Laporan Pengujian Super Absorbent Polymer Pada Popok
Laporan Pengujian Super Absorbent Polymer Pada Popok
Laporan Pengujian Super Absorbent Polymer Pada Popok
Oleh :
NIM : 13717029
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita pasti tidak akan jauh dari produk-produk yang
berdasarkan polimer. Mengapa begitu banyak barang yang berdasarkan polimer? Karena
sumbernya yang mudah didapatkan dan sifatnya yang mudah dimodifikasi sesuai
kebutuhan. Salah satu aplikasi dari polimer yang dimodifikasi adalah dalam pembuatan
diaper.
Tentu saja diapers bukanlah barang yang asing bagi masyarakat umum. Diapers sendiri
biasanya digunakan oleh bayi, batita, ataupun balita, meskipun ada beberapa diapers yang
digunakan oleh manula. Diapers sendiri memiliki sifat penting yang harus dibutuhkan,
yaitu mampu menyerap air banyak dan menampungnya, bahkan dengan perbandingan
volume atau massa yang sangat jauh. Sifat diapers ini dapat dipenuhi karena adanya super
absorbent polymer didalam diapers.
1.2 Tujuan
merek “MT”.
TEORI DASAR
Super absorbent polymer adalah suatu bahan yang dapat mengabsorpsi dan atau
menyimpan cairan lebih dari berat bahan tersebut dan tidak melepas cairan tersebut. Pada
awalnya super absorbent polymer dibuat dari tepung, selulosa dan polivinil alkohol yang
mempunyai gugus hidrofilik dan mempunyai daya afinitas yang tinggi terhadap air. Super
absorbent polymer jenis ini mempunyai beberapa kelemahan diantaranya kapasitas
absorpsinya relatif kecil, kurang stabil terhadap perubahan pH, suhu dan sifat fisik yang
tidak bagus. Dewasa ini sedang dikembangkan super absorbent polymer yang dibuat dari
polimer organik yang dimodifikasi dengan mineral alam seperti bentonit, kuarsa dan
silika. Super absorbent polymer modifikasi ini mempunyai sifat fisik dan kimia yang jauh
lebih baik.
Ikatan utama super absorbent polymer adalah gugus hidrofilik karena terdiri dari gugus
asam karboksilat (-COOH) yang mudah menyerap air. Ketika super absorbent polymer
dimasukkan dalam air atau pelarut akan terjadi interaksi antara polimer dengan molekul
air. Interaksi yang terjadi adalah hidrasi. Mekanisme hidrasi yang terjadi adalah ion dari
zat terlarut dalam polimer seperti COO- dan Na+ akan tertarik dengan molekul polar air.
Dalam proses pembuatan super absorbent polymer, polimer yang digunakan harus
memenuhi persyaratan diantaranya yaitu bersifat hidrofilik, tidak larut dalam air,
mempunyai gugus fungsi yang bersifat ionik. Asam poliacrilite dan poliacrilamide
merupakan bahan super absorbent polymer yang paling banyak digunakan karena
mempunyai daya afinitas yang paling baik. Komposit super absorbent polymer dapat
dibuat dengan proses penggabungan polimer dengan silika. Berdasarkan proses
penggabungan, pembuatan super absorbent polymer dapat dibedakan menjadi dua jenis.
Jenis pertama yaitu penggabungan monomer dengan silika kemudian diikuti proses
polimerisasi sedangkan yang kedua adalah penggabungan polimer dengan silika. Proses
pembuatan yang paling banyak digunakan adalah proses pertama karena dapat
menghasilkan ikatan yang kuat antara polimer dengan silika. [1]
BAB III
Karena data penyerapan pada SAP MT ada lebih dari 1 (karena tiap varian massa SAP
MT diukur oleh beberapa praktikan), maka dicari dulu rata-rata kapasitas penyerapannya.
1.1
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.4
0.45
0.5
0.55
0.6
0.65
0.7
0.75
0.8
0.85
0.9
0.95
1
1.05
1.15
Gambar 3.1 Grafik Penyerapan Aqua DM pada Merries
600
500
400
300
y = 25.568x - 6.8788
200
100
0
0.35
1.1
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.4
0.45
0.5
0.55
0.6
0.65
0.7
0.75
0.8
0.85
0.9
0.95
1.05
1.15
1
500
400
300
200
y = 15.596x + 68.035
100
0
0.35
1.1
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.4
0.45
0.5
0.55
0.6
0.65
0.7
0.75
0.8
0.85
0.9
0.95
1
1.05
1.15
Gambar 3.3 Grafik Penyerapan Aqua DM pada Sweety
1.1
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.4
0.45
0.5
0.55
0.6
0.65
0.7
0.75
0.8
0.85
0.9
0.95
1.05
1.15
1
50
40
30
20
y = 1.6578x + 1.4805
10
0
0.60
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
0.55
0.65
0.70
0.75
0.80
0.85
0.90
0.95
1.00
1.05
1.10
1.15
Gambar 3.5 Grafik Penyerapan NaCl 2% pada Merries
60
50
40
30
20
y = 2.2341x + 1.8685
10
0
0.60
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
0.55
0.65
0.70
0.75
0.80
0.85
0.90
0.95
1.00
1.05
1.10
1.15
0.65
0.70
0.75
0.80
0.85
0.90
0.95
1.00
1.05
1.10
1.15
Gambar 3.7 Grafik Penyerapan NaCl 2% pada Sweety
0.65
0.70
0.75
0.80
0.85
0.90
0.95
1.00
1.05
1.10
1.15
ANALISIS DATA
Pada percobaan ini, dapat dilihat bahwa dengan menguji diapers pada massa yang
berbeda-beda dapat mempengaruhi kapasitas penyerapan dari SAP tersebut. Ini tentu saja
suatu hal yang pasti, karena semakin banyak SAP yang ada, semakin banyak juga air yang
mampu tertampung didalam SAP tersebut.
