Metrologi Industri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI


Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kegiatan Praktikum Metrologi Industri

Disusun Oleh :
Nama Nim
Ferrian Alkautsar Malik 2111171010
Dimas Irfantoro 2111171009

PROGRAM STUDI S1
LABORATORIUM METROLOGI INDUSTRI
JURUSAN TENIK MESIN - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat serta hidayat-
Nya kami dapat menyelesaikan dengan tepat waktu laporan akhir Metrologi Industri
ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Praktikum
Metrologi Industri di Jurusan Teknik Mesin S1 Universitas Jenderal Achmad Yani
Cimahi.

Dalam penyusunan laporan ini kami mengalami kesulitan dalam pengolahan


data. Namun, berkat arahan serta bimbingan dari berbagai pihak kami dapat
menyelesaikan permasalahan yang ada sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
ini.

Kami sebagai penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun agar
laporan ini dapat dikembangkan menjadi lebih baik serta bermanfaat khusunya bagi
kami, umumnya bagi pembaca.

Cimahi, 15 Desember 2018

Ferrian Alkautsar Malik


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktikum
1.3 Metode Praktikum
1.3.1 Waktu pelaksanaan praktikum
1.3.2 Alat-alat yang digunakan
1.4 Lokasi Praktikum
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III TAHAPAN PRAKTIKUM
3.1 Skema Proses
3.2 Penjelasan Skema Proses
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Praktikum
4.2 Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran merupakan suatu aktifitas atau tindakan membandingkan suatu
besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang
sudah diketahui nilainya, misalnya dengan besaran standart.
Pekerjaan membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran
atau mengukur. Sedangkan pembandingnya yang disebut sebagai alat ukur.
Pengukuran banyak sekali dilakukan dalam bidang teknik atau industri. Sedangkan
alat ukurnya sendiri banyak sekali jenisnya, tergantung dari banyak faktor, misalnya
objek yang diukur serta hasil yang di inginkan. Yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pengukuran adalah :
1. Standart yang dipakai harus memiliki ketelitian yang sesuai dengan standart yang
telah ditentukan.
2. Tata cara pengukuran dan alat yang digunakan harus memenuhi persyaratan.
Pengetahuan yang harus dimiliki adalah bagaimana menetukan besaran yang akan
diukur, bagaimana mengukurnya dan mengetahui dengan apa besaran tersebut harus
diukur. Hal tersebut harus mutlak dimiliki oleh orang yang akan melakukan
pengukuran.

1.2 Tujuan Praktikum


A. Jangka Sorong
1. Dapat melakukan pengukuran dengan jangka sorong.
2. Mengetahui kerusakan-kerusakan atau kelainan-kelainan yang
dapat terjadi pada alat ukur jangka sorong.
3. Mengetahui alat ukur jangka sorong.
B. Mikrometer
1. Dapat melakukan pengukuran dengan mikrometer
2. Mengetahui kerusakan-kerusakan yang bisa terjadi pada
mikrometer
3. Mengetahui cara-cara kalibrasi alat ukur / mikrometer.
C. Pengukuran Sudut dan Ketinggian
1. Mengenal penggunaan alat ukur sudut / Bevel Protector.
2. Mengenal dan penggunaan mistar ingsut ketinggian.
1.3 Metode Praktikum
1.3.1 Waktu pelaksanaan praktikum
Hari : Rabu
Tanggal : 11 Desember 2018
Pukul : 14.00 – 17.00 WIB

1.3.2 Alat-alat yang digunakan


A. Jangka Sorong
1. Jangka sorong (nonius dan jam).
2. Alat ukur yang dikalibrasi.
3. Satu set blok ukur dan perlengkapannya.
4. Pisau lurus.
5. Meja rata.
B. Mikrometer
1. Mikrometer 0 - 25 mm
2. Mikrometer 25 - 50 mm
3. Alat ukur yang dikalibrasi
4. Dudukan micrometer
5. Blok ukur
6. Optical flat
C. Bevel Protektor dan Mistar Ingsut
1. Benda kerja
2. Bevel Protector
3. Mistar ingsut ketinggian
4. Meja rata (surface plat)

1.4 Lokasi Praktikum


Laboratorium metrologi industri Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi

1.5 Sistematika Penulisan


Dalam Penulisan laporan ini untuk mempermudah pemahaman pembaca,
maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini mengemukakan latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode
yang digunakan saat penelitian, lokasi praktikum dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan teori


