HEMATOLOGI
HEMATOLOGI
HEMATOLOGI
A. Latar Belakang
Darah merupakan sistem transpor yang berfungsi antara lain membawa zat
makanan dari saluran pencernaan menuju jaringan, membawa produk akhir
metabolisme dari sel ke organ ekskresi, serta membawa oksigen dari paru-paru
ke jaringan yang mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang
bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit, sebagai alat pertahanan
mikro organisme yang masuk ke dalam tubuh (Handayani et al., 2013). Darah
adalah matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat terspesialisasi yang
dibentuk dari sel-sel bebas (Bryon & Doroth, 1973).
Darah terdiri dari komponen cair yang disebut plasma dan berbagai unsur
yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit
atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut oksigen, leukosit atau sel darah
putih yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh dan trombosit
yaitu sel yang berperan dalam homeostasis (Frandson, 1992). Sel-sel dan fragmen-
fragmen sel yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat cair dalam
darah disebut plasma darah. Sel-sel dari fragmen sel merupakan unsur darah yang
disebut unsur jadi. Sel ini berukuran cukup besar sehingga dapat diamati dengan
mikroskop biasa. Darah terbentuk pada jaringan ikat lalu terbawa oleh plasma.
Lebih berat dan lebih kental dibandingkan air. Rasa cenderung asin karena
membawa garam-garam mineral bau khas (anyir). Darah memiliki pH 7,35 – 7, 45.
Warna darah adalah merah terang sampai kebiruan tergantung kadar oksigen yang
dibawa. Volume darah total ± 5 liter pada laki-laki dewasa, tergantung ukuran
tubuh, dan konsentrasi elektrolit dalam tubuh. Ada 3 tipe unsur-unsur darah ialah
sel-sel darah merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau leukosit dan keping-
keping darah atau trombosit (Kimball, 1991).
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari aspek anatomi, fisiologi dan
patologi darah. Komponen darah terdiri plasma dan unsur-unsur pembentuk darah
yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Hematologi berasal dari bahasa
romawi hemat yang memiliki arti darah yang berarti darah dan ology yang
memiliki arti belajar atau mempelajari. Darah adalah materi transport yang
terdapat pada sistem transportasi tubuh. Darah merupakan jaringan ikat dalam
bentuk cair yang terdiri atas 2 bagian yaitu plasma dan sel (Nurcholis et al., 2013).
B. Tujuan
A. Materi
Alat – alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Haemositometer kit
(pipet thoma eritrosit, pipet thoma leukosit, haemositometer), Haemometer kit
(tabung sahli, pipet sahli, tabung komparator, batang pengaduk), Hematocrit
reader, spuit, cawan petri, spuit 1 ml, pipa kapiler, mikroskop, micro sentrifuge,
gelas beker, cover glass.
Bahan – bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Ikan nila
(Oreochromis niloticus), Ikan nilem (Osteochilus vittatus), alkohol, larutan
Hayem, larutan Turk, EDTA, larutan HCl 0.1 N, plastisin, akuades.
B. Metode
A. Hasil
5. Nilem - - - -
Perhitungan Kelompok 3
∑ Eritrosit
Kotak 1 : 306
Kotak 2 : 339
Kotak 3 : 327
Kotak 4 : 319
Kotak 5 : 330
𝐸
Jumlah eritrosit per mm3 = 80 x 4000 x 100 = 5000E
= 1624 x 5000
= 8.120.000 sel/mm3
B. Pembahasan
Hasil pengamatan sel darah merah (eritrosit) ikan nilem didapatkan 8.120.000
sel/mm3. Sesuai dengan refrensi, menurut Salasia et al. (2001) dalam Andayani et
al. (2014) ikan normal (Mas, lele, nila, nilem) mempunyai jumlah eritrosit antara
40,76 – 94,37 . 106 sel/mm3. Hasil pengamatan sel darah putih (leukosit) tidak
didapatkan karena terjadi lisis. Menurut Giavarina & Lippi (2017) Darah lisis
sebagian besar disebabkan oleh pemecahan sel darah merah diserum atau plasma.
Gangguan akibat darah lisis dalam pengukuran laboratorium disebabkan oleh
banyak faktor yaitu pelepasan sel sel intraseluler di dalam darah, interferensi
sperktroskopi dan juga pelepasan zat aktif yang dapat mengganggu dan memicau
reaksi laboratorium. Darah lisis atau disebut dengan hemolisis merupakan
hancurnya sel darah disebabkan karena preparasi sampel yang salah (Dasgupta &
Sepulveda, 2013 dalam Faruq, 2008).
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari cara penilaian darah. Nilai
hematologi (profil darah) berguna untuk menilai kondisi kesehatan dan sebagai
acuan nilai awal (baseline) atau kontrol dalam suatu penelitian. Adanya gangguan
metabolisme, penyakit, kerusakan struktur dan/atau fungsi organ, pengaruh
agen/obat, dan stres dapat diketahui dari perubahan profil darah (Fitria & Mulyati,
2014). Hematologi adalah ilmu yang mempelajari aspek anatomi, fisiologi dan
patologi darah. Komponen darah terdiri dari plasma dan tidak-tidak-pembentuk
darah yaitueritrosit, leukosit dan trombosit. Hematologi terdiri dari pengukuran
kadar hemoglobin, perhitungan total eritrosit, perhitungan total leukosit dan
pengukuran hematokrit (Nurcholis et al., 2013). Chen et al. (2004) dalam Kavya
et al. (2016) menyatakan bahwa evaluasi parameter hematologi telah menyediakan
alat untuk memfasilitasi manajemen kesehatan ikan dan Lerman (2004) dalam
Kavya et al. (2016) dan Koeypudsa (2007) dalam Kavya et al. (2016) menyatakan
bahwa parameter kimia darah digunakan sebagai indikator penting dari respons
stres fisiologis pada ikan.
