Bab 5
Bab 5
Bab 5
166
167
ρoSC
X i Mi
.................................................................. (5-1)
X i Mi ρoSCi
Dimana :
oSC = Densitas minyak (14,7 psia; 60 oF)
oSCi = Densitas komponen minyak ke-i (14,7 psia; 60 oF)
Xi = Fraksi mol komponen minyak ke-i
Mi = Berat mol komponen minyak ke-i.
Biasanya specific gravity minyak (SG = γo), dikaitkan dengan sebagai
perbandingan densitas minyak (ρo) terhadap densitas air (ρw) , dengan persamaan :
ρo
SG = γ o ..................................................................................... (5-2)
ρw
Beberapa densitas lainnya dapat dihitung yaitu densitas dari air dapat
dihitung dari persamaan :
1
𝜌𝑤 = 0,01602+(0,000023𝑥𝐺) ................................................................... (5-3)
Di mana :
ρw = Densitas air, (lb/ft3)
G = -6,6 + 0,0325 x T + 0,000657 x T 2
T = Temperatur, (0F).
0
Peningkatan API dari sebuah minyak mentah dengan meningkatnya
temperatur. Sebelum spesifik gravity dapat diukur, minyak harus bebas dari air.
Gravity API pada ruang temperatur ditentukan pada persamaan :
141,5
˚𝐴𝑃𝐼 = 𝑆𝐺
− 131,5 ......................................................................... (5-4)
Penentuan berat jenis minyak (crude oil) dilakukan dengan alat yang
disebut hydrometer, dimana penunjuk spesific gravity dapat dibaca langsung pada
alat. Untuk temperatur yang lebih dari 60 oF, perlu dilakukan koreksi dengan
menggunakan chart yang ada. Kualitas dari minyak, baik minyak berat maupun
minyak ringan, ditentukan salah satunya oleh specific gravity. Temperatur minyak
mentah juga dapat mempengaruhi viskositas atau kekentalan minyak tersebut. Hal
ini yang menjadikan perlunya ada koreksi terhadap temperatur standart 60 oF.
Gambar alat hydrometer dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Grafik hubungan Rs terhadap tekanan dapat dilihat pada Gambar 5.2. harga
Rs dipengaruhi oleh tekanan, dimana :
Tekanan dibawah Pb (P < Pb), Rs akan turun sebagai akibat gas yang terlarut
pada tekanan tertentu akan mulai melepaskan diri dari larutannya.
Tekanan antara Pi dan Pb, Rs konstan sebagai akibat belum ada gas yang
terbebaskan sebelum mencapai Pb.
Dua jenis uji penentuan kinerja dari karakteristik minyak dan gas yaitu :
1. Uji flash liberation.
170
Pb* 102.886914.18113.3093LogP
0.5
..................................................(5-63)
172
x = 7,916 (10-4)(API)1,5410-4,561(10-5)(T-460)1,3911
dimana :
p = pressure, psia
T = temperature 0R,
E. Korelasi Lasater
173
1.8MABP 0.333
Kw = ……………………………………………..….(5-70)
o
Apabila Kw tidak diketahui dapat digunakan harga Kw = 12
4. Menentukan harga Rs dengan persamaan :
174
Yg
Rs 1.3303.105 o Scf/Stb …………………………….…(5-71)
o
M 1 Yg
F. Korelasi Vasques – Beggs
Vasques – Beggs mengembangkan korelasi empiris untuk memperkirakan
harga Rs. Korelasi ini dihasilkan dari 5008 pengukuran Rs dengan menggunakan
metoda analisa regresi.
Prosedur perhitungan :
1. Menyiapkan data yang meliputi :
- Tekanan (P), Psia dan Temperatur yang dikehendaki (T), R.
- Spesific gravity gas pada kondisi standar (g), fraksi.
- Derajat API minyak (API), API
- Temperatur separator (Tsep), R
- Spesific gravity gas pada kondisi separator (gs), fraksi.