Lalu jika dilihat dari data data yang ada, maka akan terlihat bahwa penyerapan SAP
terhadap air jauh lebih banyak dibandingkan kemampuan penyerapan SAP terhadap
larutan NaCl (garam) 2%. Kemungkinan hal ini berhubungan dengan sistem kerja SAP
yang memanfaatkan kerja osmosis. Tekanan osmosis ini timbul akibat adanya perbedaan
konsentrasi ion-ion didalam larutan dan didalam hidrogel SAP. Ion-ion yang terikat pada
jaringan hidrogel SAP akan dalam kondisi tidak bergerak sehingga terpisah dari larutan
luar karena adanya membran semipermeable. Jika SAP direndam dalam air, maka akan
terjadi tekanan osmosis maksimum dan hidrogel akan mengembang. Tetapi jika hidrogel
direndam dalam larutan NaCl 2%, maka akan terjadi tekanan osmosis yang sangat rendah
dikarenakan adanya ion-ion Na+ dan Cl- . [2]
Selain itu, dapat dilihat adanya perbedaan daya serap pada SAP yang sama massanya
namun berbeda merk. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh jenis monomer yang
digunakan dalam polimerisasi SAP ini. Jenis monomer yang berbeda akan mempengaruhi
fleksibilitas rantai yang juga akan berpengaruh ke jumlah free volume yang bisa
dimunculkan untuk menampung larutan yang diserap. Karena itu bisa ada perbedaan
kemampuan daya serap dari tiap jenis SAP
Diluar faktor massa dan merk SAP yang kita gunakan, dapat kita lihat dari grafik data
diatas terdapat grafik yang seperti lonjakan-lonjakan. Hal ini terjadi kemungkinan karena
adanya beberapa error yang disebabkan praktikan, seperti pengukuran massa SAP yang
kurang teliti, karena selisih antara varian massa satu ke massa yang lain relatif sangat
kecil (berselang 0,05 gram). Kemungkinan ini semakin terbukti karena dapat kita lihat
dari grafik berbagai macam SAP, grafik yang paling stabil adalah grafik SAP MT yang
massanya sudah diukurkan oleh asisten di lab dan bukan oleh praktikan sendiri.
Lalu faktor lain yang mungkin menyebabkan kesalahan lain adalah kesalahan pengukuran
larutan yang dituangkan. Selain itu, kesalahan asumsi praktikan juga dapat
mempengaruhi hasil yang didapat. Praktikan mungkin saja menganggap SAP yang dia uji
sudah mencapai batas penyerapannya, meski sebenarnya SAP tersebut mampu menyerap
lebih banyak lagi. Karena untuk menyerap air, dibutuhkan waktu dan semakin banyak
larutan yang sudah diserap maka waktu yang dibutuhkan SAP tersebut untuk menyerap
larutan itu lagi karena selisih konsentrasi ion pada larutan dan hidrogel SAP semakin
sedikit, sehingga tekanan osmosis yang membuat larutan masuk kedalam hidrogel SAP
semakin kecil, maka butuh waktu yang lebih lambat.
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Kapasitas penyerapan pada masing masing diapers dapat dilihat pada grafik (Gambar
3.1 sampai Gambar 3.8)
2 & 3.
585
530
482 470 488 457 487
Daya Serap (mL)
0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9 0.95 1 1.05 1.1 1.15
Massa (gram)
80
65
Daya Serap (mL)
60
50 50 52
48
44 44
40 39 40
38 40 40 40
38
35 34.67 36 36 34
33.67 34 36
28 30 27.67 27.67 30
28 28 28.5
25 24 25 24 24
21.83 20 19
18 17 18 18 19 16.6719.33
17.5 18 17.67
15 16
15
14 15 14 15
13 13
12 13
11 13 15 15 12
10 7.5 8.67 10
5 6
5
4.5 5 5 7
5.5 6
3
0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 0.95 1.00 1.05 1.10 1.15
Massa (gr)
5.2 Saran
1. Lebih teliti dalam menuang air
2. SAP disimpan di tempat yang benar-benar kering
3. Coba varian larutan yang lain juga (yang berhubungan dengan ekskresi manusia)
BAB VI
LAMPIRAN
References