Cara pengambilan darah pada hewan yang diuji yaitu dilakukan melalui titik
tertentu. Menurut Dukes (1995) darah ikan diambil langsung menuju jantung
dengan menggunakan jarum suntik. Fungsi larutan yang digunakan menurut
Hoffbrand (1987) adalah sebagai berikut :
1. Larutan turk digunakan untuk mengencerkan leukosit.
2. Larutan hayem digunkan untuk mengencerkan eritrosit.
3. Larutan HCl untuk menimbulkan reaksi dan menghasilkan warna senyawa
hernatin asam yang berwarna coklat pekat pada hemoglobin.
4. Akuades digunakan sebagai pengencer.
5. Larutan EDTA digunakan untuk mengencerkan darah yang menggumpal.
Alat – alat yang umum digunakan untuk menghitung jumlah sel darah
menurut Nurcholis et al. (2013) yaitu :
1. Haemositometer fungsinya untuk menghitung sel darah, baik sel darah putih
maupun sel darah merah, cover glass digunakan untuk menutup
haemositometer saat melakukan pengamatan di bawah mikroskop, mikroskop
digunakan untuk mengamati jumlah eritrosit dan leukosit.
2. Pipet thoma sebagai pasangannya berfungsi untuk pengambilan darah. Ada
dua jenis pipet thoma, yaitu pipet thoma eritrosit dan pipet thoma leukosit.
3. Haemometer berfungsi untuk menghitung kadar haemoglobin dalam darah.
4. Pipet digunakan untuk mengambil eritrosit dan larutan HCl.
5. Tabung sahli merupakan pasangan atau alat pelengkap dari haemometer yang
digunakan untuk menampung larutan darah saat akan di ukur kadar
haemoglobinnya.
6. Hand counter untuk menghitung jumlah eritrosit dan leukosit, spuit digunakan
untuk mengambil darah dari hewan uji.
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah khusus
yang sering dikerjakan dilaboratorium berguna untuk membantu diagnosa
berbagai penyakit diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD), anemia,
polisitemia. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan
mikro. Cara makro digunakan tabung wintrobe, sedangkan pada cara mikro
digunakan pipet kapiler. Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada darah
yang dengan antikoagulan dicentrifugedalam jangka waktu dan kecepatan
tertentu, sehingga sel darah dan plasmanya terpisah dalam keadaan mapat.
Prosentase volum kepadatan sel darah merah terhadap volume darah semula
dicatat sebagai hasil pemeriksaan hematokrit (Wirawan, 1996).
Kadar hemoglobin adalah salah satu pengukuran tertua dalam laboraturium
kedokteran tes darah yang paling sering dilakukan. Kisaran normal hemoglobin
dipengaruhi oleh berbagai variable dan kadar harus diinterpretasikan dalam
hubungannya dengan beberapa faktor, yaitu kehamilan, penduduk pada daerah
dengan ketinggian yang tinggi, latihan fisik, merokok dan penyakit yang
berkaitan. Pengukuran Hb dengan metode sahli paling banyak dipakai di
Indonesia dengan kesalahan ± 10%. Walaupun cara ini tidak dapat 100% akan
tetapi masih dianggap cukup baik untuk mengetahui apakah seseorang
kekurangan Hb darah. Kelemahan metode ini dalah kenyataan bahwa kaorimetri
visual tidak teliti bahwa kematian asam itu bukan merupakan larutan sejati dan
bahwa alat itu tidak bisa ditandaskan (Kurniawan, 2010).
Faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah menurut Estetika et al.
(2006) yaitu :
1. Jenis kelamin
Jenis kelamin jantan jumlah sel darah akan lebih banyak dari betina.
2. Usia
Ikan yang dewasa mempunyai jumlah sel darah lebih banyak.
3. Kondisi tubuh
Sakit dan luka yang mengeluarkan banyak darah akan mempengaruhi jumlah
sel darah.
IV. KESIMPULAN
Bryon, A. S., & Doroth. 1973. Text Book of Physiology. Japan : St Burst The Moshy
Co.
Fitria, L., & Sarto, M. (2014). Profil hematologi tikus (Rattus norvegicus Berkenhout,
1769) galur wistar jantan dan betina umur 4, 6, dan 8 minggu. Biogenesis:
Jurnal Ilmiah Biologi, 2(2), pp 94-100.
Giavarina, D., & Lippi, G. 2017. Blood venous sample collection: Recommendations
overview and a checklist to improve quality, Clinical Biochemistry. The
Canadian Society of Clinical Chemists. 50(10), pp 605– 611.
Handayani, L., Irianti, N., & Yuwono, E. Pengaruh Pemberian Minyak Ikan Lemuru
terhadap Kadar Eritrosit dan Trombosit pada Ayam Kampung. Jurnal
Ilmiah Peternakan 1(1), pp 39-46.
Kavya, K. S., Jadesh, M., & Kulkarni, R. S. (2016). Hematology and serum
biochemical changes in response to change in saline concentration in fresh
water fish Notopterus notopterus. World Scientific News, 32, pp 49-60.
Nurcholis, A., Aziz, M., & Muftuch. 2013. Ekstrasi Fitur Roudness untuk Menghitung
Jumlah Eritrosit dalam Citra Sel Darah Ikan. Jurnal EECIS, 7(1).