2. Menghitung harga gs pada tekanan referensi 100 Psig dengan persamaan :
Psep
gs gp 1 5.912105 API Tsep 460Log ……………...(5-72)
114.7
3. Menghitung harga Rs dengan persamaan :
API
Rs C1 gs PC 2 EXP C3 Scf/Stb ……………………………….(5-73)
T
Dimana harga C1, C2 dan C3 tergantung dari harga gravity minyak :
Koefisien API 30 API 30
C1 0.0362 0.0178
C2 1.0937 1.1870
C3 25.7240 23.9310
5.1.1.3. Bubble Point (Pb)
Tekanan bubble point (titik gelembung) suatu sistem hidrokarbon
didefinisikan sebagai tekanan tertinggi dimana gelembung gas mulai pertama kali
terbebaskan dari minyak. Harga ini ditentukan secara eksperimen terhadap
minyak mentah dengan melakukan test ekspansi constant-composition (test flash
liberation).
175
A. Korelasi Standing
Standing (1947) mengemukakan korelasi ini berdasarkan 105 percobaan
pegukuran tekanan bubble pada 22 lapangan di California. Parameter yang
dibutuhkan pada korelasi Standing antara lain kelarutan gas (Rs), Specific gravity,
API, dan Temperatur (T). Nilai error dari korelasi ini adalah sekitar 4.8%.
Persamaan dari Korelasi Standing adalah sebagai berikut :
B. Korelasi Vasques-Beggs
Vasques-Beggs mengembangkan korelasi empiris untuk memperkirakan harga Pb
melalui persamaan :
C2
C1 × Rs a
Pb = [( ) (10) ]
γ
176
𝐶3×𝐴𝑃𝐼
𝑎=
𝑇
Dimana harga C1, C2 dan C3 tergantung dari harga gravity minyak :
E. Korelasi Petrosky-Farshad
Korelasi Petrosky-Farshad pada untuk kelarutan gas (Rs) dapat juga
digunakan untuk perhitungan Pb dengan bentuk sebagai berikut :
112,727𝑅𝑠 0,577421
𝑃𝑏 = [ ] − 1391,051
𝛾𝑔 0,8439 (10)𝑥
x = 7,916 (10-4)(API)1,5410-4,561(10-5)(T-460)1,3911
Nilai error dari korelasi Petrosku-Farshad untuk mengukur bubble point pressure
adalah sekitar 3,28%.
5.1.1.4. Kompresibilitas Minyak (Co)
Kompressibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume minyak akibat
adanya perubahan tekanan, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
1 V
Co
V P
Persamaan (2-39) dapat dinyatakan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami,
sesuai dengan aplikasi di lapangan, yaitu :
C pr
Co dimana P = Ppr . Ppc ......................................................... (2-58)
Ppc
Ket: Penulisan bilangan desimal menggunakan tanda titik (.) dan bilangan ribuan menggunakan tanda koma (,)
Gambar 2.18.
Variasi Dari Kompresibilitas Pseudoreduced Dengan
179
Ket: Penulisan bilangan desimal menggunakan tanda titik (.) dan bilangan ribuan menggunakan tanda koma (,)
Gambar 2.19.
Gambar 2.16.
Faktor Volume Formasi Minyak (Bo) Sebagai Fungsi Dari Tekanan
(Ahmed, Tarek, “Reservoir Engineering Handbook”, Second Edition, 2001)
1. Korelasi Standing
2. Korelasi Glaso
3. Korelasi Marhoun
4. Korelasi Trijana Kartoatmojo
5. Korelasi Vasques – Beggs
A. Korelasi Standing
Standing mengembangkan korelasi Bo berdasarkan data sistem gas –
minyak yang dikumpulkan di California seperti yang telah diuraikan pada korelasi
Rs.
Prosedur perhitungan :
1. Menyiapkan data yang meliputi :
- Tekanan (P), Psia dan temperatur reservoir (T), R
- Spesific gravity gas pada kondisi standar (g), fraksi.
- Derajat API minyak (API), API.
- Kelarutan gas dalam minyak Rs (Scf/Stb)
2. Menghitung harga Bo dengan persamaan :
1.2
g
0.5
Bo 0.979 0.000120 Rs 1.25T 460 Bbl/Stb …….……(4-
o
44)
B. Korelasi Glaso
Korelasi glaso untuk tekanan di bawah tekanan saturasi dikembangkan
dengan menggunakan data pengukuran contoh minyak laut utara.
