Hanjar Yon Tim Pur

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 167

RAHASIA

KODIKLAT ANGKATAN DARAT Lamp III Kep Danpusenif Kodiklatad


PUSATKESENJATAN INFANTERI Nomor Kep/56/XII/2018
Tanggal 6 Desember 2018

PENGETAHUAN BATALYON TIM PERTEMPURAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta informasi,


menyebabkan kemajuan di segala bidang termasuk persenjataan maupun
alutsista. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan perubahan maupun
penyelarasan terhadap strategi, taktik dan teknik bertempur. Mengikuti
perkembangan tersebut, TNI AD secara bertahap sesuai dengan program telah
mengganti beberapa alutsista yang dimiliki menjadi lebih modern. Hal tersebut
tentunya akan membawa suatu konsekuensi logis untuk menata dan memperbaiki
kembali terhadap strategi, taktik, dan teknik Pertempuran, khususnya bagi Batalyon
dalam melaksanakan operasi dalam rangka untuk mewadahi modernisasi alutsista
yang telah ada.

b. Lembaga Pendidikan memerlukan Naskah sekolahuntuk digunakan sebagai


pedoman dalam mengoperasionalkan seluruh pelajaran yang ada, termasuk
diantaranya adalah Naskah sekolahPengetahuan Batalyon tim pertempuran
(Yontimpur)untuk dapat melaksanakan operasi serangan. Yontimpur dalam operasi
serangan merupakan salah satu bentuk penggunaan kekuatan TNI AD yang
mengintegrasikan seluruh elemen daya tempur antar kecabangan yang dalam
pelaksanaannya mengoptimalkan peran dan fungsi kecabangan mulai dari satuan
tempur (satpur), satuan bantuan tempur (satbanpur), satuan bantuan administrasi
(satbanmin) serta didukung oleh satuan Teritorial dan satuan Intelijen.

c. Mengingat pentingnya Naskah Sekolah Yontimpur dalam Operasi Serangan,


maka perlu disusun dan dirumuskan guna menyatukan kesamaan pemahaman dan
tindakan serta untuk mengoptimalkan daya guna dan hasil guna seluruh satuan-
satuan yang ada di lingkungan lembaga pendidikan.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah Sekolah ini sebagai pedoman bagi pendidikan Perwira


TNI AD.

b. Tujuan. Agar Pasis pendidikan Perwira TNI AD mengerti tentang


Pengetahuan Batalyon Tim Pertempuran sebagai bekal dalam pelaksanaan tugas
di satuan.

RAHASIA
2

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Pendahuluan.
b. Ketentuan umum.
c. Pengorganisasian, Kemampuan dan Batas kemampuan.
d. Pelaksanaan.
e. Komando, pengendalian dan perhubungan.
f. Penutup.

4. Pengertian.

a. Daerah persiapan (DP) adalah Daerah dimana pasukan-pasukan yang turut


serta dalam gerakan dikumpulkan, secara sistematis menyusun, mengatur dan
mengadakan koordinasi untuk persiapan operasi yang akan dilakukan.

b. Garis Awal (GA) adalah Suatu garis khayal yang mudah dikenal dimedan
yang berfungsi untuk koordinasi gerak maju eselon penyerang pada awal
serangan, garis awal dilintasi pada jam “J” oleh pasukan terdepan dalam formasi
serangan.

c. Batuan Tembakan Kapal (BTK) adalah bagian dari senjata bantuan yang
digunakan sebagai bantuan tembakan untuk membantu operasi pasukan di darat.

d. Batuan Tembakan Udara (BTU) adalah Operasi udara yang ditujukan


untuk mengatasi hambatan-hambatan terhadap gerak maju pasukan darat/kapal
laut atau adanya serangan musuh yang mematikan, dimana pasukan darat/kapal
laut dengan sista digunakan tidak dapat lagi mengatasi keadaan.

BAB II
KETENTUAN UMUM

5. Umum. Yontimpur dalam operasi serangan merupakan pengerahan satuan


setingkat batalyon dengan menggunakan orgas Yontimpur sebagai satuan dasarnya.
Pokok-pokok operasi Yontimpur dijelaskan agar dapat memberikan landasan atau dasar
dalam penyelenggaraan operasi yang dimaksud meliputi prinsip-prinsip operasi, syarat
dan sifat operasi, faktor-faktor yang memengaruhi operasi, dan pertimbangan dasar
penyelenggaraan operasi serta pengorganisasian.

6. Prinsip-Prinsip Operasi. Dayakejut, konsentrasi, keberanian, dan tempo menjadi


prinsip operasi serangan yang sukses. Komandan Yontimpur (Danyontimpur) memiliki
inisiatif tinggi untuk secara agresif melawan kelemahan musuh dengan seluruh kekuatan
yang dimiliki. Operasi serangan batalyon tim pertempuran berorientasi kekuatan atau
medan, untuk mengalahkan musuh atau melanjutkan serangan itu. Danyontimpur
memperluas serangan dalam ruang dan waktu dengan menyerang musuh secara
mendalam dan menghancurkan elemen-elemen inti dari kekuatan musuh.

a. Pendadakan.Komandan harus mampu memberikan pendadakan dengan


menyerang musuh pada waktu atau tempat yang tidak terduga. Batalyon tim
pertempuran memiliki beberapa kemampuan yang memungkinkan pasukan untuk
melakukan pendadakan.
3

Pertama, satuan Intelijen harus memperoleh informasi tentang musuh secara


akurat dan tepat waktu. Dengan melihat musuh terlebih dahulu dan memahami
situasinya, Komandan dapat mengeksploitasi kelemahan musuh dan mengganggu
pergerakan musuh. Kedua, kecepatan gerakan satuan Yontimpur, baik melalui
darat atau udara, memberikan Danyontimpur kesempatan untuk mengatur
kekuatan tempur dengan cepat. Hal ini akan membatasi kemampuan musuh dalam
bereaksi.

b. Konsentrasi.Konsentrasi memiliki pengaruh luar biasa dari kekuatan tempur


dalam mencapai tujuan. Kemampuan sistem komunikasi sampai dengan tingkat
Kompi memungkinkan Yontimpur dapat mengkonsentrasikan kekuatan tempurnya
untuk melawan musuh dengan cepat. Untuk mengatasi ini, kemungkinan musuh
akan memanfaatkan pertempuran jarak dekat di daerah perkotaan maupun medan
yang khusus. Medan ini dapat menghambat operasi dengan kelemahan sistem
senjata yang ada. Kekuatan tempur akan kesulitan dalam hal ketepatan, sehinga
dapat menyebabkan kerusakan yang tidak diharapkan.

c. Keberanian.Keberanian adalah rencana aksi sederhana namun eksekusi


yang berani. Dengan kemampuan digital, Danyontimpur dapat mengurangi
ketidakpastian tentang pasukan kawan dan musuh sehingga komandan dapat
bertindak lebih berani.

d. Kecepatan.Kecepatan menjadi salah satu faktor utama yang menentukan


keberhasilan pertempuran. Dengan teknologi tinggi diharapkan akan meningkatkan
kecepatan dalam menemukan sasaran, menggerakkan pasukan maupun alutsista,
sehingga memberikan keunggulan momentum dalam rangka memenangkan
pertempuran.

7. Syarat-Syarat dan Sifat Operasi.

a. Syarat-Syarat Operasi:

1) diperlukan keunggulan kekuatan dan kemampuan tempur sendiri


guna keberhasilan pelaksanaan operasi;

2) diperlukan perencanaan dan kerahasiaan yang tinggi guna


memperoleh pendadakan;

3) tersedia informasi/bahan keterangan yang cukup mengenai kekuatan


dan kemampuan tempur musuh di daerah sasaran, untuk menentukan tipe
serangan yang digunakan dalam mencapai tujuan dan sasaran operasi
serangan;

4) diperlukan upaya untuk memadukan satuan penggunaan ruang dan


waktu untuk mendapatkan penilaian tentang kemungkinan penggunaan
satuan-satuan daya tempur secara tepat; dan

5) perlunya kecepatan dalam pengambilan keputusan dalam


menghadapi keadaan-keadaan yang timbul.
4

b. Sifat-Sifat Operasi:

1) bersifat taktis karena mampu memengaruhi jalannya suatu


pertempuran;

2) bersifat strategis karena mampu memengaruhi jalannya peperangan


secara keseluruhan; dan

3) selalu dilaksanakan secara terintegrasi dari berbagai satuan


kecabangan di lingkungan TNI AD dan dapat dibantu oleh satuan TNI
lainnya.

8. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pelaksanaan Operasi.

a. Faktor Internal.

1) Moril personel dan satuan. Operasi serangan membutuhkan tekad


dan keberanian dari seluruh satuan, sehingga dibutuhkan moril yang tinggi
dari seluruh personel maupun satuan yang terlibat.

2) Alutsista satuan. Macam, jenis, dan kemampuan alutsista satuan


yang terlibat sangat memengaruhi perencanaan operasi serangan yang
akan dilakukan.

3) Waktu yang tersedia. Waktu yang tersedia sangat memengaruhi


dalam seluruh pentahapan dalam pelaksanaan operasi serangan, sehingga
harus di rencanakan dan diatur dengan baik, sehingga tidak ada waktu yang
terbuang.

b. Faktor Eksternal.

1) Medan. Bentuk dan karakteristik medan yang akan digunakan


sebagai daerah operasi sangat menentukan perencanaan operasi serangan.

2) Pasukan kawan. Bentuk dan jumlah dukungan yang dapat


diperoleh dari matra lainnya sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan
operasi serangan.

3) Masyarakat di daerah operasi. Masyarakat di daerah operasi sangat


memengaruhi keberhasilan pelaksanaan operasi serangan, sehingga perlu
adanya pengendalian penduduk yang terkoordinir dengan tetap
memerhatikan faktor kerahasiaan.

9. Pertimbangan Dasar Penyelenggaraan Operasi.Operasi serangan dilaksanakan


berdasarkan pertimbangan strategis dan taktis sebagai berikut:

a. Pertimbangan Strategis. Penyelenggarakan operasi militer dalam bentuk


operasi tempur untuk menyerang kekuatan militer negara lain yang telah
menguasai sebagian wilayah daratan NKRI didasari pertimbangan strategis
sebagai berikut:
5

1) dalam rangka mempertahankan diri sebagai negara merdeka dan


berdaulat dari segala bentuk penindasan serta kekerasan yang dilakukan
negara lain melalui agresi militer ke wilayah daratan NKRI setelah
pertahanan laut dan udara tidak berhasil;

2) menunjukkan eksistensi TNI AD yang mampu mengadakan


perlawanan darat secara total dan terpadu dengan kekuatan nasional
lainnya sebagai upaya pembalasan kepada negara lain yang menyerang
Indonesia;

3) sebagai tindakan perlawanan di wilayah daratan yang dilakukan


secara terus menerus agar musuh keluar dari wilayah daratan NKRI;

4) seluruh wilayah dibentuk menjadi daerah perlawanan yang tersebar


agar kekuatan musuh menjadi terpencar dalam front yang luas/lebar.
Dengan demikian diharapkan musuh mengalami kesulitan dalam
melaksanakan penguasaan wilayah karena harus mengerahkan kekuatan
yang lebih besar untuk menghadapi pasukan TNI AD; dan

5) serangan dilaksanakan dengan melibatkan seluruh komponen


bangsa dalam menyelenggarakan perang darat secara berlarut sebagai
perwujudan perang semesta yang menentukan hidup matinya NKRI.

d. Pertimbangan Taktis.Pertimbangan taktis meliputi faktor tugas, kondisi


musuh, medan, dan kondisi pasukan sendiri adalah:

1) tugas-tugas yang diberikan kepada pasukan yang melaksanakan


operasi penyerang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
pelaksanaan operasi serangan. Tujuan untuk menghancurkan kekuatan
musuh, ataupun untuk memperoleh ruang dan waktu tertentu akan
menentukan dalam menganalisa tugas pokok maupun tugas terkandung
yang perlu dilaksanakan. Sedapat mungkin tugas lain yang tidak
mendukung pencapaian tujuan agar ditinggalkan karena akan menghambat
dan menyesatkan, bahkan dapat menggagalkan pencapaian tujuan;

2) Iklim dan cuaca. Kondisi iklim dan cuaca di daerah operasi sangat
menentukan keberhasilan tugas, terutama guna mendapatkan kerahasiaan
dan pendadakan dari pasukan yang bermanuver dan sangat diperlukan
dalam pelaksanaan operasi serangan. Keadaan cuaca juga sangat
memengaruhi kondisi medan di daerah operasi yang memerlukan analisa
secara mendalam;

3) Medan. Kondisi medan yang meliputi 5 (lima) aspek medan yaitu


medan kritik, lapangan tinjau, dan lapangan tembak, lindung tinjau dan
lindung tembak, jalan pendekat, dan rintangan mempunyai arti penting dan
menjadi pertimbangan sebelum melaksanakan serangan. Penguasaan 5
(lima) aspek medan dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan manuver
dan tembakan di samping memperkecil terjadinya korban pasukan sendiri
dan korban rakyat. Untuk itu dalam membuat rencana serangan seorang
komandan harus mempelajari kondisi medan baik melalui peta maupun
melihat kondisi nyata di lapangan.
6

a) Medan kritik. Rencana komandan ditujukan kepada


penguasaan medan-medan yang mempunyai arti penting dan memiliki
nilai taktis. Penguasaan medan tertentu secara sempurna
dilaksanakan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan untuk
manuver pasukan dan tembakan.Di daerah pemukiman medan sarat
dengan penonjolan-penonjolan benda buatan manusia utamanya
bangunan dan jalan yang dapat memberikan keuntungan bagi yang
menguasai.

b) Lapang tinjau dan lapang tembak. Sarana peninjauan udara


dan alat pengamatan dapat mengurangi pentingnya ketinggian untuk
peninjauan. Apabila alat-alat tersebut tidak tersedia dan adanya
keadaan lain yang menyulitkan penggunaan alat-alat tersebut, maka
sarana seperti pos-pos peninjau depan dan patroli-patroli perlu
diintensifkan, untuk menghasilkan keterangan yang penting. Di daerah
pemukiman, lapangan tembak terbatas, karena banyaknya bangunan
yang tinggi dan jalan atau lorong-lorong, namun demikian dapat
dimanfaatkan sebagai sarana peninjauan.

c) Lindung tinjau dan lindung tembak. Penggunaan lindung


tembak dan lindung tinjau yang tepat merupakan tindakan yang baik
untuk memperoleh pendadakan dan mengurangi kerugian. Lindung
tinjau membatasi kemampuan musuh untuk menentukan sasaran.
Bangunan, gedung, parit-parit, dan terowongan yang ada di daerah
perkotaan memberikan keuntungan bagi rencana taktis dan dapat
memberikan perlindungan baik terhadap peninjauan maupun terhadap
tembakan.

d) Rintangan. Dalam merencanakan susunan tugas satuan yang


akan melaksanakan operasi serangan harus mempertimbangkan ada
tidaknya rintangan di daerah operasi. Tembakan Artileri, mortir atau
tembakan dari Penerbad, dan bantuan Zeni tempur, serta alat-alat lain
untuk memelihara mobilitas sangat diperlukan untuk mengatasi segala
rintangan yang dihadapi.

e) Jalan pendekat. Kemungkinan jalan pendekat dianalisa


berdasarkan kemampuan peninjauan, lindung tembak, dan lindung
tinjau, ruang untuk penyebaran dan manuver pasukan, rintangan,
jaring jalan, panjang, dan arah menuju ke sasaran. Jalan pendekat
digunakan, apabila memberikan kemungkinan untuk manuver yang
cepat menuju sasaran dan ada ruang yang cukup untuk penyebaran.
Pertahanan dan kemampuan musuh sepanjang jalan pendekat dan
kemungkinan pendadakan, perlu dipertimbangkan secara teliti dalam
pemilihan jalan pendekat. Jalan pendekat untuk operasi mobil udara
yang terpenting adalah terlindung dan mudah dikenal.

4) Musuh. Keadaan musuh perlu dipelajari untuk menentukan kekuatan,


penempatan, kemampuan, dan rencana operasi musuh. Kelemahan musuh
dieksploitir dan kekuatannya dihindari. Pengetahuan tentang penempatan
musuh memengaruhi pemilihan tipe operasi serangan dan susunan pasukan
untuk pertempuran. Pengetahuan tentang kemampuan musuh, taktiknya
dan keistimewaannya memungkinkan komandan untuk menentukan resiko
cara bertindak.
7

Perencanaan operasi didasarkan pula pada pengaruh kemungkinan


penggunaan senjata nubika musuh dan memungkinkan tindakan untuk
mengurangi penghancuran yang dilancarkan oleh serangan penggunaan
senjata nubika.

5) Pasukan sendiri.

a) Mobilitas pasukan. Mobilitas pasukan penyerang dipengaruhi


oleh jarak ke sasaran serangan, waktu yang tersedia untuk
menduduki/menguasai medan di sepanjang jalan pendekat serta
kemampuan perlawanan musuh pada kedudukannya. Komandan
satuan dalam menyusun pasukan pada suatu serangan perlu mem-
pertimbangkan faktor-faktor tersebut, agar dapat menyelesaikan
tugas pokoknya secara berdaya dan berhasil guna.

b) Bantuan tembakan.

(1) Dalam operasi serangan, manuver dan tembakan tidak


dapat dipisahkan satu dengan yang lain, rencana bantuan
tembakan adalah sejajar dan diintegrasikan dengan rencana
manuver. Bantuan tembakan baik melalui udara maupun
melalui darat untuk melindungi manuver pasukan, penyusunan
satuan dan penguasaan sasaran menjadi pertimbangan dalam
melaksanakan serangan. Pada daerah pemukiman,
penggunaan sarana bantem sangat terbatas karena terhalang
oleh konstruksi bangunan yang ada sehingga gerakan
manuver tidak dapat selalu merapat di belakang tembakan
bantuan.

(2) Bantuan udara. Bantuan udara taktis dapat digunakan


untuk menembakkan bermacam-macam peluru terhadap
pasukan dan posisi musuh.

(3) Artileri Medan.Armed dapat memberikan bantuan


tembakan secara merapat dan terus menerus sesuai
kemampuan. Armed sangat tepat untuk menetralisir dan
menghancurkan satuan musuh selama manuver dari pasukan
penyerang menuju ke pangkal serangan. Armed dapat
digunakan untuk tembakan persiapan, membantu serangan
dan melindungi reorganisasi dari satuan sendiri.

(4) Penerbad. Penerbad dapat memberikan bantuan


tembakan dari berbagai arah terhadap musuh dan dari jarak
yang relatif aman bagi pasukan kawan dengan memanfaatkan
kemampuan manuver melintasi berbagai rintangan alam yang
ada. Kemampuan dukungan Penerbad juga sangat berguna
bagi pasukan darat dalam meningkatkan mobilitas pasukan
darat maupun dukungan logistik yang diperlukan.

e. Pertimbangan Khusus.

1) Mengingat kondisi daerah operasi tidak steril dari keberadaan


penduduk yang karena sesuatu hal penduduk tersebut tidak dapat
8

diorganisir kedalam susunan komponen cadangan dan komponen


pendukung maupun diorganisir kedalam lapis perlawanan nirmiliter lainnya,
maka upaya penyelamatan penduduk perlu direncanakan secara teliti.
Sulitnya pengendalian penduduk yang harus mengedepankan kewaspadaan
dan keselamatan merupakan pertimbangan khusus dalam pelaksanaan
operasi serangan.

2) Faktor kejiwaan dan kesehatan. Apabila musuh berhasil menguasai


suatu wilayah di negara kesatuan republik Indonesia, maka kemungkinan
terbesar adalah kita akan melaksanakan perang berlarut/gerilya. Salah satu
sifat perang berlarut adalah menggunakan waktu yang lama bahkan tidak
terhingga. Untuk ini maka dalam menyusun operasi serangan harus
mempertimbangkan faktor kejiwaan dan kesehatan prajurit serta komponen
cadangan dan komponen pendukung.

3) Medan yang dikuasai atau diduduki musuh bukan lagi berupa medan
kosong atau terbuka, tetapi suatu daerah di wilayah pemukiman yang pada
umumnya merupakan medan padat bangunan.

4) Pada daerah bangunan terdapat bagian-bagian kritik yang terdiri dari


puncak bangunan, pintu masuk, gang-gang dan tangga yang dapat
mengakibatkan jarak peninjauan dan lapangan tembak terbatas. Untuk ini,
pertempuran di daerah bangunan dan padat penduduk operasi serangan
lebih efektif dilaksanakan dengan pertempuran jarak dekat, sehingga perlu
dipertimbangkan oleh Komandan satuan untuk membekali senjata
perorangan satuan manuver dengan senjata popor lipat dan senjata lawan
tank (SLT) ringan, granat asap, dan granat tangan.

5) Bantuan tembakan lintas lengkung harus direncanakan secara teliti


dan terkoordinir mengingat banyaknya bangunan yang tinggi, sehingga
kedudukan atau penempatan pucuk-pucuk dari senjata lintas lengkung
harus ditempatkan sedekat mungkin dengan satuan manuver. Kondisi
demikian menuntut Komandan satuan manuver dan Komandan Baterai
Armed sebagai Pakorbantem harus menguasai prosedur permintaan
bantuan tembakan dan berimprovisasi, sehingga dapat memberikan
bantuan tembakan secara optimal.

6) Karakteristik daerah perkotaan yang terpotong-potong oleh berbagai


bangunan seperti perkantoran, perumahan, jalan raya, prasarana sosial, dan
lain-lain, menjadikan pasukan sendiri tidak dapat diorganisir dalam
hubungan besar, tetapi bergerak dalam hubungan satuan kecil. Kondisi ini
menuntut setiap Komandan satuan bawah memiliki kemampuan taktis dan
kepemimpinan lapangan yang handal sehingga mampu mengadakan
perkiraan cepat untuk mengambil keputusan taktis yang cepat dan tepat.

7) Dukungan pemerintah sipil. Potensi dukungan dari pemerintah sipil


dapat dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan operasi. Danyontimpur
harus bisa bersinergi dan bekerjasama dengan pemerintah sipil dalam
memanfaatkan potensi wilayah sehingga dapat terkoordinir dengan optimal
dalam mendukung operasi, diantaranya dukungan logistik wilayah dan
penyediaan tenaga rakyat terlatih.
9

BAB III
PENGORGANISASIAN, KEMAMPUAN DAN BATAS KEMAMPUAN

10. Umum.Organisasi tugas Yontimpur disusun agar pertempuran dapat dilaksanakan


dengan optimal, sehingga pelaksanaan operasi dapat mencapai hasil yang maksimal.
Penyusunan organisasi tugas Yontimpur mencakup struktur, susunan, serta tugas dan
tanggung jawab pejabat secara jelas dalam pelaksanaan tugasnya.

11. Pengorganisasian.

a. Struktur Organisasi. Struktur organisasi Yontimpur dalam operasi


serangan terdiri dari Komando Yontimpur, satpur, satbanpur, satbanmin dan
satbanter dengan susunan sebagai berikut (struktur organisasi secara terinci,
terlampir):

KOMANDO
YONTIMPUR

SATPUR SATBANPUR SATBANMIN SATBANTER SATINTEL

b. Susunan Organisasi.

1) Komando Yontimpur:

a) Komandan Batalyon Tim Pertempuran (Danyontimpur) dijabat


oleh Komandan satuan Infanteri berpangkat Letkol;
b) Wakil Komandan Batalyon Tim Pertempuran
(Wadanyontimpur) dijabat oleh Pamen Armed/Kavaleri/Arhanud/Zeni
berpangkat Mayor;
c) Perwira Seksi Intelijen (Pasiintel) dijabat oleh Pasiintel Yonif;
d) Perwira Seksi Operasi (Pasiops) dijabat oleh Pasiops Yonif;
e) Perwira Seksi Personel (Pasipers) dijabat oleh Pasipers Yonif;
f) Perwira Seksi Logistik (Pasilog) dijabat oleh Pasilog Yonif;
g) Perwira Seksi Teritorial (Pasiter) dijabat oleh pama berpangkat
Kapten yang di BP kan dari satuan teritorial di daerah operasi;
h) Komandan Kompi Markas (Dankima) dijabat oleh Dankima
Yonif;
i) Perwira Koordinasi Bantuan Tembakan (Pakorbantem) dijabat
oleh Pabung atau Danrai Armed;
j) Dokter dijabat oleh Dokter Yonif;
k) Perwira Ajen (Paajen)dijabat oleh Pama berpangkat
Lettu/Kapten yang di BP kan;
l) Perwira Topografi (Patop)dijabat oleh Pama berpangkat
Lettu/Kapten yang di BP kan;
m) Perwira Hukum (Pakum) dijabat oleh Pama berpangkat
Lettu/Kapten yang di BP kan;
n) Perwira Keuangan (Paku)dijabat oleh Pama berpangkat
Lettu/Kapten yang di BP kan;
10

o) Perwira Pembinaan Mental (Pabintal)dijabat oleh Pama


berpangkat Lettu/Kapten yang di BP kan;
p) Perwira Psikologi (Papsi)dijabat oleh Pama berpangkat
Lettu/Kapten yang di BP kan; dan
q) Perwira Penerangan (Papen) dijabat oleh Pama berpangkat
Lettu/Kapten yang di BP kan.

2) Satpur:

a) Yonif (Yonif Raider/Yonif Para Raider/Yonif Mekanis/Yonif


Mekanis Raider);
b) Kompi Yonif Mekanis/Yonif Mekanis Raider;
c) Peleton Yonif Raider/Yonif Para Raider/Yonif Mekanis Raider;
dan
d) Kompi Kavaleri.

3) Satbanpur:

a) Baterai Armed;
b) Baterai Arhanud;
c) Flite Penerbad;
d) Kompi Zeni;
e) Peleton Perhubungan; dan
f) Peleton Peralatan.

4) Satbanmin:

a) Peleton Pom;
b) Peleton Kesehatan;
c) Peleton Bekang;
d) Pok Topografi: dan
e) Tim Ajen.

5) Satbanter. Komando kewilayahan setempat (minimal setingkat


Koramil).

6) Satintel. Komando intelijen setempat (minimal setingkat Unit Intel


Kodim).

c. Tugas dan Tanggung Jawab.

1) Komando Yontimpur.

a) Danyontimpur:

(1) memimpin, mengawasi, dan mengendalikan semua


kegiatan yang diarahkan untuk pencapaian tugas pokok;

(2) memelihara dan meningkatkan kesejahteraan, moril,


disiplin, dan tata tertib untuk mencapai jiwa keprajuritan yang
tinggi;
11

(3) memelihara dan meningkatkan kemampuan teknis


satuan untuk mencapai nilai tempur yang tinggi;

(4) mengawasi pemeliharaan dan perawatan logistik untuk


menjamin kesiapan operasional; dan

(5) menjamin/memelihara hubungan kerja yang baik/erat


dengan para komandan dan para staf satuan atasan, para
komandan satuan-satuan bantuan dan tetangga termasuk
aparat kowil dan pemerintah daerah.

b) Wadanyontimpur:

(1) memimpin, mengatur, mengoordinasikan, dan


mengawasi segala kegiatan staf umum (koordinasi) dan staf
khusus untuk mencapai tugas pokok;

(2) mengatur kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh


staf;

(3) mengatur dan mengawasi tata kerja dan prosedur


kegiatan di lingkungan Mako. (menentukan cara-cara kerja
secara khusus);

(4) menjabarkan dan meneruskan instruksi-instruksi dan


keputusan komandan kepada para staf. (meneruskan kepada
staf, instruksi-instruksi, dan keputusan-keputusan komandan);
dan

(5) melaksanakan tugas-tugas Danyontimpur, apabila


Danyontimpur berhalangan melaksanakan tugas.

c) Pasiintel:

(1) merencanakan, mengawasi, dan mengendalikan


kegiatan penyelidikan yang berhubungan dengan cuaca,
medan, musuh, dan karakteristik daerah pertempuran;

(2) merencanakan, mengawasi, dan mengendalikan


kegiatan yang berhubungan dengan pengamanan personel,
material, berita, dan kegiatan untuk mencegah kerugian;

(3) merencanakan, mengawasi, dan mengendalikan


kegiatan penyelidikan dan pengamanan dalam rangka
mendukung tugas pokok Yontimpur;

(4) merencanakan, mengawasi, dan mengendalikan


kegiatan pengumpulan data teritorial serta pengumpulan
keterangan;

(5) mengoordinasikan masalah Intelijen dengan staf satuan


atasan, satuan samping, dan bawahan dalam rangka
mendukung tugas pokok Yontimpur; dan
12

(6) sebagai penanggung jawab fungsi intelijen di satuan.

d) Pasiops:

(1) merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang


berhubungan dengan pengorganisasian satuan termasuk
satuan bantuan dalam rangka mendukung tugas pokok
Yontimpur;

(2) merencanakan, mengawasi, dan mengendalikan


kegiatan operasi satuan; dan

(3) menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan


perencanaan, penyusunan, dan pengendalian terhadap
penggunaan komponen cadangan dan komponen pendukung
yang diperbantukan disatuannya untuk mendukung
pelaksanaan tugas pokok Yontimpur.

e) Pasipers:

(1) merencanakan dan melaksanakan kegiatan


pemeliharaan kekuatan serta kebutuhan personel termasuk
tenaga pengganti dalam rangka mendukung tugas pokok
Yontimpur;

(2) menyelenggarakan kegiatan pelayanan administrasi


personel yang berhubungan dengan pemeliharaan moril
prajurit;

(3) merencanakan, mengoordinasikan, dan mengawasi


pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan
mental, penegakkan hukum, disiplin, dan tata tertib; dan

(4) mengawasi dan mengendalikan kegiatan pembinaan


pos komando.

f) Pasilog:

(1) merencanakan dan mengajukan permohonan


perbekalan dan material untuk memenuhi kebutuhan
operasional;

(2) merencanakan, mengawasi, dan me-ngendalikan


penerimaan dan pendistribusian;

(3) merencanakan, mengawasi, dan mengendalikan


kegiatan penyediaan fasilitas, pelayanan jasa dan angkutan;

(4) merencanakan, mengawasi, dan mengendalikan


pelaksanaan perawatan serta pemeliharaan material satuan;
dan
13

(5) merencanakan instalasi penyimpanan/ penimbunan


material dan perawatan bekal satuan.

g) Pasiter:

(1) melaksanakan koordinasi pengumpulan informasi


tentang geografi, demografi, dan kondisi sosial daerah;

(2) melaksanakan koordinasi tentang kegiatan teritorial di


wilayah Koramil yang menjadi tanggung jawab Yontimpur;

(3) memberikan pengarahan staf dalam penyelenggaraan


kegiatan di bidang teritorial, baik di dalam lingkungan intern
maupun ekstern sesuai dengan kedudukan serta batas
wewenang dan tanggung jawabnya;

(4) melaksanakan koordinasi tentang pengendalian dan


pengungsian penduduk; dan

(5) memberikan pertimbangan dan saran kepada


Danyontimpur terkait bidang teritorial.

h) Dankima:

(1) melaksanakan kegiatan administrasi dan pelayanan


markas;

(2) menyiapkan dan menyelenggarakan posko;

(3) mengatur kegiatan dinas dalam; dan

(4) Dankima dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung


jawab kepada Danyontimpur dan dikoordinir oleh
Wadanyontimpur.

i) Pakorbantem:

(1) memberikan keterangan dan pertimbangan kepada


komandan dan staf di bidang Bantem sebagai bahan
pengambilan keputusan cara bertindak terbaik oleh
Danyontimpur;

(2) membuat rencana bantuan tembakan sebagai lampiran


perintah operasi komandan yang dapat mengoordinir dan
mengintegrasikan semua sarana Bantem sehingga didapatkan
pemberian bantem secara berdaya guna dan berhasil guna;

(3) menyelenggarakan analisa sasaran; dan

(4) menyelenggarakan dan mengawasi pekerjaan Badan


Korbantem.
14

j) Dokter:

(1) membantu pemeliharaan kesehatan Yontimpur;

(2) memberikan saran bidang kesehatan;

(3) merencanakan tempat pengobatan Yontimpur;

(4) membantu pelaksanakan evakuasi dan hospitalisasi


terhadap prajurit yang terluka di medan operasi; dan

(5) mengajukan permintaan bekal ulang kesehatan kepada


Komando atasannya.

k) Perwira Ajen:

(1) melaksanakan pembinaan penyeleng-garaan


administrasi personel dalam pelaksanaan operasi;

(2) melaksanakan pembinaan penyeleng-garaan


administrasi umumdalam pelaksanaan operasi;

(3) pembinaan pemeliharaan kesejahteraan moril dalam


pelaksanaan operasi; dan

(4) melaksanakan perawatan dan pemisahan personel


dalam pelaksanaan operasi.

l) Perwira Topografi:

(1) menyediakan peta operasi guna mendukung


pelaksanaan operasi; dan

(2) memberikan saran dan masukan kepada Danyontimpur


berkaitan dengan bidang topografi.

m) Perwira Keuangan:

(1) sebagai staf khusus Danyontimpur dalam pengurusan


administrasi khususnya dalam bidang keuangan;

(2) mendukung administrasi belanja keuangan personel


dalam pelaksanaan operasi;

(3) memberikan saran kepada Danyontimpur mengenai


belanja operasional untuk mendukung pelaksanaan operasi;
dan

(4) membantu Danyontimpur dalam bidang administrasi


pertanggungjawaban keuangan dan laporan keuangan dalam
pelaksanaan operasi.
15

n) Perwira Pembinaan Mental:

(1) melaksanakan pembinaan mentalbagi prajurit dan


keluarganya melalui pembinaan mental rohani, idiologi dan
kejuangan di home base sebelum pelaksanaan tugas operasi
untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, disiplin,
patriotisme, semangat kejuangan,dan kesetiaan kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia;

(2) melaksanakan kegiatan pembinaan mental rohani


kepada prajurit dan masyarakat seperti peribadatan,
perawatan dan pemakaman jenazah;

(3) melaksanakan kegiatan pembinaan mental ideologi dan


kejuangan kepada prajurit dan masyarakat seperti ceramah,
bimbingan/konseling, penyuluhan, komunikasi sosial, dan
komunikasi kejuangan serta anjang sana; dan

(4) melaksanaan pembinaan mental kepada masyarakat


untuk mengoptimalkan keberhasilan tugas.

o) Perwira Psikologi:

(1) sebagai staf khusus Danyontimpur dalam memelihara


kondisi psikologis prajurit;

(2) memelihara dan menjaga moril serta motivasi prajurit;

(3) memberikan konseling kepada prajurit yang


membutuhkan;

(4) memberikan efek psikologi terhadap musuh dalam


pelaksanaan operasi;

(5) memberikan saran kepada Danyontimpur tindakan-


tindakan yang bisa memberikan dampak psikologi terhadap
musuh; dan

(6) menangkal dampak operasi psikologi yang dilakukan


musuh kepada prajurit yang melaksanakan operasi.

p) Perwira Penerangan:

(1) memberi saran dan informasi kepada Danyontimpur


terkait dengan pelaksanaan operasi;

(2) memimpin dan merencanakan, mengoordinasikan serta


mengintegrasikan potensi yang ada serta mensinkronisasikan
kemampuan operasi informasi offensive dan defensive serta
aktivitas terkait dari operasi informasi TNI, yaitu sesuai dengan
atensi komandan dihadapkan dengan misi dan tujuan operasi;
16

(3) melakukan monitoring terhadap pelaksanaan dari


operasi informasi TNI serta mengawasi segala kegiatan yang
berkaitan dalam penyelesaian masalah yang terjadi;

(4) memonitor dan mengkomunikasikan perkembangan


informasi di media cetak dan media elektronik, baik di tingkat
lokal maupun nasional sebelum, selama, dan sesudah operasi
dilaksanakan;

(5) melakukan counter opinion terhadap informasi negatif


yang berkembang sebagai akibat dampak dari operasi yang
dilaksanakan sebelum, selama, dan sesudah;

(6) merangkul, memfasilitasi, dan memfilterisasi informasi


yang keluar terhadap media cetak/elektronik dan LSM;

(7) merangkul dan memengaruhi tokoh-tokoh masyarakat di


daerah operasi agar berkenan memberikan pendapat yang
bertujuan untuk memengaruhi opini masyarakat luar maupun
para musuh; dan

(8) membentuk opini yang baik terhadap NKRI dan menjadi


isu negatif bagi musuh.

2) Satuan tempur.

a) Komandan satuan infanteri.

(1) Memimpin, mengawasi, dan mengendalikan semua


kegiatan yang diarahkan untuk pencapaian tugas pokok
meliputi:

(a) mencari kedudukan tempur aju dan kedudukan


tempur utama musuh melalui peninjauan, pergerakan
pasukan maupun tembakan;

(b) mendekati kedudukan tempur musuh melalui


manuver pasukan yang terkoordinir dengan didukung
oleh satuan bantuan tembakan, tempur, dan bantuan
administrasi yang tersedia;

(c) menghancurkan musuh di kedudukan tempurnya


dengan melakukan Pertempuran jarak dekat dengan
dibantu bantuan tembakan dan bantuan tempur yang
terkoordinir; dan

(d) melaksanakan konsolidasi setelah sasaran


serangan dari Yontimpur direbut dan melakukan
persiapan guna melaksanakan tugas selanjutnya.

(2) Memelihara dan meningkatkan kesejahteraan, moril,


disiplin, dan tata tertib untuk mencapai jiwa keprajuritan yang
tinggi.
17

(3) Memelihara dan meningkatkan kemampuan teknis


satuan untuk mencapai nilai tempur yang tinggi.
(4) Mengawasi pemeliharaan dan perawatan logistik untuk
menjamin kesiapan operasional.

(5) Menjamin/memelihara hubungan kerja yang baik/erat


dengan para komandan dan para staf satuan atasan, para
komandan satuan-satuan bantuan dan tetangga termasuk
aparat teritorial dan pemerintah daerah.

b) Komandan Kompi Kavaleri.

(1) Memimpin, mengawasi, dan mengendalikan semua


kegiatan yang diarahkan untuk pencapaian tugas pokok
meliputi:

(a) melaksanakanpentahapan operasi serangan;

(b) melaksanakan eksploitasi dan pengejaran


dengan menggunakan ranpur secara terkoordinir dan
optimal dengan kemampuan mobilitas dan daya tembak
yang besar;

(c) melaksanakan pengintaian untuk mendapatkan


informasi tentang daerah, rute, dan musuh;

(d) melaksanakan pengamanan pada satuan yang


lebih besar;

(e) mendekati dan menghancurkan kedudukan


tempur musuh melalui manuver tempur yang
terkoordinir dengan kemampuan mobilitas dan daya
tembak yang besar;

(f) menghancurkan sasaran udara musuh dengan


senjata PSU yang tersedia; dan

(g) melaksanakan konsolidasi setelah sasaran


serangan dari Yontimpur direbut dan melakukan
persiapan guna melaksanakan tugas selanjutnya.

(2) Memelihara dan meningkatkan kesejahteraan, moril,


disiplin, dan tata tertib selama pelaksanaan Pertempuran.

(3) Mengawasi dan melaksanakan pe-meliharaan dan


perawatan logistik untuk menjamin kesiapan operasional.

(4) Menjamin/memelihara hubungan kerja yang baik/erat


dengan para komandan dan para staf satuan atasan, para
komandan satuan-satuan bantuan dan tetangga termasuk
aparat teritorial dan pemerintah daerah.
18

3) Satbanpur.

a) Baterai Armed.

(1) Komandan Baterai Armed:

(a) memberi saran kepada Danyontimpur yang


dibantu dan stafnya mengenai pemakaian Baterai
Armed;

(b) merencanakan kebutuhan Baterai Armed dalam


membantu operasi;

(c) mengoordinir semua tembakan-tembakan


terhadap sasaran sebagai koordinator bantuan
tembakan sesuai dengan pengeselonan operasi tempur
yang dilaksanakan;

(d) mengoordinir semua rencana dan kegiatan


penemuan sasaran Armed;

(e) mengumpulkan, mengolah, dan


menyebarluaskan informasi/keterangan penyelidikan
Armed;

(f) mengatur tembakan Baterai Armed;

(g) mengendalikan kegiatan seluruh pasukannya


agar tidak menyimpang dari tugas pokok operasi;

(h) bertanggung jawab atas terselenggaranya


bantuan tembakan kepada Yontimpur; dan

(i) dalam melaksanakan tugas kewajibannya Danrai


bertanggung jawab kepada Danyontimpur.

b) Komandan Baterai Arhanud:

(1) memelihara dan meningkatkan kesiapan operasional


alutsista Arhanud, serta materiil lainnya yang menjadi
tanggung jawabnya danraiArhanud;

(2) menentukan kebutuhan-kebutuhan dan mengajukan


saran-saran pemakaian satuan-satuan dan pengalokasian
materiil;

(3) merencanakan kebutuhan Baterai Arhanud dalam


operasi;

(4) memberikan keterangan dan saran yang berkaitan


dengan pertahanan udara terhadap titik-titik rawan dalam
wilayah yang menjadi tanggung jawab Danyontimpur secara
terus menerus;
19

(5) mengendalikan kegiatan pasukannya agar tidak


menyimpang dari tugas pokok operasi; dan

(6) melaksanakan tugas kewajibannya dan bertanggung


jawab kepada Danyontimpur.

c) Penerbad.

(1) Komandan Flite Penerbad:

(a) memberi saran kepada Danyontimpur dan


stafnya mengenai prioritas pengerahan satuan
Penerbad;

(b) merencanakan kebutuhan satuan Penerbad


dalam membantu operasi;

(c) merencanakan operasi mobilitas udara (mobud)


yang meliputi rencana pemuatan, rencana pemindahan,
rencana pendaratan, rencana bantuan tembakan, dan
rencana penjemputan pasukan yang terlibat dalam
operasi mobud;

(d) merencanakanbantuan tembakan terhadap


sasaran sebagai bagian dari koordinasi bantuan
tembakan sesuai dengan pengeselonan operasi tempur
yang dilaksanakan;

(e) bertanggung jawab atas terselenggaranya


bantuan tembakan kepada Yontimpur; dan

(f) dalam melaksanakan tugas kewajibannya,


Danflite Penerbad bertanggung jawab kepada
Danyontimpur.

