Laporan Inovasi Punya KDP
Laporan Inovasi Punya KDP
Laporan Inovasi Punya KDP
DISUSUN OLEH:
MENGETAHUI
1. LATAR BELAKANG
Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkat tertentu. Nyeri merupakan
alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Individu yang merasakan
nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri. Nyeri
bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang sama dan tidak ada
dua kejadian nyeri yang sama.aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam
kejadiankejadian dimana terjadi kerusakan” (IASP, 1979). Nyeri dapat merupakan faktor
utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu
penyakit (Potter & Perry, 2005)
Nyeri merupakan salah satu keluhan tersering pada pasien setelah mengalami suatu
tindakan pembedahan. Pembedahan merupakan suatu peristiwa yang bersifat bifasik
terhadap tubuh manusia yang berimplikasi pada pengelolaan nyeri. Lama waktu pemulihan
pasien post operasi normalnya terjadi hanya dalam satu sampai dua jam (Potter & Perry,
2005). Pemulihan pasien post operasi membutuhkan waktu rata-rata 72,45 menit, sehingga
pasien akan merasakan nyeri yang hebat rata-rata pada dua jam pertama sesudah operasi
karena pengaruh obat anastesi sudah hilang, dan pasien sudah keluar dari kamar sadar
(Mulyono, 2008). Pasca pembedahan (pasca operasi) pasien merasakan nyeri hebat dan
75% penderita mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan akibat pengelolaan
nyeri yang tidak adekuat. (Sutanto, 2004 cit Novarizki, 2009). Hal tersebut merupakan
stressor bagi pasien dan akan menambah kecemasan serta keteganggan yang berarti pula
menambah rasa nyeri karena rasa nyeri menjadi pusat perhatiannya. Bila pasien mengeluh
nyeri maka hanya satu yang mereka inginkan yaitu mengurangi rasa nyeri.
Identifikasi kebutuhankebutuhan pasien dan membantu serta menolong pasien
dalam memenuhi kebutuhan tersebut termasuk dalam manajemen nyeri (Lawrence,
2002). Menurut Simpson (2001), keahlian perawat dalam berbagai strategi penanganan
rasa nyeri adalah hal yang sangat penting, tapi tidak semua perawat meyakini atau
menggunakan pendekatan non farmakologis untuk menghilangkan rasa nyeri ketika
merawat pasien post operasi karena kurangnya pengenalan teknik non farmakologis,
maka perawat harus mengembangkan keahlian dalam berbagai strategi dalam
penanganan rasa nyeri. Manajemen nyeri merupakan salah satu cara yang digunakan
dibidang kesehatan untuk mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien. Manajemen nyeri
yang tepat haruslah mencakup penanganan secara keseluruhan, tidak hanya terbatas
pada pendekatan farmakologi saja, karena nyeri juga dipengaruhi oleh emosi dan
tanggapan individu terhadap dirinya. Secara garis besar ada dua manajemen untuk
mengatasi nyeri yaitu manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi.
Teknik farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk menghilangkan nyeri
terutama untuk nyeri yang sangat hebat yang berlangsung selama berjam-jam atau
bahkan berhari-hari (Smeltzer and Bare, 2002). Pemberian analgesik biasanya dilakukan
untuk mengurangi nyeri. Selain itu, untuk mengurangi nyeri umumnya dilakukan dengan
memakai obat tidur. Namun pemakaian yang berlebihan membawa efek samping
kecanduan, bila overdosis dapat membahayakan pemakainya (Coates, 2001). Pemberian
analgesik dan pemberian narkotik untuk menghilangkan nyeri tidak terlalu dianjurkan
karena dapat mengaburkan diagnosa (Sjamsuhidayat, 2002). Metode pereda nyeri non
farmakologis biasanya mempunyai resiko yang sangat rendah. Meskipun tindakan
tersebut bukan merupakan pengganti untuk obat–obatan, tindakan tesebut mugkin
diperlukan atau sesuai untuk mempersingkat episode nyeri yang berlangsung hanya
beberapa detik atau menit (Smeltzer and Bare, 2002). Teknik relaksasi merupakan salah
satu metode manajemen nyeri non farmakologi dalam strategi penanggulangan nyeri,
disamping metode TENS (Transcutaneons Electric Nerve Stimulation), biofeedack,
plasebo dan distraksi. Manajemen nyeri dengan melakukan teknik relaksasi merupakan
tindakan eksternal yang mempengaruhi respon internal individu terhadap nyeri.
