Laporan Kasus Psoriasis Vulgaris
Laporan Kasus Psoriasis Vulgaris
Laporan Kasus Psoriasis Vulgaris
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LAPORAN KASUS
PSORIASIS VULGARIS PADA ANAK
(BBLR)
Disusun Oleh :
Nabilah Biyanti
111 2018 2032
Pembimbing :
dr. Rachmawati, Sp.KK, M.Kes
HALAMAN PENGESAHAN
BAB I
PENDAHULUAN
Psoriasis mungkin adalah salah satu penyakit yang sudah lama
ditemukan pada manusia dan merupakan penyakit yang juga menimbulkan
banyak tanda tanya dalam diagnosisnya. Beberapa peneliti percaya bahwa
psoriasis sudah ada sejak dahulu dan dikenal dengan sebutan “Tzaraat” dalam
Alkitab. Pada jaman dahalu psoriasis dimasukkan dalam kategori salah satu
variasi dari lepra. Pada abad ke-18, ahli dermatologi Inggris, Robert Willan
dan Thomas Bateman membedakan psoriasis dengan penyakit kulit lainnya.
Dikatakan bahwa pada lepra kelainan pada kulit berupa efloresensi yang
regular, macula yang sirkular sementara pada psoriasis selalu dalam bentuk
yang irregular. Dengan segala kebingungan yang ada, maka pada tahun 1841,
kondisi kelainan kulit tersebut dinamakan psoriasis oleh ahli dermatolgis dari
Vienis, Jerman bernama Ferdinand Von Hebra. Namanya diambil dari bahasa
Yunani “psora” yang berarti “gatal”.1
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik
dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas
dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, disertai fenomena
tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.2
Penyakit ini secara klinis tidak mengancam jiwa dan tidak menular
tetapi timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh manapun sehingga dapat
menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik.
Psoriasis merupakan penyakit hiperproliferatif dan inflamasi kronis
pada kulit dengan manifestasi klinis serupa pada tiap etnik. Penyakit ini
berhubungan dengan penyakit hiperproliferatif kulit derajat ringan sampai
dengan berat dan peradangan sendi. Onset penyakit dan derajat penyakit
dipengaruhi oleh usia dan genetik, dan dicetuskan oleh berbagai faktor
internal dan eksternal, seperti cedera fisik pada kulit, pengobatan sistemik,
infeksi, dan stress emosional. Kasus psoriasis makin sering dijumpai.
Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan kematian tetapi menyebabkan
gangguan kosmetik, terlebih-lebih mengingat bahwa perjalanannya menahun
dan residif.1
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : An. N
Umur : 4 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Karaeng Pattingaloang, Maros
Pekerjaan :-
Pendidikan :-
Agama : Islam
Suku Bangsa : Makassar
Status : Belum Menikah
Keluhan Utama
Timbul bercak-bercak merah dan mengelupas.
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital:
Tekanan darah :-
Nadi : 87/m
Suhu : 37,3 C
Pernapasan : 20x/m
Tinggi badan : 99 cm
Berat badan : 15 Kg
Kepala : Normocephali, rambut alopesia, disertai skuama tebal.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, alis mata
hitam, tidak ada madarosis
Telinga : Normotia, tidak ada kelainan kulit
Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-), tidak ada kelainan kulit
Mulut : bibir tidak kering, caries dentis (-), faring hiperemis (-)
Thoraks : bentuk normal, pergerakan simetris, terdapat kelainan kulit
(lihat status dermatologikus)
Paru : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, terdapat
kelainan kulit
Ekstremitas atas : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, terdapat
kelainan kulit
Ekstremitas bawah : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, tidak
terdapat kelainan kulit
Status Dermatologis
Ad Regio : Scalp, Truncus posterior, Ekstremitas Superior.
Distribusi : Lokalis
Ukuran : Lentikular-Plakat
Efloresensi : Plak eritematosa diliputi skuama putih yang tebal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Histopatologis : Psoriasis Vulgaris (+)
RESUME
Seorang anak perempuan, berusia 4 tahun datang ke Rumah Sakit
Umum Daerah Sayang Rakyat keluhan bercak-bercak merah dan kulit
mengelupas yang terasa gatal. Keluhan ini dirasakan sejak 1 bulan yang lalu
awalnya lesi hanya muncul 1 saja namun semakin hari semakin bertambah
banyak di daerah punggung, tangan, dan daerah kepala.
Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari
yang membuat pasien menggaruk lesi tersebut. Sebelumnya, pasien pernah
menderita penyakit yang sama serta pernah berobat satu tahun yang lalu dan
sembuh. Namun keluhan yang sama muncul kembali 1 bulan terakhir.