Prosedur perhitungan :
1. Menyiapkan data penunjang :
- Tekanan (P), Psia
- Tekanan saturasi (Pb), Psia
- Temperatur reservoir (T), R
- Spesific gravity gas pada kondisi standar (g), fraksi.
- Derajat API minyak (API), API
- Kelarutan Gas dalam minyak Rs (Scf/Stb)
182
g
0.526
B *ob Rs 0.968T 460 ……………………………………(4-
o
45)
3. Menghitung Bo dengan persamaan :
Bo = 1 + 10A Bbl/Stb …………………………………………………….(4-46)
Dimana :
A 6.5851 2.91329LogB *ob 0.27683LogB *ob ………………….(4-47)
2
C. Korelasi Marhoun
Marhoun mengembangkan korelasi untuk menentukan harga Bo sebagai
fungsi dari gravity minyak, gravity gas dan temperatur. Persamaan empiris yang
dikembangkan berasal dari multiple analisa regresi yang didapatkan dari 160 data
percobaan. Minyak yang digunakan berasal dari Middle Eastern sebanyak 69
sampel.
Prosedur perhitungan :
1. Menyiapkan data penunjang
- Tekanan (P), Psia
- Temperatur reservoir (T), R
- Spesific gravity gas pada kondisi standar (g), fraksi
- Spesific gravity minyak , fraksi
- Kelarutan gas dalam minyak (Rs), (Scf/Stb)
2. Menghitung F dengan persamaan :
F = Rsa gb oc ……………………………………………………….(4-48)
Dimana :
a = 0.74239 ; b = 0.323294 ; c = - 1.202040
3. Bo dihitung dengan persamaan :
Bo = 0.497069 + 0.862963*10-3 T + 0.182594*10-2F + 0.318099*10-5F2
Bbl/Stb ……………………………………………………………..(4-49)
D. Korelasi Trijana Kartoatmojo
183
1.8(107 ) 360
A
dimana :
a = 10(0.43+8.33/API)
od = Viskositas minyak dead oil pada tekanan 14.7 Psi dan temperatur
reservoir,cp.
T = Temperatur R
2. Korelasi Beggs - Robinson
Beggs – Robinson mengembangkan korelasi empiris untuk menentukan
viskositas minyak “dead oil” yang berasal dari 460 data pengukuran, Persamaan
yang digunakan adalah :
od = 10x – 1 cp ………………………………………………...(4-54)
dimana :
x = y (T-460)-1.163
y = 10x
z = 3.0324 – 0.02023 API
3. Korelasi Glaso
186
d 1.1 103 Rs ………………………………………………………(4-59)
e 3.4710 Rs
3
…………………………………………………….(4-60)
187
ob 0.45
cp ………………………………..…(4-65)
Rs 1 / 2 T 1 o
460
3. Sedangkan viskositas di atas tekanan saturasi ditentukan dengan persamaan :
0.14
o ob 0.001P Pb 0.024ob1.6 0.038ob
0.56
………………..(4-
72)
2. Korelasi Vasquez - Beggs
190
Dimana :
192
gas dan fasa cair yang keluar dari separator di permukaan, pada hal komposisi
fasa cair sulit dianalisa. Untuk mengatasi kesulitan itu, maka dibuat cara
penaksiran spesific gravity gas alam dalam kondisi reservoir dengan persamaan:
Dimana :
g = SG gas didalam reservoir
Untuk suatu campuran gas (gas mixture), harga Pc dan Tc-nya merupakan
Pc dan Tc yang semu atau pseudo yang dapat ditentukan dengan persamaan (5-9)
berikut ini (Kay, 1936):
Ppc = ∑ yi Pci
Tpc = ∑ yi Tci
dimana :
yi = fraksi mol komponen (gas murni) ke-I didalam sistem
Pci = tekanan kritis komponen ke-i (Tabel 5.1)
Tci = temperatur kritis komponen ke-i (Tabel 5.1).
