Laporan Kasus Psoriasis Vulgaris

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN KASUS
PSORIASIS VULGARIS PADA ANAK

(BBLR)

Disusun Oleh :
Nabilah Biyanti
111 2018 2032

Pembimbing :
dr. Rachmawati, Sp.KK, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Nabilah Biyanti


NIM : 111 2016 2032
Universitas : Univeristas Muslim Indonesia
Judul Lapsus : Psoriasis Vulgaris pada Anak

Adalah benar telah menyelesaikan lapsus berjudul “Psoriasis Vulgaris pada


Anak” dan telah disetujui serta telah dibacakan dihadapan pembimbing dan
supervisor dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, 19 Maret 2019


Supervisor Pembimbing

dr. Rachmawati, Sp.KK, M.Kes

BAB I
PENDAHULUAN
Psoriasis mungkin adalah salah satu penyakit yang sudah lama
ditemukan pada manusia dan merupakan penyakit yang juga menimbulkan
banyak tanda tanya dalam diagnosisnya. Beberapa peneliti percaya bahwa
psoriasis sudah ada sejak dahulu dan dikenal dengan sebutan “Tzaraat” dalam
Alkitab. Pada jaman dahalu psoriasis dimasukkan dalam kategori salah satu
variasi dari lepra. Pada abad ke-18, ahli dermatologi Inggris, Robert Willan
dan Thomas Bateman membedakan psoriasis dengan penyakit kulit lainnya.
Dikatakan bahwa pada lepra kelainan pada kulit berupa efloresensi yang
regular, macula yang sirkular sementara pada psoriasis selalu dalam bentuk
yang irregular. Dengan segala kebingungan yang ada, maka pada tahun 1841,
kondisi kelainan kulit tersebut dinamakan psoriasis oleh ahli dermatolgis dari
Vienis, Jerman bernama Ferdinand Von Hebra. Namanya diambil dari bahasa
Yunani “psora” yang berarti “gatal”.1
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik
dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas
dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, disertai fenomena
tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.2
Penyakit ini secara klinis tidak mengancam jiwa dan tidak menular
tetapi timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh manapun sehingga dapat
menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik.
Psoriasis merupakan penyakit hiperproliferatif dan inflamasi kronis
pada kulit dengan manifestasi klinis serupa pada tiap etnik. Penyakit ini
berhubungan dengan penyakit hiperproliferatif kulit derajat ringan sampai
dengan berat dan peradangan sendi. Onset penyakit dan derajat penyakit
dipengaruhi oleh usia dan genetik, dan dicetuskan oleh berbagai faktor
internal dan eksternal, seperti cedera fisik pada kulit, pengobatan sistemik,
infeksi, dan stress emosional. Kasus psoriasis makin sering dijumpai.
Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan kematian tetapi menyebabkan
gangguan kosmetik, terlebih-lebih mengingat bahwa perjalanannya menahun
dan residif.1
BAB II
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : An. N
Umur : 4 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Karaeng Pattingaloang, Maros
Pekerjaan :-
Pendidikan :-
Agama : Islam
Suku Bangsa : Makassar
Status : Belum Menikah

Keluhan Utama
Timbul bercak-bercak merah dan mengelupas.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Rumah Sakit Sayang Rakyat dengan keluhan timbul
bercak-bercak merah yang meninggi di punggung, tangan, dan kepala.
Bercak-bercak tersebut disertai kulit tebal yang mengelupas Bercak-bercak
merah tersebut dirasakan sudah sejak 1 bulan yang lalu. Pasien sering merasa
gatal dan menggaruk bercak-bercak tersebut sehingga sering luka dan
mengelupas. Awalnya bercak tersebut hanya muncul satu namun semakin hari
semakin banyak.
Keluhan tersebut pernah dirasakan oleh pasien satu tahun yang lalu.
Pasien kemudian berobat ke Rumah Sakit Wahidin dan sempat melakukan
pemeriksaan Histopatologis yang hasilnya menyatakan Psoriasis Vulgaris.
Keluhan sempat sembuh, namun kemudian muncul lagi.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya dan berobat
kemudian sembuh. Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan,
dan debu.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama
seperti pasien. Riwayat asma, alergi makanan, obat-obatan dan debu
disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital:
 Tekanan darah :-
 Nadi : 87/m
 Suhu : 37,3 C
 Pernapasan : 20x/m