Mengemukakan landasan teori yang menunjang penulisan antara lain:
1. Pengertian, Fungsi, Cara membaca/ cara mengukur, dan cara merawat alat.
2. Penjelasan skala utama dan skala nonius.
3. Nama lain, tingkat ketelitian, dan bagian bagian alatnya.
Bab III Tahapan Praktikum
Menjelaskan mengenai tahapan praktikum yang telah dilaksanakan
dengan prosedur sesuai teoritis.
Bab IV Data Dan Pembahasan.
Menjelaskan data hasil praktikum yang telah dilaksanakan sesuai
prosedur dan pembahasannya.
Bab V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan analisa
dan optimalisasi sistem berdasarkan yang telah
diuraikan pada bab-bab sebelumnya.
Daftar Pustaka
Memuat sumber materi yang sesuai dengan judul praktikum.
Lampiran Memuat gambar-gambar hasil dari praktikum yang telah
dilaksanakan dan pertanyaan-pertanyaan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori Dasar


2.1.1 Pengenalan Jangka Sorong
1. Pengertian :
Jangka sorong ialah alat ukur yang ketelitiannya hingga seperseratus
milimeter. Terbagi menjadi dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak.
Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian
pengguna maupun alat. Beberapa produk keluaran terbaru telah dilengkapi
dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah
0.05mm untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang di atas
30cm.

Gambar 1.1 Jangka Sorong Nonius

Gambar 1.2 Jangka Sorong Jam


2. Kegunaan/Fungsi :
• Dipakai untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit.
• Dipakai untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
tancapkan bagian pengukur.
Bagian pengukur tidak terlihat pada gambar karena berada di sisi pemegang.
• Dipakai untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada
pipa, maupun lainnya) dengan
cara diulur.
3. Cara Menggunakan/Mengukur :
a. Mengukur diameter dalam :
• Geser rahang jangka sorong sedikit kekanan.
• Letakkan benda/gelas yang akan diukur sehingga kedua rahang jangka sorong dapat
masuk ke dalam benda/gelas
tersebut.
• Geser rahang kekanan hingga kedua rahang jangka sorong menyentuh kedua
dinding dalam benda/gelas yang
diukur.
b. Mengukur diameter luar :
• Geser rahang jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur dapat masuk
diantara kedua rahang (antara
rahang geser dan rahang tetap).
• Taruh benda yang akan diukur diantara kedua rahang.
• Geser rahang kekiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua
rahang.
c. Mengukur kedalaman :
• Taruh benda yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak. Contoh gelas.
• Putar jangka (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke permukaan
tabung yang akan diukur
dalamnya.
• Geser rahang jangka kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong
menyentuh dasar gelas.
• Catat hasil pengukuran.
4. Tingkat Ketelitian :
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi
ketelitian jangka sorong adalah : Dx = 12 x 0,01 cm = 0,005 cm.
5. Cara Membaca Skala dan Hasil :
a. Perhatikan skala utama, lihat nilai yang terukur yang lurus dengan angka nol di
skala nonius. dapat menunjukkan posisi berhimpit dengan garis pada skala utama
bisa juga tidak. Jika tidak ambil nilai skala utama yang terdekat di kirinya. Pada
tahap ini anda harus hitung dahulu baru mendapatkan ketelitian sampai 1 mm.
b. Amati Skala nonius, carilah angka pada skala nonius yang berhimpit dengan
garis di skala utama. Pengukuran ini memiliki ketelitian hingga 0,1 mm.
c. Lalu jumlahkan Skala utama dengan Skala nonius.
6. Bagian-bagian :
a. Internal jaws (rahang dalam) adalah : bagian yang fungsinya untuk mengukur
dimensi bagian dalam.
b. External Jaws (rahang luar) merupakan bagian yang fungsinya untuk mengukur
dimensi luar.
c. Locking Screw (baut pengunci) merupakan bagian yang fungsinya untuk
pengunci rahang.
d. Imperial Scale merupakan Skala dalam satuan inci.
e. Metric Scale merupakan Skala dalam satuan milimeter.
f. Depth Measuring Blade merupakan Batang pengukur kedalaman.
7. Cara Kalibrasi :
a. Bersihkan jangka sorong dari kotoran yang menempel.
b. Longgarkan baut pengunci jangka sorong.
c. Geser rahang caliper dan rahang geser sehingga saling berhimpit.
d. Lakukan pembacaan kalibrasi seperti berikut ini :