Tekanan dan temperatur kritis pseudo ini bukan tekanan dan temperatur
kritis sebenarnya dari campuran gas yang bersangkutan, tetapi hanya merupakan
tekanan dan temperatur kritis gas campuran yang digunakan untuk penentuan
faktor kompresibilitas.
Selain dengan cara penentuan berdasarkan harga tekanan dan temperatur
kritis gas murni (komponen) penyusunnya, Ppc dan Tpc suatu campuran gas dapat
juga ditentukan dengan grafik 5.1, apabila telah diketahui specific gravity-nya.
Grafik 5.1 memenuhi persamaan Standing:
a. Untuk Condensate Fluids
Tc = 187 + 330 (γg) – 71,5 (γg)2
Pc = 706 + 51,7 (γg) – 11,1 (γg)2 …………………………….(5-10a)
b. Untuk Miscellaneous Gases (gas kering di permukaan)
Tc = 168 + 325 (γg) – 12,5 (γg)2
196
E = B + C + D …………………………………………………..(5-125)
F = (0.132 – 0.32 log Tr) ………………………………………...(5-126)
Dimana :
Za = faktor kompresibilitas tambahan (additive)
ZN = faktor kompresibilitas untuk Nitrogen (Gambar 5.5)
Z true = faktor kompresibilitas sebenarnya
yN = fraksi mol Nitrogen
C = faktor koreksi bila ada nitrogen (Gambar 5.6)
Zg = faktor kompresibilitas hasil dari korelasi korelasi Standing dan
Katz
Bila hanya mengandung CO2 (koreksi Sage dan Lacey)
Za = ZCO2(yCO2) + (1-yCO2) Zg
Ztrue = Za
Dimana ZCO2 dapat ditentukan dari Gambar 5.7 (Amyx, 267)
Bila hanya mengandung H2S (Koreksi Sage dan Lacey):
Za = ZH2S (yH2S) + (1-yH2S) Zg
Ztrue = Za
198
Dimana ZH2S adalah faktor kompresibilitas gas H2S dari Gambar 5.8. Gas
Hidrokarbon yang mempunyai konsentrasi H2S 1 grain untuk setiap 100
Cuft gas dikategorikan sebagai “Sour Gas”.
Bila gas mengandung ketiga impuritis diatas, maka harus digunakan
Persamaan 5-16 berikut ini:
Za = ZNyN + ZCO2yCO2 + ZH2SyH2S + (1-yN-yCO2-yH2S) Zg
Ztrue = C Za
Faktor koreksi C diperoleh dari Gambar 5.6, tetapi faktor ini tidak
diperlukan bila gas tidak mengandung Nitrogen.
Tpc' Tpc 3
Dimana:
Tpc’ = harga Tpc yang telah terkoreksi
Ppc’ = harga Ppc yang telah terkoreksi
3 = hargakoreksi berdasarkan gambar
B = fraksi mol H2S di dalam gas hidrokarbon
Bagi keperluan komputerisasi, harga 3 dapat dihitung dengan persamaan:
3 = 120(A0,9 – A1,6) + 15(B0,5 – B4,0)
dimana A = jumlah fraksi mol CO2 dan H2S
B = fraksi mol H2S
Harga Tpc’ dan Ppc’ selanjutnya digunakan untuk menghitung Pr dan Tr
sesuai Persamaan. Kemudian harga Z ditentukan berdasarkan metode yang
telah dijelaskan.
Tabel 5.2 Faktor Koreksi Terhadap Tekanan dan Temperatur Kritis Untuk
Setiap 1 % mol Impurities
Impurities Koreksi Tc, oR Koreksi Pc, psia
CO2 - 0,8 + 4,4
H2S + 1,3 + 6,0
N2 - 2,5 - 1,7
2. Korelasi Dranchuk
Dranchuk, Purvis dan Robinson membuat korelasi faktor z berdasarkan
kurva Standing dan Katz. Perhitungan faktor Z metoda Dranchuk ini memerlukan
prosedur iterasi khususnya iterasi Newton Rhapson.