Tinggi badan : 99 cm
Berat badan : 15 Kg
Kepala : Normocephali, rambut alopesia, disertai skuama tebal.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, alis mata
hitam, tidak ada madarosis
Telinga : Normotia, tidak ada kelainan kulit
Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-), tidak ada kelainan kulit
Mulut : bibir tidak kering, caries dentis (-), faring hiperemis (-)
Thoraks : bentuk normal, pergerakan simetris, terdapat kelainan kulit
(lihat status dermatologikus)
Paru : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, terdapat
kelainan kulit
Ekstremitas atas : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, terdapat
kelainan kulit
Ekstremitas bawah : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, tidak
terdapat kelainan kulit
Status Dermatologis
Ad Regio : Scalp, Truncus posterior, Ekstremitas Superior.
Distribusi : Lokalis
Ukuran : Lentikular-Plakat
Efloresensi : Plak eritematosa diliputi skuama putih yang tebal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Histopatologis : Psoriasis Vulgaris (+)
RESUME
Seorang anak perempuan, berusia 4 tahun datang ke Rumah Sakit
Umum Daerah Sayang Rakyat keluhan bercak-bercak merah dan kulit
mengelupas yang terasa gatal. Keluhan ini dirasakan sejak 1 bulan yang lalu
awalnya lesi hanya muncul 1 saja namun semakin hari semakin bertambah
banyak di daerah punggung, tangan, dan daerah kepala.
Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari
yang membuat pasien menggaruk lesi tersebut. Sebelumnya, pasien pernah
menderita penyakit yang sama serta pernah berobat satu tahun yang lalu dan
sembuh. Namun keluhan yang sama muncul kembali 1 bulan terakhir.
Pada pemeriksaan fisik, status generalis didapatkan dalam batas
normal. Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan lesi regional pada region
scalp, truncus posterior, dan ekstremitas superior. Lesi berupa plak
eritematosa yang diliputi skuama putih tebal dengan ukuran lenticular-plakat.
DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatitis Numular
2. Dermatitis Seboroik
DIAGNOSIS KERJA
Psoriasis Vulgaris
PENATALAKSANAAN
1. UMUM
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.
b. Menjelaskan bahwa Psoriasis Vulgaris adalah penyakit autoimun.
c. Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat
menyebabkan luka dan resiko infeksi
d. Menjelaskan pentingnya berobat dan control secara teratur mengingat
Psoriasis Vulgaris merupakan penyakit yang residif dan menahun.
2. KHUSUS
a. Topikal
 Desoksimethasone 20 gr
 Asam fusidat 10 gr
Dioles pada lesi yang ada di badan.
 Momethasone 2%
 Saliycic acid 2%
 Lanolin 5 gr
 Vaseline 50 gr
 Desolex 10 gr di tetes di kepala sekali-sehari