• Strip Angka NOL (0) awal pada Skala Geser tepat segaris strip Angka NOL (0)
pada Skala Utama.
• Strip Angka NOL (0) akhir pada Skala Geser tepat segaris salah satu strip pada
Skala Utama.
e. Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi, maka lakukan hal berikut :
• Jika pembacaan kalibrasi melebihi nilai seharusnya, yang artinya Strip 0 awal
pada Skala Geser melewati Strip 0
pada Skala Utama, solusinya yaitu bersihkan kembali Jangka Sorong terutama dari
debu dan karat pada bagianbagian yang bergeser.
• Jika pembacaan kalibrasi kurang dari nilai seharusnya, yang artinya Strip 0 awal
pada Skala Geser belum mencapai strip 0 pada Skala Utama, maka lakukanlah
pembacaan selisih pergeseran tersebut dengan mencari strip pada Skala Geser yang
segaris dengan strip pada Skala Utama. Bacalah selisih pergeseran tersebut dengan
hitungan mundur. Yang artinya jika strip pada Skala Geser yang segaris dengan
strip pada Skala Utama menampilkan angka 0.85 mm, maka selisih pergeseran
tersebut adalah 0.15 mm dari Nilai 0 Skala Utama. Kemudian jika alat tersebut
dipakai untuk mengukur, maka hasil pengukuran harus ditambah dengan 0.15 mm.
f. Alat ukur Jangka Sorong siap untuk digunakan.
8. Nama Lain :
• SIGMAT
• Vernier Kaliper.
9. Jenis-jenis :
• Jangka Sorong digital.
• Jangka Sorong analog.
10. Cara Merawat :
a. Tempatkan pada tempat semula setelah digunakan.
b. Hindarkan dari benturan keras atau kemungkinan terjatuh.
c. Ujung-ujung rahang ukur maupun sisi-sisi ukur harus dipelihara atau dijaga jangan
sampai cacat.
d. Bersihkan debu atau kotoran sebelum dan sesudah pemakaian dengan kain bersih
dan halus.
e. Lumasi permukaan peluncur dan bagian lainnya dengan sedikit minyak pelumas
sesudah pemakaiannya.
f. Penyimpanan yang baik harus bebas dari sinar matahari langsung dan kelembapan
tinggi.
11. Skala Utama / Skala Nonius :
Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, yang artinya jarak 2 skala utama yang
saling berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius mempunyai
panjang 0,9 cm, dengan kata lain jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah
0,09 cm. Jadi beda satu skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09
cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Maka skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm
atau 0,01 cm.

2.1.2 Pengenalan Mikrometer


1. Pengertian :
Micrometer Merupakan alat ukur yang dapat melihat dan mengukur
benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm.
Gambar 1.3 mikrometer skala 0-25 mm

2. Fungsi/ Kegunaan :
Micrometer berfungsi untuk mengukur diameter, ketebalan, dan panjang dari
benda-benda yang kecil seperti kawat, lempeng baja, almunium, dan sebagainya.
Kegunaan utama micrometer ialah untuk mengukur besaran panjang dengan presisi
lebih.
3. Cara Menggunakan/Mengukur :
a. Buka pengunci micrometer setelah itu buka celah antara spindle dan anvil sedikit
lebih besar dari benda yang akan diukur caranya dengan putar rachet knob. b.
Masukkan benda yang akan diukur diantara spindle dan anvil.
c. Gerakkan spindle ke arah benda kerja caranya dengan putar rachet knob sampai
terdengan klik (jangan terlalu kuat, cukup sampai benda tidak jatuh).
d. Kunci micrometer agar spindle tidak bergerak.
e. Keluarkan benda dari mikrometer dan baca skalanya.
4. Tingkat Ketelitian :
Tingkat ketelitan micrometer yaitu 0,01 mm.
5. Cara Membaca Skala dan Hasil :
a. Posisikan micrometer tegak lurus terhadap arah pandangan.
b. Baca skala utama pada micrometer (garis bagian atas menunjukkan angka bulat
dalam satuan mm, sedangkan garis bawah menunjukkan bilangan setengah dalam
satuan mm).
c. Baca skala nonius yakni garis yang tepat segaris dengan garis pembagi pada skala
utama (50 bagian). Setelah itu hasilnya kalikan dengan ketelitian dari mikrometer,
hasilnya adalah skala nonius.
d. Jumlahkan hasil pengukuran dari skala utama dengan skala noniusnya. Jarak strip
di atas garis pada outer sleeve yaitu 1 mm, dan jarak strip di bawah garis yaitu 0.05
mm, Sedangkan nilai satu strip pada thimble adalah 0.01 mm. Nilai hasil ukur ialah
jumlah pembacaan ketiga skala tersebut.
6. Bagian-bagian :
• Poros Tetap (Anvil)
• Poros Geser (Spindle)
• Pengunci (Lock Clamp)
• Rangka/bingkai (Frame)
• Skala utama (Sleeve)
• Skala nonius (Thimble)
• Pemutar
• Rachet
7. Nama Lain :
Micrometer Caliper.
8. Jenis-jenis :
Micrometer Luar berguna untuk ukuran memasang kawat, lapisan-lapisan,
blok-blok dan batang-batang. Micrometer dalam berguna untuk mengukur garis
tengah pada lubang suatu benda. Micrometer kedalaman berguna untuk mengukur
kerendahan dari langkah-langkah dan slot-slot.
9. Cara Merawat:
Setelah digunakan, bersihkanlah permukaan pengukuran dan bagian-bagian
lainnya, dan gunakan bahan anti korosi. Jika tidak digunakan (sesudah pemakaian)
Mikrometer sebaiknya disimpan dalam sebuah peti kayu. Tempat penyimpanan
sebaiknya bebas dari getaran, sinar matahari langsung dan fluktuasi temperatur.
10. Skala utama/Skala nonius :
a. Skala utama :
Skala micrometer sekrup ini tiap satuannya sama dengan 1 mm,
ditengah-tengah angka skala tersebut ada angka tengahnya.
tengahnya.
Angka skala atas : 1, 2, 3, 4, dan seterusnya.
Angka skala bawah : 0.5, 1.5, 2.5, dan seterusnya.
b. Skala nonius :
Pada skala putar terdapat angka 1 sampai 5 (kelipatan 5). Tiap skala ini berputar
mundur 1 kali maka skala utama bertambah 0,5 mm. Sehingga 1 skala putar = 0,5/50
=0,01 mm.
2.1.3 Bevel Protektor dan Mistar Ingsut
1. Bevel Protractor
Bevel Protractor atau Alat Ukur Busur Bilah. Alat ukur ini digunakan untuk
mengukur besaran-besaran sudut pada benda kerja dan untuk membantu pekerjaan
melukis dan menandai. Protractor dibuat dengan beberapa bentuk, sesuai dengan
jenis kegunaannya dan tingkat ketelitiannya. Batas ukur dari protractor adalah dari 0
derajat sampai 180 derajat lainya.