(2) Perwira penghubung Penerbad:

(a) Pabung Penerbad bertindak sebagai perwakilan


Danflite Penerbad di posko Yontimpur;

(b) menyarankan pengerahan Penerbad


berdasarkan perkiraan Danflite Penerbad; dan

(c) memonitor pergerakan alutsista Penerbad dalam


operasi.

d) Danki Zeni:

(1) menjamin kesiapan Kompi Zeni untuk melaksanakan


tugas operasi sesuai rencana operasi Danyontimpur;

(2) memelihara kesiapan operasional Kompi Zeni tempur


guna mendukung tugas-tugas Yontimpur;
20

(3) memelihara materiil dan alutsista Zeni yang menjadi


tanggung jawabnya;

(4) memberikan saran dan masukan kepada Danyontimpur


berkaitan optimalisasi peran Kompi Zeni tempur dihadapkan
pada kemampuan dan batas kemampuan;

(5) membuat rencana bantuan Zeni kepada Danyontimpur


berkaitan tugas-tugas aspek Zeni;

(6) dalam melaksanakan tugas operasional


Yontimpurbertanggung jawab kepada Danyontimpur, dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari operasional Yontimpur
dikoordinasikan oleh Wadanyontimpur.

e) Komandan Peleton Perhubungan:

(1) memimpin, merencanakan, melak-sanakan, mengawasi,


dan mengendalikan pelaksanaan dukungan perhubungan
pada operasi serangan;

(2) memelihara dan meningkatkan kesiapan operasional


baik personel dan materiil (alhub) selama pelaksanaan operasi
serangan;

(3) membina, menegakkan dan memelihara disiplin, hukum,


dan tata tertib selama pelaksanaan operasi serangan;

(4) meningkatkan semangat, moril, dan kemampuan


perhubungan dalam penyelenggaraan dukungan perhubungan
selama pelaksanaan operasi serangan;

(5) melaksanakan dan menjamin kelancaran kegiatan


dukungan komunikasi, pernika, dan foto film militer serta
konbekharstal sesuai prosedur operasi baik secara teknis
maupun taktis seluruh Yontimpurdalam kegiatan operasi
serangan;

(6) bertanggung jawab kepada Danyontimpur yang


berkaitan dalam penyelengaraan dukungan perhubungan pada
pelaksanaan operasi serangan; dan

(7) menyampaikan pertimbangan dan saran kepada


Danyontimpur tentang hal-hal yang berkaitan dengan fungsi
teknis dukungan perhubungan serta memberikan laporan
secara periodik mengenai semua penyelenggaraan dukungan
perhubungan dalam tugas operasi serangan.

f) Komandan Peleton Peralatan:

(1) menjamin kesiapan peletonnya untuk melaksanakan


tugas pembekalan dan pemeliharaan matpal dalam operasi
sesuai rencana Danyontimpur;
21

(2) memimpin, merencanakan, melaksanakan, mengawasi,


dan mengendalikan pelaksanaan dukungan pembekalan dan
pemeliharaan matpal pada operasi yang dilaksanakan oleh
Yontimpur;

(3) menyiapkan alat peralatan pembekalan dan


pemeliharaan pada Peleton peralatan maupun tim peralatan
mobil dalam rangka mendukung tugas-tugas Yontimpur;

(4) memelihara dan meningkatkan kesiapan operasional


baik personel dan materiil peralatan selama pelaksanaan
operasi Yontimpur;

(5) melaksanakan dan menjamin kelancaran kegiatan


dukungan pemeliharaan,pembekalan, asistensi teknis maupun
intelijen teknik sesuai prosedur operasi baik secara teknis
maupun taktis dalam kegiatan operasi yang dilaksanakan oleh
Yontimpur;

(6) meningkatkan semangat, moril, dan kemampuan


Peleton Peralatan selama pelaksanaan operasi yang
dilaksanakan oleh Yontimpur;

(7) menyampaikan pertimbangan dan saran kepada


Danyontimpur tentang hal-hal yang berkaitan dengan fungsi
teknis peralatan serta memberikan laporan secara periodik
mengenai semua penyelenggaraan dukungan peralatan dalam
tugas-tugas Yontimpur; dan

(8) dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab


kepada Danyontimpur yang berkaitan dalam penyelengaraan
dukungan perhubungan pada pelaksanaan tugas-tugas
Yontimpur yang dikoordinasikan oleh Wadanyontimpur.

2) Satuan banmin.

a) Komandan Peleton Polisi Militer:

(1) memimpin, mengendalikan, dan mengawasi seluruh


kegiatan fungsi Polisi Militer selama operasi berlangsung yang
meliputi:

(a) penyelidikan dan pengamanan fisik yang


dititikberatkan pada kegiatan penyelidikan,
pengumpulan keterangan dan data tentang kondisi
disiplin pasukan atau keterangan lain yang diperlukan
untuk pelaksanaan tugas peleton Polisi Militer;

(b) penegakkan hukum yang dititikberatkan pada


kegiatan untuk memberikan dukungan dan bantuan
polisi militer dalam rangka memelihara dan menegakkan
hukum, disiplin, dan tata tertib satuan yang
melaksanakan operasi serangan;
22

(c) pengawalan dan pengendalian lalu lintas militer,


orang, dan barang yang dititikberatkan pada kegiatan
untuk memberikan dukungan kelancaran mobilitas dan
manuver pasukan selama pelaksanaan operasi
serangan; dan

(d) penyidikan yang dititikberatkan pada kegiatan


penjemputan dan pengurusan tawanan perang,
interniran perang, tahanan militer, dan tahanan
operasiserta kegiatan penyidikan terbatas.

(2) mengajukan rencana dan memberikan saran tentang


kegiatan fungsi Polisi Militer kepada Danyontimpur;

(3) memelihara dan meningkatkan kesiapsiagaan satuan


selama operasi berlangsung;

(4) memelihara dan meningkatkan moril, disiplin, dan tata


tertib dalam pelaksanaan tugas operasi serangan;

(5) mengawasi pemeliharaan dan perawatan logistik untuk


menjamin kesiapan operasional;

(6) menjamin daya guna dan hasil guna dalam


penyelenggaraan fungsi Polisi Militer;

(7) melaksanakan evaluasi setiap kegiatan yang telah


dilaksanakan dan melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada
Danyontimpur; dan

(8) dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab


kepada Danyontimpur.

b) Komandan Peleton Kesehatan:

(1) memimpin, merencanakan, melak-sanakan, mengawasi,


dan mengendalikan pelaksanaan dukungan kesehatan pada
operasi serangan;

(2) mempelajari dan menganalisa tugas, mengumpulkan


keterangan situasi medik daerah dan peta geomedik guna
memberikan saran dan pertimbangan kepada Danyontimpur
yang berhubungan dengan bidang kesehatan dan
pelaksanaan dukungan kesehatan;

(3) melaksanakan kegiatan preventif, evakuasi medik, dan


hospitalisasi dalam rangka mendukung tugas Yontimpur;

(4) menyiapkan dan membina personel Tonkes untuk


mendukung pelaksanaan dukungan kesehatan;
23

(5) memimpin dan mengendalikan pelaksanaan tugas


penyelenggaraan fungsi pembekalan kesehatan untuk
menunjang penyelenggaraan evakuasi, hospitalisasi, dan
kegiatan preventif dalam rangka mendukung pelaksanaan
tugas operasi Yontimpur;

(6) mengoordinasikan dengan komando samping dan


kesehatan wilayah untuk menjamin kelancaran pelaksanaan
dukungan kesehatan; dan

(7) dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab


kepada Danyontimpur.

c) Komandan Peleton Bekang:

(1) memimpin dan mengendalikan Peleton Bekang


sehingga semua usaha, pekerjaan, dan kegiatan diarahkan
untuk pencapaian tugas pokok;

(2) memelihara dan menegakkan hukum, disiplin, dan tata


tertib serta kesejahteraan seluruh anggotanya;

(3) memelihara dan meningkatkan kemampuan Peleton


Bekang secara kelompok maupun perorangan;

(4) menjamin daya guna dan hasil guna dalam


penyelenggaraan dukungan pembekalan, pemeliharaan, jasa
angkutan, dan intendans;

(5) melaksanakan dan mengawasi perawatan bekal dan


materiil serta administrasi di dalam Peleton Bekang yang
menjadi tanggung jawabnya;

(6) memberikan saran staf baik diminta maupun tidak


kepada Danyontimpur yang dibantu/didukung;

(7) mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan


penyelenggaraan dukungan pembekalan, pemeliharaan, jasa
angkutan, dan intendans agar tepat guna dan berhasil guna;
dan

(8) bertanggung jawab kepada Danyontimpur.

d) Danpok Topografi.

(1) merencanakan pemanfaatan citra satelit selama


pelaksanaan gerakan;

(2) menyiapkan rencana peta medan operasi dan updating


posisi (GPS);
24

(3) memantau pergerakan pasukan dengan menggunakan


drone yang dilengkapi dengan kamera udara berkoordinat dan
pemanfaatan GPS tracking dapat;

(4) memanfaatkan citra satelit untuk melengkapi data


kondisi medan; dan

(5) memberikan informasi kepada Danyontimpur tentang


daerah operasi dari hasil pemanfaatan drone dan citra satelit.

e) Dantim Ajen.

(1) mengoordinir penyelenggaraan adminis-trasi personel


dan administrasi umum;

(2) memimpin Tim Ajen dalam pemeliharaan kesejahteraan


moril prajurit pada pelaksanaan operasi;

(3) memimpin Tim Ajen dalam perawatan dan pemisahan


personel selama pelaksanaan operasi; dan

(4) melaporkan tugas Tim Ajen kepada Danyontimpur.

1) Satuan Intelijen. (Komandan Unit Intel Kodim):

a) menyajikan data intelijen kepada Danyontimpur;

b) menyarankan kepada Danyontimpurtentang hal-hal yang


berhubungan dengan teknis intelijen;

c) membantu Danyontimpurdalam memberi arahan teknis kepada


kesatuan intelijen jajaran Yontimpur;

d) menyusun pola perincian lokasi musuh dan bahan katerangan


yang sisitematis dan terkoordinir oleh semua badan/pengumpul
keterangan didalam Yontimpur;

e) memelihara hubungan yang erat dengan seksi-seksi intelijen


dari satuan atas, samping, dan dibantu untuk tujuan tukar menukar
keterangan dalam usaha pencarian sasaran;

f) berusaha agar komando, staf dan satuan bawahan selalu


diberi keterangan mengenai situasi dan kemampuan musuh;

g) memelihara terus-menerus peta situasi musuh dan catatan lain


yang relevan yang dibutuhkan Danyontimpur;

h) menyiapkan dan menyebarkan laporan intelijen; dan

i) memperhatikan keamanan personel dan materiil.


25

2) Satuan bantuan teritorial. (Komandan Koramil):

a) merencanakan, mengawasi, dan mengendali-kan kegiatan


teritorial di wilayah Koramil yang menjadi tanggung jawab Yontimpur
dan wilayah satuan jajarannya yang dikoordinasikan dengan satuan
teritorial setempat;

b) merencanakan, menghimpun, mengawasi, dan mengendalikan


kegiatan pengumpulan data teritorial yang dilakukan oleh staf
teritorial;

c) menyampaikan pertimbangan dan saran kepada Danyontimpur


sesuai bidang tugasnya;

d) menyelenggarakan fungsi teritorial dengan organisasi, yang


berhubungan dengan kondisi sosial di wilayah teritorial Yontimpur;
dan

e) mengoordinasikan, mengawasi, dan memberikan pengarahan


staf dalam penyelenggaraan kegiatan dibidang teritorial, baik di dalam
lingkungan intern maupun ekstern sesuai dengan kedudukan serta
batas wewenang dan tanggung jawabnya.

d. Pelibatan Satuan Angkatan Darat Dalam Operasi.Satgas tingkat


Batalyon.

1) Satuan tempur.

a) Infanteri terdiri dari 1 (satu) Yonif antara lain:

(1) 1 (satu) Yonif/Yonif Raider/Yonif Para Raider/Yonif


Mekanis/Yonif Mekanis Raider;

(2) 1 (satu) Kompi Yonif Mekanis/Yonif Mekanis Raider;


dan

(3) 1 (satu) Peleton Yonif Raider/Yonif Para Raider/Yonif


Mekanis Raider (apabila diperlukan, guna melaksanakan
pengejaran melalui mobil udara).

b) Kavaleri terdiri dari 1 (satu) Tonkav s.d. 1 (satu) Kikav antara


lain:
(1) 1 (satu) Tonkav s.d. 1 (satu) Kikav prioritas
melaksanakan fungsi penggempur dengan melaksanakan
pertempuran di darat yang bersifat ofensif dengan daya gerak,
daya tembak dan daya kejut (pendadakan) guna mendekati
dan menghancurkan musuh terutama kendaraan berlapis baja;
dan

(2) 1 (satu) Tonkav melaksanakan fungsi pengaman


dengan melaksanakan pengamanan pada satuan yang lebih
besar sebagai satuan kawal, satuan tirai, satuan pengaman
dan satuan pengintai.
26

2) Satuan banpur:

a) Armed terdiri dari 1 (satu) RaiArmed. Raipur Armed beroperasi


dengan 3 (tiga) seksi. pengendalian tembakan di tingkat baterai
dilakukan oleh Danrai melalui pibak baterai terhadap keenam pucuk
Armed. Pengerahan pucuk-pucuk dalam hubungan Baterai, Seksi (2
(dua) pucuk) atau 1 (satu) pucuk;

b) Arhanud terdiri 1(satu) Baterai Arhanud;

c) Zeni terdiri dari 1 (satu) SST sampai dengan 1 SSK;

d) Penerbad tidak dapat dipecah menjadi satuan lebih kecil dari


flite, sehingga kendali operasi satuan Penerbad berada langsung
dibawah Dansat setingkat Brigade dengan status penugasan bantuan
langsung (BL) atau bantuan umum (BU);

e) Peralatan terdiri dari 1 (satu) Peleton Peralatan yang disusun


komposit meliputi Satuan-Satuan pelaksana pemeliharaan dan
pembekalan materiil peralatan meliputi kendaraan umum, kendaraan
taktis, ranpur beroda, tank ringan, senjata ringan, senjata
berat/meriam s/d kaliber 105 mm, munisi kaliber kecil, munisi kaliber
besar sampai dengan 105 mm dan munisi khusus, sehingga
berkemam-puan melaksanakan tugasnya secara mandiri apabila di
BP/BKO kan pada Batalyon Infanteri atau Batalyon Infanteri Mekanis
beserta perkuatannya;

f) Perhubungan terdiri dari 1 (satu) Peleton Perhubungan


meliputi 1 (satu) Regu Komunikasi, 1 (satu) Regu Pernika dan 1
(satu) regu konbekharstal;

g) Intelijen sesuai kebutuhan; dan

h) Teritorial sesuai kebutuhan.

3) Satuan banmin:

a) Polisi Militer untuk tingkat Batalyon merupakan 1 (satu) sampai


dengan 2 (dua) peleton Polisi Militer yang terdiri dari:

(1) 2 (dua) regu gakkum dan wal yang dilengkapi dengan


personel lidpamfik; dan
(2) 1 (satu) Regu rustaper, interniran perang dan tahanan.

b) Kesehatan terdiri dari Tonkes Yonif organik;

c) Hukum terdiri dari Pakum Yon;

d) satuan Bekang terdiri dari 1 (satu) Ton Bekang, meliputi 1


(satu) Ru Durlap, 1 (satu) Ru Angmor dan 1 (satu) Ru Bekud;

e) Topografi terdiri dari 1 (satu) Pok Topografi Batalyon; dan

f) Ajen terdiri 1 (satu) tim.


27

12. Kemampuan dan Batas Kemampuan.

a. Kemampuan:

1) melaksanakan pertempuran yang menentukan dengan daya gerak,


daya tembak dan daya kejut, serta perlindungan lapis baja;

2) menghancurkan satuan Berba, perkubuan, perkuatan, dan


persenjataan musuh;

3) mengadakan eksploitasi dan pengejaran;

4) penerobosan yang dalam dan pelambungan yang lebar;

5) melaksanakan kerjasama dengan satuan lainnya menggunakan


tembakan dan manuver;

6) mampu melaksanakan operasi lawan insurjensi;

7) mampu melaksanakan bantuan dekat dengan tembakan; dan

8) mampu melaksanakan pengamanan pada satuan yang lebih besar


sebagai satuan kawal, satuan tirai, satuan pengaman daerah belakang,
satuan pengintai, serta pengamanan obyek vital nasional.

b. Batas Kemampuan:
1) gerakan dipengaruhi oleh keadaan medan (rawa, sungai,
jurang/medan terpotong-potong, dan hutan);

2) terbatas dalam lawan pernika; dan

3) terbatas terhadap serangan nuklir, biologi, dan kimia (nubika).

BAB IV
PELAKSANAAN

13. Umum. Untuk menjamin tercapainya keberhasilan dalam penyelenggaraan


operasi serangan, diperlukan suatu penjelasan rangkaian kegiatan yang
berkesinambungan dari tiap-tiap tipe operasi serangan. Masing-masing tipe operasi
serangan memiliki urut-urutan kegiatan yang dimulai dari tahap perencanaan, persiapan,
pelaksanaan sampai dengan tahap pengakhiran. Dengan demikian dalam setiap
pentahapannya, operasi serangan harus dibuat suatu pedoman kegiatan secara rinci,
teliti, dan terkoordinasi sebagai pedoman bagi satuan yang terlibat dalam
pelaksanaannya.

14. Gerak Maju untuk Kontak (GMUK).

a. Tahap Perencanaan.

1) Susunan pasukan, terdiri dari:


28

a) Pasukan pengintai dan pengaman. Merupakan pasukan yang


bergerak jauh di depan dan tidak dapat dilindungi oleh induk
pasukan. Pasukan ini bertugas untuk mengamankan pergerakan
induk pasukan dan mengembangkan situasi sebelum Pertempuran
yang menentukan. Oleh karena pergerakannya, maka pasukan ini
berkekuatan satuan gabungan yang dapat berasal dari Kompi
Kavaleri, Pajau Armed, Arhanud, Zeni, Penerbad (satuan heli serang
dan PTA), dan satuan pernika.

b) Pasukan kawal depan. Merupakan pasukan yang bertugas


untuk menjaga mobilitas induk pasukan, dengan mengurangi
rintangan yang menghalangi rute gerakan, memperbaiki jalan
maupun jembatan, ataupun mencari kemungkinan jalan pendekat
lainnya. Pasukan ini merupakan pasukan gabungan yang dapat terdiri
dari satuan Infanteri Mekanis, Kavaleri, Pajau Armed, Topografi, dan
Satuan Zeni.

c) Induk pasukan:

(1) merupakan pasukan yang terdiri dari seluruh satuan


yang tidak melakukan tugas pengamanan;

(2) Flite Penerbad. Flite Penerbad tetap di bawah kendali


operasi Danyontimpur dan bergerak apabila telah terjadi
kontak dengan musuh; dan

(3) Baterai Armed dan Arhanud. Baterai Armed dan


Arhanud dapat bergerak bersama induk pasukan atau
bergerak berloncatan di belakang induk pasukan, sejauh
masih dapat melindungi gerakan pasukan.

d) Pasukan pelindung lambung. Pasukan pelindung lambung


merupakan pasukan yang melindungi lambung induk pasukan,
apabila tidak terdapat satuan lainnya yang berkedudukan ataupun
bergerak disamping induk pasukan. Dapat terdiri dari satuan Infanteri
Mekanis, Kavaleri, Pajau Armed, Arhanud dan kompi Zeni.

e) Pasukan kawal belakang. Pasukan kawal belakang merupakan


pasukan yang melindungi daerah belakang induk pasukan, apabila
tidak terdapat satuan lainnya yang berkedudukan ataupun bergerak
dibelakang induk pasukan. Dapat terdiri dari Satuan Infanteri
Mekanis, Kavaleri, Pajau Armed, Arhanud dan kompi Zeni.

2) Alat kendali:

a) Danyontimpur menggunakan alat kendali, baik jumlah maupun


tipe, yang lebih sedikit. Hal ini disebabkan belum dapat dipastikan
keadaan musuh;

b) alat kendali yang digunakan antara lain adalah daerah operasi


yang ditandai dengan garis batas kiri, kanan, depan, dan belakang;
29

c) selain itu, GMUK akan dimulai dari GA saat jam “J”, yang
digunakan sebagai titik mula dilakukannya gmuk. Beberapa garis
taraf dan TB juga dapat ditetapkan untuk Danyontimpur mengontrol
laju GMUK. Untuk membatasi gerakan dapat digunakan BGM atau
garis batas depan. Beberapa sasaran dapat ditetapkan untuk
membatasi gerakan dan menjadi acuan dari GMUK, tapi biasanya
sasaran adalah suatu bentuk medan bukan pasukan musuh; dan

d) beberapa garis taraf dapat ditetapkan dan poros gerakan


ditetapkan apabila terdapat keterbatasan penglihatan.

3) Satuan tempur.

a) Satuan Infanteri:

(1) mengumpulkan keterangan tentang kondisi medan dan


kemungkinan situasi musuh di sepanjang rute gerakan;

(2) merencanakan alat kendali GMUK, disesuaikan dengan


kriteria yang diharapkan.;

(3) menyusun pasukan yang akan terlibat dalam GMUK


disesuaikan dengan faktor tummpas;

(4) apabila pasukan bergerak memasuki daerah pasukan


kawan, maka harus dilaksanakan koordinasi yang ketat
dengan pasukan kawan tersebut;

(5) merencanakan tindakan yang harus dilakukan apabila


terjadi kontak dengan musuh disesuaikan dengan faktor
tummpas;

(6) merencanakan pergerakan dari pasukan


pengintai/pengaman depan dengan teliti, disebabkan posisinya
yang berada jauh dari induk pasukan, sehingga tidak dapat
diberikan bantuan dengan cepat; dan

(7) merencanakan penggunaan pasukan cadangan yang


bergerak bersama induk pasukan, serta rencana pergantian
antar kelompok apabila diperlukan.

b) Kompi Kavaleri (Kikav). Kikav melaksanakan beberapa


perencanaan sebagai berikut:

(1) mempelajari peta, tabel perjalanan, dan grafik mars;

(2) meneliti titik kritik, rintangan, titik serang, dan daerah


yang harus dududuki oleh Kompi;

(3) menyusunrencana waktu, tempat istirahat, komunikasi,


keamanan, kecepatan, susunan kolone dan tindakan-tindakan
kendali lainnya;
30

(4) merencanakan penempatan masing-masing ranpur di


kedudukan baru; dan

(5) mengirimkan kwartir marker.

4) Satuan bantuan tempur.

a) Baterai Armed:

(1) merencanakan jenis alutsista, perlengkapan dan munisi


yang diperlukan dari masing-masing satuan kecabangan, guna
memberikan bantuan tembakan dan perlindungan yang
diperlukan selama pelaksanaan gerakan;

(2) merencanakan penempatan satuan/personel satuan


bantuan tembakan disesuaikan dengan susunan pasukan
GMUK; dan

(3) merencanakan dan mengoordinasikan seluruh sarana


bantuan tembakan yang diberikan, dari pasukan sendiri
maupun pasukan kawan lainnya, selama gerakan dengan
membuat saran pengorganisasian tempur, rencana bantem,
perkiraan bantuan tembakan, rencana pengamanan, dan
rencana kolone. Rencana bantuan tembakan harus dapat
memberikan bantuan yang cukup dan terus-menerus untuk
mendukung gerakan satuan yang dibantu. Pemilihan
kedudukan bantuan tembakan armed disesuaikan dengan
jenis senjata yang digunakan, sedapat mungkin Armed tidak
melakukan pindah kedudukan, apabila diperlukan pindah
kedudukan maka pelaksanaan pindah kedudukan
dilaksanakan secara berloncatan.

b) Baterai Arhanud. Baterai Arhanud melaksanakan gelar tangkis.


Perencanaan diprioritaskan pada objek rawan yang harus dilindungi
dari serangan udara musuh dengan membuat:

(1) rencana pertahanan udara (renhanud);

(2) rencana gerakan taktis (gertak), yang berisi tentang:

(a) rencana gelar (satmanuver, satbantem,


satbanmin, dan posko);
(b) rencana gerakan;
(c) rencana administrasi logistik;
(d) rencana keamanan; dan
(e) rencana organisasi.

c) Flite Penerbad.

(1) Mempelajari tugas yang diterima dari Danyontimpur,


kegiatannya antara lain:
31

(a) mengumpulkan, mencari dan berkoordinasi


dengan staf satuan atas, samping, dan bawah
dalam hal keterangan, yang berkaitan dengan
operasi yang akan dilaksanakan, dilanjutkan dengan
penentuan dan pemilihan rute penerbangan yang
akan dilalui maupun informasi tentang keadaan cuaca,
medan, dan musuh yang akan dihadapi;

(b) membuat rencana sementara yang meliputi:

i. rencana waktu gerakan;


ii. rencana kegiatan Penerbangan;
iii. rencana pemuatan dan rute Penerbangan;
iv. rencana pengerahan personel dan
perlengkapan yang digunakan serta keperluan
lainnya;
v. rencana bekal ulang (logistik, munisi dan
BBM udara);
vi. rencana Bantuan tembakan yang akan
diberikan serta alutsista yang akan dikerahkan;
dan
vii. rencana alutsista dan pendukung yang
digunakan dalam operasi serangan.

(c) menyusun organisasi personel dan peralatan;

(d) melaksanakan briefing dan pembekalan


tentang rencana operasi;

(e) melengkapi alat utama helikopter dan alat


peralatannya yang diperlukan serta kebutuhan bahan
bakar;

(f) melaksanakan perencanaan dan kesiapan


helikopter serta alat peralatan dan personel; dan

(g) melaksanakan pengintaian ke daerah sasaran


baik di atas peta maupun di medan sebenarnya dari
udara bersama-sama komandan satuan lain yang
terlibat operasi gabungan.

(2) Menganalisa tugas yang diterima dari Danyontimpur


dalam melaksanakan perencanaan operasi serangan.

(3) Membuat petunjuk komandan dari hasil analisa tugas


pokok yang meliputi, antara lain:

(a) tugas pokok hasil analisa yang telah dinyatakan


kembali (TUNYALI) dihadapkan dengan tugas Penerbad
dalam operasi serangan nantinya;

(b) situasi terkini yang berkaitan dengan tugas


Penerbad; dan
32

(c) pokok-pokok keinginan komandan berkaitan


dengan perencanaan tugas Penerbad dalam
mendukung operasi BTP.

(4) Menentukan cara bertindak satuan Penerbad dalam


mendukung operasi Yontimpur.

(5) Menyusun konsep umum operasi satuan Penerbad


untuk melengkapi perintah operasi Yontimpur.

(7) Mengeluarkan perintah operasi kepada satuan bawah


yang berada dibawah komando, baik berupa perintah lisan
maupun tertulis.

d) Kompi Zeni. Merencanakan bantuan tempur Zeni dalam


rangka mendukung gerak maju pasukan kawan serta menjaga
kelangsungan hidup pasukan kawan di posko utama dan posko taktis
ditinjau dari kemampuan Zeni.
Merencanakan bantuan tempur Zeni dalam rangka mendukung
mobilitas pasukan kawan serta menjaga kelangsungan hidup pasukan
kawan ditinjau dari aspek Zeni.

e) Peleton Perhubungan. Peleton Perhubungan merencanakan


kegiatan terkait dengan pernika, komunikasi dan konbekharstal,
antara lain:

(1) Pernika. Merencanakan dukungan pernika,


perlindungan elektronika dan serangan elektronika;

(2) Komunikasi. Merencanakan dukungan komunikasi radio


guna kelancaran kodal sebagai prioritas dan komunikasi data;
dan

(3) Konbekharstal. Merencanakan distribusi alhub, instalasi


repeater (fixed/mobile) dan titik bekal ulang.

f) Peleton Peralatan. Peleton peralatan pada GMUK berperan


dalam perbaikan cepat terhadap ranpur/rantis yang mengalami
kerusakan agar momentum serangan tetap terjaga. Peleton peralatan
juga melaksanakan evakuasi atau penarikan ranpur/rantis yang rusak
ke DP untuk perbaikan lanjutan dan menggantinya dengan kendaraan
cadangan. Apabila tidak memungkinkan maka Ranpur tersebut
disabotase (dirusak) sehingga tidak dapat digunakan musuh. Selain
itu Peleton peralatan juga berperan dalam perbaikan senjata berat
dan dukungan bekal ulang munisi. Adapun langkah-langkah pada
tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

(1) merencanakan kegiatan perbaikan ranpur/rantis,


perbaikan senjata berat dan ringan serta pembekalan ulang
munisi;

(2) membuat rencana kebutuhan bekal baik untuk


dukungan maupun pelayanan pada operasi meliputi:
33

(a) perkiraan munisi persediaan (PMP);


(b) perkiraan suku cadang persediaan;
(c) perkiraan kebutuhan alat/bahan pemeliharaan;
dan
(d) perkiraan penyediaan senjata cadangan untuk
mengganti senjata perorangan yang rusak
(maintenance float).

(3) membuat rencana gelar patroli pertolongan teknik


(trolongnik);

(4) membuat rencana jalur pembekalan dan pemeliharaan


khususnya pada rencana penyingkiran materiil ke eselon
pemeliharaan yang lebih tinggi;

(5) membuat rencana dan melengkapi alat peralatan,


perbekalan, dan personel yang diperlukan;

(6) merencanakan kemungkinan dilakukan-nya perbaikan


darurat maupun titik perbaikan sementara,pelaksanaan
kegiatan tersebut dilakukan setelah hasil informasi aparat
setempat dengan memperhatikan faktor keamanan dan
ketersedian bahan baku dan distribusi material yang
diperlukan ,selanjutnya persiapan tenaga pelaksana lapangan
yang ahli dibidang komoditi peralatan, kemampuan dan
kemandirian wilayah sangat diperlukan sebagai bagian dari
kegiatan operasi serangan kegiatan tersebut bersifat mobil
dalam bentuk timpal/timhar yang mobil untuk mendukung
kecepatan dan ketepatan batuan perbaikan yang diperlukan
sehingga terpeliharanya kesiapan berbagai peralatan yang
digunakan pasukan tempur maka peleton peralatan
mempersiapkan berbagai kemungkinan yang terjadi;

(7) berkomunikasi dengan:

(a) Staf Logistik Yontimpur tentang rencana gelar


instalasi peralatan di daerah pertahanan maupun pada
RPU/RPC;

(b) unsur Bekang tentang kebutuhan angkutan bekal


kelas II/IV dan bekal kelas V(munisi) serta kebutuhan
BBM;

(c) unsur Zeni tentang kebutuhan tenaga listrik untuk


gelas instalasi pemeliharaan;

(d) unsur Perhubungan tentang kebutuhan alat


komunikasi lapangan; dan

(e) satuan Peralatan daerah (areal service) tentang


rencana jalur dan mekanisme pembekalan serta
pemeliharaan lanjutan. Merencanakan penempatan
satuan/personel satuan bantuan tembakan disesuaikan
dengan susunan pasukan.
34

5) Satuan bantuan administrasi.

a) Peleton Polisi Militer melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

(1) merencanakan kebutuhan kendaraan pengawalan dan


koordinasi dengan (Satuan) Polisi Militer Wilayah pada
kegiatan pemindahan administrasi;

(2) merencanakan kegiatan pengawalan dan koordinasi


dengan Satuan Polisi Militer wilayah dan satuan Bekang;

(3) merencanakan kebutuhan logistik (BBM) dalam


pengawalan;

(4) merencanakan survey rute yang akan dilalui dalam


pengawalan;

(5) merencanakan kebutuhan personel dalam pengendalian


Lalin selama pelaksanaan pengawalan;

(6) merencanakan kegiatan pengamanan dan pengawasan


terhadap personel maupun materiil di DP selama pelaksanaan
GMUK;

(7) merencanakan kegiatan penegakan hukum berupa


pengawasan dan patroli terhadap disertir dan yudha kelana;

(8) merencanakan kebutuhan kendaraan taktis yang


digunakan untuk penjemputan tawanan perang;

9) merencanakan kebutuhan personel dalam penjemputan,


pengurusan dan penyaluran tawanan perang dan interniran
perang; dan

(10) merencanakan kebutuhan materiil dalam pembuatan


kamp tawanan sementara.

b) Peleton Kesehatan. Kesehatan sepanjang rute untuk kegiatan


pertolongan terhadap pasien darurat dan korban tempur selama
pelaksanaan GMUK. Merencanakan jalur evakuasi medis dan sarana
kesehatan wilayah rujukan untuk perawatan korban selama
pelaksanaan GMUK. Merencanakan kebutuhan dukungan bekal
kesehatan selama pelaksanaan kegiatan GMUK.

c) Peleton Bekang.Peleton Bekang merencanakan kebutuhan


dukungan bekang dan bekal ulang bekang di titik pemberangkatan
sebelum pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:

(1) merencanakan kebutuhan dukungan pembekalan yaitu:

(a) Bekal I/makanan: Pemberian dukungan bekal


makanan hangat/jasa pemasakan dan ransum tempur;
35

(b) Bekal II/kaporsatlap: Pemberian dukungan


perlengkapan perorangan dan penyiapan akomodasi
lapangan/ pangkalan; dan

(c) Bekal III/BMP: Pemberian dukungan bahan bakar


dan pelumas untuk ranpur, rantis, dan ran personel.

(2) merencanakan kebutuhan dukungan angkutan dengan


memanfaatkan ran personel yang dimiliki dan ran personel
satuan kewilayahan untuk kepentingan selama pelaksanaan
kegiatan; dan

(3) merencanakan kebutuhan dan pendorongan logistik


bekal ulang (bekal bekang, munisi, dan kesehatan) maupun
meriam Baterai Armed (berkoordinasi satuan Penerbad).

d) Kelompok Topografi.

(1) merencanakan pemanfaatan citra satelit selama


pelaksanaan gerakan;

(2) menyiapkan rencana peta medan operasi dan updating


posisi (GPS);

(3) memantau pergerakan pasukan dengan menggunakan


drone yang dilengkapi dengan kamera udara berkoordinat dan
pemanfaatan GPS tracking dapat; dan

(4) merencanakan pemanfaatan citra satelit untuk


melengkapi data kondisi medan.

e) Tim Ajen:

(1) menyelenggarakan administrasi personel dan


administrasi umum;

(2) membantu Danyontimpur dalam pemeliharaan


kesejahteraan moril prajurit pada pelaksanaan operasi; dan

(3) melaksanakan perawatan dan pemisahan personel


dalam pelaksanaan operasi.

6) Satuan bantuan teritorial:

a) memberikan informasi tentang geografi, demografi, dan kondisi


sosial daerah;

b) merencanakan kegiatan teritorial di wilayah Koramil yang


menjadi tanggung jawab Yontimpur dan wilayah satuan jajarannya;

c) merencanakan pemberian pengarahan staf dalam


penyelenggaraan kegiatan di bidang teritorial, baik di dalam
lingkungan intern maupun ekstern sesuai dengan kedudukan serta
batas wewenang dan tanggung jawabnya; dan

d) merencanakan pengendalian dan pengungsian penduduk.


36

7) Satuan intelijen:

a) melakukan persiapan kegiatan penyelidikan untuk


mendapatkan data tentang cumemu dan Karla sesuai dengan
kepentingan jenis operasi serangan dengan melaksanakan taktik
infiltrasi/penetrasi, observasi dan penelitian serta menggunakan
teknik penjejakan, pengamatan dan penggambaran sehingga
diperoleh data-data tentang kondisi cuaca yang berlaku, kondisi
medan kritik, kekuatan musuh beserta persenjataannya dan
keterangan tentang jalur/dukungan logistik musuh.
Sehingga dapat disusun persiapan operasi serangan yang matang
yang dapat menguntungkan pihak sendiri;

b) merencanakan kegiatan pengamanan diantaranya melalui


pengamanan dan penyamaran materiil maupun peralatan yang
digunakan serta mencegah, menghalangi dan menggagalkan usaha
penyelidikan terhadap pihak sendiri;

c) merencanakan kegiatan penggalangan terhadap musuh, bakal


musuh maupun pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun
tidak langsung dalam daerah operasi guna menciptakan situasi yang
menguntungkan pihak sendiri; dan

(1) membuat rencana cover, rencana penggunaan taktik


dan teknik, rencana waktu, rencana penggunaan matsusintel,
dan rencana komunikasi.

Skema 1 Susunan Gerak Maju Untuk Kontak


37

c. Tahap Persiapan.

1) Satuan tempur.

a) Satuan Infanteri:

(1) mempersiapkan personel, alutsista, perlengkapan, dan


peralatan yang akan digunakan selama GMUK;

(2) melaksanakan latihan pendahuluan di DP, terutama


terkait dengan manuver dalam menghadapi musuh,
menghindari kontak, dan melakukan pertahanan sementara;

(3) mempersiapkan kendali ruang udara yang


dikoordinasikan dengan satuan atas guna menjamin efektivitas
operasi penerbangan TNI AD dengan tetap mengemukakan
keselamatan, efisiensi, dan fleksibilitas penggunaan ruang
udara; dan

(4) mengatur penempatan pasukan disesuaikan dengan


susunan organisasi dalam rangka pelaksanaan GMUK.

b) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan persiapan menyangkut


personel, ranpur, senjata, perlengkapan ranpur serta perlengkapan
lainnya. Perlengkapan perorangan, kendaraan, senjata dipersiapkan
dan diatur sesuai ketentuan, termasuk pegisian bahan bakar dan
pelumas setiap ranpur

2) Satuan bantuan tempur.

a) Baterai Armed. Menempati kedudukan awal (stelling) yang


direncanakan dan pindah stelling atas perintah Danyontimpur yang
dilaksanakan secara bergantian agar setiap saat dapat memberikan
bantuan tembakan secara cepat dan tepat pada pelaksanaan GMUK
serta menghindari peninjauan dan tembakan bantem musuh.

b) Baterai Arhanud. Baterai Arhanud menentukan peleton yang


akan bergabung dengan pasukan pelindung, pasukan kawal depan,
pasukan kawal lambung, pasukan kawal belakang, dan induk
pasukan. Peleton yang ditunjuk bergabung dengan pasukan
pelindung, pasukan kawal depan, pasukan kawal lambung, dan
pasukan kawal belakang adalah peleton rudal manpads
(ATLAS/LML/RBS-70) sedangkan peleton rudal lainnya
(MPCV/MMS) dan posko dahanud mobil bergabung dengan induk
pasukan.

c) Flite Penerbad. Unit-unit helikopter serang yang diperbantukan


selama pelaksanaan GMUK dalam keadaan siap terbang dengan
jenis munisi siap tembak sesuai dengan perencanaan sorti yang
ditentukan disertai dukungan admnisrasi. Awak pesawat telah
mengerti tugas yang akan dilaksanakan. Unit PTA dan helikopter
serang yang ditugaskan untuk melaksanakan pengintaian telah
diterbangkan.
38

Menyiapkan dan memeriksa alat utama helikopter serta alat peralatan


yang dibutuhkan. Selalu melaksanakan latihan pendahuluantermasuk
melaksanakan sinkronisasi pemberian bantuan tembakan.

d) Kompi Zeni. Kompi Zeni melaksanakan penyelidikan Zeni


untuk mengumpulkan data tentang cuaca dan medan ditinjau dari
aspek Zeni dan membuat saran bantuan tempur Zeni kepada
Danyontimpur dalam mengambil keputusan.
Selanjutnya Danki Zeni melakukan modifikasi personel dan meteriil
serta formasi gerakan sesuai dengan faktor TUMMPAS dan rencana
bantuan tempur Zeni untuk mendukung pasukan
kawan.Melaksanakan latihan pendahuluan dengan menitikberatkan
pada latihan taktis dan teknis Zeni yang diperlukan selama operasi.
Kegiatan dalam tahap persiapan operasi serangan secara umum:

(1) pemeriksaan terhadap kesiapan personel, alat


peralatan, dan alat komunikasi;

(2) pemeriksaan terhadap kesiapan bekal logistik yang


diperlukan;

(3) pemeriksaan terhadap kesiapan alat transportasi yang


digunakan; dan

4) pemeriksaan terhadap kesiapan kelengkapan


administrasi yang harus disertakan.

e) Peleton Perhubungan:

(1) melaksanakan penyiapan personel dan materiil yang


digunakan untuk operasi;

(2) materiil yang akan digunakan selama pelaksanaan


operasi. Materiil yang digunakan sifatnya yang mudah dalam
penggelaran maupun pembongkaran serta efisien dalam
penggunaannya;

(3) melaksanakan latihan pendahuluan; dan

(4) melaksanakan pengecekan akhir kesiapan operasi.

f) Peleton Peralatan. Peleton peralatan pada tahap persiapan


dalam operasi GMUK melaksanakan kegiatan-kegiatan:

(1) menyiapkan personel yang diperlukan dalam


pelaksanaan operasi/pemindahan pasukan meliputi:

(a) Timpal untuk perbaikan matpal secara cepat dan


tepat yang dapat terdiri dari 1 Dantimpal, 1 montir
senjata 1 montir utama ranpur, 1 Taban Montir Ranpur
dan 1 Ta Munisi; dan
39

(b) Tim Recovery untuk melaksanakan evakuasi


ranpur/rantis yang mengalami kerusakan dapat terdiri
atas: 1 Dantim Recovery, 1 Pengemudi dan 2 Operator.

(2) menyiapkan dan mengecek materiil peralatan yang


dibutuhkan dalam operasi yang terdiri dari penyiapan:

(a) ranpur meliputi 1 ranpur Timhar, 1 ranpur


recovery dan 1 ranpur/rantis bekal ulang munisi.

(b) peralatan pemeliharaan:


i. toolkit set metrik;
ii. toolkit set inchi;
iii. toolkit set listrik;
iv. mesin pengisi aki tank;
v. alat penegang rantai;
vi. dongkrak 5 T;
vii. takel;
viii. towing sling;
ix. kompresor bensin;
x. toolkit set jatri;
xi. spesial tool SMB;
xii. special tool mer Armed;
xiii. special tool mer Arhanud; dan
xiv. APK.

(3) menyiapkan bekal, perlengkapan, dan lain-lain meliputi:

(a) bekal ulang munisi berdasarkan rencana


perkiraan dukungan bekal ulang;

(b) suku cadang berdasarkan rencana perkiraan


kebutuhan suku cadang;

(c) alat dan bahan Pemeliharaan berdasarkan


rencana kebutuhan alat dan bahan pemeliharaan; dan

(d) persediaan senjata cadangan perorangan


berdasarkan perhitungan maintenance float.

(4) melaksanakan koordinasi terakhir dengan unsur-unsur


terkait seperti staf log Yontimpur, Unsur Bekang, Zeni, dan
Satpal daerah sebagai eselon pemeliharaan Matpal yang lebih
tinggi. Mempersiapkan alat perlengkapan dan materiil yang
disiapsiagakan, apabila pasukan yang sedang melaksanakan
kegiatan memerlukan peralatan dan perlengkapan yang belum
terbawa dalam gerakan;

(5) melaksanakan kegiatan penyegaran pengetahuan


tentang operasi dan latihan pendahuluan tentang keterlibatan
Satpal dalam operasi tersebut meliputi:

(a) formasi taktis peleton peralatan;


40

(b) latihan penanggulangan cepat (troubleshooting)


kerusakan rantis/ranpur;

(c) latihan evakuasi ranpur/rantis ke


belakang/eselon pemeliharaan yang lebih tinggi;

(d) latihan penanggulangan kerusakan senjata


berat; dan

(e) latihan penyelenggaraan dukungan bekal ulang


munisi.

3) Satuan bantuan administrasi.

a) Peleton Polisi Militer:

(1) menyiapkan kebutuhan kendaraan pengawalan dengan


koordinasi dengan Satuan Polisi Militer wilayah pada kegiatan
pemindahan administrasi;

(2) menyiapkan kegiatan pengawalan dan koordinasi


dengan Satuan Polisi Militer wilayah dan Peleton Bekang;

(3) menyiapkan kebutuhan logistik (BBM) dalam


pengawalan;

(4) melaksanakan survei rute yang akan dilalui dalam


pengawalan;

(5) menyiapkan dan melatih personel dalam pengendalian


lalin dan pengaturan parkir selama pelaksanaan pengawalan;

(6) menyiapkan pengamanan dan pengawasan terhadap


personel maupun materiil di DP selama pelaksanaan GMUK;

(7) menyiapkan kegiatan penegakan hukum berupa


pengawasan dan patroli terhadap disertir dan yudha kelana;

(8) menyiapkan kendaraan taktis yang digunakan untuk


penjemputan tawanan perang;

(9) menyiapkan kebutuhan personel dalam penjemputan,


pengurusan, dan penyaluran tawanan perang dan interniran
perang; dan

(10) menyiapkan kebutuhan materiil dalam pembuatan kamp


tawanan sementara dan membuat kamp tawanan perang
sementara.

b) Peleton Kesehatan:

(1) merencanakan pertolongan medis terhadap seluruh


pasukan yang membutuhkan;
41

(2) memberikan pertolongan medis darurat di lapangan


terhadap korban, mengumpulkan korban di titik kumpul korban
dan menyiapkan pelaksanakan evakuasi korban ke
poslongyon;

(3) korban di poslongyon yang memerlukan perawatan


lanjutan dievakuasi ke rumah sakit sandaran. Pasien yang
dapat ditangani di poslongyon kembali ke pasukannya;

(4) dalam melaksanakan kegiatan pertolongan korban dan


evakuasi, kerahasiaan tetap dijaga agar tidak merusak seluruh
rencana operasi pengintaian paksa; dan

(5) melaksanakan koordinasi dengan satuan penerbad


apabila memerlukan dukungan sarana angkut udara untuk
kegiatan evakuasi medis udara.

c) Peleton Bekang:

(1) menyiapkan personel peleton Bekang terdiri dari : 1


Danton, 1 Baton, 1 Ta Yan Rad, 1 Ta Bidal, 3 Danru, 3
Wadanru, 3 Tasak, 9 Tabansak, 16 Tamudi (kekuatan personel
di sesuaikan dengan kebutuhan operasi);

(2) menyiapkan kebutuhan bekal kesehatan dan personil di


titik pemberangkatan untuk gelar pos kesehatan pertolongan
darurat serta melaksanakan pengecekan alat kesehatan dan
bekal kesehatan yang akan digunakan dalam dukungan
kesehatan sepanjang rute GMUK;

(3) menyiapkan kebutuhan dukungan Bekang dan bekal


ulang Bekang di titik pemberangkatan sebelum pelaksanaan
kegiatan GMUK meliputi:

(a) Bekal I/makanan: pemberian dukungan bekal


makanan hangat/jasa pemasakan dan ransum tempur;

(b) Bekal II/kaporsatlap: pemberian dukungan


perlengkapan perorangan dan penyiapan akomodasi
lapangan/pangkalan; dan

(c) Bekal III/BMP: pemberian dukungan bahan bakar


dan pelumas untuk ranpur, rantis, dan ran personel.

