Darah Ii

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Laporan praktikum 3 Hari/tanggal : Kamis, 22 Agustus 2019

Fisiologi Nutrisi Tempat : Laboratorium Nutrisi


Ternak dan Kerja
Nama Dosen : Prof. Dr. Ir. Dewi Apri
Astuti, MS.
Nama Asisten : 1. Annisa Rosmalia
2. Silke Zarena J

DARAH II

Kelompok 10/ Pagi


Nama anggota:
Dessy Permata D24180042
Rifki Ramadan D24180060
Annisa Mourent Pusparani D24180069
Atikah Hairani D24180093
Rizky Nadia D24180123
Salwa Iffat Zahidah Arif D24180131

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Darah merupakan cairan yang yang mampu menunjang kehidupan karena


manusia dan hewan yang sehat atau sakit bisa dideteksi dari sel-sel darah yang ada
didalam tubuhnya. Darah bisa menjadi petunjuk adanya penyakit lain atau pada
penyakit darah yang diakibatkan oleh perubahan susunan kimiawi sel darah itu
sendiri (Praida 2008). Darah terdiri atas cairan darah sebesar 50-60% yang disebut
plasma dan sisanya unsur-unsur padat berupa sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri atas
eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (keping darah)
(Pranata 2016).
Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel darah yang paling sederhana dan
paling banyak dalam tubuh serta tidak memiliki nukleus. Eritrosit mengandung
hemoglobin, yaitu protein yang mengandung besi, berperan dalam transpor oksigen
dan karbondioksida di dalam tubuh. Oleh karena itu eritrosit sangat diperlukan dalam
proses oksigenasi organ tubuh. Dengan mengetahui keadaan eritrosit, secara tidak
langsung dapat diketahui juga keadaan organ tubuh seseorang.
Sel darah putih atau leukosit merupakan unil aktif dari sistem pertahanan
tubuh. Leukosit sebafian dibentuk di sumsum tulang dan sebagian lagi di jaringan
limfe. Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian
tubuh untuk digunakan. Fungsi sesungguhnya dari sel darah putih adalah bahwa
kebanyakan ditranspor secara khusus ke daerah terinfeksi dan mengalami peradangan
serius. Sehingga menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan
infeksius yang mungkin ada (Smith dan Mangkuwidjodjo 1998). Jumlah sel darah
merah dan darah putih dapat dihitung dan perlu dihitung. Perhitungan tersebut
dimaksudkan agar saat jumlah darah merah atau darah putih tidak sesuai dengan
jumlah yang normal (kurang atau lebih) dapat diidentifikasi penyakit apa yang terjadi
pada pemilik darah tersebut.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan menghitung jumlah butir darah merah (BDM, eritrosit)
per mm3 darah dan menghitung jumlah butir darah putih (BDP, leukosit) per mm3
darah.
MATERI DAN METODE

Materi

Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah counting chamber, pipet
pengencer eritrosit dengan skala 0,5-1; 0-101, pipet pengencer leukosit dengan skala
0,5-1; 0-11, mikroskop biasa dengan objektif 10x dan 45x okuler 10x, spot plate,
hand tally, counter.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan Hayem untuk
eritrosit, larutan Turk untuk leukosit pada mamalia.

