,-

Biaya pembuatan akta jual beli tanah Rp 7.500.000,-

Biaya balik nama ke perusahaan Rp 2.500.000,-

Biaya pengurugan tanah Rp 10.000.000,-

Biaya perataan tanah sampai siap bangun Rp 15.000.000,-

JUMLAH Rp 135.000.000,-
Berdasarkan semua biaya yang dikeluarkan di atas, maka biaya perolehan untuk tanah adalah Rp
147.500.000,-. Sementara untuk mesin (peralatan) biaya perolehan dapat terdiri dari harga beli,
biaya kirim, biaya instalasi (pemasangan), biaya training untuk operator, dan biaya set up.

Perolehan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara. Biasanya melalui pembelian tunai,
pembelian kredit, pembelian dengan angsuran maupun leasing.

 Akuntansi Penyusutan Aset Tetap

Semua jenis aset tetap, kecuali tanah, akan makin berkurang kemampuannya untuk
memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa factor yang mempengaruhi
menurunnya kemampuan ini adalah karena pemakaian, keausan, ketidakseimbangan kapasitas
yang tersedia dengan yang diminta dan ketetinggalan teknologi.

Berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya nilai aset tetap yang bersangkutan. Hal ini
perlu dicatat dan dilaporkan. Pengakuan adanya penurunan nilai aset tetap berwujud disebut
penyusutan (depresiasi / depreciation). Penyusutan dapat dihitung tiap-tiap bulan atau ditunda
sampai dengan akhir tahun.

Terdapat beberapa metode untuk menghitung penyusutan aset tetap berwujud. Ada dua
factor yang mempengaruhi besarnya penyusutan, yaitu

a) Nilai aset tetap yang digunakan dalam perhitungan pernyusutan (dasar penyusutan), dapat
berupa harga perolehan atau nilai buku.

b) Taksiran manfaat, mencerminkan besarnya kapasitas / manfaat aset tetap selama dipakai.
Taksiran ini dapat dinyatakan dalam lamanya jangka waktu pemakaian atau kapasitas produksi
yang dihasilkan. Untuk menghitung penyusutan, taksiran manfaat dinyatakan dalam tarif
penyusutan.

Dari uraian di atas, maka secara umum penyusutan aset tetap dapat dihitung dengan rumus:.

Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan


Berikut adalah metode yang lazim digunakan untuk penyusutan aset tetap.

 Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahun
sepanjang umur manfaat suatu aset tetap. Rumus yang digunakan untuk menghitung biaya
penyusutan per tahun dengan metode ini adalah sebagai berikut.

Harga Perolehan Aset Tetap - Nilai Sisa

Biaya Penyusutan = ---------------------------------------------------------

Umur Ekonomis

Sebagai contoh, asumsikan bahwa biaya akuisisi aset tetap adalah Rp 24.000.000,-, dimana
estimasi nilai sisa adalah Rp 2.000.000,- dan manfaat ekonomisnya 5 tahun. Penyusutan tahunan
aset tersebut dihitung sebagai berikut:

Rp 24.000.000 - Rp 2.000.000

-------------------------------------- = Rp 4.400.000,- penyusutan per tahun.

5 tahun

Jika suatu aset tidak digunakan setahun penuh, maka penyusutan tahunannya disesuaikan
menurut lamanya pemakaian. Mislkan aset tetap di atas digunakan mulai 1 Oktober, sedangkan -
akhir tahun fiskal adalah 31 Desember. Maka penyusutan untuk tahun pertama adalah Rp
1.100.000,- (Rp 4.400.000,- x 3/12).

Untuk kemudahan penerapan meted garis lurus,, penyusutan tahunan bisa dikonversi ke
persentase biaya yang dapat disusutkan. Persentase ini ditentukan dengan membagi 100%
dengan lamanya umur manfaaat. Sebagai contoh, jika umur manfaatnya 20 tahun, maka
persentase penyusutan tahunannya adalah 5% (100% dibagi 20). Jika umur manfaatnya 8 tahun
maka persentase beban penyusutan tahunannya adalah 12,5% (100% dibagi 8). Dengan demikian
pada contoh di atas, biaya penyusutan di atas dapat dihitung dari Rp 22.000.000 dikali 20%
(100%/5).
Metode garis lurus sangat sederhana dan digunakan secara luas. Mtode ini menciptakan
transfer biaya yang wajar ke beban periodic jika pemanfaatan aset dan pendapatan yang terkait
dengan pemakaian sama dari period eke periode.