(4) menyiapkan materiil jasa pemasakan meliputi:

a) tenda dapur;
(b) kompor lapangan 2 unit; dan
(c) unit alat dapur lapangan 34 item 5 unit.

(5) menyiapkan materiil angkutan yang digunakan, terdiri


dari:
42

(a) kendaraan 2 ½ T 16 unit;


(b) kendaraan ¼ T 1 unit;
(c) sepeda motor 250 cc 1 unit; dan
(d) bendera kolone 1 set.

d) Kelompok Topografi. Menyiapkan dukungan fungsi topografi


meliputi: kebutuhan peta topografi, peta daerah operasi, foto udara,
GPS navigasi, GPS tracking, drone, dan citra satelit guna mendukung
operasi.

e) Tim Ajen:

(1) menyiapkan penyelenggaraan adminis-trasi personel


dan administrasi umum;

(2) menyiapkan pemeliharaan kesejahteraan moril prajurit


pada pelaksanaan operasi; dan

(3) menyiapkan perawatan dan pemisahan personel dalam


pelaksanaan operasi.

4) Satuan bantuan teritorial:

a) memberikan informasi tentang geografi, demografi dan kondisi


sosial daerah operasi;

b) menyiapkan pemberian pengarahan staf dalam


penyelenggaraan kegiatan dibidang teritorial, baik di dalam
lingkungan intern maupun ekstern sesuai dengan kedudukan serta
batas wewenang dan tanggung jawabnya; dan

c) menyiapkan pengendalian dan pengungsian penduduk.

5) Satuan Intelijen:

a) memberikan keterangan meliputi medan-medan yang diduduki


musuh, rintangan/lapangan tembak/tinjau, jalan-jalan pendekat di
daerah operasi;

b) memberikan keterangan meliputi penyebaran/dislokasi


kekuatan, kemampuan musuh beserta alat perlengkapan/senjata
bantuannya, jalan pendekat, kegiatan patroli musuh dan usaha-
usaha musuh dalam mempengaruhi masyarakat/tokoh; dan

c) memberikan keterangan meliputi kebijaksanaan politik musuh,


loyalitas masyarakat terhadap musuh,mata pencaharian/sumber
penghidupan masyarakat, kondisi parpol kita dan kebijaksanaan
pemerintah yang mendukung/menghambat operasi.

b. Tahap Pelaksanaan.

1) Satuan tempur.
43

a) Satuan Infanteri:

(1) selama pelaksanaan gerakan, setiap eselon pasukan


harus menyelaraskan gerakannya dengan eselon pasukan
lainnya, memelihara kontak dan melakukan koordinasi secara
terus menerus. Pasukan kawal depan melakukan kontak
dengan pasukan pelindung dan pelindung lambung dan kawal
belakang harus memelihara kontak dengan induk pasukan.
Gerakan maju dilakukan dengan tindakan yang cepat dan
agresif. Keadaan setempat harus cepat dikembangkan oleh
pasukan pelindung;

(2) induk pasukan memelihara jarak dengan pasukan kawal


depan, agar mendapatkan ruang dan waktu yang fleksibel
dalam melaksanakan manuver. Jarak disesuaikan dengan
bentuk medan dan ketersediaan informasi tentang pergerakan
musuh;

(3) apabila kondisi medan memungkinkan, menggunakan


beberapa rute yang paralel. Selain untuk mempersulit musuh
melakukan deteksi terhadap gerak maju pasukan, juga untuk
mendapatkan fleksibiltas dalam melakukan manuver;

(4) dalam menghadapi rintangan yang menghalangi,


pasukan harus dapat melintasi dengan tetap menjaga
momentum gerakan. Apabila pasukan depan kesulitan
melintasi rintangan, maka induk pasukan mencari rute lain
menghindari rintangan yang dimaksud;

(5) Danyontimpur hendaknya selalu mengetahui tentang


kemajuan satuan depan/tempurnya dan kemungkinan tindakan
yang akan diambil. Danyontimpur akan menggunakan pasukan
yang telah siap guna memelihara momentum gerakan;

(6) seluruh peralatan dan pasukan yang digunakan untuk


melakukan pengintaian (citra satelit/drone/helikopter serang)
selalu memberikan informasi tentang kedudukan musuh, guna
mencegah terjadinya pendadakan. Pasukan pelindung dan
kawal depan berupaya mengembangkan situasi guna
mencegah serangan musuh terhadap induk pasukan;

(7) apabila terjadi kontak dengan musuh, segera dilakukan


dengan gerakan agresif dan cepat guna mendapatkan inisiatif
untuk membuat musuh tidak berdaya. Pasukan pelindung dan
kawal depan hanya mengatasi musuh yang membahayakan
bagi gerakan induk pasukan, sedangkan perlawanan dengan
kekuatan yang kecil cukup dilintasi dan dilaporkan;

(8) induk pasukan mengerahkan pasukan cadangan untuk


menghancurkan perlawanan musuh yang dilampaui oleh
pasukan pelindung. Apabila musuh telah dapat dihancurkan,
maka GMUK melanjutkan gerakan sampai dengan tujuan
gerakan;
44

(9) semua usaha ditujukan untuk mengurangi


keseimbangan musuh, serta menghalangi musuh dalam
menyusun kedudukannya secara efektif atau melakukan
serangan balas; dan

(10) selama pelaksanaan gerakan, ranpur maupun rantis


yang terlibat dalam GMUK menyesuaikan gerakannya dengan
pasukan yang berjalan kaki, pergerakan ranpur disusun
dengan kolone taktis dan mars mendekat. Pada saat sasaran
semakin dekat maka pergerakan ranpur dilaksanakan dengan
teknik loncat urut dan menggunakan formasi taktis sampai
mendekati ke tujuan gerakan dengan memaksimalkan daya
gerak, daya tembak, dan daya kejut.

b) Kompi Kavaleri:

(1) Dankikav menyusun ranpur-ranpurnya dalam kolone


yang telah ditentukan. Menggunakan radio sebagai alat
penghubung utama, disertai caraka, tanda visual maupun
kode-kode;

(2) melakukan GMUK dalam waktu-waktu eksploitasi atau


pada waktu operasi lain-lainnya, bila kontak dengan musuh
telah terputus. Kikav yang bergerak maju membuat suatu
perkiraan, situasi, dan menggunakan suatu formasi yang
tertentu yang dapat memenuhi tingkat keamanan yang
dibutuhkan dan kesiapsiagaan guna melakukan pertempuran;

(3) dibutuhkan suatu pasukan kolone pengintai dan


pengamanan yang sangat mobil. Induk pasukan harus disusun
sedemikian rupa, sehingga memungkinkan dengan cepat
menyebar dari kolone pinpas ke dalam formasi serangan; dan

(4) dapat dilibatkan sebagai pasukan kawal depan, kawal


lambung dan kawal belakang.

2) Satuan bantuan tempur.

a) Baterai Armed. Baterai Armed berada di daerah stelling dan


siap untuk memberikan bantuan tembakan, bantuan tembakan berupa
tembakan terhadap sasaran tiba-tiba dan tembakan konsentrasi
terhadap medan kritik guna menghancurkan musuh yang
menghadang dan memberikan perlindungan terhadap gerak maju
pasukan. Penempatan stelling Armed berada di sekitar rute gerakan
atau di belakang dan pindah kedudukan apabila senjata yang
digunakan tidak dapat memberikan tembakan bantuan secara
berloncatan.

b) Baterai Arhanud. Baterai Arhanud melaksanakan gertak


bersama-sama satuan lain. Peleton yang ditunjuk bergabung dengan
pasukan pelindung, pasukan kawal depan, pasukan kawal lambung,
dan kawal belakang melaksanakan siaga udara dan siap tembak
selama pelaksanaan gerak maju pasukan dengan menggelar satbak
sepanjang rute yang dilewati pasukan secara berloncatan.
45

Pada saat satbak sudah berada di kedudukan yang telah


direncanakan dan sudah siap tembak, maka prosedur pengendalian
operasi sudah dilaksanakan dimulai dari pencarian, pengenalan,
penjajakan sampai dengan penghancuran sasaran. Ketentuan
prosedur pengendalian operasi Baterai Arhanud adalah sebagai
berikut:
(1) Pencarian sasaran udara. Pencarian sasaran udara
dilakukan secara terus-menerus sesuai jadwal operasi radar
dan dengan menggunakan radar dan dapat juga berupa berita
sasaran dari Posek Hanudnas setempat. Dalam kondisi
diberlakukan pembatasan pencarian gelombang elektromagnet
pada radar, maka pencarian dan penemuan sasaran udara
dapat dilakukan secara visual oleh personel kawal udara yang
dikeluarkan oleh satbak-satbak dengan prosedur Maling.

(2) Pengenalan sasaran. Apabila radar menangkap sasaran


maka dilanjutkan dengan melaksanakan pengenalan sasaran
dengan menggunakan IFF radar untuk membedakan pesawat
atau sasaran udara tersebut kawan atau musuh. Pengenalan
sasaran ini juda dapat dilaksanakan secara visual oleh awak
rudal apabila radar mengalami kendala dengan cara
memperhatikan tanda-tanda sasaran udara atau pesawat
musuh/lawan. Tanda-tanda adanya sasaran udara dapat
dilihat dari adanya suara mesin pesawat, asap mesin, kanopi
kokpit pesawat dan tanda-tanda lain yang nampak dari alam
sekitarnya.

(3) Penjejakan sasaran. Kegiatan ini dilakukan setelah


radar melakukan proses analisa terhadap kemungkinan
ancaman dan menentukan secara otomatis atau manual
satbak yang memiliki kemungkinan besar untuk
menghancurkan sasaran pesawat udara musuh dan kemudian
melaporkan ke Posko Dahanud.Kegiatan penjejakan dilakukan
oleh satbak yang ditentukan dengan mengikuti gerakan
sasaran atau pesawat udara musuh sampai dengan sasaran
atau pesawat udara musuh masuk jarak tembak efektif rudal.

(4) Penyerangan dan penghancuran sasaran. Satbak yang


dipilih membidik dan mengunci sasaran atau pesawat udara
musuh, setelah sasaran atau pesawat udara musuh masuk
pada jarak tembak efektif rudal, selanjutnya Danrai Arhanud
memerintahkan “Serang” kepada Danton dan Danton
memerintahkan “Tembak” kepada Dansatbak.

c) Flite Penerbad. Flite Penerbad mengatur jadwal penerbangan


alut yang terlibat, sehingga dapat memberikan perlindungan udara
secara terus menerus, dan memberikan tembakan langsung apabila
telah terjadi kontak dengan musuh. Satuan Penerbad segera
menugaskan helikopter yang akan digunakan untuk melakukan
pengangkutan melalui udara, dalam rangka mendukung momentum
gerakan eselon yang membutuhkan (pelindung lambung),
pemindahan dari daerah belakang ke depan atau sebaliknya maupun
evakuasi medis.
46

d) Kompi Zeni. Peleton Zeni bergerak bersama pasukan pengintai


dan pengaman, pasukan kawal depan, pasukan pelindung lambung,
dan pasukan pengawal belakang agar dapat memberi bantuan tempur
Zeni secara langsung pada setiap Satuan manuver, sehingga
momentum gerak maju tidak terhenti. Alutsista Zeni yang jumlahnya
terbatas bergerak bersama induk pasukan sehingga bisa memberikan
Bantuan umum kepada satuan yang membutuhkan bantuan tempur
Zeni pada skala prioritas. Apabila upaya untuk mengatasi rintangan
membutuhkan waktu yang lama dan dapat menggangu momentum
gerakan, maka menyarankan kepada Danyontimpur untuk
menggunakan rute alternatif dana atau melaksanakan gerakan
perkuatan medan secara temporer sebelum melanjutkan gerak maju.

e) Peleton perhubungan. Peleton perhubungan yang bergabung


dengan pasukan pelindung, senantiasa mengupayakan untuk
memelihara jalur komunikasi dengan induk pasukannya yang berada
jauh dibelakang, serta dapat menyelenggarakan pernika terbatas
secara berdiri sendiri. Peleton Perhubungan yang bergerak bersama
induk pasukannya, melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

(1) Pernika. Melaksanakan dukungan pernika,


perlindungan elektronika, dan serangan elektronika.

(2) Komunikasi. Melaksanakan dukungan komunikasi radio


merupakan prioritas utama, dan komunikasi data lebih
dioptimalkan sebagai sarana alur ganda.

(3) Konbekharstal:

(a) konstruksi dilaksanakan bila memungkinkan;


(b) pembekalan alhub dilaksanakan sesuai perintah;
dan
(c) instalasi repeater guna mendukung kelancaran
kodal.

f) Peleton Peralatan. Peleton Peralatan memberikan dukungan


pelayanan terhadap satuan yang melaksanakan GMUK dengan
melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut:

(1) memeriksa kesiapan materiil peralatan kesatuan di


daerah persiapan/daerah gelar materiil berat;

(2) mendirikan TB/TD munisi dan timpal di dekat


kedudukan pos komando pasukan sendiri;

(3) melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan materiil


peralatan yang mengalami kerusakan secara cepat dan tepat;

(4) melaksanakan penggantian senjata perorangan yang


rusak dengan senjata persediaan (maintenance float);
47

(5) melaksanakan pembekalan ulang munisi secara cepat


dan tepat dengan berkoordinasi dengan unsur Bekang
mengenai angkutan munisi;

(6) mengirim materiil yang memerlukan perbaikan lebih


lanjut ke eselon pemeliharaan yang lebih tinggi;

(7) menerima, mengamankan, meneliti dan menyebarkan


informasi teknis mengenai materiil peralatan musuh hasil
rampasan atau dikirimkan ke instalasi pemeliharaan yang lebih
tinggi;

(8) melaksanakan asistensi teknik pada gelar senjata dan


alat peralatan khusus serta penimbunan munisi di lapangan;
dan

(9) melaksanakan kegiatan administrasi materiil secara


sederhana.

3) Satuan bantuan administrasi.

a) Peleton Polisi Militer:

(1) melaksanakan pengawalan pemindahan administrasi


terhadap satuan yang melaksanakan GMUK;

(2) melaksanakan pengendalian lalin dan pengaturan parkir


selama pemindahan administrasi;

(3) melaksanakan pengamanan dan pengawasan terhadap


personel maupun materiil di DP selama pelaksanaan GMUK;

(4) melaksanakan kegiatan penegakan hukum berupa


pengawasan dan patroli terhadap disertir dan yudha kelana
terhadap pasukan yang melaksanakan GMUK dengan
menggunakan kendaraan taktis.;

(5) melaksanakan penjemputan tawanan perang atas


perintah Danyontimpur; dan

(6) melaksanakan pengurusan dan penyaluran tawanan


perang maupun interniran perang.

b) Peleton Kesehatan:

(1) menyarankan kepada Danyontimpur untuk melakukan


evakuasi medis apabila ada korban tempur yang tidak mampu
ditangani di poslongyon untuk dirujuk ke rumah sakit sandaran
operasi; dan
48

(2) melaksanakan koordinasi dengan satuan Penerbad


apabila memerlukan dukungan sarana angkut udara untuk
kegiatan evakuasi medis udara.

c) Peleton Bekang:

(1) mengambil, menerima, menyimpan, dan mengeluarkan


bekal atas perintah Danyontimpur;

(2) melaksanakan pendistribusian bekal dititik distribusi


bekal/satuan;

(3) mendirikan instalasi dapur lapangan;

(4) melaksanakan kegiatan pemasakan dan mess


lapangan;

(5) melaksanakan kegiatan angkutan bermotor sesuai


rencana angkutan (sekali angkut, pendel) di sesuaikan
kebutuhan; dan

(6) senantiasa siap menunggu perintah Danyontimpur


dalam pemberian dukungan bekal ulang kepada pasukan
depan yang membutuhkan.

d) Kelompok Topografi:

(1) memanfaatkan citra satelit selama pelaksanaan


gerakan;

(2) melaksanakan updating posisi peta medan operasi;

(3) memantau pergerakan pasukan dengan menggunakan


drone yang dilengkapi dengan kamera udara berkoordinat dan
pemanfaatan GPS tracking dapat; dan

(4) memberikan informasi kepada Danyontimpur tentang


daerah operasi dari hasil pemanfaatan drone dan citra satelit.

e) Tim Ajen:

(1) menyelenggarakan administrasi personel dan


administrasi umum;

(2) membantu Danyontimpur dalam pemeliharaan


kesejahteraan moril prajurit pada pelaksanaan operasi; dan

(3) melaksanakan perawatan dan pemisahan personel


dalam pelaksanaan operasi.

4) Satuan bantuan teritorial:

a) memberikan informasi tentang geografi, demografi, dan kondisi


sosial daerah;
49

b) mengendalikan kegiatan teritorial di wilayah Koramil yang


menjadi tanggung jawab Yontimpur dan wilayah satuan jajarannya;

c) memberikan pengarahan staf dalam penyelenggaraan


kegiatan dibidang teritorial, baik di dalam lingkungan intern maupun
ekstern sesuai dengan kedudukan serta batas wewenang dan
tanggung jawabnya;

d) melaksanakan pengendalian dan pengungsian penduduk; dan

e) memberikan pertimbangan dan saran kepada Danyontimpur


terkait bidang teritorial.

5) Satuan Intelijen:

b) memberikan keterangan tentang cuaca yang berubah secara


drastis meliputi suhu, angin, cahaya dan endapan yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan operasi serangan;

c) pemberikan keterangan meliputi penyebaran/dislokasi,


kekuatan, kemampuan musuh beserta alat perlengkapan/senjata
bantuannya;

d) pengamanan masyarakat baik masyarakat yang berpihak


maupun yang tidak berpihak;

e) pengamanan jaring komunikasi, deteksi jaring


komunikasi/sistem pemberitaan dan komunikasi musuh;

f) melakukan penggalangan untuk meningkatkan moril pasukan


sendiri dan masyarakat di daerah operasi dan melakukan upaya
membentuk jaring Intelijen;

g) memberikan keterangan tentang bala bantuan musuh dan


usaha-usaha musuh untuk melakukan serangan, infiltrasi dan
sabotase musuh;

h) memberikan keterangan tentang dukungan kelompok


masyarakat terhadap musuh dan pengaruh operasi;

i) menangkal/kontra teror/perang urat saraf musuh, menciptakan


kondisi di masyarakat dan menetralisir pengaruh musuh di
masyarakat guna keberhasilan operasi; dan

i) pemantauan adanya kelana yudha, pengamanan/perlindungan


terhadap masyarakat/ pengungsi, penyebaran PUS/propaganda
musuh dan penyanderaan masyarakat oleh musuh. Membantu sistem
pengamanan barang rampasan perang, distribusi logistik,
pemberitaan, dan temukan dokumen yang di tinggalkan musuh.

c. Tahap Pengakhiran.

1) Satuan tempur.
50

a) Satuan infanteri:

(1) setelah tiba di tujuan gerakan, pasukan


pelindung/pengaman melanjutkan tugasnya untuk
pengamanan keliling di perimeter luar, ranpur disusun dengan
formasi taktis sedemikian rupa untuk memungkinkan dengan
cepat mengembangkan ke dalam kolone pinpas dan
memudahkan dalam pengendalian;

(2) ranpur dan rantis ditempatkan di perimeter dalam guna


mengamankan tujuan gerakan secara bergantian dengan
penempatan ranpur disusun sedemikian rupa ke dalam formasi
taktis yang memudahkan untuk pengembangan dan
pengendalian gerakan;

(3) bagi pasukan kawal depan, segera melaksanakan


prosedur pemeriksaan/pembersihan di daerah yang akan
ditempati oleh pasukan;

(4) sisa pasukan segera menempatkan diri di tujuan


gerakan sama dengan ketika menempati DP sebelum
melaksanakan gerak maju, atau diarahkan oleh pasukan
kawan; dan

(5) melaksanakan kegiatan konsolidasi dan/atau


melanjutkan persiapan guna melaksanakan operasi
selanjutnya.

b) Kompi Kavaleri:

(1) melaksanakan personel dan materiil Kompi;

(2) melaksanakan evaluasi dan melaporkan kepada


Danyontimpur; dan

(3) mengatur ranpur untuk mendukung tugas selanjutnya.

2) Satuan bantuan tempur:

a) Baterai Armed. Baterai Armed segera bergerak menempati


kedudukan di tujuan gerakan dan tetap memelihara kesiapan untuk
memberikan bantuan tembakan bagi pasukan yang telah berada di
tujuan gerakan;

b) Baterai Arhanud. Baterai Arhanud tetap memberikan


perlindungan udara untuk melindungi satuan manuver, satbantem,
satbanmin, posko, atau objek rawan lainnya sesuai prioritas
berdasarkan faktor TUMMPAS;

c) Flite Penerbad. Flite Penerbad tetap memberikan perlindungan


udara bagi pasukan, dalam jangka waktu tertentu sampai dengan
penempatan pasukan dan pengamanan keliling di perimeter luar
terbentuk, dengan tetap mempertimbangkan kemampuan dan batas
kemampuan alutsista Penerbad, yang kemudian dilanjutkan dengan:
51

(1) post flight check;


(2) mengumpulkan data-data yang didapat sesuai dengan
kondisi taktis dilapangan; dan
(3) pengecekan personel, alat perlengkapan, munisi, dan
senjata.

d) Kompi Zeni:

(1) melakukan konsolidasi, pengecekan personel, alat


peralatan, dan fasilitas yang telah digunakan dalam operasi
serangan;

(2) memosisikan satuan untuk pelaksanaan tugas


berikutnya;

(3) mengadakan evaluasi tentang hasil operasi serta


melaksanakan pemulihan dalam rangka pembinaan satuan;
dan

(4) membuat laporan tentang pelaksanaan operasi.

e) Peleton Perhubungan. Membuat laporan tentang pelaksanaan


operasi Peleton Perhubungan. Peleton Perhubungan melaporkan
pelaksanaan dukungan perhubungan ke komando atas dan
mempersiapkan diri guna melaksanakan tugas selanjutnya.

f) Peleton Peralatan. Peleton Peralatan pada GMUK


melaksanakan tahap pengakhiran sebagai berikut:

(1) melaksanakan pemeriksaan kelengkap-an personel


dan materiil kesatuan yang melaksanakan tugas operasi;

(2) menginventarisir dan melaporkan materiil yang


mengalami kerusakan termasuk penggunaan munisi serta
dukungan lain selama operasi;

(3) melaksanakan / menindaklanjuti pemeliharaan


terhadap materiil yang tidak dapat diperbaiki di tempat;

(4) mendukung bekal ulang munisi untuk operasi


selanjutnya apabila diperlukan;

(6) mengadakan evaluasi tentang hasil operasi; dan

(7) membuat laporan dan saran tentang pelaksanaan


tugas Peleton peralatan dalam GMUK.

3) Satuan bantuan administrasi.

a) Peleton Polisi Militer:

(1) pengecekan personel dan materiil;


52

(2) melaksanakan pengaturan dan pengendalian lalu lintas


militer di daerah konsolidasi dengan menempatkan personel
pengendali pada kantong-kantong parkir dan titik rawan
hambatan lalu lintas;

(3) melaksanakan pengawasan/penegakan terhadap


kemungkinan pelanggaran hukum, disiplin, dan tata tertib oleh
pasukan sendiri setelah berada didaerah konsolidasi;

(4) melaksanakan prosesing terhadap tawanan perang


yang diperoleh selama pelaksanaan GMUK serta penanganan
terhadap dokumen musuh serta barang rampasan perang
lainnya yang diperoleh selama pelaksanaan operasi GMUK;

(5) melaksanakan evaluasi terhadap kegiatan yang telah


dilaksanakan;

(6) melaksanakan kegiatan konsolidasi dan/atau


melanjutkan persiapan guna melaksanakan operasi
selanjutnya; dan

(7) melaporkan hasil hasil pelaksanaan kegiatan kepada


Danyontimpur.

b) Peleton Kesehatan. Peleton Kesehatan mendirikan pos


kesehatan di tujuan gerakan untuk melaksanakan penyempurnaan
pertolongan pada korban dan memberikan dukungan kesehatan pada
seluruh personel. Evakuasi medis dilanjutkan bagi korban yang
memerlukan perawatan lanjutan.

c) Peleton Bekang. Peleton Bekang mendirikan instalasi bekang


untuk memudahkan pemberian dukungan bekal Bekang kepada
seluruh personel dan ranpur/rantis pada tahap konsolidasi guna
menjamin kesiapan Yontimpur dari segi logistik sehingga siap
digerakan pada pelaksanaan tugas berikutnya.

d) Kelompok Topografi. Melakukan pengecekan terhadap


personel dan materiil. Monitoring posisi pasukan menggunakan drone
dan GPS tracking dan memberikan informasi tentang kondisi medan
di sekitar daerah operasi.

e) Tim Ajen:

(1) melaksanakan pengecekkan administrasi personel dan


administrasi umum;

(2) menyusun evaluasi pelaksanaan tugas Tim Ajen; dan

3) melaporkan kepada Danyontimpur terkait perawatan


dan pemisahan personel.

4) Satuan Teritorial:
53

a) memberikan informasi tentang geografi, demografi, dan kondisi


sosial daerah;

b) tetap bertanggungjawab dalam pengendalian dan pengungsian


penduduk; dan

c) mengoordinasikan tentang rehabilitasi daerah operasi kepada


pemda setempat.

5) Satuan intelijen:

a) memberikan keterangan tentang cuaca yang berubah secara


drastis terutama didepan daerah konsolidasi, jalan pengunduran
musuh, eksploitasi pasukan penyerang, kerusakan daerah, daerah
ranjau musuh, route serangan punggung musuh, dan kantong
konsentrasi sisa-sisa musuh;

b) membantu pengamanan dan interogasi tawanan perang,


barang rampasan perang dan evakuasi korban tempur;

c) menetralisir pengaruh musuh di daerah operasi;

d) penerimaan laporan lengkap dan melaksanakan evaluasi


tentang hasil pelaksanaan tugas serta taktik dan teknik yang
digunakan dalam mengatasi hambatan;

e) pengecekan terhadap masalah-masalah yang ditemukan,


terutama terhadap adanya penyimpangan dari petunjuk yang telah
diberikan; dan

f) membuat laporan dan pengarahan untuk tugas selanjutnya.

15. Pengintaian Paksa.

a. Tahap Perencanaan.

1) Susunan pasukan:

a) pasukan disusun sama seperti pelaksanaan GMUK, dengan


kekuatan yang disesuaikan dengan tugas yang diberikan dan
kemungkinan situasi yang dihadapi;

b) pasukan yang dapat ditugaskan untuk melaksanakan


pengintaian paksa adalah pasukan yang memiliki mobilitas tinggi,
memiliki lindung lapis baja, dan memiliki kemampuan tembak yang
dahsyat; dan

c) pasukan yang dapat dilibatkan antara lain terdiri dari satuan


Infanteri Mekanis, Kompi Kavaleri, Kompi Zeni, Baterai Arhanud, dan
Peleton Perhubungan. Baterai Armed dan satuan Penerbad dapat
diperbantukan apabila pasukan pengintaian paksa telah terlibat
kontak dengan musuh.
54

2) Alat kendali. Alat kendali dalam pengintaian paksa sama dengan alat
kendali pada GMUK.

3) Satuan tempur.

a) Satuan Infanteri.

(1) Danyontimpur. Danyontimpur melakukan perencanaan


yang sama seperti pada kegiatan GMUK.

(2) Tugas-tugas yang dapat diberikan kepada pasukan


pengintaian paksa, antara lain:

(a) melakukan penetrasi di daerah keamanan musuh


dan mengukur ketebalan dan kelebaran pertahanan
musuh;

(b) menentukan kedudukan utama musuh dan


penempatan perkuatan medannya;

(c) menyerang kedudukan utama musuh dan


memaksa musuh untuk mengerahkan cadangannya
untuk melakukan serangan balas, melancarkan
tembakan bantuan, berpindah kedudukan, dan
menggunakan persenjataan khusus lainnya; dan

(d) menentukan titik lemah dari kedudukan musuh


untuk dimanfaatkan dalam operasi serangan lanjutan.

b) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang sama


seperti pada tahap perencanaan GMUK.

2) Satuan bantuan tempur:

a) Baterai Armed. Baterai Armed merencanakan dan


mengoordinasikan seluruh sarana bantuan tembakan yang diberikan
dari pasukan sendiri maupun pasukan kawan lainnya dengan
membuat saran pengorganisasian tempur, rencana bantem,
Perkiraan bantuan tembakan, dan rencana pengamanan. Bantuan
tembakan diberikan atas permintaan dari pasukan pengintaian paksa
setelah terjadi kontak dengan musuh, berdasarkan permintaan
tembakan dari peninjau depan yang bergerak bersama pasukan
pengintaian paksa;

b) Baterai Arhanud. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


kegiatan pada tahap perencanaan GMUK;

c) Flite Penerbad. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


kegiatan pada tahap perencanaan GMUK;

d) Kompi Zeni. Kompi Zeni merencanakan pengerahan 1 regu


personel dan peralatan Zeni untuk melaksanakan penyelidikan Zeni
dan bergerak bersama dengan pasukan pengintai paksa.
55

Satuan Zeni sebisa mungkin menghindari kontak dengan musuh


karena penyelidikan Zeni bertujuan untuk mengumpulkan data
tentang cuaca dan medan dari aspek Zeni seperti perkuatan medan
musuh, jalur logistik, jalan pendekat, titik kuat pertahanan musuh, dan
sebagainya sebagai bahan untuk perencanaan operasi selanjutnya;

e) Peleton Perhubungan. Peleton Perhubungan menempatkan


unit pernika dan unit drone untuk bergabung dengan pasukan
pengintaian paksa. Membuat perencanaan seperti pada pelaksanaan
GMUK.

f) Peleton Peralatan. Peleton Peralatan dalam pelaksanaan


pengintaian paksa perlu memperhatikan gerakan unsur peleton
peralatan jangan sampai menggangu kegiatan taktis satuan manuver.
Langkah-langkah yang dilakukan sama seperti pada tahap
perencanaan GMUK; dan

3) Satuan bantuan administrasi:

a) Peleton Polisi Militer. Peleton Polisi Militer pada tahap


perencanaan ini melaksanakan kegiatan sama seperti pelaksanaan
GMUK;

b) Peleton Kesehatan. Peleton Kesehatan menempatkan


personel kesehatan untuk melaksanakan dukungan kesehatan
kepada pasukan pengintaian paksa, merencanakan bekal kesehatan
yang diperlukan agar dapat melaksanakan prosedur medis darurat
secara mandiri serta merencanakan rute evakuasi korban ke
belakang;

c) Peleton bekang. Peleton bekang merencanakan kegiatan


dukungan yang dilakukan seperti pada saat pelaksanaan GMUK.
Dukungan perbekalan yang direncanakan untuk pasukan pengintai
depan berupa kapsus perorangan dan ransum tempur yang bersifat
dapat meringankan beban dan menjamin mobilitas pasukan yang
tinggi dalam melaksanakan pengintaian paksa; dan

d) Kelompok Topografi. Merencanakan pemanfaatan citra satelit


selama pelaksanaan gerakan.

e) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti yang


dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

4) Satuan bantuan teritorial. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

5) Satuan intelijen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti yang


dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.
56

Skema 2 Pengintaian Paksa

b. Tahap Persiapan.

1) Satuan tempur.

a) Satuan Infanteri. Kegiatan satuan Infanteri pada tahap


persiapan sama dengan kegiatan tahap persiapan yang dilakukan
pada saat GMUK.

b) Kompi Kavaleri:

(1) mengutamakan mobilitas dengan memanfaatkan ranpur


melalui jaring-jaring jalan yang ada bila memungkinkan;

(2) memberikan tembakan ke medan yang mencurigakan


sehingga memaksa musuh mebalas tembakan;

(3) menetralisir musuh menggunakan SLT; dan

(4) mendekati sasaran dari medan yang sedekat mungkin


tetapi aman dan terlindung.

2) Satuan bantuan tempur. Kegiatan satuan Armed, Arhanud, Penerbad,


Zeni, Peralatan, dan Perhubunganpada tahap persiapan sama dengan
kegiatan tahap persiapan yang dilakukan pada saat GMUK.

3) Satuan bantuan administrasi. Kegiatan bantuan administrasi peleton


Pom, Kesehatan, Bekang, Topografi, dan Tim Ajen pada tahap persiapan
sama dengan kegiatan tahap persiapan yang dilakukan pada saat GMUK.

4) Satuan bantuan teritorial. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.
57

5) Satuan intelijen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti yang


dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

c. Tahap Pelaksanaan.
1) Satuan tempur.
a) Satuan Infanteri:

(1) pasukan pengintaian paksa bergerak untuk melakukan


tugasnya sama seperti kegiatan GMUK, mulai dari titik
pemberangkatan dan selanjutnya;

(2) ketika telah terjadi kontak dengan musuh, segera


melakukan tindakan yang cepat dan agresif guna
mengembangkan kondisi yang menguntungkan, dengan terus
berupaya agar tugas yang diberikan kepadanya dapat
dipenuhi;

(3) pasukan pengintaian paksa. Pasukan pengintaian paksa


tetap memelihara kontak sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki. Apabila memungkinkan pasukan pengintaian paksa
menghancurkan musuh yang dihadapi;

(4) Danyontimpur. Danyontimpur selalu bersiap untuk


mengeksploitasi sukses yang diperoleh pengintaian paksa
tersebut. Tindakan tersebut adalah meliputi pelanjutan
serangan atau mengambil alih daerah yang direbut oleh
pasukan pengintaian paksa; dan

(5) apabila pasukan pengintaian paksa mendapatkan


tekanan yang hebat dari musuh, segera meninggalkan daerah
kontak dan meminta bantuan kepada Danyontimpur untuk
membantu upaya melepaskan diri dari pertempuran yang
dilakukan.

b) Kompi Kavaleri:

(1) mengutamakan mobilitas dengan memanfaatkan ranpur


melalui jaring-jaring jalan yang ada bila memungkinkan;

(2) memberikan tembakan ke medan yang mencurigakan


sehingga memaksa musuh membalas tembakan;

(3) menetralisir musuh menggunakan SLT; dan

(4) mendekati sasaran dari medan yang sedekat mungkin


tetapi aman dan terlindung.

2) Satuan bantuan tempur:

a) Baterai Armed. Baterai Armed memberikan bantuan tembakan


atas permintaan dari jaupan yang bergerak bersama pasukan
pengintai depan.
58

Bantuan tembakan yang diberikan untuk melindungi pasukan yang


sedang melaksanakan pengintaian paksa, membantu pasukan
pengintai untuk mempercepat proses penghancuran dan untuk
melindungi pengunduran pasukan pengintai. memberikan tembakan
tabir asap untuk melindungi pasukan pengintaian paksa apabila
bergerak melepaskan diri dari pertempuran;

b) Baterai Arhanud. Baterai Arhanud memberikan perlindungan


udara selama pelaksanaan pengintaian paksa. Pada saat satbak
sudah berada di kedudukan yang telah direncanakan dan sudah siap
tembak, maka prosedur pengendalian operasi sudah dilaksanakan
dimulai dari pencarian, pengenalan, penjajakan sampai dengan
penghancuran sasaran. Ketentuan prosedur pengendalian operasi
Baterai Arhanud sama seperti tahap pelaksanaan GMUK;

c) Flite Penerbad. Flite Penerbad memberikan bantuan tembakan


yang ditujukan untuk menghancurkan atau menghambat musuh,
memelihara kontak dengan musuh, serta menghambat
pelambungan/peningkaran musuh yang akan melakukan serangan
balas;

d) Kompi Zeni. Ki Zeni mengeluarkan Regu Zeni yang


melaksanakan penyelidikan Zeni dengan pasukan pengintai paksa
melakukan penyelidikan dan pemetaan terhadap kondisi medan,
kedudukan pertahanan musuh, perkuatan medan musuh, jalan
pendekat, jalan pengunduran, dan jalur logistik lalu melaporkannya ke
Danki Zeni. Bila memungkinkan satuan Zeni yang melaksanakan
penyelidikan Zeni dapat dikerahkan untuk melakukan pekerjaan Zeni
lainnya untuk mendukung mobilitas pasukan kawan;

e) Peleton Perhubungan. Melaksanakan persiapan seperti pada


tahap pelaksanaan GMUK; dan

f) Peleton Peralatan. Peleton Peralatan pada tahap pelaksnaan


pengintaian paksa perlu memperhatikan unsur-unsur yang
melaksanakan pengintaian paksa tersebut baik unsur infanteri,
Kavaleri, Zeni, dan senjata bantuan yang mendukungnya. Gerakan
dan penempatan unsur-unsur Peleton peralatan jangan sampai
mengganggu kegiatan taktis satuan manuver. Selanjutnya Peleton
peralatan juga melakukan kegiatan sama seperti pada tahap
pelaksanaan GMUK.

3) Satuan bantuan administrasi:

a) Peleton Polisi Militer kegiatan Peleton Polisi Militer pada tahap


pelaksanaan ini sama seperti tahap pelaksanaan GMUK;

b) Peleton Kesehatan. Melakukan kegiatan sama seperti pada


tahap pelaksanaan GMUK;
59

c) Peleton Bekang. Peleton bekang melaksanakan kegiatan


dukungan perbekalan dan angkutan yang serupa dengan kegiatan
pada saat pelaksanaan GMUK, perbekalan untuk pasukan pengintai
depan, sedapat mungkin yang bersifat meringankan beban dan
menjamin mobilitas pasukan yang tinggi dalam melaksanakan
pengintaian paksa;

d) Kelompok Topografi. Kelompok Topografi membantu


pelaksanaan monitoring pasukan dengan menggunakan GPS
tracking dan menerbangkan drone yang dilengkapi dengan kamera
dan video untuk menggambarkan kondisi daerah operasi dan
sekitarnya.

e) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti yang


dilaksanakan pada tahap pelaksanaan GMUK.

4) Satuan bantuan teritorial. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan GMUK.

5) Satuan Intelijen. Kegiatan yang dilakukan satuan intelijen pada tahap


pelaksanaan sama dengan yang dilakakukan pada tahap pelaksanaan
GMUK.

d. Tahap Pengakhiran.

1) Satuan tempur.

a) Satuan Infanteri:

(1) apabila pengintaian paksa dilanjutkan dengan


melakukan serangan guna menghancurkan musuh dan
menduduki suatu medan, kegiatan yang dilaksanakan sama
dengan tahap pengakhiran pada GMUK; dan

(2) apabila pengintaian paksa melepaskan diri dari


pertempuran, maka harus segera ditindak lanjuti dengan
melaksanakan operasi serangan yang menentukan pada posisi
musuh yang telah semakin jelas dalam waktu yang singkat.
Semakin lama pelaksanaan serangan dilakukan, maka
memberikan kesempatan pada musuh untuk melaksanakan
perkuatan ataupun berpindah kedudukan.

b) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang sama


seperti pada tahap pengakhiran GMUK.

2) Satuan bantuan tempur:

a) Baterai Armed. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap


pengakhiran sama dengan tahap pengakhiran pada GMUK;

b) Baterai Arhanud. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap


pengakhiran sama dengan GMUK;
60

c) Flite Penerbad. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap


pengakhiran sama dengan tahap pengakhiran pada GMUK;

d) Kompi Zeni. Apabila pengintaian paksa dilanjutkan dengan


serangan, maka Kompi Zeni yang melaksanakan penyelidikan Zeni
bergabung dengan induk pasukan yang melaksanakan serangan.
Apabila pengintaian paksa melepaskan diri dari pasukan maka Kompi
Zeni bergabung dengan pasukan yang melakukan serangan yang
menentukan pada titik lemah musuh.

e) Peleton Perhubungan. Peleton Perhubungan melakukan


kegiatan sama dengan pada saat pengakhiran GMUK; dan

f) Peleton Peralatan. Peleton Peralatan melakukan kegiatan


sama dengan pada saat pengakhiran GMUK.

3) Satuan bantuan administrasi:

a) Peleton Polisi Militer. Kegiatan yang dilakukan peleton Polisi


Militer pada tahap pengakhiran sama seperti pada saat operasi
lainnya;

b) Peleton Kesehatan. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap


pengakhiran sama dengan kegiatan di GMUK; dan

c) Peleton Bekang. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap


pengakhiran sama dengan kegiatan di GMUK.

4) Satuan bantuan teritorial. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK.

5) Satuan intelijen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti yang


dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK.

16. Serangan yang Dikoordinasikan.

a. Infiltrasi.

1) Tahap perencanaan.

a) susunan pasukan:

(1) pasukan yang berkualifikasi komando dan satuan


Infanteri ringan sangat cocok untuk melaksanakan infiltrasi.
Oleh karena diutamakannya kerahasiaan dalam
pelaksanaannya, maka penggunaan alutsista dan peralatan
yang menimbulkan suara gaduh untuk dipergunakan;

(2) untuk menjamin keberhasilan dalam pelaksanaannya,


pasukan infiltrasi harus menghindari deteksi musuh sampai
dengan mencapai titik berkumpul sasaran. Pasukan infiltrasi
memiliki jumlah, kemampuan, dan komposisi personel yang
terbatas.
61

(3) Pasukan infiltrasi dipecah menjadi kelompok-kelompok


kecil, dengan besarnya kekuatan di masing-masing kelompok
harus tetap bisa memelihara kerahasiaan dan kemudahan
dalam bergerak. Hal ini akan memudahkan komandan pasukan
infiltrasi dalam melakukan kontrol, mengurangi waktu, dan
memelihara gerakan;

(4) besar kecilnya kekuatan dalam kelompok infiltrasi


sangat tergantung kepada situasi dan kondisi yang berlaku.
Beberapa pertimbangan dalam menentukan kekuatan tiap
kelompok infiltrasi adalah sebagai berikut:

(a) semakin kecil kekuatan akan mempersulit musuh


mendeteksi dan dapat menembus lubang di
pertahanan musuh yang sempit. Apabila terdapat satu
atau dua kelompok yang terdeteksi musuh, belum
mempengaruhi jalannya operasi secara keseluruhan.
Akan tetapi semakin kecil kekuatan di tiap kelompok,
akan menambah jumlah rute infiltrasi, yang
memerlukan titik berkumpul lebih banyak dan waktu
lebih lama untuk berkumpul untuk melaksanakan
serbuan ke sasaran; dan

(b) dengan kekuatan di tiap kelompok yang lebih


besar akan mempermudah dalam penentuan titik
berkumpul dan waktu yang lebih singkat. Akan tetapi
mengakibatkan mudahnya musuh mendeteksi dan
lubang di pertahanan musuh harus lebih longgar.
Apabila ada satu kelompok yang terdeteksi, akan
mengakibatkan kegagalan dalam pelaksanaan
infiltrasi.