b. Sistemik
 Antihistamin: Cetirizine 10mg/24jam/oral 1x1

PROGNOSIS
Quo Ad vitam : ad bonam
Quo Ad functionam : ad bonam
Quo Ad cosmeticam : ad bonam
Quo Ad sanationam : ad bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik
dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas
dengan skuama yag kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena
tetesan lilin, Auzpits, dan Kobner.1
B. EPIDEMIOLOGI
Sepertiga orang dewasa yang menderita psoriasis pernah menderita
onset psoriasis di masa kecil. Variasi etnis masih belum jelas hingga kini,
namun beberapa penelitian mengatakan insiden tertinggi pada ras
Kaukasian, kulit hitam dibandingkan populasi Asia. Namun, penelitian
lain mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antar ras.
Secara klasik, beberapa peneliti telah menemukan bahwa wanita lebih
mendominasi dibanding pria dengan perbandingan 2:1.
Distribusi usia pada populasi pediatrik belum jelas. Dimasukkannya
ruam popok psoriatik secara drastis meningkatkan kejadian psoriasis pada
anak usia dibawah 2 tahun. Namun, jika dikecualikan, penelitian
menunjukkan distribusi yang sama antara semua kelompok umur.2
C. ETIOPATOGENESIS
Faktor Genetik berperan. Bila orangtuanya tidak menderita psoriasis
resiko mendapat psoriasis 12% sedangkan, jika salag seorang orangtuanya
menderita psoriasis resikonya mencapai 34-39%. Berdasarkan awitan
penyakit dikenal 2 tipe : psoriasis tipe 1 denga awitan dini bersifat
familial, psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial. Hal
lain yang menyokong adanya faktor genetik ialah bahwa psoriasis
berkaitan dengan HLA. Psoriasis tipe I berhubungan dengan HLA-B13,
B17, Bw57, dan Cw6. Psoriasis tipe II berkaitan dengan HLA B-27 dan
CW 2, sedangkan psoriasis pustulosa berkorelasi dengan HLA-B27.
Faktor Imunologik juga berperan. Defek genetik pada psoriasis dapat
diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel, yakni limfosit T, sel
penyaji antigen (dermal), atau keratinosist. Keratinosit psoriasis
membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesi psoriasis matang umumnya
penuh dengan sebukan limfosit T CD4 degan sedikit limfositik dalam
epidermis. Sedangkan pada lesi baru umumnya lebih banyak di dominasi
oleh limfosit T CD8. Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang
produksinya bertambah. Sel langerhans juga berperan pada
imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya proliferasi epidermis diawali
dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh
sel Langerhans. Pada psoriasis pembentukan epidermis lebih cepat, hanya
3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari. Nickoloff (1998)
berkesimpulan bahwa psoriasis adalah Penyakit Autoimun. Lebih dari
kasus dapat mengalami remisi setelah diobati dengan imunosupresif.1,2
Berbagai faktor pencetus pada psoriasis yang disebut dalam
kepustakaan antara lain stress psikik, infeksi fokal, trauma (fenomena
Kobner), endokrin, gangguan metabolik, obat, juga alkohol dan merokok.
Stress psikik, infeksi fokal mempunyai hubungan erat dengan salah satu
bentuk psoriasis ialah psoriasis gutata, karena ditemukan bahwa antigen
Streptococcus mengaktifkan limfosit yang menginduksi aktivitas mitosis
sedangkan hubungannya dengan psoriasis vulgaris tidak jelas. 1,2
Jadi, dapat disimpulkan etiologi psoriasis bersifat multifaktorial. Pada
penelitian, ditemukan adanya ekspresi protein tertentu yang berlebihan
dalam lesi psoriatik. Efek dari hal ini menyebabkan diferensiasi keratinosit
abnormal, hiperproliferasi keratinosit, dan infiltrasi sel inflamasi. Hal ini
dimediasi oleh sel T yang diaktifkan oleh sel dendretik yang ada dalam
plak psoriatik. 2
D. MANIFESTASI KLINIS
Lesi dari psoriasis biasanya berbentuk bulat, eritema terang, dan plak
yang tertutupi oleh skuama berwarna abu-abu atau putih seperti mika.
Papul psoriaTik biasanya berukuran 1 cm atau lebih. Kelainan biasanya
tampak sebagai lesi yang soliter atau plak yang sangat banyak dengan
distribusi general. Lesi juga biasanya bersifat simetris bilateral dengan
predileksi di kepala, siku, atau lutut, dan lumbosakral maupun di regio
anogenital. Tetapi, lesi juga dapat berdistribusi di tempat lain seperti
aksilla, paha, dada, dan regio umbilikalis.3,4
Sebanyak 50% anak-anak memberikan gambaran plak yang besar pada
lutut dan siku. Penebalan dan fissura pada kulit telapak tangan juga dapat
terjadi. 1 dari 3 anak, menderita psoriasis gutata yang menyebar di badan
termasuk wajah, badan, dan ekstremitas. Pada anak-anak yang lebih tua,
lesi paling sering mengenai regio kelopak mata, genital dan periumbilikal.
Sedangkan, pada bayi psoriasis memberikan gejala dermatitis popok. Plak
kemerahan yang gatal dan tebal sering bermanifestasi di frontal hair line
dan sekitar telinga. Perubahan kuku juga biasanya muncul sebagai
manifestasi awal psoriasis, ter,asik monikolisis, pitting nail, kuku
menguning, kuku rapuh, serta hiperkeratorsis subungual.4
E. KLASIFIKASI
Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis sebagai berikut
1. Psoriasis Vulgaris
Bentuk ini ialah yang sering terjadi karena itu disebut vulgaris,
dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya umumnya berbentuk
plak. Tempat predileksinya seperti yang telah diterangkan diatas.1,6