 Metode Unit Produksi (Unit Production Method)

Jika tingkat pemanfaatan aset tetap bervariasi dari tahun ke tahun, dan lamanya umur
ekonomis berkaitan erat dengan tingkat pemakaian, maka metode unit produksi lebih tepat
dipakai daripada metode garis lurus. Karena, metode unit produksi mampu membandingkan
lebih baik beban penyusutan dengan pendapatan terkait.

Metode Unit Produksi (Unit Production Method) menghasilkan jumlah beban penyusutan
yang sama bagi setiap unit yang diproduksi atau setiap unit kapasitas yang digunakan oleh aset.
Untuk menerapkan metode ini umur manfaat aset diekspresikan dalam istilah unit kapasitas
produktif seperti jam atau mil. Total beban penyusutan untuk setiap periode akuntansi kemudian
ditentukan dengan mengalikan penyusutan per unit dengan jumlah unit yang dihasilkan atau
digunakan selama periode dimaksud. Sebagai contoh asumsikan bahwa sebuah mesin dengan
harga perolehan Rp 240.000.000,- dan prediksi nilai sia Rp 20.000.000,- diperkirakan memiliki
umur manfaat 10.000 jam operasi. Dari data tersebut maka penyusutan per jam diitung sebagai
berikut:

Rp 240.000.000 – Rp 20.000.000

---------------------------------------- = Rp 22.000.000,- penyusutan per jam

10.000 jam

Dengan mengasumsikan bahwa mesin dioperasikan 2.100 jam selama satu tahun, maka
penyusutan tahun tersebut adalah Rp 46.200.000 ( Rp 22.000.000 x 2.100 jam).

 Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)

Metode saldo menurun menghasilkan beban periodic yang terus menurun sepanjang estimasi
umur manfaat aset. Untuk menerapkan metode ini, tariff penyusutan garis lurus tahunan terlebih
dahulu harus digandakan. Sebagai contoh tariff penyusutan saldo menurun atas suatu aset yang
memiliki estimasi umur manfaat 5 tahun adalah 40% yaitu dua kali tariff garis lurus sebesar 20%
(100% / 5).
Untuk tahun pertama, biaya aset dikalikan dengan tariff saldo menurun. Setelah tahun
pertama, nilai buku (book value) yang menurun (biaya dikurangi akumulasi penyusutan)
dikalikan dengan tariff yang dimaksud. Sebagai contoh, penyusutan saldo menurun tahunan atas
suatu aset yang memiliki umur manfaat 5 tahunan dan biaya $24.000 dikperlihatkan berikut ini:

Akumulasi Nilai Buku Nilai Buku


Harga Penyusutan
Tahun Penyusutan Awal Tarif Akhir
Perolehan Tahunan
Awal Tahun Tahun Tahun

1 $24,000 0 $24,000.00 X 40% $9,600.00 $14,400.00

2 $24,000 $9,600.00 14,400.00 X 40% 5,760.00 $8,640.00

3 $24,000 15,360.00 8,640.00 X 40% 3,456.00 $5,184.00

4 $24,000 18,816.00 5,184.00 X 40% 2,073.60 $3,110.40

5 $24,000 20,889.60 3,110.40 X - 1,110.40 $2,000.00

Perhatikan bahwa pada saat perusahaan menggunakan metode saldo menurun, estimasi
nilai sisa tidak diperhitungkan dalam penentuan tariff penyusutan. Nilai sisa juga diabaikan
dalam penghitungan periode penyusutan. Namun aset tidak boleh disusutkan melampaui estimasi
nilai sisa. Dalam contoh di atas,estimasi nilai sisa adalah $2,000. Jadi penyusutan tahun ke-5
adalah $1,110.40 yaitu $3,110.40 dikurangi $2,000, bukan $1,244.16 yaitu dari 40% x
$3,110.40.

 Pengeluaran Setelah Perolehan

Setelah perolehan, masih terdapat biaya-biaya yang muncul selama penggunaan aset
tetap. Misalnya biaya pemeliharaan (maintenance), penambahan (additions),
penggantian (replacements) atau perbaikan (repairs). Pada dasarnya pengeluaran-pengeluaran
untuk aset tetap setelah perolehan dapat dikategorikan menjadi pengeluaran modal (capital
expenditures) dan pegeluaran pendapatan (revenue expenditures).

Pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aset


(dikapitalisasi). Pengeluaran jenis ini akan mendatangkan manfaat lebih dari satu periode
akuntansi, akan menambah efisiensi aset tetap, memperpanjang masa manfaat atau meningkatkan
kapasitas atau mutu produksi. Yang termasuk dalam pengeluaran modal adalah penambahan AC
pada mobil, penambahan teras pada gedung, penggantian generator pada sebuah mesin,
perbaikan besar-besaran (overhaul).

Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran-pengeluaran yang hanya mendatangkan


manfaat untuk tahun di mana pengeluaran tersebut dilakukan. Oleh karena itu pengeluaran ini
dicatat sebagai beban. Contohnya adalah pemeliharaan dan perbaikan rutin sebuah mesin. Beban
pemeliharaan dilakukan agar aset tetap selalu berada dalam keadaan baik. Sementara beban
perbaikan dikeluarkan agar mesin tetap dalam keadaan baik hingga dapat beroperasi secara
optimal.

 Contoh Studi Kasus.

PT ANGGUN di Jakarta, pada bulan Nopember 2005 telah membeli sebuah gedung
bertingkat diatas sebidang tanah dengan harga Rp 550.000.000,00. Nilai tanah diperkirakan
seharga Rp 80.000.000,00. Untuk keperluan perbaikan Gedung telah dikeluarkan biaya Rp
10.000.000,00. Gedung tersebut akan tetap efektif dipakai sebagai kantor administrasi mulai
awal 2006. Perusahaan telah mengadakan penyusutan terhadap Gedung tersebut dengan metode
“GARIS LURUS”, dengan taksiran umur 15 (LIMA BELAS) tahun. Pada tahun 2011, untuk
pertama kali PT Ora Ono telah diperiksa oleh kantor akuntan “HANDAYANI” & Co, untuk
Laporan Keuangan tahun buku 2010. Saudara sebagai salah satu Asisten Akuntan
“HANDAYANI” & Co menjumpai data pada tanggal 31 Desember sebagai berikut :

a. Gedung dan Tanah Rp 560.000.000,00

Akumulasi penyusutan gedung (allowance for depreciation) Rp


160.000.000,00

Rp 400.000.000,00

b. Pada tahun-tahun 2007, 2008, 2009, dan 2010, terdapat pengeluaran biaya-biaya perbaikan
gedung yang cukup besar masing-masing sebesar (berturut-turut) :

2007 Rp 28.000.000,00 2008 Rp 6.500.000,00 2009 Rp 12.000.000,00

2010 Rp 33.000.000,00.
Pengeluaran-pengeluaran tersebut telah dicatat sebagai ongkos-ongkos.

Diminta :

Atas dasar yang tersedia. Saudara diminta menyusun kertas kerja pemeriksaan (AUDIT
WORKING PAPERS) untuk pemeriksaan pos gudang dan tanah tersebut, serta berikan jurnal-
jurnal yang diperlukan dan sajikan pos tersebut di dalam laporan keuangan yang telah diperiksa
dengan benar.

Gedung = Rp 550.000.000,00 – Rp 80.000.000,00 = Rp 470.000.000,00

Tanah = Rp 80.000.000,00

Akumulasi Penyusutan

a. Tahun 2006 = Rp 480.000.000,00 : 15 = Rp 32.000.000,00

b. Tahun 2007 = Rp 32.000.000,00 + Rp 28.000.000,00 (1/14) = Rp 34.000.000,00

c. Tahun 2008 = Rp 34.000.000,00 + Rp 6.500.000,00 (1/13) = Rp 34.500.000,00

d. Tahun 2009 = Rp 34.500.000,00 + Rp 12.000.000,00 (1/12) = Rp 35.500.000,00

e. Tahun 2010 = Rp 35.500.000,00 + Rp 33.000.000,00 (1/11) = Rp 38.500.000,00

Maka, total akumulasi penyusutan untuk gedung tersebut sampai dengan tahun 2010
adalah Rp 174.500.000,00.

Hal ini menjadi koreksi untuk soal tersebut, dimana pada soal tersebut akumulasi
penyusutan gedung (allowance for depreciation) adalah sebesar Rp 160.000.000,00. Dimana,
angka tersebut di peroleh dari :

Harga perolehan gedung Rp 470.000.000,00

Biaya perbaikan gedung Rp 10.000.000,00

Total biaya perolehan gedung Rp 480.000.000,00

Penyusutan dengan metode garis lurus ÷ 15 tahun

Penyusutan pada tahun 2006 Rp 32.000.000,00

Disusutkan sampai tahun 2010 x 5 tahun

Total akumulasi penyusutan sampai tahun 2010 Rp 160.000.000,00


Maka diketahui selisih antara Akumulasi depresiasi per audit dan akumulasi depresiasi
per buku adalah (Rp 174.500.000,00 – Rp 160.000.000,00 = Rp 14.500.000,00)