(5) Danyontimpur. Danyontimpur dapat menugaskan


pasukan pengaman di depan, di lambung ataupun di belakang
pasukan infiltrasi, akan tetapi hal ini tergantung kepada situasi
yang ada. Pasukan infiltrasi diharapkan dapat
menyelenggarakan keamanannya sendiri;

(6) satuan yang dapat dilibatkan dalam infiltrasi, terdiri dari:

(a) satuan Batalyon Infanteri Raider/Para


Raider/Mekanis Raider;

(b) Baterai Arhanud dengan menggunakan senjata


manpads;

(c) Peleton Zeni dengan yang dikerahkan


diutamakan untuk melaksanakan fungsi mobility
(mendukung gerak maju pasukan kawan) serta
penghancuran (demolisi) terhadap instalasi vital
musuh;
62

(d) Peleton Perhubungan dengan kemampuan


pernika dan drone; dan

(e) Unit Penerbad yang terdiri dari heli serang, heli


serbu, dan pesawat udara sena.

b) Alat kendali:

(1) Daerah persiapan (DP). Pengertian daerah persiapan


sama dengan pada pelaksanaan operasi serangan lainnya;

(2) Titik pemberangkatan. Pengertian daerah persiapan


sama dengan pada pelaksanaan operasi serangan lainnya;

(3) Jalur infiltrasi. Merupakan bagian medan yang


mengoordinasikan pergerakan pasukan infiltrasi dan
perencanaan bantuan tembakan yang dipersiapkan. Jalur
infiltrasi direncanakan agar dapat menghindari deteksi musuh,
menyediakan perlindungan dan persembunyian serta
menyediakan petunjuk arah. Masing-masing satuan infiltrasi
memiliki jalur infiltrasinya sendiri, sedangkan unit-unit memilih
rute gerakannya sendiri didalam jalur infiltrasi yang ditentukan.
Jalur infiltrasi merupakan petak pergerakan dari pasukan
infiltrasi yang tidak boleh dilintasi, karena dapat mengakibatkan
terkena tembakan dari pasukan kawan. Serangan dari
Penerbad maupun tembakan Armed yang mengenai jalur
infiltrasi harus dikoordinasikan dengan pasukan infiltrasi.
Pasukan infiltrasi kekuatan sampai dengan 1 kompi
mendapatkan 1 jalur infiltrasi;

(4) Rute gerakan. Pengertian rute gerakan sama dengan


pada pelaksanaan operasi serangan lainnya;

(5) Titik pemeriksaan. Pengertian titik pemeriksaan sama


dengan pada pelaksanaan operasi serangan lainnya;

(6) Titik berkumpul (TB) dan titik berkumpul sasaran (TB


sas). TB merupakan tempat bertemunya unit-unit pasukan
infiltrasi yang bergerak dengan rute yang berbeda. TB sas
merupakan titik berkumpul akhir dari pasukan infiltrasi guna
mempersiapkan dirinya sebelum melaksanakan tugasnya. TB
sas biasanya berada di daerah belakang kedudukan musuh,
cukup luas untuk menampung seluruh pasukan infiltrasi, serta
dapat memberikan perlindungan dan persembunyian. TB sas
berada di daerah yang dapat dipertahankan sementara waktu,
berada jauh dari rute gerakan musuh;

(7) Kedudukan tempur. Merupakan tempat yang


dipergunakan oleh pasukan penyerang untuk mengambil posisi
sebelum mulai melaksanakan serbuan ke sasaran. Kedudukan
tempur berada sedekat mungkin dengan sasaran, tetapi juga
memberikan cukup perlindungan dan persembunyian. Di
kedudukan tempur pasukan penyerang berhenti sebentar dan
melakukan persiapan taktis dan teknis sebelum pelaksanaan
serbuan;
63

(8) Sasaran. Merupakan daerah yang dijadikan titik


orientasi operasi, fase orientasi, memfasilitasi perubahan arah
gerakan, dan menyatukan segala upaya yang
dilakukan.Sasaran dapat berupa suatu bentuk medan, atau hal
yang terkait dengan musuh. Sasaran berbentuk medan,
merupakan titik tanda yang mudah dikenali untuk dijadikan titik
orientasi. Sasaran terkait dengan musuh, berdasarkan
kedudukan musuh yang diketahui. Pasukan penyerang dapat
diberikan sasaran akhir; dan

(9) Batas gerak maju (BGM). Merupakan garis khayal di


medan yang dijadikan sebagai batas gerak maju dari pasukan
penyerang pada saat melakukan serbuan di sasaran. Pasukan
penyerang tidak dapat bergerak lebih dari garis batas tersebut,
akan tetapi bisa menempatkan pasukan pengamannya. BGM
ditetapkan untuk mencegah terlalu meluasnya sasaran yang
direbut dan terkenanya tembakan bantuan Armed ketika
memberikan tembakan konsolidasi. BGM dapat berupa bentuk
medan yang mudah dikenal, dipilih cukup jauh di belakang
sasaran dan dapat dipertahankan sementara waktu. BGM
ditetapkan apabila tidak dilakukan kegiatan pengejaran
ataupun eksploitasi.

b) Satuan tempur.

(1) Satuan Infanteri.

(a) Perencanaan infiltrasi yang disusun sama


dengan perencanaan pada pelaksanaan operasi
serangan lainnya. Tugas-tugas yang dapat diberikan
kepada pasukan infiltrasi antara lain:

i. mengetahui secara pasti dan


mendapatkan gambaran dari kedudukan musuh,
serta melakukan pengintaian terhadap suatu area
penting;

ii. menyerang kedudukan musuh dari arah


yang tidak diperkirakan;

iii. menduduki daerah tertentu yang dapat


dilindungi tembakan bantuan, guna mendukung
serangan yang menentukan;

iv. mengamankan suatu medan kritik yang


penting:

i) melaksanakan penghadangan dan


penyergapan untuk menghancurkan
instalasi penting dan mengganggu posisi
pertahanan musuh dengan menyerang
pasukan cadangannya, kedudukan
64

tembak senjata lintas lengkung dan


pertahanan udara, serta instalasi
perhubungan dan logistik; dan

ii) melaksanakan pe-nyusupan melalui


rintangan dan perkuatan medan yang
dibuat oleh musuh.

v. dengan diutamakannya kesenyapan


dalam pelaksanaannya, dibutuhkan data intelijen
yang lengkap guna menunjang keberhasilan
infiltrasi. Perencanaan yang detail, dengan
mempertimbangkan akurasi data intelijen, akan
menjadikan kegiatan infiltrasi yang dilakukan
dapat menghindari pasukan musuh, mengurangi
kemungkinan kontak dengan musuh, dan
mempertebal Satuan kejutan sesuai keinginan
komando atas;

vi. penentuan jalan pendekat. Lorong yang


akan dipergunakan oleh perembesan harus jelas
dan diplot dalam oleat, selanjutnya dilindungi
dengan tembakan bantuan di kanan kirinya
dengan tembakan bantuan di kanan kirinya
untuk keamanan;

vii. dengan data intelijen yang akurat dapat


diketahui titik lemah musuh dan celah diantara
kedudukan musuh, sehingga kemudian dapat
ditentukan jalur infiltrasi, rute-rute infiltrasi
maupun TB dan TB sas yang akan digunakan
oleh unit-unit dari pasukan infiltrasi. Kekuatan
pasukan infiltrasi juga menentukan pemilihan dari
jalur infiltrasi;

viii. peralatan berteknologi tinggi untuk


membantu dalam perencanaan infiltrasi harus
digunakan secara optimal untuk menghindari
deteksi musuh selama pelaksanaan infiltrasi.
Penggunaan alat citra satelit yang dapat
menggambarkan bentuk medan secara detil,
akan berguna dalam memanfaatkan bentuk
medan yang menjadi medan permati bagi musuh;

ix. hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam


melakukan perencanaan antara lain:

x. titik penggabungan atau titik ekstraksi


setelah tugas yang diberikan selesai
dilaksanakan;
65

xi. gerakan tipuan, seperti gerakan yang


dilakukan oleh satuan lain untuk mengalihkan
perhatian musuh;

xii. komando dan pengendalian selama


pelaksanaan infiltrasi, termasuk diantaranya
tanda-tanda pengenal;

xiii. penempatan ranpur dan rantis untuk


membantu pasukan infiltrasi;

xiv. pemanfaatan cuaca malam/kabut untuk


dan medan yang sulit untuk melindungi
pergerakan pasukan infiltrasi;

xv. perlengkapan dan munisi yang dibawa


disesuaikan dengan kemungkinan ancaman yang
akan dihadapi dengan prinsip seringan mungkin,
seperti apabila tidak terdapat ancaman dari berba
musuh maka pasukan infiltrasi tidak perlu
membawa senjata lawan tank;

xvi. kriteria yang harus dipenuhi untuk


melakukan pembatalan infiltrasi; dan
xvii. zona aman apabila terjadi keadaan kritis.

(2) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang


sama seperti pada tahap perencanaan GMUK.

d) Satuan bantuantempur:

(1) Baterai Armed. Baterai Armed merencanakan bantuan


tembakan yang dapat melindungi pasukan yang dibantu
selama pelaksanaan Infiltrasi. Prioritas bantuan tembakan
Armed diberikan pada sektor kemungkinan adanya gangguan
musuh. Selama infiltrasi pengendalian bantuan tembakan
terpusat. Bantuan tembakan sulit diberikan mengingat jauhnya
rute maupun kemungkinan terpencarnya kelompok infiltrasi;

(2) Baterai Arhanud. Kegiatan sama seperti pada tahap


perencanaan GMUK;

(3) Penerbad. Oleh karena itu bantuan tembakan perlu


direncanakan dengan sebaik-baiknya dan memanfaatkan
senjata yang memiliki jangkauan jauh serta bantuan tembakan
dari udara. Jika memungkinkan, melaksanakan pemindahan
stelling Armed melalui udara guna menjamin tersedianya
bantem Armed untuk pasukan infiltrasi.
Diarahkan di bagian luar dari jalur infiltrasi, apabila terdapat
sasaran yang harus ditembak pada jalur infiltrasi harus
dikoordinasikan dengan pasukan infiltrasi;
66

(4) Kompi Zeni. Kompi Zeni merencanakan pengerahan


personel dan perlengkapan untuk melaksanakan fungsi
memperlancar gerak maju pasukan kawan dan sabotase
penghancuran terhadap instalasi vital musuh dengan
mempertimbangkan penggunaan perlengkapan yang portabel
dan mobisibel sehingga kerahasiaan gerakan pasukan infiltrasi
dapat dijaga;

(5) Peleton Peralatan. Peleton Peralatan dalam infiltrasi


agar tidak mengorbankan kerahasiaan, pendadakn dan
kecepatan maka melaksanakan kegiatan pembekalan dan
pemeliharaan Matpal setelah operasi selesai. Langkah-langkah
perencanaan sama seperti pada tahap perencanaan GMUK;
dan

(6) Peleton Perhubungan. Peleton Perhubungan melakukan


kegiatan perencanaan yang sama seperti operasi serangan
lainnya. Personel pernika yang tergabung dalam pasukan
infiltrasi membawa peralatan yang seringan dan efektif
mungkin.

e) Bantuan administrasi:

(1) Peleton Polisi Militer. Kegiatan yang dilakukan oleh


Peleton Polisi Militer pada tahap perencanaan GMUK;

(2) Peleton Kesehatan. Peleton Kesehatan merencanakan


pelaksanaan dukungan kesehatan pada saat pelaksanaan
infiltrasi dan setelah melakukan serbuan di sasaran.
Memberikan saran kepada Danyontimpur dalam penentuan titik
kumpul korban sepanjang rute infiltrasi serta rencana
pelaksanaan evakuasi korban jika diperlukan. Dalam
melaksanakan kegiatan pertolongan korban dan evakuasi,
satuan kerahasiaan tetap dijaga agar tidak merusak seluruh
rencana infiltrasi. Perencanaan bekal kesehatan untuk pasukan
infiltrasi dilaksanakan secara teliti agar dapat mendukung
pertolongan korban secara mandiri, memudahkan gerakan
serta memelihara kerahasiaan; dan

(3) Peleton Bekang. Peleton Bekang merencanakan


kegiatan yang akan dilakukan seperti pada tahap perencanaan
GMUK. Secara khusus, perbekalan yang direncanakan untuk
pasukan infiltrasi harus dapat mendukung sepanjang waktu
pelaksanaan infiltrasi terutama bekal kelas III dan kelas V yang
diperlukan selama beberapa hari, dengan tidak membebani
pasukan infiltrasi, agar dapat menjamin tingkat mobilitas
pasukan yang tinggi. Perencanaan alat angkut melalui udara
sangat diperlukan, apabila pasukan infiltrasi akan di ekstraksi
setelah tugas yang diberikan kepadanya selesai dilaksanakan.

f) Satuan bantuan teritorial. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.
67

g) Satuan intelijen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

Skema 3 Infiltrasi
2) Tahap persiapan.

a) Satuan tempur.

(1) Satuan Infanteri. Pasukan infiltrasi melakukan kegiatan


persiapan seperti pada pelaksanaan tipe operasi serangan
lainnya. Kegiatan latihan pendahuluan yang dilakukan
mencakup:

(a) Prosedur apabila terjadi kontak dengan musuh


sebelum pelaksanaan serbuan:

i. kegiatan memasuki TB/TB sas;


ii. serbuan di sasaran; dan
iii. ekstraksi setelah tugas dilaksanakan.

(b) Danyontimpur. Danyontimpur melakukan


kegiatan pengintaian akhir dengan menggunakan
seluruh sumber daya yang tersedia untuk memastikan
keberadaan alat deteksi musuh.
Danyontimpur apabila diperlukan melaksanakan
penyesuaian terhadap rencana infiltasi menyesuaikan
dengan hasil akhir kegiatan pengintaian yang
dilaksanakan.

(2) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang


sama seperti pada tahap persiapan GMUK.

b) Satuan bantuan Tempur:


68

(1) Baterai Armed. Baterai Armed melakukan kegiatan


persiapan seperti pada GMUK;

(2) Baterai Arhanud. Baterai Arhanud yang terlibat


melakukan persiapan sama dengan persiapan yang dilakukan
pada saat GMUK;

(3) Flite Penerbad.Melakukan kegiatan persiapan seperti


pada GMUK;

(4) Kompi Zeni. Melakukan persiapan sama dengan


persiapan yang dilakukan pada saat GMUK.

(5) Peleton Perhubungan. Peleton Perhubungan


melaksanakan kegiatan yang sama dengan operasi GMUK:
dan

(6) Peleton Peralatan. Peleton Peralatan melaksanakan


kegiatan persiapan yang sama dengan operasi GMUK.

c) Satuan bantuan administrasi. Melaksanakan kegiatan sama


seperti pada tahap persiapan GMUK.

d) Satuan bantuan teritorial. Kegiatan yang dilakukan satuan


bantuan Teritorial pada tahap persiapan ini sama dengan yang
dilakukan pada tahap persiapan GMUK.

e) Satuan intelijen. Kegiatan yang dilakukan Satuan Intelijen pada


tahap persiapan ini sama dengan yang dilakukan pada tahap
persiapan GMUK.

3) Tahap pelaksanaan.

a) Satuan tempur.

(1) Satuan Infanteri:

(a) pasukan infiltrasi bergerak dalam unit-unit kecil


yang menggunakan rute gerakan yang berbeda menuju
TB/TB sas yang telah ditentukan. Rute-rute gerakan
yang dipilih dapat dilakukan melampaui, atau
mengelilingi kedudukan musuh dengan memanfaatkan
bagian medan permati bagi lawan.
Apabila terdapat jarak yang jauh perlu direncanakan
beberapa TB sebelum pasukan infiltrasi seluruhnya
berkumpul di TB sas;

(b) selama pergerakan pasukan infiltrasi menuju TB


sas dilakukan, Danyontimpur dapat melakukan kegiatan
tipuan di daerah lainnya, termasuk memberikan
tembakan bantuan oleh Armed;
69

(c) apabila selama infiltrasi salah satu unit dari


pasukan infiltrasi terdeteksi musuh dan terjadi kontak
tembak, maka sisa unit yang belum terdeteksi
menghindari rute terjadinya kontak. Unit yang
melakukan kontak tembak berupaya melindungi
pasukan lainnya dengan mengadakan gerakan tipuan
ataupun melepaskan diri dari pertempuran;

(d) setibanya di TB sas, kelompok infiltrasi bergerak


menuju kedudukan tempurnya, selanjutnya
melaksanakan serbuan di sasaran guna menyelesaikan
tugas yang ditentukan. Komandan infiltrasi tidak
menentukan sasaran antara. Dalam waktu yang telah
ditentukan setelah pasukan infiltrasi selesai
melaksanakan tugasnya bersiap untuk kembali ke induk
pasukan dengan cara melakukan ekstraksi atau
melakukan gerakan yang sama ketika melakukan
infiltrasi;

(e) kelompok yang kehilangan arah atau tak mampu


mencapai TB sas terus maju menuju titik berkumpul di
zona aman sambil menunggu penjemputan ataupun
melakukan penggabungan dengan pasukan infiltrasi
yang selesai melakukan serbuan di sasaran;

(f) jika pasukan lintas udara atau pasukan mobil


udara digunakan untuk melakukan tugas infiltrasi,
pesawat udara terbang sendirian atau dalam kelompok
kecil melalui daerah pertahanan depan musuh.
Perjalanan tersebut sedapat mungkin melalui daerah
yang tidak diduduki musuh. Selama atau sesudah
gerakan maju ke TB sas, pesawat udara pura-pura
mendarat di tempat lain, sebagai tindakan penipuan.
Kelompok infiltrasi dapat mendarat di daerah belakang
musuh dan meneruskan berjalan kaki menuju ke TB sas
yang telah ditentukan. Pengaruh lainnya dari operasi
tersebut adalah serupa dengan infiltrasi melalui darat;
dan

(g) musuh yang tersebar, medan yang dapat dilalui


kendaraan dan perlindungan dapat memungkinkan
satuan infiltrasi menggunakan kendaraan. Selama
operasi kelompok infiltrasi juga dapat menggunakan
kendaraan air yang kecil.

(2) Kompi Kavaleri:

(a) Kikav harus mengoordinasikan rencananya dan


memelihara komunikasi dengan satuan yang ada di
wilayah tanggung jawabnya; dan

(b) membantu satuan Infanteri dengan daya


tembaknya pada saat dibutuhkan.
70

b) Satuan bantuantempur:

(1) Baterai Armed. Baterai Armed memberikan tembakan


penyokong yang digunakan untuk membantu infiltrasi setelah
terjadi kontak dalam usaha infiltrasi atas permintaan dari
jaupan atau Danyontimpur dengan menggunakan semua
senjata yang tersedia. Selain itu tembakan konsentrasi
berturut-turut terhadap kedudukan musuh yang nyata dan yang
diduga harus direncanakan dengan baik. Selama pelaksanaan
infiltrasi senjata Armed dapat ditembakkan pada posisi sarana
Bantem dan objek vital musuh untuk mengurangi kemampuan
pengawasan dan mengalihkan perhatian musuh;

(2) Baterai Arhanud. Baterai Arhanud memberikan


perlindungan udara selama pelaksanaan infiltrasi. Pada saat
Satbak sudah berada di kedudukan yang telah direncanakan
dan sudah siap tembak, maka prosedur pengendalian operasi
sudah dilaksanakan dimulai dari pencarian, pengenalan,
penjajakan sampai dengan penghancuran sasaran. Ketentuan
prosedur pengendalian operasi Baterai Arhanud sama seperti
tahap pelaksanaan GMUK;

(3) Flite Penerbad. Flite Penerbad memberikan bantuan


tembakan baik secara langsung ke sasaran ataupun
pengelabuan ke sasaran lain yang dipersiapkan, dengan
melaksanakan:

(a) tembakan penyokong Penerbad yang merupakan


tembakan yang dilancarkan atau diberikan oleh
helikopter serang, tehnik penembakan ini dapat berdiri
sendiri atau untuk mengisi atau memperbesar unsur
bantuan tembakan yang telah ada;

(b) tembakan sebar lebar Penerbad yaitu tembakan


yang dilancarkan atau diberikan oleh helikopter serbu
yang dilaksanakan dengan kecepatan dan efek
pendadakan kesasaran dengan cepat, menutup
serangan pokok dan mengurangi kemampuan musuh
untuk mengadakan reaksi serangan balik; dan

(c) tembakan terarah yang merupakan suatu bentuk


manuver penembakan helikopter serbu yang
dilaksanakan dengan tepat dan terarah ke sasaran
pokok musuh.

(4) Kompi Zeni. Selama pelaksanaan infiltrasi, Kompi Zeni


membantu mobilitas pasukan kawan dengan menghancurkan
rintangan musuh dan penerobosan lapangan ranjau musuh
serta sabotase penghancuran terhadap instalasi vital musuh
yang dapat mempengaruhi pertempuran. Kegiatan kompi Zeni
dilaksanakan dengan menggunakan peralatan yang portabel
dan mobisibel sehingga tetap menjaga kerahasiaan
pergerakan;
71

(5) Peleton perhubungan. Kegiatan yang dilaksanakan


sama seperti dengan kegiatan pada tahap pelaksanaan GMUK.

(6) Peleton Peralatan. Peleton Peralatan dalam infiltrasi


agar tidak mengorbankan kerahasiaan, pendadakan dan
kecepatan maka melaksanakan kegiatan pembekalan dan
pemeliharaan matpal setelah operasi selesai.
Adapun tugas yang dilaksanakan sebagai berikut:

(a) melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan


materiil ranpur/rantis;

(b) melaksanakan penggantian senjata perorangan


yang rusak dengan senjata persediaan (maintenance
float);

(c) melaksanakan pembekalan ulang munisi secara


cepat dan tepat dengan berkoordinasi dengan unsur
Bekang mengenai angkutan munisi;

(d) melaksanakan evakuasi ranpur/rantis yang


memerlukan perbaikan lebih lanjut ke eselon
pemeliharaan yang lebih tinggi; dan

(e) menerima, mengamankan, meneliti dan


menyebarkan informasi teknis mengenai materiil
peralatan musuh hasil rampasan atau dikirimkan ke
instalasi pemeliharaan yang lebih tinggi.

c) Satuan bantuan administrasi.

(1) Peleton Polisi Militer. Pelaksanaan dukungan Peleton


Polisi Militer pada tahap pelaksanaan infiltrasi sama seperti
GMUK.

(2) Peleton Kesehatan:

(a) personel kesehatan yang terlibat dalam pasukan


infiltrasi melakukan longdarlap untuk pertolongan korban
tempur;

(b) korban tempur yang telah mendapatkan


longdarlap dikumpulkan di titik kumpul korban yang telah
ditentukan untuk dibawa ke poslongyon;

(c) korban tempur yang berada di poslongyon dan


memerlukan perawatan lanjutan akan dievakuasi ke
rumah sakit sandaran;

(d) dalam melaksanakan kegiatan pertolongan


korban dan evakuasi, kerahasiaan tetap dijaga agar
tidak merusak seluruh rencana infiltrasi;
72

(e) apabila memerlukan evakuasi medis sebelum


pelaksanaan serbuan, maka dilakukan dengan tetap
memperhatikan kerahasiaan dan menghindari deteksi
dari musuh. Penyingkiran korban ke belakang hanya
atas seizin Danyontimpur untuk menjaga kerahasiaan
gerakan; dan

(f) pelaksanaan dukungan kesehatan pada saat


melaksanakan serbuan di sasaran serupa dengan
kegiatan pada saat pelaksanaan operasi serangan
lainnya.

(3) Peleton Bekang:

(a) menerima, menyimpan, memelihara, dan


mengeluarkan bekal atas perintah;

(b) melaksanakan kegiatan pelayanan jasa


intendans (dapur lapangan, mess lapangan, dan MCK
lapangan);

(c) melaksanakan kegiatan pelayanan jasa angkutan


darat dengan melakukan pergeseran personel ke titik
yang ditentukan, pendorongan bekal materiil serta
pengangkutan korban dengan berkoordinasi secara
terus menerus;

(d) melaksanakan kegiatan pelayanan jasa angkutan


air dengan menggunakan sarana alat angkutan air/LCR
bila dibutuhkan oleh satuan Yontimpurdalam rangka
infliltrasi;

(e) melaksanakan kegiatan jasa perbekud pada giat


distribusi bekal dengan menggunakan helikopter
bekerjasama dengan Flite Penerbad;

(f) memberikan asistensi teknis kepada pengguna


tentang penggunaan, pemeliharaan dan penimbunan
bekal di lapangan;

(g) menyelenggarakan kegiatan administrasi yang


berkaitan dengan pembekalan, pelayanan jasa
intendans dan angkutan;

(h) menentukan prioritas pengeluaran bekal sesuai


ketentuan;

(i) melaksanakan pendistribusian bekal di titik


distribusi bekal dan titik distribusi satuan;

(j) mengawasi, melaksanakan muat/ bongkar,


penimbunan, dan pendistribusian; dan
73

(k) mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan


dukungan pembekalan, pelayanan jasa intendans, dan
angkutan.

(4) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan GMUK.

(5) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan GMUK.

d) Satuan bantuan teritorial. Satuan teritorial pada tahap


pelaksanaan ini sama dengan yang dilakukan pada tahap
pelaksanaan GMUK.

e) Satuan intelijen. Satuan intelijen pada tahap pelaksanaan


ini sama dengan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan GMUK.

4) Tahap pengakhiran.

a) Satuan tempur.

(1) Satuan Infanteri:

(a) setelah pelaksanaan serbuan di sasaran,


pasukan manuver melakukan konsolidasi sementara di
daerah belakang sasaran, atau di TB sas apabila tugas
yang diberikan adalah melakukan raid ataupun
sabotase;

b) pasukan infiltrasi bergerak meninggalkan daerah


yang dikuasai musuh dengan cara yang sama seperti
pada saat melakukan infiltrasi dan terus menghindari
deteksi maupun kontak tembak dengan musuh;

(c) apabila memungkinkan, pasukan infiltrasi dapat


meninggalkan daerah sasaran melalui udara di titik
ekstraksi;

(d) dalam perjalanan meninggalkan daerah musuh,


pasukan infiltrasi bergerak menuju zona aman sambil
menjemput pasukan yang tertinggal; dan

(e) setelah tiba di DP, pasukan infiltrasi segera


melakukan kegiatan konsolidasi dan melakukan
persiapan melaksanakan tugas selanjutnya.

(2) Kompi Kavaleri. Satuan Kompi Kavaleri. Kikav


melaksanakan kegiatan yang sama seperti pada tahap
pengakhiran GMUK.

b) Satuan bantuan tempur.

(1) Baterai Armed:


74

(a) tembakan Armed diselenggarakan untuk


membantu pasukan infiltrasi dalam melindungi pelolosan
setelah melaksanakan tugas pokoknya atau untuk
penipuan. Tembakan dengan menggunakan granat asap
dan cahaya dilaksanakan bila diperlukan. Tembakan
perlindungan juga diberikan apabila pasukan infiltrasi
melakukan ekstraksi; dan

(b) apabila pasukan infiltrasi kembali ke DP dengan


cara yang sama ketika melakukan infiltrasi, maka
tembakan perlindungan yang diberikan sama dengan
saat pasukan infiltrasi bergerak menuju ke TB sas.

(2) Baterai Arhanud. Baterai Arhanud melaksanakan


kegiatan tahap pengakhiran sama seperti pada GMUK.

(3) Flite Penerbad. Flite Penerbad secara aktif dan pasif


diselenggarakan untuk membantu pasukan infiltrasi dalam
melindungi pelolosan setelah melaksanakan tugas pokoknya
atau untuk penipuan. Tembakan dengan menggunakan roket
asap dilaksanakan bila diperlukan. Tembakan perlindungan
juga diberikan apabila pasukan infiltrasi melakukan ekstraksi.

(4) Kompi Zeni. Kompi Zeni melaksanakan konsolidasi


sementara di daerah yang telah berhasil direbut bersama
dengan Satuan pasukan infiltrasi lainnya selanjutnya kembali
ke daerah persiapan. Apabila pasukan infiltrasi kembali ke
daerah persiapan melalui jalur darat, maka selama pergerakan
Kompi Zeni melaksanakan cegah pakai terhadap instalasi
musuh yang dapat mendukung upaya musuh untuk melakukan
serangan balik.

(5) Peleton Perhubungan dan Peralatan. Kegiatan yang


dilaksanakan sama dengan pada tahap pengakhiran operasi
serangan lainnya.

f) Satuan bantuan administrasi:

(1) Peleton Polisi Militer. Kegiatan yang dilaksanakan sama


dengan tahap pengakhiran GMUK;

(2) Peleton Kesehatan. Kegiatan yang dilaksanakan sama


dengan tahap pengakhiran GMUK;

(3) Peleton Bekang. Kegiatan yang dilaksanakan oleh


Peleton Bekang pada kegiatan pengakhiran infiltrasi sama
dengan tahap pengakhiran GMUK;

(4) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK.

(5) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK.
75

d) Satuan bantuan teritorial. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK.

e) Satuan intelijen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK.

b. Penerobosan.

1) Tahap perencanaan.

a) Susunan pasukan:

(1) melakukan penerobosan pada suatu kedudukan


pertahanan yang dipersiapkan membutuhkan kekuatan tempur
yang sangat kuat di daerah penerobosan dan juga
kemampuan tempur yang lebih kuat guna melanjutkan
momentum serangan;

(2) pasukan penerobosan disusun dalam:

(a) Satuan penembus. Satuan penembus


merupakan pasukan yang memiliki mobilitas, daya
tembak, dan daya gempur yang sangat dominan,
dengan didukung lindung lapis baja. Satuan yang bisa
dilibatkan antara lain Satuan Infanteri Mekanis dan
Kompi Kavaleri, yang diperkuat dengan satuan
Penerbad, Arhanud, Zeni, dan Perhubungan;

(b) Satuan bantuan. Satuan bantuan merupakan


pasukan yang bertugas mendukung satuan penembus
melakukan penerobosan, dengan melakukan serangan
ke arah kiri dan kanan celah penerobosan, guna
mengikat musuh agar tetap berada dalam
kedudukannya. Komposisi dari satuan bantuan sama
dengan satuan penembus, terdiri dari Infanteri, Kavaleri,
Penerbad, Arhanud, Zeni, dan perhubungan, akan
tetapi dengan jumlah yang relatif lebih kecil; dan

(c) Satuan penyerbu. Satuan penyerbu merupakan


pasukan yang melanjutkan penyerbuan dan eksploitasi
di daerah pertahanan depan musuh, ketika satuan
penerobos telah dapat melakukan tugasnya. dapat
terdiri dari satuan Infanteri dan Kavaleri.

(3) tiap daerah penerobosan harus memiliki susunan


pasukan yang sama. Akan tetapi guna keberhasilan
pelaksanaan operasi, harus ditetapkan satu daerah
penerobosan utama;

(4) pasukan cadangan. Pasukan cadangan juga perlu


dibentuk guna menghadapi segala macam situasi dan kondisi
yang berkembang, antara lain:
76

(a) mengatasi serangan balas musuh yang dapat


menghalangi pasukan penyerbu merebut sasaran pokok;

(b) membantu ataupun menggantikan satuan


penembus dan satuan penyerbu dalam melaksanakan
tugasnya;

c) menghadapi pasukan cadangan musuh di


kedudukannya; dan

(d) mengisolasi musuh di suatu daerah yang telah


dapat diterobos.

b) Alat kendali.

(1) Sama dengan pelaksanaan serangan lainnya,


penerobosan membutuhkan alat kendali antara lain: DP, PS,
GA, jam “J”, garis taraf, jarak serbuan, sasaran dan BGM, guna
mengendalikan dan menselaraskan jalannya serbuan.

(2) Beberapa ketentuan tambahan, antara lain:

(a) Danyontimpur dapat menjadikan posisi depan


pasukan kawan sebagai GA, apabila melakukan lintas
ganti guna melanjutkan keberhasilan yang telah dicapai
oleh pasukan kawan;

(b) petak serangan dibuat sempit guna


memperbesar kemampuan tempur dari pasukan di
daerah penerobosan; dan

(c) BGM ditetapkan di daerah pertahanan depan


musuh, untuk memastikan bahwa penerobosan telah
dapat dilakukan. Apabila akan dilanjutkan upaya untuk
memperbesar hasil (eksploitasi) ataupun mengejar
musuh, BGM dapat disesuaikan lebih jauh kebelakang.

(d) Perlu menggunakan peta berukuran kecil,


terutama di daerah penerobosan, guna dapat memonitor
jalannya operasi.

c) Satuan tempur.

(1) Satuan Infanteri:

(a) kesuksesan dari operasi penerobosan sangat


tergantung terutamanya kepada perencanaan yang
terkoordinasi dan berkesinambungan, yang
dilaksanakan dengan cepat guna memperoleh
pendadakan, dihadapkan kepada pertahanan musuh
yang paling lemah. Akan tetapi, medan di daerah
penerobosan memungkinankan untuk melaksanakan
serbuan sampai dapat mencapai sasaran pokok;
77

(b) lebar dan dalamnya penerobosan tergantung


pada kedalaman posisi musuh dan daya tempur yang
tersedia di Yontimpur. Lebih lebar penerobosan, lebih
sulit bagi musuh untuk menutupnya, tetapi lebih besar
tenaga yang diperlukan untuk pelaksanaannya. Lebih
dalam penerobosan, maka gerakan penggulungan
terhadap lambung musuh lebih efektif dan lebih sulit
bagi musuh untuk menyusun pertahanannya kembali;

(c) perencanaan untuk melaksanakan penerobosan


daerah pertahanan musuh juga mencakup upaya untuk
mengisolasi, memberi tekanan, dan menghancurkan
musuh melalui tembakan bantuan, termasuk juga
melakukan pernika agresif, di daerah yang
dipersiapkan untuk penerobosan. Rencana tersebut
juga termasuk bagaimana cara melakukan isolasi
daerah penerobosan dari bantuan perkuatan musuh
yang berasal dari luar daerah penerobosan.
Pertimbangan lainnya adalah bagaimana untuk
menahan pasukan cadangan musuh dan senjata lintas
lengkung musuh di kedudukannya. Danyontimpur
harus mampu menempatkan semua alut sista yang
dimiliki, termasuk perkuatan yang didapatkan untuk
menghasilkan daya gempur yang hebat untuk
mempertahankan daerah penerobosan;

(d) pemilihan tempat penerobosan tergantung pada:

i. medan harus memungkinkan mobilitas


dari Yontimpur. Hal ini memerlukan penilaian
medan, sifat, dan luasnya rintangan dan jaringan
jalan. Lapang tembak dan lapang tinjau untuk
pengawasan penembakan juga diperlukan;

ii. kekuatan dan dalamnya posisi musuh;

iii. ruang manuver. Gerakan pasukan


penyerang hendaknya jangan dibatasi secara
berlebihan atau terdapat rintangan di kanan-
kirinya;

iv. rute hendaknya yang pendek dan


langsung menuju sasaran pokok;

v. jika pendadakan dapat diperoleh dengan


penerobosan dalam suatu daerah penting, berarti
memperoleh hasil yang menentukan secara
cepat;

vi. daerah penerobosan diupayakan pada


daerah batas antar unit pasukan musuh yang
biasanya lebih lemah dalam perkuatannya; dan
78

vii. tempat penerobosan yang dipilih


hendaknya sesuai dengan rencana dari satuan
atas.

(e) Danyontimpur. Melaksanakan kegiatan


merencanakan penempatan mayoritas kekuatan
pasukan dan alutsista yang dimiliki pada posisi dimana
akan dapat memberikan dampak yang signifikan guna
memperbesar daya gempur yang dimiiki untuk diarahkan
pada suatu daerah yang dipersiapkan untuk dilakukan
penerobosan;

(f) operasi penerobosan terdiri dari 3 babak, yakni:

i. menembus kedudukan pertahan-an depan


musuh;

ii. memperluas celah yang telah dihasilkan


untuk mengamankan daerah lambung kiri dan
kanan yang terbuka; dan

iii. merebut sasaran pokok yang akan


ditindak lanjuti dengan operasi memperbesar
hasil (eksploitasi).

(g) perencanaan tiap babak penerobosan sangat


tergantung kepada situasi yang diharapkan:

i. pasukan yang besar dapat digunakan


untuk melakukan penerobosan, sementara
pasukan yang lebih kecil memperlebar celah
penerobosan ataupun melakukan eksploitasi; dan

ii. pasukan yang lebih kecil digunakan untuk


melakukan penembusan, sementara pasukan
yang besar di tempatkan sebagai cadangan
untuk memperbesar hasil.

(h) perencanaan juga dilakukan untuk melakukan


serangan bantuan di sebelah kiri dan kanan dari daerah
penerobosan, guna mengamankan lambung daerah
penerobosan dan mengikat pasukan cadangan musuh
pada kedudukannya; dan

(i) perencanaan juga diarahkan untuk menghadapi


kemungkinan serangan balas yang dilakukan oleh
musuh terhadap lambung dari pasukan penerobos yang
terbuka.

(2) Kompi Kavaleri. Satuan Kompi Kavaleri. Kikav


melaksanakan kegiatan yang sama seperti pada tahap
perencanaan GMUK.
79

d) Satuan bantuan tembakan.

(1) Baterai Armed:

(a) penerobosan biasanya didahului dengan suatu


tembakan persiapan yang merusak dan memperlemah
pertahanan musuh. Sasaran yang baik adalah posisi
pertahanan, sarana bantuan tembakan, instalasi
komando, dan pengendalian serta cadangan. Tembakan
asap dapat digunakan untuk mengurangi hasil guna dari
peninjauan musuh; dan

(b) satuan Armed merencanakan tembakan terhadap


sasaran yang direncanakan dan dikoordinasikan
sedemikian rupa sehingga dapat mengisolasi pasukan
yang berada di daerah pertahanan musuh, mengalihkan
perhatian musuh terhadap daerah penerobosan,
mengurangi kemampuan tembakan bantuan musuh dan
melindungi gerakan pasukan di daerah penerobosan.

(2) Baterai Arhanud. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti tahap Perencanaan GMUK.

(3) Flie Penerbad. Flite Penerbad harus di rencanakan


dengan teliti dan di koordinasikan dengan ketat, sehingga
dapat dimanfaatkan untuk mendukung upaya penerobosan
yang dilakukan, mengikat pasukan musuh pada kedudukannya
masing-masing dan membantu menghancurkan musuh.

(4) Kompi Zeni. Kompi Zeni merencanakan pengerahan


dan modifikasi kebutuhan personel dan materiil untuk
mendukung operasi penerobosan dengan mengutamakan pada
aset penerobosan lapangan ranjau dan rintangan musuh serta
Alutsista penyeberangan taktis. Aset penerobosan dan
penyeberangan diutamakan untuk dikerahkan pada daerah
sasaran pokok sehingga pasukan penerobos akan mampu
menerobos pertahanan musuh dalam waktu yang sesingkat
mungkin. Danki Zeni memberikan saran kepada Pasiop dan
Danyontimpur berkaitan alternatif titik penerobosan guna
menghindari titik killing ground musuh.

(5) Peleton Perhubungan. Peleton Perhubungan


melaksanakan perencanaan yang sama pada pelaksanaan
operasi serangan lainnya. Perencanaan pernika yang agresif
perlu dipertimbangkan, terutama dalam rangka mengisolasi
pasukan musuh yang berada di daerah pertahanan depan,
sehingga gerakan yang dilakukan tidak dapat terkoordinasikan
dengan baik.

(6) Peleton Peralatan. Peleton Peralatan direncanakan


untuk dimanfaatkan guna mendukung pelaksanaan
penerobosan yang dilakukan, terutama terkait dalam perbaikan
ranpur maupun rantis yang perlu dilakukan agar terus dapat
80

dioperasionalkan dalam melakukan eksploitasi ataupun


pengejaran sebagai tindak lanjut dari penerobosan yang
dilakukan. Guna terpeliharanya kesiapan berbagai peralatan
yang digunakan pasukan tempur maka satuan pal
mempersiapkan tenaga ahli sesuai bidang komoditi yang
diembannya dalam bentuk Timpal mobil untuk sebuah operasi
serangan. Langkah-langkah perencanaan sama seperti pada
tahap perencanaan GMUK.

e) Satuan bantuan administrasi.

(1) Peleton Polisi Militer. Peleton Polisi Militer pada tahap


perencanaan penerobosan sama seperti operasi GMUK.

(2) Peleton Kesehatan:

(a) merencanakan pelaksanaan dukungan


kesehatan pada saat pelaksanaan operasi penerobosan
sampai merebut sasaran pokok;

(b) merencanakan rumah sakit wilayah yang akan


digunakan sebagai rumah sakit sandaran operasi bagi
korban tempur yang memerlukan perawatan lanjutan
setelah ditangani di poslongyon; dan

(c) perencanaan bekal kesehatan untuk personel


kesehatan yang tergabung dalam pasukan penerobos
dilaksanakan secara teliti agar dapat mendukung
pertolongan korban dan memudahkan gerakan.

(3) Peleton Bekang:

(a) merencanakan kegiatan dukungan perbekalan


dan angkutan yang dilakukan seperti pada saat
pelaksanaan operasi serangan lainnya. Perbekalan yang
direncanakan untuk pasukan penerobosan dapat
mendukung dalam melakukan aksi yang hebat, sehingga
waktu yang diperlukan untuk penerobosan akan lebih
cepat; dan

(b) merencanakan bekal ulang di daerah


penerobosan bagi pasukan yang akan melanjutkan
operasi eksploitasi ataupun pengejaran.

(4) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

(5) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

4) Satuan bantuan teritorial. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.
81

5) Satuan intelijen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

Skema 4 Penerobosan tahap 1

Skema 3 Penerobosan tahap 2


82

2) Tahap persiapan.

a) Satuan tempur.

(1) Satuan Infanteri.

(a) kegiatan pada tahap persiapan dari pasukan


penerobosan sama dengan yang dilakukan pada saat
persiapan pelaksanaan operasi serangan lainnya;

(b) koordinasi yang teliti dan latihan pendahuluan


perlu dilaksanakan secara intensif, terutama pada saat
pelaksanaan lintas ganti antara satuan penembus dan
satuan penyerbu; dan

(c) koordinasi akhir perlu dilakukan oleh satuan


bantuan tembakan dalam pemberian bantuan yang
saling menutup dan berkesinambungan dalam
mendukung pelaksanaan penerobosan.

(2) Kompi Kavaleri. Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan


kegiatan yang sama seperti pada tahap persiapan GMUK.

b) Satuan bantuan tembakan.

(1) Baterai Armed:

(a) kegiatan pada persiapan operasi dari Baterai


Armed sama dengan yang dilakukan pada saat
persiapan GMUK; dan

(b) koordinasi akhir perlu dilakukan oleh satuan


bantuan tembakan dalam pemberian bantuan yang
saling menutup dan berkesinambungan dalam
mendukung pelaksanaan penerobosan.

(2) Baterai Arhanud yang terlibat melakukan persiapan


sama dengan persiapan yang dilakukan pada saat GMUK.
Prioritas obyek diberikan kepada satuan tempur dan satuan
banpur yang dipersiapkan untuk mengikuti serangan pokok.

(3) Flite Penerbad:

(a) kegiatan pada tahap persiapan dari pasukan


penerobosan sama dengan yang dilakukan pada saat
persiapan operasi serangan lainnya;

(b) koordinasi yang teliti dan latihan pendahuluan


perlu dilaksanakan secara intensif, terutama pada saat
pelaksanaan lintas ganti antara satuan penembus dan
satuan penyerbu; dan
83

(c) koordinasi akhir perlu dilakukan oleh satuan


bantuan tembakan dalam pemberian bantuan yang
saling menutup dan berkesinambungan dalam
mendukung pelaksanaan penerobosan.

(4) Kompi Zeni:

(a) kegiatan pada persiapan operasi dari pasukan


penerobosan sama dengan yang dilakukan pada saat
persiapan operasi serangan lainnya;

(b) koordinasi yang teliti dan latihan pendahuluan


perlu dilaksanakan secara intensif, terutama pada saat
pelaksanaan lintas ganti antara satuan penembus dan
satuan penyerbu;

(c) koordinasi akhir perlu dilakukan oleh satuan


bantuan tembakan dalam pemberian bantuan yang
saling menutup dan berkesinambungan dalam
mendukung pelaksanaan penerobosan;

(d) Peleton Perhubungan.Peleton Perhubungan


melaksanakan kegiatan yang sama dengan operasi
GMUK; dan

(e) Peleton Peralatan. Kegiatan persiapan yang


dilakukan pada operasi penerobosan sama dengan yang
dilakukan pada tahap persiapan GMUK.

c) Satuan bantuan administrasi.

(1) Peleton Polisi Militer:

(a) mempersiapkan personel, kendaraan,


perlengkapan dan peralatan yang akan digunakan
selama penerobosan;

(b) melaksanakan latihan pendahuluan di DP,


terutama terkait dengan pelaksanaan penjemputan
tawanan perang; dan

(c) melaksanakan pengawasan/ penegakan


terhadap kemungkinan pelanggaran hukum, disiplin, dan
tata tertib oleh pasukan sendiri selama berada di DP
pada tahap persiapan penerobosan.