Metode

Sebelum dilakukan perhitungan jumlah butir darah merah dan butir darah
putih, perlu disiapkan terlebih dahulu kamar hitung darah yang akan digunakan.
Untuk menghitung jumlah butir darah merah, darah kambing yang disediakan di
dalam tabung dihisap dengan menggunakan pipet eritrosit dan aspiratornya hingga
batas 1,0 pada pipet eritrosit. Ujung pipet yang terkena darah diseka dengan
menggunakan kertas tissue. Kemudian larutan hayem dihisap dengan cepat dan hati-
hati hingga mencapai batas 101 yang tertera pada pipet. Aspirator dilepas lalu kedua
ujung pipet ditutup dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk lalu campuran darah
dan larutan hayem dalam pipet dihomogenkan dengan cara menggoyangkan pipet.
Cairan pada ujung pipet yang tidak ikut homogen dengan darah dikeluarkan dengan
cara diketuk ujungnya dengan menggunakan kertas tissue secara perlahan hingga
tidak ada cairan yang tersisa. Setelah itu, campuran darah diteteskan ke dalam ruang
hitung sebanyak satu tetes dan ditutup dengan menggunakan kaca penutup. Kamar
hitung kemudian diletakkan dan diamati dengan menggunakan mikroskop serta butir
darah yang terlihat dihitung dan jumlahnya dimasukan ke dalam rumus perhitungan
jumlah butir darah merah. Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah butir
darah merah adalah a x butir
Perhitungan jumlah butir darah putih dilakukan seperti prosedur perhitungan
butir darah merah hanya saja pipet yang digunakan adalah pipet leukosit dan larutan
pencampur yang digunakan adalah larutan turk. Rumus yang digunakan untuk
menghitung jumlah butir darah putih adalah b x 50 butir.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Setelah dilakukan pengamatan dan penghitungan jumlah butir darah merah


dan jumlah butir darah putih dengan menggunakan mikroskop, didapat hasil
perhitungan yang disajikan dalam tabel 1 berikut.

Tabel 1 Hasil perhitungan jumlah butir darah merah dan darah putih per mm3
darah
Kelompok BDP (103/mm3) BDM (106/mm3)
16 3.8 13.89
27 12.19 13.38
38 5.3 13.75
49 10 14.25
5 10 7.9 10.50
Rata-rata 7.84 13.15

Pembahasan

Menurut Maftuch et al (2012), darah mengandung sel-sel yang dirancang


untuk mencegah infeksi, menghentikan pendarahan dan mengangkut hormon. Darah
terdiri dari dua kelompok besar yaitu sel dan plasma. Adapun sel darah terdiri dari sel
darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit). Leukosit atau sel darah putih
merupakan sel yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh yang sangat tanggap
terhadap agen infeksi penyakit. Leukosit berfungsi melindungi tubuh terhadap
berbagai penyakit dengan cara fagosit dan menghasilkan antibodi. Menurut Roland et
al (2014), Jumlah leukosit dalam darah hanya merupakan persentase kecil dari total
seluruh darah dan mengalami fluktuasi luas. Faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah leukosit dan diferensialnya antara lain kondisi lingkungan, umur dan
kandungan nutrisi pakan. Diantara faktor-faktor tersebut, faktor nutrisi (protein)
memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembentukan leukosit karena
protein merupakan salah satu komponen darah (Addas et al 2012).
Sel darah merah (eritrosit) memiliki diameter rata-rata 7.5 μm dengan berbeda
spesialis untuk pengangkutan oksigen. Sedangkan pada sapi,
Eritrosit memiliki diameter rata-rata 5-6 μm pada sapi, yang kecil dibandingkan
dengan spesies lain (Roland et al 2014). Sel-sel ini berbentuk cakram (disk) yang
bikonkaf dengan pinggiran sirkuler yang tebal 1.5 μm dan pusat yang tipis. Jumlah
sel darah merah dapat dijadikan sebagai parameter untuk mengetahui kesehatan
probandus pada suatu saat. salah satu fungsi dari sel darah merah adalah mengikat
oksigen oleh hemoglobin ke dalam sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida dari
sel tubuh, pengikatan oksigen oleh hemoglobin erat kaitannya dengan total sel darah
merah dan juga berhubungan dengan organ-organ pernafasan. Semakin banyak total
sel darah merah maka frekuensi pernafasan akan semakin baik pula karena oksigen
yang diikat oleh hemoglobin untuk diedarkan ke seluruh tubuh semakin banyak (Etim
et al 2014).
Jumlah butir pada eritrosit dan leukosit dapat diketahui dengan cara manual.
Menurut Kakel (2013), jumlah sel darah merah dan darah putih sel dihitung dalam
darah lengkap menggunakan ruang hitung untuk masing-masing setelah
mengencerkan sel darah merah dengan Larutan Hayem dan sel darah putih dengan
larutan Turk, setelah itu dianalisis menggunakan mikroskop cahaya. Fungsi larutan
Hayem dan Turk tentu saja berbeda. Larutan Hayem terdiri dari Natrium Sulfat yang
merupakan zat anti koagulan dan berfungsi melisiskan leukosit dan trombosit,
sehingga yang terlihat hanya eritrosit saja. Setelah itu, larutan Turk berfungsi
melisiskan trombosit dan eritrosit, sehingga yang terlihat hanya leukosit saja.
Praktikum kali ini dilakukan penghitungan jumal butir darah merah dan butir
darah putih. Sampel darah yang digunakan berasal dari ternak domba. Berdasarkan
Tabel 1 dapat kita lihat bahwa jumlah butir darah putih dari domba berkisar antara 3,8
- 10 x 103/mm3. Sedangkan jumlah butir darah merah dari domba berkisar antara 10,5
– 13,83 x 106/mm3. Menurut literatur, hasil yang didapatkan dari penelitian
menunjukkan rataan keseluruhan jumlah eritrosit pada domba berada dalam kisaran
normal yaitu sebesar 10,58–14,01 juta/mm3 (Nossafadil et al 2014). Sedangkan
rataan keseluruhan jumlah leukosit pada domba berada dalam kisaran normal yaitu
sebesar 7,83 – 12,66 ribu/mm3(Nossafadil et al 2014).