Gambar 1.4 Bevel protector


2. Bagian-bagian Busur Bilah
Bagian-bagian utama pada busur bilah adalah sebagai beriukut :
a. Badan atau piringan dasar
Berupa lingkarang penuh dengan diameter sekitar 55 mm. Permukaan bawah
piringan dasar ini rata, sehingga busur bilah dapat diletakan pada meja rata dengan
baik tak bergoyang. Pada tepi permukaan atas terdapat skala dengan pembagian
dalam derajat dan diberi nomor dari 00 – 900 – 00-900 (skala kiri dan kanan),
b. Pelat dasar
Menyatu dengan piringan dasar. Panjang, lebar dan tebal pelat dasar sekitar
90 x 15 x 7 mm. Sisi kerja pelat dasar dibuat rata dan lurus, dengan toleransi
kerataan 0.01 mm untuk sepanjang sisi kerja.
c. Piringan indeks
Mempunyai titik pusat putaran berimpit dengan pusat piringan dasar. Pada
piringan ini tercantum garis indeks dan skala nonius sudut (skala nonius kiri dan
kanan), biasanya dengan kecermatan sampai 5 menit. Kadang dilengkapi dengan
pemutar halus atau cermat.
d. Bilah utama
Dapat diatur kedudukannya dengan kunci yang terletak pada piringan indeks.
Panjang, lebar dan tebal dari bilah utama, sekitar 150/300 x 13 x 2 mm, dan kedua
ujungnya dibuat menyudut masing – masing sebesar 450 dan 600. Kedua tepi dibuat
lurus dengan toleransi kerataan sebesar 0.02 sampai 0.03 mm untuk seluruh
panjangnya
3. Kapasitas ukur dan ketelitian
Alat ukur merupakan pegembangan dari busur derajat(protactor) dengan dua
bilah lengan (balade) yang dapat berputar. Alat ini serring digunakan pada pekerjaan
manufaktur, khususnya untuk mengukur sudut dengan ketelitaian hingga 5 menit.
1 divisi skala utama = 1
1 divisi skala nonius = 5' menit=5' (menit)
4. Cara Pembacaan Alat Ukur Busur Bilah (Bevel Protractor)
Prinsip pembacaannya sebetulnya tidak jauh berbeda dengan prinsip
pembacaan mistar ingsut, hanya skala utama satuannya dalam derajat sedangkan
skala nonius dalam menit. Yang harus diperhatikan adalah pembacaan skala nonius
harus searah dengan arah pembacaan skala utama. Jadi, harus dilihat ke mana arah
bergesernya garis skala nol dari nonius terhadap garis skala utama.
Sebagai contoh lihat Gambar 3.4. di bawah ini. Gambar tersebut menunjukkan
ukuran sudut sebesar 50° 55' (lima puluh derajat lima puluh lima menit). Garis nol
skala nonius berada di antara 50 dan 60 dari skala utama, tepatnya antara garis ke 50
dan 51. Ini berarti penunjukkan skala utama sekitar 50 derajat lebih. Kelebihan ini
dapat kita baca besarnya dengan melihat garis skala nonius yang segaris dengan
salah satu garis skala utama. Ternyata yang segaris adalah garis angka 55 dari skala
nonius. Ini berarti kelebihan ukuran tersebut adalah 55 menit (11 garis di sebelah kiri
garis nol: 11 x 5 menit = 55 menit). Jadi, keseluruhan pembacaannya adalah 50
derajat ditambah 55 menit = 56 derajat 55 menit (50° 55').