Pada pemeriksaan fisik, status generalis didapatkan dalam batas
normal. Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan lesi regional pada region
scalp, truncus posterior, dan ekstremitas superior. Lesi berupa plak
eritematosa yang diliputi skuama putih tebal dengan ukuran lenticular-plakat.
DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatitis Numular
2. Dermatitis Seboroik
DIAGNOSIS KERJA
Psoriasis Vulgaris
PENATALAKSANAAN
1. UMUM
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.
b. Menjelaskan bahwa Psoriasis Vulgaris adalah penyakit autoimun.
c. Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat
menyebabkan luka dan resiko infeksi
d. Menjelaskan pentingnya berobat dan control secara teratur mengingat
Psoriasis Vulgaris merupakan penyakit yang residif dan menahun.
2. KHUSUS
a. Topikal
Desoksimethasone 20 gr
Asam fusidat 10 gr
Dioles pada lesi yang ada di badan.
Momethasone 2%
Saliycic acid 2%
Lanolin 5 gr
Vaseline 50 gr
Desolex 10 gr di tetes di kepala sekali-sehari
b. Sistemik
Antihistamin: Cetirizine 10mg/24jam/oral 1x1
PROGNOSIS
Quo Ad vitam : ad bonam
Quo Ad functionam : ad bonam
Quo Ad cosmeticam : ad bonam
Quo Ad sanationam : ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik
dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas
dengan skuama yag kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena
tetesan lilin, Auzpits, dan Kobner.1
B. EPIDEMIOLOGI
Sepertiga orang dewasa yang menderita psoriasis pernah menderita
onset psoriasis di masa kecil. Variasi etnis masih belum jelas hingga kini,
namun beberapa penelitian mengatakan insiden tertinggi pada ras
Kaukasian, kulit hitam dibandingkan populasi Asia. Namun, penelitian
lain mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antar ras.
Secara klasik, beberapa peneliti telah menemukan bahwa wanita lebih
mendominasi dibanding pria dengan perbandingan 2:1.
Distribusi usia pada populasi pediatrik belum jelas. Dimasukkannya
ruam popok psoriatik secara drastis meningkatkan kejadian psoriasis pada
anak usia dibawah 2 tahun. Namun, jika dikecualikan, penelitian
menunjukkan distribusi yang sama antara semua kelompok umur.2
C. ETIOPATOGENESIS
Faktor Genetik berperan. Bila orangtuanya tidak menderita psoriasis
resiko mendapat psoriasis 12% sedangkan, jika salag seorang orangtuanya
menderita psoriasis resikonya mencapai 34-39%. Berdasarkan awitan
penyakit dikenal 2 tipe : psoriasis tipe 1 denga awitan dini bersifat
familial, psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial. Hal
lain yang menyokong adanya faktor genetik ialah bahwa psoriasis
berkaitan dengan HLA. Psoriasis tipe I berhubungan dengan HLA-B13,
B17, Bw57, dan Cw6. Psoriasis tipe II berkaitan dengan HLA B-27 dan
CW 2, sedangkan psoriasis pustulosa berkorelasi dengan HLA-B27.
Faktor Imunologik juga berperan. Defek genetik pada psoriasis dapat
diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel, yakni limfosit T, sel
penyaji antigen (dermal), atau keratinosist. Keratinosit psoriasis
membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesi psoriasis matang umumnya
penuh dengan sebukan limfosit T CD4 degan sedikit limfositik dalam
epidermis. Sedangkan pada lesi baru umumnya lebih banyak di dominasi
oleh limfosit T CD8. Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang
produksinya bertambah. Sel langerhans juga berperan pada
imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya proliferasi epidermis diawali
dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh
sel Langerhans. Pada psoriasis pembentukan epidermis lebih cepat, hanya
3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari. Nickoloff (1998)
berkesimpulan bahwa psoriasis adalah Penyakit Autoimun. Lebih dari
kasus dapat mengalami remisi setelah diobati dengan imunosupresif.1,2
Berbagai faktor pencetus pada psoriasis yang disebut dalam
kepustakaan antara lain stress psikik, infeksi fokal, trauma (fenomena
Kobner), endokrin, gangguan metabolik, obat, juga alkohol dan merokok.