Dalam hal ini, terlihat jelas perhitungan akumulasi penyusutan sebesar Rp


160.000.000,00 sampai dengan tahun 2010. Namun ternyata terdapat biaya-biaya perbaikan
gedung yang tidak dialokasikan kedalam penyusutan tersebut sampai dengan tahun 2010, biaya-
biaya tersebut diantaranya adalah sebagai berikut dan akan dilakukan penghitungan dengan
metode capital expenditure :

2007 Rp 28.000.000,00

2008 Rp 6.500.000,00

2009 Rp 12.000.000,00

2010 Rp 33.000.000,00.

Maka dari itu, sebagai koreksi dari kesalahan dalam penyusunan aset tetap ini,
ditampilkan perhitungan seperti diatas dan jurnal yang seharusnya dilampirkan, sebagai berikut :

1. Building Rp 480.000.000,00

Land Rp 80.000.000,00

Land & Building Rp 560.000.000,00

2. Building Rp 79.500.000,00

Maintanance & Repair Rp 33.000.000,00

Retained Earnings Rp 46.500.000,00


3. Depreciation expense Rp 6.500.000,00

Retained earnings Rp 8.000.000,00

Accumulated depreciation Rp 14.500.000,00

PT. ANGGUN

AUDITED WORKING PAPER OF FIXED ASSET

DECEMBER 31, 2010

ACCOUNT BALANCE PER ADJUSTED BALANCE PER


TITLE BOOK DEBIT CREDIT BOOK

Building 0 Rp 559.500.000,00 - Rp 559.500.000,00

Land 0 Rp 80.000.000,00 - Rp 80.000.000,00

Land & Building Rp 560.000.000,00 - Rp 560.000.000,00 0

Acc depreciation Rp 160.000.000,00 - Rp 14.500.000,00 Rp 174.500.000,00

Audit Adjustment :

Land Rp 80.000.000,00

Building Rp 559.500.000,00

Depreciation expense Rp 6.500.000,00

Land & Building Rp 560.000.000,00

Retained earnings Rp 38.500.000,00

Maintanance & Repaired expense Rp 33.000.000,00

Accumulated depreciation Rp 14.500.000,00


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Fase perolehan aktiva tetap adalah fase dimana aset tetap diperoleh hingga aset tetap
tersebut dapat digunakan atau berfungsi. Permasalahan yang timbul pada fase ini meliputi:

a. Perolehan Aktiva Tetap (Acquisition)


b. Pemasangan Aktiva Tetap (Installation)

Juga meliputi: Penilaian (pengukuran), Pengakuan (pencatatan) dan Pelaporan (disclosure)


atas perolehan aset tetap.

Penggunaan Aset Tetap

Fase dimana saat aset tetap sudah dan sedang dioperasikan, biasanya permasalahan yang
timbul pada fase ini antara lain :

1) Pengeluaran (Expenditure)
2) Penyusutan & Amortisasi
3) Penilaian Kembali (Revaluation)
4) Penarikan Aktiva Tetap | Retirement of Plant Assets

Beserta : Penilaian (pengukuran), Pengakuan (pencatatan) dan Pelaporan (disclosure) atas


penarikan aset tetap.

Perlakuan Aset tetap juga menyenggol hal hal dibawah ini.

a. Audit dan Rasio Aktiva Tetap


b. Penilaian Investasi atas Aktiva Tetap
c. Sekilas mengenai Aktiva Tetap Sumber Daya Alam

Metode yang paling mudah dan paling sering digunakan untuk menghitung penyusutan
adalah metode penyusutan garis lurus (straight-line depreciation). Tapi selain itu, ada pula
metode penghitungan lain yang bisa juga digunakan, seperti metode penyusutan dipercepat,
penyusutan jumlah angka tahun, dan saldo menurun ganda.

Deplesi merupakan istilah lain dari penyusutan atau amortisasi. Deplesi digunakan khusus
untuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, misalnya bijih besi, hasil tambang, kayu
hutan dsbnya.

Deplesi dihitung dengan tarif deplesi yang diperoleh dari Beban yang dikeluarkan untuk
mendapatkan hak penambangan dibagi estimasi hasil yang akan diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Al. Haryono.1993. Dasar-Dasar Akuntansi 2. Edisi 4. Yogyakarta: Bagian Penerbitan


STIE YKPN.

Hendriksen, S. Eldon.,dan Nugroho W. Teori Akuntansi. Edisi 4. Jakarta: Erlangga.`

Tuanakotta, M. Theodorus. Teori Akuntansi 2. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

http://rayahasibuan.blogspot.com/2014/05/tugas-auditing-2-kasus-aset-tetap.html

Anda mungkin juga menyukai