Prosedur perhitungan :
1. Pada Pr dan Tr tertentu menghitung harga-harga :
A = 0.06423 ; B = 0.5353 Tr – 0.6123
C = (0.3151Tr – 1.0467 – 0.5783)/(Tr)2 ; D = Tr
E = 0.6816/Tr2 ; F = 0.5845 ; G = 0.27 Pr
2. Mengganggap harga Z = 1 untuk perkiraan awal ( untuk menghitung Dr)
0.27 Pr
Z= ………………………………………………………(5-129)
Dr.Tr
3. Setelah Dr didapatkan, masukkan kedalam fungsi berikut ini :
F(Dr) = A.Dr6 + B.Dr3 + C.Dr2 + D.Dr + E.Dr3(1+F.Dr2).Exp(-F.Dr2) – G
……………………………………………………………(5-130)
F(Dr) = 6A.Dr5 + 3B.Dr2 + 2C.Dr + D + E.Dr2(3 + F.Dr2(3 - 2F.Dr2))
Exp( - F.Dr2) …………………………………………(5-131)
4. Menghitung harga Dr berikutnya dengan persamaan :
F Dr
Drk 1 Drk ………………………………………....(5-132)
F ' Dr
1. Menghitung harga toleransi :
202
Dro Dr
Delta = Abs ………………………………….....…(5-133)
Dr
Apabila delta lebih kecil dari harga toleransi yang ditentukan maka Z
dihitung dengan persamaan di atas. Tetapi apabila tidak kembali ke langkah 3
dengan Dr hasil langkah 4 sebagai Dr anggapan.
1 1 Z
Cg . Ppc = ..............................................................................(2-77)
Ppr Z Ppr
203
Di mana:
Cpr = isothermal pseudo-reduced compressibility
Cg = isothermal gas compressibility, psi-1
Ppc = pseudo-reduced pressure, psi.
Untuk menentukan harga Tpr dan Ppr didapat dari persamaan (2-43) dan (2-
44) yang kemudian digunakan untuk menentukan harga Cpr dari grafik pada
Gambar 2.23. dan untuk menentukan tekanan kritikal dan temperatur kritikal
didapat dari korelasi grafik pada Gambar 2.24. dimana awalnya telah diketahui
terlebih dahulu melalui perhitungan gravity gas.
Gambar 2.23.
Koefisien Dari Kompressibilitas Untuk Natural Gas
(Ahmed, Tarek, “Reservoir Engineering Handbook”, Second Edition, 2001)
204
Gambar 2.24.
Temperatur dan Tekanan Kritikal fungsi dari Gravity Gas
(Mc.Cain, W. D. Jr., “The Properties of Petroleum Fluid”, Second Edition, 1990)
Di mana :
Vres = Volume gas pada kondisi reservoir, (cuft)
Vsc = Volume gas pada kondisi standar, (SCF)
Zres = Faktor kompressibilitas gas
Tres = Temperatur reservoir, (°R)
Pres = Tekanan reservoir, (psi).
205
Daerah yang dibatasi garis putus-putus adalah daerah saturasi atau daerah
dua fasa. Temperatur tertinggi dari daerah saturasi adalah temperatur kritis.
Garis-garis isobar diatas daerah saturasi menggambarkan viskositas cairan
dari etana, sebaliknya garisgaris isobar dibawah daerah kritis
menggambarkan viskositas gas dari etana. Dan diatas temperatur kritis
menggambarkan viskositas fluida etana. Dapat dilihat pula, bahwa pada
tekanan atmosfer (14,7 psia), hubungan temperatur dengan viskositas
mendekati garis lurus.
Untuk beberapa senyawa hidrokarbon pada tekanan atmosfer, hubungan
temperatur dengan viskositas ditunjukkan dengan grafik Gambar 5-14.
dimana:
g = viskositas campuran gas pada tekanan atmosfer.
gi = viskositas gas murni (dari grafik Gambar 5.14) ke-i
Mi = berat mol gas murni ke-i.