(2) Peleton Kesehatan:

(a) kegiatan pada persiapan operasi dari pasukan


penerobosan sama dengan yang dilakukan pada saat
persiapan GMUK;
84

(b) koordinasi yang teliti dan latihan pendahuluan


perlu dilaksanakan secara intensif, terutama pada saat
pelaksanaan lintas ganti antara satuan penembus dan
satuan penyerbu; dan

(c) koordinasi akhir perlu dilakukan oleh satuan


bantuan tembakan dalam pemberian bantuan yang
saling menutup dan berkesinambungan dalam
mendukung pelaksanaan penerobosan.

(3) Peleton Bekang:

(a) kegiatan peleton bekang pada persiapan operasi


dari pasukan penerobosan sama dengan yang dilakukan
pada saat persiapan operasi serangan lainnya; dan

(b) koordinasi perlu dilaksanakan secara intensif


dalam dukungan bekang, terutama pada saat
pelaksanaan lintas ganti antara satuan penembus dan
satuan penyerbu.

(4) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

(5) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

d) Satuan bantuan Teritorial. Satuan teritorial pada tahap


persiapan ini sama dengan yang dilakukan pada tahap perencanaan
GMUK.

d) Satuan Intelijen. Satuan Intelijen pada tahap persiapan ini


sama dengan yang dilakukan pada tahap perencanaan GMUK.

3) Tahap pelaksanaan.

a) Satuan tempur.

1) Satuan Infanteri:

(a) setelah pertahanan depan musuh dapat


ditembus, kelanjutan dari 2 babak berikutnya sangat
ditentukan dari faktor TUMMPAS. Apabila musuh berada
dalam posisi yang lemah, maka sangatlah mungkin
pasukan penerobosan dapat melanjutkan penerobosan
sampai merebut sasaran pokok, sambil melebarkan
celah penerobosan. Akan tetapi apabila perlawanan
musuh cukup kuat, pasukan penerobosan hanya
berusaha melebarkan celah penerobosan, sementara
pasukan cadangan akan melakukan lintas ganti guna
merebut sasaran pokok;
85

(b) babak I, menembus kedudukan pertahanan


depan musuh:

i. serangan pokok dilakukan dalam front


yang relatif sempit oleh satuan penembus dan
ditujukan guna melakukan upaya penerobosan di
BDDT musuh.Manuver satuan penembus harus
senantiasa di ketahui, agar berada pada posisi
yang dapat memungkinkan dukungan bantuan
tembakan Armed;

ii. serangan pokok harus diyakinkan telah


dapat menembus BDDT musuh, bukan daerah
keamanannya saja;

iii. serangan bantuan ditujukan untuk


mengikat musuh pada kedudukan pertahanannya
dan mencegah melakukan perkuatan di celah
penerobosan;

iv. pasukan cadangan tetap disiagakan, untuk


sewaktu-waktu melakukan lintas ganti apabila
serangan tertahan atau berhenti. Jika serangan
mendapat kemajuan, pasukan serangan bantuan
mengamankan lambung serangan pokok atau
melebarkan celah. Cadangan digunakan untuk
memperbesar serangan pokok di dalam
pelaksanaan tugas Yontimpur. Serangan balas
musuh dalam keadaan tertentu dapat dihadapi
dengan cadangan atau tembakan bantuan;

v. musuh akan senantiasa mencoba


memperlambat ataupun menghentikan upaya
penerobosan, untuk mendapatkan ruang dan
waktu untuk merubah keadaan. Sehingga
momentum serangan harus dilakukan secara
cepat guna memperbesar hasil ataupun
melakukan perkuatan dengan seluruh pasukan
dan alutsista yang dimilikinya; dan

vi. melebarkan celah untuk mencegah jangan


sampai musuh lepas dari kontak atau
menghalangi musuh melebarkan cadangannya.
Melebarkan celah berarti memperlebar celah
yang ada atau membuat celah yang baru.
Cadangan dipersiapkan untuk memperbesar
hasil atau mengadakan eksploitasi. Kadang-
kadang memerlukan pengerahan cadangan guna
melintasi pasukan yang melakukan serangan
pokok sesudah menembus posisi musuh, untuk
merebut atau menghancurkan sasaran
Yontimpur.
86

(c) babak II, memperluas celah yang telah dihasilkan


untuk mengamankan daerah lambung kiri dan kanan
yang terbuka:

i. pada saat satuan penembus telah dapat


menerobos BDDT musuh, maka dimulailah
upaya untuk memperlebar celah penerobosan
dengan melakukan serangkaian pelambungan
dekat. Tugas untuk memperlebar celah
penerobosan dilakukan oleh satuan penyerbu.
Tugas tersebut juga dapa diberikan kepada
pasukan cadangan apabila diperlukan. Apabila
cadangannya dikerahkan, maka harus segera
ditunjuk satuan penggantinya; dan

ii. untuk menghadapi kemungkinan serangan


balas musuh, dapat dihadapi oleh pasukan
cadangan atau oleh satuan penyerbu.
Serangkaian rintangan juga dapat dibuat guna
menghalangi upaya musuh melakukan serangan
balas dan menambah keamanan pada lambung
pasukan penerobosan.

(d) merebut sasaran pokok yang akan ditindak lanjuti


dengan operasi memperbesar hasil (eksploitasi):

i. tugas untuk merebut sasaran pokok, yang


bisa berupa satu jenis pasukan musuh tertentu,
merupakan kelanjutan dari upaya penerobosan
yang dilakukan. Sasaran pokok bisa berada jauh
dari daerah penerobosan, sehingga pasukan
penerobosan tidak dapat mencapainya apabila
tidak berhenti sejenak;

ii. dalam hal ini, satuan penyerbu maupun


pasukan cadangan dapat ditugaskan untuk
merebut sasaran pokok terlebih dahulu dan
upaya untuk melebarkan celah penerobosan
dilakukan oleh pasukan yang lebih atas; dan

iii. apabila dilakukan upaya untuk melakukan


penerobosan dari beberapa daerah kedudukan
musuh yang lemah, hal ini akan dapat
mengisolasi musuh yang berkekuatan besar.
Akan tetapi apabila terdapat satu celah
penerobosan yang sudah terbentuk, maka
pasukan penerobosan segera menyatukan upaya
untuk memperbesar satu celah penerobosan
saja.

(2) Kompi Kavaleri:


87

(a) dilakukan pada front sempit dan ditujukan ke


sasaran dengan formasi dua peleton didepan atau satu
peleton didepan; dan

(b) cadangan disiapkan untuk memperbesar hasil


atau mengadakan eksploitasi.

b) Satuan bantuan tempur.

(1) Baterai Armed. Memberikan bantuan tembakan sesuai


dengan permintaan tembakan dari jaupan Armed selama
penerobosan. Armed memberikan bantuan tembakan antara
lain berupa:

(a) tembakan pendahuluan ke sasaran pokok di


daerah pertahanan musuh hingga pasukan cadangan
dan sarana bantem musuh pada saat pasukan
penerobosan melintasi GA yang ditentukan dari jam J-5
sampai dengan jam J+5;

(b) tembakan persiapan untuk membantu satuan


penembus melakukan upaya untuk menerobos BDDT
musuh;

(c) tembakan penyokong untuk membantu merebut


serangan pokok, bantuan yang dilakukan untuk
mengikat musuh tetap berada di kedudukannya dan
menghancurkan sarana bantem musuh; dan

(d) tembakan konsolidasi untuk memberikan


perlindungan ke arah lambung celah penerobosan untuk
melindungi pasukan penerobosan mendapat serangan
dari arah lambung musuh dan juga membantu satuan
penyerbu guna melebarkan celah penerobosan.

(2) Baterai Arhanud:

(a) prioritas obyek yang dilindungi ditujukan kepada


posko dan satuan bantem selama memberikan bantem
kepada pasukan penyerang pokok dengan
menggunakan baterai meriam, dan pasukan penyerang
yang bergerak serta medan kritik yang dilalui (jembatan,
defile, dll) menggunakan baterai Rudal; dan

(b) pada saat Satbak sudah berada di kedudukan


yang telah direncanakan dan sudah siap tembak, maka
prosedur pengendalian operasi sudah dilaksanakan
dimulai dari pencarian, pengenalan, penjajakan sampai
dengan penghancuran sasaran. Ketentuan prosedur
pengendalian operasi satuan Arhanud sama seperti
pelaksanaan operasi GMUK.
88

(3) Flite Penerbad. Flite Penerbad pada saat penerobosan


dapat dikerahkan antara lain untuk:

(a) melindungi pergerakan pasukan penerobosan


dari udara dan memberikan bantuan tembakan
langsung, terutama terhadap sasaran-sasaran yang
belum ditembak oleh Armed;

(b) membantu serangan bantuan guna mengikat


musuh tetap berada di kedudukannya;

(c) membantu upaya untuk memperlebar celah


penerobosan; dan

(d) membantu menghancurkan musuh yang di


sasaran pokok penerobosan.

(4) Kompi Zeni. Kompi Zeni dapat dikerahkan antara lain


untuk:

(a) pada saat pasukan penerobos menembus


kedudukan pertahanan depan musuh, tugas satuan Zeni
diutamakan untuk menghancurkan perkuatan medan
musuh dan membuat penyeberangan taktis pada sungai
dan parit tempur menggunakan armour vehicle launch
bridge (AVLB)/rantis Berba modifikasi penyeberangan
taktis. Personel dan alutsista Zeni yang berada di
pasukan cadangan disiagakan untuk mengantisipasi
apabila tugas satuan Zeni yang berada di kedudukan
pertahanan depan musuh terhambat;

(b) setelah pasukan penerobos berhasil menerobos


BDDT musuh maka Kompi Zeni segera memperkuat
posisi dan memasang rintangan pada celah yang
berhasil diterobos untuk melindungi gerakan pasukan
kawan yang melaksanakan pelambungan dekat dari
serangan balas musuh; dan

(c) saat pasukan penerobos menyerang sasaran


pokok, Kompi Zeni melakukan penghancuran terhadap
kedudukan senjata tempur dan perkuatan medan
musuh, serta melakukan cegah pakai instalasi vital
musuh yang telah berhasil diduduki

(5) Peleton Perhubungan. Peleton Perhubungan melakukan


kegiatan seperti pada pelaksanaan operasi serangan lainnya,
dengan melakukan pernika secara ofensif, guna mengacaukan
jalur komunikasi musuh selama pelaksanaan penerobosan dan
memanfaatkan alat citra satelit guna mendapatkan secara jelas
pergerakan dari pasukan penerobosan yang dapat
dimanfaatkan dalam pemberian bantuan tembakan dan kodal.
89

(6) Peleton Peralatan. Peleton Peralatan berupaya untuk


memberikan dukungan teknis dengan cepat apabila selama
pelaksanaan penerobosan terdapat ranpur, rantis maupun
persenjataan (materiil) yang mengalami gangguan/kerusakan
segera dengan cepat harus dapat mengatasi
gaguan/kerusakan tersebut/bila tidak tercapai maka timpal
melaporkan kepada pimpinan untuk menarik ranpur/rantis
tersebut ke garis aman atau menganti dengan materiil yang
lebih baik agar momentum serangan tidak terganggu. Adapun
tugas yang dilaksanakan sebagai berikut:

(a) melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan


materiil ranpur/rantis;

(b) melaksanakan penggantian senjata perorangan


yang rusak dengan senjata persediaan (maintenance
float);

(c) melaksanakan pembekalan ulang munisi secara


cepat dan tepat dengan berkoordinasi dengan unsur
Bekang mengenai angkutan munisi;

(d) melaksanakan evakuasi ranpur/rantis yang


memerlukan perbaikan lebih lanjut ke eselon
pemeliharaan yang lebih tinggi; dan

(e) menerima, mengamankan, meneliti, dan


menyebarkan informasi teknis mengenai materiil
peralatan musuh hasil rampasan atau dikirimkan ke
instalasi pemeliharaan yang lebih tinggi.

c) Satuan bantuan administrasi:

(1) Peleton Polisi Militer. Peleton Polisi Militermelaksanakan


pengaturan dan pengendalian lalu lintas dengan menempatkan
personel pengendali pada titik rawan hambatan lalu lintas serta
membantu melaksanakan pengawasan/penegakan terhadap
kemungkinan pelanggaran hukum, disiplin, dan tata tertib oleh
pasukan sendiri berupa patroli terhadap disertir maupun Yudha
Kelana.Bila musuh dapat diatasi dalam penerobosan, Peleton
Polisi Militerbertugas untuk menjemput tawanan perang dan
bergerak ke titik penjemputan yang sudah ditentukan oleh
Satuan Manuver dengan membawa dokumen musuh atau
barang rampasan perang lainnya yang diperoleh, untuk
selanjutnya diserahkan kepada unit prosesing tawanan perang
di kamp tawanan perang sementara;

(2) Peleton Kesehatan. Peleton Kesehatan melakukan


pertolongan pertama darurat bagi korban dan menyingkirkan
korban ke titik kumpul kompi selanjutnya melakukan evakuasi
medis ke instalasi kesehatan Yontimpur selama pelaksanaan
penerobosan. Evakuasi korban dari instalasi pertolongan
korban ke daerah belakang dilaksanakan bagi korban yang
memerlukan perawatan lanjutan;
90

(3) Peleton Bekang. Peleton Bekang siap di daerah


belakang menyelenggarakan pelayanan jasa Bekang secara
terbatas, guna mendukung kelancaran tugas. Dengan
melaksanakan kegiatan yang serupa dalam kegiatan pada saat
pelaksanaan operasi serangan lainnya; dan

(4) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan GMUK.

(5) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan GMUK.

d) Satuan bantuan teritorial. Satuan teritorial pada tahap


pelaksanaan ini sama dengan yang dilakukan pada tahap
pelaksanaan GMUK.

e) Satuan intelijen. Satuan intelijen pada tahap pelaksanaan ini


sama dengan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan GMUK.

4) Tahap pengakhiran.

a) Satuan tempur.

(1) Satuan Infanteri:

(a) penerobosan dinyatakan berakhir apabila


serangan pokok telah dapat direbut, atau pasukan
penerobos tidak lagi dapat melanjutkan gerakannya oleh
karena perlawanan musuh yang sangat gencar;

(b) apabila sasaran pokok dapat direbut, maka


kegiatan yang dilakukan sama dengan kegiatan tahap
akhir pada operasi serangan lainnya; dan

(c) apabila gerakan terhenti sebelum mencapai


sasaran pokok, maka gerakan selanjutnya berdasarkan
pertimbangan faktor TUMMPAS.

(2) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang


sama seperti pada tahap pengakhiran GMUK.

b) Satuan bantuan tempur.

(1) Baterai Armed:

(a) penerobosan dinyatakan berakhir apabila


serangan pokok telah dapat direbut, atau pasukan
penerobos tidak lagi dapat melanjutkan gerakannya oleh
karena perlawanan musuh yang sangat gencar;

(b) apabila sasaran pokok dapat direbut, maka


kegiatan yang dilakukan sama dengan kegiatan tahap
akhir pada operasi serangan lainnya; dan
91

(c) apabila gerakan terhenti sebelum mencapai


sasaran pokok, maka gerakan selanjutnya berdasarkan
pertimbangan faktor TUMMPAS.

(2) Baterai Arhanud. Baterai Arhanud melakukan kegiatan


pengakhiran sama dengan pengakhiran yang dilakukan pada
saat GMUK, dengan tetap tetap memberikan perlindungan
udara untuk melindungi satuan tempur, Satbantem, Satbanmin,
Posko, atau objek rawan lainnya sesuai prioritas berdasarkan
faktor TUMMPAS.

(3) Flite Penerbad:

(a) penerobosan dinyatakan berakhir apabila


serangan pokok telah dapat direbut, atau pasukan
penerobos tidak lagi dapat melanjutkan gerakannya oleh
karena perlawanan musuh yang sangat gencar;

(b) apabila sasaran pokok dapat direbut, maka


kegiatan yang dilakukan sama dengan kegiatan tahap
akhir pada operasi serangan lainnya; dan

(c) apabila gerakan terhenti sebelum mencapai


sasaran pokok, maka gerakan selanjutnya berdasarkan
pertimbangan faktor TUMMPAS.

(4) Kompi Zeni. Melakukan kegiatan sama seperti pada


tahap pengakhiran GMUK.

(5) Peleton Perhubungan. Peleton Perhubungan


melaksanakan kegiatan yang sama dengan operasi GMUK.

(6) Peleton Peralatan. Kegiatan Tonpal yang dilaksanakan


pada operasi penerobosan tahap pengakhiran operasi sama
dengan kegiatan di operasi GMUK.

c) Satuan bantuan administrasi.

(1) Peleton Polisi Militer. Melaksanakan kegiatan yang


sama dengan tahap pengakhiran GMUK.

(2) Peleton Kesehatan:

(a) penerobosan dinyatakan berakhir apabila


serangan pokok telah dapat direbut, atau pasukan
penerobos tidak lagi dapat melanjutkan gerakannya oleh
karena perlawanan musuh yang sangat gencar;

(b) apabila sasaran pokok dapat direbut, maka


kegiatan yang dilakukan sama dengan kegiatan tahap
akhir pada operasi serangan lainnya; dan
92

(c) apabila gerakan terhenti sebelum mencapai


sasaran pokok, maka gerakan selanjutnya berdasarkan
pertimbangan faktor TUMMPAS.

(3) Peleton Bekang. Kegiatan yang dilaksanakan pada


pengakhiran operasi penerobosan dari Peleton Bekang sama
dengan kegiatan GMUK.

(4) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK.

(5) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK.

d) Satuan bantuan Teritorial. Satuan Teritorial pada tahap


pengakhiran ini sama dengan yang dilakukan pada tahap
Pengakhiran GMUK.

e) Satuan Intelijen. Satuan Intelijen pada tahap pengakhiran ini


sama dengan yang dilakukan pada tahap pengakhiran GMUK.

c. Frontal.

1) Tahap perencanaan.

a) Susunan pasukan:

(1) tidak terdapat organisasi yang khusus terkait dengan


serangan frontal. Pasukan penyerang disusun sebagai
pasukan penyerang depan dan cadangan; dan

(2) penggunaan ranpur didasarkan kepada pertimbangan


faktor Tummpas.

b) Alat kendali:

(1) oleh karena serangan frontal merupakan bagian dari


tipe serangan lainnya, maka tidak terdapat alat kendali lain,
selain yang sudah ada; dan

(2) akan tetapi alat kendali seperti, PS, GA, JS, kedudukan
tempur, BGM, poros serangan tersendiri bisa direncanakan.

c) Satuan tempur.

(1) Satuan Infanteri:

(a) serangan frontal sangat jarang digunakan untuk


mengalahkan musuh, sehingga perencanaan yang
dilakukan adalah untuk memelihara kontak tembak
dengan musuh, atau memaksa musuh untuk tetap
berada dalam kedudukan pertahanannya; dan
93

(b) perencanaan manuver sama dengan


pelaksanaan operasi lainnya, akan tetapi perencanaan
hanya diarahkan kepada dua kemungkinan tugas yang
dapat dilaksanakan dengan menggunakan manuver
frontal.

(2) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang


sama seperti pada tahap perencanaan GMUK.

d) Satuan bantuan tempur.

(1) Baterai Armed. Perencanaan bantuan tembakan pada


serangan frontal merupakan bagian dari perencanaan operasi
serangan lainnya. Bantuan tembakan direncanakan untuk
menghancurkan inti pertahanan dan sarana Bantem musuh.

(2) Baterai Arhanud:

(a) perencanaan pada frontal secara umum sama


dengan kegiatan pada tahap perencanaan GMUK.
Satuan menggunakan baterai rudal dan baterai meriam
dalam rangka memberikan perlindungan udara; dan

(b) Danrai menentukan prioritas objek rawan yang


harus dilindungi dari serangan udara musuh. Obyek
rawan yang harus dilindungi yaitu : daerah persiapan
(tempat penyusunan pasukan dan tempat pemusatan
perbekalan), pangkal serang, garis awal, gerakan
pasukan selama serangan, unsur bantem pada
serangan pokok, daerah konsolidasi, dan pos komando.

(3) Flite Penerbad. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti kegiatan pada tahap perencanaan GMUK.

(4) Kompi Zeni.Kegiatan Kompi Zeni dalam tahap


perancanaan sama dengan pada operasi GMUK, dengan
prioritas pada operasi serangan lainnya.

(5) Peleton Perhubungan. Peleton Perhubungan


merencanakan kegiatan yang sama dengan operasi GMUK.

(6) Peleton Peralatan. Kegiatan Peleton peralatan dalam


tahap perancanaan sama dengan pada operasi GMUK.

e) Satuan bantuan administrasi.

(1) Peleton Polisi Militer. Peleton Polisi Militer


merencanakan kegiatan yang sama dengan operasi GMUK.

(2) Peleton Kesehatan:


94

(a) merencanakan pelaksanaan dukungan


kesehatan pada saat pelaksanaan operasi frontal
sampai merebut sasaran pokok;

(b) merencanakan rumah sakit wilayah yang akan


digunakan sebagai rumah sakit sandaran operasi bagi
korban tempur yang memerlukan perawatan lanjutan
setelah ditangani di poslongyon; dan

(c) perencanaan bekal kesehatan untuk personel


kesehatan yang tergabung dalam pasukan depan
dilaksanakan secara teliti agar dapat mendukung
pertolongan korban dan memudahkan gerakan.

(3) Peleton Bekang.Peleton Bekang dalam melaksanakan


operasi frontal melaksanakan perencanaan dalam dukungan
Bekal I, II dan III serta pelayanan Jasa Intendans dan angkutan
dengan rincian kegiatan sama dengan operasi serangan
lainnya.

(4) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

(5) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

f) Satuan bantuan teritorial. Satuan Teritorial pada tahap


perencanaan ini sama dengan yang dilakukan pada tahap
perencanaan GMUK.

g) Satuan Intelijen. Satuan Intelijen pada tahap perencanaan ini


sama dengan yang dilakukan pada tahap Perencanaan GMUK.

Skema 4 Skema Frontal


95

2) Tahap persiapan.

a) Satuan tempur.

(1) Satuan Infanteri. Kegiatan pada tahap persiapan


dilaksanakan sama seperti pada operasi lainnya; dan

(2) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang


sama seperti pada tahap persiapan GMUK.

b) Satuan bantuan tempur:

(1) Baterai Armed. Kegiatan pada persiapan operasi


dilaksanakan sama seperti pada GMUK;

(2) Baterai Arhanud yang terlibat melakukan persiapan


sama dengan persiapan yang dilakukan pada saat GMUK.
Prioritas obyek diberikan kepada satuan tempur dan satuan
banpur yang dipersiapkan untuk mengikuti serangan pokok;

(3) Flite Penerbad. Kegiatan pada tahap persiapan


dilaksanakan sama seperti pada GMUK;

(4) Kompi Zeni.Kegiatan pada persiapan operasi


dilaksanakan sama seperti pada operasi lainnya;

(5) Peleton Perhubungan.Peleton Perhubungan


melaksanakan kegiatan yang sama dengan operasi GMUK;
dan

(6) Peleton Peralatan.Kegiatan pada persiapan operasi


dilaksanakan sama seperti pada operasi GMUK.

c) Satuan bantuan administrasi.

(1) Peleton Polisi Militer:

(a) menyiapkan personel, kendaraan, perlengkapan


dan peralatan yang akan digunakan untuk mendukung
serangan frontal;

(b) melaksanakan latihan pendahuluan di DP,


terutama terkait dengan pelaksanaan penjemputan
tawanan perang; dan

(c) melaksanakan pengawasan/penegakan terhadap


kemungkinan pelanggaran hukum, disiplin, dan tata
tertib oleh pasukan sendiri selama berada di DP pada
tahap persiapan serangan frontal.

(2) Peleton Kesehatan. Kegiatan pada persiapan operasi


dilaksanakan sama seperti pada GMUK.
96

(3) Peleton Bekang. Kegiatan peleton Bekang pada


persiapan operasi dilaksanakan sama seperti pada GMUK.

(4) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap persiapan GMUK.

(5) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap persiapan GMUK.

d) Satuan bantuan Teritorial. Satuan Teritorial pada tahap


perencanaan ini sama dengan yang dilakukan pada tahap
Perencanaan GMUK.

e) Satuan Intelijen. Satuan Intelijen pada tahap perencanaan ini


sama dengan yang dilakukan pada tahap Perencanaan GMUK.

2) Tahap pelaksanaan.

a) Satuan tempur. (satuan Infanteri dan Kompi Kavaleri)

(1) pasukan penyerang bergerak dalam front yang lebar


dengan formasi tersebar (kecuali cadangan tetap bergerak
dibelakang pasukan depan). Hal ini dilaksanakan guna
membersihkan pasukan pengaman depan dan patroli musuh,
sambil bergerak menuju bddt musuh;

(2) begitu pasukan penyerang depan mengalami kontak


dengan musuh, pasukan penyerang depan segera
mengembangkan formasi tempur dan melaporkan kedudukan
musuh ke komando atas. Pasukan penyerang depan segera
mengikat musuh pada kedudukan tembak dan melaksanakan
gerakan untuk mendapatkan posisi yang menguntungkan
dalam rangka menghancurkannya;

(3) apabila titik lemah musuh dapat terdeteksi, serta


diyakinkan bahwa hal tersebut bukan merupakan jebakan,
maka pasukan penyerang harus segera memanfaatkannya.
Pasukan cadangan dapat dimanfaatkan untuk melindungi
pasukan penyerang depan dari upaya serangan balas musuh
ataupun upaya musuh melaksanakan pengepungan; dan

(4) apabila pasukan penyerang depan tidak lagi dapat


bergerak maju, segera berupaya mempertahankan posisi yang
telah dicapai, sambil terus menginformasikan tentang
kedudukan musuh ke komando atas guna pelaksanaan
operasi yang lebih menentukan.

b) Satuan bantuantempur.

(1) Baterai Armed. Baterai Armed memberikan bantuan


tembakan atas permintaandengan sasaran inti pertahanan
musuh dan senjata bantuan musuh dengan tujuan untuk
mendisorganisir kekuatan musuh. Bantuan tembakan yang
97

dilaksanakan adalah tembakan pendahuluan, tembakan


persiapan, tembakan penyokong (pembatas, penutup, dan
penghancur), dan tembakan konsolidasi.

(2) Baterai Arhanud:

(a) prioritas obyek yang dilindungi ditujukan kepada


pasukan penyerang di depan sesuai menggunakan
baterai rudal menyesuaikan front yang lebar, dan
pasukan cadangan dan Satuan Bantem selama
memberikan bantem kepada pasukan penyerang pokok
dengan menggunakan baterai meriam; dan

(b) pada saat satbak sudah berada di kedudukan


yang telah direncanakan dan sudah siap tembak, maka
prosedur pengendalian operasi sudah dilaksanakan
dimulai dari pencarian, pengenalan, penjajakan sampai
dengan penghancuran sasaran. Ketentuan prosedur
pengendalian operasi satuan Arhanud sama seperti
pelaksanaan operasi GMUK.

(3) Flite Penerbad. memberikan bantuan tembakan


langsung atas permintaan guna memaksa musuh tetap berada
dalam kedudukan pertahanannya, dengan ketentuan:

(a) mengikuti perkembangan keadaan taktis, maka


tembakan Penerbad diberikan secara terkoordinasi
dengan sarana bantem lain, agar awak Helikopter
mengetahui situasi taktis terakhir termasuk rencana dan
perintah operasi serta situasi pasukan kawan;

(b) hindari terbang melintas di atas sasaran dan


menembak sasaran pada jarak tembak efektif yang
terjauh, dan hentikan tembakan sebelum mencapai
jarak tembak efektif senjata musuh; dan

(c) hindari menembak sasaran yang melintasi


pasukan kawan yang akan membahayakan
pasukan satuan darat, sehingga menimbulkan korban
dipihak sendiri.

(4) Kompi Zeni. Kompi Zeni memberikan bantuan tempur


Zeni untuk memperlancar manuver pasukan kawan untuk
melaksanakan serangan frontal. Kegiatan yang dilakukan
meliputi penerobosan rintangan dan perkuatan medan musuh,
penyeberangan, dan perusakan terhadap instansi vital musuh.
Apabila rintangan dan perkuatan medan musuh tidak mampu
diterobos atau dihancurkan, maka Kompi Zeni segera
melaksanakan penyelidikan Zeni untuk mengumpulkan data
tentang pertahanan musuh ditinjau dari aspek Zeni yang akan
bermanfaat pada operasi.
98

(5) Peleton Perhubungan. Peleton Perhubungan


melaksanakan kegiatan seperti pada pelaksanaan operasi
serangan lainnya, pernika yang dilakukan bersifat defensif,
guna menjaga komunikasi tetap berlangsung tanpa hambatan.

(6) Peleton Peralatan. Peleton Peralatan mendukung


peralatan pasukan perontal memiliki daya gerak dan daya
tembak yang optimal agar dapat menjaga mobilitas satuan
manuver, sehingga momentum gerak maju tidak terhenti.
Dengan kegiatan sbb:

(a) melaksanakan penggantian senjata yang


mengalami kerusakan dengan senjata persediaan
(maintenance float);

(b) melaksanakan bekal ulang amunisi secara cepat


dan tepat melalui rute pembekalan yang telah
ditentukan;

(c) melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan


materiil secara cepat dan tepat;

(d) memberikan asistensi teknik materiil perlatan


kepada satuan yang melaksanakan tugas operasi;

(e) melaksanakan penyingkiran materiil yang tidak


dapat diperbaiki di tempat ke eselon pemeliharaan yang
lebih tinggi;

(f) melaksanakan penyelamatan bagian-bagian


materiil yang tidak dapat disingkirkan;

(g) melaksanakan penghancuran terhadap materiil


yang tidak dapat disingkirkan dan diselamatkan,
pelaksanaannya berkoordinasi dengan Zeni; dan

(h) melaksanakan kegiatan administrasi materiil


secara sederhana.

c) Satuan bantuan administrasi.

(1) Peleton Polisi Militer. Kegiatan yang dilakukan oleh


peleton Polisi Militer pada tahap pelaksanaan frontal sama
dengan GMUK.

(2) Peleton Kesehatan.

(a) peleton Kesehatan yang terlibat dalam pasukan


depan melakukan longdarlap terhadap korban tempur;

(b) korban tempur yang telah mendapatkan


Longdarlap dikumpulkan di titik kumpul korban yang
telah ditentukan untuk dibawa ke poslongyon;
99

(c) mengevakuasi korban tempur yang memerlukan


perawatan lanjutan ke rumah sakit sandaran operasi;
dan

(d) berkoordinasi dengan Satuan Penerbad jika


memerlukan evakuasi medis udara.

(3) Peleton Bekang:

(a) menerima, menyimpan, memelihara, dan


mengeluarkan bekal atas perintah;

(b) melaksanakan kegiatan pelayanan Jasa


Intendans (dapur lapangan, mess lapangan, dan MCK
lapangan);

(c) melaksanakan kegiatan pelayanan Jasa


angkutan darat dengan melakukan pergeseran personel
ke titik yang ditentukan, pendorongan bekal materiil
serta pengangkutan korban dengan berkoordinasi
secara terus menerus;

(d) melaksanakan kegiatan pelayanan Jasa


angkutan air dengan menggunakan sarana alat
angkutan air/LCR bila dibutuhkan dalam rangka
serangan frontal;

(e) melaksanakan kegiatan Jasa Perbekud pada giat


distribusi bekal dengan menggunakan Helikopter
bekerjasama dengan penerbad;

(f) memberikan asistensi teknis kepada pengguna


tentang penggunaan, pemeliharaan dan penimbunan
bekal di lapangan;

(g) menyelenggarakan kegiatan administrasi yang


berkaitan dengan pembekalan, Pelayanan Jasa
Intendans dan Angkutan;

(h) menentukan prioritas pengeluaran bekal sesuai


ketentuan;

(i) melaksanakan pendistribusian bekal di titik


distribusi bekal dan titik distribusi satuan;

(j) mengawasi, melaksanakan muat/ bongkar,


penimbunan, dan pendistribusian; dan

(k) mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan


dukungan pembekalan, pelayanan jasa intendans dan
angkutan.

(4) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan GMUK.
100

(5) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan GMUK.

d) Satuan bantuan teritorial. Satuan teritorial pada tahap


pelaksanaan frontal sama dengan GMUK

e) Satuan intelijen. Satuan intelijen pada tahap pelaksanaan


frontal sama dengan GMUK.

4) Tahap pengakhiran.
a) Satuan tempur.
(1) Satuan Infanteri:

(a) serangan frontal berakhir apabila musuh telah


dapat dihancurkan pada kedudukannya, atau kegiatan
operasi lainnya telah berhasil melaksanakan tugasnya,
antara lain pasukan penerobosan telah dapat membuat
celah penerobosan, dan lain-lain;

(b) apabila musuh telah dapat dikalahkan di


kedudukannya, maka pasukan penyerang segera
bergerak sampai BGM dan melaksanakan kegiatan
konsolidasi. Apabila serangan frontal digunakan sebagai
serangan bantuan dan hanya bertugas untuk melakukan
pengikatan, maka konsolidasi yang dilaksanakan di
tempat kedudukan di depan BDDT musuh; dan

(c) kegiatan pasukan penyerang depan


melaksanakan kegiatan seperti pada operasi lainnya
pada tahap pengakhiran.

(2) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang


sama seperti pada tahap pengakhiran GMUK.

b) Satuan bantuan tempur:

(1) Baterai Armed. Melaksanakan kegiatan seperti pada


GMUK pada pengakhiran operasi;

(2) Baterai Arhanud. Melakukan kegiatan pengakhiran


sama dengan pengakhiran yang dilakukan pada saat GMUK,
dengan tetap tetap memberikan perlindungan udara untuk
melindungi satuan manuver, satbantem, satbanmin, posko,
atau objek rawan lainnya sesuai prioritas berdasarkan faktor
TUMMPAS;

(3) Flite Penerbad. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Flite


Penerbad sama dengan pada tahap pengakhiran operasi
serangan lainnya;

(4) Kompi Zeni. Melaksanakan kegiatan seperti pada


GMUK pada pengakhiran operasi;
101

(5) Peleton Perhubungan.Melaksanakan kegiatan yang


sama dengan operasi GMUK; dan

(6) Peleton Peralatan.Adapun kegiatan Peleton peralatan


pada tahap pengakhiran secara umum sama dengan kegiatan
pada GMUK.

c) Bantuan administrasi:

(1) Peleton Polisi Militer. Melaksanakan kegiatan yang


sama dengan tahap pengakhiran operasi GMUK;

(2) Peleton Kesehatan. Melaksanakan kegiatan yang sama


dengan tahap pengakhiran operasi GMUK;

(3) Peleton Bekang.Kegiatan yang dilaksanakan oleh


peletonBekangsama dengan pada tahap pengakhiran GMUK;

(4) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK; dan

(5) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK.

d) Satuan bantuan teritorial. Satuan Teritorial pada tahap


pengakhiran ini sama dengan yang dilakukan pada tahap pengakhiran
GMUK.

e) Satuan intelijen. Satuan Intelijen pada tahap pengakhiran ini


sama dengan yang dilakukan pada tahap pengakhiran GMUK.

d. Pelambungan.

1) Tahap perencanaan.

a) susunan pasukan:

(1) pasukan pelambungan disusun atas satuan pelambung


dan satuan pengikat, yang memiliki cadangan masing-masing.
Satuan pelambung akan melaksanakan serangan pokok
menyerang lambung kedudukan pertahanan musuh,
sedangkan satuan pengikat akan melaksanakan serangan
bantuan dengan cara frontal di depan BDDT musuh;

(2) pelaksanaan pelambungan harus mempertimbangkan


mobilitas, daya tembak dan keamanan yang diperlukan oleh
satuan pelambung. satuan infanteri mekanis maupun kavaleri
dapat ditugaskan sebagai satuan pelambung; dan

(3) satuan pengikat disusun cukup kuat, sehingga memiliki


kekuatan yang mencukupi untuk dapat mengikat musuh pada
kedudukannya. Walaupun prioritas kekuatan diberikan kepada
satuan pelambung, satuan pengikat harus tetap memiliki daya
tembak yang kuat.
102

b) Alat kendali. Dalam pelaksanaan pelambungan penentuan alat


kendali sangat penting dalam keberhasilan operasi, serta mencegah
terjadinya korban yang disebabkan pasukan sendiri. Alat-alat kendali
yang dibutuhkan antara lain:

(1) seperti pelaksanaan serangan frontal, alat kendali


pelambungan berupa DP, PS, GA, petak serangan, poros
gerakan, titik koordinasi, JS, dan sasaran juga harus
direncanakan untuk masing-masing satuan pelambung dan
satuan pengikat; dan

(2) selain itu garis koordinasi bantuan tembakan (GKBT),


garis koordinasi tembakan (GKT) dan garis bom harus
ditetapkan dengan teliti agar tidak terjadi saling tembak di
antara pasukan pelambungan.

c) Satuan tempur (satuan Infanteri dan Kikav).

(1) Perencanaan serangan pelambungan yang baik sangat


tergantung kepada informasi yang lengkap tentang kedudukan
musuh dan kemampuan tempurnya, serta kemungkinan reaksi
apabila terjadi kontak. Hal itu disebabkan satuan pelambung
akan menghindari titik kuat lawan dengan melakukan serangan
terhadap lambung lawan dan memaksa musuh untuk
bertempur pada arah yang salah.

Skema 7 Pelambungan
103

(2) poros gerakan dari satuan pelambung yang


direncanakan harus berada dalam jarak capai senjata bantuan
Armed;

(3) tembakan persiapan dapat ditiadakan


berdasarkankepentingan kerahasiaan, karena sasaran
terbatas, ketidakmampuan pasukan musuh setempat untuk
menahan serangan dalam daerah pasukan pelambung. Jika
dilaksanakan tembakan persiapan maka harus gencar dan
dalam waktu yang pendek. Serangan bantuan dapat didahului
oleh tembakan persiapan;

(4) serangan bantuan dan pasukan yang melakukan


pelambungan dapat bersamaan atau berbeda waktunya.
Serangan bantuan yang direncanakan harus dapat
memberikan dampak yang cukup besar terhadap lawan,
sehingga musuh memusatkan konsentrasinya terhadap
serangan bantuan dan gerakan dari satuan pelambung dapat
dilindungi. Oleh karena itu, perencanaan kedudukan tempur
dan perkuatan yang diberikan kepadanya tidak boleh
diabaikan;

(5) pasukan pelambung bergerak menyerang secara cepat,


sedangkan tindakan penyesatan dapat digunakan untuk
menutupi suara dan arah gerakannya;

(6) penggunaan cadangan dari masing-masing satuan


adalah untuk melindungi lambung satuan tersebut dari
kemungkinan serangan balas musuh;

(7) perencanaan yang dilakukan termasuk dari tindak lanjut


gerakan Yontimpur apabila pelaksanaan pelambungan
mencapai hasil yang ditentukan, termasuk diantaranya
merencanakan pengejaran; dan

(8) Danyontimpur hendaknya selalu mencari kesempatan


yang baik untuk memperbesar hasil dengan menggunakan
cadangannya. Kesempatan tersebut dapat terjadi dalam
daerah serangan pelambungan maupun bantuan. Jika
cadangan dikerahkan, maka harus menyusun cadangan baru
dengan segera.

d) Satuan bantuantempur:

(1) Baterai Armed. Pakorbantem merencanakan dan


mengoordinasikan penggunaan seluruh sarana bantuan
tembakan yang diberikan dengan teliti, termasuk dalam
penentuan alat kendali pemberian bantuan tembakan,
sehingga dalam pelaksanaannya tidak menimbulkan korban
pada pihak sendiri. Perencanaan bantuan tembakan dari
Baterai Armed harus dapat melindungi kedua satuan yang
terlibat, termasuk daerah lambung dari satuan pelambung yang
rawan dari kemungkinan serangan balas musuh. Prioritas
104

bantuan tembakan pada satuan pelambung. Kedudukan


stelling Armed harus direncanakan dengan teliti, apabila jarak
capai tidak mencukupi, perlu dipertimbangkan untuk memecah
kekuatan Armed menjadi beberapa bagian;

(2) Baterai Arhanud. Kegiatan sama seperti pada tahap


perencanaan GMUK;

(3) Flite Penerbad. Bantuan tembakan dari Flite Penerbad


diarahkan untuk melindungi kedua satuan. Flite Penerbad
dapat dimanfaatkan selain untuk melindungi gerakan satuan
pelambung menuju kedudukan tempurnya, tetapi juga
dimanfaatkan sebagai pemantau pergerakan dari udara,
sehingga tetap berada dalam petak serangannya;

(4) Kompi Zeni. Kompi Zeni merencanakan bantuan tempur


Zeni yang akan diberikan kepada satuan yang akan
melaksanakan pelambungan dan satuan yang akan
melaksanakan pengikatan dengan prioritas bantuan pada
pasukan yang akan melaksanakan pelambungan. Titik berat
proses perencanaan diutamakan pada perencanaan bantuan
mobilitas pasukan pelambung dengan melaksanakan kegiatan
penerobosan rintangan dan perkuatan medan musuh serta
penyeberangan. Kompi Zeni dapat berperan membuat
pengelabuhan terhadap musuh berupa tiruan ranpur-ranpur
sehingga dislokasi kekuatan pasukan musuh terpecah;

(5) Peleton Perhubungan. Peleton Perhubungan melakukan


perencanaan yang sama seperti pelaksanaan operasi
serangan lainnya. Sulitnya pengendalian dan koordinasi dari
satuan pelambung dan satuan pengikat sangatlah sulit,
sehingga dalam perencanaannya Peleton Perhubungan harus
dapat memberikan keyakinan bahwa jalur komunikasi dapat
berjalan dengan lancar, termasuk mencegah upaya pernika
dari musuh; dan

(6) Peleton Peralatan. Peleton Peralatan harus


merencanakan memberikan dukungan dengan baik, terutama
dalam mendukung mobilitas satuan pelambung yang
menggunaan rantis maupun ranpur. Unit harmobil harus dapat
dimanfaatkan untuk melakukan perbaikan cepat terhadap
kendaraan maupun alut sista yang mengalami kerusakan.
Satuan peralatan sesuai kemampuannya mempersiapkan
tenaga ahli dan materiil yang diperlukan sesuai bidang komoditi
(senjata dan optik), munisi, kendaraan, dan teknologi mekanik
untuk mendukung sebuah kegiatan operasi serangan agar
dapat berdaya guna dan berhasil guna dalam sebuah
pertempuran. Langkah-langkah perencanaan sama seperti
pada tahap perencanaan GMUK.

e) Satuan bantuan administrasi:


105

(1) Peleton Polisi Militer. Peleton Polisi Militer


merencanakan kegiatan yang sama dengan operasi
penerobosan;

(2) Peleton Kesehatan. Perencanaan dukungan Kesehatan


dan perawatan medis ditujukan kepada satuan pelambung
termasuk jika pelambungan dilaksanakan oleh dua satuan yang
bergerak secara terpisah. Untuk menjaga mobilitas serta
mempertahankan moril pasukan pelambung, pertolongan
darurat di lapangan dilaksanakan dengan cepat termasuk
diantaranya pertimbangan penggunaan dukungan evakuasi
medis udara bagi satuan pelambung jika memungkinkan;

(3) Peleton Bekang:

(a) merencanakan kegiatan yang akan dilakukan


seperti pada saat pelaksanaan operasi serangan
lainnya;

(b) perencanaan dukungan logistik harus dapat


mendukung gerakan dari satuan pelambung, yang
membutuhkan mobilitas tinggi dan daya tembak yang
besar;
(c) merencanakan dukungan bekal ulang kepada
satuan pelambung bilamana dibutuhkan.

(4) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK;
dan

(5) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

f) Satuan bantuan teritorial. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

g) Satuan Intelijen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK

2) Tahap persiapan.

a) Satuan tempur.

(1) Satuan Infanteri:

(a) kegiatan persiapan yang dilakukan dalam rangka


pelambungan sama dengan yang dilakukan pada tipe
operasi serangan lainnya;

(b) pelaksanaan latihan pendahuluan yang


dilaksanakan juga termasuk melaksanakan sinkronisasi
pemberian bantuan tembakan, sehingga menimbulkan
keyakinan bagi pasukan yang terlibat; dan
106

(c) apabila diperlukan, Baterai Armed yang


diperbantukan ke satuan pelambung dapat berpindah
kedudukan, agar dapat memberikan bantuan tembakan
yang maksimal.

(2) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang


sama seperti pada tahap persiapan GMUK.

b) Satuan bantuan tembakan.