Stress psikik, infeksi fokal mempunyai hubungan erat dengan salah satu
bentuk psoriasis ialah psoriasis gutata, karena ditemukan bahwa antigen
Streptococcus mengaktifkan limfosit yang menginduksi aktivitas mitosis
sedangkan hubungannya dengan psoriasis vulgaris tidak jelas. 1,2
Jadi, dapat disimpulkan etiologi psoriasis bersifat multifaktorial. Pada
penelitian, ditemukan adanya ekspresi protein tertentu yang berlebihan
dalam lesi psoriatik. Efek dari hal ini menyebabkan diferensiasi keratinosit
abnormal, hiperproliferasi keratinosit, dan infiltrasi sel inflamasi. Hal ini
dimediasi oleh sel T yang diaktifkan oleh sel dendretik yang ada dalam
plak psoriatik. 2
D. MANIFESTASI KLINIS
Lesi dari psoriasis biasanya berbentuk bulat, eritema terang, dan plak
yang tertutupi oleh skuama berwarna abu-abu atau putih seperti mika.
Papul psoriaTik biasanya berukuran 1 cm atau lebih. Kelainan biasanya
tampak sebagai lesi yang soliter atau plak yang sangat banyak dengan
distribusi general. Lesi juga biasanya bersifat simetris bilateral dengan
predileksi di kepala, siku, atau lutut, dan lumbosakral maupun di regio
anogenital. Tetapi, lesi juga dapat berdistribusi di tempat lain seperti
aksilla, paha, dada, dan regio umbilikalis.3,4
Sebanyak 50% anak-anak memberikan gambaran plak yang besar pada
lutut dan siku. Penebalan dan fissura pada kulit telapak tangan juga dapat
terjadi. 1 dari 3 anak, menderita psoriasis gutata yang menyebar di badan
termasuk wajah, badan, dan ekstremitas. Pada anak-anak yang lebih tua,
lesi paling sering mengenai regio kelopak mata, genital dan periumbilikal.
Sedangkan, pada bayi psoriasis memberikan gejala dermatitis popok. Plak
kemerahan yang gatal dan tebal sering bermanifestasi di frontal hair line
dan sekitar telinga. Perubahan kuku juga biasanya muncul sebagai
manifestasi awal psoriasis, ter,asik monikolisis, pitting nail, kuku
menguning, kuku rapuh, serta hiperkeratorsis subungual.4
E. KLASIFIKASI
Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis sebagai berikut
1. Psoriasis Vulgaris
Bentuk ini ialah yang sering terjadi karena itu disebut vulgaris,
dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya umumnya berbentuk
plak. Tempat predileksinya seperti yang telah diterangkan diatas.1,6
F. DIAGNOSIS
Pemeriksaan biasanya dilakukan dengan pemeriksaan fisis dengan
melihat lesi yang khas, yakni plak eritematosus yang diliputi skuama tebal
menyerupai mika. Selain itu biasanya pasien anak, mengeluhkan adanya
pruritus dimana pasien akan mulai menggaruk lesi tersebut. Saat lesi
tersebut digaruk maka akan muncul bintik-bintik perdarahan yang biasa
disebut Fenomena Auzpitz, yang merupakan hasil dari rupturnya kapiler
di dermis pars papillar. Selain itu ada pula, Fenomena tetesan lilin yakni
skuama yang berubah warna menjadi putih pada goresan seperti lilin yang
digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Fenomena Kobner
juga salah satu tanda dari Psoriasis namun tak khas, yakni trauma pada
kulit penderita psoriasis misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan
yang sama dengan kelainan spsoriasis dan biasanya timbul kira-kira dalam
waktu 3 minggu 1,3,7
1. Djuanda Adhi . Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 5. Fakultas Kedokteran
Universitas
Indonesia. Jakarta : 2017.
2. Sharma, Vyom, Orchard, David. Pediatric Psoriasis. Paediatrics and Child
Health. Volume 21. Issue 3. 2011. Hal. 126-131.
3. Paller, Amy S., MD et al. Papulosquamou and Related Disorders. Hurwitz
Clinical Pediatric Dermatology, 4. 2016. Hal. 73-93
4. Cohen, Bernard A. Papulosquamous Eruption. Pediatric Dermatology Chapter
3. 2013. Hal. 68-103
5. James, William D, MD, et al. Seborrheic Dermatitis, Psoriasis, Recalcitrant
Palmoplantar Eruptions, Pustular Dermatitis and Erythdroderma. Andrew’s
Disease of the Skin. 2019. Hal 191-204.
6. Habif, Thomas P, MD. Psoriasis and Other papulosquamoud diseases. Clinical
Dermatology. Chapter 8. 2016. Hal 263-328.
7. Benoit, Sandrine, MD, et al. Childhood Psoriasis. Clinics in Dermatology.
2017. Volume 25, Issue 6. Hal. 555-562