Untuk gas campuran (gas alam) pada tekanan dan temperatur yang
sembarang, cara-cara penentuan viskositas berikut ini dapat digunakan :
1. Cara Korelasi Carr – Kobayashi – Burrow
Korelasi Carr et.al. memerlukan grafik Gambar. 5-15 dan grafik Gambar. 5-16
(hubungan viscosity ratio, g / g1, dengan Ppr dan Tpr). Langkah-langkahnya
sbb :
Berdasarkan SG atau Ma gas campuran, tentukan viskositas gas pada tekanan 1
atm. ( g1 ) dengan Gambar. 5-15. Bila % mol impurities N2, CO2, H2S
diketahui, tambahkan harga koreksi masing-masing terhadap harga g1
(Gambar 5-15).
Berdasarkan harga Ppr dan Tpr, tentukan viskosity ratio ( g / g1) dengan grafik
Gambar. 5-16. Bila ada impurities, koreksi lebih dahulu harga Ppc dan Tpc
dengan menggunakan Tabel 5.1.
Viskositas gas pada tekanan dan temperatur tertentu kemudian dapat dihitung
dari :
209
2. Cara Hollo–Holmes–Pais
Cara ini biasanya digunakan untuk komputerisasi penentuan viskositas gas
alam dengan menggunakan persamaan sbb:
dimana :
g1 = viskositas gas pada tekanan atmosfer.
g = viskositas gas pada tekanan yang ditanyakan
T = temperatur gas, oF
Tr = temperatur tereduksi (semu) gas
Pr = tekanan tereduksi (semu) gas.
Bila harga g1 dan g / g1 telah diperoleh, maka harga viskositas gas
dapat dihitung. Hanya perlu diingat, untuk menghitung ln(( g / g1)Tr)
dengan Persamaan (5-25), harga g1 , Pr, dan Tr harus sudah dikoreksi
tehadap impurities yang ada.
210
Dengan demikian jika densitas air formasi pada kondisi standar dan faktor
volume formasi dari air ada harganya (dari pengukuran langsung), maka densitas
dari air formasi dapat ditentukan. Faktor yang sangat mempengaruhi terhadap
densitas air formasi adalah kadar garam dan temperatur reservoir.
211
Gambar 2.25.
Densitas Dari Air formasi Sebagai Fungsi Dari Jumlah Padatan
(Mc.Cain, W. D., Jr., “The Properties of Petroleum Fluid”, 1973)
*T dalam 0R
5.1.3.3. Viskositas Air
Meehan (1980) mengemukakan korelasi viskositas air formasi yang
dipengaruhi oleh pressure dan salinitas dengan persamaan sebagai berikut :
dengan :
wD A B/T
A 4.518 x 102 9.313 x 107Y 3.93 x1012Y2
B 70,634 9,576 1010Y2
Dimana :
w Viskositas air formasi pada p and T, cp
wD Viskositas air formasi pada p 14.7, T, cp
p Tekanan, psia
T Temperature, T °F
Y Salinitas , ppm
Brill and Beggs (1978) mengembangkan persamaan yang lebih sederhana
dimana hanya dipengaruhi oleh Temperatur yaitu :
213
Pada analisa ini dapat pula diamati bahwa pada tekanan cell sebesar tekanan
titik gelembungnya, terlihat gelembung gas mulai terbentuk dan selnjutnya di
bawah tekanan ini fluida dalam cell terdiri dari fasa gas dan minyak.
4. Pembebasan Differential (Differential Liberation)
Setelah analisa hubungan tekanan dan volume di atas selesai, fluida dalam cell
ditekan kembali sampai tekanan diatas tekanan titik gelembungnya agar
kembali menjadi satu fasa minyak. Penurunan tekanan seperti yang
dilaksanakan pada analisa hubungan tekanan dan volume dilakukan kembali
sampai tekanan cell mencapai tekanan titik gelembungnya.
Gas mulai terbebaskan setelah penurunan tekanan di bawah tekanan titik
gelembung. Untuk satu tekanan tertentu di bawah tekanan titik gelembung
sebelum melanjutkan penurunan tekanan berikutnya gas yang terbebaskan
seluruhnya dikeluarkan. Pengeluaran seluruh fasa gas sedemikian rupa dengan
menjaga tekanan cell tetap yang selanjutnya baik volume maupun spesifik
gravity dari fasa gas yang diproduksi diukur.