Berbagai macam bentuk relaksasi yang sudah ada adalah relaksasi otot, relaksasi
kesadaran indera, relaksasi meditasi, yoga dan relaksasi hipnosa (Utami, 1993). Dari
bentuk relaksasi di atas belum pernah dimunculkan kajian tentang teknik relaksasi
genggam jari. Relaksasi genggam jari adalah sebuah teknik relaksasi yang sangat sederhana
dan mudah dilakukan oleh siapapun yang berhubungan dengan jari tangan serta aliran
energi di dalam tubuh kita. Teknik genggam jari disebut juga finger hold (Liana,2008 ).
Berdasarkan data rekam medik RSU PKU Muhmmadiyah Gombong pada tanggal
16 Agustus 2010, dalam 1 tahun terakhir RS PKU Muhammadiyah Gombong telah
menangani 168 kasus bedah laparatomi. Dari hasil wawancara dengan 5 pasien post
operasi, mereka mengatakan mulai merasakan nyeri antara 3-4 jam pasca pembedahan
dan nyeri akan berkurang dengan pemberian obat analgetik. Selain itu, perawat
diruangan juga mengajarkan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri pasien, tetapi
cara yang diajarkan masih sangat sederhana dan pasien masih tetap mengeluhkan
nyerinya. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengambil judul
“Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada
Pasien Post Operasi Laparatomi di RS PKU Muhammadiyah Gombong”.
Tn. B diberikan relaksasi genggam jari untuk mengurangi rasa nyeri pasca
Konteks
operasi
Hasil Berdasarkan harga signifikansi (p), dimana nilai p=0.000, dimana nilai
tersebut (p < 0.05), artinya terdapat pengaruh teknik relaksasi genggam
jari terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi
laparatomi di RS PKU Muhammadiyah Gombong.
4. RENCANA IMPLEMENTASI
a. Subjek
Nama : Tn. B
Usia : 42 tahun
No. MR : 072467
Dx medis : Hernia
Dx keperawatan : Gangguan rasa nyaman nyeri b.d agen cidera fisik
b. Waktu dan Tempat
Selasa, 17 september 2019
c. Prosedur Inovasi
1) Fase pra interaksi
a) Persiapan pasien:
- Mengidentifikasi pasien dan kaji keluhan pasien
- Memastikan pasien dalam posisi nyaman
- Menjelaskan tujuan dan informed consent
b) Persiapan alat dan lingkungan:
- Mempersiapkan alat
- Memastikan cukup cahaya
- Suhu ruangan nyaman
c) Persiapan perawat
- Mencuci tangan
2) Fase kerja
a) Menginformasikan kepada keluarga pentingnya melakukan relaksasi
genggam jari pada pasien pasca operasi
b) Mengajak keluarga untuk mendemonstrasikan teknik relaksasi genggam jari
pada pasien tn.B
- Ulangi tindakan ini setiap hari
3) Fase terminasi
a) Evaluasi dokumentasi subjektif dan objektif
b) Salam
5. HASIL IMPLEMENTASI
a. Fase pra interaksi
- Pasien teridentifikasi dengan benar
Nama pasien : Tn. B
Umur : 42 tahun
No. MR : 072467
Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman nyeri b.d agen cidera fisik
- Posisi pasien nyaman
- Keluarga pasien dan pasien menyetujui tindakan yang akan diajarkan perawat,
kooperatif dengan tindakan yang akan diajarkan perawat.
b. Fase kerja
1) Keluarga kooperatif
2) Keluarga mampu mengikuti instruksi perawat dengan baik
3) Keluarga dapat mendemonstrasikan tindakan relaksasi genggam jari
c. Fase evaluasi
1) Evaluasi subjektif :
- Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang dan muntah tidak lagi.
- Pasien mengatakan nyaman
2) Evaluasi objektif :
- Pasien tampak tenang
- Pasien tampak lebih segar
- Skala nyeri 3