2. Gambar 1. Psoriasis tipe Plak / Psoriasis Vulgaris7 Psoriasis


gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Seritng juga disebut
dengan lesi water-drop lesions. Timbulnya mendadak dan diseminata,
umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran nafas bagian atas
atau sehabis influenza dan morbili, terutama pada anak dan dewasa
muda. Selain itu juga dapat timbull setelah infeksi lain, baik bakterial
maupun viral.1,5,6
Gambar 2. Psoriasis Gutata7
3. Psoriasis
Inversa
(Psoriasis fleksural)
Psoriasis ini memiliki predileksi di daerah flexor sesuai dengan
namanya seperti di daerah telinga, axilla, lipatan paha, dan lipatan
payudara, pusar, lipatan pantat, penis,dan bibir. Area lain seperti
kepala dan kuku juga bisa terkena.1,5

Gambar 3. Psoriasis Inversa5


4. Psoriasis
Eksudativa
Bentuk ini sangat jarang, biasanya kelainan psoriasis yang kreing
tetapi pada bentuk ini kelainannya eksudatif seperti dermatitis akut.1
5. Psoriasis Seboroik (Seboriasis)
Gambaran psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis
dan dermatitis seboroik yang biasanya saling tumpang tindih
gambaran psoriasis ini biasanya agak berminyak, berwarna kuning
disertai skuama yang lunak.1,5
6. Psoriasis Pustulosa
Ada 2 pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama diangap
sebagai penyakit tersendiri, kedua, dianggap sebagai varian psoriasis.
Terdiri atas 2 bentuk yakni generalisata dan lokalisata. Bentuk
lokalisata contohnya psoriasis pustulosa palmoplantar (barber).
Sedangkan bentuk generalisata, contohnya psoriasis pustulosa
generalisata akut (von Zumbusch)1,5,6

Gambar 4. Psoriasis Pustular7


7. Eritroderma
Psoriatik
Eritroderma psoriatik dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang
terlalu kuat oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang
khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena ada eritema dan skuama
yangt tebal dan universal. Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak
samar-samar yakni eritematosa dan kulitnya lebih meninggi1,5

Gambar 6. Eritroderma Psoriatik4

F. DIAGNOSIS
Pemeriksaan biasanya dilakukan dengan pemeriksaan fisis dengan
melihat lesi yang khas, yakni plak eritematosus yang diliputi skuama tebal
menyerupai mika. Selain itu biasanya pasien anak, mengeluhkan adanya
pruritus dimana pasien akan mulai menggaruk lesi tersebut. Saat lesi
tersebut digaruk maka akan muncul bintik-bintik perdarahan yang biasa
disebut Fenomena Auzpitz, yang merupakan hasil dari rupturnya kapiler
di dermis pars papillar. Selain itu ada pula, Fenomena tetesan lilin yakni
skuama yang berubah warna menjadi putih pada goresan seperti lilin yang
digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Fenomena Kobner
juga salah satu tanda dari Psoriasis namun tak khas, yakni trauma pada
kulit penderita psoriasis misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan
yang sama dengan kelainan spsoriasis dan biasanya timbul kira-kira dalam
waktu 3 minggu 1,3,7