Gambar 1.5 Mistar Ingsut Ketinggian


BAB III
TAHAPAN PRAKTIKUM

3.1 Skema Proses


3.1.1 Jangka Sorong
1. Persiapan alat ukur
2. Pengukuran Jangka Sorong Nonius
3. Pengukuran jangka Sorong Jam
4. Kalibrasi alat ukur dengan pisau lurus
5. Kalibrasi alat ukur dengan Blok Ukur
3.1.2 Mikrometer
1. Menghitung diameter maksimum dan minimum menurut
toleransinya.
2. Melakukan pengukuran diameter poros (a s/di)
3. Mengkalibrasi micrometer.
3.1.3 Bevel Protektor dan Mistar Ingsut
1. Pengukuran sudut menggunakan Bevel Protektor
2. Pengukuran krtinggian menggunakan mistar ingsut ketinggian
(height gauge).
3.2 Penjelasan Skema Proses
3.1.1. Jangka Sorong
1. Pengukuran Melakukan pengukuran pada benda ukur seperti pada
gambar 1.1, dengan menggunakan :
- Jangka sorong nonius.
- Jangka sorong jam.
Menulis data hasil pengukuran kedalam table 1.1
2. Kalibrasi
A. Pemeriksaan kelurusan sensor.
Pemeriksaan kelurusan sensor dilakukan dengan menggunakan pisau
lurus (starigtht knife). Menempelkan pisau lurus pada sensor ukur
dengan latar belakang yang terang. Mengamati kerusakan dengan
melihat celah yang ada antara pisau lurus dan sensor ukur.
Menggambar hasil pengamatan pada table 2.2
B. skala Memeriksa kebenaran utama
Memeriksa kebenaran skala utama dengan menggunakan blok ukur
dan mencatat penyimpangannya. Kalibrasi ini dilakukan untuk semua
sensor ukur yang ada pada mistar ingsut tersebut (melihat gambar 1.2)
a. Mengkalibrasi sensor ukur luar (o), dengan menggunakan blok ukur
stan
b. Mengkalibrasi sensor ukur dalam (i), dengan blok ukur standar
yang dilengkapi dengan pemegang blok ukur.
c. Mengkalibrasi (d), dengan blok ukur diatas meja rata. Mengisikan
hasil kalibrasi pada table 1.3 dan memplot grafik kesalahannya pada
grafik kesalahan.
3.1.2. Mikrometer
1. Menghitung diameter maksimum dan minimum menurut
toleransinya, kemudian memasukkannya kedalam kolom yang
tersedia.
Pada saat pengukuran menggunakan micrometer pada benda kerja,
alat dipegang dan digunakan sesuai caranya dengan baik agar hasil
yang didapat menunjukan angka wajar. Pada posisi a, b, c, d, h dan i
menggunakan micrometer 0-25 mm. dan pada posisi e, f, dan g
menggunakan micrometer 25-50 mm.
2. Melakukan pengukuran diameter poros ( s/d i) memberi tanda
silang pada posisi 1 dan 2 bila hasil pengukuran keluar
dari daerah toleransi
3. Mengkalibrasi micrometer :
a. Memeriksa kedudukan nol dari micrometer. Merapatkan sensor
micrometer sampai jam ukur menunjukan nol. Melihat skala ukur,
apabila skala micrometer tidak menunjukan angka nol lalu melakukan
penyetelan dengan memutar silinder skala.
b. Memeriksa kedataran kedua permukaan sensor (mulut ukur).
Menempelkan optical flat pada mulut ukur ( berhati hati dalam
pemakaian optical flat agar tidak sampai permukaannya tergores).
Mendekatkan pada sumber cahaya monokromatis. Menghitung jumlah
garis-garis interferensi menandakan ketidak dataran dari mulut ukur.
Pemeriksaan ini dilakuan untuk kedua mulut ukur (landasan tetap dan
landasan gerak).
c. Memeriksa kesejajaran mulut ukur Melakukan pemeriksaan dengan
menggunakan 4 buah optical flat dengan ukuran 12,00 mm s/d 12,37
mm. Menyelipkan optikal flat diantara kedua sensor secara perlahan
(agart tidak tergores permukaan optical flat).
d. Memeriksa kebenaran skala micrometer dengan bantuan blok ukur.
Untuk memeriksa kebenaran skala micrometer ini seharusnya
kalibrasi dilakukan bagi sepanjang apasitas ukur dari mirometer.
Dalam praktikum ini hanya melakukannya antara skala 10,00 mm s/d
20,00 mm (atau ditentukan oleh asisten, sepanjang 10 mm).
memasang mkrometer pada dudukannya, atau blok ukur sesuai
dengan ketinggian yang diminta (kenaikan 1 mm). mengukur tebal
dari benda ukur secara berurutan.
3.1.3 Bevel Protektor dan Mistar Ingsut
Saat pengukuran sudut menggunakan Bevel Protector, apabila
objek di ukur dari arah kiri maka 90 derajat setelahnya bertambah 10
derajat. Apabila diukur dari kanan maka deajatnyapun bertambah
dihitung dari kanan. Menit yang dihitung dari nol, segaris berjumlah 5
menit. Berlaku dari arah kanan maupun kiri. Pada saat pengukuran
ketinggian menggunakan mistar ingsut ketinggian dengan skala 0.02,
objek diukur sesuai dimensinya dan pada posisi yang berbeda.
1. Pengukuran sudut.
Mengukur sudut a,b,c dan d dengan menggunakan bevel protector.
Menjumlahkan ke empat harga sudut yang terukur
kemudian membandikan dengan harga teoritis (360°).
2. Pengukuran ketinggian.
a. Untuk melatih penggunaan mistar ingsut ketinggian, mengukur
dimensi a sepuluh kali pada tempat yang berbeda. Kemudian
menghitung harga rata-rata dan standar deviasinya.
b. Mengukur dimensi a,b,c,d,e dan f pada dua sisi yang berbeda.
Memeriksa kecermatan pengukkuran yang dilakukan dengan cara
membandingkan harga a dengan (d+e). apakah kesalahannya tidak
meleihi dua kali harga deviasi standar yang dihitung datas.
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Praktikum
4.1.2 Jangka Sorong

Tabel 1.2 Hasil Pengukuran Jangka Sorong

Objek Ukur Pengamat B


J.S Nonius J.S Jam
Diameter D1 10.4 10.13
D2 10.4 1,36
Panjang L1 60,6 60,60
L2 50,7 50,70
L3 60,4 60,40
A 20,1 20,10
B 20,1 20,85
Lebar B1 56,5 56,66
B2 56,8 56,48
E 23,6 23,50
F 27,7 27,21

Tabel 1.2 Kelurusan Sensor


Sisi Ukur Pengamat A & B
L LURUS
R LURUS
Tabel 1.3 Hasil Kalibrasi dengan Blok Ukur
Tinggi Blok Toleransi Hasil Pengukuran
Ukur ( mm ) Mistar Ingsut Pengamat A
(µm)
i o d
0 0,02
5 0,02 5,1 5,1 5,1
10 0,02 10,2 10 10
15 0,02 15,2 15 15
20 0,02 20,2 20 20
25 0,02 25,1 25 25

Tabel 1.2 Hasil Pengukuran Jangka Sorong

Objek Ukur Pengamat A


J.S Nonius J.S Jam
Diameter D 20 20,17
Panjang B1 60,4 60,26
B3 59,7 59,65
A 12,5 12,57
B 27 27,14
L2 59,8 59,82
Lebar L1 44,8 44,73
L3 44,7 44,66
E 16,8 16,5
F 7,9 7,90
B2 44,8 44,64
4.1.2 Mikrometer

Tabel 2.1 Penggunaan Mikrometer


Diameter Toleransi Pengamat A
Maks Min Posisi I Posisi II
A 0 0 16.7 16,8
B 0 0 17,13 17,12
C 0 0 23,96 23,95
D 0 0 23,97 23,96
E 0 0 44 44,01
F 0 0 44,04 44,03
G 0 0 43,97 44,96
H 0 0 23,89 23,88
I 0 0 23,87 23,86

Tabel 2.2 Hasil Pengukuran Mikrometer


Diameter Toleransi Pengamat A
Maks Min Posisi I Posisi II
A 0 0 19,76 19,74
B 0 0 19,72 19,70
C 0 0 30,46 30,47
D 0 0 30,44 30,46
E 0 0 23,96 23,97
F 0 0 23,97 23,94
G 0 0 12,26 12,28
H 0 0 12,31 12,34
I 0 0 19,48 19,48
J 0 0 19,46 19,46
K 0 0 30,48 30,46
L 0 0 30,47 30,48
M 0 0 19,80 19,81
N 0 0 19,75 19,73
Tabel 2.2 Kalibrasi Mikrometer
Kesejajaran Ukuran Jumlah Garis Interferensi Ketidaksejajaran
Mulut Ukur Optical Flat Landasan Landasan (µm)
Tetap Gerak
25,00 1,28 2,24
25,00 1,6 0,32
25,00 1,28 1,28
25,00 1,6 0,64

Tabel 2.3 Hasil Pengukuran Kebenaran Skala Utama Mikrometer


No. Blok Ukur Kesalahan

1 1,1 0,1
2 2,2 0,2
3 3,3 0,3
4 4,2 0,2
5 5,3 0,3
6 6,3 0,3
7 7,2 0,2
8 8,2 0,2
9 9,2 0,2
10 10,2 0,2
4.1.3 Bevel Protector dan Mistar Ingsut

Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Sudut


Objek Ukur Pengamat B
Nonius
Sudut : A 70° 50’
B 80° 15‘
C 79° 40’
D 70° 40’
Jumlah 299°
Teoritis 360 – 299
Kesalahan 61
Sudut 4
E = 180 – (a+b) 30°
E = (d+c)-180 32°
Selisih 2°

Table 3.1.1 Hasil Pengukuran Sudut ( Bevel Protector )

Objek Ukur Pengamat B


Nonius
Sudut : A 61°
B 82°
C 79°
D 79°
Jumlah 30°
Teoritis 360 - 301
Kesalahan 59
Sudut 4
E = 180 – (a+b) 37
E = (d+c)-180 22
Selisih 15
Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Ketinggian

Dimensi Pengamat A

Ketelitian Mampu 56,1 55,9


Ulang Dimensi A 56 55,7
Diukur 10 kali
56,7 55,8
56 56,1
56,4 56,1
Rata – Rata
Deviasi Standar
Posisi 1 Posisi 2
A 56,1 56,2
B 74,6 74,9
C 34,6 34,9
D 23,7 23,5
E 39,7 32,9
F 1,4 1,1
D+E 63,4 56,4
A-D+E 72,1 65,6
Tabel 3.2.1 Hasil Pengukuran Ketinggian ( High Cauge )

Dimensi Pengamat A

Ketelitian Mampu 84,9 84,5


Ulang Dimensi A 84,8 84,6
Diukur 10 kali
84,7 84,4
84,6 84,8
84,3 84,9
Rata – Rata
Deviasi Standar
Posisi 1 Posisi 2
A 84,8 84,6
B 52,1 52,9
C 68,9 68,7
D 15 15,6
E 26,2 26,1
F 14,6 14,5
G 24 24,2
H 22,1 22,4
I 42,1 42,3
J 16,2 16,4
D+E 41,3 41,7
A-D+E 96,1 95,1

4.2 Pembahasan
4.2.1 Jangka Sorong
Dari data di atas dapat di ketahui bahwa setiap orang dalam proses mengukur
memiliki kemampuan yang berbeda.Hasil tersebut merupakan hasil dari pengukuran
dari benda yang sama alat yang sama juga tetapi masih ada kesalahan yang cukup
besar. Perbedaan tersebut bisa terjadi akibat pengukur sendiri. Perbedaan hasil
tersebut juga bisa terjadi karena lampu penerangan kurang terang menyala, sehingga
mengganggu terhadap pembacaan skala.
Perbedaan yang terjadi setiap alat ukur, itu di karenakan ketelitian jangka
sorong yang berbeda-beda. Pada jam ukur ketelitian 0,05 mm sedangkan pada skala
nonius ketelitian mencapai 0,02 mm sehingga kemungkinan hasil untuk perbedaan
sangat tinggi. Pengukuran mendapatkan hasil yang berbeda juga bisa di sebabkan
karena alat ukur sudah aus dan sudah tidak layak di gunakan.
Pengukuran berbeda juga bisa berpengaruh karena saat menekan
menggunakan rahang bawah terlalu menekan sehingga hasilnya kurang maksimal.
Bisa jadi saat pengukuran tekanan terlalu tinggi maka rahang jangka sorong akan
bengkok dan aus.
4.2.1 Mikrometer
Pada saat penghitungan diameter benda dengan alat ukur micrometer, hasil
yang didapat pada posisi 1 dengan posisi 2 sedikit berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh
penguncian micrometer saat pengukuran sangat berlebihan sehingga penekanan
dalam pengukuran sedikit tergelincir.
Pengkalibrasian alat ukur menggunakan optical Flat sangatlah efektif, karena
hasil yang didapat menunjukan garis pelangi warna merah. Pada sensor tetap
menghasilkan 6 garis dan pada sensor gerak menghasilkan 4 garis. Setelah
mendapatkan angka dari banyaknya garis yang muncul maka dikalikan dengan 0.32
untuk mendapatkan harga pada kedataran mulut ukur.
Pada hasil kalibrasi alat ukur, pada sensor muncul garis berwarna merah
kemudian dikali 0.32.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum yang di laksanakan
adalah sebagai berikut:
A. Jangka Sorong
1. Melalui praktikum Kalibrasi dan penggunaan Mistar Ingsut,
mahasiswa dapat memahami cara penggunaan mistar ingsut jenis nonius, jam
ukur dan mistar ingsut digital.
2. Pengkalibrasian Mistar ingsut sangat mudah di lakukan, kecuali
pengkalibrasian Mistar ingsut jenis nonius.
B. Mikrometer
Kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum Penggunaan dan
kalibrasi mikrometer adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan mikrometer sangatlah dibutuhkan dalam dunia Industri
karena untuk mendapatkan ukuran yang mempunyai ketelitian sebesar 0,01
mm. Sayangnya pengukuran menggunakan micrometer terbatas ukuran yang
mampu di ukur menggunakan alat ini antara 0-25 mm, 25-50 mm, dan 50-75
mm. Hanya bisa melakukan pengukuran dengan benda yang berukuran kecil.
Hasil pengukuran Benda yang sama pada titik tertentu bisa menghasilkan
hasil yang berbeda jika dilakukan oleh dua orang yang berbeda.
2. Pengkalibrasian mikrometer berguna untuk membuat benda
memiliki ketelitian yang tinggi. Karena dalam dunia pemesinan ketelitian
yang tinggi sangat di perlukan.
C. Bevel Protektor dan Mistar Ingsut
1. Bevel Protractor (busur derajat) adalah sebuah alat yang bisa
digunakan untuk mengukur dan membentuk sudut. Protractor sederhana
biasanya berupa cakram separuh dan alat ini sudah digunakan sejak ribuan
tahun yang lalu dalam ilmu geometri
2. Mistar Ingsut Ketinggian (height gauge)
Kegunaan :
Digunakan sebagai pengukur ketinggian, mistar ini juga sering
disebut mistar ingsut ketinggian atau kaliber tinggi.
5.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilaksanankan penulis memberikan saran sebagai
berikut:
A. Jangka Sorong
1. Sebelum melakukan praktikum sehendaknya dipastikan alat yang
akan di gunakan dalam kondisi baik atau tidak.
2. Ketelitian sebuah mistar ingsut yang akan di gunakan harus dilihat
dan di pahami maksud dari ketelitian alat tersebut.
Dalam proses praktikum seharusnya mengikuti prosedur yang ada.
B. Mikrometer
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum penggunaan dan
kalibrasi mikrometer adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran harus dilakukan lebih cepat, karena pengukuran yang
dilakukan memakan waktu yang lama.
2. Pengukuran seharusnya dilakukan pada benda yang berdiameter
kecil, sehingga lebih efektif waktu.
Pencataan hasil pengukuran seharusnya dilakukan orang yang berbeda
agar hasil pengukuran yang di catat tidak terjadi kesalahan

C. Bevel Protektor dan Mistar Ingsut


Pada saat praktikum menggunakan alat mistar ingsut ketinggian, pada
bahan yang diteliti tidak sejajar karena pemotongan dan pembuatan bahan
tersebut kurang teliti. Hal ini membuat praktikan kesulitan untuk menentukan
posisi awal untuk mengukur benda tersebut. Untuk selanjutnya, praktikan
meminta agar hal ini tidak terjadi kembali dimasa mendatang, dimana
mahasiswa baru akan melaksanakan praktikum juga.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://alatukur.web.id/jangka-sorong-pengertian-dan-cara-kerjanya/
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Jangka_sorong
3. http://www.slideshare.net/haryanto_dian/laporan-akhir-metrologi-industri-unri-
dian-haryanto-1407123394
4. http://alatukur.web.id/micrometer-pengertian-dan-cara-menggunakannya/
5. https://www.academia.edu/12518672/Laporan_Akhir_Metrologi_Industri_2014_
6. http://ilmuteknik.com/teknik-mesin/bevel-protractor.html/.
7. https://id.wikipedia.org/wiki/Protractor
8. http://webdiverg3.blogspot.co.id/2012/03/jenis-jenis-alat-ukur.html

Anda mungkin juga menyukai