Makalah Ulumul Qur'an Tentang Muhkam Dan Mutasyabih

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ULUMUL QUR’AN

Tentang

Al-muhkam dan mutasyabih

Dosen Pengampu :

Dr. AGUS SHOLIKHIN,S.Si., M.Pd.I.

DISUSUN:

SITI MUTMAINAH

PRODI : MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )


AS-SHIDDIQIYAH
TAHUN AKADEMIK 2019
JL. Lintas Timur Desa Lubuk Seberuk Kecamatan Lempuing Jaya
Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sum-Sel
30657
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah
dengan judul: “Al-muhkam dan Mutasyabih”. Salawat dan salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-
sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.

Semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam
memenuhi tugas dari mata kuliah Ulumul Quran dan semoga segala yang tertuang dalam
Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka
membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untuk
memberi arahan da ntuntunan agar yang membaca bias menciptakan hal-hal yang lebih
bermakna.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan danbelumsempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang
bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua,


karenakesempurnaanhanyamilik Allah SWT semata.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Lempuing Jaya, Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Muhkam Dan Mutasyabih ............................................. 2
B. Sejarah Ayat Muhkam Dan Mutasyabih ......................................... 4
C. Sebab-Sebab Terjadinya Tasyabuh Dalam Al-Qur’an .................... 5
D. Macam – Macam Ayat Muhkam Dan Mutasyabih ......................... 7
E. Hikmah Dan Nilai- Nilai Pendidikan Dalam Ayat- Ayat
Muhkam Dan Mutasyabih ............................................................... 8
F. Sikap Para Ulama Terhadap Ayat-Ayat Al-Mutasyabih .................. 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Al-Qur’an, selain merupakan wahyu, juga merupakan bagian


kehidupan umat yang dapat membukakan mata hati dalam diri setiap insan.
Firman Ilahi tersebut sudah dipandang sebagai kehidupan itu sendiri dan
tidak semata-mata kitab biasa. Layaknya sebuah kehidupan, untuk dapat
memahaminya biasanya diperlukan alat bantu yang kadang kala tidak
sedikit. Pada masa-masa permulaan turunnya, Al-Qur’an lebih banyak
dihafal dan dipahami oleh para sahabat nabi SAW. Sehingga kemudian
tidak ada alternatif lain bagi para sahabat kecuali berupaya menulisnya.
Apabila tidak dituliskan, maka mutiara yang bernilai demikian luhur
dikhawatirkan akan bercampur dengan hal-hal lain yang tidak diperlukan.
Sehingga, firman Ilahi yang mengiringi kehidupan umat Islam (dan juga
seluruh umat manusia) telah tersedia dalam bentuk tertulis, bahkan
berbentuk sebuah kitab. Oleh sebab itu, tidak dapat dihindari jika kemudian
berkembang ilmu pengetahuan tentang Al-Qur’an yang tidak lain tujuannya
untuk mempermudah dalam memahaminya. Salah satu ilmu pengetahuan
tentang Al-qur’an adalah ilmu muhkam dan mutasyabih, biasa diartikan
sebagai ilmu yang menerangkan tentang ayat-ayat muhkamat dan
mutasyabihat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Muhkam Dan Mutasyabih?
2. Bagaimana Sejarah Ayat Muhkam Dan Mutasyabih?
3. Bagaimana Sebab-Sebab Terjadinya Tasyabuh Dalam Al-Qur’an?
4. Sebutkan Macam – Macam Ayat Muhkam Dan Mutasyabih?
5. Apa Hikmah Dan Nilai- Nilai Pendidikan Dalam Ayat- Ayat
Muhkam Dan Mutasyabih?
6. Bagaimana Sikap Para Ulama Terhadap Ayat-Ayat Al-Mutasyabih?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MUHKAM DAN MUTSABIH


Muhkam berasal dari kata Ihkam, yang berarti kekukuhan,
kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan. Sedangkan secara
terminologi, Muhkam berarti ayat-ayat yang jelas maknanya, dan tidak
memerlukan keterangan dari ayat-ayat lain. Contoh: Surat Al-Baqarah ayat
83.
  