Gambar 7. Gambar Fenomena Kobner (kanan) dan Fenomena Auzpitz (kiri)4

Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti


pemeriksaan Histopatologis yang khas, yakni parakeratosis dan akantosis.
Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses
Munro. Selain itu terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di
subepidermal.1
G. PENATALAKSANAAN
- TOPIKAL :
1. Untuk Regio Wajah dan Flexor
LPC 2% + Salicyclic acid 2% dalam cream dioles pada malam hari +
Hidrokortison 1% ointment dioles di pagi hari.
Bila terjadi refrakter maka bisa ditambahkan tacrolimus/pimecrolimus dan
ganti krim kortikosteroid dengan yang lebih poten.2
2. Untuk regio Scalp
Shampo yang mengandung kortikosteroid, zinc, tar atau salicylic acid atau
calcipotriol bisa digunakan.2
3. Untuk Regio Badan dan Ektremitas
- Preparat Tar 1% lotion 2x1 +LPC (20% tar coal dalam larutan
alkohol) 4% + Salicyclic acid 2%
Kortikosteriod Potent Menengah pada pagi hari (Konsentrasi LPC dan
salicylic dapat dititrasi sampai 10%)
- Tambahkan calcipotriol 0.005% sekali sehari atau dua kali sehari
- Tambahkan Tazarotene 0.05% di malam hari + Steroid sedang pada
pagi hari
- Jika terapi diatas gagal, pertimbangkan terapi sinar pada anak atau
terapi sistemik/biologic2
4. Area genital
-Hidrokortisone 1% dua kali sehari
-Pada kasus dengan respon yang burukm dapat digunakan kortikosteroid
poten tinggi dioleh sekali sehari
Pada bayi yang menggunakan popok :
Gunakan kortikosteroid potent ditambah kreim antikandidiasis (nistatin
atau miconazole)2
5. Pada Pustular Akut
Perlu dilakukan perawatan di rumah sakit.2
-SISTEMIK
1. Methotrexate 0.2-0.7 mg/kg/minggu terapi harus dilakukan dengan
pemberian suplemen folat juga dengan monitor ketat dari fungsi hati dan
kolestrol. Efek samping paling sering adalah mual dan muntah.
2. Cyclosporin 3-5 mg/kg dimana memiliki efek pada pasien psoriasis
pediatri, Harus disertai dengabn monitor ketat fungsi ginjal dan tekanan
darah.
3. Retinoid Sistemik Acitetrerin dan isotretin memiliki benefit sebagai
single agen pada terapi psoriasis pustular dan psoriasis eritroderma dan
sangan tidak berefek pada psoriasis vulgaris. Efek samping dapat
menyebabkan dehidrasi, peningkatan enzim hati, tdan pseudotumor
cerebral. 2
4.Pada Infeksi Streptokokkus Saluran Nafas Atas untuk mengeliminasi
penyebab, makan dibelrika phenoxtmethylpenicillin 12.5mg/kg sampai
500 mg 2x1 selama 10 hari atau roxythromycin jika alergi penisilin2
-TERAPI SINAR
1. UVB telah dilakukan dan aman untuk anak. Terapi sinar UV yag
dikombinasikan dengan obat topikal atau sistemik. Efek samping dapat
menyebabkan eritema dan hiperpigmentasi.
2. PUVA yaitu terapi yang sering diberikan sebelum ditemukannya
terapi UVB. Namun sekarang sudah jarang dilakukan semenjak adanya
terapi UVB karena menunjukkan peningkatan resiko SCC dan
Melanoma.2
-TERAPI BIOLOGIK
Obat biologik merupakan obat baru, efeknya memblok langkah
molekular spesifik penting pada patogenesis psoriasis ialah ifiksimal,
alefasep, efalizumab, adalimumab, dan ustekimumam. Obat ini terdiri
atas antibodi dan protein fusion yang menargetkan sitokin TNF alfa yang
memiliki peran pentingd dalam patogenesis psoriasis. Berbeda dengan
orang dewasa, terapi biologik masih belum disarankan untuk pasien
dibawah umur. Namun, laporan kasus pertama tentang penelitian terapi
biologi adalah inflixmab dan etanercept aman bagi anak dan
menunjukkan prospek terapi baru pada anak dengan psoriasis di
kemudian hari1,7
F. PROGNOSIS
Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat kronis
dan residif.1
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda Adhi . Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 5. Fakultas Kedokteran
Universitas
Indonesia. Jakarta : 2017.
2. Sharma, Vyom, Orchard, David. Pediatric Psoriasis. Paediatrics and Child
Health. Volume 21. Issue 3. 2011. Hal. 126-131.
3. Paller, Amy S., MD et al. Papulosquamou and Related Disorders. Hurwitz
Clinical Pediatric Dermatology, 4. 2016. Hal. 73-93
4. Cohen, Bernard A. Papulosquamous Eruption. Pediatric Dermatology Chapter
3. 2013. Hal. 68-103
5. James, William D, MD, et al. Seborrheic Dermatitis, Psoriasis, Recalcitrant
Palmoplantar Eruptions, Pustular Dermatitis and Erythdroderma. Andrew’s
Disease of the Skin. 2019. Hal 191-204.
6. Habif, Thomas P, MD. Psoriasis and Other papulosquamoud diseases. Clinical
Dermatology. Chapter 8. 2016. Hal 263-328.
7. Benoit, Sandrine, MD, et al. Childhood Psoriasis. Clinics in Dermatology.
2017. Volume 25, Issue 6. Hal. 555-562

Anda mungkin juga menyukai