(1) Baterai Armed:

(a) kegiatan persiapan yang dilakukan dalam rangka


pelambungan sama dengan yang dilakukan pada
GMUK;

(b) pelaksanaan latihan pendahuluan yang


dilaksanakan juga termasuk melaksanakan sinkronisasi
pemberian bantuan tembakan, sehingga menimbulkan
keyakinan bagi pasukan yang terlibat; dan

(c) apabila diperlukan, Baterai Armed yang


diperbantukan ke satuan pelambung dapat berpindah
kedudukan, agar dapat memberikan bantuan tembakan
yang maksimal.

(2) Baterai Arhanud. Baterai Arhanud yang terlibat


melakukan persiapan sama dengan persiapan yang dilakukan
pada saat GMUK. Prioritas obyek diberikan kepada satuan
tempur dan satuan banpur yang dipersiapkan untuk mengikuti
serangan pokok.

(3) Flite Penerbad. Melaksanakan kegiatan seperti pada


tahap persiapan GMUK.

(4) Kompi Zeni:

(a) kegiatan persiapan yang dilakukan dalam rangka


pelambungan sama dengan yang dilakukan pada tipe
operasi serangan lainnya;

(b) pelaksanaan latihan pendahuluan yang


dilaksanakan juga termasuk melaksanakan sinkronisasi
pemberian bantuan tembakan, sehingga menimbulkan
keyakan bagi pasukan yang terlibat; dan

(c) apabila diperlukan, baterai Armed yang


diperbantukan ke satuan pelambung dapat berpindah
kedudukan, agar dapat memberikan bantuan tembakan
yang maksimal.
107

(5) Peleton Perhubungan.Peleton Perhubungan


melaksanakan kegiatan yang sama dengan operasi GMUK.

(6) Peleton Peralatan. Kegiatan persiapan yang dilakukan


dalam rangka pelambungan sama dengan yang dilakukan
pada GMUK.

c) Bantuan administrasi.

(1) Peleton Polisi Militer. Kegiatan Satuan Polisi Militer


pada tahap persiapan sama dengan kegiatan tahap persiapan
pada operasi penerobosan.

(2) Peleton Kesehatan:

(a) kegiatan persiapan yang dilakukan dalam rangka


pelambungan sama dengan yang dilakukan pada tipe
operasi serangan lainnya;

(b) pelaksanaan latihan pendahuluan yang


dilaksanakan juga termasuk melaksanakan sinkronisasi
pemberian bantuan tembakan, sehingga menimbulkan
keyakan bagi pasukan yang terlibat; dan

(c) apabila diperlukan, Baterai Armed yang


diperbantukan ke satuan pelambung dapat berpindah
kedudukan, agar dapat memberikan bantuan tembakan
yang maksimal.

(3) Peleton Bekang. Persiapan Peleton Bekang dalam


mendukung operasi pelambungan sama dengan kegiatan
persiapan pada operasi serangan lainnya.

(4) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK;
dan

(5) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

d) Satuan bantuan Teritorial. Satuan Teritorial pada tahap


persiapan ini sama dengan yang dilakukan pada tahap Persiapan
GMUK.

e) Satuan Intelijen. Satuan Intelijen pada tahap persiapan ini


sama dengan yang dilakukan pada tahap Persiapan GMUK.

3) Tahap pelaksanaan.

a) Satuan tempur.

(1) Satuan Infanteri.


108

(a) Pelambungan tunggal:

i. satuan pelambung bergerak menyerang


secara cepat, sedangkan tindakan penyesatan
dapat digunakan untuk menutupi suara dan arah
gerakannya;

ii. satuan pengikat dan satuan pelambungan


dapat bersamaan atau berbeda waktu
pelaksanaannya. Waktu bagi serangan bantuan
biasanya lebih dulu untuk memperbesar satuan
penyesatan;

iii. tembakan persiapan dapat ditiadakan


berdasarkan kepentingan kerahasian, atau
disebabkan sasaran terbatas karena berada
pada petak serangan satuan pelambung. Jika
dilaksanakan tembakan persiapan maka harus
gencar dan dalam waktu yang pendek. Apabila
waktunya tidak bersamaan, serangan bantuan
dapat didahului oleh tembakan persiapan;

iv. satuan pelambung bergerak cepat dan


langsung menuju sasarannya, melintas-elak
pasukan musuh yang dapat menghambat.
Pasukan musuh tersebut dapat digulung dengan
tembakan atau oleh satuan cadangan yang
bergerak di belakang satuan pelambung
memelihara keamanan dengan melindungi
lambung yang terbuka;

v. serangan bantuan dan tembakan bantuan


mengikat musuh dalam posisi dan mencegah
penggunaan cadangan untuk menghadapi
satuan pelambung;

vi. jika musuh mencoba untuk memotong


gerakan satuan pelambung atau memperlebar
lambung di sebelahnya, maka Danyontimpur
dapat mengambil tindakan untuk menerobos
front musuh yang terlalu lebar tersebut. Dalam
kejadian ini dapat mengambil keuntungan dari
kelemahan yang terdapat pada musuh waktu
menghadapi pelambungan.Melakukan
pelambungan terhadap pertahanan musuh yang
melebar dapat mengakibatkan melebarnya
formasi secara berlebihan, atau terpencilnya
satuan pelambung dari serangan bantuan; dan

vii. Danyontimpur hendaknya selalu mencari


kesempatan yang baik untuk meperbesar hasil
denganmenggunakan cadangannya.Kesempatan
tersebut dapat terjadi dalam daerah serangan
109

pelambungan maupun bantuan.Jika cadangan


dikerahkan, maka harus menyusun cadangan
baru dengan segera.

(b) Pelambungan rangkap:

i. pelambungan rangkap dilaksanakan


dengan dua satuan pelambung dan satu satuan
pengikat. Hal ini memerlukan suatu keunggulan
yang besar mengenai daya tempur dan lebih
diperhatikan tentang kesulitan dalam
pengendaliannya. Pasukan yang melaksanakan
pelambungan rangkap harus mampu
mengembang dalam front lebar dalam
menghadapi musuh yang berada dalam front
yang sempit atau musuh yang mempunyai
kemampuan manuver terbatas;

ii. besarnya daya tempur yang diperlukan


untuk menyusun dan pasukan pelambung satu
pasukan serangan bantuan dan cadangan dapat
menghalangiYontimpur dalam ke-inginannya
untuk melaksanakan pelambungan Rangkap,
kecuali jika Yontimpur hanya menghadapi musuh
yang lemah. Serangan bantuan biasanya
dilancarkan dari depan;

iii. pelambungan terhadap satu lambung


dapat menciptakan keadaan yang
menguntungkan untuk beralih ke pelambungan
rangkap dengan cara pengerahan cadangan
bergerak menyerang lambung yang lain; dan

iv. pelambungan rangkap dapat mengisolasi


musuh yang berada di kedudukannya, untuk
kemudian dilanjutkan dengan pelingkaran.

(2) Kompi Kavaleri. Dapat dikerahkan untuk menyerang


lambung atau belakang musuh yang lemah dengan kecepatan
maneuver yang tinggi.

b) Satuan bantuan tempur.

(1) Baterai Armed dapat digunakan untuk:

(a) apabila dalam pelaksanaan pelambungan akan


dilakukan tembakan persiapan, maka dilaksanakan
dengan gencar dan dalam waktu yang singkat terhadap
sasaran inti dan senjata bantuan musuh;

(b) memberikan tembakan penyokong sesuai


dengan rencana tembakan yang telah direncanakan,
atau memberikan tembakan penyokong atas perintah.
110

Tembakan penyokong yang diberikan kepada serangan


bantuan juga ditujukan untuk memberikan perlindungan
terhadap satuan pelambung yang sedang bergerak
menuju kedudukan tempurnya, dengan memaksa musuh
berlindung di kedudukan pertahanannya;

(c) memberikan prioritas tembakan terhadap


permintaan dari satuan pelambung yang merupakan
serangan pokok. Tembakan juga diarahkan ke bagian
lambung dari serangan pokok yang tidak terlindung; dan

(d) apabila serangan pokok telah berhasil


melaksanakan tugasnya, tembakan penyokong
diarahkan ke arah kemungkinan pemunduran pasukan
musuh.

(2) Baterai Arhanud:

(a) Prioritas obyek yang dilindungi ditujukan kepada


pasukan pelambung yang melaksanakan serangan
pokok dengan menggunakan baterai Rudal Mobil.
Pasukan lain yang melaksanakan serangan bantuan dan
satuan bantem yang memberikan bantem untuk
mengikat musuh dengan menggunakan baterai rudal
manpads. Baterai meriam dapat digunakan untuk
melindungi posko dan pasukan cadangan; dan

(b) pada saat satbak sudah berada di kedudukan


yang telah direncanakan dan sudah siap tembak, maka
prosedur pengendalian operasi sudah dilaksanakan
dimulai dari pencarian, pengenalan, penjajakan sampai
dengan penghancuran sasaran. Ketentuan prosedur
pengendalian operasi satuan Arhanud sama seperti
pelaksanaan operasi GMUK.

(3) Flite Penerbad:

(a) memberikan bantuan tembakan langsung kepada


satuan pengikat, maupun satuan pelambung yang
merupakan prioritas;

(b) membantu pergerakan satuan pelambung melalui


pengintaian udara, tanpa meningkatkan kecurigaan
musuh atas kemungkinan gerakan satuan pelambung;
dan

(c) melaksanakan manuver oleh helikopter serang


dengan bantem penerbadnya dan helikopter serbu
dengan membawa pasukan dari satuan cadangan, yang
ditujukan terhadap lambung atau belakang musuh yang
lemah, serangan dilancarkan untuk mengikat musuh
pada posisinya, menutup letak serangan pokok dan
111

mengurangi kemampuan musuh, untuk melakukan


pelolosan maupun serbal.

(4) Kompi Zeni:

(a) SST I Zeni bergerak bersama dengan pasukan


pelambung dan pengikat dengan prioritas pengerahan
kekuatan pada pasukan pelambung;

(b) SST Zeni memberikan bantuan mobilitas kepada


pasukan pelambung dan pengikat dengan melaksanakan
tugas penerobosan perkuatan medan musuh,
penyeberangan, dan penghancuran Instalasi vital
musuh;

(c) membangun perkuatan medan secara gopoh


diantara daerah pelambungan dan di samping
kedudukan pertahanan musuh untuk melindungi
pasukan pelambung dari serangan balas musuh; dan

(d) membuat tiruan ranpur untuk mengikat kekuatan


musuh dan mengecoh konsentrasi musuh.

(5) Peleton Perhubungan.

(a) Pernika. Melaksanakan dukungan pernika dan


perlindungan elektronika.

(b) Komunikasi. Melaksanakan dukungan


komunikasi radio merupakan prioritas utama, dan
komunikasi data lebih dioptimalkan sebagai sarana alur
ganda.

(c) Konbekharstal:

i. konstruksi dilaksanakan bila


memungkinkan;

ii. pembekalan alhub dilaksanakan sesuai


perintah; dan

iii. instalasi repeater guna mendukung


kelancaran kodal.

(1) Peleton Peralatan melaksanakan tugas seperti pada


pelaksanaan operasi serangan pelambungan memperhatikan
kesiapan peralatan (materiil) yang digunakan pasukan yang
melakukan operasi pelambungan senantiasa dapat melakukan
pembekalan dengan baik dan kesiapan lainya dengan materiil
yang telah disiapkan koordinasikan satuan pal daerah/wilayah
sangat diperlukan guna kecepatan perbaikan dan perawatan
materiil yang diperlukan. bila tidak memungkinkan maka
112

kekuatan daerah lainnya akan digunakan. Adapun tugas yang


dilaksanakan sebagai berikut:

(a) melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan


materiil ranpur/rantis;

(b) melaksanakan penggantian senjata perorangan


yang rusak dengan senjata persediaan (maintenance
float);

(c) melaksanakan pembekalan ulang munisi secara


cepat dan tepat dengan berkoordinasi dengan unsur
Bekang mengenai angkutan munisi;

(d) melaksanakan evakuasi ranpur/rantis yang


memerlukan perbaikan lebih lanjut ke eselon
pemeliharaan yang lebih tinggi; dan

(e) menerima, mengamankan, meneliti dan


menyebarkan informasi teknis mengenai materiil
peralatan musuh hasil rampasan atau dikirimkan ke
instalasi pemeliharaan yang lebih tinggi.

c) Satuan bantuan administrasi.

(1) Peleton Polisi Militer. Kegiatan yang dilakukan oleh


peleton Polisi Militer sama tahap pelaksanaan sama seperti
operasi lainnya.

(2) Peleton Kesehatan:

(a) personel kesehatan yang terlibat dalam pasukan


pelambung maupun pengikat melakukan longdarlap
terhadap korban tempur;

(b) korban tempur yang telah mendapatkan


longdarlap dikumpulkan di titik kumpul korban yang telah
ditentukan untuk dibawa ke poslongyon;

(c) korban tempur yang berada di Poslongyon dan


memerlukan perawatan lanjutan akan dievakuasi rumah
sakit sandaran; dan

(d) berkoordinasi dengan Flite Penerbad jika


memerlukan evakuasi medis udara.

(3) Peleton Bekang:

(a) menerima, menyimpan, memelihara, dan


mengeluarkan bekal atas perintah;
113

(b) melaksanakan kegiatan pelayanan jasa


intendans (dapur lapangan, mess lapangan, dan MCK
lapangan);

(c) melaksanakan kegiatan pelayanan jasa angkutan


darat dengan melakukan pergeseran personel ke titik
yang ditentukan, pendorongan bekal materiil serta
pengangkutan korban dengan berkoordinasi secara terus
menerus dengan kasi brigade terkait;

(d) melaksanakan kegiatan pelayanan Jasa


angkutan air dengan menggunakan sarana alat angkutan
air/LCR bila dibutuhkan dalam rangka pelambungan;

(e) melaksanakan kegiatan jasa perbekud pada giat


distribusi bekal dengan menggunakan helikopter
bekerjasama dengan Flite penerbad;

(f) memberikan asistensi teknis kepada pengguna


tentang penggunaan, pemeliharaan dan penimbunan
bekal di lapangan;

(g) menyelenggarakan kegiatan administrasi yang


berkaitan dengan pembekalan, pelayanan jasa
Intendans, dan Angkutan;

(h) menentukan prioritas pengeluaran bekal sesuai


ketentuan;

(i) melaksanakan pendistribusian bekal di titik


distribusi bekal dan titik distribusi satuan;

(j) mengawasi, melaksanakan muat/ bongkar,


penimbunan dan pendistribusian; dan

(k) mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan


dukungan pembekalan, pelayanan jasa intendan dan
angkutan.

(4) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan GMUK;
dan

(5) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan GMUK.

d) Satuan bantuan teritorial. Satuan teritorial pada tahap


pelaksanaan ini sama dengan yang dilakukan pada tahap
Pelaksanaan GMUK.

e) Satuan intelijen. Satuan intelijen pada tahap pelaksanaan ini


sama dengan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan GMUK.
114

3) Tahap pengakhiran.

a) Satuan tempur.

(1) Satuan Infanteri:

(a) pelambungan berakhir apabila seluruh pasukan


pelambungan telah musuh telah berhasil
menghancurkan musuh dan tiba di BGM yang
ditentukan;

(b) kegiatan yang dilaksanakan sama seperti pada


pelaksanaan operasi lainnya pada tahap pengakhiran;
dan

(c) apabila diperlukan, pasukan pelambung segera


melaksanakan reorganisasi untuk melaksanakan tugas
pengejaran.

(2) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang


sama seperti pada tahap pengakhiran GMUK.

b) Satuan bantuan tempur.

(1) Melaksanakan kegiatan yang sama dengan tahap


pengakhiran operasi GMUK.
Peleton P(1) Baterai Armed:

(a) kegiatan yang dilaksanakan sama seperti pada


pelaksanaan operasi lainnya pada pengakhiran operasi;
dan

(b) apabila diperlukan, baterai armed segera


melaksanakan pindah kedudukan stelling untuk
melaksanakan tugas pengejaran.

(2) Baterai Arhanud. Melaksanakan kegiatan yang sama


dengan tahap pengakhiran operasi GMUK.

(3) Flite Penerbad. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Flite


Penerbad sama dengan pada tahap pengakhiran operasi
serangan lainnya.

(4) Kompi Zeni. erhubungan.Melaksanakan kegiatan yang


sama dengan tahap pengakhiran operasi GMUK.

(5) Peleton Peralatan. Adapun kegiatan Peleton peralatan


pada tahap pengakhiran secara umum sama dengan kegiatan
pada operasi serangan sebelumnya.
115

c) Satuan bantuan administrasi:

(1) Peleton Polisi Militer. Melaksanakan kegiatan yang


sama dengan tahap pengakhiran operasi GMUK;

(2) Peleton Kesehatan. Melaksanakan kegiatan yang sama


dengan tahap pengakhiran operasi GMUK;

(3) Peleton Bekang.Melaksanakan kegiatan yang sama


dengan tahap pengakhiran operasi GMUK; dan

(4) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK;
dan

(5) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK.

d) Satuan bantuan teritorial. Satuan teritorial pada tahap


pengakhiran ini sama dengan yang dilakukan pada tahap pengakhiran
GMUK.

e) Satuan intelijen. Satuan intelijen pada tahap pengakhiran ini


sama dengan yang dilakukan pada tahap pengakhiran GMUK.

e. Peningkaran.

1) Tahap perencanaan.

a) Susunan pasukan:

(1) pasukan peningkaran melaksanakan tugasnya melalui


operasi lintas udara maupun operasi mobil udara, sehingga
dalam penyusunannya sama dengan organisasi pasukan
dalam operasi lintas udara ataupun operasi mobil udara. Terdiri
dari pasukan penyerang depan dan cadangan, dengan
perkuatannya, yang dapat terdiri dari Infanteri Raider/Para
Raider/Mekanis Raider, Kavaleri, Zeni, Arhanud, Perhubungan,
Peralatan, Kesehatan maupun Armed,dan Penerbad. Untuk
satuan infanteri mekanis dan kavaleri karena memiliki mobilitas
dan daya tembak yang tinggi untuk mendekat ke kedudukan
tempur musuh maka dapat dijadikan sebagai pasukan
penyerang depan dan cadangan;

(2) pasukan peningkaran beroperasi jauh dari induk


pasukannya dan berada di daerah yang dikuasai oleh musuh,
sehingga harus memiliki mobilitas, daya tembak, dan daya
gempur yang tinggi. Sehingga sangat diutamakan pasukan
peningkaran merupakan pasukan yang memiliki kemampuan
khusus dan diperlengkapi dengan senjata bantuan yang kuat;
dan
116

(3) apabila memungkinkan pasukan peningkaran dapat


diperkuat dengan ranpur/rantis dan senjata armed yang dapat
diangkut dengan menggunakan pesawat terbang ataupun
helikopter.

b) Alat kendali:

(1) alat kendali dalam peningkaran sama dengan alat


kendali pada operasi serangan lainnya, seperti DP, GA, JS,
dan sasaran; dan

(2) selain itu perlu ditentukan alat koordinasi bantuan


tembakan seperti GKT, GKBT, maupun GB.

c) Satuan tempur.

(1) Satuan Infanteri.

(a) Tugas-tugas yang dapat diberikan kepada


pasukan peningkaran antara lain:

i. merebut suatu kedudukan dan


mempertahankannya dalam kurun waktu tertentu;

ii. menghambat dan menghancurkan musuh


yang sedang melaksanakan pemunduran; dan

iii. menghentikan dan menghancurkan


bantuan logistik maupun perkuatan untuk musuh
dari induk pasukannya.

(b) Pasukan peningkaran dapat bersifat statis


mempertahankan suatu daerah tertentu, ataupun
bersifat mobil guna memperoleh hasil yang ingin
dicapai.

(c) Tugas yang akan dilaksanakan oleh pasukan


peningkar perlu direncakan dengan teliti menjamin guna
keberhasilan pelaksanaan peningkaran. Perencanaan
yang dibuat antara lain:

i. rencana pertahanan di daerah sasaran


peningkaran, atau rencana operasi di daerah
sasaran;

ii. rencana penggabungan dengan induk


pasukan; dan

iii. rencana pemunduran/ekstraksi pasukan.


117

Skema 8 Peningkaran

iv. setelah perencanaan taktis darat disusun,


selanjutnya direncanakan pergerakan pasukan
peningkaran dari titik embarkasi sampai dengan
titik drop. Perencanaan yang dilakukan sama
seperti kegiatan perencanaan pada operasi linud
maupun mobud;

v. apabila pasukan peningkaran akan segera


melakukan operasi penggabungan dengan induk
pasukan, maka tugas yang diberikan adalah
merebut dan menduduki suatu kedudukan.
Setelah operasi penggabungan dilaksanakan,
pasukan peningkaran dapat dikerahkan untuk
melaksanakan tugas lainnya; dan

vi. perencanaan dibidang administrasi dan


logistik perlu direncanakan secara cermat. Terkait
dengan hal itu hal-hal yang menyangkut
administasi dan logistik yang perlu direncanakan
adalah; pembekalan ulang dukungan logistik,
pemeliharaan dan perbaikan perlengkapan,
perawatan dan evakuasi medis, pencatatan
korban/kubur, dan perlakuan terhadap tawanan
perang.

(2) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang


sama seperti pada tahap perencanaan GMUK.

d) Satuan bantuan tempur.


118

(1) Baterai Armed. Baterai Armed membuat rencana


bantuan tembakan untuk mendukung serangan pokok dan
serangan bantuan dengan mengoordinasikan penggunaan
seluruh sarana Bantem. Daerah operasi pasukan peningkaran
yang berada jauh dari induk pasukan memerlukan
perencanaan penggunaan senjata bantuan Armed dengan
jarak capai yang jauh, sehingga dapat memberikan bantuan
tembakan kepada pasukan peningkaran. Apabila kedudukan
pasukan peningkaran tidak dicapai oleh senjata Armed yang
ada, maka perlu dipertimbangkan penggunaan senjata Armed
yang cukup ringan untuk dipindahkan melalui udara.

(2) Baterai Arhanud:

(a) peningkaran adalah variasi dari pelambungan.


perencanaan pada peningkaran secara umum sama
dengan kegiatan pada tahap perencanaan
pelambungan. Satuan Menggunakan baterai rudal
manpads dan baterai meriam dalam rangka
memberikan perlindungan udara; dan

(b) Danrai menentukan prioritas objek rawan yang


harus dilindungi dari serangan udara musuh. Obyek
rawan yang harus dilindungi yaitu pasukan peningkar
yang bergerak meningkar, pasukan penahan, satuan
bantem, posko, dan pasukan cadangan.

(3) Flite Penerbad. Jaraknya yang jauh dan berada di


daerah yang dikuasai musuh, sehingga menghambat bantuan
tembakan yang diberikan oleh helikopter serang. Bantuan
tembakan dari udara yang memungkinkan hanya melalui
pesawat sayap tetap TNI AU.

(4) Kompi Zeni. Kompi Zeni merencanakan bantuan Zeni


pada operasi peningkaran harus mempertimbangkan
penggunaan alutsista dan peralatan Zeni yang bersifat portabel
dan mobilisabel, sehingga akan memudahkan pergerakan ke
daerah peningkaran baik melalui jalur darat atau jalur udara.
Kompi Zeni direncanakan untuk dilibatkan dalam membangun
perkuatan medan pada suatu medan kritik yang akan
digunakan sebagai basis operasi serta membantu gerak maju
pasukan peningkar saat melakukan serbuan ke sasaran.

(5) Peleton Perhubungan. Peleton Perhubungan melakukan


perencanaan seperti pada pelaksanaan operasi serangan
lainnya. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi
pasukan peningkaran untuk terus dapat berhubungan dengan
induk pasukannya, ataupun dengan aset udara dalam rangka
pemberian bantuan ataupun urusan administrasi dan logistik.
119

(6) Peleton Peralatan. Apabila pelaksanaan operasi


peningkaran akan berjalan dalam kurun waktu yang lama,
maka diperlukan upaya untuk melakukan pemeliharaan
terhadap alat perlengkapan yang dibawa, sehingga peleton
peralatan harus merencanakan dengan teliti. Menyiapkan
berbagai materiil yang diperlukan dan tenaga ahli yang
diperlukan dengan memperhatikan bidang persenjataan yang
digunakan satuan.
Timpal/Timhar mobil senantiasa membawa sucad yang
diperlukan tersebut dan yang paling penting PeletonPeralatan
dapat bergerak sendiri tidak membebani satuan yang sedang
melaksanakan kegiatan operasi.

e) Satuan bantuan administrasi.

(1) Peleton Polisi Militer. Kegiatan yang dilakukan sama


seperti pada tahap perencanaan GMUK.

(2) Peleton Kesehatan. Merencanakan dukungan


perbekalan ulang, sehingga pasukan peningkaran tetap dapat
melakukan tugasnya secara berkelanjutan peleton Kesehatan
yang tergabung dalam pasukan peningkaran harus memiliki
kemampuan untuk melaksanakan perawatan medis secara
mandiri dan prosedur evakuasi medis lewat udara perlu
ditetapkan mengingat kemungkinan jumlah korban cukup
banyak dan jaraknya yang jauh.

(3) Peleton Bekang. Peleton Bekang merencanakan


kegiatan yang akan dilakukan seperti pada saat pelaksanaan
operasi serangan lainnya. Dalam hal ini perencanaan
dukungan logistik perlu disusun dengan teliti, antara lain:

(a) dukungan perbekalan harus mempertimbangkan


bekal yang dibawa merupakan kebutuhan vital yang
tidak mengurangi kemampuan mobilitas pasukan
peningkaran; dan

(b) merencanakan dukungan perbekalan ulang,


sehingga pasukan peningkaran tetap dapat melakukan
tugasnya secara berkelanjutan.

(4) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK;
dan

(5) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

f) Satuan bantuan teritorial. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

g) Satuan intelijen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.
120

2) Tahap persiapan.

a) Satuan tempur.

(1) Satuan Infanteri:

(a) kegiatan persiapan yang dilaksanakan oleh


pasukan peningkaran sama dengan pelaksanaan
operasi serangan lainnya;

(b) pasukan peningkaran bergerak menuju titik


embarkasi/marshailing area untuk menaiki pesawat dan
selanjutnya bergerak menuju titik pengedropan; dan

(c) pemberangkatan bisa dilakukan dalam satu kali


jalan, ataupun dalam beberapa sorty berdasarkan
pertimbangan TUMMPAS dan dukungan alat angkut
yang tersedia.

(2) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang


sama seperti pada tahap persiapan GMUK.

b) Satuan bantuan tempur.

(1) BateraiArmed. Kegiatan persiapan yang dilaksanakan


oleh Baterai Armed sama dengan pelaksanaan operasi
serangan lainnya.

(2) Baterai Arhanud yang terlibat melakukan persiapan


sama dengan persiapan yang dilakukan pada saat GMUK.
Prioritas obyek diberikan kepada satuan manuver dan satuan
banpur yang dipersiapkan untuk mengikuti serangan pokok.

(3) Flite Penerbad. Pasukan peningkaran bergerak menuju


titik embarkasi/marshailing area untuk menaiki pesawat udara
dan selanjutnya bergerak menuju titik pengedropan,
pemberangkatan bisa dilakukan dalam satu kali jalan, ataupun
dalam beberapa sorty berdasarkan pertimbangan TUMMPAS
dan dukungan pesawat udara yang tersedia, dengan
mempertimbangkan:

(a) bilabatas daerahoperasi tidak jelas atau


beroperasijauh dari basis pokok, maka perlu
logistikdepan. Disana disimpan sebagian perbekalan
sebagai stok/cadangan untuk keperluan operasi;

(b) Danyontimpurbeserta Danflite Penerbad


dapat mengoordinasikan dan menyelesaikan hal-
halpenting yang meliputi:

i. formasi;
ii. ketinggian;
iii. rute;
121

iv. koridor udara;


iv. mengarahkan tembakan penindasan;
v. pengendalian arah terbang; dan
vi. rencana cadangan.

(c) pasukan dan perlengkapandisusun dengan


memperhatikan keutuhan taktis dankecepatan
pengangkutan; dan

(d) pasukan, perlengkapan, dan perbekalan


yang harus dimuat sesuai dengan nomor (chalk
number) pada helikopter.

(4) Kompi Zeni. Melakukan kegiatan sama seperti pada


tahap persiapan GMUK.

(5) Peleton Perhubungan.Peleton Perhubungan


melaksanakan kegiatan yang sama dengan operasi
penerobosan.

(6) Peleton Peralatan. Kegiatan persiapan Peleton


peralatan yang dilaksanakan dalam rangka operasi
peningkaran sama dengan yang dilakukan pada GMUK.

c) Satuan bantuan administrasi.

(1) Peleton Polisi Militer:

(a) mempersiapkan personel, kendaraan,


perlengkapan dan peralatan yang akan digunakan untuk
mendukung pelaksanaan pengawalan selama operasi
peningkaran;

(b) melaksanakan latihan pendahuluan di DP,


terutama terkait dengan pelaksanaan penjemputan
tawanan perang; dan

(c) melaksanakan pengawasan/penegakan terhadap


kemungkinan pelanggaran hukum, disiplin, dan tata
tertib oleh pasukan sendiri selama berada di DP.

(2) PeletonKesehatan:

(a) kegiatan persiapan yang dilaksanakan oleh


pasukan peningkaran sama dengan pelaksanaan
operasi serangan lainnya;

(b) pasukan peningkaran bergerak menuju titik


embarkasi/marshailing area untuk menaiki pesawat dan
selanjutnya bergerak menuju titik pengedropan; dan
122

(c) pemberangkatan bisa dilakukan dalam satu kali


jalan, ataupun dalam beberapa sorty berdasarkan
pertimbangan tummpas dan dukungan alat angkut yang
tersedia.

(3) Peleton Bekang.Kegiatan Peleton Bekang pada


persiapan operasi peningkaran dilaksanakan sama seperti
pada operasi lainnya.

(4) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap persiapan GMUK; dan

(5) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap persiapan GMUK.

d) Satuan bantuan teritorial. Satuan Intelijen pada tahap


persiapan ini sama dengan yang dilakukan pada tahap persiapan
GMUK.

e) Satuan Intelijen. Satuan Intelijen pada tahap persiapan ini


sama dengan yang dilakukan pada tahap persiapan GMUK.

3) Tahap pelaksanaan.

a) Satuan tempur.

(1) Satuan Infanteri:

(a) prasyarat utama keberhasilan peningkaran


adalah pergerakan menuju daerah sasaran tanpa terjadi
kerugian yang besar dan tersedianya kekuatan tempur
serta perbekalan yang mencukupi. Guna mendukung
pergerakan dibutuhkan antara lain : keunggulan udara
berada ditangan sendiri, informasi yang akurat,
pemberian tekanan pada musuh, dan memiliki
keunggulan mobilitas;

(b) begitu tiba di daerah pengedropan, pasukan


peningkaran bergerak dengan cepat dan berupaya
menghindari kontak dengan musuh sampai sasaran
dapat direbut dan dikuasai. Cara untuk melakukan hal
tersebut adalah menghindari kedudukan pertahanan
musuh;

(c) musuh yang terancam oleh pelaksanaan


peningkaran akan menugaskan pasukan cadangannya
untuk berhadapan, sehingga mereka terpaksa
berpindah kedudukan yang memudahkan menjadi
sasaran bagi tembakan bantuan pasukan kawan, selain
itu mereka akan bertempur di daerah yang tidak
dipersiapan.
123

Pasukan peningkar harus bergerak secara cepat guna


mencegah musuh menempati kedudukan yang
dipersiapkan di daerah belakang, sementara itu induk
pasukan yang menyerang dari arah depan mencegah
musuh membentuk pasukan cadangan yang baru;

(d) musuh kemungkinan akan melakukan serangan


balas guna memotong dan menghancurkan pasukan
peningkaran. Dalam hal ini, pasukan peningkaran harus
mengeluarkan satuan pengamannya, guna melakukan
pertahanan daerah maupun mobil, sampai pasukan
peningkar selesai melaksanakan tugasnya; dan

(e) musuh kemungkinan juga akan melaksanakan


pengunduran ke kedudukan berikutnya di bagian
belakang yang tidak terancam.

(2) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan peningkaran atas


perintah Danyontimpur untuk menyerang lambung atau
punggung musuh.

b) Satuan bantuan tempur.

(1) Baterai Armed. Pakorbantem mengoordinasikan


penggunaan seluruh sarana bantuan tembakan untuk satuan
peningkar, baik yang berasal dari satuan sendiri, atau dari
pesawat udara (banudtis) maupun bantuan tembakan kapal
(BTK) sesuai dengan rencana bantuan tembakan yang telah
dibuat. Baterai Armed memberikan bantuan tembakan dengan
menggunakan meriam/roket yang memiliki jarak capai yang
jauh, atau senjata Armed yang tergabung dalam pasukan
peningkaran. Bantem untuk membantu satuan yang
melakukan serangan pokok meliputi tembakan pendahuluan,
tembakan persiapan, tembakan penyokong dan tembakan
konsolidasi sedangkan tembakan untuk membantu satuan
yang melaksanakan serangan bantuan adalah atas
permintaan.

(2) Baterai Arhanud. Baterai Arhanud memberikan


perlindungan udara selama pelaksanaan pelambungan. Pada
saat Satbak sudah berada di kedudukan yang telah
direncanakan dan sudah siap tembak, maka prosedur
pengendalian operasi sudah dilaksanakan dimulai dari
pencarian, pengenalan, penjajakan sampai dengan
penghancuran sasaran. Ketentuan prosedur pengendalian
operasi Baterai Arhanud sama seperti tahap pelaksanaan
GMUK.

(3) Flite Penerbad. Flite Penerbad dapat dikerahkan untuk


memberikan bantuan tembakan langsung, akan tetapi dalam
pengerahannya perlu dipertimbangkan kemampuan waktu
terbang dan kemampuan pertahanan udara yang dimiliki oleh
musuh.
124

(4) Kompi Zeni. Kompi Zeni dikerahkan untuk


melaksanakan pekerjaan perkuatan medan pada medan kritik
yang dipilih untuk menjadi basis operasi peningkaran serta
membangun jalan pendekat ke sasaran. Selama serbuan
satuan Zeni bertugas memperlancar gerak maju pasukan
kawan dengan melakukan penghancuran terhadap perkuatan
medan musuh dan cegah pakai terhadap instalasi vital musuh.
Setelah sasaran dapat direbut oleh pasukan peningkar, maka
satuan Zeni melaksanakan pembuatan rintangan untuk
melindungi pasukan kawan dari serangan balik pasukan
musuh.

(5) Peleton Perhubungan. Peleton Perhubungan melakukan


kegiatan seperti pada pelaksanaan operasi serangan lainnya,
terutama dalam memelihara jalur komunikasi pasukan
peningkaran untuk memudahkan dalam komando dan
pengendalian, termasuk diantaranya melakukan pernika
defensif.

(6) Peleton Peralatan. Perencanaan penggunaan Peleton


Peralatan dalam operasi pelingkaran harus dapat mendukung
satuan yang melingkar secara mobil dengan unsur-unsur yang
sangat diperlukan saja. Adapun tugas yang dilaksanakan
sebagai berikut:

(a) melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan


materiil ranpur/rantis;

(b) melaksanakan penggantian senjata perorangan


yang rusak dengan senjata persediaan (maintenance
float);

(c) melaksanakan pembekalan ulang munisi secara


cepat dan tepat dengan berkoordinasi dengan unsur
Bekang mengenai angkutan munisi;

(d) melaksanakan evakuasi ranpur/rantis yang


memerlukan perbaikan lebih lanjut ke eselon
pemeliharaan yang lebih tinggi; dan

(e) menerima, mengamankan, meneliti, dan


menyebarkan informasi teknis mengenai materiil
peralatan musuh hasil rampasan atau dikirimkan ke
instalasi pemeliharaan yang lebih tinggi.

c) Satuan bantuan administrasi:

(1) Peleton Polisi Militer. Kegiatan yang dilakukan oleh


Peleton Polisi Militer pada tahap perencanaan sama seperti
operasi lainnya;
125

(2) Peleton Kesehatan. Peleton Kesehatan yang tergabung


dengan pasukan peningkaran melaksanakan pertolongan
darurat dilapangan dan korban disingkirkan ke tempat yang
aman atau di titik kumpul kompi dan melaksanakan evakuasi
medis sesuai prosedur yang berlaku;

(3) Peleton Bekang. Peleton Bekang melaksanakan


kegiatan yang serupa dengan kegiatan pada saat pelaksanaan
operasi sama seperti tahap pelaksanaan GMUK.

4) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan GMUK;
dan

(4) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan GMUK.

d) Satuan bantuan teritorial.Melaksanakan kegiatan yang sama


pada tahap pelaksanaan GMUK.

e) Satuan intelijen.Melaksanakan kegiatan yang sama pada


tahap pelaksanaan GMUK.

4) Tahap pengakhiran.

a) Satuan tempur.

(1) Satuan Infanteri. Setelah sasaran dapat direbut,


pasukan peningkaran melanjutkan operasi selanjutnya sesuai
yang direncanakan.

(a) apabila melaksanakan tugas pertahanan,


pasukan peningkaran akan bertahan di sasaran yang
telah direbut sampai induk pasukan dapat merebut
kedudukan pertahanan musuh dan bergerak mendekat
ke sasaran peningkaran di daerah belakang pertahanan
musuh. Selanjutnya pasukan peningkaran melakukan
operasi penggabungan dengan induk pasukannya; dan

(b) apabila melaksanakan tugas untuk terus


bergerak, pasukan peningkaran akan terus
melaksanakan patroli tempur dalam jangka waktu
tertentu, sampai ada perintah untuk melaksanakan
ekstraksi/lepas libat, kembali ke daerah yang dikuasai
oleh pasukan kawan.

(2) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang


sama seperti pada tahap pengakhiran gmuk.

b) Satuan bantuan tempur:

(1) Baterai Armed. Melaksanakan kegiatan seperti pada


GMUK pada pengakhiran operasi;
126

(2) Baterai Arhanud. Melakukan kegiatan pengakhiran


sama dengan pengakhiran yang dilakukan pada saat GMUK,
dengan tetap tetap memberikan perlindungan udara untuk
melindungi satuan tempur, satbanpur, satbanmin, posko, atau
objek rawan lainnya sesuai prioritas berdasarkan faktor
tummpas;

(3) Flite Penerbad. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Flite


Penerbad sama dengan pada tahap pengakhiran operasi
serangan lainnya;

(4) Kompi Zeni. Melaksanakan kegiatan sama seperti pada


GMUK pada pengakhiran operasi;

(5) Peleton Perhubungan.Melaksanakan kegiatan sama


seperti pada GMUK pada pengakhiran operasi; dan

(6) Peleton Peralatan.Adapun kegiatan Peleton peralatan


pada tahap pengakhiran secara umum sama seperti pada
GMUK pada pengakhiran operasi.

c) Satuan bantuan administrasi:

(1) Peleton Polisi Militer. Melaksanakan kegiatan yang


sama dengan tahap pengakhiran operasi lainnya;

(2) Peleton Kesehatan. Melaksanakan kegiatan yang sama


dengan tahap pengakhiran operasi GMUK;

(4) Peleton Bekang.Kegiatan yang dilaksanakan oleh


satuan Bekangsama dengan pada tahap pengakhiran GMUK;

(5) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK;
dan

(6) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK.

d) Satuan bantuan teritorial. Satuan bantuan teritorial pada tahap


pengakhiran ini sama dengan yang dilakukan pada tahap pengakhiran
GMUK.

e) Satuan intelijen. Satuan intelijen pada tahap pengakhiran ini


sama dengan yang dilakukan pada tahap pengakhiran GMUK.

f. Pelingkaran.

1) Tahap perencanaan.

a) Susunan pasukan.
127

(1) Secara umum susunan pasukan dalam pelingkaran


disusun sebagai berikut:

(a) Kelompok komando Yontimpur;

(b) Satuan bantuan tembakan, yang terdiri dari


Baterai Armed, maupun Penerbad;

(c) Satuan pelingkar. Terdiri dari pasukan yang


memiliki tingkat mobilitas tinggi, antar lain Kavaleri,
Infanteri Mekanis, Dan Penerbad, berada pada bagian
lapis luar pelingkaran;

(d) Satuan penutup. Bertugas untuk melaksanakan


penutupan gerakan musuh yang terisolir dan berada
pada lapis dalam pelingkaran; dan

(e) Satuan penyerbu. Dapat terdiri dari kompi


kavaleri, infanteri, dan diperkuat dengan Zeni.

(2) Apabila tugas pasukan pelingkaran hanya melakukan


pengepungan terhadap suatu sasaran, maka keberadaan
satuan penyerbu tidak diperlukan.

(3) Apabila masih terdapat upaya musuh untuk melakukan


perkuatan, ataupun berupaya untuk melepaskan pasukan
musuh yang terkepung, maka satuan pelingkar terdiri dari 2
(dua) lapis. Lapis pertama merupakan lapisan luar yang
bertugas untuk menghalangi pasukan musuh yang
memperkuat untuk mendekati pasukan musuh yang terkepung.
Lapis kedua adalah lapisan dalam yang mengawasi pasukan
musuh yang telah terkepung.

(4) Apabila pengepungan berlangsung dalam jangka waktu


yang lama, maka pasukan pelingkaran juga menugaskan
satuan pengintaian paksa, guna memelihara kontak dengan
musuh dan mencari informasi tentang kemungkinan reaksi
musuh terhadap pengepungan yang dilakukan.

b) Alat kendali:

(1) alat kendali dalam pelaksanaan pelingkaran sama


dengan pelaksanaan operasi serangan lainnya, terutama
pelambungan; dan

(2) selain itu diperlukan alat koordinasi dan pembatas


(alkortas) bantuan tembakan, berupa daerah larangan tembak
(DLT) yaitu daerah larangan untuk ditembak oleh armed di
perbatasan antara satuan pelingkar luar dan pelingkar dalam,
serta daerah tembakan bebas (DTB) yaitu daerah bebas untuk
memberikan tembakan tanpa harus melakukan koordinasi
dengan pasukan kawan, yang mencakup daerah tempat
pasukan musuh telah terkepung.
128

c) Satuan tempur.

(1) Satuan Infanteri.

(a) Pelingkaran memerlukan pasukan dalam jumlah


yang besar dan komposisi yang memadai. Diperlukan
waktu yang lama dan momentumnya lebih lambat.

(b) Pelingkaran terdapat 2 babak, yakni:

i. babak I, melaksanakan pelingkaran yang


mengakibatkan pasukan musuh terisolasi; dan

ii. babak II, aksi terhadap pasukan yang


terkepung. Aksi yang dilakukan terdapat dua
alternatif, alternatif pertama adalah pasukan
pelingkaran hanya mengisolasi musuh dan
alternatif kedua menghancurkan musuh yang
telah terisolasi.

(c) Apabila pelingkaran hanya ditujukan untuk


mengisolasi musuh, perencanaan harus mengandung
hal-hal sebagai berikut:

i. penyusunan komposisi personel dan


persenjataan yang memadai untuk melakukan
dan mempertahankan kontak dengan musuh;

ii. tetap menjaga musuh terisolasi dan tidak


dapat mendapatkan bantuan intelijen, logistik dan
bantuan tembakan dari pasukan musuh yang
berada di luar daerah pelingkaran;

iii. penggunaan pasukan pengintai untuk


mendapatkan informasi tentang kemampuan
pasukan musuh yang terkepung dan
kemungkinan aksi yang akan dilakukan oleh
musuh; dan

iv. memelihara keleluasaan bergerak.

(d) Apabila pelingkaran hanya untuk mengisolasi


musuh, maka perencanaan yang dilakukan sama
dengan perencanaan operasi pertahanan. Sedangkan
apabila pelingkaran dilanjutkan dengan penghancuran,
maka perencanaan yang dilakukan sama dengan
operasi serangan lainnya.

(e) Perencanaan pelingkaran yang dilakukan


berdasarkan kepada beberapa kemungkinan aksi yang
dilakukan oleh musuh, antara lain:
129

i. menurunnya moral pasukan musuh yang


terkepung dan tidak melakukan upaya yang
maksimal;

ii. akan tetapi apabila dibiarkan, maka moril


pasukan musuh tinggi, mereka akan berupaya
untuk melepaskan diri dari isolasi, serta
mendapatkan perkuatan dari induk pasukannya;
dan

iii. musuh juga akan berupaya melakukan


serangan terhadap bagian lambung dan daerah
belakang dari pasukan pelingkaran.