SIMPULAN

Praktikum kali ini tentang darah dua didapatkan perhitungan jumlah butir
darah merah (BDM, eritrosit) domba yaitu 10,5 – 13,83 x 106/mm3. Rataan jumlah
butir darah merah (BDM, eritrosit) domba sebesar 13,15 x 106/mm3. Perhitungan
jumlah butir darah putih (BDP, leukosit) domba didapatkan data sebesar 3,8 - 10 x
103/mm3. Rataan jumlah butir darah putih (BDP, leukosit) domba yaitu sebesar 7,84 x
103/mm3.

DAFTAR PUSTAKA

Addass PA et al. 2012. Effect of age, sex and management system on some
haematological parameters of intensively and semi-intensively kept chicken in
Mubi. Iranian Journal of Application Animal Science. 2 (3) : 277-282.
Etim et al. 2014. Effects of nutrition on haemotology of rabbits : A review. Journal
European Science. 10 (3): 413-423.
Kakel SJ. 2013. The evaluation of traditional and automatic Coulter method in
estimation of haematological parameters in adult rats. Beni-Suef University
Journal of Basic and Applied Sciences 2. 31-35.
Maftuch, Nursyam H, Sukarni. 2012. Kajian penggunaan ciprofloxacin terhadap
hematologi ikan botia (Botia macracanthus, bleeker) yang diinfeksi bakteri
Aeromonas hydrophila. The Journal of Experimental Life Science. 2(2): 65-69.
Nossafadil et al. 2014. Profil darah domba ekor tipis (Ovis aries) yang diberi ransum
fermentasi isi rumen sapi. Jurnal Pertanian. 5(2): 95-103.
Praida AR. 2008. Pengenalan Penyakit Darah Menggunakan Teknik Pengolahan
Citra dan Jaringan Saraf Tiruan. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.
Pranata DC. 2016. Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Sampel Darah EDTA
terhadap Pemeriksaan Kadar Hematokrit. Semarang (ID): Univesitas
Muhammadiyah Semarang.
Roland L, Drillich M, Iwersen M. 2014. Hematology as a diagnostic tool in bovine
medicine. Journal of Veterinary Diagnostic Investigation. 26(5): 592-598.
Smith JB dan S Mangkuwidjodjo. 1998. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta(ID): UI Press.
Quinn AG, Perkins W. Non-melanoma skin cancer and other epidermal skin tumours.
In: Burns T, Breatnach S, Cox N, Griffiths C, editor. Rook’s Textbook of
Dermatology. Wiley-Blackwell; 2010:p. 2613-84
LAMPIRAN

Jumlah total BDP per mm3 darah = 20 x x b butir


= b butir x 50
= 158 x 50
= 7900
= 7,9 x 103/mm3

Anda mungkin juga menyukai