  
  

 
 
 
 
 
  
  
  

Artinya: “Dan (ingatlah) tatkala Kami membuat janji dengan Bani
Israil, supaya jangan mereka menyembah melainkan kepada Allah, dan
terhadap kedua Ibu Bapak hendaklah berbuat baik, dan (juga) kepada
kerabat dekat, dan anak-anak yatim dan orang orang miskin , dan
hendaklah mengucapkan perkataan yang baik kepada manusia, dan
dirikanlah sholat dan keluarkanlah zakat. Kemudian, berpaling kamu ,
kecuali sedikit, padahal kamu tidak memperdulikan.

Kata Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh, yang secara bahasa


berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada
kesamaran antara dua hal. Tasyabaha, Isytabaha sama dengan Asybaha
(mirip, serupa, sama) satu dengan yang lain sehingga menjadi kabur,

2
tercampur. Sedangkan secara terminoligi Mutasyabih berarti ayat-ayat yang
belum jelas maksudnya, dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya,
atau maknanya yang tersembunyi, dan memerlukan keterangan tertentu,
atau hanya Allah yang mengetahuinya. Contoh: Surat Thoha ayat 5.
  
 
Artinya: (Allah) Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas
‘Arasy’. 1
Adapun menurut pengertian terminologi (istilah), muhkam dan
mutasyabih memiliki arti sebagai berikut:
1. Menurut kelompok Ahlussunnah, ayat-ayat muhkam adalah ayat
yang maksudnya dapat diketahui dengan gamblang, baik melaui
takwil (metafora) ataupun tidak. Sementara itu, ayat-ayat
mutasyabih adalah ayat-ayat yang maksudnya hanya dapat
diketahui Allah, seperti saat kedatangan Hari Kiamat, keluarnya
Dajjal, dan arti huruf-huruf muqaththa’ah.
2. Menurut Al- Mawardi, ayat-ayat muhkam adalah yang
maknanya dapat dipahami akal, seperti ayat-ayat mutasyabih
adalah sebaliknya.
3. Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya segera dapat
diketahui tanpa penakwilan, sedangkan ayat-ayat mutasyabih
memerlukan penakwilan untuk mengetahui maksudnya.
4. Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang berbicara tentang
kefarduan, ancaman, dan janji, sedangkan ayat-ayat mutasyabih
berbicara tentang kisah-kisah dan perumpamaan.
Pada kesimpulannya, Muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah
jelas, tidak samar lagi. Mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum
jelas.2

1
http://www.slideshare.net/azzaazza50746/makalah-muhkam-mutasyabih Diakses Pada Tanggal
16 Oktober 2019 Pukul 14.40 WIB
2
Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2013, halm 120-121.

3
B. SEJARAH AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH
Secara tegas dapat dikatakan bahwa asal mula adanya ayat-ayat
muhkamah dan mutasyabihat ialah dari Allah SWT. Allah SWT
memisahkan atau membedakan ayat-ayat yang muhkam dari yang
mutasyabih, dan menjadikan ayat muhkam sebagai bandingan ayat yang
mutasyabihat. Allah SWT berfirman:
   
  
   
  
Artinya: “Dia-lah yang telah menurunkan Al-Kitab (Alquran) kepada
kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok
isi Alquran, dan yang lain ayat-ayat mutasyabihat”. (Q. S. Ali Imron: 7)

Dari ayat tersebut, jelas Allah SWT menjelaskan bahwa Dia


menurunkan Al-qur’an itu ayat-ayatnya ada yang muhkamat dan ada yang
mutasyabihat. Menurut kebanyakan ulama, sebab adanya ayat-ayat
muhkamat itu sudah jelas, yakni sebagaimana sudah ditegaskan dalam ayat
7 surah Ali Imran di atas. Di samping itu, Al Quran merupakan kitab yang
muhkam, seperti keterangan ayat 1 surah Hud:
   
 .....
Artinya: “Suatu Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi”.