(f) Pelingkaran harus dapat mengurangi


kemampuan musuh dan mencegah musuh
mendapatkan dukungan bekal ulang, atau mendapatkan
logistik dari wilayah sekitar.

(2) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang


sama seperti pada tahap perencanaan GMUK.

d) Satuan bantuan tempur.

(1) Baterai Armed. Perencanaan penggunaan Armed


didasarkan kepada tujuan dilakukannya pelingkaran. Apabila
pelingkaran ditujukan hanya untuk mengisolasi musuh, maka
tembakan Armed direncanakan selain untuk menembaki posisi
musuh, tetapi juga mencegah upaya musuh untuk melepaskan
pasukannya yang terisolasi. Apabila nantinya pelingkaran akan
menghancurkan musuh, maka bantuan tembakan yang
diberikan merupakan atas permintaan. Penggunaan jenis
munisi pintar/precision-guided munitions sangat diutamakan
guna memastikan kehancuran dari pihak musuh dan
mengurangi kemungkinan jatuhnya korban dari pihak sendiri.

(2) Baterai Arhanud. Kegiatan sama seperti pada tahap


perencanaan GMUK.

(3) Flite Penerbad. Flite Penerbad selain direncanakan


untuk membantu pemberian tembakan secara langsung
terhadap posisi musuh, tetapi direncanakan untuk membantu
satuan pelingkar melaksanakan tugasnya terutama pada
bagian medan yang tidak dapat dicapai oleh Ranpur dan
Rantis.

(4) Kompi Zeni. Kompi Zeni merencanakan menghambat


dan melokalisir gerak maju pasukan musuh yang telah berhasil
dikepung melingkar, sehingga mampu memberi keleluasaan
pada pasukan kawan dalam pelaksanaan operasi selanjutnya.
Pelibatan kompi Zeni direncanakan untuk operasi pelingkaran
untuk mengisolasi musuh dan operasi pelingkaran untuk
mengisolasi dan menghancurkan musuh.
130

(5) Peleton Perhubungan. Melaksanakan kegiatan seperti


tahap perencanaan GMUK.

(6) Peleton Peralatan. Peleton Peralatan Perencanaan


penggunaan Baterai Peralatan dalam operasi pelingkaran
harus dapat mendukung satuan yang melingkar secara mobil
dengan unsur-unsur yang sangat diperlukan saja. Adapun
langkah langkah dalam perencanaan sama dengan operasi
serangan lainnya terutama pada saat pelambungan.

e) Satuan bantuan administrasi. Perencanaan dari penggunaan


satuan bantuan administrasi sama dengan perencanaan operasi
GMUK.

f) Satuan bantuan teritorial. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

g) Satuan intelijen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

3) Tahap persiapan. Kegiatan pada tahap persiapan sama dengan


pelaksanaan operasi pelambungan.

4) Tahap pelaksanaan.

a) Satuan tempur (satuan Infanteri dan Kompi Kavaleri).

(1) Babak I, mengisolasi musuh.

(a) Sedapat mungkin satuan pelingkar bergerak


dengan cepat dan lebih dahulu menguasai medan kritik
(jembatan, lembah, ngarai dll) yang dapat membantu
mengisolasi musuh. Apabila sulit untuk menandingi
kecepatan bergerak musuh, satuan penyerbu
memberikan tekanan guna memaksa musuh bertempur
pada posisi yang tidak menguntungkan dan
menghambat gerak majunya.

(b) Gerakan untuk mengepung musuh, dilakukan


minimal dari dua arah yang berbeda dan kegiatan isolasi
dimulai ketika dua gerakan mengepung telah saling
bertemu, serta gerak maju musuh telah terhenti.

(c) Perbedaan jarak saat gerakan pengepungan


akan terjadi disebabkan oleh faktor tummpas. Musuh
akan senantiasa memanfaatkan celah yang terjadi untuk
dapat meloloskan diri dari pengepungan. Sehingga
upaya untuk menutup celah yang terjadi harus
senantiasa dilakukan agar jangan dimanfaatkan oleh
musuh.
131

(d) Musuh senantiasa berupaya untuk melepaskan


diri dari upaya pengepungan, termasuk diantaranya
melakukan serangan terhadap salah satu unit satuan
pelingkar. Satuan pelingkar yang diserang segera
melaksanakan pertahanan, sementara unit satuan
pelingkar lainnya melanjutkan gerakan untuk
mengepung musuh.

(e) Pada saat melaksanakan pelingkaran, satuan


pelingkar harus menempatkan diri pada bagian medan
yang menguntungkan dalam melaksanakan isolasi dan
mencegah musuh mengkonsentrasikan kekuatannya
guna keluar dari pengepungan.

(f) Penggunaan helikopter intai, drone maupun citra


satelit sangat disarankan guna mendapatkan informasi
tentang upaya musuh untuk keluar dari pengepungan,
sehingga pasukan pelingkar dapat mengkonsentrasikan
kekuatan yang dimiliki untuk mencegah upaya musuh
tersebut.

(2) Babak II, penyerbuan pada kedudukan musuh yang


terkepung:
(a) pelaksanaan penyerbuan dilaksanakan dengan
cepat dan gencar, menggunakan daya tempur, daya
tembak dan daya gempur yang maksimal. Terdapat 4
(empat) macam teknik manuver dari pasukan penyerbu
dalam bergerak menghancurkan musuh yang telah
terkepung, yakni teknik pelingkaran serentak,
pelingkaran dan serang, serbu dan sekat, serta serbu
dan hadang;

(b) sebelum satuan penyerbu memulai manuvernya,


pelaksanaan serbuan diawali oleh tembakan Armed
yang masif kearah kedudukan musuh, yang disusul oleh
tembakan helikopter serang. Selain itu, perang
psikologis dan pernika offensif juga dilancarkan guna
menurunkan moril bertempur musuh; dan

(c) teknik pelingkaran serentak dilakukan dengan


melaksanakan serbuan secara serentak dari berbagai
jurusan dan terkoordinasi. Perebutan dan
penghancuran musuh dilakukan secara metodis dan
teliti. Penggunaan tembakan bantuan dan gerakan
secara bersamaan dilakukan secara terkoordinasi pada
saat bergerak menyerbu kedudukan musuh. Teknik ini
efektif digunakan untuk menghancurkan musuh
berkekuatan sampai dengan setingkat batalyon.
Pelingkaran serentak akan memecah konsentrasi dan
kekuatan tempur musuh dan mencegah mereka
menggunakan cadangannya. Satuan penyerbu secepat
mungkin untuk menghancurkan posko musuh, sistem
pertahanan udara, kedudukan Armed, dan titik
perbekalan musuh.
132

Skema 9 Pelingkaran Serentak

(d) Pelingkaran dan serang digunakan untuk


memecah kekuatan musuh di kedudukannya, dengan
melaksanakan serbuan dari salah satu bagian
pelingkaran, sementara bagian lainnya bersifat statis.
Teknik ini dapat dimanfaatkan untuk
mengkonsentrasikan kekuatan pasukan pelingkar pada
kelompok kecil musuh. Akan tetapi pasukan pelingkar
tetap melakukan tekanan kepada kedudukan musuh
lainnya, guna mencegah mereka untuk memperkuat dan
membantu kelompok musuh yang sedang di serang.
Pelaksanaan serangan harus dilaksanakan secara cepat
dan dilakukan segera setelah tembakan persiapan
selesai dilakukan.

Skema 10 Pelingkaran dan Serang tahap 1


133

Skema 11 Pelingkaran dan serang tahap 2

(e) Teknik serbu dan sekat menempatkan sebagian


dari pasukan pelingkar bertugas sebagai satuan
penyekat yang bersifat statis.

Sementara sebagian lainnya melaksanakan gerakan


serbuan ke kedudukan musuh, guna mendesak musuh
ke arah kedudukan satuan penyekat. Satuan penyerbu
dan satuan penyekat dapat melakukan berbagai upaya
untuk menghancurkan musuh. Teknik ini efektif
digunakan apabila terdapat bagian medan yang dapat
menghambat gerakan musuh untuk ditempati oleh
satuan penutup.

Skema 12 Serbu dan Sekat

(f) Pada teknik serbu dan hadang, pasukan


pelingkar dengan sengaja membuat celah diantara
pasukan penutup guna mengecoh lawan untuk
memanfaatkan celah tersebut untuk meloloskan diri.
Pada saat musuh bergerak dan tidak lagi berada pada
posisi bertahan, mereka sangat rentan untuk diserang
dan dihancurkan. Teknik ini dalam penggunaannya
134

dipadukan dengan perang psikologis dan aksi-aksi


ofensif yang terus menerus untuk menurunkan moril
musuh, sehingga mereka berupaya untuk melepaskan
diri dari isolasi yang dilakukan. Kelemahan dari teknik ini
adalah membutuhkan kekuatan dan perlengkapan yang
sangat besar.

Skema 13 Serbu dan Hadang

(g) Pasukan pelingkar senantiasa berupaya untuk


mendapatkan penambahan perkuatan sebelum
melaksanakan aksi serbuan. Untuk mendapatkan waktu
yang diperlukan sebelum perkuatan datang, pasukan
pelingkar secara terus menerus berupaya memelihara
kontak tembak dan mencegah musuh untuk
mendapatkan dukungan perbekalan dan perkuatan.

c) Satuan bantuan tempur.

(1) Baterai Armed. Pada saat mengisolasi musuh, senjata


bantuan yang dimiliki oleh Armed secara berkala melakukan
tembakan ke arah kedudukan musuh, selain untuk
menimbulkan kerugian bagi musuh juga untuk menurunkan
moril bertempurnya. Selain itu Armed senantiasa siap
memberikan bantuan tembakan ke arah datangnya perkuatan
musuh, guna mencegah musuh yang terisolir melepaskan diri
dari pengepungan. Sebelum pasukan penyerbu melakukan
serbuan ke kedudukan musuh, pasukan Armed memberikan
tembakan pendahuluan dengan gencar ke arah kedudukan
musuh (artilery strike) selama kurang lebih 10 menit,
selanjutnya memberikan tembakan penyokong kepada satuan
penyerbu atas permintaan.
135

(2) Baterai Arhanud. Baterai Arhanud memberikan


perlindungan udara selama pelaksanaan pelingkaran. Pada
saat satbak sudah berada di kedudukan yang telah
direncanakan dan sudah siap tembak, maka prosedur
pengendalian operasi sudah dilaksanakan dimulai dari
pencarian, pengenalan, penjajakan sampai dengan
penghancuran sasaran. Ketentuan prosedur pengendalian
operasi baterai Arhanud sama seperti tahap pelaksanaan
GMUK.

(3) Flite Penerbad. Flite Penerbad melaksanakan tugas


antara lain:
(a) membantu satuan pelingkar untuk melaksanakan
tugasnya, dengan menutup celah yang terjadi karena
faktor TUMMPAS;

(b) memberikan bantuan tembakan langsung secara


konstan terhadap kedudukan musuh yang terisolir;

(c) membantu tugas pengintaian lewat udara


terhadap kemungkinan gerakan musuh untuk berupaya
melepaskan diri dari pengepungan pasukan pelingkaran;

(d) memberikan bantuan tembakan langsung kearah


kemungkinan datangnya perkuatan musuh;

(e) menggagalkan upaya musuh untuk melakukan


perbekalan ulang kepada pasukannya yang terisolir
melalui jalur udara; dan

(f) memberikan bantuan tembakan langsung dengan


gencar ke arah musuh, segera setelah Armed
menyelesaikan tembakan pendahuluan sebelum
pelaksanaan serbuan ke arah kedudukan musuh.

(4) Kompi Zeni:

(a) apabila pelingkaran dilakukan untuk mengisolasi


musuh, maka kompi Zeni bertugas menghambat gerak
maju pasukan musuh dengan melaksanakan pembuatan
rintangan pada jalan pendekat musuh,nrute
pengunduRan musuh, jalur logistik musuh, dan
perkuatan medan pada kedudukan pasukan pelingkar
untuk melindungi pasukan kawan dari Serangan musuh;

(b) apabila pelingkaran dilanjutkan dengan


penyerbuan untuk menghancurkan kekuatan musuh,
maka kompi Zeni bertugas untuk memperlancar gerak
maju pasukan kawan selama serbuan, menutup seluruh
rute pengunduran musuh dan melakukan cegah pakai
terhadap instalasi penting yang memiliki keunggulan
taktis bagi musuh seperti jembatan, terowongan, jalan
pendekat, dan perkuatan medan musuh.
136

(6) Peleton Perhubungan. Peleton Perhubungan melakukan


kegiatan seperti pada pelaksanaan operasi serangan lainnya,
dengan senantiasa melakukan pernika yang ofensif guna
mencegah musuh yang terisolir dapat berkomunikasi dengan
induk pasukannya. Pernika bersifat defensif juga dilakukan,
guna mencegah musuh menghambat jalur komunikasi
pasukan kawan, terutama pada saat pelaksanaan serbuan.
Peleton Perhubungan dan Perwira Topografi bekerjasama
dalam membantu memberikan informasi tentang gerakan
musuh dengan mengoperasikan drone yang dilengkapi dengan
kamera udara berkoordinat dan pemanfaatan GPS tracking,
sedangkan citra satelit dapat membantu melengkapi data
kondisi medan.

(7) Peleton Peralatan. Peleton Peralatan melaksanakan


tugas pembekalan dan pemeliharaan Matpal secara cepat dan
tepat melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

(a) melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan


materiil ranpur/rantis;

(b) melaksanakan penggantian senjata perorangan


yang rusak dengan senjata persediaan (maintenance
float);

(c) melaksanakan pembekalan ulang munisi secara


cepat dan tepat dengan berkoordinasi dengan unsur
Bekang mengenai angkutan munisi; dan

(d) melaksanakan evakuasi ranpur/rantis yang


memerlukan perbaikan lebih lanjut ke eselon
pemeliharaan yang lebih tinggi.

d) Satuan bantuan administrasi.

(1) Peleton Polisi Militer. Kegiatan peleton Polisi Militer


pada tahap pelaksanaan sama seperti operasi lainnya.

(2) Peleton Kesehatan. Peleton Kesehatan melaksanakan


dukungan kesehatan, pertolongan darurat dan evakuasi medis
seperti yang dilakukan pada pelaksanaan operasi serangan
lainnya.

(3) Peleton Bekang. Peleton Bekang memelihara dukungan


perbekalan yang dimiliki oleh pasukan pelingkar, jika
pelaksanaan operasi membutuhkan waktu yang lama. Pada
saat sebelum pelaksanaan serbuan, Peleton Bekang terlebih
dahulu mendukung bekal ulang kepada seluruh pasukan
pelingkaran dan perkuatan yang didapatkan, guna
menghasilkan gerakan yang eksplosif.

4) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan GMUK;
137

(5) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan GMUK.

e) Satuan bantuan teritorial. Melaksanakan kegiatan pengakhiran


sama seperti pada tahap pelaksanaan GMUK.

f) Satuan intelijen. Melaksanakan kegiatan pengakhiran sama


seperti pada tahap pelaksanaan GMUK.

4) Tahap pengakhiran.

a) Satuan tempur (satuan Infanteri dan Kompi Kavaleri).


Pelaksanaan pelingkaran berakhir apabila musuh telah dapat
dihancurkan ataupun menyerahkan diri. Apabila pelingkaran hanya
ditujukan untuk mengisolasi musuh, maka berakhirnya pelingkaran
ditetapkan oleh komando atas.

b) Satuan bantuan tempur:

(1) Baterai Armed. Melaksanakan kegiatan seperti pada


GMUK pada pengakhiran operasi;

(2) Baterai Arhanud. Melakukan kegiatan pengakhiran


sama dengan pengakhiran yang dilakukan pada saat GMUK,
dengan tetap tetap memberikan perlindungan udara untuk
melindungi satuan manuver, satbantem, satbanmin, posko,
atau objek rawan lainnya sesuai prioritas berdasarkan faktor
TUMMPAS;

(3) Flite Penerbad. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Flite


Penerbad sama dengan pada tahap pengakhiran operasi
serangan lainnya;

(4) Kompi Zeni. Melaksanakan kegiatan seperti pada


GMUK pada pengakhiran operasi;

(5) Peleton Perhubungan.Melaksanakan kegiatan yang


sama dengan operasi GMUK; dan

(6) Peleton Peralatan.Adapun kegiatan Peleton peralatan


pada tahap pengakhiran secara umum sama dengan kegiatan
pada GMUK.

c) Satuan bantuan administrasi:

(1) Peleton Polisi Militer. Melaksanakan kegiatan yang


sama dengan tahap pengakhiran operasi GMUK;

(2) Peleton Kesehatan. Melaksanakan kegiatan yang sama


dengan tahap pengakhiran operasi GMUK;
138

(3) Peleton Bekang.Kegiatan yang dilaksanakan oleh


satuan Bekangsama dengan pada tahap pengakhiran GMUK;
dan

(4) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK; dan

(5) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK.

d) Satuan bantuan teritorial. Satuan bantuan teritorial pada tahap


pengakhiran ini sama dengan yang dilakukan pada tahap pengakhiran
GMUK.

e) Satuan intelijen. Satuan intelijen pada tahap pengakhiran ini


sama dengan yang dilakukan pada tahap Pengakhiran GMUK.

17. Eksploitasi.

a. Tahap Perencanaan.

1) Susunan pasukan:

a) eksploitasi merupakan operasi lanjutan, maka komposisi dari


pasukan eksploitasi merupakan komposisi pasukan pada operasi
sebelumnya, bukan merupakan pasukan khusus yang dipersiapkan
untuk melakukan eksploitasi. Pembentukan pasukan eksploitasi yang
dilakukan berdasarkan pertimbangan faktor tummpas dan cukup
besar untuk dapat menghadapi kemungkinan serangan balas musuh,
serta memiliki kekuatan yang cukup melakukan pertempuran secara
mandiri;

b) kecepatan dan kekuatan pasukan diperlukan oleh pasukan


eksploitasi. Kompi tank dan infanteri mekanis biasanya bertindak
sebagai pasukan depan. Pesawat penerbad dapat digunakan untuk
memperoleh mobilitas. Zeni diperlukan untuk mengatasi rintangan.
Bantuan perhubungan yang cukup perlu diperhatikan;

c) pasukan eksploitasi yang direorganisasi jangan bergerak jauh


dari induk pasukan, oleh karena kemungkinan terjadinya penurunan
daya tempur yang disebabkan oleh jatuhnya korban, kelelahan,
diorganisasi, menipisnya perbekalan dan harus mempertahankan
suatu medan kritik.
Pasukan yang lebih segar dapat ditugaskan untuk melaksanakan
eksploitasi, akan tetapi dengan tingkat mobilitas dan daya tembak
yang sebanding. Dalam hal ini pasukan cadangan dalam operasi
sebelumnya dapat ditugaskan untuk melakukan eksploitasi; dan

d) pasukan cadangan baru harus segera dibentuk guna


memperoleh fleksibilitas dalam operasi dan mengantisipasi
kemungkinan reaksi musuh terhadap pelaksanaan eksploitasi.
139

3) Alat kendali:

a) alat kendali yang dipergunakan dalam eksploitasi lebih sedikit


dibandingkan pelaksanaan operasi serangan lainnya, oleh karena
tidak pastinya informasi tentang musuh dan perlunya satuan bawah
diberikan fleksibilitas yang tinggi untuk memanfaatkan keuntungan
yang mungkin didapatkan;

b) petak serangan dari pelaksanaan operasi serangan


sebelumnya dapat dimodifikasi untuk mengakomodasi pelaksanaan
eksploitasi yang dilakukan. Perimeter pelindung pasukan kawan perlu
diatur sedemikian rupa agar jangan mengganggu mobilitas pasukan
yang sedang melaksanakan manuver. BGM pasukan eksploitasi perlu
ditetapkan untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya kejenuhan
dari pasukan eksploitasi; dan

c) alat koordinasi dan pembatas yang diperlukan dalam


pemberian bantuan tembakan antara lain GKT dan GKBT perlu
ditetapkan, untuk memudahkan pemberian bantuan tembakan oleh
seluruh sarana bantem dalam mendukung satuan manuver.

3) Satuan tempur.

a) Satuan Infanteri:

(1) upaya menghambat musuh menggunakan seluruh


kemampuan tempurnya sangat penting bagi keberhasilan
pelaksanaan eksploitasi. Eksploitasi harus dapat
memanfaatkan waktu dan tempat yang tersedia lebih cepat
dari musuh;

(2) susunan tempur harus diperhitungkan agar mempunyai


mobilitas yang tinggi. Titik berat kekuatan pada satuan yang
melakukan eksploitasi. Kompi tank harus dimanfaatkan secara
maksimal daya gerak serta gaya tembaknya. Dengan
demikian agar diusahakan untuk menyusun kerjasama tank
Infanteri bila memungkinkan. Cadangan cukup kekuatan kecil
namun harus mempunyai mobilitas yang tinggi;

(3) perencanaan desentralisasi pelaksanaan eksploitasi


kepada satuan bawah perlu dilakukan untuk memberikan
inisiatif dan fleksibilitas dalam melakukan manuver, guna
memanfaatkan situasi yang berkembang. Danyontimpur hanya
menyampaikan dalam perencanaannya tujuan dari
dilakukannya eksploitasi, antara lain memukul mundur musuh
dari suatu daerah, mengepung musuh agar jangan melarikan
diri, atau menghancurkan kekuatan bantuan tembakan musuh.
Danyontimpur juga hanya menyampaikan serangan
pokok/bantuan, serta bagaimana cara pencapaian yang ingin
dilakukan;
140

(4) perencanaan eksploitasi dimulai saat tahap persiapan


dari seluruh pelaksanaan operasi serangan. Untuk
mencegahnya hilangnya waktu, sebelum pelaksanaan operasi
serangan lainnya Danyontimpur telah memberikan sasaran
lanjutan kepada dansatwahnya, sehingga pelaksanaannya
bisa berkelanjutan tanpa terputus dan memberikan
kesempatan musuh untuk bergerak menuju daerah
pertahanan berikutnya.

Skema 14 Eksploitasi

(5) Saat dimulainya eksploitasi dan selama


pelaksanaannya, perintah yang diberikan merupakan
perintah parsial. Perintah ini akan terus menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang berkembang saat itu,
terkait dengan:

(a) formasi yang digunakan dan disposisi dari


masing-masing satuan;

(b) modifikasi atas tugas masing-masing


satuan; dan

(c) perubahan dari alat kendali yang telah


ditetapkan, seperti sasaran, petak sasaran, BGM
atau alat kendali pemberian bantuan tembakan.
141

b) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang sama


seperti pada tahap perencanaan GMUK.

4) Satuan bantuan tembakan:

a) Baterai Armed. Pelaksanaan eksploitasi mencakup daerah


yang sangat luas bagi pasukan penyerang, sehingga sangat
dibutuhkan dukungan bantuan tembakan yang lebih jauh. Baterai
Armed harus direncanakan mampu memberikan bantem kepada
pasukan penyerang. Baterai Armed harus mampu berpindah
kedudukan dengan cepat untuk dapat terus melindungi manuver
pasukan eksploitasi dan memberikan bantuan tembakan yang
diperlukan serta menghindari dari peninjauan dan tembakan dari
bantem musuh. Untuk mengatasi kesulitan yang terjadi, Baterai
Armed dapat di BL kan kepada satuan-satuan bawah guna
memberikan dukungan secara optimal;

b) Baterai Arhanud. Kegiatan sama seperti pada tahap


perencanaan GMUK;

c) Flite Penerbad. Eksploitasi membutuhkan kekuatan tempur


yang memiliki kemampuan mobilitas yang tinggi. Perencanaan
penggunaan heli serang dapat memberikan tambahan perkuatan bagi
pasukan eksploitasi. Heli serang sangat bermanfaat dalam menguasai
daerah ngarai, melintasi berbagai macam rintang, dan memotong
serta mendisorganisir musuh. Heli serang juga dapat direncanakan
untuk menguasai ataupun mengontrol suatu medan kritik disepanjang
rute gerakan pasukan eksploitasi dan bahkan sampai jauh di
belakang daerah pertahanan musuh;

d) Kompi Zeni. Kompi Zeni merencanakan melaksanakan fungsi


mobility untuk memperlancar manuver pasukan kawan yang
melaksanakan eksploitasi, serta fungsi counter mobility dengan
membangun rintangan dan perkuatan medan pada daerah yang telah
berhasil direbut untuk melindungi pasukan kawan dari serangan balik
musuh;

e) Peleton Perhubungan. Melaksanakan kegiatan seperti pada


tahap perencanaan GMUK; dan

f) Peleton Peralatan. Pelaksanaan eksploitasi sangat dipengaruhi


oleh kemampuan penggunaan ranpur, rantis, maupun alat
transportasi lainnya yang dilibatkan. Selain itu daya guna dari seluruh
persenjataan juga sangat dibutuhkan, sehingga penggunaan satuan
peralatan harus dapat direncanakan sedemikian rupa guna dapat
memberikan bantuan yang optimal dalam mengatasi permasalahan
yang timbul dan guna memperbaiki kendaraan maupun persenjataan
dapat dilakukan perbaikan secara cepat, atau segera mengevakuasi
kendaraan dan persenjataan tersebut ke titik perbaikan, maka
Timpal/Timhar mobil melakukan kegiatan tersebut dengan dibantu
berbagai Satuan untuk melakukan perbaikan ditempat atau ditarik ke
garis belakang dengan memperhatikan faktor keamanan atau
melakukan sabotase agar materiil tidak dapat digunakan musuh.
142

Pelaksanaan eksploitasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan


penggunaan ranpur, rantis, maupun alat transportasi lainnya yang
dilibatkan. Selain itu daya guna dari seluruh persenjataan juga sangat
dibutuhkan, sehingga penggunaan satuan peralatan harus dapat
direncanakan sedemikian rupa guna dapat memberikan bantuan yang
optimal dalam mengatasi permasalahan yang timbul dan guna
memperbaiki kendaraan maupun persenjataan dapat dilakukan
perbaikan secara cepat, atau segera mengevakuasi kendaraan dan
persenjataan tersebut ke titik perbaikan, maka timpal/timhar mobil
melakukan kegiatan tersebut dengan dibantu berbagai satuan untuk
melakukan perbaikan ditempat atau ditarik ke garis belakang dengan
memperhatikan faktor keamanan atau melakukan sabotase agar
materiil tidak dapat digunakan musuh.

5) Satuan bantuan administrasi:

a) Peleton Polisi Militer. Kegiatan yang dilakukan oleh peleton


Polisi Militer pada tahap perencanaan sama dengan operasi
sebelumnya khususnya dititik beratkan kepada pengendalian dan
kelancaran Lalin selama pelaksanaan eksploitasi, serta membantu
melaksanakan pengawasan/penegakan terhadap kemungkinan
pelanggaran hukum, disiplin, dan tata tertib oleh pasukan sendiri serta
melaksanakan penjemputan, pengurusan terhadap Tawanan Perang,
Interniran Perang dan Tahanan. Perencanaan dalam pengaturan lalu
lintas, parkir dan sebagainya perlu direncanakan secara teliti;

b) Peleton Kesehatan. Peleton Kesehatan merencanakan


dukungan kesehatan untuk mendukung manuver pasukan yang
melaksanakan eksploitasi, pertolongan darurat di lapangan dan
evakuasi medis harus direncanakan dapat dilakukan di sepanjang
rute perbekalan. Peleton Kesehatan senantiasa harus dapat segera
melaksanakan tugasnya untuk mencegah terjadinya penurunan
kemampuan tempur dan moril dari pasukan eksploitasi dengan
melaksanakan pertolongan korban secara cepat dan evakuasi korban
ke daerah belakang;

c) Peleton Bekang. Peleton Bekang merencanakan kegiatan


yang akan dilakukan seperti pada saat pelaksanaan operasi serangan
lainnya. Dukungan perbekalan dan angkutan ulang bagi pasukan
eksploitasi sangatlah penting dalam mendukung pelaksanaan
eksploitasi, RPU/RPC harus direncanakan sampai dengan BGM
pasukan eksploitasi.
Kebutuhan dukungan perbekalan yang besar, terutama untuk bekal
kelas III dan V harus direncanakan secara maksimal dapat
mendukung pelaksanaan operasi, terutama bagi pasukan depan yang
sedang beroperasi di belakang musuh yang telah dilampaui. Selama
pelaksanaan eksploitasi, jalur perbekalan akan sangat disibukkan
dengan kegiatan pelayanan, pemeliharaan, dan perawatan yang tidak
boleh mengganggu jalannya pelaksanaan eksploitasi dan dapat
memberikan keamanan bagi satuan yang memanfaatkannya;

d) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK; dan
143

e) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti yang


dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

6) Satuan bantuan teritorial. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

7) Satuan intelijen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti yang


dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

b. Tahap Persiapan.

1) Satuan tempur.

a) Satuan Infanteri:

(1) eksploitasi merupakan operasi lanjutan dari


pelaksanaan operasi lainnya, dimana transisi harus
dilaksanakan dengan cepat, sehingga hampir tidak terjadi
kegiatan khusus terkait dengan tahap persiapan.
Kegiatan-kegiatan yang biasanya dilaksanakan pada tahap
persiapan di operasi serangan lainnya, tidak dilaksanakan,
tetapi telah dilaksanakan digabungkan dengan kegiatan tahap
persiapan pada operasi serangan lainnya; dan

(2) pertolongan medis, perawatan dan perbaikan peralatan,


kendaraan dan persenjataan, perawatan dan evakuasi medis,
serta pelaksanaan bekal ulang dapat dilakukan pada tahap
persiapan. Akan tetapi karena waktu yang sangat singkat, hal
ini tidak mutlak dilaksanakan, pelaksanaan kegiatan-kegiatan
tersebut dilaksanakan secara simultan pada pelaksanaan
eksploitasi nantinya.

b) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang sama


seperti pada tahap persiapan GMUK.

2) Satuan bantuan tembakan:

a) Baterai Armed. melaksanakan kegiatan sama seperti kegiatan


yang dilakukan pada operasi serangan lainnya pada persiapan
operasi;

b) Baterai Arhanud. Baterai Arhanud yang terlibat melakukan


persiapan sama dengan persiapan yang dilakukan pada saat GMUK.
Prioritas obyek diberikan kepada satuan tempur dan satuan banpur
yang dipersiapkan untuk mengikuti eksploitasi;

c) Flite Penerbad. Pasukan ekploitasi bergerak menuju titik


embarkasi/marshailing area untuk menaiki Helikopter dan selanjutnya
bergerak menuju titik pengedropan, pemberangkatan bisa dilakukan
dalam satu kali jalan, ataupun dalam beberapa sorty berdasarkan
pertimbangan TUMMPAS dan dukungan pesawat udara yang
tersedia, dengan mempertimbangkan:
144

(1) bila batas daerah operasi tidak jelas atau


beroperasi jauh dari basis pokok, maka perlu logistikdepan.
Di sana disimpan sebagian perbekalan sebagai stok/cadangan
untuk keperluan operasi;

(2) Danyontimpurbeserta Danflite Penerbad dapat


mengoordinasikan dan menyelesaikan hal-hal penting serta
masalah rentisrat yang meliputi:

(a) formasi;
(b) ketinggian;
(c) rute;
(d) koridor udara;
(e) mengarahkan tembakan penindasan;
(f) pengendalian arah terbang; dan
(g) rencana cadangan.

(3) pasukan dan perlengkapan disusun dengan


memperhatikan keutuhan taktis dankecepatan
pengangkutan; dan

(4) pasukan, perlengkapan, dan perbekalan yang harus


dimuat sesuai dengan nomor (chalk number) pada
helikopter.

d) Kompi Zeni.Kegiatan Kompi Zeni dalam tahap persiapan sama


dengan pada GMUK;

e) Peleton Perhubungan.Peleton Perhubungan melaksanakan


kegiatan yang relatif sama dengan operasi penerobosan; dan

f) Peleton Peralatan.Kegiatan Peleton peralatan dalam tahap


persiapan sama dengan pada operasi serangan sebelumnya.

3) Satuan bantuan administrasi.

a) Peleton Polisi Militer. Kegiatan yang dilakukan oleh


Peleton Polisi Militer pada tahap persiapan ini sama dengan operasi
lainnya dengan menitikberatkan pada kelancaran mobilitas dan
manuver selama pelaksanaan operasi eksploitasi.

b) Peleton Kesehatan:

(1) eksploitasi merupakan operasi lanjutan dari


pelaksanaan operasi lainnya, dimana transisi harus
dilaksanakan dengan cepat, sehingga hampir tidak terjadi
kegiatan khusus terkait dengan persiapan operasi. Kegiatan-
kegiatan yang biasanya dilaksanakan pada persiapan operasi
di operasi serangan lainnya, tidak dilaksanakan, tetapi telah
dilaksanakan digabungkan dengan kegiatan persiapan operasi
pada operasi serangan lainnya; dan
145

(2) Pertolongan medis, perawatan dan perbaikan peralatan,


kendaraan dan persenjataan, perawatan dan evakuasi medis,
serta pelaksanaan bekal ulang dapat dilakukan pada
persiapan operasi. Akan tetapi karena waktu yang sangat
singkat, hal ini tidak mutlak dilaksanakan, pelaksanaan
kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan secara simultan pada
pelaksanaan eksploitasi nantinya.

c) Peleton Bekang.Kegiatan Peleton Bekang pada persiapan


operasi eksploitasi dilaksanakan sama seperti pada GMUK.

d) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap persiapan GMUK; dan

e) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti yang


dilaksanakan pada tahap persiapan GMUK.

4) Satuan bantuan Teritorial. Satuan bantuan Teritorial pada tahap


persiapan ini sama dengan yang dilakukan pada tahap persiapan GMUK.

5) Satuan Intelijen. Satuan Intelijen pada tahap persiapan ini sama


dengan yang dilakukan pada tahap persiapan GMUK.

c. Tahap Pelaksanaan.

1) Satuan tempur.

a) Satuan Infanteri:

(1) pelaksanaan eksploitasi memerlukan fisik dan mental


yang agresif untuk dapat bertempur dalam berbagai hambatan
yang timbul, seperti keterbatasan pandangan, kelelahan,
cuaca yang jelek, bahaya salah lirik dan operasi yang
berkelanjutan. Pasukan eksploitasi bergerak secara cepat
menuju sasarannya, menutup jalur pelarian dan menyerang
pos komando musuh, jalur komunikasi, cadangan, artileri, dan
satuan banpur musuh untuk mencegah musuh melakukan
reorganisasi dalam rangka melakukan pertahanan yang efektif.
Pasukan eksploitasi dapat menyesuaikan perubahan atas
tugas yang diberikan dalam waktu singkat;

(2) tindakan tersebut harus dilaksanakan dengan


kecepatan yang tinggi/baik. Untuk Yontimpur, dapat
dimekanisasi dan dioptimalkan kerja sama dengan tank secara
baik. Penyerangan harus agresif dan pelaksanaannya
disentralisasikan. Danyontimpur tidak boleh terikat oleh
hambatan kecil tersebut agar tidak menyimpang dari tugas
pokoknya. Hambatan tadi diselesaikan oleh satuan
cadangan;
146

(3) pasukan eksploitasi bergerak maju secara cepat.


Pasukan eksploitasi mengadakan pembersihan didalam
gerakan hanya jika dipandang perlu untuk memungkinkan
kelancaran gerakan maju. Komandan hendaknya menghindari
penerobosan penggunan pasukan, yang hanya sekedar untuk
memperoleh sukses yang tak berarti. Pasukan musuh yang
mengganggu atau dapat mengganggu pelaksanaan tugs harus
dihancurkan. Pasukan eksploitasi melampaui atau mengikat
dengan pasukan seminimum mungkin perlawanan musuh,
yang bertujuan untuk mengganggu pelaksanaan tugas.
Pasukan musuh yang dilampaui hendaknya segera dilaporkan
kepada komando atas atau satuan yang mengikuti di
belakang;

(4) pasukan eksploitasi harus menghemat tenaga dengan


menghindari perlawanan musuh tidak menentukan, ataupun
merebut suatu medan yang kurang memiliki nilai penting.
Pasukan eksploitasi harus segera menyelesaikan tugas
utamanya dengan segenap kekuatan tempurnya yang optimal,
secara cepat. Bila perlu dengan menggunakan sarana angkut
udara dalam melakukan perpindahan, bantuan tembakan,
maupun perbekalan ulang;

(5) perubahan operasi dari serangan lainnya ke eksploitasi


bisa dilakukan secara bertahap, atau secara langsung.
Perubahan langsung dapat terjadi apabila digunakan munisi
presisi secara masal, memperoleh pendadakan, atau untuk
menghancurkan kekuatan musuh yang paling lemah. Pada
dasarnya eksploitasi dapat dilakukan setelah operasi
sebelumnya telah mencapai tujuan yang ditetapkan dan
dengan dukungan yang cukup dapat dilakukan kapan saja
tergantung pada faktor tummpas;

(6) tugas yang dapat diberikan kepada pasukan eksploitasi


antara lain:
(a) menghancurkan cadangan musuh sebelum dapat
dikerahkan;

(b) menghancurkan kemampuan musuh untuk


melakukan serangan balas di lintasan pasukan
eksploitasi; dan

(c) mencegah musuh untuk menyelenggarakan


pertahanannya kembali; dan

(d) mengganggu upaya perbekalan ulang musuh.

(7) Danyontimpur. Danyontimpur harus senantiasa


mengetahui kedudukan dan gerakan satuan bawahnya, untuk
dapat melakukan tugas eksploitasi yang fleksibel. Agar tidak
menimbulkan keraguan, para Komandan harus senantiasa
memastikan anggotanya berlatih dalam mengantisipasi
perubahan atas tugas yang telah diberikan;
147

(8) pasukan eksploitasi harus senantiasa memperoleh dan


memelihara kontak dengan musuh, untuk terus memberikan
tekanan, mendisorganisir, menghancurkan keinginan
bertempur, dan menguasai medan yang menentukan. Upaya
untuk memperoleh pergerakan musuh secara terus menerus
harus dilakukan setiap saat dengan mempergunakan cara
yang memungkinkan, seperti penggunaan heli intai, drone
maupun citra satelit;

(9) eksploitasi beranggapan bahwa musuh telah terpecah


belah, sehingga eksploitasi senantiasa berupaya untuk terus
dan meningkatkan kehancuran yang dialami musuh, dengan
tidak memberikan kesempatan untuk menyusun kembali
pertahanannya. Danyontimpur harus menggunakan segenap
kemampuan tempurnya untuk memberikan tekanan secara
terus menerus dengan kekuatan tempurnya maupun
persenjataan asimetrik. Jangan pernah memberikan
kesempatan musuh untuk dapat pulih kembali dari pukulan
telah yang telah dilancarkan;

(10) selama pelaksanaan eksploitasi, guna melakukan


tekanan terus menerus, pasukan eksploitasi dapat
menggunaan manuver melalui udara untuk memotong jalur
pelarian musuh;

(11) apabila terdapat perlawanan musuh yang kecil, dapat


ditinggalkan oleh pasukan terdepan untuk dihancurkan oleh
pasukan yang lebih besar dibelakang. Bila kekuatan musuh
cukup kuat untuk menahan pasukan terdepan, maka induk
pasukan segera melakukan operasi serangan yang tidak
dipersiapkan; dan

(12) ketika pasukan eksploitasi akan memperbesar hasil


yang diperoleh dari pelaksanaan operasi sebelumnya,
kemungkinan akan berhadapan dengan lapis berikutnya dari
pertahanan musuh. Sehingga pasukan eksploitasi harus
dilaksanakan dengan cepat dan agresif untuk menghancurkan
musuh sebelum dapat mencapai kedudukan pertahanan
pengganti ataupun cadangannya, yang akan mempersulit
upaya menghancurkan kedudukan pertahanan musuh.

b) Kompi Kavaleri:

(1) untuk melaksanakan tugas eksploitasi Ki Kavaleri harus


disusun dalam suatu tim tempur. Peran yang dapat diberikan
oleh Ki Kavaleri adalah sebagai pasukan penggempur
langsung dalam menerobos pasukan musuh; dan

(2) peran yang dapat diberikan selain sebagai pasukan


penggempur yaitu merebut medan permati dibelakang musuh
untuk memotong garis komunikasi, mengepung dan
menghancurkan musuh.
148

2) Satuan bantuan tembakan:

a) Baterai Armed. Transisi dari pelaksanaan operasi serangan


menuju operasi eksploitasi merupakan saat yang krusial, tembakan
bantuan Armed harus senantiasa harus dapat memberikan
perlindungan yang memadai bagi seluruh pasukan yang terlibat.
Perpindahan kedudukan senjata Armed dilaksanakan secara
bergantian guna dapat terus memberikan bantuan tembakan yang
diperlukan pasukan eksploitasi dan untuk menghindari peninjauan
dan tembakan senjata bantuan musuh. Baterai Armed segera
mempersiapkan serangkaian bantuan tembakan guna memberikan
tembakan Armed ke sasaran eksploitasi, diutamakan dengan
menggunakan munisi presisi. Untuk mempercepat pemberian
bantuan, perlu dipertimbangkan BL kepada Satwah yang sedang
melaksanakan eksploitasi, untuk memudahkan pemberian tembakan.
Bantuan tembakan diberikan atas permintaan terhadap sasaran yang
direncanakan dan sasaran tiba-tiba, terutama diarahkan untuk
mengatasi upaya musuh untuk melakukan serangan balas ke arah
pasukan eksploitasi;

b) Baterai Arhanud. Wilayah pelaksanaan eksploitasi yang luas


menimbulkan kerawanan terhadap serangan udara musuh. Satbak
Arhanud dari peleton rudal manpads (ATLAS/LML/RBS-70) harus
segera pindah kedudukan untuk melindungi pasukan yang sedang
melaksanakan eksploitasi dengan cara berloncatan. Sedangkan
satbak rudal lainnya (MPCV/MMS) melindungi posko, stelling Armed
dan satbanmin dari serangan udara musuh;

c) Flite Penerbad. Flite Penerbad memiliki peranan yang


signifikan dalam mendukung pelaksanaan eksploitasi, terutama
dalam memantau disposisi dan gerakan musuh, memberikan bantuan
tembakan langsung kepada pasukan yang berupaya melakukan
reorganisasi, ataupun mengejar musuh sampai daerah-daerah yang
sulit didatangi oleh pasukan eksploitasi karena bentuk medannya;

d) Kompi Zeni. Kompi Zeni yang bergerak dengan pasukan


penyerang melaksanakan fungsi mobility untuk memperlancar gerak
maju pasukan kawan dengan melaksanakan tugas penerobosan
rintangan dan perkuatan medan musuh, penyeberangan dengan
jembatan standar, serta memelihara jalan yang menjadi poros
gerakan agar manuver pasukan cadangan dan dukungan logistik
selama eksploitasi tidak terputus. Kompi Zeni juga dilibatkan untuk
melaksanakan pembuatan rintangan pada lambung pasukan
eksploitasi untuk melindungi pasukan ekspoitasi dari serangan balik
musuh;

e) Peleton Perhubungan:

(1) Pernika:

(a) melaksanakan kegiatan serangan elektronika


lebih awal;
149

(b) melaksanakan monitoring terus-menerus; dan


(c) melaksanakan penyesatan berita.

(2) Komunikasi:

(a) pelihara kelancaran komunikasi radio merupakan


kodal utama, dan komunikasi data sebagai cadangan;
dan
(b) kerahasiaan dan keamanan komunikasi.