Penurunan tekanan dilakukan kembali dan pengeluaran gas beserta pengukuran
spesifik gravity dan volumenya dilakukan lagi. Demikian seterusnya proses di
atas dilakukan sampai tekanan cell mencapai nol psig.
Dari hasil analisa pembebasan gas diferensial ini dicatat jumlah gas total yang
terbebaskan.
5. Viskositas Fluida Campuran
Viskositas fluida campuran atau minyak reservoir pada temperatur reservoir
sebagai fungsi tekanan diukur dengan menggunakan alat rolling ball high
pressure viscosimeter. Nilai viscositas minimum didapat pada tekanan titik
gelembungnya, sedangkan nilai maksimum diukur pada tekanan atmosfir.
5.2.2. Analisa Hasil Pengukuran PVT
Tujuan analisa hasil PVT adalah menganalisa hasil pemeriksaan
laboratorium tentang PVT fluida reservoir, hidrokarbon dan mengolahnya
menjadi bentuk kurva kelarutan gas dalam minyak (Rs), faktor volume formasi
(B), viskositas () dan faktor kompressibilitas gas (Z) sebagai fungsi tekanan
untuk memudahkan pemakaian di lapangan.
216
Y
Pb P …………………………………………………....(4-98)
V
P 1
Vsat
d. Membuat grafik Y terhadap P pada kertas kartesian dan mencari
persamaan linear Y dalam P.
Y = a + b P …………………………………………………………..(4-99)
V
e. Menghitung kembali harga volume relatif sebagai fungsi tekanan (P)
Vsat
berdasarkan persamaan :
V Pb P
1 ……………………………………….……(4-
Vsat aP bP 2
100)
2. Penghalusan Data Diferensial
a. Apabila volume relatif dalam laporan hasil PVT dinyatakan dalam
perbandingan volume pengamatan pada suatu tekanan (V) dengan
volume residu (Vr), maka ubahlah volume relatif ini dalam bentuk
217
Vsat
105)
V
g. Menentukan harga berdasarkan penghalusan data pada langkah di
Vsat
muka.
V V V
………………………………………...…(4-106)
VR Vsat P VR Pb
3. Penentuan Harga Rs dan Bo
218
107)
2. Harga faktor volume formasi minyak berdasarkan proses “diferensial” (Bod)
ditentukan berdasarkan hubungan berikut ini :
V
Bod = ……………………………………………………….…(4-108)
VR
atau
V 1
Bod = ………………………………………………..(4-109)
Vsat VR
2. Dari laporan hasil PVT diferensial dapat dibaca harga gas yang larut pada
tekanan jenuh dan tekanan yang lebih kecil masing-masing adalah Rsdb dan
Rsd. Dari harga tersebut dihitung harga gas yang telah dibebaskan sampai
suatu harga tekanan tertentu yaitu :
(Rsdb – Rsd) ………………………………………………………. (4-110)
3. Harga faktor volume formasi minyak (Bo) dan gas yang terlarut (Rs) dihitung
dengan persamaan :
Bo fb
Bo Bod ………………………………………………….…(4-111)
Bo db
Rs Rs fb Rs db Rs d
Bo
fb
……………………………………(4-112)
Bodb
219
Keterangan Simbol :
Bod = Faktor volume formasi minyak – diferensial, Bbl/STb
Bofd = Faktor volume formasi minyak – flash pada tekanan jenuh, Bbl/STB
Bof = Faktor volume formasi minyak – flash, Bbl/STB
Bo = Faktor volume formasi minyak gabungan, Bbl/STB
bo = Faktor penyusutan minyak – flash, STB/Bbl
Bg = Faktor volume formasi gas, SCF/ft3
P = Tekanan, psig
Rsd = Kelarutan gas dalam minyak – diferensial, SCF/STB
Rsfb = Kelarutan gas dalam minyak – flash, SCF/STB
Rs = Kelarutan gas dalam minyak – gabungan, SCF/STB
T = Temperatur, R
o = Viskositas minyak, cp
V = Volume pengamatan, ft3
VR = Volume cairan pada kondisi standar – diferensial, STB
220