Juga karena kebanyakan tertib dan susunan ayat-ayat Al-qur’an itu


rapi dan urut, sehingga dapat dipahami umat dengan mudah, tidak
menyulitkan dan tidak samar artinya, disebabkan kebanyakan maknanya
juga mudah dicerna akal pikiran. Tetapi sebab adanya ayat-ayat
mutasyabihat dalam Al-qur’an ialah karena adanya kesamaran maksud
syarak dalam ayat-ayat-Nya sehingga sulit dipahami umat, tanpa dikatakan
dengan arti ayat lain, disebabkan karena bisa dita’wilkan dengan bermacam-

4
macam dan petunjuknya pun tidak tegas, karena sebagian besar merupakan
hal-hal yang pengetahuannya hanya dimonopoli oleh Allah SWT.3

C. SEBAB-SEBAB TERJADINYA TASYABUH DALAM AL-QUR’AN


Imam Ar-Raghib Al- Asfihani dalam kitabnya Mufradatil Qur’an
menyatakan bahwa sebab adanya tasyabuh (kesamaran) dalam Al-qur’an itu
pada garis besarnya ada 3 hal, sebagai berikut:
1. Kesamaran dari aspek lafal saja. Kesamaran ini ada dua macam,
sebagai berikut:
a. Kesamaran dari aspek lafal mufradnya, karena terdiri dari lafal
yang gharib (asing), atau yang musyatarak (bermakna ganda),
dan sebagainya.
b. Kesamaran lafal murakkab disebabkan terlalu ringkas atau
terlalu luas.
2. Kesamaran dari aspek maknanya, seperti mengenai sifat-sifat Allah
SWT, sifat-sifat hari kiamat, sorga, neraka, dan sebagainya. Semua
sifat-sifat itu tidak terjangkau oleh pikiran manusia.
3. Kesamaran dari aspek lafal dan maknanya. Kesamaran ini ada lima
aspek, sebagai berikut:
a. Aspek kuantitas (al-kammiyyah), seperti masalah umum atau
khusus. Contohnya, ayat 5 surah At-Taubah:
  
 
 
 ....
Artinya: “Maka bunuhlah kaum musyrikin itu di manapun
kalian temukan mereka itu”.
Di sini batas kuantitasnya yang harus dibunuh masih samar.
c. Aspek cara (al-kaifiyyah), seperti bagaimana cara melaksanakan
kewajiban agama atau kesunahannya. Contohnya, ayat 14 surah
Thoha:

3
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an , Dunia Ilmu, Surabaya, 1998, halm 243-244.

5
......

6
 
  
Artinya: “Dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku (Allah)”.

Dalam ayat ini terdapat kesamaran, dalam hal bagaimana cara


salat agar dapat mengingatkan kepada Allah SWT.
d. Aspek waktu, seperti batas sampai kapan melaksanakan sesuatu
perbuatan. Contohnya, dalam ayat 102 surat Ali Imran:
 
 
   
  
 
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-
kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam”.

Dalam ayat ini terjadi kesamaran, sampai kapan batas taqwa


yang benar-benar itu.
e. Aspek tempat, seperti tempat mana yang dimaksud dengan balik
rumah, dalam ayat 189 surah Al-Baqarah:
   ........
  
.... 
Atinya: “ Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah,
juga samar”.
Tempat mana yang dimaksud dengan baliknya rumah, juga
samar.
Aspek syarat-syarat melaksanakan sesuatu kewajiban juga
samar, seperti bagaimana syarat sahnya salat, puasa, haji, nikah,
dan sebagainya.4

4
Ibid, hal : 250-251.

7
D. MACAM – MACAM AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH
Sesuai dengan sebab-sebab adanya ayat mutasyabihat dalam Al-
qur’an dengan adanya kesamaran maksud syarak dalam ayat-ayat-Nya
sehingga sulit dipahami umat, tanpa dikatakan arti yang lain, disebabkan
karena bisa dita’wilkan dengan bermacam-macamayat mutasyabihat itu ada
3 macam, sebagai berikut:
1. Ayat-ayat mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat
manuia, kecuali Allah SWT.
Contohnya seperti Dzat Allah SWT, hakikat sifat-sifat-Nya, waktu
datangnya hari kiamat dan sebagainya. Hal-hal ini termasuk urusan-
urusan ghaib yang diketahui Allah SWt, seperti ayat 34 surah
Lukman:
   
 
  
   
   
    
    
   

Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah


pengetahuan tentang hari kiamat., dan Dialah yang menurunkan
hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui
di bumi mana dia akan mati.”
2. Ayat-ayat mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang
dengan jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam.
Contohnya seperti merinci yang mujmal, menentukan yang
musytarak, mengqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang
tertib, dan sebagainya.
Ayat-ayat mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar
ilmu dan sain, bukan oleh semua orang, apalagi orang awam. Hal-hal

8
ini termasuk urusan-urusan yang hanya diketahui oleh Allah SWT dan
orang-orang yang rosyikh ilmu pengetahuannya, seperti keterangan
ayat 7 surah Ali Imrom:
  
  
  
  
  
  
  
 
 

   
   
 
 
   
   
  
 
Artinya : “Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara
(isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang
lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat
yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal”.

E. HIKMAH DAN NILAI- NILAI PENDIDIKAN DALAM AYAT- AYAT


MUHKAM DAN MUTASYABIH
Al-Quran adalah rahmat bagi seluruh alam, yang didalamnya terdapat
berbagai mukzijat dan keajaiban serta berbagai misteri yang harus
dipecahkan oleh umat di dunia ini. Alloh tidak akan mungkin memberikan
sesuatu kepada kita tanpa ada sebabnya. Di bawah ini ada beberapa hikmah

9
tentang adanya ayat-ayat muhkan dan mutasyabih, diantara hikmahnya
adalah :
1. Andai kata seluruh ayat Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat,
maka akan sirnalah ujian keimanan dan amal karena pengertian ayat
yang jelas.
2. Apabila seluruh ayat Al-Qur’an mutasyabihat, niscaya akan padamlah
kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia orang yang
benar keimanannya yakin bahwa Al-Qur’an seluruhnya dari sis Allah,
segala yang datang dari sisi Allah pasti hak dan tidak mungkin
bercampur dengan kebatilan.
   
    
    

Artinya: “Tidak akan datang kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan, baik
dari depan maupun dari belakang, yang diturunkan dari Tuhan yang Maha
Bijaksana lagi Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji”.(Q.S. Fushshilat [41]:
42)

3. Al-Qur’an yang berisi ayat-ayat muhkamat dan ayat-ayat


mutasyabihat, menjadi motivasi bagi umat Islam untuk terus menerus
menggali berbagai kandungannya sehingga kita akan terhindar dari
taklid, membaca Al-Qur’an dengan khusyu’ sambil merenung dan
berpikir.
4. Ayat-ayat Mutasyabihat ini mengharuskan upaya yang lebih banyak
untuk mengungkap maksudnya, sehingga menambah pahala bagi
orang yang mengkajinya. Jika Al-Quran mengandung ayat-ayat
mutasyabihat, maka untuk memahaminya diperlukan cara penafsiran
dan tarjih antara satu dengan yang lainnya. Hal ini memerlukan
berbagai ilmu, seperti ilmu bahasa, gramatika, ma’ani, ilmu bayan,
ushul fiqh dan sebagainya. Apabila ayat-ayat mutasyabihat itu tidak
ada niscaya tidak akan ada ilmu-ilmu tidak akan muncul.

10
Menurut Yusuf Qardhawi, adanya muhkam dan mutasyabih
sebenarnya merupakan ke-mahabijaksanaan-Nya Allah, bahwa Al-Qur’an
ditujukan kepada semua kalangan, karena bagi orang yang mengetahui
berbagai tabiat manusia, di antara mereka ada yang senang terhadap
bentuklahiriyah dan telah merasa cukup dengan bentuk literal suatu nash.
Ada yang memberikan perhatian kepada spritualitas suatu nash, dan tidak
merasa cukup dengan bentuk lahiriyahnya saja, sehingga ada orang yang
menyerahkan diri kepada Allah dan ada orang yang melakukan pentakwilan,
ada manusia intelek dan manusia spiritual. mengajarkan ”ajaran” muhkam
dan mutasyabih kepada manusia agar kita mengakui adanya perbedaan
karakter pada setiap individu, sehingga kita harus menghargainya. Kalau
kita sebagai guru, sudah sepatutnya meneladani-Nya untuk kita aplikasikan
dalam menyampaikan pelajaran yang dapat diterima oleh peserta didik yang
berbeda-beda dalam kecerdasan dan karakter.5

F. SIKAP PARA ULAMA TERHADAP AYAT-AYAT AL-


MUTASYABIH
Para ulama berbeda pendapat tentang apakah arti ayat-ayat
mutasyabih dapat diketahui oleh manusia, atau hanya Allah saja yang
mengetahuinya. Sumber perbedaan mereka terdapat dalam pemahaman
struktur kalimat pada (QS. ‘Ali Imran : 7)
   
  
   
   
   
   
 
  
    
   
   
    
   


5
http://myrealblo.blogspot.com/2015/11/ulumul-quran-al-muhkam-wal-mutasyabih.html?m=1
Diakes Pada Tanggl 18 Oktober 2019 Pukul 15.55 WIB

11
Artinya : “Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada
kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-
pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun
orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka
mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk
menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang
mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam
ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat,
semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal”.

Dalam memahami ayat tersebut, muncul dua pandapat. Yang pertama,


   di-athaf-
kan pada lafazh Allah, sementara lafazh  sebagai hal.
Itu artinya, bahwa ayat-ayat mutasyabih pun diketahui orang-orang yang
mendalami ilmunya. Yang kedua, Wa al-rasikhuna fi al-‘ilm sebagai
mubtada’ dan yaaquluna sebagai khabar. Itu artinya bahwa ayat-ayat
mutasyabih hanya diketahui oleh Allah, sedangkan orang-orang yang
mempelajari ilmunya hanya mengimaninya.
Ada sedikit ulama yang berpihak pada ungkapan gramatikal yang
pertama. Seperti Imam An-Nawawi, di dalam Syarah Muslim, ia berkata,
“Pendapat inilah yang paling shahih karena tidak mungkin Allah
mengkhitabi hamba-hamba-Nya dengan uraian yang tidak ada jalan untuk
mengetahuinya.”.
Namun sebagian besar sahabat, tabi’in, generasi sesudahnya, terutama
kalangan Ahlussunnah berpihak pada gramatikal ungkapan yang kedua.
Seperti pendapat dari :
1) Al-Bukhari, Muslim, dan yang lainnya mengeluarkan sebuah
riwayat dari Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW
pernah bersabda ketika mengomentari (QS. ‘Ali Imran ayat 7) :
“Jika engkau menyaksikan orang-orang yang mengikuti
ayat-ayat mutasyabih untuk menimbulkan fitnah dan untuk

12
mencari-cari takwilnya, orang itulah yang dicela Allah, maka
berhati-hatilah menghadapi mereka.”
2) Ibn Abu Dawud, dalam Al-Mashahif, mengeluarkan sebuah
riwayat dari Al-A’masy. Ia menyebutkan bahwa diantara qira’ah
Ibn Mas’ud disebutkan :
“Sesungguhnya penakwilan ayat-ayat mutasyabih hanya milik
Allah semata, sedangkan orang-orang yang mendalami ilmunya
berkata, “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabih.”
3) Ath- Tabtani, dalam Al-Kabir, mengeluarkan sebuah riwayat
dari Abu Malik Al-Asy’ari. Ia pernah mendengar Rasulullah
SAW. Bersabda:
“Ada tiga hal yang aku khawatirkan dari umatku, yaitu
pertama, menumpuk-numpuk harta sehingga memunculkan sifat
hasad dan menyebabkan terjadinya pembunuhan. Kedua,
mencari-cari takwil ayat-ayat mutasyabih padahal hanya Allah-
lah yang mengetahuinya...”
Sedang Ar-raghib Al-Ashfahany mengambil jalan tengah dalam
masalah ini. Beliau membagi mutasyabih dari segi kemungkinan
mengetahuinya menjadi tiga bagan:
1. Bagian yang tidak ada jalan untuk mengetahuinya, seperti waktu
tibanya hari kiamat.
2. Bagian manusia menemukan sebab-sebab mengetahuinya,
seperti lafadz-lafadz yang ganjil, sulit difahami namun bisa
ditemukan artinya
3. Bagian yang terletak di antara dua urusan itu yang hanya
diketahui orang- orang yang mendalami ilmunya.

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Muhkam berarti ayat-ayat yang jelas maknanya, dan tidak
memerlukan keterangan dari ayat-ayat lain. Mutasyabih berarti ayat-
ayat yang belum jelas maksudnya, dan mempunyai banyak
kemungkinan takwilnya, atau maknanya yang tersembunyi, dan
memerlukan keterangan tertentu, atau hanya Allah yang
mengetahuinya.
2. Sejarah perkembangannya sebab adanya ayat-ayat mutasyabihat
dalam Alquran ialah karena adanya kesamaran maksud syarak dalam
ayat-ayat-Nya sehingga sulit dipahami umat, tanpa dikatakan dengan
arti ayat lain, disebabkan karena bisa dita’wilkan dengan bermacam-
macam dan petunjuknya pun tidak tegas, karena sebagian besar
merupakan hal-hal yang pengetahuannya hanya dimonopoli oleh
Allah SWT.
3. Sebab terjadinya tasyabuh dalam Alquran yaitu Kesamaran dari aspek
lafal saja, kesamaran dari aspek maknanya, kesamaran dari aspek lafal
dan maknanya.
4. Macam – Macam Ayat Muhkam dan Mutasyabih:
a. Ayat-ayat mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh
umat manuia, kecuali Allah SWT.
b. Ayat-ayat mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang
dengan jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam.
c. Ayat-ayat mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para
pakar ilmu dan sain, bukan oleh semua orang, apalagi orang
awam.
5. Hikmah adanya ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih:
a. Andai kata seluruh ayat Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat
muhkamat, maka akan sirnalah ujian keimanan dan amal karena
pengertian ayat yang jelas.

14
b. Apabila seluruh ayat Al-Qur’an mutasyabihat, niscaya akan
padamlah kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi
manusia orang yang benar keimanannya yakin bahwa Al-Qur’an
seluruhnya dari sis Allah, segala yang datang dari sisi Allah
pasti hak dan tidak mungkin bercampur dengan kebatilan.

B. SARAN
Dalam memahami ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat tentunya
akan menemui perbedaan antara ulama satu dengan yang lainnya. Maka dari
itu, kita sebagi mahasiswa tidak sepantasnya saling salah menyalahkan
pendapat satu dengan yang lainnya. Karena setiap pendapat yang
dikeluarkan oleh para ulamak tentunya semuanya memiliki dasar. Kita harus
lebih bijak dalam mengatasi perbedaan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anwar .Rosihon.2013.”Ulum Al- Qur’an”. Bandung: CV Pustaka Setia


Abdul Djalal, 1998. “Ulumul Qur’an , Dunia Ilmu” Surabaya.
M.Yusuf,Kadar. 2014.”Studi Al-Qur’an” . Jakarta: Amzah
http://www.slideshare.net/azzaazza50746/makalah-muhkam-mutasyabih Diakses
Pada Tanggal 16 Oktober 2019 Pukul 14.40 WIB
http://myrealblo.blogspot.com/2015/11/ulumul-quran-al-muhkam-wal-
mutasyabih.html?m=1 Diakes Pada Tanggl 18 Oktober 2019 Pukul 15.55
WIB

16

Anda mungkin juga menyukai