(3) Konbekharstal:
(a) penggantian alhub yang rusak sebagai prioritas;
dan
(b) pembekalan alhub dilaksanakan.

f) Peleton Peralatan. Peleton Peralatan membuat tempat


perbaikan kendaraan dan senjata di daerah posko Yontimpur.
Perbaikan kendaraan dan senjata menjadi sangat penting guna
memelihara momentum gerakan yang eksplosif dan cepat.
timpal/timharpal mempersiapkan diri dengan memperhatikan bidang
keahlian yang dimilikinya komoditi senjata dan optik, kendaraan
meliputi ranmor, ranpur (ranpur panser, ranpur tank, rantis, ranrik)
meriam, komoditi munisi, teknologi mekanik guna membuat sucad
terbatas yang diperlukan agar dapat mendukung kegiatan operasi
dalam jangka waktu panjang;

3) Satuan bantuan administrasi:

a) Peleton Polisi Militer. Kegiatan yang dilakukan oleh peleton


Polisi Militer pada tahap pelaksanaan sama seperti operasi lainnya,
hanya pada kegiatan ini lebih dititikberatkan kepada kegiatan
pengendalian lalin di posko karena selama operasi eksploitasi, lalu
lintas kendaraan di Posko sangat ramai karena banyak kendaraan
untuk melakukan perbekalan, pelayanan, perbaikan, perawatan
maupun evakuasi medis, yang keseluruhannya tidak boleh
mengganggu jalannya operasi secara keseluruhan. Selain itu Peleton
Polisi Militer tetap bergerak bersama dengan induk pasukan dan
melaksanakan pengaturan dan pengendalian lalu lintas dengan
menempatkan personel pengendali pada titik rawan hambatan lalu
lintas serta membantu melaksanakan pengawasan/penegakan
terhadap kemungkinan pelanggaran hukum, disiplin, dan tata tertib
oleh pasukan sendiri;

b) Peleton Kesehatan. Peleton Kesehatan melakukan


pertolongan darurat korban di lapangan terhadap anggota pasukan
eksploitasi yang terluka dan melakukan evakuasi medis secara cepat
serta terus menerus selama pelaksanaan eksploitasi untuk menjaga
moril pasukan dan mempertahankan kemampuan serta kemauan
bertempur dari seluruh pasukan eksploitasi;

c) Peleton Bekang. Peleton bekang melaksanakan dukungan


bekal ulang kepada pasukan eksploitasi tepat setelah perintah parsial
dikeluarkan dengan memanfaatkan waktu yang ada. Perlu adanya
150

pertimbangan satuan waktu yang diperlukan untuk melakukan


pembekalan ulang, karena tidak adanya waktu untuk melakukan
persiapan dan pasukan yang didukung merupakan pasukan yang
memerlukan dukungan administrasi setelah melakukan pertempuran
yang menentukan dan akan melakukannya sekali lagi dalam jangka
waktu yang tidak dapat diperkirakan; dan

d) Kelompok Topografi. Kelompok Topografi bekerjasama


dengan peleton Perhubungan dalam membantu memberikan
informasi tentang gerakan musuh dengan mengoperasikan drone
yang dilengkapi dengan kamera udara berkoordinat dan pemanfaatan
GPS tracking, sedangkan citra satelit dapat membantu melengkapi
data kondisi medan.

e) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti yang


dilaksanakan pada tahap persiapanGMUK.

4) Satuan bantuan teritorial. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


tahap pelaksanaan GMUK.

5) Satuan intelijen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti tahap


pelaksanaan GMUK.

d. Tahap Pengakhiran.
1) Satuan tempur.

a) Satuan Infanteri. Pasukan eksploitasi kemungkinan dapat


melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya dengan
menghancurkan sisa perlawanan musuh ataupun merebut sasaran
pokok yang ditugaskan. Pasukan eksploitasi segera melakukan
kegiatan yang sama seperti pada pelaksanaan operasi serangan
lainnya pada tahap pengakhiran, sebelum melaksanakan operasi
selanjutnya.Penurunan kemampuan bertempur dari pasukan
eksploitasi pasti akan terjadi, terutama apabila operasi dilaksanakan
lama dan berlarut, sementara pasukan pengganti yang diharapkan
untuk melakukan lintas ganti belum dapat dipenuhi oleh komando
atas. Perlu dilakukan standarisasi sampai batasan penurunan
kemampuan tempur seperti bagaimana yang akan dapat
memutuskan pelaksanaan eksploitasi dinyatakan berakhir dan beralih
pada operasi selanjutnya; dan

b) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang sama


seperti pada tahap persiapan GMUK.

2) Satuan bantuan tempur:

a) Baterai Armed. Melaksanakan kegiatan seperti pada GMUK


pada pengakhiran operasi;

b) Baterai Arhanud. Melakukan kegiatan pengakhiran sama


dengan pengakhiran yang dilakukan pada saat GMUK, dengan tetap
tetap memberikan perlindungan udara untuk melindungi satuan
tempur, satbanpur, satbanmin, posko, atau objek rawan lainnya
sesuai prioritas berdasarkan faktor TUMMPAS;
151

c) Flite Penerbad. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Flite


Penerbad sama dengan pada tahap pengakhiran operasi serangan
lainnya;

d) Kompi Zeni. Melaksanakan kegiatan seperti pada GMUK pada


pengakhiran operasi;

e) Peleton Perhubungan.Melaksanakan kegiatan yang sama


dengan operasi GMUK; dan

f) Peleton Peralatan.Adapun kegiatan Peleton peralatan pada


tahap pengakhiran secara umum sama dengan kegiatan pada
GMUK.

3) Satuan bantuan administrasi:

a) Peleton Polisi Militer. Melaksanakan kegiatan yang sama


dengan tahap pengakhiran operasi GMUK;

b) Peleton Kesehatan. Melaksanakan kegiatan yang sama


dengan tahap pengakhiran operasi GMUK;

c) Peleton Bekang.Kegiatan yang dilaksanakan oleh


peletonBekangsama dengan pada tahap pengakhiran GMUK; dan

d) KelompokTopografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK.

e) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti yang


dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK.

4) Satuan bantuan teritorial. Satuan bantuan teritorial pada tahap


pengakhiran ini sama dengan yang dilakukan pada tahap pengakhiran
GMUK.

5) Satuan intelijen. Satuan intelijen pada tahap pengakhiran ini sama


dengan yang dilakukan pada tahap pengakhiran GMUK.

18. Pengejaran.

a. Tahap Perencanaan.

1) Susunan Pasukan:

a) pasukan pengejaran tidak dipersiapkan terlebih dahulu, tapi


berasal dari pelaksanaan operasi sebelumnya. Kemampuan
melakukan mobilitas dan dukungan harus mampu mendukung
pelaksanaan operasi pengejaran;

b) pasukan pengejaran disusun atas satuan keamanan, satuan


penekan, satuan peningkar, satuan bantuan, dan cadangan. Satuan
penekan berkemampuan minimal sama dengan kemampuan musuh,
sementara satuan peningkar harus memiliki mobilitas yang lebih
tinggi dari pasukan musuh. Kompi tank dan infanteri mekanis bisa
ditempatkan sebagai satuan penekan maupun satuan peningkar.
152

Satuan lintas udara dan mobil udara dapat dimanfaatkan sebagai


satuan peningkar, yang dapat terdiri lebih dari satu tergantung
kepada besarnya kekuatan pasukan pengejaran. Satuan bantuan
dapat dimanfaatkan untuk menghemat penggunaan satuan penekan.
Satuan cadangan dapat digunakan untuk menghadapi serangan
balas musuh dan memanfaatkan berbagai peluang yang ada;

c) terdapat dua macam manuver dalam operasi pengejaran,


frontal yang menggunakan kemampuan dari satuan penekan
sepenuhnya dan kombinasi yang menggunakan kemampuan satuan
peningkar dikombinasikan dengan satuan penekan yang hasilnya
diperkirakan akan lebih efektif; dan

d) Peleton zeni menggunakan rantis dalam pengejaran dilibatkan


untuk membantu manuver pasukan penekan dan peningkar. Kompi
zeni yang dilibatkan untuk operasi pengejaran disiapkan untuk
melaksanakan fungsi mobility dan counter mobility.

2) Alat kendali:

a) alat kendali diperlukan untuk memberikan arah serangan, akan


tetapi perlu adanya flesibilitas yang memudahkan penyesuaian arah
serangan tergantung kepada perkembangan situasi yang terjadi
selama pelaksanaan operasi;

b) masing-masing satuan dari pasukan pengejar harus diberikan


daerah operasi yang jelas dengan menetapkan garis batas, serta
beberapa titik koordinasi dan garis taraf;

c) alat kendali bagi satuan peningkar sama dengan yang


digunakan pada operasi pelambungan. Satu bentuk medan dapat
dijadikan sasaran bagi satuan peningkar yang berfungsi juga sebagai
pedoman gerakan; dan

d) perlu adanya penentuan alat koordinasi dan pembatas, seperti


GKT dan GKBT, guna mencegah terjadinya saling tembak antara
satuan bantem, satuan peningkar dan satuan penekan.

3) Manuver.

a) Satuan tempur.

1) Satuan Infanteri:

(a) Danyontimpur. Danyontimpur harus


mengantisipasi kemungkinan perlu dilakukannya
operasi pengejaran, dapat sebagai tindak lanjut dari
pelaksanaan operasi serangan sebelumnya, atau
merupakan salah satu operasi yang akan dilakukan.
Danyontimpur harus merencanakan penugasan masing-
masing satuan bawahnya dalam penugasan pasukan
pengejaran, dengan jumlah semaksimal mungkin;
153

(b) dasar perencanaan operasi pengejaran


berdasarkan kepada kemungkinan aksi yang akan
dilakukan oleh musuh, formasi tempur dari pasukan
pengejar dan waktu yang tersedia dalam melaksanakan
operasi pengejaran. Kemungkinan rute pelarian yang
digunakan oleh musuh, serta ketersediaan informasi
tentang kekuatan musuh termasuk dalam hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalam perencanaan;

Skema 15 Pengejaran

(c) saat musuh mulai berupaya melepaskan diri dari


pertempuran, merupakan saat dimulainya operasi
pengejaran. Danyontimpur harus waspada terhadap
tanda-tanda musuh akan melakukan pengunduran,
antara lain ditandai dengan menurunnya intensitas dan
daya tembak musuh; dan

(d) dalam gerak mundurnya kemungkinan besar


musuh meninggalkan satuan kecil serta
membuatrintangan untuk menghambat, oleh karena itu
untuk keamanan dan kecepatan, kalau dapat dicari jalan
lain namun masih menjamin kecepatan dan searah
menuju sasaran.

b) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang sama


seperti pada tahap perencanaan GMUK.

2) Satuan bantuan tempur:


a) Baterai Armed. Dalam pelaksanaan pengejaran, terkadang
satuan peningkar harus bergerak diluar dari jarak capai senjatan
bantuan tembakan Armed, sehingga perlu direncanakan penggunaan
154

senjata Armed yang dapat mencapai jarak yang jauh. Apabila tidak
terdapat senjata yang memiliki jarak capai yang jauh, guna
mendapatkan bantuan tembakan yang diperlukan, perlu
dipertimbangkan adanya alokasi Baterai Armed yang di BKO kan ke
satuan peningkar. Selain itu penggunaan munisi berpresisi tinggi perlu
dipertimbangkan dalam penggunaannya, sehingga mencegah
jatuhnya korban pada pasukan pengejaran;

b) Baterai Arhanud. Wilayah pelaksanaan eksploitasi yang luas


menimbulkan kerawanan terhadap serangan udara musuh. Satbak
Arhanud dari peleton rudal manpads (ATLAS/LML/RBS-70) harus
segera pindah kedudukan untuk melindungi pasukan yang sedang
melaksanakan eksploitasi dengan cara berloncatan. Sedangkan
satbak rudal lainnya (MPCV/MMS) melindungi posko, stelling Armed
dan satbanmin dari serangan udara musuh;

c) Flite Penerbad. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


kegiatan pada tahap perencanaan GMUK;

d) Kompi Zeni. Kompi Zeni merencakan bantuan Zeni kepada


pasukan manuver untuk memperlancar manuver pasukan penekan
dan peningkar serta menghambat manuver pasukan musuh untuk
mengembangkan keadaan yang dapat merugikan pasukan kawan;

e) Peleton Perhubungan. Melaksanakan kegiatan sama seperti


tahap perencanaan GMUK; dan

f) Peleton Peralatan. Pemeliharaan ranpur/rantis yang


dipergunakan oleh pasukan pengejaran sangat esensial untuk dapat
mempertahankan manuver yang dilaksanakan.Satuan perawatan dan
pemeliharaan harus sedapat mungkin merapat ke pasukan
pengejaran. Satuan pal direncanakan secara komposit terhadap
satuan lain bersama-sama dapat melakukan kegiatan dan selanjutnya
berperan sebagai tenaga ahli dibidang senjata/kendaraan tempur/ahli
munisi. Adapun langkah-langkah pada tahap perencanaan sama
seperti pada tahap perencanaan GMUK.

3) Satuan bantuan administrasi:

a) Peleton Polisi Militer. Kegiatan yang dilakukan Peleton Polisi


Militer pada tahap perencanaan ini sama dengan operasi lainnya,
hanya dititikberatkan kepada perencanaan kegiatan penjemputan dan
pengurusan tawanan perang karena kemungkinan banyaknya
pasukan musuh yang menyerah, yang harus segera di bawa ke
daerah belakang agar tidak menghambat gerak maju dari pasukan
pengejaran, sehingga memerlukan kesiapan Peleton Polisi Militer
dalam rangka menjemput tawanan perang di titik penjemputan serta
membawa dokumen musuh atau barang rampasan perang yang
diperoleh, untuk selanjutnya diserahkan kepada unit prosesing
tawanan perang di kamp tawanan perang sementara karena hasil
processing tersebut akan dapat membantu memberikan informasi
untuk kepentingan operasi selanjutnya;
155

b) Peleton Kesehatan. Dukungan medis, perawatan, dan


evakuasi medis harus direncanakan dengan matang, terutama pada
saat peralihan dari operasi serangan lainnya ke operasi pengejaran
guna mempertahankan kecepatan waktu yang dibutuhkan. Selain itu
dukungan kesehatan bagi pasukan pengejar harus direncanakan
sedemikian rupa, oleh karena daerah operasinya yang berada jauh
dari induk pasukan. Penentuan titik kumpul korban harus dilakukan
dengan cermat dengan memperhatikan faktor keamanan mengingat
kemungkinan musuh masih berada di kantong perlawanan yang
belum sempat dibersihkan. Perlu dipertimbangkan untuk memperkuat
Peleton Kesehatan kompi pengejar dengan personel kesehatan
Yontimpur karena kemungkinan korban jatuh di tempat yang jauh dan
tersebar karena mobilitas pasukan yang tinggi;

c) Peleton Bekang. Peleton Bekang merencanakan kegiatan


yang akan dilakukan seperti pada saat pelaksanaan operasi serangan
lainnya. Meningkatnya kebutuhan bekal kelas III perlu direncanakan
dengan baik guna mempertahankan momentum gerakan yang
dilakukan oleh pasukan pengejaran. Dukungan logistik pasukan
pengejaran harus memiliki tingkat mobilitas yang tinggi, salah satunya
dengan mempertimbangkan mempergunakan transportasi udara
dalam memberikan bekal ulang dengan berkoordinasi dengan Flite
Penerbad;

d) KelompokTopografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK; dan

e) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti yang


dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

f) Satuan bantuan teritorial. Kegiatan yang dilaksanakan sama


seperti yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

g) Satuan intelijen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap perencanaan GMUK.

e. Tahap Persiapan.

1) Satuan tempur.

a) Satuan Infanteri.Oleh karena operasi pengejaran merupakan


kelanjutan dari pelaksanaan operasi serangan lainnya, sehingga tidak
terdapat tahap persiapan secara khusus. Kegiatan yang perlu
dilakukan sama dengan kegiatan pada tahap persiapan di operasi
eksploitasi; dan

b) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang sama


seperti pada tahap persiapan GMUK.

2) Satuan bantuan Tempur:


156

a) BateraiArmed. Oleh karena operasi pengejaran merupakan


kelanjutan dari pelaksanaan operasi serangan lainnya, sehingga tidak
terdapat persiapan operasi secara khusus. Kegiatan yang perlu
dilakukan sama dengan kegiatan pada persiapan operasi di operasi
eksploitasi;

b) Baterai Arhanud. Baterai Arhanud yang terlibat melakukan


persiapan sama dengan persiapan yang dilakukan pada saat
eksploitasi. Prioritas obyek diberikan kepada satuan manuver dan
satuan bantem yang dipersiapkan untuk mengikuti pengejaran;

c) Flite Penerbad. Oleh karena operasi pengejaran merupakan


kelanjutan dari pelaksanaan operasi serangan lainnya, sehingga tidak
terdapat tahap persiapan secara khusus. Kegiatan yang perlu
dilakukan sama dengan kegiatan pada tahap persiapan di operasi
eksploitasi;

d) Kompi Zeni. Adapun kegiatan Kompi Zeni pada tahap


persiapan operasi secara umum sama dengan kegiatan pada GMUK;
e) Peleton Perhubungan.Peleton Perhubungan melaksanakan
kegiatan yang sama dengan operasi eksploitasi; dan

f) Peleton Peralatan. Oleh karena operasi pengejaran


merupakan kelanjutan dari pelaksanaan operasi serangan lainnya,
sehingga tidak terdapat persiapan operasi secara khusus. Kegiatan
yang perlu dilakukan sama dengan GMUK.

3) Satuan bantuan administrasi:

a) Peleton Polisi Militer. Tahap persiapan dalam operasi


pengejaran merupakan kelanjutan dari pelaksanaan operasi
serangan lainnya, sehingga tidak terdapat tahap persiapan secara
khusus. Kegiatan yang perlu dilakukan sama dengan kegiatan pada
tahap persiapan di operasi eksploitasi; dan

b) Peleton Kesehatan. Oleh karena operasi pengejaran


merupakan kelanjutan dari pelaksanaan operasi serangan lainnya,
sehingga tidak terdapat persiapan operasi secara khusus. Kegiatan
yang perlu dilakukan sama dengan kegiatan pada persiapan operasi
di operasi eksploitasi;

c) Peleton Bekang. Persiapan Peleton Bekang dalam mendukung


operasi pengejaran sama dengan kegiatan tahap perencanaan
GMUK;

d) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap persiapan GMUK.

e) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti yang


dilaksanakan pada tahap persiapan GMUK.

4) Satuan bantuan Teritorial.Satuan Teritorial pada tahap persiapan ini


sama dengan yang dilakukan pada tahap persiapan GMUK.
157

5) Satuan Intelijen. Satuan Intelijen pada tahap persiapan ini sama


dengan yang dilakukan pada tahap persiapan GMUK.

f. Tahap Pelaksanaan.

1) Satuan tempur.

a) Satuan Infanteri:

(1) terdapat 2 (dua) macam manuver dalam pelaksanaan


pengejaran, manuver frontal, dan manuver kombinasi;

(2) frontal hanya mengerahkan satuan penekan untuk


melakukan pengejaran sepanjang rute pengunduran musuh.
Manuver ini digunakan dalam 2 (dua) situasi, yang pertama
apabila tidak dapat membentuk satuan peningkar yang
memiliki tingkat mobilitas yang tinggi ke daerah belakang
musuh, situasi berikutnya apabila terdapat medan yang sulit
dilintasi oleh satuan peningkar atau karena musuh mundur
dengan teratur dan masih memiliki kekuatan tempur yang
signifikan;

(3) manuver yang lebih efektif untuk digunakan dalam


operasi pengejaran adalah dengan mengkombinasikan
penggunaan satuan penekan dan satuan peningkar. Satuan
penekan digunakan untuk memberikan tekanan terhadap
musuh secara terus menerus, sehingga musuh tidak dapat
melaksanakan pengunduran dengan cepat atau
mengembalikan integritas pertahanannya. Sementara satuan
peningkar bergerak melambung/meningkar ke daerah
lambung/belakang musuh untuk memotong jalur pengunduran
musuh;

(4) pengejaran dapat juga berupa operasi pelingkaran,


dimana pasukan yang mengundurkan diri berupaya untuk
dipotong, diisolasi dari perkuatan pasukan musuh lainnya,
sebelum dihancurkan. Satuan penekan melakukan
serangkaian serangan-serangan cepat yang selalu berupaya
untuk memelihara kontak dengan musuh, memperlambat
manuver, serta menghancurkan kekuatan, kemampuan, dan
kemauan bertempur musuh;

(5) dalam pengejaran tujuan/tugas pokok harus dipegang


teguh, oleh karenanya terhadap hambatan yang ditinggalkan
oleh musuh tidak perlu diperhatikan, cukup dilaporkan dan
musuh tidak perlu diperhatikan, cukup dilaporkan dan
ditinggalkan. Bila harus diatasi dapat diserahkan kepada
satuan cadangan;

(6) Danyontimpur berada dekat dengan satuan penekan


untuk memudahkan pimpinan pada saat serangan dan
penghancuran;
158

(7) operasi pengejaran senantiasa berupaya untuk


memotong jalur pelarian musuh, dengan melakukan gerakan
yang cepat dan terkoordinasi dengan menggunakan rute
pengejaran yang paling menguntungkan. Apabila satuan
peningkar tidak mampu bergerak lebih cepat dari gerakan
pengunduran musuh, maka melakukan serangan ke arah
lambung musuh. Kemudian satuan peningkar lain segera
dibentuk dan berupaya melakukan peningkaran berikutnya;

(8) ketika pasukan musuh telah terindentifikasi akan


melakukan pengunduran, maka pasukan penyerang depan
yang berhadapan segera memberikan tekanan dalam area
yang luas tanpa menunggu perintah dari komando atas untuk
mulai melakukan operasi pengejaran. Guna memastikan
bahwa musuh senantiasa berada dalam tekanan, serta
melakukan pengunduran yang tergesa-gesa. Kemudian satuan
penyerang depan tersebut akan beralih menjadi satuan
penekan;

(9) satuan cadangan maupun satuan yang tidak terlibat


langsung dengan musuh pada operasi sebelumnya dapat di
organisir menjadi satuan peningkar, yang berupaya melakukan
peningkaran dengan jalan pendekat yang ada kearah daerah
belakang rute pengunduran musuh. Satuan peningkar akan
menghindari kontak dengan musuh, sampai mencapai daerah
belakang pengunduran musuh;

(10) pasukan pengejaran harus senantiasa berupaya untuk


mencegah musuh untuk menyusun secara efektif
pertahanannya, baik dengan tekanan yang diberikan oleh
satuan penekan ataupun melalui tembakan bantuan Armed;

(11) pasukan pengejaran tidak boleh memberikan waktu


kepada musuh untuk melakukan reorganisasi dan menyusun
suatu pertahanan melingkar setelah dapat diisolasi, oleh
satuan peningkar dan satuan penekan. ; dan

(12) untuk menghancurkan musuh yang sudah terkepung


dengan menggunakan operasi psikologi, senjata dengan
munisi presisi ataupun melakukan serangan armed yang
dahsyat.

b) Kompi Kavaleri:

(1) Kikav bisa ditempatkan sebagai satuan penekan


maupun satuan peningkar;

(2) Kikav dapat diberikan tugas pengejaran atau tugas


penguasaan sasaran fisik. Peran yang dapat diberikan kepada
Kompi Kavaleri adalah sebagai pasukan penekan langsung
atau sebagai pasukan peningkar dan dapat pula diberi tugas
melambung untuk memotong dan menghancurkan musuh; dan
159

(3) pasukan penekan langsung memanfaatkan setiap


peluang yang ada untuk melambung dalam rangka memotong
dan menghancurkan musuh.

2) Satuan bantuan tembakan.

a) Baterai Armed:

(1) melaksanakan tembakan terhadap sasaran-sasaran


yang telah direncanakan sesuai rencana tembakan dari
Danyontimpur;

(2) melayani permintaan tembakan atas permintaan dari


satuan manuver melalui jaupan Armed;

(3) bantuan tembakan diprioritaskan pada penghancuran


sasaran pokok, menutup jalan pendekat musuh untuk
melarikan diri dan jalan yang kemungkinan digunakan sebagai
poros perkuatan musuh; dan

(4) guna mencapai fleksibilitas dan mobilitas yang tinggi


dalam membantu pasukan yang melaksanakan pengejaran
maka satuan Armed dapat dipecah menjadi seksi-seksi
dengan diberi tugas taktis non standar perintah tugas bantu
kepada masing-masing satuan yang melaksanakan
pengejaran.

b) Baterai Arhanud. Baterai Arhanud memberikan perlindungan


udara selama pelaksanaan pengejaran. Pada saat satbak sudah
berada di kedudukan yang telah direncanakan dan sudah siap
tembak, maka prosedur pengendalian operasi sudah dilaksanakan
dimulai dari pencarian, pengenalan, penjajakan sampai dengan
penghancuran sasaran. Ketentuan prosedur pengendalian operasi
Baterai Arhanud sama seperti tahap pelaksanaan GMUK.

c) Flite Penerbad. Heli Serang dari Flite Penerbad dapat


memberikan bantuan tembakan langsung kepada satuan peningkar
yang bergerak jauh dari jangkauan tembakan artileri. Sementara itu
Flite Penerbad juga dapat difungsikan untuk membantu satuan
peningkar dalam melaksanakan tugasnya guna memutus jalur
pelarian musuh.

d) Kompi Zeni. KompiZeni mengerahkan SST Zeni dengan rantis


memberikan bantuan tempur untuk memperlancar manuver pasukan
kawan yang melaksanakan pengejaran pada Satuan penekan dan
peningkar dengan melaksanakan tugas menghancurkan dan
menerobos rintangan dan perkuatan medan musuh dan
menghancurkan instalasi vital musuh. Pasukan yang dilibatkan untuk
melaksanakan peningkaran baik melalui udara ataupun darat
melaksanakan pembuatan rintangan untuk melindungi lambung
pasukan peningkar dari serangan musuh serta menutup jalan
pemunduran musuh. Pembuatan rintangan gopoh memperhatikan
faktor tummpas.
160

e) Peleton Perhubungan:

(1) Pernika. Melaksanakan dukungan pernika, perlindungan


elektronika dan serangan elektronika;

(2) Komunikasi. Melaksanakan dukungan komunikasi radio


merupakan prioritas utama, dan komunikasi data lebih
dioptimalkan sebagai sarana alur ganda; dan

(2) Konbekharstal:

(a) konstruksi dilaksanakan bila memungkinkan;


(b) pembekalan Alhub dilaksanakan sesuai perintah;
dan
(c) instalasi repeater guna mendukung kelancaran
kodal.

f) Peleton peralatan. Peleton peralatan senantiasa


memperhatikan bentuk perbekalan dan perawatan yang diperlukan
Yontimpur agar materiil yang digunakan tersebut dilakukan secara
terkoordinasi dengan baik. Adapun tugas tugas yang dilaksanakan
meliputi:

(1) melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan materiil


ranpur/rantis maupun senjata baik oleh Timpal maupun
personel pal yang menjadi komposit satuan lain;

(2) melaksanakan penggantian senjata perorangan yang


rusak dengan senjata persediaan (maintenance float);

(3) melaksanakan pembekalan ulang munisi secara cepat


dan tepat dengan berkoordinasi dengan unsur Bekang
mengenai angkutan munisi;

(4) melaksanakan evakuasi ranpur/rantis yang memerlukan


perbaikan lebih lanjut ke eselon pemeliharaan yang lebih tinggi
oleh tim recovery; dan

(5) menerima, mengamankan, meneliti dan menyebarkan


informasi teknis mengenai materiil peralatan musuh hasil
rampasan atau dikirimkan ke instalasi pemeliharaan yang lebih
tinggi.

3) Satuan bantuan administrasi:

a) Peleton Polisi Militer. Kegiatan yang dilakukan oleh Peleton


Polisi Militer pada tahap pelaksanaan ini sama dengan operasi
lainnya, hanya lebih dititikberatkan kepada penjemputan dan
pengurusan tawanan perang karena kemungkinan jumlah tawanan
perang yang cukup besar memerlukan kecepatan dalam
penanganannya sehingga akan membantu pasukan manuver untuk
dapat segera bergerak ke sasaran pengejaran selanjutnya;
161

b) Peleton Kesehatan. Peleton Kesehatan memberikan dukungan


kesehatan yang dibutuhkan oleh pasukan pengejaran dengan cepat,
untuk terus menjaga moril pasukan pengejaran dan menjaga
mobilitas pasukan. Tim evakuasi dari Peleton Kesehatan mengambil
korban di titik kumpul korban di sepanjang rute untuk dikirim ke pos
pertolongan korban Yontimpur. Penggunaan ambulan dan sarana
evakuasi medis lainnya dapat dipertimbangkan untuk mempercepat
pelaksanaan evakuasi korban;

c) Peleton Bekang. Peleton Bekang menyiapkan kebutuhan bekal


kelas III akan meningkat terutama upaya untuk melaksanakan
tekanan secara terus menerus, serta memotong jalur pengunduran
musuh. Peleton Bekang berupaya untuk memberikan dukungan yang
dibutuhkan secara mandiri, dengan menggunakan jalur udara dengan
berkoordinasi dengan Penerbad maupun jalur darat yang terlindung
dengan kuat; dan

d) Kelompok Topografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan GMUK.

e) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti yang


dilaksanakan pada tahap pelaksanaan GMUK.

4) Satuan bantuan teritorial. Satuan bantuan teritorial pada tahap


pelaksanaan ini sama dengan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan
GMUK.

5) Satuan intelijen. Satuan intelijen pada tahap pelaksanaan ini sama


dengan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan GMUK.

g. Tahap Pengakhiran.

1) Satuan tempur.

a) Satuan Infanteri.

(1) Operasi pengejaran dinyatakan berakhir apabila:

(a) pasukan pengejaran telah dapat menghancurkan


ataupun menangkap seluruh pasukan musuh yang
melarikan diri;

(b) pasukan pengejaran mengikat pasukan musuh,


sementara penghancuran akan dilakukan pasukan
kawan lainnya; dan

(d) pasukan pengejaran mengalami titik kulminasi


dalam mempertahankan kemampuan dan kemauan
bertempurnya.
162

(2) Pengejaran juga dinyatakan berakhir apabila beralih


melakukan operasi lainnya berdasarkan pertimbangan
TUMMPAS, seperti pasukan pengejaran beralih ke operasi
pertahanan apabila ditemui penurunan dalam daya tempurnya.

(3) Masing-masing satuan melaksanakan kegiatan sama


seperti kegiatan yang dilakukan pada operasi serangan lainnya
pada tahap pengakhiran.

b) Kompi Kavaleri. Kikav melaksanakan kegiatan yang sama


seperti pada tahap pengakhiran GMUK.

2) Satuan bantuan tempur:

a) BateraiArmed. Melaksanakan kegiatan sama seperti kegiatan


yang dilakukan pada operasi serangan lainnya pada pengakhiran
operasi;

b) Baterai Arhanud. Baterai Arhanud melakukan kegiatan


pengakhiran sama dengan pengakhiran yang dilakukan pada saat
GMUK, dengan tetap tetap memberikan perlindungan udara untuk
melindungi satuan tempur, Satbanpur, Satbanmin, Posko, atau objek
rawan lainnya sesuai prioritas berdasarkan faktor TUMMPAS;

c) Flite Penerbad. Kegiatan yang dilaksanakan sama dengan


tahapan pengakhiran pada operasi eksploitasi;

d) Kompi Zeni. Adapun kegiatan Kompi Zeni pada tahap


pengakhiran secara umum sama dengan kegiatan pada operasi
serangan sebelumnya. Peleton Peralatan;

e) Peleton Perhubungan.Peleton Perhubungan melaksanakan


kegiatan yang sama dengan operasi sebelumnya; dan

f) Peleton Peralatan. adapun kegiatan Peleton peralatan pada


tahap pengakhiran secara umum sama dengan kegiatan pada
operasi serangan sebelumnya.

3) Satuan bantuan administrasi.

a) Peleton Polisi Militer:

(1) melaksanakan pengaturan dan pengendalian lalu lintas


militer di daerah konsolidasi dengan menempatkan personel
pengendali pada kantong-kantong parkir dan titik rawan
hambatan lalu lintas didaerah konsolidasi;

(2) melaksanakan pengawasan/penegakan terhadap


kemungkinan pelanggaran hukum, disiplin, dan tata tertib oleh
pasukan sendiri setelah berada didaerah konsolidasi;
163

(3) melaksanakan prosesing terhadap tawanan yang


diperoleh selama pelaksanaan pengejaran serta penanganan
dokumen musuh dan barang rampasan perang yang diperoleh
selama pelaksanaan operasi; dan

(4) melaksanakan kegiatan konsolidasi dan/atau


melanjutkan persiapan guna melaksanakan operasi
selanjutnya.

b) PeletonKesehatan.

(1) Operasi pengejaran dinyatakan berakhir apabila:

(a) pasukan pengejaran telah dapat menghancurkan


ataupun menangkap seluruh pasukan musuh yang
melarikan diri;

(b) pasukan pengejaran mengikat pasukan musuh,


sementara penghancuran akan dilakukan pasukan
kawan lainnya; dan

(c) pasukan pengejaran mengalami titik kulminasi


dalam mempertahankan kemampuan dan kemauan
bertempurnya.

(2) Pengejaran juga dinyatakan berakhir apabila beralih


melakukan operasi lainnya berdasarkan pertimbangan
tummpas, seperti pasukan pengejaran beralih ke operasi
pertahanan apabila ditemui penurunan dalam daya tempurnya.

(3) Masing-masing satuan melaksanakan kegiatan sama


seperti kegiatan yang dilakukan pada operasi serangan lainnya
pada pengakhiran operasi.

c) Peleton Bekang.Kegiatan yang dilakukan satuan Bekang pada


tahap pengakhiran operasi pengejaran sama dengan kegiatan
pengakhiran pada operasi serangan lainnya.

d) KelompokTopografi. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti


yang dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK.

e) Tim Ajen. Kegiatan yang dilaksanakan sama seperti yang


dilaksanakan pada tahap pengakhiran GMUK.

f) Satuan bantuan teritorial. Satuan bantuan teritorial pada tahap


pengakhiran ini sama dengan yang dilakukan pada tahap
pengakhiran GMUK.

4) Satuan Intelijen. Satuan Intelijen pada tahap pengakhiran ini sama


dengan yang dilakukan pada tahap pengakhiran GMUK.
164

BAB V
PENGENDALIAN, KOMANDO DAN PERHUBUNGAN

19. Umum. Untuk menunjang keberhasilan operasi serangan yang dilaksanakan


oleh TNI AD maka diperlukan kesatuan komando, pengendalian, dan komunikasi oleh
setiap satuan pelaksana. Komando dan pengendalian serta komunikasi merupakan
syarat utama bagi seorang komandan dalam usahanya untuk menggerakkan satuan agar
berdaya dan berhasil guna. Untuk itu maka harus ditentukan secara jelas tingkat
kewenangan pengendalian dan rantai komando sehingga terjamin kejelasan rencana
serta perintah sampai ke tingkat pelaksana terendah.

20. Komando.

a. Komando pelaksanaan operasi serangan oleh Yontimpur secara umum


adalah kewenangan dan tanggung jawab Panglima TNI selaku pengguna kekuatan
TNI berdasarkan undang-undang serta penyelenggara strategi operasi militer.
Dalamhal penggunaan kekuatan komponen pertahanan negara Panglima TNI
bertanggung jawab kepada Presiden RI.

b. Kepala Staf Angkatan Darat membantu Panglima TNI dalam penyiapan


komponen pertahanan negara matra darat dan siap memberikan dukungan
kekuatan yang dibutuhkan sesuai dengan perintah Panglima TNI.

c. Panglima Komando Operasi yang ditunjuk, melaksanakan komando dan


pengendalian operasional terhadap satuan-satuan TNI yang berada dibawah
komandonya serta mendelegasikan kewenangan komando dan pengendalian taktis
kepada komandan satuan bawahan.

d. Para komandan satuan harus mampu mengendalikan pasukannya,


sehingga dapat mengikuti perintah-perintah yang diberikan oleh komando atas
dalam rangka menyelesaikan pelaksanaan operasi serangan.

e. Komandan bawahan yang dapat secara langsung melekat pada anak buah
harus dapat mengembangkan inisiatif untuk mengambil keputusan manakala
perintah yang diterima tidak dapat diterapkan terhadap perubahan situasi dimedan
tempur.

b. Komandan satuan kewilayahan yang wilayahnya digunakan dalam operasi


serangan mempunyai komando terhadap jajarannya untuk membuat titik kuat dan
memberikan data informasi yang akan diberikan kepada satuan yang akan
melaksanakan operasi serta komandan satuan kewilayahan harus dapat
mengendalikan penduduk yang menjadi tanggung jawabnya.

c. Para pemimpin harus melekat pada anak buahnya, sehingga terjalin


komunikasi yang harmonis dan menjadi tim yang kompak dalam mencapai tujuan
dan sasaran pelaksanaan tugas, menciptakan rasa senasib sepenanggungan
terhadap anak buahnya sehingga menjadi kekuatan yang solid dalam pelaksanaan
tugasnya.
165

21. Pengendalian.

a. Pengendalian yang baik sangat diperlukan untuk menjamin ketepatan


pelaksanaan dari rencana yang telah ditentukan atau sesuai dengan kebijaksanaan
pimpinan, sehingga sasaran dapat tercapai seoptimal mungkin. Dalam
pelaksanaan operasi serangan pengendalian yang dimaksud meliputi:
pengendalian dan pengawasan terhadap perencanaan, sistem, latihan, gambaran
operasi, pelanggaran personel, pelanggaran perintah, perintah yang ditetapkan,
briefing, pelaksanaan tugas satuan terhadap pelaksanaan doktrin dan peraturan,
otoritas/kekuasaan, personel, materiil, informasi, komunikasi, waktu, daerah
operasi, inisiatif, jiwa korsa, dan kecepatan bertindak. Sehingga pelaksanaan
operasi serangan dapat terlaksana secara optimal.

b. Komandan satuan kewilayahan sebagai pengendali operasi di titik kuat


wilayahnya merencanakan penempatan satuan-satuan terkecil untuk menahan aksi
ofensif musuh di wilayah Pertempuran, menyiapkan logisitk wilayah, pengerahan
perlawanan rakyat yang terpadu dengan perencanaan dari komando atas serta
terkoordinasi dengan instansi-instansi terkait. Komandan satuan yang terlibat
dalam operasi serangan sebagai pengendali operasi merencanakan operasi sesuai
petunjuk Pangkoops dan terintegrasi dengan satuan-satuan lainnya.

d. Seluruh personel yang terlibat dalam pelaksanaan operasi serangan selalu


melaporkan setiap saat tentang keadaan yang dialaminya dan harus mengetahui
situasi operasi yang sedang berlangsung dan perkembangan situasi terakhir.
Sehingga Satuan pimpinan berkewajiban untuk selalu memberikan penjelasan
terhadap pasukan tentang situasi terakhir jalannya operasi secara kontinyu kepada
anak buahnya. Komandan kewilayahan sebagai pengendali operasi di titik kuat
selalu berkoordinasi dengan satuan intelijen agar tetap diperoleh informasi yang
paling aktual di medan pertempuran dan memberikan perintah kepada anak
buahnya, sehingga seluruh personel di titik kuat wilayahnya memahami peran,
fungsi, dan tugasnya masing-masing guna kelancaran pelaksanaan tugas serta
dapat berbuat yang tepat dalam Pertempuran.

e. Komandan satuan operasi serangan selalu berkoordinasi dengan komandan


satuan tugas yang mempertahankan titik-titik kuat, untuk mengetahui kapan
waktunya melaksanakan serangan, di samping itu juga selalu berkoordinasi
dengan Komandan Intelijen yang mendukungnya dan memberikan informasi
terakhir kepadanya.

Koordinasi antarsatuan tetap dilakukan pada setiap saat agar pelaksanaan operasi
menjadi kompak dalam kesatuan pengendalian Pangkoops.

e. Satuan pimpinan harus mampu mengendalikan dan mengawasi terhadap


pelanggaran yang dilakukan oleh anak buahnyaterhadap perintah-perintah yang
telah dikeluarkan melalui penjelasan secara terperinci, sehingga perintah jelas dan
mudah dipahaminya.

f. Seluruh personel yang terlibat dalam operasi serangan harus menguasai


dan mahir dalam menerapkan protap satuan, sehingga satuan pimpinan secara
terus-menerus berkewajiban melatihkan kepada anggotanya. Danramil sebagai
pengendali operasi di titik kuat di wilayahnya serta para komandan lainnya
berkewajiban untuk melaksanakan latihan dan uji coba protap terhadap
anggotanya termasuk komponen cadangan dan pendukung, sehingga akan
166

memiliki kesiapsiagaan yang tinggi dalam menghadapi perlawanan musuh.


Pengendalian satuan pimpinan terhadap anak buah atas tugas-tugas yang
dijalankan, sehingga pelaksanaannya dapat berjalan secara optimal. Danramil
sebagai pengendali operasi di titik kuat wilayahnya memiliki kewajiban untuk
mengendalikan dan mengevaluasi jalannya operasi, sehingga pencapaian tugas
penyiapan ruang, alat, dan kondisi juang, penyiapan perlawanan rakyat, dan
logistik wilayah terkontrol dan terukur. Komandan tim insurjen sebagai pengendali
operasi pasukan wilayahnya memiliki kewajiban untuk mengendalikan dan
mengevaluasi jalannya operasi, sehingga pencapaian tugas untuk memperlemah
dan memperkecil kekuatan musuh terkontrol dan terukur, demikian halnya dengan
Dansat Serbal sebagai pengendali operasi pasukan pemukul terpusat memiliki
kewajiban untuk mengendalikan dan mengevaluasi jalannya operasi, sehingga
pencapaian penghancuran musuh di daerah yang telah dipersiapkan terkontrol dan
terukur.

g. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengendalian:

1) satuan-satuan yang melaksanakan operasi serangan dengan


melaksanakan pertempuran diarea yang padat penduduknya (diperkotaan),
dalam operasionalnya harus sesuai dengan doktrin/petunjuk Pertempuran
kota dan Pertempuran jarak dekat. Pengawasaan terhadap otoritas yang
dimiliki satuan-satuan komandan bawahan oleh komandan atasan selalu
dilakukan untuk mencegah salah prosedur atau tindakan semena-mena
terhadap anak buah maupun terhadap penduduk;

2) pemilihan, distribusi, penggunaan, dan pergantian personel dalam


pelaksanaan operasi serangan harus dapat dikendalikan oleh satuan
pimpinan;

3) materiil yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan operasi


serangan harus selalu dikendalikan agar siap digunakan;

4) informasi yang diberikan harus selalu tepat waktu dan tepat guna
sehingga data selalu akurat dan valid guna mendukung pelaksanaan tugas;

5) satuan-satuan yang terlibat dalam operasi serangan walaupun


terhalang oleh jarak/barier senantiasa dapat selalu berhubungan sebagai
sarana pengendalian operasi dan menjamin terselenggaranya kontak
komunikasi antar perorangan/kelompok pada posisi-posisi yang telah
ditetapkan, sehingga dapat mendukung jalannya operasi dengan optimal;

6) inisiatif oleh seluruh personel yang terlibat dalam operasi perlu


diawasi untuk menghindari inisiatif yang menyalahi prosedur, serta jiwa
korsa atau kekompakan agar terpelihara dalam pelaksanaan tugas sehingga
menjadi tim yang solid dalam melaksanakan pertahanan darat; dan

7) satuan pimpinan selalu mengecek seberapa jauh kecepatan


bertindak anggota dalam menerima dan melaksanakan perintah-perintah
dan perkembangan situasi taktis di lapangan, berkewajiban membina dan
memelihara kemampuan kesiapsiagaan, kemampuan ketanggapsegeraan
dan kemampuan PKT/PKM personelnya termasuk komponen cadangan dan
pendukung yang dilibatkan dalam operasi.
167
RAHASIA
167

22. Komunikasi.Komunikasi dalam rangka pelaksanaan operasi dimaksudkan untuk


memperlancar komando dan pengendalian. Pemanfaatan sarana komunikasi untuk kodal
didasarkan pada sistem komunikasi pertempuran, terkecuali pada saat-saat tertentu
apabila keadaan memungkinkan dapat menggunakan siskomwil yang ada.

a. Prosedur Komunikasi. Prosedur komunikasi menggunakan instap dan


insops komunikasi yang berlaku.

b. Sarana Komunikasi. Sarana komunikasi yang digunakan dapat berupa


radio, telepon, dan caraka.

BAB VI
PENUTUP

23. Penutup. Demikian Naskah Sekolah ini disusun sebagai bahan ajaran untuk
pedoman bagi Gadik dan Siswa dalam proses belajar mengajar Pengetahuan Batalyon
Tim Pertempuran pada Pendidikan Perwira TNI AD.

Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri,

Tri Soewandono
Mayor Jenderal TNI

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai